sistem kontrol speedtronictm mark v

advertisement
Makalah Kerja Praktek di PT. Indonesia Power UBP Semarang
KONTROL PEMAKAIAN BAHAN BAKAR CAIR (HSD)
PADA GAS TURBINE GENERATOR (GTG)
Oleh :
ZABIB BASHORI (L2F 006096)
-AbstrakSPEEDTRONICTM MARK V merupakan sistem pengontrolan yang digunakan pada Gas
Turbine Generator (GTG) di PT. Indonesia Power UBP Semarang yang dapat diprogram dan
dirancang untuk memenuhi kebutuhan industri listrik di masa sekarang. SPEEDTRONICTM MARK V
dikembangkan oleh General Electric (GE) Industrial System. SPEEDTRONIC TM MARK V dapat
melakukan kontrol, proteksi dan monitoring sekaligus terhadap kinerja turbin.
Dengan menggunakan sistem pengontrol SPEEDTRONIC TM MARK V, segala proses operasi
yang terjadi pada Gas Turbine Generator (GTG) dapat di-monitor dan dikontrol secara on-line,
sehingga apabila terjadi error atau hal yang tidak dikehendaki akan langsung terdeteksi dan dapat
langsung diperbaiki..
Salah satu sistem yang dikontrol oleh SPEDDTRONIKTM MARK V adalah Kontrol
Pemakaian bahan bakar cair High Speed Diesel (HSD) pada Gas Turbine Generator (GTG).
Kata Kunci : SPEEDTRONICTM MARK V, Gas Turbine Generator, High Speed Diesel.
I.
PENDAHULUAN
Dewasa
ini,
dengan
semakin
berkembangnya bidang industri, diperlukan
pula sebuah teknik yang memudahkan dalam
pengontrolan alat – alat produksi. Yang semula
digunakan pengontrolan secara manual
sekarang tidak memungkinkan lagi sehingga
dibutuhkan
sebuah
kontroler
yang
memungkinkan untuk melakukan sebuah
operasi yang komplek dan rumit dengan waktu
yang cepat sekaligus dapat memberikan
proteksi terhadap peralatan yang dikontrol.
Pada PT. INDONESIA POWER UBP
SEMARANG dalam proses produksinya di
Pembangkit/Pusat Listrik Tenaga Gas Uap
(PLTGU) salah satunya digunakan Mark V
sebagai kontrollernya. Sistem kontrol ini di
kembangkan
oleh
General
Electric
(GE)Industrial System. Mark V dapat
melakukan fungsi kontrol, proteksi sekaligus
monitoring. Juga digunakan pengontrol yang
lain seperti Programble logic Control (PLC),
dan Distributed Control System (DCS) dimana
dalam melakukan pengontrolan antara Mark V
dan DCS dapat saling berkomunikasi.
Tujuan penulisan laporan Kerja Praktek
ini adalah:
1. Mengetahui
sistem
organisasi
dan
lingkungan kerja di PT. Indonesia Power
UBP Semarang.
2. Mengetahui sistem operasi Pembangkit
Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU).
3. Memberikan gambaran mengenai sistem
kontrol SPEEDTRONICTM Mark V secara
umum.
4. Menjelaskan sistem kontrol putaran turbin
oleh SPEEDTRONICTM MARK V Gas
Turbin Control pada Gas Turbin
Generator (GTG).
II. SPEEDTRONICTM MARK V
SPEEDTRONICTM MARK V adalah
sistem
kendali
turbin
yang
bersifat
programmable yang didesain sesuai dengan
kebutuhan industri tenaga modern untuk sistem
turbin yang bersifat kompleks dan dinamis.
Keunggulan sistem ini terletak pada fiturfiturnya antara lain:
 Implementasi software dengan teknologi
fault tolerance (SIFT).
 Operator interface yang user-friendly
 Interface dengan sensor direct
 Kemampuan diagnosa yang built-in
menyatu dengan sistem
 Arsitektur berbasis TMR (Triple Modular
Redundant).
MARK V menggunakan aplikasi dan
desain kontrol dari GE secara luas dengan
hardware dan software yang modern. Hal ini
memungkinkan operator dengan segera
mengakses semua fungsi kontrol utama dan
memonitor secara luas proses sekuensial yang
sedang terjadi.
