ANALISIS PERBANDINGAN FENOTIPIK DAN EKOLOGI TANAMAN Coffea Arabica L PADA BERBAGAI WILAYAH KOMODITI KOPI DI KABUPATEN BANTAENG Dirga Ali Imran.*, Andi Ilham Latunraa, Elis Tambarua, Ambenga *Alamat korespondensie-mail : [email protected] *aJurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar ABSTRAK Penelitian mengenai Analisis perbandingan fenotipik dan ekologi tanaman Coffea arabica L. pada berbagai wilayah komoditi kopi di Kabupaten Bantaeng. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan fenotipik kopi arabika dan kondisi ekologi pada berbagai wilayah komoditi kopi di Kabupaten Bantaeng. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2013 sampai bulan Juni 2013, yang bertempat di Kabupaten Bantaeng, sedangkan analisis data dilakukan di Laboratorium Ilmu Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar. Penelitian dirancang dengan menggunakan metode observasi lapangan dan pengukuran berbagai faktor fenotipik dan ekologi. untuk menetukan wilayah yang menjadi stasiun pengambilan data dan sampling digunakan metode tracking untuk mengcover area yang mencakup 100 individu tanaman, sampel tanaman ditentukan dengan metode acak yang mewakili 15 % dari total individu tanaman dalam satu stasiun. Untuk analisis faktor fenotipik, data yang dikumpulkan adalah data pengukuran tinggi tanaman, luas basal area, total cabang Orthrotrop, luas penutupan tajuk, panjang dan lebar daun. Analisis faktor ekologi dilakukan pengukuran terhadap faktor ketinggian wilayah, pH tanah, suhu, dan keberadaan naungan. Pengolahan data menggunakan microsoft excel, untuk luas basal area digunakan rumus BA = π . R 2 = ¼ π. D2, untuk luas penutupan tajuk digunakan rumus CP = 0,25 . d2, sementara untuk data fenotipik yang lain dan data ekologi digunakan rumus rata-rata. Hasil pengolahan data dibuat dalam bentuk tabel dan grafik untuk mengetahui perbandingan fenotipik dan ekologi untuk setiap stasiun penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah yang mewakili Kecamatan Tompobulu memiliki kondisi fenotipik tanaman kopi arabika yang terbaik dibandingkan Kecamatan Uluere, Kecamatan Eremerasa, dan Kecamatan Bantaeng. Wilayah dengan kondisi ekologi terbaik untuk pertumbuhan kopi arabika adalah Kecamatan Uluere dan Kecamatan Tompobulu, sementara untuk Kecamatan Eremerasa dan Kecamatan Bantaeng, tanaman kopi arabika masih dapat tumbuh namun pertumbuhannya kurang maksimal. Kata kunci : Coffea arabica L., Kabupaten Bantaeng, Fenotipik, Ekologi. ABSTRACT This research about Comparative analysis of phenotypic and ecological of Coffea arabica L. Plant in different areas of the coffee commodity at Bantaeng Regency . The research are aimed to Compare arabica coffe phenotypic and ecological conditions in different areas of the coffee commodity at Bantaeng Regency. The research had been conducted at Bantaeng, from March 2013 untill June 2013, while the data analysis carried out in the Botany Laboratory, Department of Biology, Science Faculty, Hasanuddin University, Makassar. The study was 1 designed by using field observations and measurements of various phenotypic and ecological factors. to determine the area that became sampling station, tracking method was used for covering area that cover 100 plant individu, plant individu sample was determined with random methods that represent 15 % from total individu in one sampling station. For analysis of phenotypic factor, the datas that collected is measurement of plant height, basal area wide, canopy wide, leaf length, dan leaf width. For ecologycal factors analysis measurement of ecology factors was conducted such as area elevation, soil pH, temperature, and the existence of covering