BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS
II.1 Rerangka Teori dan Literatur
II.1.1 Good Corporate Governance
Corporate governance merupakan suatu elemen kunci dalam meningkatkan
efisiensi ekonomis yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan,
dewan direksinya (dewan direksi dan komisaris untuk negara-negara yang menganut
sistem hukum two-tier, termasuk Indonesia), para pemegang sahamnya dan stakeholders
lainnya (OECD, 1999). Corporate governance juga memberikan suatu struktur yang
memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran (objectives) dari suatu perusahaan dan sebagai
sarana untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut dan sarana untuk menentukan teknik
monitoring kinerja. Good corporate governance harus memberikan insentif yang tepat
untuk dewan direksi dan manajemen dalam rangka mencapai sasaran-sasaran yang
ditentukan dari sisi kepentingan perusahaan dan para pemegang saham dan juga harus
dapat memfasilitasi monitoring yang efektif, sehingga mendorong perusahaan untuk
menggunakan sumber daya secara efisien (OECD, 1999).
Isu tentang corporate governance mulai hangat dibicarakan sejak terjadinya
berbagai skandal yang mengindikasikan lemahnya corporate governance di perusahaanperusahaan Inggris pada sekitar tahun 1950-an, seperti manipulasi dana pensiun
Maxwell, skandal Rolls-Royce, dan lain-lain.
8 Skandal-skandal tersebut dilanjutkan dengan banyaknya pengambilalihan usaha
(takeover) dan insider trading yang terjadi di tahun 1970-an dan selanjutnya
menimbulkan resesi di tahun 1980-an (Davies, 1999; hal. 34-35).
Berkaitan dengan berbagai skandal bisnis tersebut dibentuklah The Cadbury
Committee pada bulan Mei 1991 yang bertugas untuk membuat Code of Best Practice
yang berkaitan dengan pelaporan keuangan dan akuntabilitas. Komite-komite corporate
governance selanjutnya yang dibentuk di negara Inggris adalah The Greenbury
Committee yang lebih menekankan pada remunerasi direksi dan The Hampel Committee
yang menekankan pada proteksi investor (Davies, 1999, hal. 38- 44).
Sejalan dengan perkembangan isu corporate governance di negara Inggris, di
berbagai negara maju lainnya seperti Amerika, Jerman, Perancis, Jepang, Rusia, Italia,
dan Australia juga mulai marak didiskusikan. Seperti pengalaman di Inggris, isu tentang
corporate governance marak diperbincangkan berkaitan dengan adanya berbagai macam
skandal bisnis di negara-negara tersebut.
II.1.1.1
Pengertian Good Corporate Governance
Beberapa pengertian mengenai Good Corporate Governance yang dapat
digunakan sebagai acuan antara lain:
Menurut Monks (2003) : sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan
yang menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholders (Monks, 2003).
Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini. Pertama, pentingnya hak pemegang
saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya dan kedua,
kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat
9 waktu, transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan
stakeholder.
Menurut Indonesian Institute for Corporate Governance (2011) : struktur,
sistem, dan proses yang digunakan oleh organ-organ perusahaan sebagai upaya untuk
memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka yang
panjang. Baik (Good) adalah tingkat pencapaian terhadap suatu hasil upaya yang
memenuhi persyaratan, menunjukkan kepatutan dan keteraturan operasional perusahaan
sesuai dengan konsep Corporate Governance. Sistem adalah prosedur formal dan
informal yang mendukung struktur dan strategi operasional dalam suatu perusahaan.
Proses adalah kegiatan mengarahkan dan mengelola bisnis yang direncanakan dalam
rangka mencapai tujuan perusahaan, menyelaraskan perilaku perusahaan dengan
ekspektasi dari masyarakat, serta mempertahankan akuntabilitas perusahaan kepada
pemegang saham. Struktur adalah susunan atau rangka dasar manajemen perusahaan
yang didasarkan pada pendistribusian hak-hak dan tanggung jawab di antara organ
perusahaan (dewan komisaris, direksi dan RUPS / pemegang saham) dan stakeholder
lainnya, dan aturan-aturan maupun prosedur-prosedur untuk pengambilan keputusan
dalam hubungan perusahaan.
Dari pengertian-pengertian diatas, penulis dapat menarik kesimpulan tentang
pengertian dari GCG. GCG adalah sebuah sistem, struktur, kebijakan, dan proses yang
mempengaruhi cara perusahaan dipimpin, diatur atau dikendalikan sehingga perusahaan
dapat berjalan dengan pengelolaan yang baik (good) sehingga stakeholders
mendapatkan nilai tambah (value added).
10 II.1.1.2
Prinsip-Prinsip Corporate Governance
Menurut OECD (Organisation for Economic Cooperation and Development) ada 5
aspek dasar yang harus dijalankan pada prinsip-prinsip corporate governance yaitu:
1. The Rights of Shareholders (Hak-Hak Pemegang Saham)
Kerangka kerja corporate governance seharusnya melindungi hak-hak
pemegang saham. Pemegang saham memiliki hak untuk berpartisipasi dan hak
untuk mengetahui keputusan-keputusan mengenai perubahan pada perusahaan
secara fundamental seperti: 1) perubahan atas peraturan, atau anggaran yang
mengatur pendirian, dan dokumen-dokumen perusahaan; 2) Wewenang pada
additional shares; dan 3) transaksi besar / luar biasa yang berakibat pada
penjualan perusahaan.
