ANALISIS DEFISIT KEMBAR DI INDONESIA ( PERIODE 1990

advertisement
ANALISIS DEFISIT KEMBAR DI INDONESIA
( PERIODE 1990 – 2014 )
(Skripsi)
Oleh
DIANITA ARYANI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ANALYSIS OF TWIN DEFICIT IN INDONESIA
(PERIOD OF 1990 - 2014)
By
DIANITA ARYANI
ABSTRACT
This research aims to know and analyze the influence of current account,
exchange rate, and inflation variable toward budget defisit. Variables in this
research are the budget deficit, current account, exchange rate, and inflation. Data
used in this research was time-series data in research periode of 1990-2014. Data
analysis method used in this research was descriptive quantitative analysis method
by using ECM models.
The methode used to see the influence between dependent variable and
independent variables was error correction Model ( ECM ). Result of the
estimation by using three research models with ECM method shows that in the
short-term, independent variable together significant to budget deficit. Partialy,
current account and inflation significantly affect, and exchange rate does not
significantly affect. And all of the variable have big impact to twin deficit in
Indonesia occurance.
Key words : Twin Deficit, Budget Deficit, Current Account Deficit
Exchange Rate, Inflation, Error Correction Model (ECM).
ANALISIS DEFISIT KEMBAR DI INDONESIA
(PERIODE 1990 – 2014)
Oleh
DIANITA ARYANI
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
variabel neraca transaksi berjalan, nilai tukar, dan inflasi terhadap defisit anggaran
dalam jangka pendek. Variabel dalam penelitian ini adalah defisit anggaran,
neraca transaksi berjalan, nilai tukar, dan inflasi. Data yang digunakan adalah data
time-series dengan periode penelitian 1900 sampai 2014. Analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kuantitatif
dengan menggunakan model ECM.
Untuk melihat pengaruh antara satu variabel dependen dengan variabel
independen dilakukan dengan menggunakan metode Error Correction Model
(ECM). Hasil estimasi menggunakan metode ECM menunjukkan bahwa dalam
jangka pendek variabel bebas secara bersama-sama signifikan terhadap defisit
anggaran. Secara parsial variabel neraca transaksi berjalan dan inflasi berpengaruh
signifikan, sedangkan nilai tukar tidak signifikan. Dan semua variabel tersebut
mempunyai dampak yang begitu besar dalam terjadinya defisit kembar di
Indonesia.
Kata Kunci : Defisit Kembar, Defisit Anggaran, Defisit Neraca Transaksi
Berjalan, Nilai Tukar, Inflasi, Error Correction Model (ECM).
ANALISIS DEFISIT KEMBAR DI INDONESIA
(PERIODE 1990 – 2014)
Oleh:
DIANITA ARYANI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
MOTTO
“ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai (dari sesuatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang
lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”
(Al-Insyirah:6-8)
“Cobalah tekun dan tabah dalam menghadapi fase macet mengerjakan skripsi
sebagai latihan kesabaran untuk mengejar pasangan hidupmu nanti”
(Anonymous)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 2 Agustus 1993, sebagai anak
pertama dari empat bersaudara. Buah hati dari pasangan Bapak Ahmad Royani
dan Ibu Elis Febriyanti.
Penulis memulai pendidikan formal di TK Shandy Putra Telkom Bandar
Lampungpada tahun 1998, dilanjutkan Sekolah Dasar (SD) Negeri I Sukarame
Bandar Lampung pada tahun 1999. Kemudian Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri 23 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2008 dan Sekolah Menengah
Atas (SMA) Negeri 12 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2011.Pada tahun
2011 penulis diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung Jurusan Ekonomi Pembangunan melalui jalur SNMPTN
(Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) Tertulis.
Selama menjadi mahasiswa, penulis turut serta dalam organisasi, yaitu sebagai
Brigadir Muda Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEM F) 2011/2012 dan
menjadi anggota Organisasi Himpunan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan
(HIMEPA) 2012/2013. Pada tahun 2013 penulis mengikuti Kuliah Kunjung
Lapangan (KKL) di Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Bank Indonesia, dan
Kementerian Koperasi Republik Indonesia. Pada tahun 2014 penulis mengikuti
Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Waymuli Timur, Kecamatan Rajabasa,
Kabupaten Lampung Selatan.
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat yang diberikan,
shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada nabi agung Muhammad SAW.
Ku persembahkan skripsi ini sebagai tanda cinta dan terima kasihku kepada:
Papa dan Mama tercinta yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, doa,
keikhlasan, ketulusan, kesabaran, perjuangan, dan pengorbanan yang luar biasa,
tidak ada sesuatu apapun yang bisa membalas dan menggantikannya. Terimakasih
atas semangat yang diberikan serta pembelajaran hidup yang luar biasa.
Adik-adikku Riki Saputra, Violita Agustin, Bagas Panca Nugraha yang selalu
memberikan perhatian, semangat dan dukungan untuk terus berjuang dan tidak
pernah menyerah.
Sahabat-sahabat tercinta yang dengan tulus menyayangiku serta keceriaan dan
kebersamaan kalian yang selalu memotivasiku.
Almamater tercinta. Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
SANWACANA
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Analisis Defisit Kembar di Indonesia Periode 1990 - 2014”
sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada semua
pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama proses
penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis ucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Nairobi, S.E., M.Si dan Ibu Emi Maimunah, S.E., M.Si sebagai
Ketua dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Lampung.
3. Bapak Dedy Yuliawan, S.E.,M.Si selaku dosen pembimbing atas bimbingan,
saran, serta motivasi luar biasanya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Ibu Dr. Marselina, S.E., M.P.M selaku dosen penguji skripsi atas saran serta
motivasi yang sangat luar biasa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Bapak Yourni Atmadja, S.E., M.Si sebagai Pembimbing Akademik.
6. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya selama menuntut ilmu di
Universitas Lampung.
7. Keluargaku tercinta, papa yang tiada hentinya mendukung, mama yang tak
pernah lelah mendoakan, serta adik-adikku tersayang Riki Saputra, Violita
Agustin, dan Bagas Panca Nugraha yang selalu memberikan kebahagiaan,
senyuman penyemangat serta doa yang tulus dan ikhlas.
8. Staff dan karyawan di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Bang Fery, Ibu
Yati, Bang Ma’ruf, Pak Kasim serta pegawai lainnya yang telah banyak
membantu kelancaran proses penyelesaian skripsi ini.
9. Risa, Irma, dan Sunarsih yang telah banyak berkorban dan membantu penulis
dalam menempuh pendidikan
10. Sahabat terbaik, teman susah dan seneng Anggun Agus Saputra, Hayati Imasi
Putri, Leo Sepran, Ega Nur Qamarani, Bhen Bhen Agung Saputra, Dewi Yulia,
Wiwin Noftavia, dan Hardiansyah terima kasih semangat dan doanya.
11. Teman satu bimbingan yang selalu berbagi motivasi,Sunarsih, Deftiana
Zerlinda, Tri Mulyani, Mustakim, M. Adi Fahrizal, Asdi Yuda.
12. Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2011 Agilta, Gino, Nurul, Dian Ayu,
Devi, Butet, Yessi, Wiwid, Rosi, Ari, Amri, Amad Yudi, Aming,Feby,
Gella,Windy, Ayuni, Caca, Cella, Rafiq, Royiv, Agam, Reza, Ade, Desi,Mba
Dewi, Dewi, Gile,Yoga, Syahid, Indah Fajriati, Nanang, Nurul, Putri, Richard,
Winda, Windy, Tari,dan masih banyak lagi yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu.
13. Teman-teman KKN Desa Waymuli Timur, Lampung Selatan yang selalu ada
di hati Dwi Aprianti, Dina, Dike Fransiska, Fauzia Andini, Fitri Dwi Y,
SherlyDwi Saptari, Trisa Andaluri, Cahya Wulan, Bang Dwi, M.Fadel,
Deswandi Ahda dan Aziz yang telah memberikan pengalaman yang sangat luar
biasa.
14. Orang terkasih yang selama ini selalu menemaniku dalam penyusunan skripsi
ini yang selalu memberikan support, semangat, dukungan, doanya .
15. Dan almamaterku tercinta, Universitas Lampung.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan, dan semoga
skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Bandar Lampung, 10 September 2016
Penulis,
Dianita Aryani
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ..............................................................................................
i
DAFTAR TABEL ......................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................
1
B. Permasalahan.....................................................................................
9
C. Tujuan Penulisan ..............................................................................
9
D. Kerangka Pemikiran ..........................................................................
10
E. Hipotesis............................................................................................
12
F. Sistematika Penulisan .......................................................................
13
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ...................................................................................
14
1. Defisit Kembar ............................................................................
14
2. Hubungan Twin Deficit dalam Pendapatan Nasional .................
15
2.1.Hipotesis Konvensional Twin Deficit....................................
16
2.2.Reverse Causation atau Current Account Targeting ............
19
2.3.Ricardian Equivalence ..........................................................
19
2.4.Feldstein-Horioka Puzzle ......................................................
20
ii
3. Defisit Anggaran ... .....................................................................
22
3.1. Definisi Defisit Anggaran ....................................................
22
3.2. Sebab – Sebab Terjadinya Defisit Anggaran Pemerintah ..
24
4. Neraca Transaksi Berjalan .........................................................
26
4.1.Pengertian Neraca Transaksi Berjalan .................................
26
4.2.Komponen-Komponen Neraca Transaksi Berjalan .............
27
5. Nilai Tukar .................................................................................
27
6. Inflasi ..........................................................................................
28
B. Tinjauan Empiris ...............................................................................
28
III. METODE PENELITIAN
A. Definisi Operasional Variabel ...........................................................
31
B. Jenis dan Sumber Data ......................................................................
32
C. Metode Analisis ...............................................................................
33
1. Uji Stasioneritas(Unit Root Test) ...............................................
33
2. Uji Kointegrasi ............................................................................
34
3. Penentuan Lag Optimum ............................................................
35
4. Error Correction Model ..............................................................
36
5. Uji Hipotesis ..............................................................................
37
5.1. Uji Pengaruh Parsial (t-Test) ...............................................
37
5.2. Uji Pengaruh Keseluruhan (F-Test) .....................................
37
5.3. Uji Koefisien Determinasi (R2) ..........................................
38
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengujian ...............................................................................
39
1. Uji Stasioneritas ( Unit Root Test) ............................................
39
2. Uji Kointegrasi ..........................................................................
40
3. Penentuan Lag Optimum ..........................................................
41
4. Uji Error Correction Model (ECM) .........................................
41
5. Uji Hipotesis .............................................................................
42
iii
5.1.Uji t-statistik (Uji Parsial) ...................................................
42
5.2.Uji F-statistik ......................................................................
43
2
5.3.Uji Koefisien Determinasi (R ) ...........................................
44
B. Pembahasan .....................................................................................
44
1. Hubungan antara Defisit Anggaran dan Neraca Transaksi
Berjalan .....................................................................................
