3 Sampel daun tanaman sebanyak 1 g, bufer ekstrak 1.0 ml dan pasir kuarsa digerus dalam mortar hingga halus. Ekstrak sampel diserap menggunakan kertas saring, kemudian dimasukkan dalam sumur yang ada pada gel. Cetakan gel berisi ekstrak dimasukkan dalam alat elektroforesis yang sudah ditambahkan bufer elektroda. Elektroforesis sampel dilakukan dalam ruang pendingin dengan tegangan awal 50 volt selama 1 jam, dan selanjutnya dinaikkan pada tegangan 100 volt selama 4–5 jam. Setelah elektroforesis, gel dikeluarkan dari cetakan dan dibelah secara horizontal dengan ketebalan 1.5–3.0 mm, dan selanjutnya diwarnai. Pewarna yang digunakan adalah untuk isozim peroksidase, esterase, dan aspartat aminotransferase. Setelah isozim terwarnai secara optimal, gel dicuci dengan air mengalir, dan selanjutnya diamati pola pita isozim yang terbentuk pada gel dan difoto. HASIL Embriogenesis Mikrospora Embriogenesis mikrospora melalui kultur antera yang dikombinasikan dengan induksi mutasi menggunakan EMS berhasil dilakukan pada penelitian ini. Konsentrasi EMS dan lama perendaman antera berpengaruh terhadap respon embriogenesis dan daya kecambah embrio hasil kultur. Respon embriogenesis terbesar dimiliki pada perlakuan perendaman EMS konsentrasi 0.1% selama 6 jam sebesar 40.1%, sedangkan pada perendaman EMS konsentrasi 0.5% selama 1 jam tidak terjadi respon embriogenesis (0%) (Tabel 1). Rata-rata embrio lengkap per kuncup bunga terbanyak yang dapat dihasilkan juga diperoleh pada perlakuan EMS 0.1% selama 6 jam yaitu 1.9 embrio, sedangkan pada perlakuan EMS 0.5% selama 6 jam tidak dihasilkan embrio (Tabel 1). Embrio yang dapat berkecambah terbanyak juga diperoleh dari perlakuan EMS 0.1% selama 6 jam. Embrio lengkap hasil kultur antera memiliki ciri yaitu terdapat kotiledon, hipokotil dan radikula (Gambar 1a) dan dapat tumbuh dengan baik pada media perkecambahan (Gambar 1b) yang selanjutnya berkembang menjadi tanaman utuh (Gambar 1c). Embrio tidak lengkap memiliki ciri mempunyai radikula dan hipokotil tetapi tidak terdapat kotiledon (Gambar 1d), sehingga tidak mampu tumbuh dan berkembang dengan baik pada media perkecambahan (Gambar 1e). Morfologi dan Anatomi Tanaman Hasil Kultur Keragaman sifat morfologi tanaman cabai hasil kultur terlihat dari warna batang, bentuk batang, pertumbuhan percabangan, dan bentuk daun (Tabel 2). Perlakuan EMS 0.1% selama 3 jam menghasilkan keragaman pada warna batang, bentuk batang, pertumbuhan percabangan, dan bentuk daun (Tabel 2). Namun keragaman tersebut ditunjukkan juga oleh perbedaan tingkat ploidi tanaman. Perlakuan EMS 0.1% selama 6 jam menghasilkan keragaman morfologi berupa bentuk daun deltoid (Tabel 2). Jumlah kloroplas pada stomata tanaman menunjukkan tingkat ploidi yang dimiliki oleh tanaman tersebut. Tanaman pada perlakuan EMS 0.1% selama 3 jam memiliki rata-rata jumlah kloroplas sebesar 9.6 