2. The Equitable Treatment of Shareholders (Perlakuan Adil terhadap
Pemegang Saham)
Kerangka kerja corporate governance seharusnya memastikan perlakuan yang
adil bagi semua pemegang saham, termasuk pemegang saham asing dan
minoritas. Semua pemegang saham seharusnya memiliki kesempatan untuk
mendapatkan ganti rugi atas pelanggaran hak-hak mereka.
3. The Role of Stakeholders (Peranan Para Pemegang Saham)
Kerangka kerja corporate governance seharusnya mengakui hak-hak pemegang
saham seperti yang ditetapkan oleh hukum dan mendorong kerjasama aktif
antara perusahaan dan pemegang kepentingan (stakeholders) dalam menciptakan
kesejahteraan, pekerjaan, dan keberlanjutan finansial perusahaan.
11 4. Disclosure and Transparency (Pengungkapan dan Transparansi)
Kerangka kerja corporate governance seharusnya memastikan pengungkapan
yang akurat dan tepat waktu dibuat berdasarkan material yang berhubungan
dengan perusahaan, termasuk situasi keuangan, kinerja, kepemilikan, dan tata
kelola perusahaan tersebut.
Pengungkapan seharusnya termasuk, tetapi tidak dibatasi, material berikut:
a.
Hasil kegiatan operasi dan finansial perusahaan
b.
Tujuan-tujuan perusahaan
c.
Kepemilikan saham mayoritas dan hak voting
d.
Anggota dewan dan eksekutif kunci serta pemberian upahnya
e.
Material dari faktor risiko yang dapat diduga
f.
Isu material mengenai pekerja dan stakeholders
5. The Responsibilities of The Board (Tanggung Jawab Dewan)
Kerangka kerja corporate governance seharusnya memastikan pedoman strategis
perusahaan, pengawasan efektif manajemen oleh dewan, dan akuntabilitas
dewan kepada perusahaan dan pemegang saham.
Sedangkan menurut Thomas S. Kaihatu (2006), terdapat lima prinsip dasar
Good Corporate Governance yaitu:
1. Transparency (keterbukaan informasi)
Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan
keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai
perusahaan.
12 2. Accountability (akuntabilitas)
Kejelasan
fungsi,
struktur,
sistem,
dan
pertanggungjawaban
organ
perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.
3. Responsibility (pertanggungjawaban)
Kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip
korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku.
4. Independency (kemandirian)
Suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan
kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai
dengan peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku dan prinsipprinsip korporasi yang sehat.
5. Fairness (kesetaraan dan kewajaran)
Perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholders
yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang
berlaku.
II.1.1.3
Manfaat Good Corporate Governance
Penerapan Good Corporate Governance menurut Monks (2003) memiliki
beberapa manfaat yaitu:
1. Mengurangi agency cost yang merupakan biaya yang harus ditanggung pemegang
saham karena penyalahgunaan wewenang sebagai akibat pendelegasian wewenang
kepada pihak manajemen.
13 2. Mengurangi biaya modal (cost of capital) sebagai dampak dari menurunnya tingkat
bunga atas dana dan sumber daya yang dipinjam oleh perusahaan seiring dengan
turunnya tingkat risiko perusahaan.
3. Menciptakan dukungan para stakeholder dalam lingkungan perusahaan tersebut
terhadap keberadaan dan berbagai strategi dan kebijakan yang ditempuh perusahaan.
Sedangkan menurut Listyorini (2001), manfaat penerapan Good Corporate
Governance antara lain:
1. Meningkatkan efisiensi produktivitas
Seluruh individu dalam perusahaan akan memiliki keinginan dan komitmen
untuk memajukan perusahaan sehingga dengan demikian tidak terjadi
pemborosan penggunaan sumber daya perusahaan.
2. Meningkatkan kepercayaan publik
Publik adalah pihak-pihak seperti investor, pelanggan, kreditor, pemerintah, dan
konsumen. Dengan adanya GCG maka pihak-pihak tersebut merasa aman karena
perusahaan dijalankan dengan mekanisme yang mengutamakan kepentingan
semua pihak.
3. Menjaga kelangsungan hidup perusahaan
Dengan menerapkan good corporate governance maka dapat diharapkan bahwa
perusahaan akan memiliki kelangsungan hidup yang relatif lama karena tata
kelola yang diterapkan baik.
4. Dapat mengukur target kinerja perusahaan
Dalam hal ini, manajemen dapat lebih berfokus dalam mengejar dan mencapai
sasaran-sasaran yang ditetapkan oleh perusahaan.