44
2. Hubungan antara Defisit Anggaran dan Nilai Tukar ................
48
3. Hubungan antara Defisit Anggaran dan Inflasi .........................
51
4. Hubungan antara Defisit Anggaran dengan Neraca Transaksi
Berjalan, Nilai Tukar, dan Inflasi ..............................................
54
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................................
57
B. Saran .................................................................................................
57
1. Bagi Pemerintah .........................................................................
57
2. Bagi Peneliti Selanjutnya ...........................................................
59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
Ringkasan Hasil Penelitian Empiris ....................................................
28
2.
Ringkasan Deskripsi Data Input .........................................................
32
3.
Hasil Uji Unit Root dengan Augment Dickey-Fuller (ADF) pada
Tingkat Level ......................................................................................
4.
39
Hasil Uji Unit Root dengan Augment Dickey-Fuller (ADF) pada
Tingkat First Difference ......................................................................
40
5.
Hasil Uji Kointegrasi ..........................................................................
40
6.
Hasil Uji Penentuan Lag Optimum dengan Metode Akaike
Infomation Criterion (AIC) ................................................................
41
7.
Hasil Estimasi ECM ...........................................................................
41
8.
Hasil Uji t-statistik ..............................................................................
42
9.
Hasil Uji F- statistik ............................................................................
43
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Pergerakan Neraca Transaksi Berjalan dan Defisit Anggaran
Tahun 1990 – 2014 ..........................................................................
3
2. Kerangka Pemikiran .........................................................................
9
3. Pengaruh Ekspansi Fiskal Terhadap Pendapatan Nasional Pada
Sistem Nilai Tukar Tetap .................................................................
15
4. Pengaruh Ekspansi Fiskal Terhadap Pendapatan Nasional Pada
Sistem Nilai Tukar Mengambang ....................................................
17
5. Hubungan Defisit Anggaran dengan Neraca Transaksi Berjalan ….
45
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1.
Data Penelitian.....................................................................................
L-1
2.
Hasil Uji Stasioneritas Tingkat Level..................................................
L-2
3.
Hasil Uji Stasioneritas Tingkat First Difference .................................
L-3
4.
Hasil Uji Kointegrasi Engel-Granger..................................................
L-4
5.
Hasil Uji Lag Optimum .......................................................................
L-5
6.
Hasil Uji Error Correction Model (ECM) ..........................................
L-6
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan perdagangan internasional yang semakin pesat saat ini berdampak
pada perekonomian global. Dengan adanya perubahan teknologi dan transformasi
benar-benar mengubah dunia menjadi semakin kecil dan menglobalisasi. Melalui
globalisasi berbagai perusahaan setiap negara di dunia berperan aktif dalam
perdagangan internasional termasuk Indonesia yang terus berkonstribusi dalam
kegiatan ekspor impor barang ataupun jasa untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri dan meningkatkan perekonomian Indonesia. Melalui sebuah laporan neraca
pembayaran, dapat diketahui seluruh transaksi yang dilakukan Indonesia dalam
perdagangan internasional (Laporan Bank Indonesia, 2012).
Setiap negara pasti akan selalu melakukan kegiatan dalam pengelolaan
ekonominya. Seperti Indonesia dalam pengelolaan ekonomi makro, yang
merupakan salah satu indikator penting bagi perekonomian suatu negara adalah
neraca pembayaran Indonesia. Dimana bagian dalam neraca pembayaran
Indonesia ini, salah satunya adalah neraca perdagangan atau biasa disebut sebagai
neraca transaksi berjalan. Tidak hanya dijadikan sebagai indikator penting yang
mempengaruhi sentimen para pelaku pasar, tetapi juga dijadikan sebagai pedoman
dalam mengukur kemampuan perekonomian nasional dalam menopang transaksi
2
internasional seperti transaksi yang berhubungan dengan kewajiban pembayaran
utang, transaksi ekspor dan impor.
Neraca pembayaran suatu negara adalah catatan yang sistematis tentang transaksi
internasional antara penduduk negara itu dengan penduduk negara lain dalam
jangka waktu tertentu (Nopirin, 2003). Menurut Tambunan (2001)
mengungkapkan bahwa Neraca Transaksi Berjalan merupakan salah satu
komponen dari neraca pembayaran yang mencatat neraca perdagangan, neraca
jasa, pendapatan investasi, dan transaksi uniteral. Sedangkan Kreinin (2002)
menjelaskan neraca transaksi berjalan terdiri dari neraca perdagangan yang
mencatat komoditas ekspor dan impor, neraca bersih , dan transfer. Neraca modal
yang terdiri dari investasi langsung luar negeri dan pembelian saham, obligasi dan
transaksi bank yang menyebabkan aliran modal ke luar negeri. Neraca transaksi
berjalan sering dilihat sebagai penawaran ekspor suatu negara yang dikurangi
dengan permintaan impornya. Jika permintaan impor lebih besar daripada
penawaran ekspornya maka yang terjadi adalah defisit neraca transaksi berjalan.
Begitupun sebaliknya, penawaran ekspor yang lebih besar daripada permintaan
impor akan membuat neraca transaksi berjalan dalam keadaan surplus.
Neraca transaksi berjalan digunakan untuk menilai neraca perdagangan. Neraca
perdagangan merupakan selisih atau perbedaan antara ekpor dan impor. Jika
neraca transaksi berjalan mengalami defisit secara terus menerus, hal ini akan
berdampak buruk pada perekonomian Indonesia. Gambar 1. Menunjukan
pergerakan neraca transaksi berjalan Indonesia dan defisit anggaran dari tahun
1990 sampai dengan tahun 2014.
3
Gambar 1. Pergerakan Neraca Transaksi Berjalan dan Defisit Anggaran
1990 – 2014
Sumber : Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan (2015) diolah
Terlihat bahwa sejak tahun 1990 hingga tahun 1997 neraca transaksi berjalan
telah menunjukan keadaan defisit. Kemudian di tahun-tahun selanjutnya yaitu
secara berturut-turut hingga 2011, neraca transaksi berjalan mengalami surplus
dengan masing-masing sebesar US$ 4,09 miliar dan US$ 5,78 miliar di masa
krisis ekonomi tahun 1998 dan tahun 1999. Setelah masa krisis , neraca transaksi
berjalan terus mengalami kenaikan. Akan tetapi terjadi penurunan yang sangat
tajam di tahun 2005 dan 2008. Dimana nilai transaksi berjalan hanya sebesar US$
278 juta di tahun 2005 dan US$ 126 juta di tahun 2008 . Hal ini terjadi akibat
adanya tekanan yang signifikan terhadap kinerja neraca pembayaran Indonesia
(NPI) yang diberikan oleh krisis keuangan global yang semakin memburuk sejak
September 2008.
4
Adanya perkembangan ekonomi global dan domestik yang semakin membaik
berdampak pada neraca pembayaran awal tahun 2009 hingga akhir 2011 yang
membaik dengan menunjukan angka dalam keadaan surplus. Dan transaksi neraca
berjalan dengan tahun yang sama pun mengalami surplus dimana terjadi surplus
cukup tinggi pada akhir 2009 yaitu seesar US$ 10,63 miliar. Tetapi sebaliknya,
sejak akhir 2011 hingga saat ini yaitu awal 2015, neraca transaksi berjalan terus
mengalami defisit. Defisit ini merupakan defisit pertama kali yang terus menerus
terjadi sejak berakhirnya krisis ekonomi tahun 1997/1998 dan 2008.
Defisit neraca perdagangan telah terjadi lagi dalam beberapa tahun ini sebagian
besar terjadi pada jenis perdagangan umum yaitu kegiatan impor yang terus
mengalami peningkatan, sedangkan pada jenis barang ekspor yang diolah
mengalami penurunan. Ketidakseimbangan neraca transaksi berjalan bersumber
dari permasalahan di sektor pangan, energi, rendahnya daya saing energi,
ketergantungan terhadap ekspor komoditas, serta ketergantungan terhadap impor
bahan baku dan barang modal. Impor bahan bakar minyak (BBM) dan minyak
mentah serta impor pangan hortikultura adalah pemicu utama terjadinya defisit
neraca transaksi berjalan Indonesia.
Sedangkan pergerakan defisit anggaran, setiap tahun semakin meningkat.
Keadaan APBN pernah mengalami surplus di tahun 1994 hingga tahun 1996.
Dimana secara berturut-turut anggaran yang menunjukan surplus sebesar 3,81
triliun rupiah di tahun 1994. Kemudian pada tahun 1995, meningkat sebesar 6,01
triliun rupiah dan sebesar 4,06 triliun rupiah di tahun berikutnya. Sejak masa
krisis ekonomi di tahun 1998 hingga sekarang keadaan APBN terus dalam
5
keadaan defisit. Pergerakan defisit yang begitu besar terjadi sejak tahun 2011
sampai tahun 2014. Pada tahun 2014, keadaan defisit membengkak hingga
mencapai angka 260,46 triliun rupiah.
Menurut Laporan tahunan Bank Indonesia (2014) untuk keadaan neraca transaksi
berjalan yaang mengalami defisit dari sisi neraca jasa, defisit ini disebabkan oleh
meningkatnya pembayaran jasa transportasi barang impor dan jumlah warga
negara Indonesia yang bepergian ke luar negeri. Sementara itu, defisit neraca
pendapatan terjadi karena laba dan bunga yang diperoleh investor asing atas
investasi mereka di dalam negeri yang terus meningkat seiring dengan nilai
investasi mereka yang bertambah. Saat ini kinerja sisi neraca perdagangan sangat
menghawatirkan . Melemahnya kinerja perdagangan ini terutama disebabkan oleh
melemahnya permintaan dan jatuhnya harga-harga komoditas ekspor unggulan
karena faktor krisis global. Di sisi lain, tingginya permintaan domestik (baik
konsumsi maupun investasi) mengakibatkan impor mengalami peningkatan.
Adanya neraca transaksi berjalan yang terus mengalami defisit, khususnya dari
sisi neraca perdagangan dan ditambah lagi keadaan APBN yang defisit pula
dengan tidak seimbangnya keadaan perekonomian akan sangat membahayakan
bagi perekonomian Indonesia apabila tidak ada kebijakan dalam mengatasi
fenomena tersebut. Hal ini mengingat bahwa neraca transaksi berjalan dan APBN
merupakan salah satu barometer penting di mata pelaku ekonomi, baik domestik
maupun luar negeri. Saat ini melemahnya kinerja neraca transaksi berjalan
tersebut telah direspon secara negatif oleh pasar. Meski neraca modal dalam NPI
mengalami peningkatan, namun akibat kombinasi defisit neraca transaksi berjalan
6
dan defisit anggaran tersebut, telah menyebabkan depresiasi nilai tukar Rupiah
terhadap USD cenderung melemah selama tahun 2014 yang telah menembus di
angka 13.000. Sampai saat ini Rupiah menunjukkan kinerja yang paling buruk
jika dibandingkan dengan mata uang pada kawasan Asia Tenggara. Implikasi dari
pelemahan Rupiah ini menyebabkan cadangan devisa tergerus dari sebesar
USD111,99 milyar menjadi USD106,6 milyar pada 2014 .
