pengaruh manajemen laba dan earning terhadap return saham

advertisement
PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN EARNING
TERHADAP RETURN SAHAM
(Studi Empiris Pada Perusahaan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia)
RINGKASAN TESIS
Nama :
NIM
:
ACHMAD SOLECHAN
C4COO6339
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO
2009
ABSTRAKSI
Penelitian ini merujuk dari penelitian yang dilakukan oleh Gul, Leung dan
Srinindhi (2000) karena termotivasi atas gap research yang terjadi dengan
beberapa peneliti sebelumnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
pengaruh earning, Diskresioner Akrual, Non Diskresioner Akrual serta interaksi
ketiga variabel tersebut dengan variabel kontrol (ios, rasio hutang, size, beta,
persistensi laba dan kelompok industri) terhadap return saham pada perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang go publik dan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2003 – 2006 sebanyak 343
perusahaan. Sampel penelitian sebanyak 152 perusahaan.dengan menggunakan
metode purposive sampling yaitu pengambilan data berdasarkan kriteria-kriteria
tertentu.
Hasil penelitian model pertama diperoleh bahwa faktor-faktor yang
berpengaruh positif terhadap return saham pada model pertama yaitu EPS dan
persistensi laba. Dan variabel lainnya (IOS, Rasio Hutang, Size, Beta, dan
Kelompok Industri) tidak berpengaruh terhadap return saham. Sedangkan pada
pengujian EPS yang diinteraksikan dengan variabel kontrol menunjukkan hasil
tidak adanya satupun yang berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil
penelitian model kedua diperoleh bahwa tidak ada satupun variabel yang
berpengaruh positif terhadap return saham, baik variabel bebas maupun variabel
kontrol. Sedangkan pada pengujian EPS yang diinteraksikan dengan variabel
kontrol juga menunjukkan hasil tidak adanya satupun yang berpengaruh
signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian model ketiga diperoleh bahwa
faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap return saham pada model ketiga
yaitu persistensi laba. Dan variabel yang berpengaruh negatif terhadap return
saham yaitu kelompok industri. Dan variabel lainnya (Non Diskresioner Akrual,
IOS, Rasio Hutang, Size, dan Beta) tidak berpengaruh terhadap return saham.
Sedangkan pada pengujian Non Diskresioner Akrual yang diinteraksikan dengan
variabel kontrol menunjukkan hanya satu variabel interaksi yaitu nda dengan
kelompok industri (nda*kelompok industri), sedangkan interaksi Non
Diskresioner Akrual dengan variabel lainnya diperoleh tidak adanya pengaruh
yang signifikan terhadap return saham.
Kata Kunci : Earning, Diskresioner Akrual, Non Diskresioner Akrual, IOS,
Rasio Hutang, Size, Beta, Persistensi Laba dan Kelompok Industri,
dan Return Saham.
ABSTRACT
This research refer from research conducted by Gul, Leung And Srinindhi
(2000) because motivating to the research gap that happened with a few previous
researcher. Target of this research is to analyze earning influence, Non
Discretionary Accrual and also third interaction of the variable with control
variable (IOS, debt ratio, size, beta, profit persistence and industrial group) to
Stock Return at go public companies in Indonesia Stock Exchange.
Population in this research is go public companies and enlist in Indonesia
Stock Exchange in the year 2003 - 2006 counted 343 company. Research sample
counted 152 manufacturing industry use sampling purposive method that is intake
of data pursuant to certain criterion.
Result of research of first model obtained that factors having an effect on
positive to share return at first model that is EPS and Persistensi Laba and other
Variable (IOS, Ratio Debt, Size, Beta, and Industrial Group) do not have an effect
on to stock return. While at examination of EPS which interaction with control
variable show result of no variable inexistence having an effect on significant to
stock return. Result of both research obtained that no variable having an effect on
positive to stock return, good of independent variable and also control variable.
While at examination of EPS which interaction with variable control also show
result of no variable inexistence having an effect on significant to stock return.
Result of research of third model obtained that factors having an effect on positive
to stock return at third model that is profit persistence and Variable having an
effect on negativity to stock return that is industrial group. And other variable
(Non Discretionary Accrual, IOS, Ratio Debt, Size, and Beta) do not have an
effect on to stock return. While at examination of Non Discretionary Accrual
which is interaction with control variable show only one interaction variable that
is nda with industrial group (nda*kelompok industri), while interaction of Non
Discretionary Accrual with obtained by other variable influence inexistence which
significant to stock return.
Keywords :
Earning, Diskresioner Akrual, Non Diskresioner Akrual, IOS,
Ratio Debt, Size, Beta, Persistensi Profit and Industrial Group,
and Stock Return.
1. Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan merupakan sumber informasi yang digunakan untuk
menilai posisi keuangan dan kinerja perusahaan yang terdiri dari neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas (Standar
Akuntansi Keuangan No. 1). Manajer dapat memodifikasi laporan keuangan
yang disusun untuk menghasilkan jumlah laba (earning) yang diinginkan.
Manajemen suatu perusahaan menyiapkan laporan keuangan dengan
menggunakan cara yang berbeda sesuai dengan tujuan perusahaan masingmasing. Laporan keuangan harus mengikuti standar akuntansi keuangan bila
diterbitkan untuk orang lain, seperti pemegang saham, kreditur, karyawan dan
masyarakat luas, sehingga memberikan keleluasaan manajer untuk memilih
metode akuntansi dalam menyusun laporan keuangan.
Penelitian ini merujuk pada beberapa hal dan salah satunya tentang
earning disebabkan karena dasar akrual dalam laporan keuangan memberikan
kesempatan
kepada
manajer
memodifikasi
laporan
keuangan
untuk
menghasilkan jumlah laba (earning) yang diinginkan. Kajian yang lainnya
yaitu tentang manajemen laba yang dilakukan manajer yang terdiri dari
diskresioner akrual dan non diskresioner akrual. Manajemen laba merupakan
hal diperhatikan karena melibatkan potensi pelanggaran, kejahatan, dan
konflik yang dibuat pihak manajemen perusahaan dalam rangka menarik
minat investor. Manajemen laba dilakukan oleh manajer perusahaan dengan
tujuan agar mereka dikontrak kembali untuk menjabat sebagai manajer di
perusahaan tersebut di periode berikutnya (Kin Lo, 2007: 1). Investor bersedia
menyalurkan dananya melalui pasar modal disebabkan karena perasaan aman
akan berinvestasi dan tingkat return yang akan diperoleh dari investasi
tersebut. Return memungkinkan investor untuk membandingkan keuntungan
aktual ataupun keuntungan yang diharapkan yang disediakan oleh berbagai
investasi pada tingkat pengembalian yang diinginkan. Di sisi lain, return pun
memiliki peran yang amat signifikan dalam menentukan nilai dari suatu
investasi (Daniati dan Suhairi, 2006). Dari pernyataan di atas, perlu dilakukan
penelitian untuk menganalisis pengaruh Earning dan Manajemen Laba
(diskresioner akrual dan non diskresioner akrual) sebagai variabel bebas
terhadap return saham. Namun perlu pula variabel-variabel lain sebagai bahan
pertimbangan investor dalam berinvestasi, dimana dalam penelitian ini akan
menginteraksikannya dengan variabel kontrol (pengendali) yang terdiri dari
Size, Beta, Persistensi Laba dan Kelompok Industri yang diambil dari
penelitian yang dilakukan oleh Gul, Leung dan Srinindhi (2000).
Variabel kontrol pertama adalah kesempatan perusahaan untuk tumbuh
yang disebut dengan Investment Opportunity Set (IOS) yang diperkenalkan
oleh Myers (1977) yaitu keputusan investasi dalam bentuk kombinasi aktiva
yang dimiliki dan pilihan investasi di masa yang akan datang (Kallapur dan
Trombley, 2001). Menurut Gaver dan Gaver (1983) investasi di masa
mendatang tidak semata-mata hanya ditunjukkan dengan adanya proyekproyek yang didukung oleh kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi juga
dengan
kemampuan
perusahaan
dalam
mengeksploitasi
kesempatan
mengambil keuntungan dibandingkan dengan perusahaan lain yang setara
dalam suatu kelompok industrinya. IOS dijadikan sebagai dasar untuk
menentukan klasifikasi pertumbuhan perusahaan di masa depan, apakah suatu
perusahaan termasuk dalam klasifikasi bertumbuh atau tidak bertumbuh. Nilai
kesempatan
investasi
merupakan
nilai
sekarang
dari
pilihan-pilihan
perusahaan untuk membuat investasi di masa mendatang. Menurut Kole
(1991), nilai IOS bergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan
manajemen di masa yang akan datang (future discretionary expenditure) yang
pada saat ini merupakan pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan
menghasilkan return yang lebih besar dari biaya modal (cost of equity) dan
dapat menghasilkan keuntungan. Perusahaan dengan pertumbuhan yang baik
akan dipertimbangkan oleh investor dalam berinvestasi yang disebabkan
karena return saham yang diharapkan dapat diperoleh di masa mendatang oleh
investor.
