BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Secara etimologis, kata komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communis, kata depan cumm yang artinya dengan atau bersama dengan, dan kata units, kata bilangan yang berarti satu. Dua kata tersebut membentuk kata benda communion, yang berarti kebersamaan, persatuan, persekutuan gabungan, pergaulan atau hubungan. Karena untuk melakukan communion diperlukan usaha dan kerja. Kata communio dibuat kata kerja communicate yang berarti membagi sesuatu dengan sesorang, tukar menukar, membicarakan sesuatu dengan orang memberitahukan sesuatu dengan kepada seseorang, bercakap – cakap, bertukar pikiran berhubungan berteman. Jadi komunikasi berarti pemberitahuan pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan.1 Sendjaja menyatakan, komunikasi merupakan suatu tindakan satu arah (linier), yaitu proses dimana pesan diibaratkan mengalir dari sumber dengan melalui beberapa komponen menuju komunikan.2 “Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.”3 1 Kadar Nurjaman dan Khaerul Umam. Komunikasi dan Public Relations. Bandung: PustakaSetia 2012. 2 S. Djuarsa Sendjaja. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka. 1994 3 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Kosda Karya. 2002. Hal 62 8 9 Sedangkan Gerald R. Miller berpendapat bahwa komunikasi pada dasarnya merupakan penyampaian pesan yang disengaja dari sumber terhadap penerima dengan tujuan mempengaruhi tingkah laku penerima.4 Berbicara komunikasi linier tidak bisa lepas dengan komunikasi model Harold D. Lasswell. Dalam Ilmu Teori dan filsafat Komunikasi, Effendy menuliskan model komunikasi Laswell yaitu dengan menjawab pertanyaan – pertanyaan Who (says) What (in) Which Channel (to) Whom (with) What Effect atau yang berarti siapa berkata apa melalui saluran apa kepada siapa dengan efek apa.5 Mulyana mengutip pendapat Tobbs dan Moss yang menyatakan bahwa komunikasi adalah proses pembentukan makna di antara dua orang atau lebih.6 Dalam konteks ini komunikasi tidak membedakan pengirim dan penerima pesan dan tidak lagi berorientasi kepada sumber karena komunikasi ini melibatkan banyak individu dan disini tampak bahwa komunikasi bersifat dinamis. Menyadari begitu banyaknya teori komunikasi, Richard West dan Lyn H. Turner memberikan batasan bahwa komunikasi adalah proses sosial dimana individu – individu menggunakan simbol – simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka.7 Theodorson selanjutnya mengemukakan pula bahwa komunikasi adalah proses pengalihan informasi dari satu orang atau sekelompok orang dengan 4 Sendjaja,op.cit., hal 21 Onong Uchjana Effendy. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. 2000 hal 10 6 Mulyana, op.cit., hal 69 7 Syaiful Rohim. Teori Komunikasi : Perspektif, Ragam dan Aplikasi. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. 2009. Hal 11 5 10 menggunakan simbol – simbol tertentu kepada satu orang atau sekelompok orang dengan menggunakan simbol – simbol tertentu kepada satu orang atau kelompok lain. Proses pengalihan informasi tersebut selalu mengandung pengaruh tertentu. Komunikasi yang efektif ditandai dengan dengan hubungan interpersonal yang baik. Kegagalan komunikasi sekunder terjadi, bila isi pesan kita pahami tetapi hubungan di antara komunikasi menjadi rusak. Saat proses komunikasi berlangsung, komunikator tidak hanya menentukan kadar isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonal, bukan saja menentukan “content” tetapi juga “relationship”.8 Bila diamati dari definisi diatas, dapat dilihat bahwa masing – masing individu dapat memberikan sumbangan pengertian tetang arti komunikasi berdasarkan pengalaman di kehidupan mereka. Walaupun kata ini sering terdengar dalam kehidupan sehai –hari, namun ternyata mendifinisikannya tidak semudah yang kita bayangkan. Perlu dilihat dari sudut pandang mana kita berbicara. Berbeda latar belakang seseorang, akan berbeda pula cara menafsirkannya. 