PENDAHULUAN Salah satu hal penting yang menunjang kelangsungan hidup masyarakat adalah air. Air yang bersih dan sehat merupakan kebutuhan seluruh manusia sehingga kualitasnya harus diperhatikan. Maraknya pabrik-pabrik di lingkungan sekitar perumahan menyebabkan tercemarnya badan air. Tercemarnya air ini dikarenakan limbah buangan hasil kegiatan suatu industri tercampur dengan air yang digunakan untuk kegiatan rumah tangga (Sutrisno, 1991). Singkong (Manihot utilissima) disebut juga ubi kayu atau ketela pohon. Singkong merupakan bahan baku berbagai produk industri seperti industri makanan, farmasi, tekstil, dan juga termasuk tepung tapioka. Selain menghasilkan tepung, pengolahan tapioka juga menghasilkan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair. Limbah cair dapat dimanfaatkan untuk pengairan sawah dan ladang dikarenakan banyaknya bahan organik yang terkandung dalam sebuah limbah cair (Hanifah, dkk., 2001). Tapioka adalah salah satu jenis tepung yang berasal dari bahan baku dasar singkong atau ubi kayu. Menurut Pranoto (2000), tepung tapioka sendiri bermanfaat sebagai bahan baku atau bahan pembantu untuk keperluan industri makanan, tekstil, kertas dan lain-lain. Selain itu, tapioka banyak digunakan sebagai bahan pengental dan bahan pengikat dalam industri makanan. Sedangkan ampas tapioka banyak dipakai sebagai campuran makanan ternak. Menurut Zaitun (1999) pembuatan tapioka menghasilkan limbah, terutama limbah cair. Limbah cair akan mengalami dekomposisi secara alami di badan-badan perairan dan menimbulkan bau tidak sedap. Bau tersebut dihasilkan dari proses penguraian senyawa yang mengandung nitrogen, sulfur, dan fosfor dari bahan berprotein. Perusahaan Terbuka (PT) Sukoharjo Makmur Abadi merupakan salah satu pabrik yang mengolah singkong menjadi tapioka, dengan kapasitas 100 ton singkong/hari. Produksi tapioka dalam jumlah besar juga menghasilkan limbah cair yang besar pula. Bau yang dihasilkan dari limbah cair juga cukup menyengat. Namun, di PT. Sukoharjo Makmur Abadi pengolahan limbah yang ada masih belum maksimal dikarenakan kurangnya sumber daya yang dimiliki. Berdasarkan dampak yang ditimbulkan inilah yang dijadikan acuan untuk melakukan pengolahan secara biologis menggunakan tanaman air sehingga limbah cair industri tidak banyak mengandung senyawa toksik seperti sianida. Tanaman air yang digunakan adalah kayu apu (Pistia stratiotes L.). Pada penelitian Mustaniroh, dkk. (2009) tanaman air kayu apu (Pistia stratiotes L.) mampu mengurangi nilai pH 39,25%, BOD 67,05%, DO 72,24%, TSS 60,31%, dan kromium 74,51% pada limbah cair industri penyamakan kulit. Penelitian ini akan mengkaji kemampuan tumbuhan kayu apu (Pistia stratiotes L.) dalam memperbaiki kualitas limbah cair industri tapioka. Menurut Wirawan, dkk. (2014) kayu apu (Pistia stratiotes L.) sebagai tumbuhan air memiliki potensi dalam menurunkan kadar pencemar air limbah yang memiliki kadar organik tinggi. Kemampuan mencengkeram lumpur dengan berkas-berkas akarnya dapat dimanfaatkan sebagai pembersih air sungai yang sangat kotor. Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas limbah cair tapioka PT. Sukoharjo Makmur Abadi, mengetahui pengaruh tanaman air kayu apu (Pistia stratiotes) terhadap kualitas limbah cair tapioka, dan mengetahui biomassa yang paling efektif tumbuhan air kayu apu (Pistia stratiotes) dalam mempengaruhi kualitas limbah cair industri tapioka. Hasil dari penelitian ini diharapkan agar kayu apu (Pistia stratiotes) dapat dimanfaatkan sebagai alternatif perbaikan kualitas limbah cair industri tapioka sehingga parameter limbah cair tapioka berada pada konsentrasi aman yaitu di bawah baku mutu.