Page 1 of 7
Makalah Kerja Praktek di PT. Indonesia Power UBP Semarang
SPEEDTRONICTM MARK V Control
Module
SPEEDTRONICTM Mark V menggunakan
tiga buah modul kontrol, masing-masing <R>,
<S>, dan <T> yang identik untuk menjalankan
keseluruhan algoritma kendali yang vital,
proses sinyal proteksi, dan prses sekuensial.
Konfigurasi inilah yang disebut TMR (Triple
Modular Redundant). Untuk fungsi proteksi
dijalankan oleh tiga prosessor proteksi
<X>,<Y> dan <Z> pada core <P>.
2.1
SPEEDTRONICTM MARK V Operator
Interface
Operator interface utama system Mark V
terdiri dari IBM-compatible PC, monitor,
keyboard, alat pemindah cursor (touch screen
dan/atau trackball dan /atau mouse) dan
printer. Operator interface digunakan untk
memberikan perintah untuk start/stop unit,
load/unload unit, mengatur dan mencatat
alarm, dan memonitor operasi unit. Operator
interface di koneksikan ke panel – panel Mark
V dengan kabel coaxial menggunakan
komunikasi ARCNET Local Area Network
(LAN). Koneksi antara operator interface dan
panel – panel Mark V dinamakan Stage Link.
Operator interface dapat juga digunakan untuk
mengkonfigurasi atau memodifikasi control,
proteksi, monitoring, dan fungsi penyimpanan
pada Mark V.
2.2
2.3
Gambar 1 Konfigurasi kontrol TMR Mark V
Modul Proteksi
Modul proteksi <P> memberikan
perlindungan kedua untuk fungsi – fungsi
penting. Modul ini terdiri dari tiga set board
yang identik (X , Y dan Z) yang masing masing mempunyai power supply dan
processor sendiri, ini digunakan untuk
menyediakan driver relay dan relay yang
terpisah untuk tiap kontroler <R>, <S>, dan
<T> sebelum berhubungan dengan hydraulic
trip solenoid. Modul <P> juga dilengkapi
dengan flame detector dan fungsi sinkroniasi
otomatis.
Memory
Memory
ditempatkan
pada
tiap
kontroller dan pada personal computer (PC)
yang digunakan operator interface. Controller
mempunyai erasable programmable read only
memory (EPROM) untuk fixed memory,
random access memory (RAM) untuk volatile
memory,
dan
electrically
erasable
programmable read-only memory (EEPROM)
untuk tempat penyimpanan aplikasi software.
Hardware Input-Output
Mark V di desain untuk berhubungan
langsung dengan berbagai instrumen pada
turbin dan generator. Di antaranya berupa
sensor-sensor seperti magnetic speed pickup
(sensor kecepatan), LVDT/R (sensor posisi),
sensor getaran, thermocouple, RTD (sensor
suhu), dan sebagainya; atau aktuator-aktuator
seperti servo, kontak untuk input dan output,
serta berbagai analog input dan output.
III. PROSES PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA GAS UAP (PLTGU)
PLTGU yaitu pembangkit listrik yang
menggunakan tenaga gas uap dalam
menghasilkan energi listrik.
Pembakaran bahan bakar pada PLTG
akan menghasilkan gas untuk memutar turbin
gas. Gas buang dari turbin gas ini akan
dialirkan ke HRSG untuk memanaskan air
pada HRSG sehingga menghasilkan uap yang
akan digunakan untuk memutar turbin uap.
Secara umum sistem produksi tenaga
listrik pada PLTGU dibagi menjadi dua siklus,
yaitu :
1. Open Cycle
Biasanya disebut proses turbin gas
(PLTG), yaitu gas buang atau uap dari
GTG (Gas Turbin Generator) langsung
dibuang ke udara melalui exhaust.
2. Close Cycle
Biasanya disebut proses turbin uap
(PLTU), yaitu gas buang dari GTG (Gas
Turbin Generator) tidak langsung dibuang
Page 2 of 7
Makalah Kerja Praktek di PT. Indonesia Power UBP Semarang
ke udara tetapi digunakan untuk
memanaskan air yang ada di HRSG (Heat
Recovery Steam Generator). Uap yang
dihasilkan dari HRSG digunakan untuk
memutar turbin uap.
