IJAZUL QUR`AN: Pengertian - Al

advertisement
TEKNIK-TEKNIK ANALISIS DALAM TAFSIR AL-QUR’AN
Muhammad Zaini
Fakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry
Kopelma Darussalam, Kota Banda Aceh
Email: [email protected]
ABSTRACT
To capture the calls and messages of the Qur'an is needed a proper
understanding. Understanding the Qur'an properly and correctly is not easy. For
the purposes of interpretation that is necessary. Without interpretation, people will
not be able to open the “warehouse store” to get the pearls and gems in it. In terms
of interpreting the Koran, the methodology of interpretation is a tool that used by
the exegete. Among the things that are closely related to the methodology of
interpretation is analytical techniques. With proper technique, the content analysis
of the Koran will be explained, elaborated, and applied to human life.
Kata Kunci: Teknik, Analisis, al-Qur’an
PENDAHULUAN
Al-Qur’an sebagai sumber yang pertama ajaran Islam mengandung pokok
yang bersifat mujmal (global), umum dan universal, yang membutuhkan
penjelasan, uraian dan penafsiran. Dalam hal ini, Nabi Muhammad sebagai utusan
Allah ditugaskan untuk menjelaskan wahyu yang diterimanya. Untuk itu Nabi
selalu memberikan penjelasan terhadap ayat-ayat al-Qur’an. Namun demikian,
tidak semua ayat dikomentarinya. Oleh karena itu wajar saja jika para sahabat dan
tabi’in memberikan komentar terhadap al-Qur’an guna menjelaskan ayat-ayat
yang belum dijelaskan oleh Nabi.
Upaya mengomentari al-Qur’an guna menemukan dan memahami pesanpesan yang terkandung di dalamnya dikenal dengan istilah tafsir. Berdasarkan
definisi di atas, dapat dimengerti bahwa tafsir merupakan salah satu cabang ilmu
yang berdiri sendiri serta mempunyai obyek kajian tertentu yang berbeda dengan
obyek kajian ilmu lainnya. Obyek kajian tafsir secara umum adalah al-Quran,
sedangkan obyek kajian spesifiknya merupakan bagian tertentu dari al-Quran
yang meliputi pengertian lafaz dan maksud ungkapannya. Dari defenisi di atas
juga dimengerti bahwa tafsir merupakan upaya manusia dalam mengerahkan
segenap kemampuannya dalam memahami maksud dari redaksi al-Qur’an
sebagaimana dikehendaki oleh pemilik redaksi tersebut.
Diakui bahwa upaya menafsirkan al-Qur’an tidaklah mudah, karena setiap
redaksi baik berbentuk lisan maupun tulisan hanya dapat dipahami maksudnya
secara pasti oleh pemilik redaksi tersebut. Dengan demikian, tingkat kebenaran
yang dihasilkan tafsir tidak bersifat mutlak. Sebuah penafsiran mungkin saja benar
dan sesuai dengan maksud yang dikehendaki Allah, tetapi tidak ada seorang
32
MUHAMMAD ZAINI: TEKNIK-TEKNIK ANALISIS DALAM TAFSIR AL-QUR’AN
manusia yang bisa memastikannya. Hal ini pula yang menimbulkan keanekaragaman penafsiran. Dalam konteks ini, setiap mufassir telah menggunakan satu
atau lebih metode dalam menafsirkan al-Qur’an sesuai dengan kecenderungan
masing-masing mufassir. Di samping berbeda dalam menggunakan metode tafsir
para ulama juga berbeda dalam menggunakan teknik analisis tafsir.
Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk membahas secara khusus tentang
metodologi tafsir al-Qur’an, akan tetapi yang menjadi fokus tulisan ini adalah
membahas tentang teknik-teknik analisis yang dapat dipergunakan untuk menganalisis ayat-ayat al-Qur’an (teknik analisis tafsir). Pembahasan dilakukan secara
deskriptif analisis dengan berpijak pada sumber-sumber yang relevan. Tujuannya
ialah untuk mengkaji lebih mendalam tentang teknik-teknik analisis yang dapat
dipakai dalam menafsirkan al-Qur’an.
PENGERTIAN TEKNIK ANALISIS TAFSIR
Istilah teknik dalam penggunaannya sering dipakai sinonim dengan istilah
metode. Dengan kata lain, teknik sama dengan metode, dan metode sama dengan
teknik. Akan tetapi dalam aplikasinya, agar metode dapat bermanfaat maka
haruslah digunakan dalam pelaksanaan yang kongkrit. Maksudnya, metode sebagai
cara kerja haruslah dijabarkan sesuai dengan alat dan sifat alat yang dipakai.
