19 BAB III ROUTING Pada bab ini akan dibahas hal

advertisement
BAB III
ROUTING
Pada bab ini akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan routing. Hal-hal
yang akan dibahas antara lain komponen-komponen routing, perbedaan routing
statis dan dinamis, serta metrik routing.
3. 1 Definisi Routing
Routing adalah suatu aksi pemindahan informasi pada sebuah jaringan
komunikasi dari sumber ke tujuan. Pada suatu jaringan packet switching,proses
routing berada pada layer Network pada model OSI serta layer Internet pada
model TCP/IP.
Routing sering dibandingkan dengan bridging. Perbedaan mendasar antara
routing dan bridging adalah bahwa proses bridging terletak pada layer 2 (data link
layer) dari model OSI sedangkan proses routing terletak pada layer Network.
Perbedaan layer ini menjadikan routing dan bridging menggunakan protokol yang
berbeda dalam memindahkan informasi dari sumber ke tujuan sehingga kedua
fungsi ini bekerja dengan cara yang berbeda.
3.2 Komponen Routing
Dalam jaringan packet switching, routing memiliki dua komponen utama
dalam mengirim informasi. Kedua komponen tersebut adalah penentuan routing
path yang optimal serta switching.
3.2.1 Penentuan Routing Path
Metrik adalah standar pengukuran, seperti panjang path yang digunakan
oleh algoritma-algortima routing dalam menentukan path yang optimal ke tujuan.
Untuk memungkinkan keberlangsungan proses penentuan path, algoritma routing
menginisiasi dan menjaga tabel routing yang mengandung informasi route.
Informasi route ini bervariasi tergantung pada algoritma routing yang digunakan.
19
Informasi route tersebut antara lain berupa tujuan dan hop berikutnya yang
berhubungan
dengan
tujuan
tertentu.
Asosiasi
tujuan/hop
berikutnya
memberitahukan router bahwa “tujuan” dapat dicapai secara optimal dengan
mengirimkan paket ke router tertentu yang dalam hal ini diwakili dengan “hop
berikutnya”.
Ketika sebuah router menerima paket yang datang, ia akan memeriksa
alamat tujuan dan berusaha mengasosiasikannyadengan alamat tujuan tersebut
dengan hop berikutnya pada tabel routingnya. Tabel berikut menggambarkan
sebuah tabel routing dengan entri tujuan/hop berikutnya yang sederhana.
Tabel 3.1. Asosiasi Tujuan/Hop berikutnya
Tujuan
Hop Berikutnya
34
Node A
38
Node B
56
Node C
Sebuah tabel routing bisa saja mengandung informasi selain informasi
tujuan/hop berikutnya seperti bandwidth, delay dan keandalan dari link-link
penyusun sebuah path. Router membandingkan beberapa metrik untuk
menentukan route yang optimal, dan metrik-metrik ini berbeda satu sama lain
tergantung pada desain algoritma routing yang digunakan.
Router-router saling berkomunikasi dan menjaga tabel routing dengan
saling mengirimkan routing update. Routing update ini merupakan message yang
secara umum mengandung keseluruhan atau sebagian dari sebuah tabel routing.
Dengan menganalisis routing update dari seluruh router, sebuah router dapat
membangun gambaran detail dari topologi jaringan. Sebuah link state
advertisement, salah satu contoh message yang dipertukarkan antar router,
memberikan informasi router lain tentang keadaan link pengirim. Kumpulan link
state advertisement ini dapat digunakan untuk membangun sebuah gambaran
topologi yang lengkap sehingga memungkinkan router menentukan route yang
optimal ke tujuan.
20
3.2.2 Switching Sebagai Komponen Routing
Algoritma switching relatif sederhana dan secara prinsip sama untuk
semua protokol routing. Ketika sebuah host sumber akan mengirim paket ke host
tujuan, host sumber mengirim paket dengan alamat layer 2 (MAC address) sama
dengan alamat layer 2 (MAC address) router terdekat sedangkan network layer
addressnya diisi dengan network layer address host tujuan.
Sesudah router memeriksa network layer address dari paket tersebut,
router menentukan apakah ia mengetahui atau tidak bagaimana meneruskan paket
tersebut ke hop berikutnya. Kalau router tidak mengetahui bagaimana meneruskan
paket maka ia akan me-drop paket tersebut dan akan mengirimkannya ke default
router. Kalau router mengetahui ke mana ia akan meneruskan paket tersebut, ia
akan mengubah MAC address tujuan paket tersebut menjadi MAC address dari
hop berikutnya untuk mengirimkan paket.
Dalam kenyataanya, hop berikutnya bisa jadi merupakan host tujuan.
Kalau tidak, hop berikutnya biasanya merupakan router lain yang akan melakukan
proses switching yang sama. Ketika paket berjalan pada berbagai jaringan, MAC
address-nya mengalami perubahan, sedangkan network layer addressnya tetap
sama, seperti digambarkan pada gambar 3.1:
Gambar 3.1 Proses Switching
21
Untuk menggambarkan proses ini, International Organization of
Standardization (ISO) telah mengembangkan terminologi hierarkis. Dengan
menggunakan terminologi ini, perlengkapan jaringan tanpa kemampuan
meneruskan paket antar subnetwork disebut end systems (ESs), dan perlengkapan
jaringan dengan kemampuan meneruskan paket antar subnetwork disebut
intermediate systems (ISs). ISs selanjutnya dibagi kepada yang dapat
bekomunikasi dalam routing domain (intradomain ISs) dan kepada yang dapat
berkomunikas dalam dan antar routing domain (interdomain ISs). Routing domain
secara umum disebut juga sebagai bagian dari sebuah internetwork yang berada di
bawah wewenang administratif yang sama dan diatur oleh sekumpulan panduan
administratif. Routing domain sering disebut juga autonomous system.
3.3 Statis Dan Dinamis
Pada dasarnya algoritma routing statis bukanlah merupakan sebuah
algoritma tetapi lebih tepat disebut tabel pemetaan yang dibuat oleh administrator
jaringan sebelum proses routing dimulai. Pemetaan ini tidak akan berubah kecuali
administrator jaringan sendiri yang merubahnya. Desain algoritma ini sangat
sederhana dan sangat tepat jika diimplementasikan pada jaringan dengan traffic
yang dapat diprediksi serta pada jaringan yang didesain secara sederhana.
Karena sistem routing statis tidak dapat bereaksi terhadapa perubahan
jaringan, algoritma ini dianggap tidak stabil lagi untuk tipe jaringan sekarang yang
besar dan sering mengalami perubahan. Pada tahun 1990-an algoritma routing
statis menjadi algoritma routing yang dominan. Hampir seluaruh jaringan packet
switching menggunakan algoritma ini. Algoritma ini beradaptasi dengan kondisi
perubahan jaringan dengan menganalisis routing update message yang datang.
Apabila message tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan pada
jaringan, software routing akan menghitung ulang route dan mengirimkannya k
router lain sebagai routing update message yang baru. Message ini akan menyebar
di jaringan dan menstimulus router-router pada jaringan tersebut untuk
menjalankan kembali algoritmanya dan akhirnya mengubah tabel routing yang
22
bersangkutan. Pada prakteknya algoritma routing dinamis ini kadang-kadang
diimplementasikan bersamaan dengan algoritma routing statis.
3.4 Metrik Routing
Kemampuan algoritma routing memilih route yang optimal didasari pada
metrik dan prioritas metrik yang digunakan dalam
kalkulasi. Dalam
implementasinya, algoritma routing bisa saja menggunakan satu atau lebih metrik.
Semakin banyak kombinasi metrik yang digunakan dalam menentukan route
terbaik maka semakin bagus algoritma routing tersebut. Link state protokol
menggunakan cost metric untuk memilih jalurnya di dalam jaringan. Beberapa
metrik yang sering digunakan dalam algoritma routing adalah:

Panjang path

Keandalan

Delay

Bandwidth

Load(beban)
Panjang path merupakan metrik ruting yang paling umum. Beberapa routing
protokol memungkinkan administrator jaringan untuk menetapkan biaya ke suatu
link jaringan. dalam kasus ini, panjang path merupakan jumlah biaya yang
berhubungan dengan setiap link yang dilewati. Routing protokol yang lain
mendefinisikan hop count sebagai metrik, dalam kasus ini hop count merupakan
jumlah produk internetwork, seperti router, yang dilewati paket selama
perjalanannya dari sumber ke tujuan.
Keandalan dalam konteks algoritma routing berkaitan dengan bit-error-rate (laju
kesalahan bit) setiap link jaringan. beberapa link jaringan mungkin mengalami
down yang lebih sering daripada yang lain. Keandalan juga dapat didefinisikan
dengan kemampuan link jaringan untuk diperbaiki dengan mudah dan cepat
setelah mengalami down. Semakin lebih mudah dan cepat suatu link diperbaiki
maka
semakin andal
link
tersebut. Beberapa
faktor
keandalan
dapat
dikombinasikan untuk menentukan tingkat keandalan suatu link. Tingkat
23
keandalan dapat berupa nilai akhir yang ditetapkan oleh administrator jaringan
pada suatu link.
Routing delay merupakan waktu yang dibutuhkan untuk memindahkan paket dari
sumber ketujuan melalui path yang telah ditentukan. Delay tergantung pada
beberapa faktor, diantaranya bandwidth link jaringan, antrian port pada router,
kongesti jaringan serta jarakn fisik yang harus ditempuh. Karena delay merupakan
perpaduan antara beberapa varibel penting, delay menjadi metrik yang digunakan
secara luas.
Bandwidth adalah kapasitas traffic yang ada pada sebuah link. Jika faktor-faktor
lain dianggap sama, sebuah Ethernet link dengan kapasitas 10-Mbps Ethernet
lebih baik daripada leased line dengan kapasitas 64 kbps. Walaupun bandwidth
merupakan maksimum throughput yang dapat dicapai pada sebuah link, route
melalui link dengan bandwidth yang lebih besar tidak selalu memberikan route
yang lebih baik daripada route dengan link yang lebih kecil bandwidthnya.
Sebagai contoh, jika link dengan bandwidth lebih besar lebih sibuk, waktu yang
dibutuhkan untuk mengirim paket ke tujuan menjadi lebih besar.
Load menunjukkan tingkatan kesibukan perangkat jaringan, seperti router. Load
dapat dihitung dengan berbagai cara termasuk utilisasi CPU dan paket yang
diproses per detik. pemantauan terhadap parameter-parameter ini secara kontinyu
dapat meningkatkan load pada jaringan
24
Download