Proses Pembangkit Listrik Tenaga Gas
Uap dapat dibagi menjadi dua proses, yaitu :
1. Proses Turbin Gas
Bahan bakar minyak ditampung dalam
tangki. Bahan bakar dipompa dari tangki
ke
combustion
chamber
(ruang
pembakaran) bersama-sama udara dari
compressor setelah terlebih dahulu melalui
air filter. Campuran ini dibakar dan
menghasilkan gas panas yang selanjutnya
digunakan untuk memutar turbin gas.
Gas buang dari turbin gas akan langsung
dibuang melalui
cerobong apabila
dioperasikan open cycle dan akan
dilewatkan HRSG apabila dioperasikan
close cycle.
2. Proses Turbin Uap
Air pengisi dipompa ke HRSG untuk
diubah menjadi uap. Hasil uap dari HRSG
dimasukkan ke turbin untuk mengubah
energi panas uap menjadi energi putar
rotor. Setelah dipakai, uap bekas dialirkan
ke condenser untuk dikondensasikan oleh
air pendingin atau air laut yang dipompa
melalui Circulating Water Pump (CWP).
Air ini nantinya dapat digunakan kembali
dalam proses turbin uap.
IV. PENGENDALIAN PEMAKAIAN
BAHAN BAKAR CAIR
4.1 Pemakaian
bahan
Combustion Chamber
bakar
ke
Dalam pengoperasiannya, GTG (Gas
Turbine Generator) dapat memakai 2 macam
bahan bakar yakni bahan bakar cair
(HSD/High Speed Diesel/Solar) dan gas.
Pengaturan pemakaian jenis bahan bakar
tersebut dapat dikontrol oleh operator melalui
control interface SPEEDTRONIC Mark V,
tetapi sampai dengan saat ini bahan bakar GTG
mempergunakan bahan bakar cair (HSD),
karena ketersediaan bahan bakar gas belum
bisa diperoleh.
Pada
proses
pembakaran
di
Combustion Chamber (ruang pembakaran),
bahan bakar ini selanjutnya dibakar pada udara
bertekanan (10 bar) hasil dari compressor,
pada
Combustion
Chamber
untuk
mendapatkan
udara/gas
panas
yang
diekspansikan berfungsi untuk memutar turbin
gas. Untuk menghasilkan frekuensi listrik pada
pembangkitan generatornya sebesar 50 Hz,
maka putaran turbin gas harus dijaga pada
kecepatan putaran sebesar 3000 rpm.
Sedangkan kondisi beban selalu berubah-ubah
tiap waktu. Apabila beban tinggi, maka
diperlukan lebih banyak bahan bakar dan bila
beban rendah, maka kebutuhan bahan bakar
semakin sedikit, untuk mempertahankan
putaran turbin gas pada 3000 rpm.
Sebelum dialirkan ke Combustion
Chamber, bahan bakar perlu diatur baik
tekanan, dan jumlah alirannya yang sesuai
dengan kebutuhan turbin gas untuk selalu
dalam kecepatan putaran sebesar 3000 rpm.
4.2 Kontrol Bahan Bakar Cair (HSD)
Mekanisme system pengontrollan
pemakaian bahan bakar (HDS) ke Combustion
Chamber terbagi menjadi 2 tahap, yaitu Liquid
Fuel Forwarding System dan Liquid Fuel
System.
Pada awalnya, bahan bakar cair (HSD)
dipompa dari Liquid Fuel Resevoir Tank
(tanki tandon bahan bakar cair /HSD), yang
berisi 21.000 KL HSD, menuju Liquid Fuel
Forwarding System untuk disaring dan diatur
tekanannya. Selanjutnya bahan bakar cair
(HSD) diteruskan ke Liquid Fuel System yang
ada didalam system gas turbin untuk disaring
ulang dan dikontrol seberapa besar jumlah
aliran bahan bakar yang
dibutuhkan di
Combustion Chamber. Ketika unit shut down,
jumlah aliran bahan bakar bahan yang masuk
ke Combustion Chamber akan dikontrol
hingga mencapai kebutuhan minimum secara
sekuensial
sesuai
dengan
penurunan
putarannya. kemudian dengan menutup katup
utama bahan bakar maka seluruh kebutuhan
bahan bakar dihentikan.
