View/Open - Repository | UNHAS

advertisement
ANALISIS PERBANDINGAN FENOTIPIK DAN EKOLOGI TANAMAN Coffea Arabica L PADA BERBAGAI
WILAYAH KOMODITI KOPI DI KABUPATEN BANTAENG
Dirga Ali Imran.*, Andi Ilham Latunraa, Elis Tambarua, Ambenga
*Alamat korespondensie-mail : [email protected]
*aJurusan
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Hasanuddin, Makassar
ABSTRAK
Penelitian mengenai Analisis perbandingan fenotipik dan ekologi tanaman Coffea arabica
L. pada berbagai wilayah komoditi kopi di Kabupaten Bantaeng. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbandingan fenotipik kopi arabika dan kondisi ekologi pada berbagai wilayah
komoditi kopi di Kabupaten Bantaeng. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2013 sampai
bulan Juni 2013, yang bertempat di Kabupaten Bantaeng, sedangkan analisis data dilakukan di
Laboratorium Ilmu Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Hasanuddin, Makassar. Penelitian dirancang dengan menggunakan metode observasi
lapangan dan pengukuran berbagai faktor fenotipik dan ekologi. untuk menetukan wilayah yang
menjadi stasiun pengambilan data dan sampling digunakan metode tracking untuk mengcover
area yang mencakup 100 individu tanaman, sampel tanaman ditentukan dengan metode acak
yang mewakili 15 % dari total individu tanaman dalam satu stasiun. Untuk analisis faktor
fenotipik, data yang dikumpulkan adalah data pengukuran tinggi tanaman, luas basal area, total
cabang Orthrotrop, luas penutupan tajuk, panjang dan lebar daun. Analisis faktor ekologi
dilakukan pengukuran terhadap faktor ketinggian wilayah, pH tanah, suhu, dan
keberadaan naungan. Pengolahan data menggunakan microsoft excel, untuk luas basal
area digunakan rumus BA = π . R 2 = ¼ π. D2, untuk luas penutupan tajuk digunakan
rumus CP = 0,25 . d2, sementara untuk data fenotipik yang lain dan data ekologi
digunakan rumus rata-rata. Hasil pengolahan data dibuat dalam bentuk tabel dan grafik
untuk mengetahui perbandingan fenotipik dan ekologi untuk setiap stasiun penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah yang mewakili Kecamatan Tompobulu memiliki
kondisi fenotipik tanaman kopi arabika yang terbaik dibandingkan Kecamatan Uluere,
Kecamatan Eremerasa, dan Kecamatan Bantaeng. Wilayah dengan kondisi ekologi terbaik untuk
pertumbuhan kopi arabika adalah Kecamatan Uluere dan Kecamatan Tompobulu, sementara
untuk Kecamatan Eremerasa dan Kecamatan Bantaeng, tanaman kopi arabika masih dapat
tumbuh namun pertumbuhannya kurang maksimal.
Kata kunci : Coffea arabica L., Kabupaten Bantaeng, Fenotipik, Ekologi.
ABSTRACT
This research about Comparative analysis of phenotypic and ecological of Coffea arabica
L. Plant in different areas of the coffee commodity at Bantaeng Regency . The research are
aimed to Compare arabica coffe phenotypic and ecological conditions in different areas of the
coffee commodity at Bantaeng Regency. The research had been conducted at Bantaeng, from
March 2013 untill June 2013, while the data analysis carried out in the Botany Laboratory,
Department of Biology, Science Faculty, Hasanuddin University, Makassar. The study was
1
designed by using field observations and measurements of various phenotypic and ecological
factors. to determine the area that became sampling station, tracking method was used for
covering area that cover 100 plant individu, plant individu sample was determined with random
methods that represent 15 % from total individu in one sampling station. For analysis of
phenotypic factor, the datas that collected is measurement of plant height, basal area wide,
canopy wide, leaf length, dan leaf width. For ecologycal factors analysis measurement of
ecology factors was conducted such as area elevation, soil pH, temperature, and the existence of
covering plant. Data processing using microsoft excel as helping program with BA = π . R2 = ¼
π. D2 formula for basal area wide, CP = 0,25 . d 2 formula for canopy wide, and average
formula for others phenotypic factors and ecology factors. The data processing is made in
the form of tables and graphs to determine the comparison of phenotypic and ecolgy factors at
each stations. The data processing results showed that area which represent Tompobulu Regency
have the best phenotypic conditions compared with Uluere Regency, Eremerasa Regency, and
Bantaeng Regency. The area that have best ecology condition for growth of arabica coffee is the
area that represent Uluere Regency and Tompobulu Regency, while for Eremerasa Regency and
Bantaeng Regency, arabica coffe still can grow but not maximal growth.
