TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM

advertisement
TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM
THERMAL PROPERTIES
Nama Kelompok:
1. Diah Ayu Suci Kinasih
(24040115130099)
2. Alfiyan Hernowo
(24040115140114)
Mata Kuliah
: Ilmu Material Umum
Dosen Pengampu
: Dr. Eng Hendri Widiyandari
UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
DEPARTEMEN FISIKA
SEMARANG
2016
THERMAL PROPERTIES
1. PENDAHULUAN
Thermal Properties mengacu pada respon bahan terhadap aplikasi dari suatu panas. Hal ini
menyebabkan serapan energi dalam bentuk panas pada padatan, kenaikan suhu dan
peningkatan dimensi. Energi dapat mengalami transfer apabila terjadi perbedaan gradien suhu,
sehingga lama kelamaan akan membuat suatu spesimen dapat meleleh. Sifat lain yang
mempengaruhi suatu padatan adalah heat capacity , thermal expansion, dan thermal
conductivity.
2. KAPASITAS PANAS
kapasitas panas adalah kemapuan suatu bahan untuk menyerap panas dari lingkungan luar,
merupakan jumlah energi yang di butuhkan untuk menghasilkan kenaikan suhu sebesar 1
derajat. Secara matematis kapasitas panas dapat di tulis sebagai berikut:
𝐢=
𝑑𝑄
𝑑𝑇
Dimana
𝐢 = π‘˜π‘Žπ‘π‘Žπ‘ π‘–π‘‘π‘Žπ‘  π‘π‘Žπ‘›π‘Žπ‘  (𝐽/π‘˜π‘” ‘𝐢)
𝑑𝑄 = πΈπ‘›π‘’π‘Ÿπ‘”π‘– π‘¦π‘Žπ‘›π‘” 𝑑𝑖 π‘π‘’π‘‘π‘’β„Žπ‘˜π‘Žπ‘› π‘’π‘›π‘‘π‘’π‘˜ π‘šπ‘’π‘›π‘”β„Žπ‘Žπ‘ π‘–π‘™π‘˜π‘Žπ‘› π‘π‘’π‘Ÿπ‘’π‘π‘Žβ„Žπ‘Žπ‘› 𝑑𝑇 (𝐽 π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’ πΎπ‘Žπ‘™)
𝑑𝑇 = π‘π‘’π‘Ÿπ‘’π‘π‘Žβ„Žπ‘Žπ‘› π‘‘π‘’π‘šπ‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘’π‘Ÿ (‘𝐢)
2.1 Getaran Kapasitas Panas
Akibat adanya energi panas adalah terjadinya peningkatan energi getaran dari atom. Atom
dalam benda padat akan terus menerus bergetar dengan frekuensi yang sangat tinggi dan
amplitudonya relatif kecil. Energi panas getaran terdiri dari serangkaian gelombang elastis,
yang memiliki jangkauan distribusi dan frekuensi. Nilai energi yang di izinkan disebut
terkuantisasi dan satu kuantum energi di sebut phonon ( kuantum radiasi elektromagnetik dari
foton).
2.2 Temperature Dependence of the Heat Capacity
Variasi dengan suhu kontribusi getaran untuk kapasitas panas pada volume konstan
selama bertahun-padatan kristal relatif sederhana. peningkatan kemampuan dari gelombang
kisi untuk meningkatkan energi rata-rata meningkat seiring kenaikan suhu. Hubungan antara
kapasitas panas dengan suhu dapat dinyatakan dengan:
𝐢𝑣 = 𝐴𝑇 4
di mana
𝐢𝑣 = Kapasitas Panas
A = konstanta suhu-independen ( Debye D)
Nilai D di bawah suhu kamar bagi bahan padat, dan 25 J / mol K.
2.3 Pengaruh Lain
Pengaruh lain akibat adanya kapasitas panas adalah adanya kontribusi elektronik, yakni
bahwa elektron menyerap energi dengan meningkatkan energi kinetik. Hal ini terjadi pada
elektron bebas untuk meninggalkan posisinya (Fermi Energy). Dalam logam, hanya elektron
pada posisi di dekat energi Fermi yang mampu melakukan transisi energi, dan ini mewakili
hanya sebagian kecil dari jumlah total. Proporsi yang lebih kecil elektron pengalaman
Eksitasi di isolasi dan semikonduktor bahan.