2.2. Komunikasi Organisasi 2.2.1 Organisasi Melayu S.P Hasibuan mengatakan “Organisasi ialah suatu sistem perserikatan formal, berstruktur dan terkoordinasi dari sekelompoknya yang 8 Ibid 11 bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Organisasi hanya merupakan alat dan wadah saja”.9 Selain itu menurut Koontz & O’Donnel, organisasi adalah pembinaan hubungan wewenang dan dimaksudkan untu mencapai koordinasi yang struktural, baik secara vertikal, maupun secara horizontal diantara posisi-posisi yang telah diserahi tugas-tugas khusus yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan perusahaan. Jadi organisasi adalah hubungan struktural yang meningkat/menyatukan perusahaan dan kerangka dasar tempat individu-individu berusaha, dikoordinasi.10 Adapun aspek-aspek dalam organisasi diantaranya adalah: 1. adanya tujuan tertentu yang ingin dicapai 2. adanya sistem kerjasama yang terstruktur dari sekelompok orang 3. adanya pembagian kerja dan hubungan kerja antara sesama karyawan 4. adanya penetapan dan pengelompokan pekerjaan yang terintegrasi 5. adanya keterkaitan formal dan tata tertib yang harus ditaati 6. adanya pendelegasian wewenang dan koordinasi tugas-tugas 7. adanya unsur-unsur dan alat-alat organisasi 8. adanya penempatan orang-orang yang akan melakukan pekerjaan11 Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi merupakan sekelompok orang yang teroganisir dan memiliki satu tujuan yang sama, 9 Hasibuan, Malayu S.P. 2010. Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hal. 25 10 Malayu S.P Opcit. Hal 25 11 Hasibuan, Malayu S.P. 2010. Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas. Jakarta:PT. Bumi Aksara. Hal. 26 12 didalamnya terdapat struktural dan pengaturam kerja untuk keberlangsungan organisasi. 2.2.2 Pengertian Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi dapat terjadi kapanpun, setidaknyasatu orang yang menduduki jabatan dalam suatu organisasi menafsirkan suatu pertunjukkan. Karena fokus kita adalah komunikasi antara anggota-anggota organisasi, analisis komunikasi organisasi menyangkut penelahaannya atas banyaknya transaksi yang terjadi stimultan. Redding dan Sanborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks.12 Komunikasi juga dapat didefinisikan sebagi pertunjukan dan penahfsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari organisasi tertentu. Komunikasi organisasi sering pula diartikan sebagai pelaku pengorganisasian (organizing behavior) yakni bagaimana para guru terlibat dalam proses bertransaksi dan memberikan makna atas apa yang sedang terjadi. Komunikasi organisasi adalah pertunjukan atau penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit tertentu dalam hubungan-hubungan hirarki antara yang satu dengan yang lainnya dalam satu lingkungan.13 12 Arni Muhammad. Komunikasi Organisasi. Bumi Aksara. Jakarta. 2007 R. Wayne Pace dan Done F. Faules. Komunikasi Organisasi. Jakarta. Remaja Rosdakarya. 2002. Hal. 31 13 13 2.2.2.1 Tujuan Komunikasi Organisasi Ada tiga tujuan utama dari komunikasi organisasi, yaitu: a. Sebagai tindakan koordinasi; Komunikasi dalam organisasi bertujuan untuk mengkoordinasikan sebagai atau seluruh tugas dan fungsi organisasi yang telah dibagi-bagi dalam bagian atau sub bagian yang melaksanakan visi dan misi organisasi. b. Membagi informasi (information sharing), salah satu tujuan komunikasi yang penting adalah menghubungkan seluruh oparatur organisasi dengan tujuan organisasi c. Komunikasi bertujuan untuk menampilkan perasaan dan emosi; manusia dalam organisasi mempunyai keinginan bahkan kebutuhan untuk menyatakan kegembiraan atas pekerjaan dan prestasi yang mereka telah lakukan. 2.2.2.2 Fungsi Komunikasi Dalam Organisasi Menurut Bungin (2009:278-279) yang mengutip pendapat Sedjaja (2004:4-8), ada empat fungsi komunikasi dalam organisasi yaitu: 1. Fungsi Informatif Komunikasi digunakan sebagai upaya untuk menyampaikan informasi sebanyak mungkin kepada semua organisasi, agar semua anggota tahu dan dapat melaksanakan pekerjaannya masing-masing dan sebagai fungsi informasi untuk membuat suatu kebijakan dan putusan organisasi. 