Key Words: Coffea arabica L., Bantaeng Regency, Phenotypic, Ecology
kecamatan serta 46 desa dan 21 kelurahan.
Pada bagian utara daerah ini terdapat dataran
tinggi
yang
meliputi
Pegunungan
Lompobattang.Sedangkan di bagian selatan
membujur dari barat ke timur terdapat
dataran rendah yang meliputi pesisir pantai
dan persawahan (Anonim, 2013 a).
Kabupaten Bantaeng yang luasnya
mencapai 0,63% dari luas Sulawesi Selatan,
masih memiliki potensi alam untuk
dikembangkan lebih lanjut. Lahan yang
dimilikinya ± 39.583 Ha.Daerah Kabupaten
Bantaeng mempunyai hutan produksi
terbatas 1.262 Ha dan hutan lindung 2.773
Ha.Pada tahun 2006, secara keseluruhan luas
kawasan hutan menurut fungsinya di
Kabupaten
Bantaeng
sebesar
6.222
Ha(Anonim, 2013 a).
Karena sebagian besar penduduknya
petani, maka wajar bila Bantaeng sangat
mengandalkan
sektor
pertanian
dan
perkebunan.Sementara salah satu komoditi
tanaman
yang
merupakan
sumber
penghasilan besar serta memiliki potensi
produksi yang cukup baik dengan distribusi
pemasaran bagus yang ditanam oleh
masyarakat Bantaeng adalah kopi arabika.
Namun dewasa ini, masyarakat
Kabupaten Bantaeng masih kesulitan untuk
mendapatkan
informasi
mengenai
PENDAHULUAN
Kopi merupakan salah satu dari
komoditi tanaman yang sangat lazim
dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia
dan termasuk ke dalam salah satu tanaman
produksi yang sangat penting dalam wilayah
export produksi tanaman agricultural ke luar
negri serta industri makanan lokal
(Siswoputranto,1992).
Produksi Perkebunan Kopi untuk
Tahun 2006 pada Sulawesi Selatan terdiri
dari produksi perkebunan rakyat : 28.564
Ton, produksi perkebunan swasta : 1.694
Ton. Pada tahun 2009 terdiri dari : produksi
perkebunan rakyat :31.101 Ton, produksi
perkebunan swasta : 863 Ton. Pada tahun
2010 hasil penjumlahan antara kopi robusta
dengan kopi arabika terdiri dari : produksi
perkebunan rakyat :35.545 Ton, dan produksi
perkebunan swasta : 1.009 Ton (Badan Pusat
Statistik, 2011).
Salah satu kabupaten yang terletak di
Sulawesi Selatan dan memiliki potensi lahan
dan sektor perkebunan kopi yang bagus
adalah Kabupaten Bantaeng.Secara geografis
Kabupaten Bantaeng terletak pada titik
5o21'23"-5o35'26" lintang selatan dan
119o51'42"-120o5'26" bujur timur.Berjarak
125 Km kearah selatan dari Ibukota Propinsi
Sulawesi Selatan.terbagi atas delapan
2
karakteristik kopi arabika, serta tingkat
kecocokannya dengan beberapa lahan
perkebunan yang tersebar di Kabupaten
Bantaeng.Oleh karena itu perlu diadakan
penelitian mengenai Analisis perbandingan
fenotipik dan ekologi tanamanCoffea
arabicaLpada berbagai wilayah komoditi
kopi di Kabupaten Bantaeng.