14 II.1.1.4
Perkembangan Good Corporate Governance di Indonesia
Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya untuk mendorong penerapan Good
Corporate Governance di Indonesia, antara lain pada tahun 1999 dengan membentuk
Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) yang telah mengeluarkan
Pedoman Good Corporate Governance. Pada tahun 2004, KNKCG diubah menjadi
Komite Nasional Kebijakan Governance. Lalu pada tahun 2006, KNKG menyusun
Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang merupakan panduan bagi
perusahaan dalam membangun, melaksanakan, dan mengkomunikasikan praktek GCG
kepada pemangku kepentingan (stakeholders). Bahkan sejak tahun 2000, Bapepam
bersama dengan pihak lain yang terkait, juga
terlibat secara aktif dalam berbagai
kegiatan yang bertujuan mendorong penerapan prinsip-prinsip GCG kepada semua
pelaku pasar di Pasar Modal Indonesia. Sejak tahun 2001, The Indonesian Institute for
Corporate Governance (IICG), sebuah lembaga swasta bahkan telah melakukan
penelitian tentang proses penerapan GCG di perusahaan publik. Hasil risetnya berupa
pemeringkatan 10 besar perusahaan yang telah menerapkan GCG.
Tahun 2002, pemerintah Indonesia dalam hal ini kantor kementerian BUMN
telah membuat Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 tentang
penerapan Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
yang didalamnya menjabarkan tentang prinsip-prinsip good corporate governance yang
sejalan dengan prinsip-prinsip yang dirumuskan oleh OECD (Organization for
Economic Corporation and Development), yaitu Transparancy, Accountability,
Responsibility, Independence, dan Fairness.
15 Penelitian tentang dampak penerapan corporate governance pada kinerja
perusahaan di negara berkembang belum banyak dilakukan. Black (2001) menemukan
bahwa pengaruh praktik corporate governance terhadap nilai perusahaan akan lebih
kuat di negara berkembang dibandingkan dengan negara maju. Hal tersebut dikarenakan
oleh lebih bervariasinya praktik corporate governance di negara berkembang
dibandingkan dengan negara maju. Durnev dan Kim (2002) memberikan bukti bahwa
praktik corporate governance lebih bervariasi di negara yang memiliki lingkungan
hukum yang lebih lemah. Klapper dan Love (2002) menemukan bukti bahwa corporate
governance yang lebih baik mempunyai hubungan yang tinggi dengan kinerja operasi
dan penilaian pasar. Black et al., (2003) menemukan bukti bahwa corporate governance
adalah faktor yang penting untuk menjelaskan nilai perusahaan di pasar modal Korea.
Deni et al. (2005) juga menemukan bukti adanya hubungan yang positif dan signifikan
antara corporate governance dan kinerja perusahaan.
II.1.1.5
Pengukuran
Pengukuran corporate governance dilakukan oleh Indonesian Institute of
Corporate Governance (IICG) berupa Corporate Governance Perception Index (CGPI)
yang berisikan skor berupa angka mulai dari 0 sampai 100 yang merupakan hasil survei
mengenai penerapan good corporate governance pada perusahaan-perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). CGPI merupakan program riset dan
pemeringkatan penerapan good corporate governance di Indonesia pada perusahaan
publik. Program ini dilaksanakan sejak tahun 2001 dilandasi dengan pemikiran
pentingnya mengetahui sejauh mana perusahaan-perusahaan tersebut telah menerapkan
16 prinsip-prinsip good corporate governance. Berikut penjelasan singkat mengenai skor
dan kategori hasil penilaian yang digunakan:
Tabel 2.1
Skor
Level
Terpercaya
55-69
Cukup Terpercaya
70-84
Terpercaya
85-100
Sangat Terpercaya
II.1.2 Kinerja Perusahaan
II.1.2.1
Pengertian Kinerja Perusahaan
Kinerja perusahaan merupakan penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat
mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba (Sucipto, 2003).
Menurut Febryani dan Zulfadin (2003), kinerja perusahaan merupakan hal penting yang
harus dicapai oleh setiap perusahaan dimana pun, karena kinerja merupakan cerminan
dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya.
Kinerja perusahaan adalah kemampuan perusahaan dalam menjelaskan operasionalnya
(Payatma, 2001). Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas
operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran,
standar dan kinerja
yang telah ditetapkan sebelumnya. Penilaian kinerja perusahaan
dapat dilihat dari segi analisis laporan keuangan dan dari segi perubahan harga saham.
Tujuan dari penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai
sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan
sebelumnya agar membedakan hasil dan tindakan yang diinginkan. Standar perilaku
dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam
17 anggaran. Penilaian kinerja menurut Sucipto (2003) dalam Indriastiti (2009)
dimanfaatkan oleh manajer untuk hal-hal berikut:
1.
Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian
karyawan secara maksimal.
2.
Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan
seperti promosi, transfer, dan pemberhentian.
3. Menyediakan kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk
menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
4. Menyediakan umpan balik (feedback) bagi karyawan mengenai bagaimana
atasan mereka menilai kinerja mereka.
5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi menilai kinerja mereka.