14 2. Fungsi Regulatif Pesan-pesan regulatif lebih berfungsi sebagai upaya untuk mengatur dan mengendalikan semua anggota organisasi, mulai dari level pimpinan sampai level bawahan serta sebagai upaya berorientasi pada tugas atau pekerjaan. 3. Fungsi Persuasif Dalam mengatur, mengendalikan dan mengoperasinalkan organisasi bukan hanya dibutuhkan jabatan dan kekuasaan atau wewenang juga dibutuhkan kemampuan dalam mempersuasif, sehingga setiap anggota organisasi tidak hanya menjadi seorang pekerja rutinitas biasa tetapi juga akan menjadi anggota organisasi yang memiliki “sentiment keanggotaan dan “loyalitas yang tinggi. 4. Fungsi Integratif Fungsi ini mengupayakan adanya jalinan komunikasi formal maupun informal diantara anggota-anggota organisasi, lewat berbagai kegiatan, seperti kegiatan darmawisata yang dimiliki oleh semua anggota, pertandingan olahraga bersama, menyediakan bulletin atau newsletter organisasi sebagai media komunikasi dan informasi yang resmi, dsb yang memungkinkan setiap anggota organisasi dapat berkomunikasi baik secara formal maupun informal.14 14 Rosmawati H.P. Mengenal Ilmu Komunikasi. Widya Padjajaran. Bandung. 2010. Hal. 101-102 15 2.3. Iklim Komunikasi Organisasi Suatu organisasi, baik publik maupun organisasi bisnis dibentuk dengan fokus untuk mencapai tujuan. Dalam mencapai tujuan memerlukan kerjasama dari semua anggota organisasi sesuai dengan tanggung jawab dan pembagian tugasnya. Proses kerja tersebut perlu didukung dengan adanyaIklim Komunikasi Organisasi yang kondusif serta juga dilengkapi dengan komitmen yang tinggi dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya. Kerjasama dan prilaku semua anggota meningkatkan efektifitas organisasi, perlu diarahkan dalam pencapaian tujuan dan bahkan melebihi standart yang telah ada dalam organisasi. Selain definisi diatas iklim komunikasi organisasi didefinisikan sebagai persepsi karyawan terhadap kualitas dan hubungan yang terjadi dalam perusahaan tempatnya bekerja serta tingkat keterlibatannya dan pengaruhnya. Faktor terpenting dalam perkembangan iklim komunikasi ialah interaksi. Melalui interaksi antar anggota-anggota organisasi, maka iklim komunikasi organisasi tersebut akan terbentuk.15 Iklim komunikasi organisasi menjadi komponen yang dianggap penting dalam mempengaruhi kemajuan dari perusahaan adalah karena hal ini mampu mempengaruhi sikap, prilaku, motivasi para karyawan dalam suatu organisasi. Iklim komunikasi organisasi dipengaruhi oleh bermacam-macam cara anggota organisasi bertingkah laku dan berkomunikasi. Iklim komunikasi yang penuh 15 Deddy Mulyana.2004. Iklim Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hal. 147 16 persaudaraan mendorong para anggota organisasi berkomunikasi secara terbuka, rileks, ramah tamah dengan anggota lain.16 2.4. Public Relations 2.4.1 Definisi Public Relations Public Relations merupakan fungsi manajemen yang bertugas mengevaluasi sikap, mengidentifikasi kebijakan dan prosedur seorang individu atau sebuah organisasi dengan kepentingan-kepentingan publik, dan perencanaan serta eksekusi sebuah program aksi untuk mendapatkan pemahaman dan kesabaran publik. Selain definisi diatas, Dennis L Wilcox mengatakan bahwa: “Strategies & Tactics bahwa public relations merupakan suatu fungsi manajemen khusu yang membantu mendirikan dan menjaga arah komunikasi timbal balik, pengertian, penerimaan, dan kerja sama antara organisasi dan publiknya.17 Menurut (British) Institute of Public Relations, PR adalah keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan satu organisasi dengan segenap khalayak.18 Sedangkan menurut Frank Jefkins, “Public Relations adalah bentuk komunikasi yang terencana baik itu kedalam maupun keluara antara satu organisasi dengan semua khalayak dalam rangka 16 Arni Muhammad. Komunikasi Organisasi. Bumi Aksara. Jakarta. 2007. Hal.85 Dennis Wilcox. 2000. PR Strategies & Tactics (sixth edition). New York: Longman. Hal. 3 18 M. Linggar Anggoro. 2002. Teori dan Profesi Kehumasan. Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi. Hal.1-2 17 17 mencapai tujuan-tujuan yang spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian”19 Jadi Public Relations dapat disimpulkan bagian terpenting dari sebuah perusahaan yang menjadi jembatan komunikasi antara perusahaan dengan publiknya, baik publik internal maupun eksternal demi mencapai tujuan perusahaan 2.4.2 Fungsi Public Relations Seorang praktisi PR dituntut untuk mampu mengerjakan banyak hal. Public Relations harus tahu benar tentang seluk beluk organisasi dan mampu mewakilinya dalam berbagai kesempatan dan keperluan. Seorang praktisi PR harus menjalankan fungsi-fungsinya baik keluar maupun kedalam perusahaan dengan baik dalam sebuah perusahaan secara mandiri atau independen. Fungsi Public Relations menurut Cutlip & Centre, dalam Rosady merumuskan fungsi Public Relations sebagai berikut: 1. Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama (Fungsi melekat pada manajemen lembaga/organisasi) 2. Membina hubungan yang harmonis antara badan/organisasi dengan publiknya yang merupakan khalayak sasaran. 3. Mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, persepsi, dan tanggapan masyarakat terhadap badan/organisasi yang diwakilinya atau dibaliknya. 19 Frank Jefkins. 2004. Public Relations. Jakarta:Erlangga. Hal.9 18 4. Melayani keingina publiknya dan memberikan sumbangan saran kepada pimpinan manajemen demi tujuan dan manfaat bersama. 5. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik dan mengatur arus informasi, publikasi serta pesan dari badan/organiasi ke publiknya atau sebaliknya, demi menciptanya citra positif bagi kedua belah pihak.20 Salah satu fungsi PR adalah memelihara hubungan dengan publik internal perusahaan. Publik utama internal sebuah perusahaan tersebut yang mendukung keberlangsungan perusahaan dan partisipasi dalam mencapai tujuan perusahaan. 2.5. Pesan Persuasive Persuasi merupakan suatu usaha mengubah sikap, kepercayaan atau tindakan audiens untuk mencapai suatu tujuan. Secara sederhana, persuasi yang efektif adalah kemampuan untuk menyampaikan suatu pesan di dalam suatu cara yang membuat audiens (pembaca atau pendengar). Meskipun kebanyakan pesa – pesan bisnis adalah rutin, namun dalam beberapa situasi tertentu diperlukan pesan yang didesain untuk memotivasi atau memberi persuasi kepada orang lain. Penyampaian pesan ini tidak hanya digunakan untuk kepentingan internal organisasi namun dapat pula digunakan untuk kepentingan eksternal organisasi seperti permintaan atau informasi yang bersifat menyenangkan, atau kegiatan untuk mendapatkan dana dan kerjasama. Pesan – pesan persuasif bertujuan untuk mempengaruhi audiens yang cenderung mempertahankan ide atau gagasannya. Pesan – pesan persuasif 20 Rosady Ruslan. 2000. Manajemen Public Relations dan Media Publikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada 19 umumnya lebih lama, lebih rinci, dan tergantung pada perencanaan strategis yang cukup ketat. 2.6 Sikap Sikap adalah pernyataan evaluatif – baik yang menguntungkan atau tidak menguntungkan mengenai obyek, orang atau peristiwa.21 Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan sesuatu. Sikap tidak sama dengan nilai, tetapi keduanya saling berhubungan. Anda dapat mengetahui ini dengan memandang pada tiga komponen dari suatu sikap: pengertian (cognition), keharuan (affect), dan perilaku (behavior). Keyakinan bahwa diskriminasi adalah salah merupakan suatu pernyataan nilai. Pendapat semacam itu merupakan komponen kognitif dari suatu sikap. Komponen ini menentukan tahap untuk bagian yang lebih kritis dari sikap – komponen afektifnya. Keharuan adalah segmen emosional atau perasaan dari suatu sikap. Afektif dapat menghantar ke hasil perilaku. Komponen perilaku dari suatu sikap merujuk ke suatu maksud untuk berperilaku dengan suatu cara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu. Memandang sikap yang tersusun atas tiga komponen kognitif, afektif dan perilaku membantu memahami kerumitan sikap dan hubungan yang potensial antara sikap dan perilaku. Tetapi demi kejelasan, jangan lupakan bahwa istilah sikap (attitude) pada hakekatnya merujuk ke bagian afektif dari tiga komponen itu. 21 Sunarto, Perilaku