15 % individu tanaman kopi Arabica dari
total 100 % individu tanaman kopi Arabika
pada satu stasiun ( Cochran, 1991).
Analisis Data
Analisi Fenotipik
Fenotip tanaman diamati secara
visual dan dilakukan pengukuran terhadap
karakter :
Jumlah cabang orthrotrop ditentukan
dengan pengamatan secara visual terhadap
individu
tanaman
yang
menjadi
sampel.untuk karakteristik daun, dilakukan
pengukuran lebar dan panjang daun dengan
menggunakan rollmeter.
Tinggi Tanaman yangdiukur dengan
menggunakan hagametermulai dari bagian
pangkal batang sampai ke bagian pucuk
tanaman. Lebar kanopi/Luas Proyeksi
Tajukdiukur pada bagian kanopi yang paling
lebar dengan menggunakan rollmeter yang
dibentangkan secara vertical (D1) dan
secara horizontal (D2) dengan cara seperti
berikut :
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Maret 2013 sampai bulan Juni 2013,
yang bertempat di Kabupaten Bantaeng,
sedangkan analisis data dilakukan di
Laboratorium Ilmu Botani, Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Alat Dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam
penelitian ini berupa Global Positoning
System(GPS)Trimble,
Rollmeter
(cm),
Thermometer, Soiltester,dan Hagameter.
Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu individu tanaman Coffea
arabica L, dan sampel tanah stasiun satu,
dua, tiga, dan empat.
Metode Kerja
Penentuan Stasiun dan Sampel
Sebelum pengambilan sampel terlebih
dahulu mengadakan observasi ke lapangan
untuk menentukan stasiun pengambilan
sampel.Stasiun ditetapkan menjadi empat
stasiun yaitu stasiun satu (Kecamatan
Uluere), dua (Kecamatan Tompobulu), tiga
(Kecamatan
Eremerasa),
dan
empat
(Kecamatan
Bantaeng).Setiap
stasiun
ditentukan dengan metode sistematik
berdasarkan survei lapangan dan keterangan
masyarakat setempat.Area yang menjadi
wilayah pengambilan data adalah area dalam
lingkup stasiun yang di plot dengan
menggunakan
metode
tracking
dan
mencakup 100 individu tanaman Coffea
Arabica L.
Sampel ditentukan dengan metode
acak/random dimana tiap-tiap individu
tanaman kopi arabika pada stasiun diberikan
angka yang kemudian diacak sehingga
memunculkan deretan angka yang mewakili
Proyeksi Tajuk
D1
D2
Gambar 4. Cara penentuan proyeksi tajuk (Sumber :
Wordpress.com).
Cara perhitungan (Kusmana, 1997) :
d1+d2
d= _____________
2
Maka luas penutupan tajuk adalah:
CP=0,25.d2
Lingkar batang diukur dengan
menggunakan rollmeter untuk menentukan
3
Luas Basal Area (LBA).Basal area ini
merupakan suatu luasan areal dekat
permukaan tanah yang dinaungi oleh
tumbuhan.Basal area pohon dapat diukur
melaluidiameter batang.Pengukuran lingkar
batang umumnya dilakukan pada bagian
batang utama yang berada di atas permukaan
tanah sebelum percabangan orthotrop yang
pertama.Dengan asumsi bahwa penampang
melintang batang suatu pohon berbentuk
lingkaran, basal area dari pohon tersebut
dihitung dengan rumus (Kusmana , 1997) :
BA
=
T7 adalah suhu udara pukul 07.00,
T13 adalah suhu udara pukul 13.00, T18
adalah suhu udaraudara pukul 18.00.
pH tanah setiap stasiun diukur
dengan menggunakan Soiltester yang
ditancapkan langsung pada lahan dari
setiap stasiun.Data complementer lahan
berupa keberadaan teduhan, jarak tanam
rata-rata, tanaman asosiasi, dan umur
tanaman.