4.2.1. Liquid Fuel Forwarding System
Liquid Fuel Forwarding System
merupakan serangkaian alat yang berfungsi
untuk memasok bahan bakar cair (HSD) dari
Liquid Fuel Resevoir Tank (Tangki Tandon
HSD) ke Liquid Fuel System dengan mengatur
tekanan.
Alat-alat Liquid Fuel Forwarding System :
1. Duplex Strainers.
2. Differential Pressure Switch (63 LF-2).
3. Dua Forwarding Pump yang digerakkan
dua motor (88 FD-1 dan 88 FD-2).
Page 3 of 7
Makalah Kerja Praktek di PT. Indonesia Power UBP Semarang
4. Dua Heater pada masing-masing motor (23
FD-1 dan 23 FD-2).
5. Pressure Switch (63 FD-2).
6. Pressure Relief Valve (VR 51-1).
7. Overtemperatur Alarm switch (26 FD-1).
8. Flowmeter (FM-1).
9. Pressure Regulating Valve (VPR 53-1).
10.Solenoid Operated Stop valve.
Dari Duplex Strainer, bahan bakar cair
(HSD) kemudian dipompa oleh pompa bahan
bakar yang digerakkan oleh motor (88 FD-1
dan 88 FD-2) menuju Pressure Regulator
untuk diatur tekanannya.
Pada mulanya unit GTG mendapat
sinyal untuk distart, start dengan pilihan bahan
bakar cair (HSD), dari operator melalui
SPEEDTRONICTM Mark V Operator Interface
Control pada Control Room, secara otomatis
pompa bahan bakar pada Liquid Fuel
Forwarding System akan start. Bahan bakar
cair (HSD) dari Liquid Fuel Resevoir Tank
disalurkan melewati Duplex Strainer.
Gambar 4 Pressure Regulator.
Gambar 2 Diagram Pipa Duplex Strainers
Duplex Strainer ialah 2 buah penyaring
yang berfungsi menyaring kotoran yang ada
pada bahan bakar cair (HSD). Terdapat
transfer valve di antara kedua strainer. Fungsi
transfer valve ini ialah untuk memindah
pengaktifan strainer yang akan digunakan.
Pemindahan ini dilakukan secara manual.
RETURN TO TANK
Gambar 3 Diagram pipa Forwarding Pump.
Bahan bakar yang telah dicek tekanan
dan temperaturnya selanjutnya dialirkan
melalui Flowmeter (FM-1) untuk dicacah
jumlahnya dan diatur tekanannya melalui
Pressure Regulator Valve (VPR 53-1) sesuai
dengan permintaan jumlah dan tekanan yang
dibutuhkan High Pressure Main Fuel Pump.
Solenoid Operated Valve merupakan
alat yang dipasang paling akhir dari ujung
pemipaan Liquid Fuel Forwarding System.
Sehingga dapat dikatakan bahwa Solenoid
Operated Valve (20 FD-1) inilah katup yang
meneruskan bahan bakar dari Liquid Fuel
Forwarding System ke Liquid Fuel System.
Ketika GTG shut down atau trip, Solenoid
Operated Valve (20 FD-1) secara otomatis
menutup bersama-sama dengan Main Fuel
Stop Valve yang ada di Liquid fuel System.
4.2.2. Liquid Fuel System
Alat-alat pada Liquid Fuel Forwarding
System :
a) High Pressure Duplex Filter
b) Differential Pressure Switch
c) Fuel Oil Main Stop Valve
d) Limit Switch Fuel Oil Main Stop Valve
e) Hydraulic Trip Relay
f) Main Fuel Oil Pump
g) Solenoid Clutch (Kopling) Main Fuel Oil
Pump
h) Bypass Fuel Oil Control Valve
i) Main Fuel Oil Pump Discharge Relief
Valve
Page 4 of 7
Makalah Kerja Praktek di PT. Indonesia Power UBP Semarang
j) Servo Valve
k) Filter hydraulic Supply Servo Valve
l) Dua buah LVDT
m) Flow devider
n) Fuel Line Check Valve
o) Fuel Nozzle (14 buah)
p) Magnetic Pickup
q) False Start Drain Valve
2. Main Stop Valve
1. High Pressure Duplex Filter
Bahan bakar dari Liquid Fuel
Forwarding System disaring kembali melalui
High Pressure Duplex Filter (Penyaring
Bertekanan Tinggi jenis duplex). High
Pressure Duplex Filter (FF-1 dan FF-2)
memiliki ukuran penyaringan sebesar 5 mikron
dan berjumlah sebanyak 14 buah gelondong
filter pada setiap sisinya.