Organisasi 2003. Hal 84 20 Sikap adalah gambaran kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan atau suatu objek.22 Sikap ini harus dibaca denga sangat hati – hati sebab gambaran yang terwujud tersebut dapat saja direkayasa sedemikian rupa yang pada gilirannya akan membutakan kita dari keadaan yang sesungguhnya. Sikap adalah Integratif, sikap terhadap situasi belajar, motivasi dan instrumentalitas. Hasilnya menunjukkan bahwa siswa memiliki tingkat integratif dan attitude yang tinggi terhadap keadaan seni belajar, sementara tingkat motivasi dan instrumentalinya sangat rendah.23 Analisis regresi berganda menunjukkan bahwa sikap terhadap keadaan seni belajar merupakan prediktor yang baik terhadap integratif siswa. Sikap menurut Gerungan, secara umum diartikan sebagai kesediaan berinteraksi individu terhadap sesuatu. Sikap ini berkaitan dengan motif dan mendasari tingkah laku seseorang. Tingkah laku yang dapat terjadi dan akan diperbuat seseorang dapat diramalkan jika telah diketahui sikapnya. Sikap merupakan suatu tindakan, tetapi baru berupa kecenderungan. Jadi sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek tertentu. Dengan kata lain, nilai perlu dikenal terlebih dahulu, kemudian dihayati dan didorong oleh moral, baru akan terbentuk sikap tertentu dan akhirnya terwujud perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang dimaksud.24 22 23 Salim, Emil. Aspek Sikap Mental dalam manajemen SDM. 1996. Hal 17 https://search.proquest.com/docview/1701253358/abstract/3C9F4399B7FB4C36PQ/4?accounti d=34643 24 Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan, (Pustaka Setia, Bandung : 2006) hal 121 21 Stitickland (2001) menjelaskan bahwa sikap adalah predisposisi atau kecenderungan untuk memberi respon secara kognitif, emosi dan perilaku yang diarahkan pada suatu objek, pribadi, dan situasi khusus dalam cara-cara tertentu. Sikap adalah sebuah pola yang menetap beruparespon evaluatif tentang orang, benda atau isu (Colman,2006). Sikap adalah tendensi untuk berinteraksi dalam cara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap merupakan emosi atau afek yang diarahkan oleh seseorang kepada orang lain, benda, atau peristiwa sebagai objek sasaran sikap. Sikap melibatkan kecenderungan respon yang bersifat prefensial. Dalam konteks itu, seseorang memiliki kecenderungan untuk puas atau tidak puas, positif atau negatif, suka atau tidak suka terhadap suatu objek sikap(Eagle & Chaiken,1993).25 Jalaludin Rachmat juga menjelaskan tentang beberapa hal mengenai sikap, yaitu:26 a. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpresepsi, berfikir dan merasa dalam menghadapi objek. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. b. Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi, sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga membentuk apakah seorang harus pro dan kontra terhadap sesuatu, mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, dan apa yang harus dihadapi. c. Sikap relatif lebih menetap. 25 26 Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial Suatu Pengantar, (Rosda, Bandung:2010) hal 64 Jalaludin Rachmat, Op.Cit, Hal 41 22 d. Sikap mengandung sikap evaluatif, artinya mengandung nilai asli menyenangkan atau tidak menyenangkan. e. Sikap timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir tetapimerupakan hasil belajar. Sikap dapat diukur dengan metode atau teknik:27 1. Measurement by scales yaitu pengukuran sikap dengan menggunakan skala. 2. Measurement by rating yaitu pengukuran sikap dengan meminta pendapat atau penilaian para ahli yang mengetahui sikap individu yang dituju. 3. Indirect method yaitu pengukuran sikap secara tidak langsung yakni mengamati (eksperiment) perubahan sikap atau pendapat yang bersangkutan. 