Rasio keuangan merupakan alat utama untuk menganalisa keuangan. Ada dua
kelompok yang menganggap rasio keuangan berguna. Pertama, terdiri dari manajer yang
menggunakannya untuk mengukur dan melacak kinerja perusahaan sepanjang waktu.
Kedua, pengguna rasio keuangan mencakup para analis yang merupakan pihak eksternal
bagi perusahaan.
II.1.2.2
Pengukuran Kinerja Perusahaan
Berikut ini adalah beberapa rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur
kinerja perusahaan (Ang, 1997) yaitu:
1. Rasio Likuiditas
Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
finansial yang berjangka pendek tepat pada waktunya.
18 2. Rasio Aktivitas
Rasio yang menunjukkan bagaimana sumber daya telah dimanfaatkan secara
optimal, kemudian dengan cara membandingkan rasio aktivitas dengan standar
industri, maka dapat diketahui tingkat efisiensi perusahaan dalam industri.
3. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas dapat mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan
memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, asset maupun laba
bagi modal sendiri. Menurut Ang (1997), rasio profitabilitas dibagi menjadi
enam antara lain: Gross Profit Margin (GPM), Net Profit Margin (NPM),
Operating Return On Assets (OPROA), Return On Asset (ROA), Return On
Equity (ROE), Operating Ratio (OR).
4. Rasio Solvabilitas (Leverage)
Financial leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk
membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak mempunyai leverage berarti
menggunakan modal sendiri 100%.
5. Rasio Pasar
Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan yang diungkapkan dalam
basis per saham. Ventrakarman et. al,. (1986) berpendapat bahwa pengukuran
kinerja hendaknya menggunakan atau mengintegrasikan dimensi pengukuran
yang beragam sampai saat ini masih muncul perdebatan tentang pendekatan yang
tepat bagi konseptualisasi dan pengukuran kinerja organisasi (Ventrakarman
et.al,.1998) sehingga Swamidas et. al,. (1987) menyimpulkan bahwa ukuran
19 kinerja yang cocok dan layak tergantung pada keadaan unik yang dihadapi
peneliti.
Menurut Hastuti (2005), kinerja perusahaan adalah hasil banyak keputusan
individual yang dibuat secara terus-menerus oleh manajemen. Oleh karena itu dalam
menilai kinerja perusahaan diperlukan analisis dampak keuangan kumulatif dan
ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran
komparatif. Kinerja keuangan adalah salah satu faktor yang menunjukkan efektivitas
dan efisiensi suatu organisasi dalam pencapaian tujuan. Efektivitas diukur melalui
kemampuan manajemen untuk memilih suatu alat yang tepat untuk mencapai tujuan.
Efisien dapat diartikan sebagai perbandingan antara masukan dan keluaran. Penilaian
perusahaan khususnya kinerja memiliki beberapa tujuan. Perusahaan yang akan
melakukan merger memerlukan kegiatan penilaian untuk mengetahui berapa nilai
perusahaan dan nilai ekuitas dari masing-masing perusahaan. Jika perusahaan
bermasalah, penilaian kinerja bertujuan untuk mengimplementasikan program
pemulihan usaha atau restrukturisasi, untuk mengetahui apakah nilai usaha lebih besar
daripada nilai likuiditasnya. Perusahaan yang akan menjual sahamnya pada umum atau
bursa juga harus dinilai dengan penelitian yang wajar untuk ditawarkan kepada
masyarakat atau publik. Untuk memperoleh pendapatan wajar atas penyertaan dalam
suatu perusahaan, memperoleh pembelanjaan penetapan besarnya pinjaman atau
tambahan modal juga untuk keperluan divestasi.
Ada dua macam kinerja yang diukur dalam berbagai penelitian yaitu kinerja
operasi perusahaan dan kinerja pasar. Kinerja operasi perusahaan diukur dengan melihat
kemampuan perusahaan yang tampak pada laporan keuangannya. Untuk mengukur
20 kinerja operasi perusahaan biasanya digunakan rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas
mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan,
asset, dan modal saham tertentu. Rasio yang sering digunakan adalah ROE dan
Tobin’s Q.
II.1.3 Return on Equity (ROE)
ROE (Return On Equity) merupakan rasio antara net profit terhadap total equity.
Semakin tinggi ROE menunjukkan semakin efisien perusahaan menggunakan modal
sendiri untuk menghasilkan laba atau keuntungan bersih. ROE digunakan untuk
mengukur tingkat pengembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholders’ equity) yang
dimiliki oleh perusahaan.
II.1.4 Tobin’s Q
Tobin’s Q merupakan ukuran penilaian yang paling banyak digunakan dalam
data keuangan perusahaan. Nama Tobin’s Q berasal dari James Tobin dari Yale
University setelah dia memperoleh hadiah nobel. Morck et al., (1988) dan McConnell et
al., (1990) menggunakan Tobin’s Q sebagai pengukuran kinerja perusahaan dengan
alasan bahwa dengan Tobin’s Q maka dapat diketahui nilai pasar perusahaan, yang
mencerminkan keuntungan masa depan perusahaan seperti laba saat ini.