Jabaran metode yang sesuai dengan alat beserta sifat alat yang dimaksud disebut
teknik.1 Tahapan atau urutan penggunaan teknik disebut dengan prosedur.
Sedangkan analisis (Inggris: analysis), adalah cara pemeriksaan salah satu soal
dengan mengemukakan semua unsur dasar dan hubungan antara unsur yang
bersangkutan.2 Dengan analisis maka soal yang diperiksa dapat diketahui susunannya. Analisis ini merupakan cara yang umum dalam pemikiran manusia dan
terutama sekali dalam ilmu pengetahuan.
Lebih lanjut dapat dikatakan, analisis adalah penguraian suatu pokok atas
berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian
untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.3
Sebagai contoh adalah analisis data, yakni penelaahan dan penguraian atas data
hingga menghasilkan kesimpulan.
Selanjutnya, istilah tafsir secara bahasa memiliki arti yang semakna dengan
al-idhah (keterangan) dan al-tabyin (penjelasan).4 Sedangkan secara istilah,
banyak defenisi tafsir yang dikemukakan oleh para ulama. Salah satu defenisi
disebutkan oleh al-Zarkasyi sebagai berikut: “Tafsir adalah ilmu yang dikenal
dengannya pemahaman terhadap kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad dan menjelaskan maknanya, mengeluarkan hukum dan hikmahnya,
dengan dibantu oleh ilmu bahasa, ilmu nahwu dan sharaf, ilmu bayan, usul fikih,
qira’at, serta memerlukan pengetahuan sabab al-nuzul dan nasikh mansukh”.5
Bertitik tolak dari penjelasan pengertian di atas, maka dapat dipahami
bahwa yang dimaksud dengan teknik analisis tafsir adalah suatu cara memahami
_____________
1
Sudaryanto, Metode Linguistik, (Yogyakarta: Gajahmada Universiti Pres, 1998), 26-27.
Hasan Sadily, Ensiklopedia, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1990), 206.
3
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga
(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 32 .
4
Al-Zarqani, Manhil al-’Irfan fi ’Ulum al-Quran, Juz I (Kairo: Isa al-Babi al-Halabi,
t.th.), 4.
5
Al-Zarkasyi, Al-Burhan fi 'Ulum al-Quran, Juz I (Beirut: Dar al-Fikr, 1988), 33.
2
Al-Mu‘ashirah Vol. 9, No. 1, JANUARI 2012
33
kandungan al-Qur’an dengan menelaah dan menguraikan ayat-ayat al-Qur’an
hingga dapat diperoleh suatu pemahaman dan kesimpulan.
TEKNIK-TEKNIK ANALISIS TAFSIR
Ada beberapa teknik analisis yang dapat dipergunakan untuk menafsirkan
ayat-ayat al-Qur’an, di antaranya:
Analisis isi
Teknik analisis isi (content analysis) menurut B. Berelson, sebagaimana
dikutip Hasan Sadly, adalah suatu penyelidikan yang berusaha untuk menguraikan
secara objektif, sistematis dan kuantitatif isi yang bermanifestasi dalam suatu
komunikasi.6 Sebagai suatu teknik penelitian, analisis isi (content analysis) ini
memiliki prosedur-prosedur khusus yang dipakai untuk pemrosesan data ilmiah.
Sebagaimana halnya semua teknik dalam penelitian, teknik analisis isi bertujuan
memberikan pengetahuan, membuka wawasan baru, menyajikan fakta dan
panduan praktis dalam pelaksanaannya.
Analisis isi juga dapat dikarakterisasikan sebagai metode penelitian makna
simbolik pesan-pesan. 7 Dalam hal ini, ada dua hal yang perlu diperhatikan.
Pertama, pesan tersebut mempunyai makna ganda yang bersifat terbuka dan selalu
dapat dilihat dari beberapa perspektif, khususnya apabila data tersebut benarbenar bersifat simbolik. Kedua, makna tidak harus tersebar.8 Oleh karena itu,
kesepakatan atau konsensus akan makna hampir tidak dapat dijadikan persyaratan
sebagai analisis isi.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa teknik analisis isi ini dapat
diterapkan dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an, karena teknik ini didasarkan
pada kenyataan bahwa data yang dihadapi adalah bersifat deskriptif berupa
pernyataan verbal (bahasa), bukan data kuantitatif.