Strategi perencanaan pemerintah mengenai anggaran pendapatan dan belanja
negara yang defisit memberikan proyeksi untuk alokasi dana yang lebih produktif,
sehingga kedepan anggaran yang telah terbebani utang dapat terlunasi sebagai
timbal balik dari hasil produktifitas yang diharapkan. Di sisi lain kondisi
perekonomian suatu negara dan luar negeri, kegiatan ekspor impor suatu negara
akan bergantung. Ketika suatu negara mengalami kelebihan impor daripada
ekspor, maka negara tersebut mengalami defisit neraca transaksi berjalan. Neraca
transaksi berjalan yang terus mengalami defisit sangat berbahaya ditambah
anggaran APBN yang selalu dibuat defisit makin memperparah keadaan
perekonomian. Hal ini menimbulkan twin deficit, dimana tidak hanya terjadi di
Indonesia tetapi juga di berbagai negara. Menurut Nizar (2013) mengemukakan
bahwa Twin Deficit sendiri merupakan kondisi dimana transaksi berjalan (currect
account) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mengalami
defisit dalam periode yang sama. Dan terjadinya twin deficit disebabkan oleh
krisis, impor tinggi, ekspor rendah, penerimaan rendah.
Menurut Laporan Bank Indonesia (2012) anggaran dan kondisi transaksi berjalan
yang defisit dalam jangka panjang tentu saja memberikan sinyal bahwa dalam
7
pembiayaan utang suatu negara semakin besar dengan pendapatan yang selalu
dibawahnya. Selain itu, pembiayaan utang luar negeri ataupun pembiayaan impor
tersebut menggunakan cadangan devisa. Namun cadangan devisa yang terus
menerus turun, akan membahayakan perekonomian suatu negara. Dan hal penting
dampak turunnya cadangan devisa suatu negara sendiri yaitu mengakibatkan mata
uang negara tidak aman. Sebagaimana telah diketahui bahwa salah satu cara untuk
menjaga nilai mata uang agar tetap stabil adalah menggunakan cadangan devisa
suatu negara, apalagi negara tersebut menggunakan sistem nilai tukar tetap. Pada
arus perdagangan, upaya untuk menjaga daya saing ekspor dan menekan impor
dapat dipengaruhi oleh kebijakan nilai tukar terhadap valas. Perubahan nilai tukar
terhadap valas dapat dipengaruhi dari perubahan harga barang-barang ekspor dan
impor. Semakin tinggi harga barang yang diekspor, semakin turun nilai tukar mata
uang negara pengekspor dan sebaliknya. Di sisi lain infalsi merupakan gejala
ekonomi yang sangat menarik untuk diperhatikan. Inflasi tinggi menyebabkan
harga barang impor lebih murah dari pada barang yang diproduksi didalam negeri.
Oleh karena itu, inflasi akan membuat impor berkembang lebih cepat
dibandingkan dengan ekspor. Disamping itu aliran modal keluar akan lebih
banyak dari pada yang masuk ke dalam negeri (Nasaruddin, 2002).
Keberadaan budget deficit dan current account deficit yang terlalu besar diyakini
dapat mengganggu sustainabilitas makroekonomi suatu negara dalam jangka
panjang (Lau dkk., 2010 dan Baharumshah dkk, 2009). Peningkatan pada kedua
defisit dapat mendorong peningkatan utang sebagai alternatif pembiayaan yang
selanjutnya dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat dan menghambat
pembangunan ekonomi (Anoruo dan Ramchander, 1998).
8
Hubungan antara budget deficit dan current account deficit dilatarbelakangi oleh
dua teori besar dalam ilmu ekonomi. Pertama, hipotesis konvensional/twin deficits
hypothesis yang didasari teori perekonomian terbuka Mundell-Fleming yang
menyatakan adanya hubungan positif dari budget deficit ke current account deficit
dalam jangka panjang melalui tingkat bunga dan nilai tukar dan Keynesian
absorption melalui permintaan agregat. Kedua, Ricardian equivalence yang
meyakini bahwa kedua defisit bersifat independen/tidak ada hubungan (Bagheri et
al., 2012; Baharumshah et al., 2009; Pahlavani dan Saleh, 2009).
Penelitian mengenai hubungan antara budget deficit dan current account deficit
telah banyak dilakukan di berbagai negara termasuk Indonesia dengan periode dan
pendekatan yang berbeda. Akan tetapi banyak dari penelitian tersebut yang
mengabaikan masalah structural break yang terjadi dalam perekonomian dan
berpengaruh terhadap variabel penelitian. Holmes (2011) dan Bagnai (2006)
menekankan bahwa pengabaian terhadap masalah structural break dalam analisis
data dapat mengarahkan kepada hasil penelitian yang bias. Sedangkan Hakro
(2009) dan Abell dalam Bagheri et al. (2012) lebih menekankan pada pemilihan
variabel mediasi dimana budget deficit tidak memiliki hubungan yang bersifat
langsung dengan current account deficit.
Oleh karena itu dalam penelitian ini pemulis ingin menganalisis tentang “ Analisis
Defisit Kembar di Indonesia Periode 1991-2014. Dimana dalam penelitian ini
menggunakan data tahunan dan metode yang dipakai adalah metode Error
Correction Model untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikat dalam jangka pendek.
9
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka didapatlah
permasalahan sebagai berikut yaitu :
1. Apakah Neraca Transaksi Berjalan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Defisit Anggaran di Indonesia dalam jangka pendek ?
2. Apakah Nilai Tukar berpengaruh positif dan signifikan terhadap Defisit
Anggaran di Indonesia dalam jangka pendek ?
3. Apakah Inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Defisit Anggaran
di Indonesia dalam jangka pendek ?
4. Apakah Neraca Transaksi Berjalan, Nilai Tukar, dan Inflasi berpengaruh
secara bersama-sama dan signifikan terhadap Defisit Anggaran di Indonesia
dalam jangka pendek ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Neraca Transaksi Berjalan
terhadap Defisit Anggaran di Indonesia dalam jangka pendek.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Nilai Tukar terhadap Defisit
Anggaran di Indonesia dalam jangka pendek.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Inflasi terhadap Defisit
Anggaran di Indonesia dalam jangka pendek.
4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh bersama-sama antara Neraca
Transaksi Berjalan , Nilai Tukar, dan Inflasi terhadap Defisit Anggaran di
Indonesia dalam jangka pendek.
10
D. Kerangka Pemikiran
Penulisan ini dimaksudkan untuk menganalisa bagaimana pengaruh variabel
bebas neraca transaksi berjalan, nilai tukar, dan inflasi terhadap defisit anggaran
yang terjadi di Indonesia. Terjadinya defisit neraca teransaksi berjalan selama tiga
tahun terakhir ini sangat menimbulkan kekhawatiran bagi perekonomian
Indonesia. Selama beberapa dekade, neraca transaksi berjalan selalu mengalami
surplus dan sekarang bergeser menjadi defisit. Beberapa kalangan beranggapan,
dimana sebagian kalangan menganggap hal tersebut merupakan fenomena biasa
akibat dari peningkatan permintaan agregat sebagi imbas dari pertumbuhan
konsumsi domestik dan peningkatan kinerja sektor industri. Tetapi sebagian
kalangan lain beranggap bahwa hal ini harus cepat disikapi karena apabila
dibiarkan akan berdampak lebih buruk terhadap perekonomian Indonesia yang
akan mengembalikan perekonomian pada keadaan krisis seperti Tahun
1997/1998.
Menurut Laporan Bank Indonesia (2012) strategi perencanaan pemerintah
mengenai anggaran pendapatan dan belanja negara yang defisit memberikan
proyeksi untuk alokasi dana yang lebih produktif, sehingga kedepan anggaran
yang telah terbebani utang dapat terlunasi sebagai timbal balik dari hasil
produktifitas yang diharapkan. Di sisi lain kondisi perekonomian suatu negara
dan luar negeri, kegiatan ekspor impor suatu negara akan bergantung. Ketika
suatu negara mengalami kelebihan impor daripada ekspor, maka negara tersebut
mengalami defisit transaksi neraca berjalan. Kreinin (2002) menjelaskan bahwa
perhitungan neraca transaksi berjalan terdiri dari neraca perdagangan yang
11
mencatat komoditas ekspor dan impor, neraca bersih , dan transfer. Perubahan
pada setiap nilai tersebut akan secara langsung menentukan naik turunnya nilai
transaksi berjalan. Perubahan kondisi perekonomian secara umum mengakibatkan
perubahan pula pada nilai transaksi berjalan.
Neraca transaksi berjalan yang terus mengalami defisit sangat berbahaya ditambah
anggaran APBN yang selalu dibuat defisit makin memperparah keadaan
perekonomian. Hal ini menimbulkan twin deficit, dimana tidak hanya terjadi di
Indonesia tetapi juga di berbagai negara. Twin Deficit sendiri merupakan kondisi
dimana transaksi berjalan (currect account) , Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) mengalami defisit dalam periode yang sama. Terjadinya twin
deficit disebabkan oleh krisis, impor tinggi, ekspor rendah, penerimaan rendah.
Hubungan antara budget deficit dan current account deficit dilatarbelakangi oleh
dua teori besar dalam ilmu ekonomi. Pertama, hipotesis konvensional/twin deficits
hypothesis yang didasari teori perekonomian terbuka Mundell-Fleming yang
menyatakan adanya hubungan positif dari budget deficit ke current account deficit
dalam jangka panjang (Bagheri dkk., 2012; Baharumshah dkk., 2009; Pahlavani
dan Saleh, 2009).
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penelitian ini diantaranya meliputi
defisit anggaran, neraca transaksi berjalan, nilai tukar dan inflasi. Berdasarkan
uraian teori-teori ekonomi yang berhubungan dengan fenomena defisit kembar.
Dan hasil penelitian terdahulu, maka dibentuk kerangka berfikir untuk
menganalisis pengaruh variabel yang terdiri dari neraca transaksi berjalan, nilai
tukar, dan inflasi terhadap defisit anggaran.
12
Defisit Kembar
Fenomena Defisit Kembar
Dipengaruhi Situasi
Makroekonomi
Defisit Anggaran
Neraca Transaksi
Berjalan
Nilai Tukar
Inflasi
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
E. Hipotesis
1. Diduga Neraca Transaksi Berjalan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Defisit Anggaran di Indonesia dalam janga pendek.
2. Diduga Nilai Tukar berpengaruh positif dan signifikan terhadap Defisit
Anggaran di Indonesia dalam janka pendek.
3. Diduga Inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Defisit Anggaran
di Indonesia dalam jangka pendek.
4. Diduga Neraca Transaksi Berjalan, Nilai Tukar, dan Inflasi berpengaruh
secara bersama-sama dan signifikan terhadap Defisit Anggaran di Indonesia
dalam jangka pendek.