Variabel kontrol kedua adalah rasio hutang atau leverage atau
solvabilitas yaitu rasio untuk menghitung seberapa besar dana disediakan oleh
kreditur. Rasio yang tinggi berarti perusahaan menggunakan leverage
keuangan yang tinggi. Penggunaan leverage yang tinggi akan meningkatkan
modal perusahaan dengan cepat, tetapi sebaliknya apabila penjualan menurun,
modal perusahaan akan menurun dengan cepat pula. (Hanafi dan Halim, 2000:
75). Dengan semakin tinggi rasio hutang perusahaan menunjukkan bahwa
tingginya hutang perusahaan yang dibiayai oleh modal saham yang
ditanamkan pemegang saham (investor) akan memberikan beban tersendiri
karena investor merasa terbebani dengan besarnya hutang yang dimiliki
perusahaan. Investor tidak ingin mengambil resiko yang besar dalam
berinvestasi
dengan
harapan
bahwa
investor
nantinya
memperoleh
pengembalian (return) saham yang menguntungkan bagi mereka. Dengan
rasio hutang yang tinggi menunjukkan tingkat hutang perusahaan yang tinggi
pula, sehingga mengakibatkan sebagian investor takut dalam berspekulasi
dalam penanaman sahamnya ke perusahaan tersebut.
Variabel kontrol ketiga adalah ukuran perusahaan (size). Ukuran
perusahaan (size) menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang
ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata tingkat penjualan dan
rata-rata total aktiva. Perusahaan yang berskala besar akan lebih mudah
memperoleh pinjaman dibandingkan dengan perusahaan kecil. Dalam
penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan total aktiva.
Perusahaan yang besar memiliki pertumbuhan yang relatif lebih besar
dibandingkan perusahaan kecil, sehingga tingkat pengembalian (return) saham
perusahaan besar lebih besar dibandingkan return saham pada perusahaan
berskala kecil. Oleh karena itu, investor akan lebih berspekulasi untuk
memilih perusahaan besar dengan harapan memperoleh keuntungan (return)
yang besar pula.
Variabel kontrol keempat adalah risiko (beta) yang sering dihubungkan
dengan penyimpangan/deviasi dari outcome yang diterima dengan yang
diekspektasi. Risiko ada dua yaitu risiko sistematik dan risiko non sistematik
(Jogiyanto, 2000: 94). Dalam beberapa penelitian lebih sering menggunakan
risiko sistematik yaitu risiko yang dihadapi perusahaan yang berkaitan dengan
kejadian–kejadian di luar kegiatan operasional perusahaan seperti inflasi,
resesi dan sebagainya. Risiko pasar yang besar akan memberikan informasi
bagi investor untuk berhati-hati dalam pengambilan keputusan berinvestasi.
Para investor berhati-hati (cenderung menunggu) ketika kondisi pasar tidak
stabil, sehingga menimbulkan permintaan saham oleh pasar yang menurun.
Dengan menurunnya minat investor tersebut, maka harga saham relatif
menurun, sehingga berdampak pada investor menanamkan investasinya pada
situasi atau kondisi yang berisiko tinggi. Perusahaan dengan risiko (beta) yang
besar akan memberikan insentif yang besar pula kepada para manajer yang
mengelola perusahaan tersebut agar pengelolaan perusahaan dilakukan dengan
sebaik-baiknya. Dari argumen tersebut dapat disimpulkan bahwa beta
berpengaruh positif terhadap tindakan manajemen laba oleh para manajer
(Gul, Leung dan Srinindhi, 2000). Risiko dalam berinvestasi akan
dipertimbangkan oleh investor dalam penanaman sahamnya. Mereka tidak
ingin berspekulasi yang mengakibatkan kerugian yang besar (capital loss).
Variabel kontrol kelima adalah persistensi laba. Menurut Kormendi
dan Lipe (1987) pengertian persistensi laba merupakan pengaruh suatu inovasi
terhadap laba akuntansi yang diharapkan di masa mendatang. Menurut
Penman (1992) adalah revisi laba yang diharapkan di masa mendatang yang
diimplikasi oleh inovasi laba tahun berjalan, sehingga persistensi laba dilihat
dari inovasi laba tahun berjalan dihubungkan dengan perubahan harga saham.
Investor akan mengharapkan adanya persistensi laba di masa mendatang yang
tinggi dengan harapan yang mereka terima yaitu tingkat pengembalian
(return) saham yang tinggi pula. Ditemukan adanya hubungan yang negatif
antara persistensi laba terhadap manajemen laba (Gul, Leung dan Srinindhi,
2000). Pertumbuhan laba perusahaan di masa mendatang yang tinggi
merupakan keinginan yang ingin dicapai investor dalam berinvestasi karena
dengan menanamkan saham pada perusahaan dengan tingkat persistensi laba
yang tinggi akan memperoleh keuntungan saham yang tinggi pula.
Sedangkan variabel kontrol keenam adalah faktor regulasi yang
mempunyai peran dalam penerapan corporate governance yang baik. Regulasi
dapat berdampak pada struktur governance perusahaan karena adanya
pengawasan yang lebih ketat. Black dkk. (2003) menyatakan bahwa
perbankan adalah industri yang dikenai regulasi yang ketat dalam kaitannya
dengan penerapan corporate governance. Selain perbankan, perusahaan yang
dimiliki oleh pemerintah (Badan Usaha Milik Negara atau BUMN) juga
dikenai regulasi yang ketat. Dengan ketatnya regulasi yang dikenakan kepada
perusahaan, akan semakin tinggi kepercayaan investor pada perusahaan
tersebut dan besar pula keuntungan yang diharapkan diperoleh dari perusahaan
regulator tersebut. Beberapa perusahaan yang termasuk dalam kelompok
perusahaan regulasi akan melakukan pengawasan kepada tindakan manajer
yang berbeda dengan kelompok perusahaan non regulasi. Oleh karena itu
variabel ini dinamakan kelompok industri dimana perusahaan yang bergerak
dalam bidang manufaktur termasuk kelompok non regulasi dan perusahaan
yang bergerak dalam bidang selain manufaktur termasuk kelompok regulasi.
Kelompok industri ini berpengaruh negatif terhadap manajemen laba (Gul,
Leung dan Srinindhi, 2000). Peraturan ketat pada kelompok perusahaan
regulasi menyebabkan investor tidak ingin berinvestasi dengan bebas pada
perusahaan tersebut karena adanya aturan yang diberlakukan pemerintah pada
perusahaan tersebut, sehingga menyebabkan keuntungan yang diperoleh
investor tidak dapat maksimal.
Penelitian tentang IOS antara lain dilakukan oleh Gul, Leung dan
Srinindhi (2000) dengan hasil penelitian diperoleh bahwa rasio hutang, IOS,
beta berpengaruh positif terhadap diskresioner akrual. Variabel size dan
kelompok industri berpengaruh negatif terhadap diskresioner akrual; dan
persistensi laba tidak berpengaruh terhadap diskresioner akrual. Variabel
earning; interaksi earning-IOS; dan interaksi earning-beta berpengaruh positif
terhadap return saham; sedangkan interaksi earning-debt dan interaksi
earning-beta berpengaruh negatif terhadap return saham; dan interaksi
earning-persistensi laba dan interaksi earning-kelompok industri tidak
berpengaruh terhadap return saham. Variabel non diskresioner akrual atau
NDE; diskresioner akrual atau DA; interaksi NDE-IOS; interaksi DA-IOS dan
interaksi earning-size berpengaruh positif terhadap return saham; sedangkan
interaksi NDE-Debt; interaksi earning-beta; interaksi earning-persistensi laba;
dan interaksi earning-kelompok industri tidak berpengaruh terhadap return
saham. Dan variabel NDE, DA; dan interaksi DA-IOSD berpengaruh positif
terhadap EARN(t+1); dan interaksi DA-DEBTD berpengaruh negatif terhadap
EARN(t+1). Hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa NDE, DA; dan
interaksi DA-IOSD berpengaruh positif terhadap EARN(t+2); dan interaksi DADEBTD tidak berpengaruh terhadap EARN(t+2).
Penelitian oleh Fanani (2006) menemukan hasil bahwa diskresioner
akrual, IOS, biaya politis, konsentrasi pasar dan earning berpengaruh positif
terhadap abnormal return. Biaya politis berpengaruh negatif terhadap
abnormal return; sedangkan rasio hutang tidak berpengaruh terhadap
abnormal return. Rasio hutang berpengaruh positif terhadap diskresioner
akrual; sedangkan IOS, biaya politis, dan konsentrasi pasar tidak berpengaruh
terhadap diskresioner akrual. IOS dan biaya politis tidak berpengaruh terhadap
earning. Rasio hutang berpengaruh negatif terhadap earning; sedangkan
konsentrasi pasar dan IOS berpengaruh positif terhadap earning.