termasuk jenis tanaman haploid. Sedangkan pada tanaman lainnya termasuk jenis tanaman haploid ganda atau diploid (Tabel 2). Tabel 1 Hasil respon embriogenesis antera cabai (C. annuum) pada metode kultur antera yang dikombinasikan dengan mutagenesis menggunakan senyawa kimia EMS Total Kultur Kultur respon kultur* hidup** embryogenesis*** (Petri) (%) (%) Kontrol 35 79.2 13.1 EMS 0.1%; 1 jam 25 66.7 33.3 EMS 0.1%; 3 jam 25 82.4 13.3 EMS 0.1%; 6 jam 25 94.4 40.1 EMS 0.5%; 1 jam 26 73.3 0.0 EMS 0.5%; 3 jam 29 66.7 5.6 EMS 0.5%; 6 jam 23 57.1 13.3 Keterangan: *= 1 kuncup bunga (5-6 antera) per Petri; **= dari jumlah Petri tidak terkontaminasi; ***= dari kultur hidup. Perlakuan Rata-rata embrio lengkap per kuncup bunga 0.7 1.2 1.7 1.9 0.0 0.3 0.5 Rata-rata embrio berkecambah per kuncup bunga 0.3 0.3 0.7 1.7 0.0 0.3 0.0 4 a b d e c Gambar 1 Embrio hasil kultur antera cabai (C. annuum) dalam media dua lapis dan perkembangan tanaman dari embrio yang dihasilkan : a–b. embrio lengkap dan embrio tumbuh dan normal berkecambah; c. tanaman HG Tombak hasil kultur antera dalam media dua lapis; d–e. embrio tidak lengkap dan embrio yang tidak dapat tumbuh dan berkecambah. Garis skala: a dan d = 2 mm, b dan e = 1 cm, c = 5 cm. Keragaman Isozim Hasil visualisasi pola pita isozim peroksidase terlihat adanya perbedaan di bagian negatif pada sumur ke 4 dan 8 (gambar 2A), yang masing-masing adalah perlakuan EMS 0.1% selama 1 jam dan EMS 0.1% selama 6 jam (tidak berkembang menjadi tanaman lengkap). Kedua tanaman mengalami ekspresi berlebih enzim peroksidase di bagian negatif. Pada Isozim aspartat aminotransferase (AAT), tidak terdapat adanya pita yang terbentuk di sumur 5, 7 dan 8 (Gambar 2B), yang masing-masing adalah perlakuan EMS 0.1% selama 3 jam, EMS 0.1% selama 6 jam pada tanaman 2 dan yang tidak berkembang menjadi tanaman lengkap. Pada Isozim esterase memperlihatkan adanya 3 pita pada setiap kontrol, sedangkan pada seluruh perlakuan hanya terdapat 2 pita yang terbentuk (gambar 2C). Tabel 2 Keragaman morfologi dan anatomi tanaman cabai (C. annuum) kontrol dan hasil kultur antera yang dikombinasikan dengan mutagenesis menggunakan senyawa kimia EMS No. Perlakuan 1 2 3 4 5 6 Kontrol Biji 1 Kontrol Biji 2 Kontrol Kultur EMS 0.1%, 1 jam EMS 0.1%, 3 jam Warna batang Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau bergaris ungu Hijau Bentuk batang Persegi Persegi Persegi Persegi Silindris Pertumbuhan percabangan Tegak Tegak Tegak Tegak Prostate Bentuk daun Ovate Ovate Ovate Ovate Panjang dan ramping Deltoid Jumlah kloroplas* 14.0 ± 1.2 16.0 ± 2.5 14.4 ± 1.8 14.6 ± 2.1 9.6 ± 1.8 Tingkat ploidi 2n 2n 2n 2n n EMS 0.1%, 6 jam Persegi Tegak 15.6 ± 1.1 2n (tanaman 1) 7 EMS 0.1%, 6 jam Hijau Persegi Tegak Deltoid 12.3 ± 2.5 2n (tanaman 2) Keterangan: * Jumlah kloroplas per sel penjaga berdasarkan analisis terhadap 30 stomata dari tiga daun.