13
F. Sistematika Penulisan
BAB I
Pendahuluan. Menguraikan mengenai latar belakang masalah
penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, Hipotesis,
kerangka pemikiran, dan sistematika penulisan dari penelitian ini.
BAB II
Tinjauan Pustaka. Menguraikan mengenai landasan teori yang
digunakan dalam penelitian ini yang diperoleh dari literature dan
sumber lainnya, dan penelitian-penelitian terdahulu yang memperkuat
penelitian ini dan sebagai referensi dan perbandingan.
BAB III
Metodelogi Penelitian. Menguraikan bagaimana penelitian ini
dilakukan yang terdiri dari definisi operasional variabel, jenis dan
sumber data, populasi dan teknik pengambilan sampel, prosedur dan
metode analisis data.
BAB IV
Hasil dan Pembahasan. Menguraikan mengenai pembahasan dari
deskripsi obyek penelitian dan hasil analisis data yang terdiri dari
pengujian data secara parsial dan bersama-sama.
BAB V
Simpulan dan saran. Menguraikan mengenai kesimpulan dari
penelitian ini serta saran-saran bagi penelitian di masa yang akan
datang.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1.
Defisit Kembar
Menurut Marinheiro (2008), defisit kembar atau juga bisa disebut defisit ganda
(twin deficit) merupakan keadaan dimana terjadi defisit anggaran pemerintah
akan menimbulkan keadaan yang serupa dalam defisit neraca transaksi berjalan.
Defisit fiskal atau defisit anggaran pemerintah adalah defisit yang disebabkan
oleh besaran pengeluaran pemerintah lebih besar daripada jumlah
penerimaannya, sehingga hal inilah yang disebut defisit. Keadaan sebaliknya jika
besaran penerimaannya melebihi daripada jumlah pengeluaran pemerintah
disebut dengan surplus.
Hubungan antara defisit anggaran pemerintah dan defisit neraca transaksi
berjalan masih diperdebatkan dikalangan peneliti. Hipotesis defisit kembar
mengatakan bahwa kenaikan dalam defisit anggaran pemerintah akan
menyebabkan adanya kenaikan yang serupa di dalam defisit neraca transaksi
berjalan. Banyak yang menguji hipotesis ini, namun hasil penelitian tidak semua
sama karena negara yang diteliti dan teknik ekonometrika yang digunakan
berbeda-beda (Merza dkk., 2012).
15
2.
Hubungan Twin Deficits dalam Pendapatan Nasional
Pemerintah seringkali melakukan kebijakan anggaran yang bersifat ekspansif dan
mengakibatkan budget deficit. Budget deficit dapat terjadi jika peningkatan
pengeluaran pemerintah di satu sisi tidak diimbangi dengan peningkatan
penerimaan pemerintah di sisi lainnya. Berdasarkan literatur mengenai
perekonomian terbuka, budget deficit diyakini dapat mengakibatkan terjadinya
defisit pada current account. Hubungan ini dapat dijelaskan melalui persamaan
identitas pendapatan nasional sebagai berikut:
=
+ +
+( -
)
1. dimana Y adalah pendapatan nasional, C adalah konsumsi swasta, I adalah
investasi, G adalah pengeluaran pemerintah, x adalah ekspor, dan m adalah
impor barang dan jasa. Karena Y - C – G = S dan S = Sg+ Sp, sedangkan
=
-
-
dan
=
-
- , maka:
=
- +( -
-
)
2. Sisi sebelah kiri merupakan keseimbangan eksternal, sedangkan sebelah
kanan adalah keseimbangan internal. Jika nilai Sp dan I pada persamaan
diatas konstan sepanjang waktu maka fluktuasi yang terjadi pada public
saving (budget) akan tercermin pada fluktuasi nilai CA dan terjadi twin
deficits.
Sebaliknya, jika nilai Sp dan I tidak konstan sepanjang waktu maka penurunan
public saving akan direspon dengan peningkatan private saving sehingga CA
tidak berubah atau terjadi Ricardian equivalence (Thomas dan Abderrezak dalam
penelitian Merza et al., 2012).
Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang ada, hubungan antara budget deficit
dengan current account deficit masih kontroversial dan ambigu. Secara teori
16
setidaknya ada empat bentuk kemungkinan hubungan di antara kedua defisit
yaitu: hubungan satu arah dari budget deficit ke current account deficit, current
account deficit ke budget deficit, hubungan dua arah pada kedua defisit, dan
independen/tidak berhubungan. Hubungan tersebut diuraikan sebagai berikut:
2.1. Hipotesis Konvensional Twin Deficits
Hipotesis konvensional mengenai hubungan twin deficits dapat dijelaskan melalui
dua teori dasar. Pertama, berdasarkan teori Keynesian absorption yang
menyatakan bahwa peningkatan budget deficit mendorong peningkatan aggregate
demand dan pendapatan nasional yang mengakibatkan terjadinya peningkatan
impor dan memperburuk current account. Kedua, berdasarkan Mundell-Fleming
framework yang menyatakan bahwa peningkatan budget deficit pemerintah akan
mengakibatkan turunnya tabungan nasional yang mendorong naiknya tingkat
bunga domestik dan menarik capital inflows. Peningkatan capital inflows
mengakibatkan permintaan mata uang domestik meningkat dan mendorong
terjadinya apresiasi. Apresiasi mata uang domestik selanjutnya mendorong
terjadinya peningkatan impor dan penurunan ekspor sehingga current account
memburuk (Bagheri dkk., 2012).
Dalam penelitian ini menggunakan satu model dasar yaitu Model MundellFleming karena model tersebut membedakan pengaruh ekspansi fiskal pemerintah
berdasarkan sistem nilai tukar yang diterapkan dalam perekonomian sebuah
negara dengan asumsi mobilitas modal yang bersifat sempurna. Pada sistem nilai
tukar tetap, kebijakan fiskal ekspansif pemerintah menggeser kurva IS ke kanan
dan menaikkan tingkat bunga yang kemudian menarik capital inflows. Kenaikan
17
capital inflows meningkatkan permintaan terhadap mata uang domestik dan
mengakibatkan terjadinya apresiasi nilai tukar. Untuk mengembalikan nilai tukar
pada posisi yang telah ditetapkan, Bank Sentral harus menambah jumlah uang
yang beredar. Penambahan jumlah uang beredar selanjutnya akan menggeser
kurva LM ke kanan dan mengembalikan tingkat bunga domestik dan nilai tukar ke
posisi semula, sementara pendapatan nasional meningkat dari Y ke Y2.
Gambar 3. Pengaruh Ekspansi Fiskal terhadap Pendapatan Nasional pada
Sistem Nilai Tukar Tetap
Walaupun nilai tukar kembali ke posisi semula, peningkatan pendapatan nasional
tetap mendorong naiknya aggregate demand dan impor dalam jangka pendek.
Sedangkan dalam jangka panjang, apresiasi riil mata uang domestik akan
menurunkan daya saing ekspor dan meningkatkan impor yang memperburuk
current account (Vyshnyak, 2000).
Berbeda dengan sistem nilai tukar tetap, ekspansi fiskal yang dilakukan
pemerintah pada nilai tukar mengambang tidak dapat mempengaruhi pendapatan
nasional. Ekspansi fiskal pemerintah menggeser kurva IS ke kanan dan
18
mendorong naiknya tingkat bunga domestik yang selanjutnya menarik capital
inflows. Dengan jumlah uang beredar tetap, peningkatan capital inflows
mendorong terjadinya apresiasi nilai tukar domestik yang mengakibatkan
mahalnya produk domestik di luar negeri dan turunnya ekspor, sementara di sisi
lain permintaan impor akan meningkat sehingga current account memburuk dan
mengembalikan kurva IS dan Y ke posisi semula.
Gambar 4. Pengaruh Ekspansi Fiskal terhadap Pendapatan Nasional pada
Sistem Nilai Tukar Mengambang
Hasil penelitian yang mendukung teori ini diantaranya adalah Vyshnyak (2000)
yang menemukan adanya hubungan twin deficits pada budget deficit dan current
accout deficit di negara Ukraina, Salvatore (2006) pada negara anggota G-7, dan
Hakro (2009) yang menemukan bahwa budget deficit mempengaruhi current
account di negara Pakistan melalui variabel inflasi, tingkat bunga, dan nilai tukar.
Selain itu, Bagheri et al. (2012) juga menemukan hubungan yang sama pada
perekonomian negara Iran.
19
2.2. Reverse Causation atau Current Account Targeting
Bentuk hubungan yang kedua adalah hubungan satu arah dari current account
deficit ke budget deficit, hubungan ini berlawanan dengan asumsi twin deficits
sehingga dikenal dengan reverse causation. Posisi current account yang terus
memburuk dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menurunkan
pendapatan nasional karena dapat mengurangi cadangan devisa atau bahkan
meningkatkan utang sebagai sumber pembiayaan.
Penurunan pendapatan nasional diikuti peningkatan akumulasi utang selanjutnya
akan membebani anggaran pemerintah sehingga terjadi budget deficit (Kalou dan
Palaelogou, 2012). Sedangkan menurut Anoruo dan Ramchander (1998),
hubungan ini biasanya terjadi pada negara berkembang dimana pemerintah akan
cenderung memperbesar pengeluarannya untuk mengatasi masalah
ketidakseimbangan perdagangan terutama jika dianggap dapat mengancam
industri manufaktur domestik dan market share di luar negeri. Penelitian yang
memberikan hasil sama dengan penjelasan di atas antara lain adalah penelitian
Ardiyanto (2006) dengan menggunakan metode VAR pada negara Indonesia
periode 1981-2004, Bose dan Jha (2011) pada perekonomian negara India, juga
Kalou dan Palaelogou (2012) pada negara Yunani.
2.3. Ricardian Equivalence
Pemikiran utama dari hipotesis ini adalah tidak adanya hubungan antara budget
deficit dengan current account deficit sehingga peningkatan budget deficit tidak
akan berpengaruh terhadap tingkat bunga, nilai tukar, dan current account.
20
Dengan menggunakan asumsi bahwa informasi sempurna dan masyarakat berpikir
secara rasional, peningkatan budget deficit pemerintah sebagai dampak
pemotongan pajak pada waktu sekarang akan mendorong pemerintah untuk
menaikkan pajak pada waktu yang akan datang untuk membayar utang atas
pengeluaran yang dilakukan pada saat ini sehingga masyarakat akan menyimpan
tambahan pendapatan dari kebijakan pemotongan pajak untuk mengantisipasi
kenaikan pajak pada masa depan.
Akibatnya, penurunan tabungan nasional karena penurunan tabungan pemerintah
akan tertutupi dengan peningkatan tabungan swasta/masyarakat dengan jumlah
yang sama. Hipotesis ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Kufmann
et al. (1999) di negara Austria dengan menggunakan variabel current account,
budget balance, government spending, term of trade, long term interest rate,
labor productivity, GDP, dan German industrial production sebagai proksi
foreign income.
