ABSTRACT Economic conditions in one country can be changed in every time. The economic crisis has changed the economic conditions of Indonesia. Before the 1997 financial crisis, the economy has increased economic growth every year, because we are entering foreign debt in sufficient quantities. But after the financial crisis that occurred Indonesia's foreign debt increased to U.S. $ 25,125 paada in 1998. This condition makes Indonesia fall into the trap of debt and debt interest is very high. In the short run, foreign debt is helping the Indonesian government in an effort to close the budget deficit and state budget revenues, due to routine financing and development expenditures are quite large. Thus, the rate of economic growth can be stimulated in accordance with its predetermined yag. But in the long run, it turns out that foreign debt can cause a variety of economic problems in Indonesia. In times of crisis, Indonesia's foreign debt including government and private debt has increased dramatically in a matter of dollars. Causing the Indonesian government to increase foreign debt just to pay the old foreign debt who was due. Accumulation of foreign debt and the interest will be paid melauli RI State Budget for the government debt by installments in each fiscal year. This causes reduction in the prosperity and welfare of the people in the future, so obviously it will burden the people, taxpayers, especially Indonesia. Estimation results show that economic growth before and after the crisis had R-squared of 0.79485, or 0.79, meaning that the independent variables (external debt) can explain the bound variable (economic growth) of 0.79%, while the other 21% is explained by other variables that is not in the model. T-statistics for foreign debt is bigger than the t-table (4.95> 2.89), meaning that the foreign debt variable has an obvious and significant impact on economic growth at α = 1%. T-statistics for the dummy variable is greater than t-table (5100> 2.89), which means the economic crisis variable (dummy) has a significant influence and economic growth at α = 1%. Based on the Granger Causality analysis, both variables have a relationship with one another (reciprocal). While anailsis Kointegration based test, which the two variables of foreign debt and economic growth has a stationary relationship to the second distinction I (2), means there is a long-term relationship between foreign debt and economic growth. Keywords: foreign debt, economic growth, financial crisis, dummy, kointegrasi tests, Granger Causality test. Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Kondisi ekonomi dalam satu negara dapat berubah dalam setiap waktu. Krisis ekonomi sudah mengubah kondisi perekonomian Indonesia. Sebelum adanya krisis keuangan 1997 perekonomian memiliki pertumbuhan ekonomi yang meningkat setiap tahunnya, karena kita memasukkan utang luar negeri dalam jumlah yang cukup. Tetapi setelah krisis keuangan itu terjadi utang luar negeri Indonesia meningkat sampai US$ 25125 paada tahun 1998. Kondisi ini membuat Indonesia jatuh ke dalam perangkap utang dan bunga utang yang sangat tinggi. Dalam jangka pendek, utang luar negeri sangat membantu pemerintah Indonesia dalam upaya menutup defisit anggaran pendapatan dan belanja negara, akibat pembiyaan rutin dan pengeluaran pembangunan yang cukup besar. Dengan demikian, laju pertumbuhan ekonomi dapat dipacu sesuai dengan target yag telah ditetapkan sebelumnya. Tetapi dalam jangka panjang, ternyata utang luar negeri tersebut dapat menimbulkan berbagai persoalan ekonomi di Indonesia. Pada masa krisis, utang luar negeri Indonesia termasuk didalamnya utang pemerintah dan swasta telah meningkat drastis dalam hitungan rupiah. Sehingga menyebabkan pemerintah Indonesia harus menambah utang luar negeri yang baru untuk membayar urtang luar negeri yang lama yang telah jatuh tempo. Akumulasi utang luar negeri dan bunganya tersebut akan dibayar melauli APBN RI untuk utang pemerintah dengan cara mencicilnya pada tiap tahun anggaran. Hal ini menyebabkan berkurangnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat pada masa mendatang, sehingga jelas akan membebani masyarakat, khususnya wajib pajak Indonesia Hasil estimasi menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi sebelum dan sesudah krisis memiliki R-squared sebesar 0.79485 atau 0.79, artinya bahwa variabel independen ( utang lua negeri ) dapat menjelaskan variabel terikat ( pertumbuhan ekonomi) sebesar 0.79%, sedangkan 21% lainnya dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak terdapat pada model. T-statistik untuk utang luar negeri lebih besar dari pada t-tabelnya ( 4.95>2.89), artinya bahwa variabel utang luar negeri memilki pengaruh nyata dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada α=1%. T-statistik untuk variabel dummy lebih besar daripada t-tabelnya ( 5.100>2.89), yang artinya variabel krisis ekonomi ( dummy ) memiliki pengaruh dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada α=1%. Berdasarkan pada analisis Granger Causality, kedua variabel memiliki hubungan satu sama lain ( timbal balik). Sedangkan berdasarkan anailsis Kointegration test, kedua variabel yaitu utang luar negeri dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan stasioner pada pembedaan kedua I (2), artinya ada hubungan jangka panjang antara utang luar negeri dan pertumbuhan ekonomi. Kata kunci : utang luar negeri, pertumbuhan ekonomi, krisis keuangan, dummy, kointegrasi tes, uji kausalitas granger. Universitas Sumatera Utara