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Penjabaran kondisi ekologi tiap
stasiun
IV.1.1 Stasiun 1 Kecamatan Uluere
Stasiun
satu
yang
mewakili
Kecamatan Uluere terletak di desa
Bontomarannu
dengan
koordinat
5°26’26,35” lintang utara dan 119°55’34,52”
lintang selatan. Nama pemilik kebun kopi
adalah bapak Kasman Upa. Umur tanam
tanaman kopi adalah 7 tahun dengan jarak
tanam hampir seragam yaitu : vertikal 178
cm dan horizontal 225 cm. Ketinggian
wilayah stasiun adalah 1249 m dpl, dengan
suhu harian 190C. pH tanah 4,7 tergolong
masam.
Kebun memiliki naungan untuk
tanaman kopi yang tersebar secara merata.
Jenis tanaman yang digunakan sebagai
naungan adalah Ambas (kayu Dadap)
Erythrina variegataL. Termasuk dalam
kebun heterogen dengan tanaman kopi
arabica
sebagai
tanaman
primernya.
Tanaman asosiasi adalah kopi robusta Coffea
canephora L, Alpukat Persea americana P.
Mill, dan Jati Tectona grandis .
IV.1.2 Stasiun 2 Kecamatan Tompobulu
Stasiun
dua
yang
mewakili
Kecamatan Tompobulu terletak di desa
La’bo dengan koordinat 5°24’48,24” lintang
utara dan 120°1’12,61” lintang selatan.
Nama pemilik kebun kopi adalah bapak
Rabani. Umur tanam tanaman kopi adalah 78 tahun dengan jarak tanam hampir seragam
yaitu : vertikal 215 cm dan horizontal 236
cm.Ketinggian wilayah stasiun adalah 803
mdpl, dengan suhu harian 210C. pH tanah 5,2
tergolong masam.
π.R2
=
¼ π. D2
Keterangan
BA
:
Basal area
R
:
Jari-jari lingkaran daripenampang
lintang batang
D
:
Diameter batang pohon
Analisi Ekologi
Faktor-faktor ekologi yang akan
dianalisis adalah : Ketinggian wilayah
(ditentukan dengan menggunakan GPS
Trimble), suhu dan kelembapan relatif
stasiun (ditentukan dengan Thermometer)
pH tanah (ditentukan dengan Soiltester) dan
data-data complementer lahan (diamati
langsung secara visual dan berdasarkan
keterangan pemilik kebun).
Pengukuran
suhu
dilakukan
dengan
menggunakan
Thermometer.Pengamatan
suhu
dilakukan tiga kali sehari yaitu pada
pukul 07.00, 13.00, dan 18.00. Suhu
rata-rata harian (T)dihitung dengan
persamaan:
T = (2T7 +T13 + T18)/4
4
. Kebun memiliki naungan untuk
tanaman kopi yang tersebar secara merata.
Jenis tanaman yang digunakan sebagai
naungan adalah Ambas (kayu Dadap)
Erythrina variegataL. Termasuk dalam
kebun heterogen dengan tanaman kopi
arabica
sebagai
tanaman
primernya.
Tanaman asosiasi adalah kopi robusta Coffea
canephora
L,
Nangka
Artocarpus
heterophyllus Lam,
Pisang
Musa
paradisiaca, Durian Durio Sp dan Kakao
Theobroma cacao L.
IV.1.3 Stasiun 3 Kecamatan Eremerasa
Stasiun
tiga
yang
mewakili
Kecamatan Eremerasa terletak di desa
Parangloe dengan koordinat 5°27’19,10”
lintang utara dan 120°0’29,80” lintang selatan.
Nama pemilik kebun kopi adalah bapak
Hasbullah. Umur tanam tanaman kopi adalah
4 tahun dengan jarak tanam hampir seragam
yaitu : vertikal 208 cm dan horizontal 245
cm.Ketinggian wilayah stasiun adalah 510 m
dpl, dengan suhu harian 240C. pH tanah 4,5
tergolong masam.
Kebun tidak memiliki naungan untuk
tanaman kopi sehingga tanaman kopi terkena
sinar matahari secara langsung.Termasuk
dalam kebun heterogen dengan tanaman kopi
arabica
sebagai
tanaman
primernya.