2.4. Feldstein-Horioka Puzzle
Hubungan yang terakhir adalah hubungan dua arah antara budget deficit dan
current account deficit. Hubungan ini didasari hasil penelitian dari Feldstein dan
Horioka yang menemukan adanya korelasi yang kuat antara tabungan dengan
investasi domestik. Padahal, di bawah asumsi mobilitas modal yang sempurna
seharusnya investasi domestik berkorelasi lemah dengan tabungan domestik
karena investasi domestik dapat dibiayai dari tabungan luar negeri.
21
Menurut Baharumshah dan Lau (2004), jika budget deficit pemerintah dalam
sebuah perekonomian yang menganut sistem nilai tukar tetap dibiayai dengan
pinjaman luar negeri (pasar internasional) yang terlalu besar maka akan terjadi
ekspansi moneter yang mendorong terjadinya ketidakseimbangan pada pasar uang
dan berakibat pada memburuknya current account. Sementara jika harga ekspor
meningkat karena kenaikan permintaan dunia maka saldo current account akan
membaik, peningkatan ini juga dapat mendorong naiknya penerimaan pemerintah
dari penerimaan ekspor sehingga budget deficit turun.
Hubungan di atas didukung oleh hasil penelitian Pahlavani dan Saleh (2009) pada
negara Filipina dengan menggunakan data budget balance dan current account
balance, Baharumshah dan Lau (2004) pada negara Malaysia. Taban dan Atlintaᶊ
(2011) juga menemukan adanya hubungan dua arah pada kedua defisit, dimana di
satu sisi budget deficit mempengaruhi current account deficit, dan di sisi lain
current account mempengaruhi budget deficit melalui variabel investasi.
Sementara itu, penelitian twin deficits yang menggunakan uji formal terhadap
masalah structural break dilakukan oleh Bagnai (2006), Baharumshah dan Lau
(2009), serta Kalou dan Palaelogou (2012). Bagnai (2006) menemukan bahwa
structural break memberikan hasil yang lebih jelas mengenai hubungan jangka
panjang mengenai current account deficit dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Kalou dan Palaelogou (2012) menemukan adanya masalah
structural break pada data penelitian yang secara statistik berpengaruh signifikan
pada hubungan kedua defisit. Sedangkan Baharumshah dan Lau (2009)
menemukan adanya hubungan twin deficits pada negara Indonesia setelah
22
memasukan structural break pada analisis data, hasil ini berbeda dengan
penelitian Lau et al. (2010), Ardiyanto (2006), Anoruo dan Ramchander (1998)
yang menemukan adanya hubungan positif dari current account ke budget deficit
di Indonesia.
3.
Defisit Anggaran
3.1. Definisi Defisit Anggaran
Menurut Rahardja dan Manurung (2004) defisit anggaran adalah anggaran yang
memang direncanakan untuk defisit, sebab pengeluaran pemerintah direncanakan
lebih besar dari penerimaan pemerintah (G>T). Anggaran yang defisit ini
biasanya ditempuh bila pemerintah ingin menstimulasi pertumbuhan ekonomi.
Hal ini umumnya dilakukan bila perekonomian berada dalam kondisi resesi.
Definisi dari defisit anggaran menurut Samuelson dan Nordhaus adalah suatu
anggaran dimana terjadi pengeluaran lebih besar dari pajak. Sedangkan menurut
Dornbusch, Fischer dan Startz defisit anggaran adalah selisih antara jumlah uang
yang dibelanjakan pemerintah dan penerimaan dari pajak. Dornbusch, Fischer,
dan Startz mengatakan bahwa Pemerintah secara keseluruhan, terdiri dari
Departemen Keuangan bersama Bank Sentral dapat membiayai defisit
anggarannya dengan dua cara yaitu dengan menjual obligasi maupun ”mencetak
uang”. Bank Sentral dikatakan ”mencetak uang” ketika Bank Sentral
meningkatkan stok uang primer, umumnya melalui pembelian pasar terbuka
dengan membeli sebagian utang yang dijual Departemen Keuangan (Efendi,
2009).
23
Ada dua kemungkinan jenis hubungan yang terjadi antara defisit anggaran dengan
pertumbuhan uang. Pertama, dalam jangka pendek kenaikan defisit yang
disebabkan karena kebijakan ekpansioner akan cenderung menaikan suku bunga
nominal dan riil. Jika Bank Sentral menjaga supaya suku bunga tidak naik, maka
dilakukan tindakan dengan meningkatkan pertumbuhan uang. Kedua, pemerintah
dengan sengaja menaikan persediaan uang dengan maksud agar mendapat
penerimaan pemerintah dalam jangka panjang (Efendi, 2009).
Terdapat beberapa definisi defisit. Secara konvensional, defisit dihitung
berdasarkan selisih antara total belanja dengan total pendapatan termasuk hibah.
Sementara itu, pengertian kedua adalah defisit moneter. Defisit moneter adalah
selisih antara total belanja pemerintah (di luar pembayaran pokok hutang) dengan
total pendapatan (di luar penerimaan hutang). Pengertian ketiga adalah defisit
operasional, yaitu defisit moneter yang diukur dalam nilai riil dan bukan nilai
nominal. Definisi yang terakhir adalah defisit primer. Defisit primer merupakan
selisih antara belanja (di luar pembayaran pokok dan bunga hutang) dengan total
pendapatan. Selain itu, masih terdapat beberapa definisi dari defisit dan sangat
tergantung pada kriteria yang digunakan serta tujuan analisis. Biasanya pilihan
konsep defisit yang tepat tergantung oleh beberapa faktor, antara lain: jenis
ketidakseimbangan yang terjadi, cakupan pemerintah (pemerintah pusat,
konsolidasi pemerintah, dan sektor publik), metode akuntasi (cash dan accrual
basis), dan status dari contingent liabilities (Simanjuntak , 2010).
24
3.2.
Sebab-sebab Terjadinya Defisit Anggaran Pemerintah
Terjadinya suatu defisit pada anggaran pemerintah pasti disebabkan oleh berbagai
hal, yaitu sebagai berikut :

Mempercepat pertumbuhan ekonomi, untuk mempercepat pembangunan
diperlukan investasi yang besar dan dana yang besar pula. Apabila dana
dalam negeri tidak mencukupi, biasanya negara melakukan pilihan dengan
meminjam ke luar negeri untuk menghindari pembebanan warga negara
apabila kekurangan itu ditutup melalui penarikan pajak.

Rendahnya daya beli masyarakat, masyarakat di negara berkembang seperti
Indonesia yang mempunyai pendapatan per kapita rendah, dikenal
mempunyai daya beli yang rendah pula. Sedangkan barang-barang dan jasajasa yang dibutuhkan, harganya sangat tinggi karena sebagian produksinya
mempunyai komponen impor, sehingga masyarakat yang berpendapatan
rendah tidak mampu membeli barang dan jasa tersebut. Barang dan jasa
tersebut misalnya listrik, sarana transportasi, BBM, dan lain sebagainya.
Apabila dibiarkan saja menurut mekanisme pasar, barang-barang itu pasti
tidak mungkin terjangkau oleh masyarakat dan mereka akan tetap terpuruk.
Oleh karena itu, negara memerlukan pengeluaran untuk mensubsidi barangbarang tersebut agar masyarakat miskin bisa ikut menikmati.

Pemerataan pendapatan masyarakat, pengeluaran ekstra juga diperlukan
dalam rangka menunjang pemerataan di seluruh wilayah. Indonesia yang
mempunyai wilayah sangat luas dengan tingkat kemajuan yang berbeda-beda
di masing-masing wilayah. Untuk mempertahankan kestabilan politik,
persatuan dan kesatuan bangsa, negara harus mengeluarkan biaya untuk
25
misalnya, pengeluaran subsidi transportasi ke wilayah yang miskin dan
terpencil, agar masyarakat di wilayah itu dapat menikmati hasil pembangunan
yang tidak jauh berbeda dengan wilayah yang lebih maju. Kegiatan itu
misalnya dengan memberi subsidi kepada pelayaran kapal perintis yang
menghubungkan pulau-pulau yang terpencil, sehingga masyarakat mampu
menjangkau wilayah-wilayah lain dengan biaya yang sesuai dengan
kemampuannya.

Melemahnya nilai tukar, Indonesia yang sejak tahun 1969 melakukan
pinjaman luar negeri, mengalami masalah apabila ada gejolak nilai tukar
setiap tahunnya. Masalah ini disebabkan karena nilai pinjaman dihitung
dengan valuta asing, sedangkan pembayaran cicilan pokok dan bunga
pinjaman dihitung dengan rupiah. Apabila nilai tukar rupiah menurun
terhadap mata uang dollar AS, maka yang akan dibayarkan juga meningkat.

Pengeluaran karena inflasi, penyusunan anggaran negara pada awal tahun,
didasarkan menurut standar harga yang telah ditetapkan. Harga standar itu
sendiri dalam perjalanan tahun anggaran, tidak dapat dijamin ketepatannya.
Dengan kata lain, selama perjalanan tahun anggaran standar harga itu dapat
meningkat tetapi jarang yang menurun. Apabila terjadi inflasi, dengan
adanya kenaikan harga-harga itu berarti biaya pembangunan program juga
akan meningkat, sedangkan anggarannya tetap sama. Semuanya ini akan
berakibat pada menurunnya kuantitas dan kualitas program, sehingga
anggaran negara perlu direvisi (Efendi, 2009).
Masalah utama kelangsungan APBN adalah masih adanya defisit anggaran.
Persoalannya adalah bagaimana dapat menjaga defisit anggaran pada tingkat yang
26
aman sehingga defisit tersebut masih dapat dicarikan pembiayaannya. Penjelasan
Pasal 12 ayat 3 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
menyebutkan bahwa defisit anggaran dibatasi maksimal sebesar 3 persen dan
utang maksimal 60 persen dari produk domestik bruto (PDB) (Kuncoro, 2011).
4.
Neraca Transaksi Berjalan
4.1. Pengertian Neraca Transaksi Berjalan
Menurut Tambunan, 2001 menjelaskan bahwa neraca transakasi berjalan
merupakan komponen dari neraca pembayaran yang mencatat neraca
perdagangan, neraca jasa, pendapatan atas investasi dan transaksi uniteral.
Neraca barang dan neraca jasa disebut juga neraca transaksi berjalan (current
account). Rekening transaksi berjalan (current account) merupakan sub NP
yang mencatat seluruh transaksi barang dan jasa. Pos ini merupakan golongan
terbesar dalam neraca pembayaran, yang meliputi transaksi barang.Transaksi
barang ini meliputi ekspor barang, termasuk barang-barang yang bisa dilihat
secara fisik, misalnya minyak, tembakau, tanah, kayu, karet, dan sebagainya.