Gambar 6. Diagram pipa Main Stop Valve
Pada kondisi normal valve ini membuka.
Main Stop Valve akan menutup untuk
menghentikan aliran bahan bakar minyak
apabila unit GTG trip atau shutdown. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa Main stop
valve ini merupakan proteksi utama unit GTG.
3. Fuel Governor dan Main Liquid Fuel Pump
Gambar 5 Diagram High Pressure Duplex Filter
Seperti yang terlihat pada gambar di
atas, Differential Pressure Switch (63 LF-1)
terhubung diantara suction dan discharge High
Pressure Duplex Filter (FF-1 dan FF-2).
Differential Pressure Switch (63 LF-1) ini
berfungsi untuk menghitung selisih tekanan
bakar cair (HSD) sebelum masuk filter maupun
sesudah melalui filter. Apabila beda tekanan
yang terukur telah mencapai 15 PSIG maka
switch ini akan memberi sinyal alarm yang
dapat dideteksi pada control panel local
maupun control building.
Gambar 7 Diagram pipa Fuel Governor dan Main
Fuel Oil Pump
Gambar di atas menunjukkan bahwa
bahan bakar yang mengalir setelah melalui
Fuel Oil Main Stop Valve kemudian dipompa
Page 5 of 7
Makalah Kerja Praktek di PT. Indonesia Power UBP Semarang
oleh Main Fuel pump (PF 1-1) yang
digerakkan oleh Accessory Gear melalui
kopling Solenoid Clutch Main Fuel Oil Pump
(20 CF-1).
Di depan main fuel pump
terpasang sebuah vent (ventilasi) yang secara
normal menutup. Ventilasi ini berfungsi untuk
membuang gas-gas atau udara ketika sesudah
perbaikan Main Fuel Oil Pump atau Flow
Devider untuk mencegah masuk angin pada
system ini.
Main Fuel Pump akan memompa bahan
bakar sesuai kebutuhan turbin gas. Oleh karena
itu dipasang Bypass Fuel Oil Control Valve
(VC3-1). Valve ini berfungsi untuk membypass-kan kelebihan bahan bakar yang
dipompa oleh Main Fuel oil Pump. Bypass
Fuel Oil Control Valve (VC3-1) digerakkan
oleh Servo Valve (65 FP-1). Servo valve
merupakan valve hydraulic yang mengubah
system kontrol elektrik ke system kontrol
mekanik/aliran hydraulic selanjutnya akan
mengontrol arah dan laju gerak Bypass Fuel
Oil Control Valve (VC 3-1).
Servo valve dihubungkan ke FSR (Fuel
Stroke
Reference)
pada
controller
SPEEDTRONIC
Mark
V.
Kebutuhan
maksimum bahan bakar turbin gas dideteksi
dari gas exhaust temperature (suhu gas buang).
Selama unit GTG beroperasi, thermokopel
(sensor panas) yang ada pada exhaust
compartment akan mendeteksi tinggi suhu gas
buang
sebagai
indicator
maksimum
pembebanan turbin gas. Indikasi maksimum
pembebanan turbine ialah suhu gas buang
sebesar 565 0C.
Melalui card <R> <S> <T> , FSR
memberi sinyal perintah ke Servo Valve
sebagai aliran arus untuk mengatur besar
bukaan Bypass Fuel Oil Control Valve (VC 31) untuk mengalirkan kelebihan bahan bakar
yang dipompakan Main Fuel Pump sebelum
masuk ke Flow Devider sesuai dengan
kebutuhan turbin gas untuk melakukan
perputaran 3000 rpm. Seperti terlihat pada
gambar 7 aktuator hydraulic yang digerakkan
oleh servo valve yang terhubung dengan
Bypass Valve dilengkapi dengan LVDT.
LVDT ini juga dihubungkan ke FSR melalui
card <R><S><T> dan berfungsi untuk
mengecek posisi bukaan Bypass Valve dengan
mengirim sinyal control ke FSR pada
SPEEDTRONIC Mark V. LVDT akan
memberitahu apakah posisi bukaan Bypass
valve sudah benar atau belum.