Tanaman asosiasi adalah Jagung Zea mays.
Umur tanaman kopi arabika tergolong
pendek karena tanaman tidak bertahan lama,
menurut keterangan pemilik kebun, tanaman
hanya bisa berbuah 2-3 kali sebelum
akhirnya mati dan diganti dengan tanaman
yang baru.
IV.1.4 Stasiun 4 Kecamatan Bantaeng
Stasiun empat yang mewakili
Kecamatan Bantaeng terletak di kelurahan
Onto dengan koordinat 5°28’49,90” lintang
utara dan 119°58’23,30” lintang selatan.
Nama pemilik kebun kopi adalah bapak Adi.
Umur tanam tanaman kopi adalah 6-8 tahun
dengan jarak tanam hampir seragam yaitu :
vertikal 180 cm dan horizontal 325
cm.Ketinggian wilayah stasiun adalah 409 m
dpl, dengan suhu harian 240C. pH tanah 5,2
tergolong masam.
Kebun memiliki naungan untuk
tanaman kopi yang tersebar secara merata.
Jenis tanaman yang digunakan sebagai
naungan adalah Sengong (kayu Colok)
Albizia chinensis.Termasuk dalam kebun
heterogen dengan tanaman kopi arabica
sebagai tanaman primernya. Tanaman
asosiasi adalah kopi robusta Coffea
canephora L, Pepaya Carica papaya, Pisang
Musa paradisiaca, Langsat Lansium
domesticum dan Kakao Theobroma cacao L.
IV.1.5 Pembahasan kondisi Ekologi setiap
Stasiun
Berdasarkan hasil penelitian, data
ekologi setiap stasiun yang diperoleh adalah
sebagai berikut :
Tabel Perbandingan Ekologi setiap Stasiun
No
Stasiun
pH
Tanah
Ketinggian (m
dpl)
Suhu
(Celcius)
Naungan
1
4,7
1249
19
Ada
2
5,2
803
21
Ada
3
4,5
510
24
4
5,2
409
24
Tidak
Ada
Ada
Untuk tumbuh maksimal, tanaman
kopi arabika membutuhkan tanah yang
gembur dengan kisaran derajat keasamaan
(pH) tanah 5,5-6,5(Clifford, 1985). Apabila
pH tanah kurang dari kisaran tersebut,
tanaman kopi masih bisa tumbuh namun
pertumbuhan dapat terhambat disebabkan
oleh kurangnya kemampuan untuk menyerap
unsur hara sehingga dibutuhkan pengapuran
(Najiyati dan Danarti, 2004).
Berdasarkan data yang di peroleh
Tabel perbandingan ekologi, keempat stasiun
memiliki pH tanah yang cocok dengan syarat
pertumbuhan maksimal tanaman kopi
arabika.
Faktor elevasi tidak memiliki
pengaruh langsung terhadap pertumbuhan
tanaman kopi arabika, namun berkorelasi
dengan kisaran temperatur yang mencakup
suatu
wilayah.
Setiap
jenis
kopi
membutuhkan elevasi yang berbeda, kopi
arabika dapat tumbuh pada elevasi 400-2000
mdpl, namun elevasi yang cocok untuk
pertumbuhan maksimal yaitu 800-1500
5
mdpl(AAK, 1988). Tinggi rendahnya elevasi
juga berpengaruh terhadap resistensi tanaman
kopi arabika terhadap penyakit karat
daun(Wachjar, 1984).
Berdasarkan data yang diperoleh pada
Tabel Perbandingan Ekologi, stasiun satu dan
dua memiliki elevasi yang cocok dengan
syarat pertumbuhan maksimal tanaman kopi
arabika, sementara pada stasiun tiga dan
empat, kopi arabika masih dapat tumbuh
namun pertumbuhannya kurang maksimal.
Temperatur wilayah dipengaruhi oleh
elevasi dari wilayah itu sendiri, pada setiap
kenaikan elevasi sebanyak 100 m, maka suhu
akan menurun dengan kisaran 0,60C
(Monteith and Unsworth, 1990). Kopi
arabika dapat tumbuh pada kisaran suhu 17250C,
untuk
pertumbuhan
maksimal
dibutuhkan suhu 17-210C. Temperatur juga
berpengaruh terhadap pembentukan bunga,
produksi buah dan kepekaan terhadap
serangan penyakit (AAK, 1988).