plant. Data processing using microsoft excel as helping program with BA = π . R2 = ¼ π. D2 formula for basal area wide, CP = 0,25 . d 2 formula for canopy wide, and average formula for others phenotypic factors and ecology factors. The data processing is made in the form of tables and graphs to determine the comparison of phenotypic and ecolgy factors at each stations. The data processing results showed that area which represent Tompobulu Regency have the best phenotypic conditions compared with Uluere Regency, Eremerasa Regency, and Bantaeng Regency. The area that have best ecology condition for growth of arabica coffee is the area that represent Uluere Regency and Tompobulu Regency, while for Eremerasa Regency and Bantaeng Regency, arabica coffe still can grow but not maximal growth. Key Words: Coffea arabica L., Bantaeng Regency, Phenotypic, Ecology kecamatan serta 46 desa dan 21 kelurahan. Pada bagian utara daerah ini terdapat dataran tinggi yang meliputi Pegunungan Lompobattang.Sedangkan di bagian selatan membujur dari barat ke timur terdapat dataran rendah yang meliputi pesisir pantai dan persawahan (Anonim, 2013 a). Kabupaten Bantaeng yang luasnya mencapai 0,63% dari luas Sulawesi Selatan, masih memiliki potensi alam untuk dikembangkan lebih lanjut. Lahan yang dimilikinya ± 39.583 Ha.Daerah Kabupaten Bantaeng mempunyai hutan produksi terbatas 1.262 Ha dan hutan lindung 2.773 Ha.Pada tahun 2006, secara keseluruhan luas kawasan hutan menurut fungsinya di Kabupaten Bantaeng sebesar 6.222 Ha(Anonim, 2013 a). Karena sebagian besar penduduknya petani, maka wajar bila Bantaeng sangat mengandalkan sektor pertanian dan perkebunan.Sementara salah satu komoditi tanaman yang merupakan sumber penghasilan besar serta memiliki potensi produksi yang cukup baik dengan distribusi pemasaran bagus yang ditanam oleh masyarakat Bantaeng adalah kopi arabika. Namun dewasa ini, masyarakat Kabupaten Bantaeng masih kesulitan untuk mendapatkan informasi mengenai PENDAHULUAN Kopi merupakan salah satu dari komoditi tanaman yang sangat lazim dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia dan termasuk ke dalam salah satu tanaman produksi yang sangat penting dalam wilayah export produksi tanaman agricultural ke luar negri serta industri makanan lokal (Siswoputranto,1992). Produksi Perkebunan Kopi untuk Tahun 2006 pada Sulawesi Selatan terdiri dari produksi perkebunan rakyat : 28.564 Ton, produksi perkebunan swasta : 1.694 Ton. Pada tahun 2009 terdiri dari : produksi perkebunan rakyat :31.101 Ton, produksi perkebunan swasta : 863 Ton. Pada tahun 2010 hasil penjumlahan antara kopi robusta dengan kopi arabika terdiri dari : produksi perkebunan rakyat :35.545 Ton, dan produksi perkebunan swasta : 1.009 Ton (Badan Pusat Statistik, 2011). Salah satu kabupaten yang terletak di Sulawesi Selatan dan memiliki potensi lahan dan sektor perkebunan kopi yang bagus adalah Kabupaten Bantaeng.Secara geografis Kabupaten Bantaeng terletak pada titik 5o21'23"-5o35'26" lintang selatan dan 119o51'42"-120o5'26" bujur timur.Berjarak 125 Km kearah selatan dari Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan.terbagi atas delapan 2 karakteristik kopi arabika, serta tingkat kecocokannya dengan beberapa lahan perkebunan yang tersebar di Kabupaten Bantaeng.Oleh karena itu perlu diadakan penelitian mengenai Analisis perbandingan fenotipik dan ekologi tanamanCoffea arabicaLpada berbagai wilayah komoditi kopi di Kabupaten Bantaeng. 