2.6.1. Ciri – Ciri Sikap Sikap menentukan jenis atau tabiat tingkah laku dan hubungannya dengan rangsangan yang relevan, orang – orang atau kajian – kajian. Adapun ciri – ciri sikap sebagai berikut: a. Sikap itu dipelajari Sikap merupakan hasil belajar. Beberapa sikap dipelajari secara tidak sengaja tanpa kesadaran kepada sebagian individu. Mempelajari sikap secara sengaja apabila individu mengerti bahwa hal itu lebih berguna bagi 27 http://syehaceh.wordpress.com 23 dirinya sendiri atapun dapat bermanfaat bagi kelompok nya, ataupun memperoleh sesuatu nilai yang sifatnya perseorangan. b. Memiliki Kestabilan Sikap yang pada awalnya dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat melalui pengalaman, akhirnya menjadi tetap dan stabil. Misalnya perasaan suka atau tidak suka terhadap sesuatu warna yang spesifik dan hal ini biasanya terjadi berulang – ulang dengan frekuensi yang cukup tinggi. c. Personal –Sociental Significance Sikap melibatkan antar hubungan seseorang dan orang lain dan juga antar orang dan benda atau barang atau situasi tertentu. Bila seseorang merasa orang lain menyenangkan, terbuka serta hangat, maka hal ini akan sangat berarti bagi dirinya, ia akan merasa bebas dan menyenangkan. d. Berisi Kognisi dan Afeksi Komponen kognisi dari sikap adalah berisi informasi yang faktual, misalnya objek itu dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan . sedangkan seperti kita ketahui komponen afeksi menyangkut perasaan – perasaan tertentu misalnya ketakutan, kedengkian, simpati, antipasi, dan sebagainya. e. Approach – Avoidance directionality Bila sesorang memiliki sikap yang menyenangkan terhadap suatu objek, mereka akan mendekati dan membantunya, sebaliknya bila seseorang memiliki sikap yang tidak menyenangkan, mereka akan mengindarinya. 28 28 S. Sunarjo Djoenasih, Opini Publik. Yogyakarta,1997, hal 104 24 2.6.2 Komponen Sikap Terdapat tiga komponen sikap, Tiga komponen sikap itu adalah komponen respons evaluatif kognitif, komponen respons evaluatif afektif, dan komponen respons evaluatif perilaku. Ketiga komponen itu secara bersama merupakan penentu bagi jumlah keseluruhan sikap seseorang ( Manstead, 1996:Stirickland, 2001).29 Komponen respon evaluatif kognitif adalah gambaran tentang cara seseorang dalam mempresepsi objek, peristiwa, atau situasi sebagai sasaran sikap. Komponen ini adalah pikiran, keyakinan, atau ide seseorang tentang suatu objek. Dalam bentuk yang paling sederhana, komponen kognitif adalah kategori – kategori yang digunakan dalam berfikir. Komponen respon evaluatif afektif dari sikap adalah perasaan dan emosi yang dihubungkan dengan suatu objek sikap. Perasaan atau emosi meliputi kecemasan, kasihan, benci, marah atau suka. Komponen respons evaluatif perilaku dari sikap adalah tendensi untuk berperilaku pada cara – cara tertentu terhadap objek sikap. Dalam hal ini, tekanan lebih pada tendensi untuk berperilaku dan bukan pada perilaku secara terbuka. Misalnya orang memiliki tendensi untuk melakukan tindakan diskriminatif terhadap anggota dari sekelompok etnis tertentu, namun karena tindakan itu secara sosial dan legal dilarang, maka ia tidak melakukannya. 29 Fattah Hanurawan, OP.Cit, hal 65 25 2.6.3 Fungsi Sikap D. Katz ( Luthans, 1995) menjelaskan empat fungsi sikap. Empat fungsi sikap itu adalah fungsi penyesuaian, fungsi pertahanan diri, fungsi ekspresi nilai, dan fungsi pengetahuan.30 Fungsi penyesuaian diri berarti bahwa orang cenderung mengembangkan sikap yang akan membantu untuk mencapai tujuannyasecara maksimal. Sebagai contoh, seseorang cenderung menyukai partai politik yang mampu memenuhi dan mewakili aspirasi – aspirasinya. Fungsi pertahanan diri mengacu pada pengertian bahwa sikap dapat melindungi seseorang diri keharusan untuk mengakui kenyataan tentang dirinya. Sebagai contoh fungsi ini adalah perilaku proyeksi. Proyeksi adalah atribusi ciri – ciri yang tidak diakui oleh diri seseorang dalam dirinya kepada orang lain. Melalui proyeksi, ia seakan – akan tidak memiliki ciri-ciri itu. Fungsi ekspresi nilai berarti bahwa sikap membantu ekspresi positif nilai – nilai dasar seseorang, memamerkan citra dirinya, dan aktualitas diri. Fungsi pengetahuan berarti bahwa sikap membantu seseorang menetapkan standar evaluasi terhadap sesuatu hal. Standar itu menggambarkan keteraturan, kejelasan, dan stabilitas kerangka pribadi seseorang dalam menghadapi objek atau peristiwa disekelilingnya. 