Penelitian yang memprediksi return saham juga dilakukan oleh Meythi
(2006) yang memperoleh hasil bahwa beta koreksi, persistensi laba, dan
ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap return saham. Penelitian yang
dilakukan oleh I Ketut Jati (2005) memperoleh hasil bahwa IOS tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham. Dari penelitian yang dilakukan
oleh Pattengill, Sundaram, and Mathur (1995) diperoleh hasil bahwa beta
berpengaruh positif terhadap return saham. Dari penelitian yang dilakukan
oleh Norpratiwi (2005) diperoleh hasil bahwa IOS tidak berpengaruh
signifikan terhadap return saham. Sunarto (2003) memperoleh hasil bahwa
rasio hutang (leverage) tidak berpengaruh terhadap return saham.
Penelitian yang memprediksi diskresioner akrual dilakukan Daniati
dan Suhairi (2006) memperoleh hasil bahwa size berpengaruh negatif terhadap
diskresioner akrual. Penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati dan
Triatmoko (2007) menunjukkan bahwa IOS berpengaruh positif terhadap
diskresioner akrual; leverage dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap diskresioner akrual. Rahmawati, Yacob dan Qomariyah (2006)
memperoleh hasil bahwa size berpengaruh positif terhadap diskresioner
akrual. Penelitian oleh Halim, Meiden, dan Tobing (2005) memperoleh hasil
bahwa size, return tidak berpengaruh terhadap diskresioner akrual, sedangkan
rasio hutang berpengaruh positif terhadap diskresioner akrual. Penelitian yang
dilakukan oleh Hall dan Stammerjohan (1997) diperoleh bahwa total asset
(size) tidak berpengaruh terhadap diskresioner akrual. Penelitian yang
dilakukan Dechow (1996) dan Widyaningdyah (2001) menunjukkan rasio
hutang berpengaruh terhadap diskresioner akrual.
Penelitian ini merujuk dari penelitian yang dilakukan oleh Gul, Leung
dan Srinindhi (2000). Motivasi yang melatarbelakangi adanya penelitian ini
adalah adanya perbedaan hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa
peneliti dan dijelaskan sebagai berikut :
(a) Gul, Leung dan Srinindhi (2000); Pradhono dan Yulius Jogi Chritiawan
(2004) menemukan bahwa Earning berpengaruh positif terhadap return
saham; sedangkan penelitian oleh Robiatul Auliyah dan Ardi Hamzah
(2006) memperoleh bahwa earning tidak berpengaruh terhadap return
saham.
(b) Dalam menganalisis pengaruh diskresioner akrual yang dilakukan oleh
Gul, Leung dan Srinindhi (2000) memperoleh hasil bahwa variabel Non
Diskresioner Akrual atau NDE dan Diskresioner Akrual atau DA
berpengaruh positif terhadap return saham; sedangkan penelitian oleh
Fanani (2006)
memperoleh hasil bahwa variabel Diskresioner Akrual
tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.
(c) Hasil penelitian lain adanya gap research pada variabel kontrol dilakukan
oleh Jati (2005) dan Norpratiwi (2005) memperoleh hasil bahwa IOS tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham. Namun penelitian yang
dilakukan Gul, Leung dan Srinindhi (2000) dan Fanani (2006) berhasil
membuktikan adanya pengaruh positif antara IOS terhadap return saham.
Beta tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham (Meythi, 2006);
namun penelitian yang dilakukan oleh Pattengill, Sundaram, and Mathur
(1995) diperoleh bahwa beta berpengaruh positif terhadap return saham.
Sedangkan Daniati dan Suhairi (2006) memperoleh hasil bahwa size
berpengaruh negatif terhadap diskresioner akrual; namun penelitian yang
dilakukan Rachmawati dan Triatmoko (2007); Halim, Meiden, dan Tobing
(2005); Hall dan Stammerjohan (1997) menunjukkan ukuran perusahaan
tidak berpengaruh terhadap diskresioner akrual. Sedangkan penelitian
yang dilakukan Yacob dan Qomariyah (2006) membuktikan adanya
pengaruh positif size terhadap diskresioner akrual. Rachmawati dan
Triatmoko (2007); Halim, Meiden, dan Tobing (2005); Dechow (1996)
dan Widyaningdyah (2001) menemukan bahwa rasio hutang (leverage)
berpengaruh positif terhadap diskresioner akrual.
Berdasarkan research gap dan pernyataan-pernyataan di atas, maka
penelitian ini mengambil judul “PENGARUH MANAJEMEN LABA,
EARNING DAN INTERAKSINYA DENGAN VARIABEL KONTROL
TERHADAP RETURN SAHAM (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Go
Public di Bursa Efek Indonesia)”.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dilakukan di atas,
maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
(1) Bagaimana pengaruh Earning dan interaksi Earning dengan variabel
kontrol (IOS, Rasio Hutang, Size, Beta, Persistensi Laba dan
Kelompok
Industri) terhadap Return Saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Indonesia?; (2) Bagaimana pengaruh Diskresioner Akrual dan interaksi
Diskresioner Akrual dengan variabel kontrol (IOS, Rasio Hutang, Size, Beta,
Persistensi Laba dan
Kelompok Industri) terhadap Return Saham pada
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia? dan (3) Bagaimana pengaruh
Non Diskresioner Akrual dan interaksi Non Diskresioner Akrual dengan
variabel kontrol (IOS, Rasio Hutang, Size, Beta, Persistensi Laba dan
Kelompok Industri) terhadap Return Saham pada perusahaan manufaktur di
Bursa Efek Indonesia ?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis antara lain : (1) Untuk
menganalisis pengaruh Earning dan interaksi Earning dengan variabel kontrol
(IOS, Rasio Hutang, Size, Beta, Persistensi Laba dan Kelompok Industri)
terhadap Return Saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.;
(2) Untuk menganalisis pengaruh Diskresioner Akrual dan interaksi
Diskresioner Akrual dengan variabel kontrol (IOS, Rasio Hutang, Size, Beta,
Persistensi Laba dan
Kelompok Industri) terhadap Return Saham pada
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia dan (3) Untuk menganalisis
pengaruh Non Diskresioner Akrual dan interaksi Non Diskresioner Akrual
dengan variabel kontrol (IOS, Rasio Hutang, Size, Beta, Persistensi Laba dan
Kelompok Industri) terhadap Return Saham pada perusahaan manufaktur di
Bursa Efek Indonesia.
4. Return Saham
Menurut Ang (1997: 97) konsep return (kembalian) adalah tingkat
keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang
dilakukannya. Return saham merupakan income yang diperoleh oleh
pemegang saham sebagai hasil dari investasinya di perusahaan tertentu.
Return saham dapat dibedakan menjadi dua jenis (Jogiyanto, 2000), yaitu
return realisasi (realized return) dan return ekspetasi (expected return). Return
realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data
historis. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan
sebagai dasar penentuan return dan risiko di masa mendatang. Sedangkan
return ekspetasi merupakan return yang diharapkan terjadi di masa mendatang
dan masih bersifat tidak pasti.
Komponen penghitungan return saham (total return) terdiri dari
capital gain(loss) dan dividen (Dt). Return saham secara keseluruhan dapat
dihitung dengan menggunakan rumus (Jogiyanto, 2000):
Return Saham =
Pt - Pt - 1 + Dt
Pt -1
Dimana:
P(t) =
Harga Saham pada bulan ke – t
P(t-1) =
Harga Saham pada bulan ke t-1
D(t) =
Dividen pada bulan ke – t
Para investor termotivasi untuk melakukan investasi pada suatu
instrumen yang diinginkan dengan harapan untuk mendapatkan kembalian
investasi yang sesuai. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi
atau tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi
yang dilakukannya (Hartono, 2000: 107). Tanpa keuntungan yang diperoleh
dari suatu investasi yang dilakukannya, tentunya investor tidak mau
melakukan investasi yang tidak ada hasilnya. Setiap investasi, baik jangka
pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama yaitu memperoleh
keuntungan yang disebut return, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Return saham dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return
ekspektasi yang belum terjadi, akan tetapi diharapkan akan terjadi di masa
yang akan datang. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return
realisasi dapat digunakan sebagai salah satu pengukuran kinerja perusahaan
dan dapat juga digunakan sebagai dasar penentu return ekspektasi dan risiko
di masa yang akan datang.
Isu pada bagaimana pasar modal memproses informasi akuntansi
terutama laba dan komponennya merupakan hal penting bagi partisipan pasar
modal. Subramanyam (1996) dalam Ardiati (2005) menemukan bahwa
diskresioner total akrual berhubungan dengan harga saham, laba yang akan
datang dan aliran kas. Subramanyam (1996) dalam Ardiati (2005)
menyimpulkan bahwa
manajer
memilih akrual untuk
meningkatkan
keinformatifan laba akuntansi. Healy dan Wahlen (1998) dalam Saiful (2004)
membagi motivasi yang mendasari manajemen laba ke dalam tiga kelompok
yang salah satunya motivasi dari pasar modal yang ditunjukkan oleh return
saham. Sedangkan motivasi lainnya adalah motivasi kontrak yang dapat
berupa kontrak utang dan kompensasi manajemen dan yang terakhir motivasi
regulatory.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Return Saham
5.1.Hubungan Earning dengan Return Saham
Earning dapat diukur dengan menggunakan laba per lembar saham
(earning per share). Menurut Faisal Abdullah (2001) earning per share
adalah rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah rupiah yang diterima
untuk setiap lembar saham biasa. Pada umumnya para pemegang saham atau
calon pemegang saham sangat berkepentingan dengan earning per share.