Ada beberapa rasio untuk mengukur nilai pasar perusahaan, salah satu yang bisa
memberikan informasi yang paling baik adalah Tobin’s Q. Menurut Sukamulja (2004)
rasio Tobin’s Q dapat menjelaskan berbagai fenomena dalam kegiatan perusahaan
seperti misalnya terjadinya perbedaan cross sectional dalam pengambilan keputusan
21 investasi dan diversifikasi (Claessesns dan Fan, 2003); Market value dipengaruhi oleh
isi dari informasi asimetri, frekuensi atau volume insider trading, dan likuiditas,
sedangkan aliran laba tidak terpengaruh oleh tiga hal tersebut karena aliran laba dalam
laporan
keuangan
konvensional
tidak
mengungkapkan
variabel-variabel
yang
mempengaruhi nilai pasar. Sehingga hasil tingkat pengembalian yang dilaporkan dapat
berbeda dengan yang diperoleh investor, begitu juga dengan nilai pasar saham yang
diperdagangkan juga mengalami perbedaan. Sebagai contoh, jika ada perbedaan yang
signifikan dalam likuiditas pada dua ekuitas yaitu liquid equity dan non-liquid equity.
Liquid Equity (modal lancar) yang rendah harus menawarkan tingkat pengembalian
yang dilaporkan nilainya cukup tinggi untuk mengurangi kerugian dalam likuiditas.
Liquid Equity yang memiliki tingkat pengembalian tinggi digunakan untuk menarik
investor agar membeli ekuitas tersebut. Oleh karena itu Wernerfield et al., (1988)
menyimpulkan bahwa Tobin’s Q dapat digunakan sebagai alat ukur dalam menentukan
kinerja perusahaan. Penelitian Klapper dan Love (2002) menentukan bahwa nilai
Tobin’s Q merupakan rasio dari harga penutupan saham di akhir tahun buku dikali
dengan banyaknya saham yang beredar ditambah nilai buku hutang dibagi dengan total
aktiva.
Semakin besar nilai rasio Tobin’s Q menunjukkan bahwa perusahaan memiliki
prospek pertumbuhan yang baik dan memiliki intangible asset yang semakin besar. Hal
ini bisa terjadi karena semakin besar nilai pasar aset perusahaan, semakin besar kerelaan
investor untuk mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan
tersebut. Brealey dan Myers (2000) dalam Sukamulja (2004) menyebutkan bahwa
perusahaan dengan nilai Tobin’s Q yang tinggi biasanya memiliki brand image
22 perusahaan yang sangat kuat, sedangkan perusahaan yang memiliki nilai Tobin’s Q yang
rendah umumnya berada pada industri yang sangat kompetitif atau industri yang mulai
mengecil.
II.1.5 Penelitian Terdahulu
II.1.5.1
Penelitian Anindhita Ira Sabrinna (2010)
Penelitian ini menjelaskan hubungan antara corporate governance dan struktur
kepemilikan dengan kinerja perusahaan. Penelitian ini menggunakan analisis regresi
berganda untuk mengetahui apakah corporate governance dan struktur kepemilikan
memiliki pengaruh positif. Pengambilan sampel Corporate Governance Perception
Index (CGPI) untuk 2002 sampai 2008 dari The Indonesian Institute for Corporate
Governance (IICG) digunakan untuk mengukur pengaruh corporate governance dengan
Tobin’s Q pada kinerja pasar perusahaan dan Return On Equity (ROE) digunakan untuk
mengukur kinerja operasional perusahaan. Pengambilan sampel struktur kepemilikan
dilihat dari modal saham perusahaan yang terdapat pada laporan keuangan. Struktur
kepemilikan terdiri dari kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional digunakan
untuk mengukur kinerja perusahaan dengan menggunakan Tobin’s Q dan Return On
Equity (ROE). Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 42 perusahaan manufaktur
yang mengikuti survey IICG dari tahun 2002 hingga 2008 dan laporan keuangan
perusahaan manufaktur yang terdaftar BEI. Metode pengambilan sampel yaitu purposive
sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
signifikan antara corporate governance dengan Tobin’s Q (kinerja pasar) tetapi terdapat
hubungan positif signifikan antara corporate governance dengan ROE. Sedangkan pada
23 struktur kepemilikan tidak terdapat hubungan signifikan antara kepemilikan manajerial
dan kepemilikan institusional terhadap kinerja perusahaan, hal ini dikarenakan bahwa
keberadaan manajer dan pemegang saham kurang memiliki pengaruh dalam
peningkatan kinerja perusahaan.
II.1.5.2
Penelitian Siddharta Utama (2008)
Penelitian ini menjelaskan tentang pengaruh penerapan corporate governance
terhadap pengungkapan informasi. Dijelaskan bahwa dengan menerapkan prinsip good
corporate governance, pengungkapan informasi dan transparansi, asimetri informasi
dapat dikurangi dan karenanya konsekuensi negative berupa pilihan berlawanan dan
kerusakan moral dapat diminimalkan. Akibatnya, biaya modal berkurang dan nilai
perusahaan meningkat. Pengungkapan yang kredibel juga dapat meningkatkan
keyakinan investor dan menghasilkan alokasi modal yang lebih baik dalam
perekonomian.