Berdasarkan data yang diperoleh pada
Tabel Perbandingan Ekologi, stasiun satu dan
dua memiliki temperatur harian yang cocok
dengan syarat pertumbuhan maksimal
tanaman kopi arabika, sementara pada
stasiun tiga dan empat, tanaman kopi arabika
masih dapat tumbuh namun pertumbuhannya
kurang maksimal.
Naungan
merupakan
faktor
pendukung yang berfungsi untuk mengurangi
intesitas cahaya matahari langsung terhadap
tanaman kopi terkait karakteristik tanaman
kopi sebagai tanaman C3 yang tidak
membutuhkan intensitas cahaya matahari
terlalu banyak. Selain itu untuk mencegah
pengurangan humus pada substrat, mencegah
embun upah (frost) pada daerah tinggi, dan
menahan erosi (Wachjar, 1984).
IV.2 Analisis Fenotipik Tanaman Coffea
arabica L setiap stasiun.
Berdasarkan hasil penelitian, data
nilai rata-rata untuk setiap faktor fenotipik
tanaman Coffea arabica L pada setiap stasiun
yang termasuk dalam ruang lingkup
penelitian adalah sebagai berikut :
No
Stasiun
Tinggi
Tanaman
(cm)
Basal
Area
(cm2)
Total
Cabang
Orthrotrop
Luas
Canopy
(m2)
Panjang
Daun
(cm)
Lebar
Daun
(cm)
1
358,4
55,1
9
4,3
13,6
5,8
2
398,3
249,4
16
6,2
14,5
5,8
3
249,4
23,9
8
2,9
13,5
5,9
4
309,9
30,3
10
3,5
13,9
5,8
Tinggi rata-rata tanaman kopi
arabika yang tumbuh secara alami (tanpa
diberi perlakuan berupa pemupukan dan
pemangkasan) dapat mencapai 4-6 meter
pada usia matang/3 tahun (pembentukan
bunga dan produksi buah untuk panen
pertama) (PPKKI, 2006).
Pertambahan
tinggi
tanaman
berkorelasi dengan kemampuan tanaman
untuk menyerap unsur hara dan kemampuan
untuk berfotosintesis, sehingga secara tidak
langsung dipengaruhi oleh pH tanah dan
ketinggian suatu wilayah. Ketinggian
wilayah mempengaruhi ketersediaan O2 dan
CO2 pada atmofser sementara pH tanah
berpengaruh pada ketersediaan unsur hara
dan kemampuan tanaman untuk menyerap
unsur hara (Syamsulbahri, 1996 ).Selain itu
ketersediaan naungan untuk tanaman kopi
juga berpengaruh terhadap ketahanan
tanaman. Tanaman kopi yang ditanam tanpa
naungan sangat rentan tidak bertahan lama
sehingga tanaman tidak mampu mencapai
tinggi maksimal. Intensitas cahaya matahari
yang terlalu banyak berpengaruh terhadap
ketersediaan CO2 pada atmofsir karena laju
fotosintesis yang terlalu besar, juga terhadap
karakteristik substrat yang membuat tanaman
kopi sulit menyerap unsur hara pada substrat
(Wilson, 1985).
Berdasarkan data pengamatan setiap
stasiun pada table perbandingan fenotipik,
maka dapat dilihat bahwa stasiun dua
memilik nilai tinggi tanaman rata-rata yang
tertinggi, sementara untuk stasiun tiga,
tanaman tidak dapat bertahan lama sehingga
tanaman tidak dapat mencapai tinggi
maksimal selama pertumbuhannya.
Basal area merupakan luasan area
tertentu pada tanah yang dikuasai oleh satu
6
individu tanaman(Kusmana,1997). Faktor ini
terkorelasi dengan laju pertumbuhan tanaman
dan
kemampuan
tanaman
dalam
mendominasi penyerapan unsur hara pada
substrat tempat tumbuhnya tanaman itu.