Guna menghitung EPS perlu menghitung berapa besar laba bersih untuk
pemegang saham biasa (common stock). Untuk itulah laba bersih sesudah
pajak harus dikurangi dengan deviden preferen stock.
Dasar akrual dalam laporan keuangan memberikan kesempatan kepada
manajer memodifikasi laporan keuangan untuk menghasilkan jumlah laba
(earning) yang diinginkan. Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat
kesalahan pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor dan
kreditor, sehingga kualitas laba akan berkurang (Siallagan dan Machfoedz,
2006). Laba sebagai bagian dari laporan keuangan yang tidak menyajikan
fakta yang sebenarnya tentang kondisi ekonomis perusahaan dapat diragukan
kualitasnya. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang
kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan. Jika laba
seperti ini digunakan oleh investor untuk membentuk nilai pasar perusahaan,
maka laba tidak dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan yang sebenarnya.
5.2.Hubungan Manajemen Laba dengan Return Saham
Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan
karena melibatkan potensi pelanggaran, kejahatan, dan konflik yang dibuat
pihak manajemen perusahaan dalam rangka menarik minat investor.
Manajemen laba dilakukan oleh manajer perusahaan dengan tujuan agar
mereka dikontrak kembali untuk menjabat sebagai manajer di perusahaan
tersebut di periode berikutnya (Kin Lo, 2007: 1).
Manajemen laba merupakan hal diperhatikan karena melibatkan
potensi pelanggaran, kejahatan, dan konflik yang dibuat pihak manajemen
perusahaan dalam rangka menarik minat investor. Manajemen laba dilakukan
oleh manajer perusahaan dengan tujuan agar mereka dikontrak kembali untuk
menjabat sebagai manajer di perusahaan tersebut di periode berikutnya (Kin
Lo, 2007: 1). Manajemen laba yang tinggi akan berhubungan erat dengan
kualitas laba yang rendah dan manajer melakukan manajemen laba untuk
menjamin laba yang berkualitas tinggi (Daniati dan Suhairi, 2006).
Investor bersedia menyalurkan dananya melalui pasar modal
disebabkan karena perasaan aman akan berinvestasi dan tingkat return yang
akan diperoleh dari investasi tersebut. Return memungkinkan investor untuk
membandingkan keuntungan aktual ataupun keuntungan yang diharapkan
yang disediakan oleh berbagai investasi pada tingkat pengembalian yang
diinginkan. Di sisi lain, return pun memiliki peran yang amat signifikan dalam
menentukan nilai dari suatu investasi (Daniati dan Suhairi, 2006).
5.3.Hubungan Investment Opportunity Set (IOS) dengan Return Saham
Menurut Myers (1977) dalam Smith dan Watts (1992), perusahaan
adalah kombinasi antara nilai asset in place dengan pilihan investasi di masa
yang akan datang. Pilihan investasi merupakan suatu kesempatan untuk
berkembang, namun seringkali perusahaan tidak selalu dapat melaksanakan
semua kesempatan investasi di masa mendatang. Bagi perusahaan yang tidak
dapat menggunakan kesempatan investasi tersebut akan mengalami suatu
pengeluaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kesempatan yang
hilang. Nilai kesempatan investasi merupakan nilai sekarang dari pilihanpilihan perusahaan untuk membuat investasi di masa mendatang. Menurut
Kole (1991), dalam Gaver & Gaver (1993), nilai IOS bergantung pada
pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen di masa yang akan
datang (future discretionary expenditure) yang pada saat ini merupakan
pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang lebih
besar dari biaya modal (cost of equity) dan dapat menghasilkan keuntungan.
Kesempatan
perusahaan
untuk
tumbuh
yang
disebut
dengan
Investment Opportunity Set (IOS) yang diperkenalkan oleh Myers (1977) yaitu
keputusan investasi dalam bentuk kombinasi aktiva yang dimiliki dan pilihan
investasi di masa yang akan datang (Kallapur dan Trombley, 2001). Menurut
Gaver dan Gaver (1983) investasi di masa mendatang tidak semata-mata
hanya ditunjukkan dengan adanya proyek-proyek yang didukung oleh
kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi juga dengan kemampuan
perusahaan dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungan
dibandingkan dengan perusahaan lain yang setara dalam suatu kelompok
industrinya. IOS dijadikan sebagai dasar untuk menentukan klasifikasi
pertumbuhan perusahaan di masa depan, apakah suatu perusahaan termasuk
dalam klasifikasi bertumbuh atau tidak bertumbuh. Nilai kesempatan investasi
merupakan nilai sekarang dari pilihan-pilihan perusahaan untuk membuat
investasi di masa mendatang. Menurut Kole (1991), nilai IOS bergantung pada
pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen di masa yang akan
datang (future discretionary expenditure) yang pada saat ini merupakan
pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang lebih
besar dari biaya modal (cost of equity) dan dapat menghasilkan keuntungan.
5.4.Hubungan Rasio Hutang dengan Return Saham
Rasio hutang atau leverage atau solvabilitas merupakan istilah yang
sering digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan di
dalam memenuhi seluruh kewajiban finansialnya apabila perusahaan
dilikuidasi, secara umum leverage dapat dihitung dengan membagi total
hutang dengan total ekuitas.
Rasio hutang atau leverage atau solvabilitas yaitu rasio untuk
menghitung seberapa besar dana disediakan oleh kreditur. Rasio yang tinggi
berarti perusahaan menggunakan leverage keuangan yang tinggi. Penggunaan
leverage yang tinggi akan meningkatkan modal perusahaan dengan cepat,
tetapi sebaliknya apabila penjualan menurun, modal perusahaan akan menurun
dengan cepat pula. (Hanafi dan Halim, 2000: 75). Dengan semakin tinggi rasio
hutang perusahaan menunjukkan bahwa tingginya hutang perusahaan yang
dibiayai oleh modal saham yang ditanamkan pemegang saham (investor) akan
memberikan beban tersendiri karena investor merasa terbebani dengan
besarnya hutang yang dimiliki perusahaan. Investor tidak ingin mengambil
resiko yang besar dalam berinvestasi dengan harapan bahwa investor nantinya
memperoleh pengembalian (return) saham yang menguntungkan bagi mereka.
5.5.Hubungan Ukuran Perusahaan (Size) dengan Return Saham
Ukuran perusahaan (size) menggambarkan besar kecilnya suatu
perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata
tingkat penjualan dan rata-rata total aktiva. Perusahaan yang berskala besar
akan lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan dengan perusahaan
kecil. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan
total aktiva. Perusahaan yang lebih besar memiliki pertumbuhan yang lebih
besar dibandingkan perusahaan kecil, sehingga tingkat pengembalian (return)
saham perusahaan besar lebih besar dibandingkan return saham pada
perusahaan berskala kecil.
5.6.Hubungan Risiko Sistematik (Beta) dengan Return Saham
Risiko sering dihubungkan dengan penyimpangan / deviasi dari out
come yang diterima dengan yang diekspektasi. Resiko sistematis (systematic
risk) adalah variasi pengembangan saham/portofolio berhubungan dengan
perubahan pengembangan dalam pasar secara keseluruhan. Resiko yang tidak
dapat didiversifikasikan disebut sebagai resiko pasar atau resiko umum atau
resiko sistematik. Resiko ini terjadi karena kejadian–kejadian di luar kegiatan
perusahaan seperti inflasi, resesi dan sebagainya.
Dalam beberapa penelitian lebih sering menggunakan risiko sistematik
yaitu risiko yang dihadapi perusahaan yang berkaitan dengan kejadian–
kejadian di luar kegiatan operasional perusahaan seperti inflasi, resesi dan
sebagainya. Risiko pasar yang besar akan memberikan informasi bagi investor
untuk berhati-hati dalam pengambilan keputusan berinvestasi. Para investor
berhati-hati (cenderung menunggu) ketika kondisi pasar tidak stabil, sehingga
menimbulkan permintaan saham oleh pasar yang menurun. Dengan
menurunnya minat investor tersebut, maka harga saham relatif menurun,
sehingga berdampak pada investor menanamkan investasinya pada situasi atau
kondisi yang berisiko tinggi.
5.7.Hubungan Persistensi Laba dengan Return Saham
Menurut Kormendi dan Lipe (1987) pengertian persistensi laba
merupakan pengaruh suatu inovasi terhadap laba akuntansi yang diharapkan di
masa mendatang. Menurut Penman (1992) adalah revisi laba yang diharapkan
di masa mendatang yang diimplikasi oleh inovasi laba tahun berjalan,
sehingga persistensi laba dilihat dari inovasi laba tahun berjalan dihubungkan
dengan perubahan harga saham. Investor akan mengharapkan adanya
persistensi laba di masa mendatang yang tinggi dengan harapan yang mereka
terima yaitu tingkat pengembalian (return) saham yang tinggi pula.