Ekspor barang merupakan transaksi kredit karena transaksi itu menimbulkan
hak untuk menerima pembayaran (menyebabkan terjadinya aliran uang atau
dana masuk ke dalam negeri). Impor barang meliputi barang-barang konsumsi,
barang modal, dan bahan mentah untuk industri. Impor barang-barang
merupakan transaksi debet karena menimbulkan kewajiban untuk melakukan
pembayaran kepada negara lain (menyebabkan aliran dana atau uang ke luar
negeri).
27
4.2. Komponen-Komponen Neraca Transaksi Berjalan
Neraca transaksi berjalan dapat didefinisikan sebagai jumlah dari neraca
perdagangan, neraca jasa, pendapatan atas investasi dan transaksi uniteral neto.
Dan neraca transaksi berjalan dipengaruhi oleh empat elemen berikut yaitu :
a. Neraca perdagangan (balance of trade), yang mencatat selisih antara ekspor
dan impor barang yang diperdagangkan dalam perdagangan internasional;
b. Neraca jasa (services balance), yang mencatat transaksi ekspor dan impor
jasa, termasuk pembayaran bunga dan dividen, pengeluaran militer dan turis.
c. Pendapatan atas investasi, pendapatan yang didapat dari investasi maupun
investasi portofolio dan pendapatan ini bisa dalam bentuk bunga, deviden,
fee, royalti, dan lain-lain. Pendapatan dicatat disisi kredit dan pembayaran
dicatat disebelah debit.
d. Neraca transfer unilateral (unilateral transfers balance), yang mencatat hibah
baik dari perseorangan maupun pemerintah (misalnya bantuan luar negeri dan
bantuan militer).
5.
Nilai Tukar
Nilai tukar merupakan harga dari satu mata uang dalam mata uang lain (Miskhin,
2008). Nilai tukar satu mata uang terhadap lainnya merupakan bagian dari proses
valuta asing. Dalam penelitian ini nilai tukar yang digunakan yaitu nilai tukar
transaksi tengah yaitu merupakan nilai tengah antara kurs jual dan kurs beli.
Menurut Dornbusch,S dan R.Startz Fisher Perubahan baik itu peningkatan
ataupun penurunan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing
lainnya bisa terjadi karena empat hal, yaitu depresiasi dan apresiasi yang terjadi
28
karena mekanisme pasar serta devaluasi dan revaluasi yang dilakukan secara
resmi oleh pemerintah suatu negara. Setiap negara memiliki suatu sistem kurs
yang biasanya ditentukan oleh kebijakan yang dianut oleh pemerintah di masingmasing negara. Terdapat tiga sistem kurs valuta asing yang dipakai suatu negara,
yaitu sistem kurs bebas (floating), kurs tetap (fixed), dan kurs terkontrol atau
terkendali (controlled).
6. Inflasi
Inflasi adalah kenaikan tingkat harga secara terus menerus dan secara cepat
(Miskhin,2008). Bank Indonesia mengartikan inflasi sebagai meningkatnya hargaharga secara umum dan terus-menerus, berarti kenaikan harga dari satu atau dua
barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas pada
kenaikan harga barang lainnya (Bank Indonesia, 2012). Menurut Nanga, 2005,
faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi yaitu dapat dibedakan menjadi
Inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation) atau inflasi sisi permintaan
(demand-shock inflation), Inflasi dorongan biaya (cost push inflation) atau supply
side inflation, dan Inflasi structural (structural inflation).
B. Tinjauan Empiris
Tabel 1. Ringkasan Hasil Penelitian Empiris
No.
1
Peneliti
Muhammad Afdi
Nizar (2013)
Judul Penelitian
The Effect of Budget
Deficit on Current
Accounts Deficit in
Indonesia
Hasil Penelitian
Hasil penelitiannya
menyimpulkan bahwa defisit
anggran memberikan
pengaruh positif terhadap
defisit
transaksi berjalan. Artinya,
29
2
Guney (2007)
Fiscal Theory of
Exchange Rate
Determination:
Empirical Evidence
from Turkey
3
Lau E., dan
Baharumshah A.Z.
(2004)
On the twin deficits
hypothesis:
Is Malaysia different ?
4
Corsetti G. And G.J.
Müller
Twin Deficits: Squaring
Theory, Evidence and
peningkatan defisit anggaran
akan mendorong
meningkatnya defisit
transaksi berjalan dan ini
sejalan dengan hipotesis
defisit kembar.
Hasil penelitian tersebut
bahwa Kebijakan fiskal yang
ekpansif akan membuat
apresiasi terhadap nilai tukar
mata uang.
Guncangan dalam tingkat
suku bunga juga membuat
terapresiasinya nilai tukar
mata uang.
Hasil penelitian ini
menjelaskan bahwa tingkat
suku bunga (IR), nilai tukar
(ER), defisit anggaran
pemerintah (BD) mempunyai
peranan dalam menjelaskan
neraca transaksi berjalan.
Jika budget deficit pemerintah
dalam sebuah perekonomian
yang menganut sistem nilai
tukar tetap dibiayai dengan
pinjaman luar negeri (pasar
internasional) yang terlalu
besar maka akan terjadi
ekspansi moneter yang
mendorong terjadinya
ketidakseimbangan pada
pasar uang dan berakibat pada
memburuknya current
account. Sementara jika harga
ekspor meningkat karena
kenaikan permintaan dunia
maka saldo current account
akan membaik, peningkatan
ini juga dapat mendorong
naiknya penerimaan
pemerintah dari penerimaan
ekspor sehingga budget deficit
turun.
Hasil penelitian ini
menggunakan model VAR
30
(2006)
5
Vyashnyak (2000)
6
Alkswani M.A.
(2000)
7
M. Cavallo (2005)
Common Sense
untuk menyelidiki transmisi
guncangan fiskal terhadap
keseimbangan eksternal di
Australia, Kanada, Inggris
dan Amerika Serikat. Studi ini
menyimpulkan bahwa negaranegara yang kurang terbuka,
konsolidasi fiskal atau defisit
anggaran terhadap defisit
eksternal (transaksi berjalan)
cenderung terbatas
Twin Deficit Hypothesis: Penelitian dengan
The Case of Ukraine
menggunakan metode
penelitian uji akar unit , dan
uji kointegrasi akan
membutikan mengenai
hipotesis defisit kembar. Data
yang digunakan yaitu data
kuartalan dari tahun 1995Q11999Q4. Hasil yang diperoleh
dari metode penelitian
tersebut maka ditemukannya
dua defisit dari kedua variabel
yang digunakan dalam
penelitian di Ukraina (BD
CA).
The twin deficits
Hasil penelitian ini
phenomenon in
menyimpulkan bahwa ada
petroleum economy:
kausalitas pada defisit neraca
Evidence from Saudi
transaksi berjalan dan defisit
Arabia
anggaran pemerintah (CAD
BD) di Arab Saudi pada
tahun 1970-1999
Government
Hasil studi mereka
menunjukkan bahwa defisit
Consumption
anggaran akibat peningkatan
Expenditures and the
belanja pemerintah sekitar 1%
Current Account
dari PDB menyebabkan
keseimbangan neraca
perdagangan turun sekitar
0.15% dari PDB dan
pemotongan pajak sekitar 1%
dari PDB menyebabkan
memburuknya neraca
perdagangan sekitar 0,12%
dari PDB
III. METODE PENELITIAN
A. Definisi Operasional Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian “Analisis Defisit Kembar Di
Indonesia (Periode 1990-2014) adalah variabel Defisit Anggaran, Neraca
Transaksi Berjalan , Nilai Tukar, dan Inflasi. Batasan atau definisi variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Defisit Anggaran, adalah suatu anggaran dimana terjadi pengeluaran lebih
besar dari pada penerimaan anggaran suatu negara. Data diperoleh dari Nota
Keuangan APBN RI yang dinyatakan dalam satuan triliun rupiah selama
periode 1990-2014.
2. Neraca Transaksi Berjalan, adalah neraca perdagangan yang mengukur
penerimaan dan pengeluaran Indonesia yang berasal dari transaksi barang dan
jasa, pendapatan, dan transfer berjalan. Data diperoleh dari situs
http://www.bi.go.id yang dinyatakan dalam satuan USD $ selama periode
1990-2014.
3. Nilai tukar merupakan harga dari satu mata uang dalam mata uang lain. Nilai
tukar yang digunakan yaitu nilai tukar rupiah terhadap dollar AS transaksi
tengah yaitu merupakan nilai tengah antara nilai tukar jual dan nilai tukar
beli. Data diperoleh dari situs http://www.bi.go.id yang dinyatakan dalam
satuan rupiah selama periode selama periode 1990-2014.
32
4. Inflasi yaitu meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus. Data
inflasi yang digunakan adalah data inflasi berdasarkan Indeks Harga
Konsumen Indonesia, dan satuannya dinyatakan dalam persen. Data diperoleh
dari situs http://www.bi.go.id yang dinyatakan dalam satuan persen selama
selama periode 1990-2014.
Berikut ini merupakan ringkasan deskripsi tentang satuan pengukuran, jenis dan
sumber data dirangkum dalam tabel .
Tabel 2. Ringkasan Deskripsi Data Input
Nama
Variabel
Defisit
Anggaran
Neraca
Transaksi
Berjalan
Nilai Tukar
Inflasi
Simbol
Variabel
DA
Satuan
Pengukuran
Periode
Runtun Waktu
Sumber Data
Miliyar Rp
Tahunan
Nota Keuangan
APBN RI
NTB
USD $
Tahunan
Bank Indonesia
NT
INF
Rp
Persen
Tahunan
Tahunan
Bank Indonesia
Bank Indonesia
B. Jenis dan Sumber Data
Pada penelitian ini data yang digunakan merupakan jenis data time series atau
data runtun waktu yang dimulai dari tahun 1990-2014. Data ini bersumber dari
Bank Indonesia (www.bi.go.id), Kementerian Keuangan, Badan Pusat Statistik
(BPS), dan jurnal-jurnal ekonomi yang berkaitan dengan judul penelitian ini serta
media informasi internet. Selain itu digunakan pula buku-buku bacaan sebagai
referensi yang dapat menunjang penelitian ini.
33
C. Metode Analisis
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
desktiptif kuantitatif dengan menggunakan teori-teori dan data-data yang
berhubungan dengan penelitian ini. Dan untuk mengetahui hubungan antar
variabel maka dilakukan pengujian adalah sebagai berikut :
1. Uji Stasioneritas (Unit Root Test)
Salah satu konsep penting yang harus diingat dalam analisa dengan menggunakan
data time series adalah kondisi data yang stasioner atau tidak stasioner. Data
dikatakan stasioner bila data tersebut memiliki nilai rata-rata dan varian yang tetap
sepanjang waktu. Dengan data yang stasioner model time series dapat dikatakan
lebih stabil dan estimator yang dihasilkan tetap konsisten dan tidak bias. Jika
estimasi dilakukan dengan menggunakan data yang tidak stasioner maka data
tersebut dipertimbangkan kembali validitas dan kestabilannya, karena hasil regresi
yang berasal dari data yang tidak stasioner akan meragukan atau disebut regresi
lancung (spurious regression). Spurious regression adalah situasi dimana hasil
regresi menunjukkan koefisien regresi yang signifikan secara statistik dan nilai
koefisien determinasi yang tinggi namun hubungan antara variabel di dalam
model tidak saling berhubungan (Gujarati, 2003).