Maka dapat diasumsikan, semakin besar
basal area suatu individu tanaman, maka
semakin besar laju pertumbuhan rata-rata
suatu tanaman dan semakin besar
kemampuan tanaman untuk menyerap unsur
hara pada suatu cakupan wilayah tertentu.
fotosintesis suatu tanaman. Semakin rimbun
suatu tanaman maka semakin besar
dominansi tanaman tersebut terhadap
penggunaan kadar CO2 untuk fotosintesis dan
O2 untuk respirasi pada atmofser wilayah
tempat tumbuh tanaman tersebut.
Berdasarkan data yang didapatkan
dari setiap stasiun pada table perbandingan
fenotipik, stasiun yang memiliki ukuran ratarata basal area tertinggi adalah stasiun dua.
Daun merupakan salah satu organ
penting
dalam
proses
Anabolisme
(Fotosintesis) dan Katabolisme (Respirasi)
dari individu tanaman. Panjang dan lebar
daun berbanding lurus dengan kapasitas satu
daun sebagai alat untuk fotosintesis dan
respirasi tanaman, dengan asumsi semakin
besar ukuran daun maka kapasitas untuk
menghasilkan produk fotosintesis dan
respirasi juga semakin besar. Ukuran ratarata daun dewasa untuk tanaman kopi arabika
adalah : panjang 5-15 cm dan lebar 4-6,5
cm(Clifford, 1985).
Berdasarkan data yang didapatkan
dari setiap stasiun pada table perbandingan
fenotipik, stasiun dua memiliki nilai rata-rata
kerimbunan yang tertinggi.
Cabang Orthrotrop merupakan
percabangan dari cabang primer yang
berfungsi sebagai tempat tumbuhnya cabang
Plagiotrop atau cabang produksi dan sebagai
tempat melekatnya daun dengan formasi
selang-seling antara kedua sisinya (AAK,
1988). Laju produktifitas buah kopi dapat
ditentukan dengan total cabang Orthrotrop
sebagai salah satu parameternya dengan
asumsi
pertambahan
jumlah
cabang
Orthrotrop berbanding lurus dengan
pertambahan jumlah cabang Plagiotrop.
Selain itu, pertambahan jumlah cabang
ortotrop
berkorelasi
dengan
laju
pertumbuhan individu tanaman kopi arabika.
Berdasarkan data yang didapatkan
dari setiap stasiun pada Tabel perbandingan
fenotipik, stasiun dua memiliki nilai rata-rata
panjang dan lebar yang tertinggi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari
penelitian ini yaitu:
Berdasarkan data yang di dapatkan
dari setiap stasiun pada perbandingan
fenotipik, stasiun dua memiliki total cabang
Orthrotrop rata-rata yang tertinggi.
1.
Luas
penutupan
tajuk
(canopy)/kerimbunan pada tanaman kopi
merupakan luasan area yang dicakup oleh
tajuk (crown) (Kusmana,1997),
yang
terkorelasi dengan jumlah cabang Orthrotrop
dan Plagiotrop serta jumlah daun
(kerimbunan) yang dimiliki suatu individu
tanaman. Semakin luas canopy dari suatu
individu tanaman, maka semakin panjang
dan banyak jumlah cabang Plagiotrop untuk
pembentukan bunga dan produksi buah pada
suatu tanaman, juga semakin banyak jumlah
daun yang dimiliki untuk laju respirasi dan
2.
7
Stasiun dengan kualitas fenotipikterbaik
yaitu nilai rata-rata dari tinggi tanaman,
jumlah cabang Orthrotrop, luas basal area,
luas penutupan tajuk, lebar dan panjang
daun tanaman kopi arabika adalah stasiun
duayaitu kebun kopi yang mewakili
Kecamatan Tompobulu, Desa La’bo.
Berdasarkan analisis ekologi, stasiun satu
dan stasiun dua memiliki kondisi ekologi
yang cocok untuk pertumbuhan maksimal
kopi arabika, sementara pada stasiun tiga
dan stasiun empat kopi arabika dapat
tumbuh namun pertumbuhannya kurang
maksimal.