Analisis filologis
Filologis berasal dari bahasa Yunani, yang secara harfiyah berarti kesukaan
akan kata, menunjukkan arti pengkajian teks atau penelitian berdasarkan teks;
berupa pembacaan, kemudian perbandingan antar berbagai teks, atau versi dari
teks yang sama, berbagai jenis kritik teks itu, perkembangan asal-usul teks itu.9
Filologi juga memiliki arti ilmu bahasa yang mempelajari naskah-naskah.10
Bahasa yang dimaksud di sini adalah bahasa yang tidak terpakai lagi sebagai alat
komunikasi suatu masyarakat. Bahasa yang sudah tidak dipakai itu ada yang
tinggal berbentuk tulisan saja, baik berupa naskah sastra atau informasi tentang
peristiwa-peristiwa ataupun kombinasi keduanya, termasuk juga dalam defenisi
ini adalah teks-teks ayat al-Qur’an.
Dengan demikian, ayat-ayat al-Qur’an dapat dikaji secara tekstual. Artinya
data-data dalam al-Qur’an dapat dianalisis dengan teks al-Qur’an itu sendiri atau
_____________
6
Hasan Shadily, Ensiklopedia..., 207.
Klaus Krippendorff, Content Analysis: Introduction to Its Theory and Methodology, terj.
oleh Farid Wajdi dengan judul: Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi, (Jakarta: Rajawali,
1991), 15.
8
Klaus Krippendorff, Content Analysi... , 15.
9
Aan Radiyana dan Abdul Munir, Analisis Linguistik Dalam Penafsiran al-Qur’an, dalam
al-Hikmah: Jurnal Studi-Studi Islam, No. 17, vol. VII/1996, 15.
10
Samsuri, Analisis Bahasa, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1991), 68.
7
34
MUHAMMAD ZAINI: TEKNIK-TEKNIK ANALISIS DALAM TAFSIR AL-QUR’AN
dengan hadis Nabi dan riwayat sahabat. Contoh analisis teks al-Qur’an dengan
teks al-Qur’an adalah sebagai berikut:
“Ketika turun ayat, allazinaamanu wa lam yalbisu imanahum bizhulmin…
(Orang-orang yang beriman dan tidak mencapuradukkan iman dengan kezaliman)
yang terdapat dalam QS. al-An’am:82, pada saat itu banyak sahabat yang merasa
resah. Lalu mereka bertanya kepada Nabi: Ya Rasulullah, siapakah di antara kami
yang tidak berbuat kezaliman terhadap dirinya? Nabi menjawab: Kezaliman di
sini bukan seperti yang kalian pahami. Tidakkah kamu pernah mendengar apa
yang telah dikatakan oleh seorang hamba Allah yang saleh (Luqman). Inna alsyirka lazulmun ‘azim (sesungguhnya kemusyrikan adalah benar-benar kezaliman
yang besar) QS. Luqman:13. Jadi yang dimaksud zhulmun pada QS. al-An’am:82
adalah syirik sebagaimana penjelasan QS. Luqman :13.11
Sedangkan yang mulai mengembangkan teknik analisis ini secara mendalam adalah Ibnu Abbas. Metodologi yang digunakan Ibnu Abbas dalam
mengungkapkan makna al-Qur’an ialah dengan: (1) Sunnah (perikehidupan) Nabi,
(2) Penjelasan Israiliyyat yang diambil dari penganut Yahudi yang melakukan
konversi ke dalam Islam, khususnya berkenaan dengan kelengkapan penjelasan
sejarah masa lalu, dan (3) menggunakan bantuan syair-syair arab pra-Islam.