5.8.Hubungan Kelompok Industri dengan Return Saham
Regulasi dapat berdampak pada struktur governance perusahaan
karena adanya pengawasan yang lebih ketat. Black dkk. (2003) menyatakan
bahwa perbankan adalah industri yang dikenai regulasi yang ketat dalam
kaitannya dengan penerapan corporate governance. Selain perbankan,
perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah (Badan Usaha Milik Negara atau
BUMN) juga dikenai regulasi yang ketat. Dengan ketatnya regulasi yang
dikenakan kepada perusahaan, akan semakin tinggi kepercayaan investor pada
perusahaan tersebut dan besar pula keuntungan yang diharapkan diperoleh dari
perusahaan regulator tersebut.
6. Kerangka Pemikiran
Model 1 : Pengaruh Earning dan interaksi Earning dengan variabel kontrol
(IOS, Rasio Hutang, Size, Beta, Persistensi Laba dan Kelompok Industri)
terhadap Return Saham
EARNING
Variabel Kontrol
(IOS, Rasio Hutang, Size,
Beta, Persistensi Laba dan
Kelompok Industri)
RETURN SAHAM
Interaksi antara Earning
dengan Variabel Kontrol
(IOS, Rasio Hutang, Size,
Beta, Persistensi Laba dan
Kelompok Industri)
Model 2 : Pengaruh Diskresioner Akrual dan interaksi Diskresioner Akrual
dengan variabel kontrol (IOS, Rasio Hutang, Size, Beta, Persistensi Laba dan
Kelompok Industri) terhadap Return Saham
DISKRESIONER AKRUAL
Variabel Kontrol
(IOS, Rasio Hutang, Size,
Beta, Persistensi Laba dan
Kelompok Industri)
Interaksi antara Diskresioner
Akrual dengan Variabel
Kontrol (IOS, Rasio Hutang,
Size, Beta, Persistensi Laba
dan Kelompok Industri)
RETURN SAHAM
Model 3 : Pengaruh Non Diskresioner Akrual dan interaksi Non Diskresioner
Akrual dengan variabel kontrol (IOS, Rasio Hutang, Size, Beta, Persistensi Laba
dan Kelompok Industri) terhadap Return Saham
NON DISKRESIONER
AKRUAL
Variabel Kontrol
(IOS, Rasio Hutang, Size,
Beta, Persistensi Laba dan
Kelompok Industri)
RETURN SAHAM
Interaksi antara Diskresioner
Akrual dengan Variabel
Kontrol (IOS, Rasio Hutang,
Size, Beta, Persistensi Laba
dan Kelompok Industri)
7. Hipotesis
Hipotesis dapat didefinisikan sebagai hubungan yang diduga secara
logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji
secara empiris (Indriantoro dan Supomo, 1999). Hipotesis dalam penelitian ini
dapat dikelompokkan menjadi hipotesis mayor dan hipotesis minor sebagai
berikut :
HIPOTESIS MODEL PERTAMA :
H1a
Earning berpengaruh signifikan terhadap Return Saham
H1b
Interaksi Earning-IOS berpengaruh signifikan terhadap Return
Saham
H1c
Interaksi Earning-Rasio Hutang berpengaruh signifikan terhadap
Return Saham
H1d
Interaksi Earning-Size berpengaruh signifikan terhadap Return
Saham
H1e
Interaksi Earning-Beta berpengaruh signifikan terhadap Return
Saham
H1f
Interaksi Earning-Persistensi Laba berpengaruh signifikan terhadap
Return Saham
H1g
Interaksi
Earning-Kelompok
Industri
berpengaruh
signifikan
terhadap Return Saham
HIPOTESIS MODEL KEDUA :
H2a
Diskresioner Akrual (DA) berpengaruh signifikan terhadap Return
Saham
H2b
Interaksi DA-IOS berpengaruh signifikan terhadap Return Saham
H2c
Interaksi DA-Rasio Hutang berpengaruh signifikan terhadap Return
Saham
H2d
Interaksi DA-Size berpengaruh signifikan terhadap Return Saham
H2e
Interaksi DA-Beta berpengaruh signifikan terhadap Return Saham
H2f
Interaksi DA-Persistensi Laba berpengaruh signifikan terhadap
Return Saham
H2g
Interaksi DA-Kelompok Industri berpengaruh signifikan terhadap
Return Saham
HIPOTESIS MODEL KETIGA :
H3a
Non Diskresioner Akrual (NDA) berpengaruh signifikan terhadap
Return Saham
H3b
Interaksi NDA-IOS berpengaruh signifikan terhadap Return Saham
H3c
Interaksi NDA-Rasio Hutang berpengaruh signifikan terhadap
Return Saham
H3d
Interaksi NDA-Size berpengaruh signifikan terhadap Return Saham
H3e
Interaksi NDA-Beta berpengaruh signifikan terhadap Return Saham
H3f
Interaksi NDA-Persistensi Laba berpengaruh signifikan terhadap
Return Saham
H3g
Interaksi NDA-Kelompok Industri berpengaruh signifikan terhadap
Return Saham
8. Metode Penelitian
8.1.Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang go publik dan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2003 – 2006 sebanyak 343
perusahaan. Penelitian ini menggunakan laporan keuangan dan ICMD untuk
kinerja tahun 2003 – 2006. Dengan menggunakan sampel yang relatif baru
diharapkan hasil penelitian akan lebih relevan untuk memahami kondisi yang
aktual di Indonesia.
Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
perusahaan yang dipilih berdasarkan metode purposive sampling yaitu
pengambilan data berdasarkan kriteria-kriteria tertentu sebanyak 152
perusahaan. Adapun kriterianya yaitu perusahaan manufaktur di BEJ yang
mempunyai laba bersih selama 4 berturut-turut periode 2003 – 2006.
Pemilihan laba bersih menunjukkan tindakan manajemen laba yang
dilakukan pihak manajemen. Perusahaan yang melakukan manajemen laba
cenderung melakukan maximum income maximation agar laba pada periode
sekarang menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya. Di samping itu,
pemilihan kriteria tersebut didasarkan pada keinginan investor untuk
menanamkan investasinya pada perusahaan yang selalu laba. Investor tidak
ingin beresiko untuk investasi pada perusahaan yang prospek ke depannya
buruk.
Lebih
lanjut
Sitompul
(2004)
menjelaskan
bahwa
laba
mengindikasikan tingkat pertumbuhan yang tinggi, baik bagi perusahaan
maupun bagi pasar.
8.2.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas : IOS, rasio hutang
dan earning. Variabel kontrol terdiri dari : size, beta, persistensi laba dan
kelompok industri dan variabel terikat diskresioner akrual dan return saham.
Definisi operasional untuk masing-masing variabel dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. EARNING
Dalam penelitian ini variabel earning menggunakan proksi Earning Per
Share. Earning per share sebagai ukuran profitabilitas perusahaan yang
menjadi dasar penetapan tujuan perusahaan dan juga sebagai dasar
pertimbangan calon investor dalam mengambil keputusan, memiliki
banyak faktor yang mempengaruhi (Pancawati, Pramuka dan Jaryono,
2004). EPS merupakan perbandingan antara laba bersih dengan harga
per lembar saham perusahaan yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
EPS =
Laba Bersih
Harga Saham
2. Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan hal diperhatikan karena melibatkan potensi
pelanggaran, kejahatan, dan konflik yang dibuat pihak manajemen
perusahaan dalam rangka menarik minat investor (Kin Lo, 2007: 1).
Diskresioner total akrual dihitung dengan menggunakan Modified Jones’
Models. Modified Jones’ Models dapat mendeteksi manajemen laba lebih
baik dibandingkan dengan model-model lainnya yang dikemukakan oleh
Dechow (1995) dalam Rahmawati, Suparno dan Womariyah (2006).