15 % individu tanaman kopi Arabica dari total 100 % individu tanaman kopi Arabika pada satu stasiun ( Cochran, 1991). Analisis Data Analisi Fenotipik Fenotip tanaman diamati secara visual dan dilakukan pengukuran terhadap karakter : Jumlah cabang orthrotrop ditentukan dengan pengamatan secara visual terhadap individu tanaman yang menjadi sampel.untuk karakteristik daun, dilakukan pengukuran lebar dan panjang daun dengan menggunakan rollmeter. Tinggi Tanaman yangdiukur dengan menggunakan hagametermulai dari bagian pangkal batang sampai ke bagian pucuk tanaman. Lebar kanopi/Luas Proyeksi Tajukdiukur pada bagian kanopi yang paling lebar dengan menggunakan rollmeter yang dibentangkan secara vertical (D1) dan secara horizontal (D2) dengan cara seperti berikut : BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2013 sampai bulan Juni 2013, yang bertempat di Kabupaten Bantaeng, sedangkan analisis data dilakukan di Laboratorium Ilmu Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar. Alat Dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa Global Positoning System(GPS)Trimble, Rollmeter (cm), Thermometer, Soiltester,dan Hagameter. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu individu tanaman Coffea arabica L, dan sampel tanah stasiun satu, dua, tiga, dan empat. Metode Kerja Penentuan Stasiun dan Sampel Sebelum pengambilan sampel terlebih dahulu mengadakan observasi ke lapangan untuk menentukan stasiun pengambilan sampel.Stasiun ditetapkan menjadi empat stasiun yaitu stasiun satu (Kecamatan Uluere), dua (Kecamatan Tompobulu), tiga (Kecamatan Eremerasa), dan empat (Kecamatan Bantaeng).Setiap stasiun ditentukan dengan metode sistematik berdasarkan survei lapangan dan keterangan masyarakat setempat.Area yang menjadi wilayah pengambilan data adalah area dalam lingkup stasiun yang di plot dengan menggunakan metode tracking dan mencakup 100 individu tanaman Coffea Arabica L. Sampel ditentukan dengan metode acak/random dimana tiap-tiap individu tanaman kopi arabika pada stasiun diberikan angka yang kemudian diacak sehingga memunculkan deretan angka yang mewakili Proyeksi Tajuk D1 D2 Gambar 4. Cara penentuan proyeksi tajuk (Sumber : Wordpress.com). Cara perhitungan (Kusmana, 1997) : d1+d2 d= _____________ 2 Maka luas penutupan tajuk adalah: CP=0,25.d2 Lingkar batang diukur dengan menggunakan rollmeter untuk menentukan 3 Luas Basal Area (LBA).Basal area ini merupakan suatu luasan areal dekat permukaan tanah yang dinaungi oleh tumbuhan.Basal area pohon dapat diukur melaluidiameter batang.Pengukuran lingkar batang umumnya dilakukan pada bagian batang utama yang berada di atas permukaan tanah sebelum percabangan orthotrop yang pertama.Dengan asumsi bahwa penampang melintang batang suatu pohon berbentuk lingkaran, basal area dari pohon tersebut dihitung dengan rumus (Kusmana , 1997) : BA = T7 adalah suhu udara pukul 07.00, T13 adalah suhu udara pukul 13.00, T18 adalah suhu udaraudara pukul 18.00. pH tanah setiap stasiun diukur dengan menggunakan Soiltester yang ditancapkan langsung pada lahan dari setiap stasiun.Data complementer lahan berupa keberadaan teduhan, jarak tanam rata-rata, tanaman asosiasi, dan umur tanaman. HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Penjabaran kondisi ekologi tiap stasiun IV.1.1 Stasiun 1 Kecamatan Uluere Stasiun satu yang mewakili Kecamatan Uluere terletak di desa Bontomarannu dengan koordinat 5°26’26,35” lintang utara dan 119°55’34,52” lintang selatan. Nama pemilik kebun kopi adalah bapak Kasman Upa. Umur tanam tanaman kopi adalah 7 tahun dengan jarak tanam hampir seragam yaitu : vertikal 178 cm dan horizontal 225 cm. Ketinggian wilayah stasiun adalah 1249 m dpl, dengan suhu harian 190C. pH tanah 4,7 tergolong masam. Kebun memiliki naungan untuk tanaman kopi yang tersebar secara merata. Jenis tanaman yang digunakan sebagai naungan adalah Ambas (kayu Dadap) Erythrina variegataL. Termasuk