Untuk itu, sebelum melakukan analisis lebih lanjut, perlu dilakukan uji
stasioneritas terlebih dahulu terhadap data yang digunakan. Uji stationeritas juga
dilakukan untuk menentukan apakah metode Ordinary Least Square (OLS) dapat
digunakan, sebab salah satu syarat digunakannya OLS untuk data time series
adalah bahwa data harus stasioner. Pada umumnya data ekonomi time series
34
sering kali tidak stasioner pada level series (nonstasioner). Seperti telah dijelaskan
jika data tidak stasioner maka data memiliki masalah spurious regression. Untuk
menghindari masalah ini kita harus mentransformasikan data nonstasioner
menjadi data stasioner melalui proses diferensiasi data. Uji stasioner data melalui
proses diferensiasi ini disebut uji derajat integrasi.
Data yang telah stasioner pada level series, maka data tersebut adalah integrated
of order zero atau I(0). Apabila data stasioner pada differensial tahap 1, maka data
tersebut adalah integrated of order one atau I(1). Jika data belum stasioner pada
deffensiasi satu maka dilanjutkan pada diferensiasi yang lebih tinggi sehingga
diperoleh data yang stasioner. Terdapat beberapa metode pengujian unit root, dua
diantaranya yang saat ini secara luas dipergunakan adalah Augmented DickeyFuller dan Philip-Pheron unit root test. Hipotesis yang digunakan dalam Uji Unit
Root yaitu Ho : Mempunyai Unit Root (Tidak Stasioner) dan Ha : Tidak
Mempunyai Unit Root (Stasioner). Pengambilan keputusan dilakukan dengan
membandingkan antara nilai statistik ADF (ADF) dengan nilai kritis distribusi
statistik Mackinnon (Gujarati,2003)
2. Uji Kointegrasi (Keseimbangan Jangka Panjang)
Konsep kointegrasi pada dasarnya adalah untuk mengetahui kemungkinan adanya
hubungan keseimbangan jangka panjang pada variabel-variabel yang diobservasi.
Dalam konsep kointegrasi, dua atau lebih variabel runtun waktu tidak stasioner
akan terkointegrasi bila kombinasinya juga linier sejalan dengan berjalannya
waktu, meskipun bisa terjadi masing-masing variabelnya bersifat tidak stasioner.
Bila variabel runtun waktu tersebut terkointegrasi maka terdapat hubungan yang
35
stabil dalam jangka panjang. Uji ini dilakukan setelah uji stasioneritas dan
variabel telah terintegrasi pada derajat yang sama.
Uji kointegrasi dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Kointegrrasi EngelGranger (EG). Untuk melakukan uji dari EG ini kita harus melakukan regresi
persamaan, dan kemudian mendapatkan residualnya. Dari residual ini kemudian
kita uji stasioneritasnya dengan ADF atau PP, jika stasioner pada orde level maka
residual bersifat stasioner dan data dikatakan terkointegrasi. Hipotesis dalam uji
kointegrasi yaitu Ho : Tidak terdapat Kointegrasi dan Ha : Terdapat Kointegrasi
(Gujarati, 2003).
3. Penentuan Lag Optimum
Penentuan panjang lag bertujuan untuk mengetahui lamanya periode
keterpengaruhan suatu variabel terhadap variabel masa lalunya maupun terhadap
variabel endogen lainnya. Dalam estimasi kondisi penentuan panjang lag yang
akan digunakan harus diperhatikan. Permasalahan yang muncul apabila panjang
lagnya terlalu kecil akan membuat model tersebut tidak dapat digunakan karena
kurang mampu menjelaskan hubungannya. Sebaliknya jika panjang lag yang
digunakan terlalu besar maka derajat bebasnya (degree of freedom) akan menjadi
lebih besar sehingga tidak efisien lagi dalam menjelaskan hubungan.
Penentuan lag dapat digunakan dengan beberapa metode antara lain Likelihood
Ratio (LR), Final Prediction Error (FPE), Akaike Information Criterion (AIC)
dan Schwarz Information Criterion (SC). Akan tetapi alah satu metode yang
paling umum digunakan untuk menentukan panjang lag adalah dengan melihat
36
Akaike Information Criterion (AIC) yang paling minimum pada keseluruhan
variabel yang akan diestimasi.
4.
Error Correction Model (ECM)
Pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dilakukan dengan metode ECM.
Dalam penelitian ini akan digunakan alat bantu berupa software statistik yaitu
Eviews 7. Analisis ECM digunakan untuk mengoreksi ketidakseimbangan jangka
pendek menuju keseimbangan jangka panjang. Penggunaan model ECM yaitu
untuk mengetahui pengaruh peubah variabel bebas terhadap variabel terikat.
Selain itu dalam ekonometrika ECM berguna dalam mengatasi masalah data time
series yang tidak stasioner dan masalah Spurious regression.
Uji ECM memasukkan penyesuaian (D) untuk melakukan koreksi
ketidakseimbangan jangka pendek. Model Error Correction Model (ECM)
mempunya ciri khas dengan dimasukannya unsur Error Correction Term (ECT)
dalam model. ECT merupakan hal terpenting dalam model ECM. Besarnya
koefisien ECT menunjukkan kecepatan penyesuaian (speed of adjustment) jangka
pendek untuk kembali kekesimbangan jangka panjangnya. Apabila koefisien ECT
signifikan secara statistik, maka spesifikasi model yang digunakan dalam
penelitian adalah valid. Model umum dari ECM adalah sebagai berikut :
ΔYt = α0 + Δβ1Xt-1 + β2ECt-1 + et-1
Model ECM dalam penelitian ini :
∆DAt = α + β1 ∆NTBt-1 + β2 ∆NTt-1 + β3 ∆INFt-1 + et-1
37
Dimana :
DA
: Defisit Anggaran
NTB
: Neraca Transaksi Berjalan (Juta US$)
NT
: Nilai Tukar (Rupiah)
INF
: Inflasi (%)
β1, β2, β3
: Koefisien Regresi
α0
: Konstanta Regresi
t
: Data Time Series (Tahunan)
et
: Error Correction Term
5. Uji Hipotesis
5.1.
Uji Pengaruh Parsial (t-Test)
Uji t-statistik dilakukan untuk mengetahui signifikansi masing-masing variabel
bebas dalam mempengaruhi variabel tidak bebas. Dalam uji ini, suatu koefisien
disebut signifikan secara statistik jika t-statistik berada pada daerah kritis yang
dibatasi oleh nilai t-tabel sesuai dengan tingkat signifikansi tertentu.
Kriteria dalam uji t yaitu :

Ho diterima, jika t-hitung < t-tabel ; t-hitung >t-tabel Artinya variabel bebas
secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat

Ho ditolak, jika t-hitung ≥ t-tabel ; t-hitung ≤ t -tabel. Artinya variabel bebas
secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel terikat
5.2. Uji Pengaruh Keseluruhan (F-test)
Uji F merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel
independen secara keseluruhan berpengaruh signifikan atau tidak signifikannya
terhadap variabel dependen. Dengan derajat kepercayaan yang digunakan adalah
38
5%, apabila nilai F hasil perhitungan lebih besar daripada nilai F menurut tabel
maka hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa semua variabel independen
secara keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Pengujian
dilakukan menggunakan distribusi F dengan cara membandingkan nilai F-hitung
yang diperoleh dari hasil regresi dengan F-tabelnya (Gujarati, 2003).
Untuk pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut :
1) Ho : β1, β2, β3 = 0 Ho diterima (Prob F-statistik signifikan pada α = 5% atau
F satistik < F tabel), artinya variabel independen secara bersama-sama tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
2) Ho : β1, β2, β3 ≠ 0 Ho ditolak (Prob F-statistik tidak signifikan pada α = 5%
atau F satistik < F tabel), artinya variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
5.3. Uji Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi digunakan untuk menguji besarnya persentase variasi
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen. Nilai R
Square (koefisien deteminasi) adalah antara nol dan satu, nilai yang besar berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen semakin kuat.
57
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil estimasi persamaan Error Correction Model “Analisis Defisit
Kembar Di Indonesia Periode 1990 – 2014“ maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Neraca transaksi berjalan secara statistik terbukti berpengaruh positif dan
signifikan terhadap defisit anggaran.
2. Nilai Tukar secara statistik tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap
defisit anggaran.
3. Inflasi secara statistik terbukti berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
defisit anggaran.
B. Saran
1. Bagi Pemerintah
a. Dalam jangka pendek, dengan pendekatan kurva IS-LM, jalan keluar yang
dapat ditempuh untuk mengantisipasi dampak negatif dari defisit kembar
adalah dengan menghidupkan kembali produksi dan pendapatan nasional
melalui ekspansi fiskal yang didukung dengan kebijakan dari otoritas moneter
dengan cara menciptkan kondisi keseimbangan sektor moneter yang lebih
bersifat elastis (sehingga kurve LM semakin datar). Kebijakan penurunan
58
pajak akan mengakibatkan peningkatan produksi yang lebih besar yang
mendorong peningkatan pendapatan dan mengurangi defisit fiskal dan defisit
perdagangan
b. Sudah beberapa tahun terakhir ini transaksi berjalan di dalam neraca
pembayaran Indonesia terus mengalami defisit, hendaknya pemerintah sangat
perlu untuk melakukan gerakan yang berpotensi dalam menekan defisit
anggaran dan melakukan langkah untuk tidak berimplikasi menambah
keadaan neraca transaksi berjalan terus mengalami defisit. Sebaiknya langkah
nyata yang perlu dilakukan adalah dengan menekan impor bahan bakar
minyak (BBM). Sebab impor bahan bakar minyak ini dapat mengakibatkan
defisit neraca perdagangan barang yang terus meningkat dan transaksi berjalan
juga akan berpengaruh pada besaran anggaran subsidi yang dikeluarkan
pemerintah di dalam APBN.
c. Pemerintah harus melakukan kebijakan devaluasi terhadap nilai tukar dan
kebijakan intervensi yang terukur oleh Bank Indonesia dengan menekan laju
apresiasi rupiah yang berlebihan. Pemerintah harus tetap memperhatikan
kestabilan dari nilai tukar rupiah dan diterapkan untuk mengendalikan defisit
neraca transaksi berjalan. Jika rupiah terdepresiasi terlalu dalam, kebijakan
yang dapat dilakukan yaitu menjaga keseimbangan permintaan dan pasokan di
pasar valuta asing, mengurangi tekanan yang berlebihan terhadap nilai tukar
rupiah. Dalam hal ini dilakukan dengan meminimalkan pembelian yang
bersifat spekulatif. Keadaan rupiah yang stabil, dapat meminimalkan
ketidakseimbangan neraca transaksi berjalan Indonesia .