30 Ibid hal 66 26 2.6.4. Persuasi dan Perubahan Sikap Persuasi adalah suatu usaha secara cermat dari seseorang atau suatu kelompok untuk mempengaruhi keyakinan, sikap dan perilakuorang lain atau kelompok lain pada arah tertentu. Dalam konteks persuasi yang menekankan pada perubahan sikap, colman (2006) menjelaskan bahwa persuasi adalah proses perubahan sikap yang dilakukan melalui presentasi pesan yang bermuatan argumen – argumen yang melemahkan atau menguatkan seseorang, objek, atau isu tempat seseorang mengarahkan sikapnya. Efektivitas proses persuasi sangat bergantung pada keberhasilan proses komunikasi. Terdapat tiga faktor penting yang perlu diperhatikan agar suatu komunikasi dapat berjalan secara efektif. Tiga faktor itu adalah komunikator, isi pesan, dan sasaran. Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi efektifitas pesan adalah kemampuan isi pesan oleh penerima. Dan kecenderungan isi pesan untuk mengarahkan kebenaran isi pesan hanya dari satu sisi. Berdasarkan pada deskripsi tentang tiga faktor penentu keberhasilan komunikasi, secara umum dapat disimpulakn bahwa efektivitas komunikasi yang dirancang untuk mengubah keyakinan, sikap, dan perilaku sangat bergantung pada banyak faktor. Faktor kecerdasan sasaran (target) persuasiditenggarai juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu proses persuasi untuk mencapai perubahan sikap. Berbagai hasil penelitian menunjukkan kesimpulan yang kurang konklusif. Pada satu sisi, semakin tinggi kecerdasan yang dimiliki seseorang maka semakin mungkin ia mempertimbangkan sudut pandang yang berbedadari sikap yang 27 diyakininya. Namun, pada sisi lain, dalam diri orang – orang yang memiliki kecerdasan superior ada resistensi terhadap sudut pandang yang berbeda. Orang – orang yang keccerdasan superior sangat sulit untuk di persuasi (Stirickland, 2001).31 2.7. Sosialisasi Menurut Elly M. Setiadi & Usman Kolip (2011:156) Sosialisasi erat sekali kaitannya dengan enkulturasi atau proses pembudayaan yaitu proses belajar dari seorang individu untuk belajar mengenal, menghayati, dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya terhadap system adat, norma, bahasa, seni, agama, serta semua peraturan dan pendirian yang hidup dalam lingkungan kebudayaan masyarakat. Dalam pelaksanaannnya, sosialisasi dilakukan dengan 2 cara yaitu : 1. Sosialisasi Represif (Represive Socializatons) sosialisasi ini bercirikan pada tuhan, penekanan pada komunikasi satu arah (instruksi), dalam artian pihak yang tersosialisasi mau atau tidak harus begitu. 2. Sosialisasi Partisipatif (participative socialization) adapun sosialisasi ini adalah sosialisasi yang berupa rangsangan tentu agar pihak yang tersosialisasi mau melakukan suatu tindakan, misalnya hadiah (reward). Seorang anak agar giat belajar dan nantinya naik kelas biasanya orang tua merangsang dengan menjanjikan hadiah pada anak; agar kehidupan masyarakat membiasakan pola hidup bersih dan sehat, pemerintah 31 Ibid 28 memberikan rangsangan Piala Kalpataru; agar manusia mau menaati hukum Tuhan akhirnya memberikan jani surge bagi yang mau patuh dan memberikan ancaman neraka bagi yang melanggarnya. 2.7.1 Proses Internalisasi Internalisasi adalah proses yang dilakukan oleh pihak yang tengah menerima proses sosialisasi. Kendati proses Internalisasi dikatakan sebagai proses penerimaaan sosialisasi, namun proses ini tidaklah bersifat pasif, akan tetapi merupakan proses aktivitas pedagogis yang bersifat aktif juga. Yang di maksud aktif dalm hal ini adalah proses internalisasi ini pihak yang disosialisasi melakukan interpretasi (pemahaman) dari pesan yang diterima terutama menyangkut mana yang dilihat dan didengarnya. Langkah selanjutnya adalah meresapkan dan mengorganisasi hal pemahamannya kedalam ingatan dan batinya. Proses Internalisasi sendiri sebenarnya telah terjadi sejak anak-anak dilahirkan dari kandungan ibunya. Pada saat itu ia mulai mencerna atau memahami gejalagejala kehidupan yang ada di sekitarnya melalui proses informal yang tanpa di sengaja. Menurut Robert Lawang (a2011:167) membagi sosialisasi menjadi dua macam : 1. Sosialisasi primer, yaitu proses sosialisasi yang terjadi pada saat usia seseorang masih usia balita. Pada fase ini, seorang anak di bekali pengetahuan tentang orang-orang yang berada dilingkungan sosial sekitar melalui interaksi, seperti dengan ayah, ibu, kakak, dan anggota keluarga lainnya. 