dalam kebun heterogen dengan tanaman kopi arabica sebagai tanaman primernya. Tanaman asosiasi adalah kopi robusta Coffea canephora L, Alpukat Persea americana P. Mill, dan Jati Tectona grandis . IV.1.2 Stasiun 2 Kecamatan Tompobulu Stasiun dua yang mewakili Kecamatan Tompobulu terletak di desa La’bo dengan koordinat 5°24’48,24” lintang utara dan 120°1’12,61” lintang selatan. Nama pemilik kebun kopi adalah bapak Rabani. Umur tanam tanaman kopi adalah 78 tahun dengan jarak tanam hampir seragam yaitu : vertikal 215 cm dan horizontal 236 cm.Ketinggian wilayah stasiun adalah 803 mdpl, dengan suhu harian 210C. pH tanah 5,2 tergolong masam. π.R2 = ¼ π. D2 Keterangan BA : Basal area R : Jari-jari lingkaran daripenampang lintang batang D : Diameter batang pohon Analisi Ekologi Faktor-faktor ekologi yang akan dianalisis adalah : Ketinggian wilayah (ditentukan dengan menggunakan GPS Trimble), suhu dan kelembapan relatif stasiun (ditentukan dengan Thermometer) pH tanah (ditentukan dengan Soiltester) dan data-data complementer lahan (diamati langsung secara visual dan berdasarkan keterangan pemilik kebun). Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan Thermometer.Pengamatan suhu dilakukan tiga kali sehari yaitu pada pukul 07.00, 13.00, dan 18.00. Suhu rata-rata harian (T)dihitung dengan persamaan: T = (2T7 +T13 + T18)/4 4 . Kebun memiliki naungan untuk tanaman kopi yang tersebar secara merata. Jenis tanaman yang digunakan sebagai naungan adalah Ambas (kayu Dadap) Erythrina variegataL. Termasuk dalam kebun heterogen dengan tanaman kopi arabica sebagai tanaman primernya. Tanaman asosiasi adalah kopi robusta Coffea canephora L, Nangka Artocarpus heterophyllus Lam, Pisang Musa paradisiaca, Durian Durio Sp dan Kakao Theobroma cacao L. IV.1.3 Stasiun 3 Kecamatan Eremerasa Stasiun tiga yang mewakili Kecamatan Eremerasa terletak di desa Parangloe dengan koordinat 5°27’19,10” lintang utara dan 120°0’29,80” lintang selatan. Nama pemilik kebun kopi adalah bapak Hasbullah. Umur tanam tanaman kopi adalah 4 tahun dengan jarak tanam hampir seragam yaitu : vertikal 208 cm dan horizontal 245 cm.Ketinggian wilayah stasiun adalah 510 m dpl, dengan suhu harian 240C. pH tanah 4,5 tergolong masam. Kebun tidak memiliki naungan untuk tanaman kopi sehingga tanaman kopi terkena sinar matahari secara langsung.Termasuk dalam kebun heterogen dengan tanaman kopi arabica sebagai tanaman primernya. Tanaman asosiasi adalah Jagung Zea mays. Umur tanaman kopi arabika tergolong pendek karena tanaman tidak bertahan lama, menurut keterangan pemilik kebun, tanaman hanya bisa berbuah 2-3 kali sebelum akhirnya mati dan diganti dengan tanaman yang baru. IV.1.4 Stasiun 4 Kecamatan Bantaeng Stasiun empat yang mewakili Kecamatan Bantaeng terletak di kelurahan Onto dengan koordinat 5°28’49,90” lintang utara dan 119°58’23,30” lintang selatan. Nama pemilik kebun kopi adalah bapak Adi. Umur tanam tanaman kopi adalah 6-8 tahun dengan jarak tanam hampir seragam yaitu : vertikal 180 cm dan horizontal 325 cm.Ketinggian wilayah stasiun adalah 409 m dpl, dengan suhu harian 240C. pH tanah 5,2 tergolong masam. Kebun memiliki naungan untuk tanaman kopi yang tersebar secara merata. Jenis tanaman yang digunakan sebagai naungan adalah Sengong (kayu Colok) Albizia chinensis.Termasuk dalam kebun heterogen dengan tanaman kopi arabica sebagai tanaman primernya. Tanaman asosiasi adalah kopi robusta Coffea canephora L, Pepaya Carica papaya, Pisang Musa paradisiaca, Langsat Lansium domesticum dan Kakao Theobroma cacao L. IV.1.5 Pembahasan kondisi Ekologi setiap Stasiun Berdasarkan hasil penelitian, data ekologi setiap stasiun yang diperoleh adalah sebagai berikut : Tabel