Rumus manajemen laba (diskresioner total akrual) dalam penelitian ini
dapat dilihat sebagai berikut : (Dechow, 1995 dalam Midiastuty dan
Mas’ud, 2003) :
a. Total accruals sesungguhnya
TAC = NIit - CFit
Dimana,
NIit
= laba bersih (net income) perusahaan i pada periode t
CFit
= arus kas operasi (cash flow of operation) perusahaan i pada
periode t
b. Total accruals yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS
(Ordinary Least Square) adalah
TAC t TAt −1 = α 1 (1 TA t −1 ) + α 2 (∆SALt TAt −1 ) + α 3 (PPEt TAt −1 ) + ϑt
dimana,
TACt
= total accruals dalam periode t
TAt-1
=
∆SALt
= perubahan pendapatan atau penjualan bersih dalam
total asset periode t-1
periode t
PPEt
α1, α2, α3
= property, plan, and equipment periode t
= koefisien regresi
c. Non akrual diskresioner (NDA)
NDAt = α 1 (1 TAt −1 ) + α 2 [(∆SALt − ∆REC t ) TAt −1 ] + α 3 (PPEt TAt −1 )
dimana,
∆RECt
= perubahan piutang bersih dalam periode t
α1, α2, α3
= fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi
pada perhitungan total accruals
d. Diskresioner Total Akrual (DA)
DAt = TAC t TAt −1 − NDAt
dimana,
DAt
= diskresioner total akrual tahun t
TACt
= total accruals tahun t
NDAt
= non akrual diskresioner pada tahun t
3. Investment Opportunity Set (IOS)
Investment Opportunity Set adalah nilai sekarang dari pilihan-pilihan
perusahaan untuk membuat investasi di masa mendatang. Proksi IOS
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
a) Rasio firm value to book of PPE (PPE / BVA) yang dirumuskan
sebagai rasio antara aktiva tetap atau PPE dengan total aktiva.
b) Rasio Price Earning (P/E) yang dirumuskan rasio antara harga
penutupan saham per lembar dengan laba bersih per saham.
c) Rasio market to book value of equity (MVE / BVA) yang dirumuskan
(Lembar Saham Beredar x Harga Penutupan Saham) / Total Ekuitas
d) Rasio market to book value of asset (MVE / BVA) yang dirumuskan
{(Total Asset – Total Ekuitas) + (Lembar Saham Beredar x Harga
Penutupan Saham) / Total Asset }
Dari rasio di atas, kemudian perusahaan diklasifikasikan ke dalam
perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh dengan menggunakan
analisis faktor yaitu dengan menjumlahkan indeks faktor. Indeks faktor
adalah variabel representatif dari IOS setelah dihitung dengan common
factor analysis sebagai berikut :
-
50% perusahaan dengan IOS tertinggi merupakan perusahaan tumbuh
-
50% perusahaan dengan IOS terendah merupakan perusahaan tidak
tumbuh
4. Debt (Rasio Hutang)
Rasio hutang atau leverage atau solvabilitas merupakan istilah yang
sering digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan di
dalam memenuhi seluruh kewajiban finansialnya. Proksi rasio hutang
dalam penelitian ini menggunakan rasio DER yaitu perbandingan antara
total hutang dengan modal saham yang dirumuskan sebagai berikut :
DEBT =
LIABILITIES
EQUITY
5. Ukuran Perusahaan (Size)
Ukuran perusahaan (size) menggambarkan besar kecilnya suatu
perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, ratarata tingkat penjualan dan rata-rata total aktiva.
Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan
total aktiva.
SIZE = TOTAL AKTIVA = TOTAL ASSET
6. Risiko Sistematik (Beta)
Beta disebut juga risiko sistematik yaitu variasi pengembangan
saham/portofolio berhubungan dengan perubahan pengembangan dalam
pasar secara keseluruhanyang terjadi karena kejadian–kejadian di luar
kegiatan perusahaan seperti inflasi, resesi dan sebagainya. Beta dapat
dihitung dengan berdasarkan persamaan regresi sebagai berikut : (Elton
dan Gruber dalam Jogiyanto, 2000)
Rit = αi + βi Rmt + eit
Dimana :
Rit = return saham perusahaan i pada tahun ke t
αi = intersep dari regresi untuk masing-masing perusahaan i
βi
= beta untuk masing-masing perusahaan i
Rmt = return indeks pasar
eit
= kesalahan residu
7. Persistensi Laba
Menurut Kormendi dan Lipe (1987) pengertian persistensi laba
merupakan pengaruh suatu inovasi terhadap laba akuntansi yang
diharapkan di masa mendatang. Persistensi akan diukur dengan regresi
atas perbedaan laba saat ini dengan laba sebelumnya. (Lipe, 1990 dan
Chandarin, 2002; dalam Fita Setiati, 2004).
Xit = α + β Xit-1 + e
Dalam hal ini :
Xit = laba perusahaan i periode t
Xit-1 = laba perusahaan i periode t -1
β = koefisien regresi sebagai proksi dari persistensi laba.
Laba yang digunakan adalah laba operasi. Laba operasi memiliki tingkat
persistensi yang tinggi karena merupakan pendapatan yang berasal dari
kegiatan utama perusahaan (Meythi, 2006)
8. Kelompok Industri (Regulasi)
Kelompok industri dalam penelitian ini menggunakan variabel dummy,
dimana perusahaan yang termasuk dalam perusahaan manufaktur (non
regulasi) disimbolkan dengan angka 0; sedangkan angka 1 untuk
perusahaan perbankan, BUMN dan perusahaan non manufaktur.
9. Return Saham
Menurut Ang (1997: 97) konsep return (kembalian) adalah tingkat
keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang
dilakukannya. Return saham secara keseluruhan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus (Jogiyanto, 2000):
Return Saham =
Pt - Pt - 1 + Dt
Pt -1
Dimana:
P(t) = Harga Saham pada bulan ke – t
P(t-1)= Harga Saham pada bulan ke t-1
D(t) = Dividen pada bulan ke – t
8.3.Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan 3
model regresi linier berganda sebagai berikut :
MODEL PERTAMA :
RET =
a +
b1.EARN
+ b2.EARN*IOS
+ b3.EARN*DEBT +
b4.EARN*SIZE + b5.EARN*BETA + b6.EARN*PERS +
b7.EARN*REG
Keterangan:
RET
= Return saham
EARN
= Earning Per Share
EARN*IOS;EARN*DEBT;.EARN*SIZE;EARN*BETA;EARN*PERS;
EARN*REG = interaksi antara Earning dengan Variabel Kontrol (IOS,
Rasio Hutang, Size, Beta, Persistensi Laba dan Kelompok Industri)
MODEL KEDUA :
RET =
a + b1.DA + b2.DA*IOS + b3.DA*DEBT + b4.DA*SIZE +
b5.DA*BETA + b6.DA*PERS + b7.DA*REG
Keterangan:
RET
=
Return saham
DA
=
Diskresioner Akrual
DA*IOS; DA*DEBT; DA*SIZE; DA*PERS; DA*REG adalah interaksi
antara Diskresioner Akrual dengan Variabel Kontrol (IOS, Rasio Hutang,
Size, Beta, Persistensi Laba dan Kelompok Industri)
MODEL KETIGA :
RET =
a + b1.NDA + b2.NDA*IOS + b3.NDA*DEBT + b4.NDA*SIZE
+ b5.NDA*BETA + b6.NDA*PERS + b7.NDA*REG
Keterangan:
RET
=
Return saham
NDA
=
Non Diskresioner Akrual
NDA*IOS; NDA*DEBT; NDA*SIZE; NDA*PERS; NDA*REG adalah
interaksi antara Non Diskresioner Akrual dengan Variabel Kontrol (IOS,
Rasio Hutang, Size, Beta, Persistensi Laba dan Kelompok Industri)
9. Hasil Penelitian dan Pembahasan
9.1.Data Sampel Penelitian
Penelitian dilakukan dari periode 2003 - 2006 pada perusahaan yang
go public di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan metode purposive
sampling yaitu suatu metode pengambilan sampel dengan cara menetapkan
kriteria-kriteria, dimana dapat dilihat pengambilan sampel sebagai berikut :
Tabel 4.1.
Penggolongan Perusahaan yang Go Public di BEI
Periode Tahun 2003 - 2006
No.
Keterangan
1.
Perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia (BEI)
yang melaporkan laporan keuangan
Perusahaan go public di BEI yang tidak memiliki data
laba bersih secara berturut-turut pada periode tahun
2.
Jumlah
Perusahaan
343
(191)
2003-2006
Sisa (Sampel Penelitian)
152
Sumber : Data sekunder yang diolah
Dari tabel 4.1 di atas diperoleh sampel penelitian dengan kriteriakriteria yang telah ditentukan diperoleh sebanyak 152 perusahaan yang go
public di Bursa Efek Indonesia, dengan metode pooling data atau gabungan
antara time series data dan data cross section tahun 2003 - 2006, sehingga
apabila dijumlahkan terdapat sampel (n) sebanyak 608. Pemilihan data panel
atau pooling data didasarkan atas kelebihan-kelebihan yang dimiliki data
panel dibandingkan menggunakan analisis data cross section maupun analisis
data time series.
9.2.Pembahasan
9.2.1. Pengaruh Earning dan Interaksinya dengan Variabel Kontrol (IOS,
Hutang, Size, Beta, Persistensi Laba, dan Kelompok Industri)
terhadap Return Saham
Earning dalam penelitian ini diproksi menggunakan Earning Per
Share yaitu rasio untuk mengukur jumlah rupiah untuk setiap lembar
saham biasa. Secara teoritis, semakin tinggi earning, maka akan semakin
tinggi keuntungan atas penjualan saham (return saham) perusahaan.
Hasil pengujian hipotesis diperoleh bahwa ada pengaruh yang
positif antara Earning terhadap Return Saham. Hasil ini sesuai dengan
teori yang ada dimana semakin baik kualitas laba (earning) perusahaan
maka akan semakin tinggi keuntungan atas penjualan saham (return
saham) perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Gul, Leung dan Srinindhi (2000); Pradhono dan Yulius
Jogi Chritiawan (2004) yang berhasil membuktikan pengaruh antara
earning terhadap return saham. Namun penelitian yang dilakukan oleh
Robiatul Auliyah dan Ardi Hamzah (2006) tidak konsisten dengan
penelitian ini yang memperoleh hasil bahwa earning tidak berpengaruh
terhadap return saham.