II.1.5.3
Penelitian Deni Darmawati Khomsiyah (2002)
Penelitian ini menganalisis hubungan antara corporate governance dengan
kinerja perusahaan. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk menguji
hipotesis apakah corporate governance dengan kinerja perusahaan memiliki pengaruh
yang positif. Rating Corporate Governance Perception Index (CGPI) yang diterbitkan
tahun 2001 dan 2002 oleh Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG),
digunakan untuk mengukur implementasi corporate governance. Tobin’s Q digunakan
untuk mengukur kinerja pasar dan Return on Equity (ROE) digunakan untuk mengukur
kinerja operasional perusahaan. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
signifikan antara corporate governance dengan Tobin’s Q. Tetapi, terdapat hubungan
24 signifikan positif antara corporate governance dengan Return on Equity (ROE). Artinya
bahwa implementasi corporate governance yang baik mempengaruhi kinerja
operasional, tetapi pasar tidak merespon implementasi corporate governance secepat
mungkin.
II.1.5.4
Penelitian Yunita Heryani Mintara (2008)
Penelitian ini untuk melihat pengaruh implementasi Corporate Governance
terhadap
pengungkapan
informasi.
Implementasi
Corporate
Governance
dan
pengungkapan adalah dua subyek yang dapat melindungi investor dari asimetri
informasi. Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling yaitu sampel yang dipilih dari populasi dengan kriteria tertentu,
yaitu perusahaan-perusahaan yang masuk dalam 10 peringkat teratas yang dilakukan
oleh IICG dari tahun 2002-2006. Variabel yang diujikan dalam penelitian ini terdiri dari
pengungkapan informasi, ukuran perusahaan dan regulasi untuk dilihat pengaruhnya
terhadap implementasi Corporate Governance. Variabel Corporate Governance,
struktur kepemilikan, keberadaan dewan komisaris independen, komite audit, ukuran
perusahaan dan profitabilitas juga diuji pengaruhnya terhadap tingkat pengungkapan
informasi. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif, uji
normalitas, uji asumsi klasik, dan analisis regresi berganda. Dari analisis regresi yang
dilakukan oleh peneliti maka dapat disimpulkan bahwa implementasi Corporate
Governance berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengungkapan informasi
suatu perusahaan. Perusahaan dengan indeks Corporate Governance tinggi akan
mengungkapkan informasi lebih baik dalam laporan keuangan perusahaan. Demikian
juga sebaliknya, perusahaan-perusahaan yang memberikan pengungkapan yang tinggi
25 dalam laporan keuangan akan menunjukkan bahwa implementasi Corporate
Governance pada perusahaan tersebut semakin baik.
II.1.5.5
Penelitian Yan-Leung Cheung, J. Thomas Connelly, Ping Jiang, dan
Piman Limpaphayom (2011)
Penelitian ini menggunakan data time-series untuk menganalisis hubungan
antara perubahan dalam kulaitas praktik corporate governance dan penilaian pasar yang
berurutan diantara perusahaan yang listing di Hong Kong. Hasilnya menunjukkan
bahwa perusahaan yang melakukan peningkatan pada kualitas corporate governance
menunjukkan peningkatan penilaian pasar, dimana perusahaan yang mengalami
penurunan kualitas corporate governance, cenderung menunjukkan penurunan pada
penilaian pasar. Selain itu, dampaknya lebih besar bagi perusahaan yang termasuk
dalam MSCI Index atau berafiliasi dengan Cina. Hasilnya menunjukkan bukti yang
mendukung bahwa good corporate governance dapat memprediksi penilaian pasar di
masa depan.
Sampel yang digunakan terdiri dari perusahaan-perusahaan terbesar yang
memiliki saham konstituen di 4 bursa saham Hong kong yaitu HIS (Hang Seng Index),
HSHKCI (Hang Seng Hong Kong Composite Index), HSCCI (Hang Seng China
Affiliated Corporate Index), dan HSCEI (Hang Seng China Enterprise Index). Terdapat
168, 168, dan 174 perusahaan masing-masing dari tahun 2002, 2004, dan 2005. Secara
keseluruhan, sampel mewakili hampir 90% total kapitalisasi pasar dan hampir 80% dari
perputaran pasar di pasar Hongkong. Setiap tahun, praktik corporate governance
ditinjau dalam rangka menghasilkan skor corporate governance dengan total 510
perusahaan yang akan diobservasi.
26 Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
Nama / Judul Penelitian
Anindhita Ira Sabrinna / Pengaruh
Penerapan Corporate Governance
dan Struktur Kepemilikan terhadap
Kinerja Perusahaan
Pertanyaan Penelitian
1. Apakah Corporate
Governance
mempengaruh kinerja
pasar (Tobin’s Q)
perusahaan secara
positif?
2. Apakah Corporate
Governance
mempengaruhi kinerja
operasional (ROE)
perusahaan secara
positif?