Perbandingan Ekologi setiap Stasiun No Stasiun pH Tanah Ketinggian (m dpl) Suhu (Celcius) Naungan 1 4,7 1249 19 Ada 2 5,2 803 21 Ada 3 4,5 510 24 4 5,2 409 24 Tidak Ada Ada Untuk tumbuh maksimal, tanaman kopi arabika membutuhkan tanah yang gembur dengan kisaran derajat keasamaan (pH) tanah 5,5-6,5(Clifford, 1985). Apabila pH tanah kurang dari kisaran tersebut, tanaman kopi masih bisa tumbuh namun pertumbuhan dapat terhambat disebabkan oleh kurangnya kemampuan untuk menyerap unsur hara sehingga dibutuhkan pengapuran (Najiyati dan Danarti, 2004). Berdasarkan data yang di peroleh Tabel perbandingan ekologi, keempat stasiun memiliki pH tanah yang cocok dengan syarat pertumbuhan maksimal tanaman kopi arabika. Faktor elevasi tidak memiliki pengaruh langsung terhadap pertumbuhan tanaman kopi arabika, namun berkorelasi dengan kisaran temperatur yang mencakup suatu wilayah. Setiap jenis kopi membutuhkan elevasi yang berbeda, kopi arabika dapat tumbuh pada elevasi 400-2000 mdpl, namun elevasi yang cocok untuk pertumbuhan maksimal yaitu 800-1500 5 mdpl(AAK, 1988). Tinggi rendahnya elevasi juga berpengaruh terhadap resistensi tanaman kopi arabika terhadap penyakit karat daun(Wachjar, 1984). Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel Perbandingan Ekologi, stasiun satu dan dua memiliki elevasi yang cocok dengan syarat pertumbuhan maksimal tanaman kopi arabika, sementara pada stasiun tiga dan empat, kopi arabika masih dapat tumbuh namun pertumbuhannya kurang maksimal. Temperatur wilayah dipengaruhi oleh elevasi dari wilayah itu sendiri, pada setiap kenaikan elevasi sebanyak 100 m, maka suhu akan menurun dengan kisaran 0,60C (Monteith and Unsworth, 1990). Kopi arabika dapat tumbuh pada kisaran suhu 17250C, untuk pertumbuhan maksimal dibutuhkan suhu 17-210C. Temperatur juga berpengaruh terhadap pembentukan bunga, produksi buah dan kepekaan terhadap serangan penyakit (AAK, 1988). Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel Perbandingan Ekologi, stasiun satu dan dua memiliki temperatur harian yang cocok dengan syarat pertumbuhan maksimal tanaman kopi arabika, sementara pada stasiun tiga dan empat, tanaman kopi arabika masih dapat tumbuh namun pertumbuhannya kurang maksimal. Naungan merupakan faktor pendukung yang berfungsi untuk mengurangi intesitas cahaya matahari langsung terhadap tanaman kopi terkait karakteristik tanaman kopi sebagai tanaman C3 yang tidak membutuhkan intensitas cahaya matahari terlalu banyak. Selain itu untuk mencegah pengurangan humus pada substrat, mencegah embun upah (frost) pada daerah tinggi, dan menahan erosi (Wachjar, 1984). IV.2 Analisis Fenotipik Tanaman Coffea arabica L setiap stasiun. Berdasarkan hasil penelitian, data nilai rata-rata untuk setiap faktor fenotipik tanaman Coffea arabica L pada setiap stasiun yang termasuk dalam ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut : No Stasiun Tinggi Tanaman (cm) Basal Area (cm2) Total Cabang Orthrotrop Luas Canopy (m2) Panjang Daun (cm) Lebar Daun (cm) 1 358,4 55,1 9 4,3 13,6 5,8 2 398,3 249,4 16 6,2 14,5 5,8 3 249,4 23,9 8 2,9 13,5 5,9 4 309,9 30,3 10 3,5 13,9 5,8 Tinggi rata-rata tanaman kopi arabika yang tumbuh secara alami (tanpa diberi perlakuan berupa pemupukan dan pemangkasan) dapat mencapai 4-6 meter pada usia matang/3 tahun (pembentukan bunga dan produksi buah untuk panen pertama) (PPKKI, 2006). Pertambahan tinggi tanaman berkorelasi dengan kemampuan tanaman untuk menyerap unsur hara dan kemampuan untuk berfotosintesis, sehingga secara tidak langsung dipengaruhi oleh pH tanah dan ketinggian suatu wilayah. Ketinggian wilayah mempengaruhi ketersediaan O2 dan CO2 pada atmofser sementara pH tanah berpengaruh pada