Joko-tritunggal.blogspot.com,
Budidaya
tanaman kopi arabika, 2013.http ://
www.joko-tritunggal.blogspot.com.
07
januari 2013
Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih
lanjut untuk mengetahui lebih dalam lagi
tentang korelasi antara faktor ekologi dan
fenotipik tanaman kopi arabika, selain itu
juga dilakukan penelitian dan pengkajian
untuk mengetahui pengaruh tanaman asosiasi
dan perlakuan terhadap pertumbuhan
tanaman kopi arabika.
Monteith JL, Unsworth MH., 1990.
Principles of environmental physics
.Edward-Arnold. London.
Najiyati, S., dan Danarti, 1997.Budidaya
Kopi dan Pengolahan Pasca Panen.
Penebar Swadaya, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
AAK., 1988. Budidaya Tanaman Kopi.
Kanisius, Yogyakarta.
[PPKKI] Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia.2006, Pedoman Teknis Budi
Daya Tanaman Kopi. Indonesia Coffee and
Cacao Research Institute Jember, Jawa
Timur.
Anonim, 2013 a. Kabupaten Bantaeng.
www.wikpedia.com. Diakses pada tanggal 06
Januari 2013.
Anonim, 2013 b. Kopi.www.wikpedia.com.
Diakses pada tanggal 06 Januari 2013.
Prastowo B., K. Elna, dkk., 2010,
Budidaya dan Pasca Panen Kopi, Bogor :
Pusat Penelitian dan Perkembangan
Perkebunan.
Badan Pusat Statistik. 2010. Statistic Indonesia
2000 : Luas Lahan Perkebunan Di
Indonesia. Jakarta.
Rothfos, B., 1980. Coffee Production.
Niedersachsische buchdruckerei,Germany.
_____, 2011.Sulawesi Selatan Dalam
Angka 2011. Badan Pusat Statistik.
Siswoputranto,
P.S.,
1992.
Kopi
Internasional dan Indonesia. Kanisius,
Yogyakarta.
Charrier, A. & J. Berthaud 1985.Botanical
classification of Coffea.p. 13— 47.In: M.N.
Clifford & K.C. Wilson (Eds.). Botany,
Biochemistry of Beans and Beverage.AVI
Publishing, Cobbecticut, USA.
Sulistyowati dan Sumartono, 2002.Metode
Uji Cita Rasa Kopi. Materi Pelatihan Uji
Cita Rasa Kopi: 19-21 Februari 2002.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia,
Jember.
Clifford,
M .N .,
a nd
K .C.
Wills on , 1985.Coffe e
:
Botany,
Biochemistry, and Production of Beans
and Beverage. Connecticut USA: The AVI
Publsihing Company, Inc.
sweetmarias.com, The Coffe Library,
2013.http://www.sweetmarias.com.
07
Januari 2013
Syamsulbahri, 1996. Bercocok TanamTanaman
Perkebunan
Tahunan.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Cochran, G., William, 1991, Teknik
Penarikan Sampel (Terjemahan) Jilid III, UIPress, Jakarta.
Tjitrosoepomo, G. 1991. Dasar-Dasar
Taksonomi Tumbuhan. Universitas
Gadjah Mada : Yogyakarta.
Gandul,
2010.
Sejarah
Kopi.
http://sekilap.blog.com/2010/01/05/sejarahkopi/diunduh 03 Maret 2013. Posted by ajhi
in Jan 05, 2010
[USDA] United States Department of
Agriculture, 2002. Plants Profile for Coffea
8
Arabica L. http://plants.usda.gov.diakses
pada tanggal 03 Mareti 2013.
Wachjar, A., 1984. Pengantar Budidaya
Kopi. Fakultas Pertanian, Bogor.
Wilson, K.C., 1985. Climate and soil.p.
97-107. In: M.N. Clifford & K.C.
Wilson (Eds.). Botany, biochemistry of
beans and beverage.AVI Publishing,
Cobbecticut, USA.
9
Download