59
d. Walaupun dalam penelitian ini tingkat inflasi memiliki hasil yang tidak sesuai
hipotesis awal, namun untuk mengamankan defisit anggaran, pemerintah
harus tetap memperhatikan gejolak variabel ekonomi makro lainnya, serta
diperlukan koordinasi yang erat antara penguasa fiskal dan moneter dalam
menentukan instrument dan sasaran kebijakan untuk mengatasi pengaruh
gejolak variabel ekonomi makro lainnya terhadap defisit anggaran.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Penggunaan data tahunan untuk memantau defisit kembar kurang sensitif dan
kurang mencerminkan fluktuasi yang sebenarnya dari pergerakan setiap
variabel tersebut sehingga pada penelitian selanjutnya disarankan untuk
menggunakan data fluktuasi quartalan atau bahkan bulanan.
b. Keterbatasan dalam periode waktu penelitian, pengolahan data, serta
kemungkinan ketidak akuratan data sehingga hasil pengujian pengaruh
beberapa variabel terhadap neraca transaksi berjalan berbeda dari teori dan
penelitian-penelitian sebelumnya.
c. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini masih terbatas sedangkan masih
banyak variabel lain yang dapat berpengaruh pada neraca transaksi berjalan.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel-variabel lain agar
hasil yang diperoleh semakin baik. Seperti variabel pengeluaran pemerintah,
utang pemerintah, suku bunga, dan PDB.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, S.M.A., et. al. (2010). Fiscal Policy and the Current Account. IMF
Working Paper No.10/121 (May). Washington DC : International
Monetary Fund.
Alkswani, M.A., 2000. The twin deficits phenomenon in petroleum economy:
AMP YKPN
Anas. 2013. Twin deficits in Morocco: An empirical investigation. Department of
economics-University Mohamed V.
Asteriou, D and S.G. Hall. (2007). Applied Econometrics : A Modern Approach.
Revised Edition. New York.
Badan Pusat Statistik. Berbagai terbitan 1990 - 2012. Indikator Ekonomi. Jakarta:
Badan Pusat Statistik
Baharumshah, A.Z., Lau, E. & Khalid, A. M. (2006). Testing Twin Deficits
Hypothesis for ASEAN-4: Using VARs and Variance Decomposition,
Journal of Asia Pacific Economy, 11, 331-354.
Bank Indonesia . (2013). Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI).
Bank Indonesia .(2012). Laporan Outlook Indonesia Tahun 2012.
Barro, R. J. (1974). Are Government Bonds Net Wealth?. Journal of Political
Economy. Vol. 82 (6). pp. 1095-1117.
Barro, R. J. (1989). The Ricardian Approach to Budget Deficits. Journal of
Economic Perspectives, Vol. 3 (2). pp. 37-54.
Beetsma, R., M. Giuliodori and F. Klaassen. (2008). The Effects of Public
Spending Shocks on Trade Balances and Budget Deficits in the European
Union. Journal of the European Economic Association. Vol. 6 (2-3). pp.
414-423.
Blanchard, O. (2007). Current Account Deficits in Rich Countries. IMF Staff
Papers. Vol. 54 (2). pp.191219.
Blanchard, O. (2008). Macroeconomics. USA : Pearson Prentice Hall.
Bluedorn, J. and D. Leigh. (2011). Revisiting the Twin Deficits Hypothesis : The
Effect of Fiscal Consolidation on the Current Account. IMF Economic
Review 59 (November), pp. 582-602.
Boediono. 2000. Ekonomi Moneter , Edisi 3. Yogyakarta : BPFE.
Bussière, M., M. Fratzscher, and G.J. Müller. (2010). Productivity Shocks, Budget
Deficits and the Current Account. Journal of International Money and
Finance Vol. 29. pp. 1562-1579.
Calderon, Chong, dan Loayza 1999,. Determinants of Current Account Deficit in
Cardoso and Fishlow. 2010. Stopping Inflation. University of Chicago
Press.
Cavallo, M. (2005). Understanding the Twin Deficits: New Approaches, New
Results. FRBSF Economic Letter No. 2005-16 (July 22). USA : Federal
Reserve Bank of San Francisco.
Chang, J-C and Hsu, Z., 2009. Causality Relationships between the Twin Deficits
in the Regional Economy. Department of Economics, National Chi Nan
University.
Chinn, M.D. and E.S. Prasad. (2003). Medium-term Determinants of Current
Accounts in Industrial and Developing Countries: an Empirical
Exploration. Journal of International Economics Vol. 59 (1), pp. 47–76.
Corsetti, G. and G.J. Müller. (2006). Twin Deficits: Squaring Theory, Evidence
and Common Sense. Economic Policy. Vol. 21 (48). Pp. 597–638 .
Darwanto. 2007. Kejutan Pertumbuhan Nilai Tukar Rill Terhadap Inflasi,
Developing Countries. Working Papers No. 51. Central Bank of Chile.
different? Pertanika Journal of Social Sciences and Humanities 12 (2),
87100.
Dornbusch, dkk. 2004. Makroekonomi: Edisi Bahasa Indonesia. MC.Graw
Erceg, C.J., L. Guerrieri, and C. Gust. (2005). Expansionary Fiscal Shocks
and the Trade Deficit. International Finance Discussion Paper 825,
Federal Reserve Board. Evidence from Saudi Arabia. Paper presented in
Seventh Annual Conference, Economic Research Forum (ERF), 26-29
October, Amman, Jordan.
Frankel, J. (2004). Could Twin Deficits Jeopardise US Hegemony. Journal of
Policy Modelling. Vol 28 (6). pp. 653-663.
Gruber, J.W. and S.B. Kamin. (2007). Explaining the Global Pattern of Current
Account Imbalances. Journal of International Money and Finance Vol. 26.
pp. 500–522.
Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.
Guney. 2007. Fiscal Theory of Exchange Rate Determination: Empirical
Evidence from Turkey. Hacettepe University
Hermawan, Wawan. 2006. Pengujian Kausalitas Antara Tingkat Bunga dan
Neraca Pembayaran Di Indonesia Tahun 1999.I – 2001.II. Jurnal Bina
Ekonomi Vol. 10. No. 2.
Kamaluddin, Rustian. 1987. Beberapa Aspek Pembangunan Nasional dan
Pembangunan Daerah. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Kementerian Keuangan (2013). Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (NK-RAPBN).
Kim, S, and N. Roubini. (2008).Twin Deficits or Twin Divergence? Fiscal Policy,
Current Account and Real Exchange Rate in the U.S. Journal of
International Economics. Vol. 74. (2). pp. 362-383.
Koray, Faik dan Douglas McMillin. 1998. Monetary Shock, The Exchange Rate
and Trade Balance. Journal of International Money and Finance.
Krugman, Paul R dan Maurice Obstfeld. 2005. Ekonomi Internasional: Teori dan
Kebijakan. Edisi 5. Jakarta: PT. Indeks.
Kumhof, M. and D. Laxton. (2009). Fiscal Deficits and Current Account Deficits.
IMF Working Paper 09/237 (October). Washington DC : International
Monetary Fund.
Kuncoro, Mudrajad. 2001. Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis
dan Ekonomi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Lau, E., Baharumshah, A.Z., 2004. On the twin deficits hypothesis: Is Malaysia
Leachman, L.L. and Francis, B. (2002). Twin Deficits: Apparition or Reality?.
Applied Economics. Vol. 34. pp. 1121-1132.
Mankiw G. 2007. Makroekonomi. Ed. ke-9. Jakarta (ID): Erlangga.
Marinheiro, C.F. (2008) Ricardian Equivalance, Twin Deficits and the FeldsteinMaruasas, Henry.
Misztal. 2012. The link between government budget and current account in the
Baltic countries Technical. University of Radom.
Mundell, R.A. (1963). Capital Mobility and Stabilization Policy Under Fixed and
FlexibleExchange Rates. Canadian Journal of Economics and Political
Science, 29 (4). pp. 475 – 485.
Nizar, M.A. (2012). Mencermati Defisit Transaksi Berjalan. Warta Fiskal Edisi
6/2012. Jakarta : Badan Kebijakan Fiskal.
Nopirin. 2000. Ekonomi Moneter. Edisi ke-1. Yogyakarta: BPFE.
Purnomo, Didit dan Wahyudi. 2003. Hubungan Kausalitas Defisit Neraca
Transaksi Berjalan dengan Kurs Di Indonesia. Jurnal Ekonomi
Pembangunan. Vol. 4. No. 1.
Sahminan, dkk. 2009. Determinants and Sustainability of Indonesia’s Current
Account Balance.Jounal of Bank Indonesia. Bank Indonesia.
Salvatore, D. (2006). Twin Deficits in the G-7 Countries and Global Structural
Imbalances. Journal of Policy Modeling. Vol. 28 (6). pp. 701-712.
Sari, Winta Ratna. 2012. Analisis Dinamis Keterkaitan Variabel yang
Mempengaruhi Neraca Transaksi Berjalan Indonesia Tahun 2012.
Quantitative Economics Journal. Vol. 1 No.2.
Satoso, Agus Budi. 2010. Pengaruh Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Terhadap
Neraca Transaksi Berjalan. Jurnal Dinamika Keuangan dan Perbankan.
Vol. 2. No. 2.
Sugema, Iman. 2005. The Determinants of Trade Balance and Adjustment to the
Crisis in Indonesia. Centre for Internatonal Economics Studies. University
of Adelaide.
Sukirno, Sadono. 2010. Makroekonomi: Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali
Sunariyah. 1997. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal”. Yogyakarta: UPP
Taravosa, Iuliia. 2009. Exchange Rate and Trade: An Analysis of The
Relationship For Ukraine. Journal of International Money and Finance.
Undang-Undang No.23 Tahun 2003 tentang pengendalian jumlah kumulatif
defisit anggaran pendapatan dan belanja negara, dan anggaran pendapatan
dan belanja daerah, serta jumlah kumulatif pinjaman pemerintah pusat dan
pemerintah daerah
Vyashnyak, O., 2000. Twin Deficit Hypothesis: The Case of Ukraine. Kyiv:
National University Kyiv, Mohyla Academy.
Waluyo dan Siswanto. 1998. Peranan Kebijakan Nilai Tukar dalam Era
Deregulasi dan Globalisasi”. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan
Bank Indonesia. Vol. 1 No. 1.
Wijaya, Farid. 2000. Seri Pengantar Ekonomika: Ekonomikamakro. Edisi 3.
Yogyakarta: BPFE.
www.bi.go.id. Diakses Pada Tanggal 20 Agustus 2015.
www.bps.go.id. Diakses Pada Tanggal 20 Agustus 2015.
www.adelaide.edu.au/cies/papers/0508.pdf diakses pada 26 Agustus 2015
www.beritaIndonesia.co.id. Picu-Picu Inflasi 2006. Diakses pada tanggal 27
Agusutus 2015
Download