3. THERMAL EXPANSION
Perubahan panjang akibat suhu pada suatu padatan dapat dinyatakan sebagai berikut:
𝑙𝑓 − 𝑙0
= 𝛼𝑙 (𝑇𝑓 − 𝑇0 )
𝑙0
atau
βˆ†π‘™
= 𝛼𝑙 βˆ†π‘™
𝑙0
Dimana
𝑙𝑓 = panjang akhir (m)
𝑙𝑓 = panjang mula-mula (m)
βˆ†π‘™ = perubahan panjang (m)
𝛼𝑙 = koefisien thermal bahan
𝑇𝑓 = temperatur akhir bahan (℃)
𝑇0 = temperatur mula-mula bahan (℃)
βˆ†π‘‡ = perubahan temperatur (℃)
Perubahan Volume yang diakibatkan oleh suhu dinyatakan dengan
βˆ†π‘‰
= 𝛼𝑣 βˆ†π‘‡
𝑉0
Dengan
βˆ†π‘‰ = perubahan volume bahan (π‘š3 )
𝑉0 = volume mula-mula (π‘š3 )
𝛼𝑣 = Koefisien thermal volume (besar 𝛼𝑣 = 3𝛼𝑙 )
Untuk setiap kelas bahan (logam, keramik, dan polimer), semakin besar energi ikatan atom,
yang lebih dalam dan lebih sempit potensial melalui energi. Akibatnya, peningkatan
pemisahan interatomik dengan kenaikan yang diberikan suhu akan lebih rendah,
menghasilkan nilai yang lebih kecil 𝛼𝑙 . hal ketergantungan suhu, besarnya koefisien ekspansi
meningkat dengan meningkatnya temperature.
logam
koefisien linier ekspansi termal untuk beberapa logam biasa berkisar antara sekitar 5 × 10−6
dan 25 × 10−6 (℃) −1 . Pentingnya dari hal ini adalah beberapa rendah ekspansi dan
dikendalikan ekspansi paduan logam telah dikembangkan, yang digunakan dalam aplikasi
memerlukan stabilitas dimensi dengan variasi suhu.
Keramik
Keramik mempunyai koefisien termal yang sangat rendah, dengan nilai antara 0.5 × 10−6
dan 15 × 10−6 (℃) −1 .
Bahan keramik yang akan mengalami perubahan suhu harus
memiliki koefisien ekspansi termal yang relatif rendah dan isotropik. Jika tidak, ini bahan
rapuh bisa mengalami patah tulang sebagai konsekuensi dari seragam dimensi perubahan apa
yang disebut thermal shock.
polimer
Beberapa bahan polimer mengalami ekspansi termal yang sangat besar pada saat pemanasan,
koefisien yang berkisar dari sekitar 50 × 10−6 dan 400 × 10−6 (℃) −1 . Hal ini dikarena
obligasi antarmolekul sekunder lemah, dan ada minimal silang. Dengan peningkatan silang,
besarnya koefisien ekspansi berkurang; koefisien terendah ditemukan dalam polimer jaringan
termoset seperti sebagai fenol-formaldehida, di mana ikatan tersebut hampir seluruhnya
kovalen.
4. KONDUKTIVITAS TERMAL
Konduksi termal adalah fenomena dimana panas yang diangkut dari suhu tinggi kesuhu
rendah dari zat.
π‘ž = −π‘˜
𝑑𝑇
𝑑π‘₯
Dengan q menunjukkan fluks panas, atau aliran panas, per satuan waktu per satuan
luas (area yang diambil sebagai yang tegak lurus terhadap arah aliran), k adalah
konduktivitas termal, dan dT / dx adalah gradient suhu melalui media melakukan.
4.1 Mekanisme Konduksi Panas
Panas diangkut dalam bahan padat oleh kedua gelombang getaran kisi (fonon) dan elektron
bebas.