3. Apakah struktur
kepemilikan baik secara
institusional dan
manajerial
mempengaruhi kinerja
perusahaan?
Sampel dan
Metode
Hasil Penelitian
42 perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
dan mengikuti
survey CGPI
2002-2008.
Tidak
terdapat
hubungan
signifikan antara corporate
governance dengan Tobin’s Q
(kinerja pasar) tetapi terdapat
hubungan positif signifikan
antara corporate governance
dengan ROE. Sedangkan pada
struktur kepemilikan tidak
terdapat hubungan signifikan
antara kepemilikan manajerial
dan institusional terhadap
kinerja perusahaan, hal ini
dikarenakan
bahwa
keberadaan
manajer
dan
pemegang
saham
kurang
memiliki pengaruh dalam
peningkatan
kinerja
perusahaan.
Metode yang
dipakai dalam
penelitian ini
adalah uji
statistik, uji
normalitas data,
uji autokorelasi,
uji
multikolinearitas,
uji
heterokedastisitas,
dan model
regresi.
Siddharta Utama / Tata Kelola
Perusahaan, Pengungkapan, dan
Buktinya di Indonesia
1. Apakah tata kelola
perusahaan
mempengaruhi
pengungkapan yang
dilakukan oleh
perusahaan?
104 perusahaan
yang terdaftar di
BEI tahun 1998.
Metode penelitian
tidak dijelaskan
pada penelitian
ini.
Ditemukan bahwa tingkat
pengungkapan
dipengaruhi
secara positif oleh ukuran
perusahaan
dan
leverage
keuangan. Ukuran perusahaan
dan
leverage
keuangan
dipengaruhi secara positif oleh
GCG.
Deni Dharmawati Khomsiyah /
Pengaruh Penerapan Corporate
Governance terhadap Kinerja
Perusahaan
1. Apakah corporate
governance
mempengaruhi kinerja
pasar (Tobin’s Q) dan
operasional (ROE) dari
perusahaan?
20 perusahaan
yang terdaftar di
BEI dan masuk
dalam ranking
CGPI tahun 20012002.
Tidak ada hubungan signifikan
antara corporate governance
dengan Tobin’s Q. Tetapi ada
hubungan signifikan positif
antara corporate governance
dengan Return on Equity
(ROE). Artinya implementasi
corporate governance yang
baik mempengaruhi kinerja
operasional tetapi pasar tidak
merespon
implementasinya
secepat mungkin.
27 Yunita Heryani Mintara / Pengaruh
Implementasi Corporate
Governance terhadap
Pengungkapan Informasi
1. Apakah corporate
governance
mempengaruhi
pengungkapan
informasi dalam
laporan tahunan?
50 perusahaan
yang terdaftar di
BEI dan masuk
dalam ranking 10
besar CGPI
periode 20022006.
Dapat disimpulkan bahwa
implementasi
Corporate
Governance
berpengaruh
secara signifikan terhadap
tingkat
pengungkapan
informasi suatu perusahaan.
Perusahaan dengan indeks
Corporate Governance tinggi
akan
mengungkapkan
informasi lebih baik dalam
laporan keuangan perusahaan.
Demikian juga sebaliknya,
perusahaan-perusahaan yang
memberikan
pengungkapan
yang tinggi dalam laporan
keuangan akan menunjukkan
bahwa
implementasi
Corporate Governance pada
perusahaan tersebut semakin
baik.
Yan Leung-Cheung et al. / Does
Corporate Governance Predict
Future Performance? Evidence
from Hong Kong
1. Apakah corporate
governance dapat
memprediksi kinerja
pasar perusahaan di
masa depan?
510 perusahaan
yang terdaftar di 4
bursa saham
Hong Kong
periode 20022005
Hasilnya menunjukkan bahwa
perusahaan yang melakukan
peningkatan pada kualitas
corporate
governance
menunjukkan
peningkatan
penilaian
pasar,
dimana
perusahaan yang mengalami
penurunan kualitas corporate
governance,
cenderung
menunjukkan penurunan pada
penilaian pasar. Selain itu,
dampaknya lebih besar bagi
perusahaan yang termasuk
dalam MSCI Index atau
berafiliasi
dengan
Cina.
Hasilnya menunjukkan bukti
yang mendukung bahwa good
corporate governance dapat
memprediksi penilaian pasar di
masa depan.
28 II.2
Pengembangan Hipotesis
Teori keagenan dapat menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang terlibat dalam
perusahaan akan berperilaku, karena pada dasarnya mereka memiliki kepentingan yang
berbeda. Dengan kepentingan yang berbeda, antara agen dan prinsipal terjadi konflik
yang potensial. Konflik kepentingan yang muncul disebut konflik keagenan. Pada
dasarnya, konflik keagenan terjadi karena adanya pemisahan antara kepemilikan dan
pengendalian perusahaan. Adanya konflik tersebut mengakibatkan perlunya check dan
balance untuk mengurangi kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan oleh manajemen.