Analisis Semantik
Semantik merupakan salah satu cabang dari linguistic general, yang mana
merupakan suatu studi dan analisis tentang makna-makna linguistik. Sedangkan
linguistic general adalah konsep umum yang diberikan pada teori dasar, konsep
dasar, model dan metode penyelidikan bahasa.12
Lebih kongkrit lagi, semantik adalah telaah makna, yaitu menelaah
lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna
yang satu dengan yang lain. Oleh karena itu pembahasan semantik mencakup
makna kata, perkembangan dan perubahannya. Dengan demikian yang menjadi
obyek kajian semantik adalah makna, sebab berada pada satuan-satuan dari bahasa
berupa kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf dan wacana, juga dapat dianalisis
melalui struktur dalam pemahaman tataran bahasa (fonologi, morfologi dan
sintaksis), di samping dapat di analisis melalui fungsi dan pemahaman fungsi
antar unsur.13
Secara struktural, data pokok penelitian tafsir terdiri dari serangkaian
kalimat-kalimat sederhana atau kalimat-kalimat luas. Kalimat-kalimat tersebut
terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat (klausa). Pada tingkat lebih bawah
terdapat unsur frasa dan kata. Dari sini ditemukan empat unsur yang dapat
membentuk sebuah ayat, yaitu: kalimat, klausa, frasa dan kata. Setiap unsur atau
satuan tersebut mengandung arti sebagai aspek semantiknya. Secara teoritis aspek
semantik meliputi semantik leksikal, semantik gramatikal, dan semantik kalimat.14
_____________
11
Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhary dan Muslim serta lainnya. Manna’ Khalil alQaththan, Mabahis fi ‘Ulum al-Qur’an, terj. Mudzakkir AS, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Jakarta:
Pustaka Litera AntarNusa, 1992), 2.
12
Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (Jakarta: gramedia, 1993), 131.
13
T. Fatimah Djajasudarma, Semantik I: Pengantar Ke Arah Ilmu makna, (Bandung: PT
Eresco, 1993), 4-5.
14
Abd Muin Salim, Fiqh Siyasah: Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al-Qur’an, (Ujung
Pandang: LSKI, 1994), 23.
Al-Mu‘ashirah Vol. 9, No. 1, JANUARI 2012
35
Karena yang menjadi objek penelitian tafsir adalah data berupa ayat-ayat
al-Qur’an, maka data tersebut dapat dianalisis ke dalam obyek telaah sebagai
berikut: (1) Kosa kata Qur’ani (etimologis, morfologis, leksikal, ensiklopedia dan
operasional), (2) Frasa Qur’ani, (3) Klausa Qur’ani, (4) Ayat-ayat Qur’ani, dan (5)
hubungan antara bagian-bagian tersebut.15
Sebagai contoh operasional dari teknik analisis semantik terhadap ayat alQur’an misalnya dalam QS. al-Nahl: 78, dapat di analisis sebagai berikut:
            
  
1) Kosa kata Qur’ani, misalnya kata ‫ اﻟﺴﻤﻊ‬secara etimologis bermakna
“mengetahui sesuatu dengan perantaraan telinga”dan secara leksikal bermakna
“telinga” menangkap suara, memahami pembicaraan, menaati dan
memperhatikan panggilan dan menjawab pujian. Kemudian makna
operasionalnya bahwa pendengaran adalah salah satu potensi yang dimiliki
manusia untuk berhubungan dengan dunia luarnya.
2) Frasa Qur’ani, misalnya kata-kata: ‫ﻟﻌﻠﻜﻢ – ﻟﻜﻢ – ﺑﻄﻮن اﻣﮭﺎﺗﻜﻢ‬
3) Klausa Qur’ani misalnya rangkaian kalimat dalam QS. al-Nahl: 78 di atas
merupakan klausa Qur’ani.
4) Ayat tersebut secara utuh dibahas dengan memperhatikan hubungan frasafrasa dan klausa-klausa yang ada.
5) Ayat tersebut dihubungkan dengan ayat sebelum dan sesudahnya.
Lebih lanjut, Toshihiko Izutsu memberikan langkah-langkah yang mesti
ditempuh dalam menganalisis ayat al-Qur’an dengan analisis semantik. Langkahlangkah tersebut adalah: (1) mengumpulkan ayat-ayat yang berkaitan secara
bersama, (2) membandingkannya, (3) menghubungkan semua istilah yang
menyerupainya, (4) melawankannya, dan (5) menghubungkannya satu sama lain.16
Di samping langkah-langkah di atas, Izutsu menyebutkan ada tujuh kasus
dari setiap ayat yang mengandung strategi bagi metode analisis semantik:17
1) Defenisi kontekstual; sebuah ayat yang merupakan kejadian yang secara
semantik relevan, makna kata yang tepat dijelaskan secara kongkrit dalam
konteksnya dengan cara deskriptif verbal. Misalnya kata al-Birr pada QS. alBaqarah: 177. Definisi al-Birr bukannya sebagai aktivitas menjalankan aturanaturan formulisme agama secara lahiriyah, tetapi merupakan bentuk kebaktian
sosial yang sebetulnya muncul dari kepercayaan monoteisme kepada Tuhan.