π‘˜ = π‘˜π‘™ + π‘˜π‘’
Dimana kl dan ke mewakili getaran kisi dan electron konduktivitas termal masingmasing ,biasanya satu atau lebih bersifat dominan.
Logam
Logam adalah konduktor panas yang sangat baik karena jumlah electron bebas yang ada
relative besar dari yang
berpartisipasi dalam konduksi termal. Karena electron bebas
bertanggungjawab untuk kedua konduksi listrik dan termal dalam logam murni, secara teori
menunjukkan bahwa dua konduktivitas harus berhubungan menurut hukum WiedemannFranz:
𝐿=
π‘˜
πœŽπ‘‡
Dengan 𝜎 adalah konduktivitas listrik, T adalah temperatur absolut, dan L adalah
konstan. Secara teori nilai = 2,44 π‘₯ 10−8 Ω. π‘Š⁄𝐾 2 .
Keramik
Bahan non-logam merupakan isolator termal karena kekurangan sejumlah besar elektron
bebas. Jadi, fonon bertanggungjawab untuk konduksi termal, ke jauh lebih kecil dari kl.
Porositas bahan keramik memiliki pengaruh besar pada konduktivitas termal, dalam sebagian
besar keadaan,
meningkatkan hasil
volume
ruang mengakibatkan pengurangan
konduktivitas termal.
Polimer
Untuk bahanini, transfer energi dilakukan dengan getaran dan rotasi dari rantai molekul.
Besarnya konduktivitas termal bergantung dengan derajat kristalinitas;
polimer dengan
struktur kristalin tinggi dan struktur rapat lainnya memiliki konduktivitas lebih besar dari
bahan amorf yang setara karena getaran terkoordinasi lebih efektif dari rantai molekul suatu
kristalin. Polimer sering digunakan sebagai isolator karena konduktivitas termalnya yang
rendah
5. TEGANGAN TERMAL
Tegangan Termal adalah tegangan induksi yang dihasilkan akibat perubahan suhu.
5.1 Tegangan yang dihasilkan dari penahanan perluasan termal dan kontraksinya
Besarnya tegangan yang timbul dari perubahan suhu dari T0 ke Tf adalah
𝜎 = 𝐸𝛼1 (𝑇0 − 𝑇𝑓 ) = 𝐸𝛼1 Δ𝑇
Dengan E adalah modulus elastisitas dan α1 adalah koefisien luasan termal.
5.2 Tegangan Akibat Gradien Suhu
Ketika suatu benda padat dipanaskan atau didinginkan,
distribusi temperature internal
bergantung pada ukuran dan bentuk material, konduktivitas termal material, dan laju
perubahan suhu. Tegangan termal dapat dibentuk dari gradien suhu dalam material yang
disebabkan oleh pemanasan atau pendinginan cepat, dalam material perubahan suhu luar
lebih cepat dari pada perubahan internal; Perubahan dimensi diferensial menahan perluasan
bebas atau kontrak sielemen volume yang berdekatan dalam potongan.
Tegangan Termal dari Material Tidak Rapat
Untuk polimer,
pengurangan induksi tegangan termal dapat dicapai dengan deformasi
plastik. Namun, pada keramik dapat meningkatkan kemungkinan patah ikatan dari tegangan
tersebut. Kapasitas bahan untuk menahan keadaan semacamini disebut ketahanan tegangan
termal. Untuk bahan keramik yang didinginkan dengan cepat, ketahanan tegangan termal
tidak hanya tergantung pada besarnya perubahan suhu, tetapi juga pada sifat mekanik dan
material termal.
𝑇𝑆𝑅 =
πœŽπ‘“ π‘˜
𝐸𝛼1
Tegangan termal mendadak dapat dicegah dengan mengubah kondisi eksternal ketingkat
yang pendinginan atau pemanasannya berkurang dan gradient suhu di seluruh material
diminimalkan. Hal ini sering diperlukan untuk menghilangkan tegangan termal pada bahan
keramik sebagai sarana meningkatkan kekuatan mekanik dan karakteristik optic.