ketersediaan unsur hara dan kemampuan tanaman untuk menyerap unsur hara (Syamsulbahri, 1996 ).Selain itu ketersediaan naungan untuk tanaman kopi juga berpengaruh terhadap ketahanan tanaman. Tanaman kopi yang ditanam tanpa naungan sangat rentan tidak bertahan lama sehingga tanaman tidak mampu mencapai tinggi maksimal. Intensitas cahaya matahari yang terlalu banyak berpengaruh terhadap ketersediaan CO2 pada atmofsir karena laju fotosintesis yang terlalu besar, juga terhadap karakteristik substrat yang membuat tanaman kopi sulit menyerap unsur hara pada substrat (Wilson, 1985). Berdasarkan data pengamatan setiap stasiun pada table perbandingan fenotipik, maka dapat dilihat bahwa stasiun dua memilik nilai tinggi tanaman rata-rata yang tertinggi, sementara untuk stasiun tiga, tanaman tidak dapat bertahan lama sehingga tanaman tidak dapat mencapai tinggi maksimal selama pertumbuhannya. Basal area merupakan luasan area tertentu pada tanah yang dikuasai oleh satu 6 individu tanaman(Kusmana,1997). Faktor ini terkorelasi dengan laju pertumbuhan tanaman dan kemampuan tanaman dalam mendominasi penyerapan unsur hara pada substrat tempat tumbuhnya tanaman itu. Maka dapat diasumsikan, semakin besar basal area suatu individu tanaman, maka semakin besar laju pertumbuhan rata-rata suatu tanaman dan semakin besar kemampuan tanaman untuk menyerap unsur hara pada suatu cakupan wilayah tertentu. fotosintesis suatu tanaman. Semakin rimbun suatu tanaman maka semakin besar dominansi tanaman tersebut terhadap penggunaan kadar CO2 untuk fotosintesis dan O2 untuk respirasi pada atmofser wilayah tempat tumbuh tanaman tersebut. Berdasarkan data yang didapatkan dari setiap stasiun pada table perbandingan fenotipik, stasiun yang memiliki ukuran ratarata basal area tertinggi adalah stasiun dua. Daun merupakan salah satu organ penting dalam proses Anabolisme (Fotosintesis) dan Katabolisme (Respirasi) dari individu tanaman. Panjang dan lebar daun berbanding lurus dengan kapasitas satu daun sebagai alat untuk fotosintesis dan respirasi tanaman, dengan asumsi semakin besar ukuran daun maka kapasitas untuk menghasilkan produk fotosintesis dan respirasi juga semakin besar. Ukuran ratarata daun dewasa untuk tanaman kopi arabika adalah : panjang 5-15 cm dan lebar 4-6,5 cm(Clifford, 1985). Berdasarkan data yang didapatkan dari setiap stasiun pada table perbandingan fenotipik, stasiun dua memiliki nilai rata-rata kerimbunan yang tertinggi. Cabang Orthrotrop merupakan percabangan dari cabang primer yang berfungsi sebagai tempat tumbuhnya cabang Plagiotrop atau cabang produksi dan sebagai tempat melekatnya daun dengan formasi selang-seling antara kedua sisinya (AAK, 1988). Laju produktifitas buah kopi dapat ditentukan dengan total cabang Orthrotrop sebagai salah satu parameternya dengan asumsi pertambahan jumlah cabang Orthrotrop berbanding lurus dengan pertambahan jumlah cabang Plagiotrop. Selain itu, pertambahan jumlah cabang ortotrop berkorelasi dengan laju pertumbuhan individu tanaman kopi arabika. Berdasarkan data yang didapatkan dari setiap stasiun pada Tabel perbandingan fenotipik, stasiun dua memiliki nilai rata-rata panjang dan lebar yang tertinggi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu: Berdasarkan data yang di dapatkan dari setiap stasiun pada perbandingan fenotipik, stasiun dua memiliki total cabang Orthrotrop rata-rata yang tertinggi. 1. Luas penutupan tajuk (canopy)/kerimbunan pada tanaman kopi merupakan luasan area yang dicakup oleh tajuk (crown) (Kusmana,1997), yang terkorelasi dengan jumlah cabang Orthrotrop dan Plagiotrop serta jumlah daun (kerimbunan) yang dimiliki suatu individu tanaman. Semakin luas canopy dari suatu individu tanaman, maka semakin panjang dan banyak jumlah cabang Plagiotrop untuk pembentukan bunga dan produksi buah pada suatu tanaman, juga semakin banyak jumlah daun yang dimiliki untuk laju respirasi dan 2. 