29 2. Sosialisasi sekunder, yaitu sosialisasi yang berlangsung setelah sosialisasi primer, yaitu semenjak usia 4 tahun hingga selama hidupnya. 2.7.2 Media Sosialisasi Sosialisasi tidak akan berjalan jika tidak ada peran media sosialisasi. Adapun media sosialisaisi yang otomatis memiliki peran adalah sebagai berikut : a. Keluarga Keluarga merupankan institusi yang paling penting pengaruhnya terhadap proses sosialisasi. b. Kelompok Kepribadian manusia sangat memiliki hubungan dengan tipe kelompok dimana individu tersebut berada. c. Lingkungan Pendidikan Lembaga pendidikan adalah lembaga yang diciptakan oleh pemerintah untuk mendidik anak-anak sebagai langkah untuk mempersiapkan potensi anak dalam ranfka membangun Negara. d. Keagamaan Agama merupakan salah satu lembaga sosial yang didalamnya terdapat norma-norma yang harus dipatuhi. e. Lingkungan Sosial Yang dimaksud dengan lingkungan sosial adalah tempat atau suasana dimana sekelompok orang merasa sebagai anggotanya, seperti 30 lingkungan kerja, lingkungan RT, lingkungan pendidikan, lingkungan pesantren, dan sebagainya. f. Media Massa Melalui media massa seperti Koran, radio, televisi, majalah, tabloid, internet berbagai hal dapat disosialisasikan (disebarluaskan). 2.8. Definisi 7 Kebiasaan Baik Menurut Steven R. Covey32 menyatakan bahwa, Steven Covey mempromosikan inspirasinya yang disebut “etika karakter” yang berdasarkan prinsip dan tata cara memimpin serta mengabaikan prinsip “etika kepribadian” yang memberikan sinyal kepalsuan dan ambiguitas. Karakter adalah gabungan dari kebiasaan-kebiasaan kita. Kebiasaan sulit berubah, tetapi bisa dirubah dengan komitmen yang sungguh-sungguh. Kebiasaan (habits) yang baik adalah persinggungan antara pengetahuan (knowlegde), keahlian (skill) dan keinginan (desire). Kebiasaan adalah aktivitas yang dikerjakan tanpa perlu berpikir dulu dan 7 kebiasaan yang paling efektif menurut Covey : 1) Be proactive, jadilah proaktif yang menjadi kendali seseorang terhadap lingkungan dibanding situasi sekelilingmu yang mengendalikanmu. 2) Begin with the end in mind, mulai dengan akhir dipikiran atau disebut kepemimpinan pribadi. Dengan ini kamu dapat konsentrasi dan mempertimbangkan segala konsekwensinya sebelum bertindak, sehingga dapat produktif dan berhasil. 32 Steven R. Covey, The 7 Habits of Highly Effective People, 2010, hal 25 31 3) Put first things first, dahulukan Yang Utama atau manajemen pribadi untuk mengimplementasikan dan mengelola kebiasaan no.2 yang bersifat mental, dan kebiasaan no.3 bersifat fisik. 4) Think win-win, berpikir menang-menang atau kepemimpinan antar pribadi. Karena sasaran bergantung kepada hubungan dan kerjasama dengan lainnya, maka semua perlu bagian yang adil dan menguntungkan, 5) Seek first to understand and then to be understood, Berusaha mengerti dulu, baru minta dimengerti. Komunikasi adalah bagian penting, dan seperti analogi “diagnosis dulu sebelum memberikan resep”. 6) Synergize, wujudkan sinergi/ kerjasama yang kreatif. Kekuatan kerjasama lebih besar dari upaya per bagiannya, jadi galilah potensi dan kebaikan konstribusi orang lain. 7) Sharpen the saw, asahlah “Gergaji” keseimbangan pembaharuan diri, sehingga kebiasaan baik lainnya bisa tumbuh dan berkembang. Kebiasaan 1, 2 dan 3 adalah sesuatu yang berhubungan dengan diri pribadi atau ke dalam. Kebiasaan ini wujud kemenangan pribadi yang diperlukan untuk berkembangnya karakter pribadi. Kebiasaan 4, 5 dan 6 adalah wujud kemenangan publik; kebiasaan ini juga berupa kerjasama dan komunikasi yang baik. Kebiasaan ke 7 (Asahlah “Gergaji”) adalah pembaharuan diri dalam bentuk: spiritual, mental, fisik dan sosial/emosional, yang semuanya memerlukan perawatan dan pertumbuhan.