Di samping earning, variabel lain yang berpengaruh terhadap
return saham adalah persistensi laba. Hasil ini menunjukkan bahwa
investor akan mengharapkan adanya persistensi laba di masa mendatang
yang tinggi dengan harapan yang mereka terima yaitu tingkat
pengembalian (return) saham yang tinggi pula. Hasil penelitian ini tidak
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Gul, Leung dan Srinindhi
(2000) yang belum berhasil membuktikan adanya pengaruh antara
persistensi laba terhadap return saham.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hanya dua variabel
yang berpengaruh terhadap return saham, sedangkan kelima variabel
bebas lainnya (IOS, Rasio hutang, Size, Beta, dan Kelompok Industri
belum berhasil membuktikan adanya pengaruh yang signifkan terhadap
return saham.
Hasil interaksi antara variabel earning dengan variabel kontrol
menunjukkan tidak adanya interaksi yang berpengaruh signifikan terhadap
return saham. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Gul,
Leung dan Srinindhi (2000) yang menunjukkan adanya hasil interaksi
yang signifikan yaitu : interaksi (Earning*IOS) dan (Earning*Beta)
berpengaruh positif terhadap return saham. Sedangkan (Earning*Debt) dan
(Earning*Beta) berpengaruh negatif terhadap return saham.
Model pertama ini adalah model regresi yang paling baik karena
memiliki keeratan hubungan yang paling besar dalam memprediksi return
saham. Dengan demikian hasil ini dapat memberikan masukan bagi
investor agar di kemudian hari memilih memprediksi menggunakan
earning dibandingkan menggunakan manajemen laba.
9.2.2. Pengaruh Diskresioner Akrual (DA) dan Interaksinya Dengan
Variabel Kontrol (IOS, Hutang, Size, Beta, Persistensi Laba, dan
Kelompok Industri terhadap Return Saham
Manajemen laba salah satu ukuran untuk mengetahui manipulasi
laba yang dilakukan oleh manajer sebagai pihak agen. Manajemen laba
dilakukan oleh manajer perusahaan dengan tujuan agar mereka dikontrak
kembali untuk menjabat sebagai manajer di perusahaan tersebut di periode
berikutnya. Manajemen laba yang tinggi akan berhubungan erat dengan
kualitas laba yang rendah dan manajer melakukan manajemen laba untuk
menjamin laba yang berkualitas tinggi.
Hasil pengujian hipotesis diperoleh bahwa tidak ada pengaruh
antara Diskresioner Akrual terhadap Return Saham. Hasil ini tidak sesuai
dengan teori yang ada dimana manajemen laba yang tinggi akan
berhubungan erat dengan kualitas laba yang rendah dan manajer
melakukan manajemen laba untuk menjamin laba yang berkualitas tinggi.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Gul, Leung dan Srinindhi (2000); yang juga berhasil membuktikan
pengaruh positif antara Diskresioner Akrual terhadap return saham.
Namun penelitian yang dilakukan oleh Fanani (2006) memperoleh hasil
yang berbeda yaitu variabel Diskresioner Akrual tidak berpengaruh
signifikan terhadap return saham.
Hasil interaksi antara variabel Diskresioner Akrual dengan variabel
kontrol menunjukkan tidak adanya interaksi yang berpengaruh signifikan
terhadap return saham. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Gul, Leung dan Srinindhi (2000) yang menunjukkan adanya
hasil interaksi yang signifikan yaitu interaksi (DA*IOS) berpengaruh
positif terhadap return saham.
9.2.3. Pengaruh Non Diskresioner Akrual (NDA) dan Interaksinya Dengan
Variabel Kontrol (IOS, Hutang, Size, Beta, Persistensi Laba, dan
Kelompok Industri terhadap Return Saham
Di samping menggunakan proksi diskresioner akrual, manajemen
laba dapat pula diukur dengan menggunakan non diskresioner akrual untuk
mengetahui manipulasi laba yang dilihat dari sudut pandang selain akrual
perusahaan. Investor bersedia menyalurkan dananya melalui pasar modal
disebabkan karena perasaan aman akan berinvestasi dan tingkat return
yang akan diperoleh dari investasi tersebut. Return memungkinkan
investor untuk membandingkan keuntungan aktual ataupun keuntungan
yang diharapkan yang disediakan oleh berbagai investasi pada tingkat
pengembalian yang diinginkan. Di sisi lain, return pun memiliki peran
yang amat signifikan dalam menentukan nilai dari suatu investasi.
Manajemen laba yang tinggi akan berhubungan erat dengan kualitas laba
yang rendah dan manajer melakukan manajemen laba untuk menjamin
laba yang berkualitas tinggi
Hasil pengujian hipotesis diperoleh bahwa ada pengaruh yang
positif antara persistensi laba terhadap Return Saham. Hasil ini
menunjukkan bahwa investor akan mengharapkan adanya persistensi laba
di masa mendatang yang tinggi dengan harapan yang mereka terima yaitu
tingkat pengembalian (return) saham yang tinggi pula. Hasil penelitian ini
tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Gul, Leung dan
Srinindhi (2000) yang belum berhasil membuktikan adanya pengaruh
antara persistensi laba terhadap return saham.
Di samping persistensi laba, variabel lain yang berpengaruh
terhadap return saham adalah kelompok industri dimana pengaruh yang
ditimbulkannya adalah negatif. Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan
yang termasuk dalam kelompok regulasi lebih kecil pencapaian return
sahamnya dibandingkan dengan perusahaan kelompok non regulasi.
Hasil interaksi antara variabel Non Diskresioner Akrual dengan
variabel kontrol menunjukkan hanya ada satu yang berpengaruh signifikan
terhadap return saham yaitu interaksi (NDA*Kelompok Industri). Hasil ini
tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Gul, Leung dan Srinindhi
(2000) yang menunjukkan adanya hasil interaksi yang signifikan yaitu :
interaksi (NDA*IOS) dan (Earning*Beta) berpengaruh positif terhadap
return saham.
10. Kesimpulan
Pada model pertama yang menganalisis pengaruh earning dan
interaksinya dengan variabel kontrol (ios, hutang, size, beta, persistensi laba,
dan kelompok industri) terhadap return saham diperoleh hasil : faktor-faktor
yang berpengaruh positif terhadap return saham pada model pertama yaitu
EPS dan persistensi laba. Dan variabel lainnya (IOS, Rasio Hutang, Size,
Beta, dan Kelompok Industri) tidak berpengaruh terhadap return saham.
Sedangkan pada pengujian EPS yang diinteraksikan dengan variabel kontrol
menunjukkan hasil tidak adanya satupun yang berpengaruh signifikan
terhadap return saham.
Pada model kedua yang menganalisis pengaruh diskresioner akrual
(da) dan interaksinya dengan variabel kontrol (ios, hutang, size, beta,
persistensi laba, dan kelompok industri terhadap return saham diperoleh hasil
: tidak ada satupun variabel yang berpengaruh positif terhadap return saham,
baik variabel bebas maupun variabel kontrol. Sedangkan pada pengujian EPS
yang diinteraksikan dengan variabel kontrol juga menunjukkan hasil tidak
adanya satupun yang berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Pada model ketiga yang menganalisis pengaruh non diskresioner
akrual (nda) dan interaksinya dengan variabel kontrol (ios, hutang, size, beta,
persistensi laba, dan kelompok industri terhadap return saham diperoleh hasil
: faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap return saham pada model
ketiga yaitu persistensi laba. Dan variabel yang berpengaruh negatif terhadap
return saham yaitu kelompok industri. Dan variabel lainnya (Non Diskresioner
Akrual, IOS, Rasio Hutang, Size, dan Beta) tidak berpengaruh terhadap return
saham.
Sedangkan
pada pengujian Non
Diskresioner
Akrual yang
diinteraksikan dengan variabel kontrol menunjukkan hanya satu variabel
interaksi yaitu nda dengan kelompok industri (nda*kelompok industri),
sedangkan interaksi Non Diskresioner Akrual dengan variabel lainnya
diperoleh tidak adanya pengaruh yang signifikan terhadap return saham.
11. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini tidak memperhatikan faktor makro perusahaan atau faktor
risiko ekonomi di luar kinerja perusahaan.
2. Penelitian ini menggunakan IOS, Rasio Hutang, Size, Beta, Persistensi
Laba dan Kelompok Industri sebagai variabel kontrol. Sedangkan variabel
bebas hanya terdapat dua yaitu manajemen laba dan earning.
12. Saran
Saran yang diberikan dari hasil penelitian ini antara lain :
1. Acuan yang digunakan dalam penelitian ini hanya dibatasi pada variabelvariabel kinerja internal perusahaan. Oleh karena itu, untuk penelitian
selanjutnya perlu meneliti dengan faktor risiko ekonomi, selain kinerja
perusahaan seperti : suku bunga, kurs rupiah terhadap dollar, inflasi,
pertumbuhan ekonomi dan faktor lainnya.