Corporate
governance
sebagai
mekanisme
untuk
mengarahkan
dan
mengendalikan suatu perusahaan, bertujuan untuk mengurangi kepentingan pemegang
saham dan stakeholder lain. Adanya prinsip-prinsip corporate governance seperti
transparency, accountability, responsibility dan fairness yang dilakukan oleh
perusahaan dan mekanisme corporate governance dapat meminimalisasi konflik
kepentingan antara manajer dan para pemegang saham perusahaan. Adanya transparansi
dan pengawasan yang baik dapat mencegah manajer dalam melakukan ekspropriasi
(penyalahgunaan kekuasaan). Sistem yang baik akan memberikan perlindungan efektif
kepada para pemegang saham untuk memperoleh kembali investasinya dengan wajar,
tepat dan efisien, serta memastikan bahwa manajemen bertindak sebaiknya untuk
kepentingan perusahaan. Berdasarkan teori keagenan, dengan adanya good corporate
governance, manajer dapat diawasi dengan baik dan agency cost dapat dikurangi.
Kinerja keuangan suatu perusahaan ditentukan oleh sejauh mana keseriusan
menerapkan good corporate governance. Secara teoritis, jika praktik good corporate
governance berjalan dengan efektif dan efisien maka seluruh proses aktivitas perusahaan
29 akan berjalan dengan baik yang selanjutnya dapat meningkatkan kinerja keuangan
mereka, mengurangi risiko yang mungkin dilakukan dewan dengan keputusan yang
menguntungkan diri sendiri. Good corporate governance juga dapat meningkatkan
kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya yang juga akan berdampak pada
kinerja perusahaan.
Dengan melihat beberapa contoh kasus tindakan kecurangan yang dilakukan
oleh manajemen perusahaan, maka akan dipertanyakan bagaimana efektivitas penerapan
corporate governance yang akan berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Corporate
governance merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efesiensi
ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan
komisaris, para pemegang saham, dan stakeholders lainnya. Corporate governance juga
memberikan suatu struktur yang memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari suatu
perusahaan, dan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring (pengawasan)
kinerja (Deni, Khomsiyah dan Rika, 2004).
Penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2005) menemukan bahwa terdapat
hubungan positif antara corporate governance yang diproksikan dengan transparansi
dengan kinerja perusahaan yang diukur dengan menggunakan Tobin’s Q. Hal ini
didukung oleh penelitian Klapper dan Love (2002) seperti yang dikutip dalam
Darmawati, dkk (2005) yang menemukan adanya hubungan positif antara corporate
governance dengan kinerja perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q.
Dalam penelitian Hidayah (2008) pengukuran corporate governance dengan
menggunakan Corporate Governance Perception Indeks (CGPI) dan pengukuran kinerja
dengan Tobin’s Q sebagai ukuran penilaian pasar dan Return On Equity (ROE) sebagai
30 ukuran kinerja operasional diyakini bisa memberikan gambaran mengenai kinerja
perusahaan yang baik, karena esensi penerapan prinsip-prinsip good corporate
governance adalah peningkatan kinerja perusahaan. Perusahaan yang telah menerapkan
corporate governance secara baik akan memiliki kinerja operasional yang baik dan akan
diikuti oleh kinerja pasar yang tampak pada nilai saham perusahaan sehingga dapat
diprediksi bahwa perusahaan yang menerapkan prinsip-prinsip good corporate
governance yang lebih baik akan cenderung mempunyai kinerja perusahaan yang lebih
baik pula.
Pelaksanaan corporate governance yang baik dan sesuai dengan peraturan yang
berlaku akan membuat investor memberikan respon yang positif terhadap kinerja
perusahaan dan meningkatkan nilai pasar perusahaan. Respon tersebut akan sangat
bermanfaat bagi perusahaan dalam kegiatan operasionalnya, antara lain dengan
berkurangnya biaya modal yang harus ditanggung.
Kinerja pasar dapat diukur dengan Tobin’s Q. ROE mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Tobin’s Q
membandingkan antara nilai pasar perusahaan dengan replacement cost aset perusahaan.
Semakin besar nilai rasio Tobin’s Q menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek
pertumbuhan yang baik dan memiliki intangible asset yang semakin besar (Sukamulja,
2004). Karena semakin besar nilai pasar aset perusahaan, semakin besar juga kerelaan
investor untuk mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan
tersebut.
Bredey dan Myers dalam Sukamulja (2004) menyebutkan bahwa perusahaan
dengan nilai Q yang tinggi biasanya memiliki brand image perusahaan yang sangat
31 kuat, sedangkan perusahaan yang memiliki Q yang rendah umumnya berada pada
industri yang sangat kompetitif atau industri yang mulai mengecil.
Maka berdasarkan referensi hasil penelitian di atas, penulis dapat menarik
hipotesis (dugaan) alternatif yang dapat dinyatakan sebagai berikut:
H1a : Adanya pengaruh positif good corporate governance terhadap kinerja
perusahaan (Tobin’s Q).
H1b : Adanya pengaruh positif good corporate governance terhadap kinerja
perusahaan (ROE).
32 
Download