7 Stasiun dengan kualitas fenotipikterbaik yaitu nilai rata-rata dari tinggi tanaman, jumlah cabang Orthrotrop, luas basal area, luas penutupan tajuk, lebar dan panjang daun tanaman kopi arabika adalah stasiun duayaitu kebun kopi yang mewakili Kecamatan Tompobulu, Desa La’bo. Berdasarkan analisis ekologi, stasiun satu dan stasiun dua memiliki kondisi ekologi yang cocok untuk pertumbuhan maksimal kopi arabika, sementara pada stasiun tiga dan stasiun empat kopi arabika dapat tumbuh namun pertumbuhannya kurang maksimal. Joko-tritunggal.blogspot.com, Budidaya tanaman kopi arabika, 2013.http :// www.joko-tritunggal.blogspot.com. 07 januari 2013 Saran Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang korelasi antara faktor ekologi dan fenotipik tanaman kopi arabika, selain itu juga dilakukan penelitian dan pengkajian untuk mengetahui pengaruh tanaman asosiasi dan perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman kopi arabika. Monteith JL, Unsworth MH., 1990. Principles of environmental physics .Edward-Arnold. London. Najiyati, S., dan Danarti, 1997.Budidaya Kopi dan Pengolahan Pasca Panen. Penebar Swadaya, Jakarta. DAFTAR PUSTAKA AAK., 1988. Budidaya Tanaman Kopi. Kanisius, Yogyakarta. [PPKKI] Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.2006, Pedoman Teknis Budi Daya Tanaman Kopi. Indonesia Coffee and Cacao Research Institute Jember, Jawa Timur. Anonim, 2013 a. Kabupaten Bantaeng. www.wikpedia.com. Diakses pada tanggal 06 Januari 2013. Anonim, 2013 b. Kopi.www.wikpedia.com. Diakses pada tanggal 06 Januari 2013. Prastowo B., K. Elna, dkk., 2010, Budidaya dan Pasca Panen Kopi, Bogor : Pusat Penelitian dan Perkembangan Perkebunan. Badan Pusat Statistik. 2010. Statistic Indonesia 2000 : Luas Lahan Perkebunan Di Indonesia. Jakarta. Rothfos, B., 1980. Coffee Production. Niedersachsische buchdruckerei,Germany. _____, 2011.Sulawesi Selatan Dalam Angka 2011. Badan Pusat Statistik. Siswoputranto, P.S., 1992. Kopi Internasional dan Indonesia. Kanisius, Yogyakarta. Charrier, A. & J. Berthaud 1985.Botanical classification of Coffea.p. 13— 47.In: M.N. Clifford & K.C. Wilson (Eds.). Botany, Biochemistry of Beans and Beverage.AVI Publishing, Cobbecticut, USA. Sulistyowati dan Sumartono, 2002.Metode Uji Cita Rasa Kopi. Materi Pelatihan Uji Cita Rasa Kopi: 19-21 Februari 2002. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember. Clifford, M .N ., a nd K .C. Wills on , 1985.Coffe e : Botany, Biochemistry, and Production of Beans and Beverage. Connecticut USA: The AVI Publsihing Company, Inc. sweetmarias.com, The Coffe Library, 2013.http://www.sweetmarias.com. 07 Januari 2013 Syamsulbahri, 1996. Bercocok TanamTanaman Perkebunan Tahunan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Cochran, G., William, 1991, Teknik Penarikan Sampel (Terjemahan) Jilid III, UIPress, Jakarta. Tjitrosoepomo, G. 1991. Dasar-Dasar Taksonomi Tumbuhan. Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta. Gandul, 2010. Sejarah Kopi. http://sekilap.blog.com/2010/01/05/sejarahkopi/diunduh 03 Maret 2013. Posted by ajhi in Jan 05, 2010 [USDA] United States Department of Agriculture, 2002. Plants Profile for Coffea 8 Arabica L. http://plants.usda.gov.diakses pada tanggal 03 Mareti 2013. Wachjar, A., 1984. Pengantar Budidaya Kopi. Fakultas Pertanian, Bogor. Wilson, K.C., 1985. Climate and soil.p. 97-107. In: M.N. Clifford & K.C. Wilson (Eds.). Botany, biochemistry of beans and beverage.AVI Publishing, Cobbecticut, USA. 9