4. Flow Devider
Bahan bakar cair (HSD) yang telah
dipompa oleh Main Fuel Oil Pump (PF 1-1)
dan telah dikontrol jumlahnya oleh Fuel
Governor, yang terdiri dari Servo Valve 65 FP1 dan Bypass Fuel Oil Control Valve (VC3-1),
kemudian bahan bakar dialirkan menuju Flow
Divider (FD 1-1) seperti pada gambar 8. Dari
Flow Divider (FD 1-1) ini nantinya bahan
bakar cair (HSD) akan dialirkan menuju ke 14
nozzle yang berada pada Combustion
Chamber.
Gambar 8 Skema Flow Devider
Flow Devider merupakan sebuah roda
gigi besar yang dikelilingi oleh 14 buah roda
gigi kecil yang sama besar. Roda gigi besar ini
berputar akibat adanya selisih tekanan dan
aliran bahan bakar yang masuk dari Main Fuel
Oil Pump (PF 1-1) ke ruang pembagi pada
Flow Devider itu sendiri. Ketika roda gigi
besar ini berputar maka roda gigi kecil juga
ikut berputar dengan arah yang berlawanan dan
memompa bahan bakar menuju ke empat belas
saluran yang masing-masing menuju ke 14
nozzle di Combustion Chamber. Flow Divider
ini membagi keempat-belas aliran bahan bakar
dengan kontinyu dan sama besar.
Pada Flow Divider terdapat 3 buah
Magnetic Pickup (77 FD-1, 77 FD-2 dan 77
FD-3) yang berfungsi untuk memberi sinyal
feedback
flow
ke
system
control
SPEEDTRONIC Mark V sebagai kendali aliran
bahan bakar.
Page 6 of 7
Makalah Kerja Praktek di PT. Indonesia Power UBP Semarang
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. SPEEDTRONICTM MARK V adalah suatu
sistem kontrol dan proteksi yang telah
dikembangkan oleh General Electric (GE)
dengan menggunakan software dan
hardware yang modern.
2. Sistem
bahan
bakar
dikontrol
menggunakan electrohidraulik servovalve
dengan actuator hidrolik berupa bypass
valve yang terhubung dengan tiga
kontroler <R>, <S>, dan <T>. Untuk
mengatur laju suplai bahan bakar.
3. Dalam pengaturan pemakaian bahan bakar
cair FSR (Fuel Stroke Reference) berfungsi
sebagai referensi yang menentukan
kebutuhan bahan bakar dari turbin gas.
4. Dengan bertambahnya beban pada
generator nilai FSR akan bertambah sesuai
pertambahan
beban
mengakibatkan
bertambah pula kebutuhan bahan bakar
untuk mempertahankan kecepatan turbin,
yakni 3000 rpm.
5. Indikasi maksimum pembebanan turbine
ialah suhu gas buang sebesar 565 0C.
BIODATA
Zabib
Bashori
(L2F006096), lahir di
Jepara,
tanggal
2
Agustus
1988,
merupakan mahasiswa
Teknik Elektro Undip
angkatan
2006
konsentrasi
Kontrol.
Telah
melaksanakan
Kerja Praktek di PT.
Indonesia Power UBP
Semarang.
Semarang, 4 Juli 2011
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
Budi Setiyono, ST., MT.
NIP. 197005212000121001
DAFTAR PUSTAKA
Lubis,
Rahmat.,
Fundamental
of
SPEEDTRONICTM Mark V Control
System, Tambak Lorok Combyne
Cycle Plant, Semarang, 2002.
Santoso, Junaidi., Laporan Kerja Praktek
Sistem Kontrol SPEEDTRONICTM
Mark V Sebagai Pengendali Turbin
Pada Generator Turbin Gas (GTG),
Jurusan Teknik Elektro Universitas
Diponegoro, Semarang, 2006.
--------------------, SPEEDTRONICTM Mark V
Control Description and Application
Volume I, Semarang, 1993.
--------------------,
Turbine
Gas
,www.
id.wikipedia.org, September 2010.
--------------------, SPEEDTRONICTM Mark V
Gas Turbine Control System, www.
gepower.com, September 2010.
Page 7 of 7
Download