2. Untuk penelitian selanjutnya perlu menjadikan IOS, Rasio Hutang, Size,
Beta, Persistensi Laba dan Kelompok Industri sebagai variabel bebas,
bukan variabel kontrol.
13. DAFTAR PUSTAKA
Ang, Robert. 1997. Pasar Modal Indonesia. Jakarta: PT Mediasoft Indonesia.
Ardiati, Aloysia Yanti, 2005. Pengaruh Manajemen Laba terhadap Return Saham
terhadap Perusahaan yang Diaudit oleh KAP Big 5 dan KAP Non Big,
Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 8 hal 235-249.
Aulilla, Robiatul dan Hamzah, Ardi, 2006. Analisa Karakteristik Perusahaan,
Industri Dan Ekonomi Makro Terhadap Return Dan Beta Saham Syariah
Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.
Barclay M. I.; C. W. Smith and R. Watts, 1998. The Determinant of Corporate
Leverage and Dividend Policies, Journal of Applied Corporate Finance
Vol. 7 No.4, page. 4-19.
Black dkk., 2003. Predicting Firm’s Corporate Governance Choices: Evidence
From Korea. Working Paper – www.papers.ssrn.com.
Collins D. W. dan S. P. Kothari, 1989. An Analysis of Intertemporal and
Crosssectional Determinant of Earning Response Coefficient, Journal of
Accounting and Economics Vol. 12 July, page 143-182.
Daniati, Ninna dan Suhairi, 2006. Pengaruh Kandungan Informasi Komponen
Laporan Arus Kas, Laba Kotor dan Size Perusahaan terhadap Expectes
Return Saham (Survey Pada Industri Tekstil dan Automotive yang
Terdaftar di BEJ). Seminar Nasional Akuntansi 9 Padang; hal. 1-23.
Darmawati, Deni, 2006. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Dan Faktor Regulasi
Terhadap Kualitas Implementasi Corporate Governance. Seminar Nasional
Akuntansi 9 Padang.
Dechow, P. 1996. Accounting Earnings and Cash Flows as Measures of Firm
Performance: The Role of Accounting Accruals, Journal of Accounting
and Economics Vol. 17, page 3-42.
Decow, Patricia M.; Richardson, Scott A.; Sloan Richard G. 2004. The
Persistence and Pricing of the Cash Component of Earnings. Journal of
Whartoon School University of Pennsylvania, page 1-33.
Dhaliwal, D. S., KJ Lee, dan S. S. Reynold, 1991. The Association Between
Unexpected Earnings and Abnormal Security Return in The Presence of
Financial Leverage, Contemporary Accounting Reviews, page 20-41.
Fanani, Zaenal, 2006. Manajemen Laba : Bukti dari Set Kesempatan Investasi,
Utang, Kos Politis dan Konsentrasi Pasar Pada Pasar Yang Sedang
Berkembang. Seminar Nasional Akuntansi 9 Padang, hal. 1-26.
Gaver, Jenifer dan Kenneth M. Gaver, 1993. Additional Evidence on The
Association between the Investment Opportunity Set and Corporate
Financing Dividend, and Compesation Policies, Journal of Accounting and
Economic, page 125-160.
Ghozali, Imam, 2006, Aplikasi Analisis Multivariate, Edisi IV, Semarang : Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Gul, Leung dan Srinindhi, 2000. The Effect of Investment Opportunity Set and
Debt Level on Earnings-Returns Relationship and the Pricing of
Discretionary Accruals. AAANZ Conference and Accounting Seminars at
City University of Hong Kong, Chinese University of Hong Kong, Rutgers
University and State University of New York, page. 1-36.
Halim, Julia; Meiden, Carmel; dan Tobing, Rudolf Lumban, 2005. Pengaruh
Manajemen Laba Pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada
Perusahaan Manufaktur yang Termasuk Dalam Indeks LQ45. Seminar
Nasional Akuntansi VII Solo, hal. 117-135.
Hall, Steven C.; dan Stammerjohan, William W., 1997. Damage Awards and
Earnings Management in the Oil Industry. The Accounting Review Vol. 72
No. 1 January page 47-65.
Hanafi, Mamduh M. dan Halim, Abdul, 2000, Analisis Laporan Keuangan,
Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Hasan, Iqbal, 2002, Pokok-pokok Materi Statistik 2, Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Indriantoro, Nur, Bambang Supomo, 1999. Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi 1,
Yogyakarta : BPFE.
Jati, I Ketut, 2005. Relevansi Nilai Dividend Yield dan Price Earning Ratio
dengan Moderasi Investment Opportunity Set (IOS) Dalam Penilaian
Harga Saham. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 8, No. 2 Mei, hal.
191-209.
Jogiyanto, Hartono, 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kedua,
Yogyakarta: BPFE.
Kallapur, Sanjay dan Mark A. Trombley, 2001. The Association Between
Investment Opportunity Set Proxies and Realized Growth. Journal of
Bussiness Finance and Accounting.
Kole S. R. and K. M. Lehn, 1991. Deregulation and the Adaption of Governance
Structure: The Case of the US Airline Industry, Journal of Financial
Economics Vol. 52.
Kormendi dan Lipe, 1987. The Relation Between Stock Returns and Accounting
Earning Given Alternative Information. The Accounting Review 65.
Lo, Kin, 2007. Earning Management and Earning Quality, Journal of Accounting
and Economics, page 1-8.
Meythi, 2006. Pengaruh Arus Kas Operasi terhadap Harga Saham Dengan
Persistensi Laba Sebagai Variabel Intervening. Seminar Nasional
Akuntansi 9 Padang, hal. 1-24.
Myers, 1977. Determinants of Corporate Borrowing. Journal of Financial
Economics 5, 147 – 175.
Norpratiwi, Agustina M. V. 2005. Analisis Korelasi Investment Opportunity Set
Terhadap Return Saham (Pada Saat Pelaporan Keuangan Perusahaan).
Jurnal STIE YKPN Yogyakarta hal. 1-28.
Penman, S. H. 1992. Financial Statement Information and Pricing of Earning
Changes, Accounting Review, page 563-577 .
Penman, Stephen H., 1992. Financial Statement Analysis and Security Valuation.
Singapore: Mc Graw Hill.
Putri, Imanda Firmantyas dan Nasir, Muhammad, 2006. Analisis Persamaan
Simultan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Risiko,
Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen Dalam Perspektif Teori
Keagenan. Seminar Nasional Akuntansi 9 Padang.
Rachmawati, Andri, dan Triatmoko, Hanung, 2007. Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Seminar Nasional
Akuntansi 9 Padang, hal. 1-26.
Rachmawati, Suparno, Yacob dan Qonariyah, Nurul, 2007. Pengaruh Asimetri
Informasi terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan
Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Seminar Nasional Akuntansi
9 Padang, hal. 1-28.
Saiful, 2004. Hubungan Manajemen Laba (Earning Management) dengan Kinerja
Operasi dan Return Saham di Sekitar IPO, Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia Vol. 7 No. 3 hal 316 – 332.
Santosa, Singgih, 2001, SPSS versi 10.0 Mengolah Data Statistik Secara
Profesional, Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
Setiati Fita, 2004. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Koefisien Respon Laba
Pada Perusahaan Bertumbuh dan Tidak Bertumbuh. Seminar Nasional
Akuntansi VII Denpasar Bali, hal. 914-930.
Sitompul, Asril, 2004. Pasar Modal : Penawaran Umum dan Permasalahannya.
Bandung : Penerbit PT. Citra Aditya Bakti.
Skinner, Douglas J., 1993. The Investment Opportunity Set and Corporate
Control. Journal of Accounting and Economics, Vol. 16, page 407-445.
Smith, Jr. W Clifford dan R. L. Watts, 1992. The Investment Opportunity Set and
Corporate Financing, Dividend and Compensation Policies. Journal of
Financing Economics Vol. 32, page 263-292.
Sunariyah, 2004. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Yogyakarta : UPP AMP
YKPN.
Sunarto, 2004. Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Leverage terhadap Return
Saham Perusahaan Manufaktur di BEJ. Jurnal STIE STIKUBANK
Semarang, hal. 63-81.
Veronica, S. dan Bachtiar Y. 2003. Hubungan Manajemen Laba dengan Tingkat
Pengungkapan Laporan Keuangan, Seminar Nasional Akuntansi VI
Surabaya, hal. 328-349.
Watt, Ross. L. and Jerold L. Zimmerman, 1978. Toward a Positive Theory of the
Determination of Accounting Standards. The Accounting Review, Vol.
LIII, No. 1, page 113-134.
Widyaningdyah, Agnes Utari, 2001. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh
Terhadap Earning Management Pada Perusahaan Go Publik di Indonesia.
Jurnal Ekonomi FE Universitas Kristen Petra, hal. 89-101.
Wilfida HN., 2004. Pengaruh Perubahan Laba Per Lembar Saham (EPS)
Terhadap Harga Saham. Jurnal SMART Vol. 1 No. 1 Januari 2004.
Download