6. PENYELESAIAN MASALAH
6.1 Teori
Jelaskan secara singkat, mengapa logam menjadi bahan konduktor yang lebih baik dari pada
keramik?
Penyelesaian:
Logam menjadi konduktor yang lebih baik dari pada keramik karena jumlah electron bebas
yang ada relative besar dari yang berpartisipasi dalam konduksi termal. Sedangkan pada
keramik merupakan isolator termal karena kekurangan sejumlah besar elektron bebas. Hal
ini lah yang membuat Logam menjadi konduktor yang baik dari pada keramik.
2. Matematis
Perkirakan berapa banyak kalor yang di butuhkan untuk menaikan suhu suatu bahan dengan
berat 2 kg, dari suhu (20 − 100)℃. Untuk masing-masing bahan:
1. Aluminium
2.Baja
3. Soda–lime glass
4. Polyetilene
Penyelesaian:
Diketahui :
Massa bahan = 2 kg
Kenaikan Suhu = rentang kenaikan suhu bahan = suhu awal-suhu akhir = 100-20 = 80
Ditanya : kalor yang di perlukan?
Jawab :
Untuk menentukan jumlah kalor yang di perlukan untuk menaikan suhu sebesar 80 dengan
berak 20 kg adalah dengan menggunakan persamaan berikut :
𝑄 = π‘šπ‘(𝑇𝑓 − 𝑇0 )
𝑄 = π‘šπ‘βˆ†π‘‡
Dimana Q = kalor yang di perlukan untuk menaikan suhu
m=massa benda
𝑐 = kalor jenis
βˆ†π‘‡= pertambahan suhu
Sehingga penyelesaian soal untuk masing-masing bahan adalah
𝑱
1. Aluminium (𝒄 = πŸ—πŸŽπŸŽ π’Œπ’ˆ 𝑲)
𝑄 = π‘šπ‘βˆ†π‘‡
𝑄 = 2 π‘˜π‘” × 900
𝐽
𝐾 × (80 + 273)𝐾
π‘˜π‘”
𝑄 = 2 π‘˜π‘” × 900
𝐽
𝐾 × 353 𝐾
π‘˜π‘”
𝑄 = 635.400 π‘—π‘œπ‘’π‘™π‘’
𝑱
2. Baja (𝒄 = πŸ’πŸ–πŸ” π’Œπ’ˆ 𝑲)
𝑄 = π‘šπ‘βˆ†π‘‡
𝑄 = 2 π‘˜π‘” × 486
𝐽
𝐾 × (80 + 273)𝐾
π‘˜π‘”
𝑄 = 2 π‘˜π‘” × 486
𝐽
𝐾 × 353 𝐾
π‘˜π‘”
𝑄 = 343.116 π‘—π‘œπ‘’π‘™π‘’
𝑱
3. Soda–lime glass (𝒄 = πŸ–πŸ’πŸŽ π’Œπ’ˆ 𝑲)
𝑄 = π‘šπ‘βˆ†π‘‡
𝑄 = 2 π‘˜π‘” × 840
𝐽
𝐾 × (80 + 273)𝐾
π‘˜π‘”
𝑄 = 2 π‘˜π‘” × 840
𝐽
𝐾 × 353 𝐾
π‘˜π‘”
𝑄 = 593.040π‘—π‘œπ‘’π‘™π‘’
𝑱
4. Polyetilene (𝒄 = πŸπŸ–πŸ“πŸŽ π’Œπ’ˆ 𝑲)
𝑄 = π‘šπ‘βˆ†π‘‡
𝑄 = 2 π‘˜π‘” × 1850
𝐽
𝐾 × (80 + 273)𝐾
π‘˜π‘”
𝑄 = 2 π‘˜π‘” × 1850
𝐽
𝐾 × 353 𝐾
π‘˜π‘”
𝑄 = 1.306.100 π‘—π‘œπ‘’π‘™π‘’
Referensi:
Callister, William D. 1940. Material Science and Engginering An Introduction eight
edition.United States of America. John Wiley and Sons, Inc.
Download