2) Sinonim subtitutif; apabila kata X diganti dengan Y dalam ayat yang sama
atau dalam bentuk konteks verbal secara sama, entah itu tingkat aplikasinya
yang lebih luas atau lebih sempit dari Y, maka penggantian itu perlu diteliti
juga. Sebagai contoh QS. al-A’raf: 94-95. Di mana kata ba’sa dan dharra’
yang posisinya diganti dengan kata sayyiah.
_____________
15
Abd. Muin Salim, Beberapa Aspek Metodologi Tafsir Al-Qur’an, (Ujung Pandang:
LSKI, 1990), 26-27.
16
Tishihiko Izutsu, Ethico Religious Concepts in the Qur’an, terj. Agus Fahri Hussin
dengan judul: Konsep-Konsep Etika Religius Dalam Al-Qur’an, (Yogyakarta: Tiara Wacana,
1993), 44-50.
17
Tishihiko Izutsu, Ethico Religious …, 50.
36
MUHAMMAD ZAINI: TEKNIK-TEKNIK ANALISIS DALAM TAFSIR AL-QUR’AN
3) Struktur semantik istilah tertentu yang dijelaskan dengan lawan kata.
Contohnya kasus perbedaan kata antara khair dan hasanah dapat dipahami
dengan melawankannya terhadap syarr dan sayyiah.
4) Prinsip non-X; struktur semantik kata X yang masih samar diperjelas dengan
memandang bentuk negatif, bukan X. Secara logika, bukan X berarti sesuatu
yang berada di luar X. Contoh, kata istakhbara pada QS al-Sajadah:15.
Sebagai salah satu istilah yang paling penting bagi evaluasi negatif di dalam
al-Qur’an. Jadi ayat 15 tersebut menggambarkan sifat bukan istakhbara sangat
bermanfaat untuk memberikan informasi yang positif tentang sifat negatif
istakhbara.
5) Bidang semantik, sebagian seperangkat hubungan semantik antara kata tertentu
dengan suatu bahasa. Contoh kasus kelompok tak terpisahkan kata iftara dan
kaziba yang bergabung dalam kata zhalama.
6) Ungkapan paralelisme retorik juga memberikan gambaran adanya relasi
sinonimitas. Contoh kasus adalah QS. al-Maidah:44, 45, dan 47. Ada tiga kata
yang mengandung relasi sinonimitas, yaitu kafir, dzalim, dan fasiq. Ketiga
kata tersebut ditempatkan secara semantik satu sama lain berada dalam
tingkatan yang sama berdasarkan pengingkarannya terhadap apa yang telah
diwahyukan Tuhan.
7) Membedakan antara kata yang berkonteks religius dengan yang berkonteks
non-religius, ditandakan dengan sebuah kata. Contoh kata kafir yang
konotasinya bukan dalam konteks religius, yaitu pada QS. al-Syu’ara: 18-19
KESIMPULAN
Demikianlah pokok-pokok pikiran tentang teknik analisis yang dapat
diterapkan dalam menafsirkan al-Qur’an. Pokok-pokok pikiran sebagaimana yang
dibahas di atas tentunya belum merangkum semua teknik analisis yang ada. Akan
tetapi paling tidak ketiga teknik analisis yang dibahas di atas kiranya dapat
dijadikan sebagai alat dan tolok ukur dalam melihat dan menganalisis ayat-ayat alQur’an.
Al-Mu‘ashirah Vol. 9, No. 1, JANUARI 2012
37
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga
Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Djajasudarma, T. Fatimah, Semantik I: Pengantar Ke Arah Ilmu makna, Bandung:
PT Eresco, 1993.
Kridalaksana, Harimurti, Kamus Linguistik, Jakarta: Gramedia, 1993.
Munir, Abdul dan Aan Radiyana, Analisis Linguistik Dalam Penafsiran alQur’an, (al-Hikmah: Jurnal Studi-Studi Islam).
Krippendorff, Klaus, Content Analysis: Introduction to Its Theory and
Methodology, terj. oleh Farid Wajdi dengan judul: Analisis Isi: Pengantar
Teori dan Metodologi, Jakarta: Rajawali, 1991.
Sadly, Hasan, Ensiklopedia, Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1990.
Samsuri, Analisis Bahasa, Jakarta: Penerbit Erlangga, 1991.
Salim, Abd. Muin, Beberapa Aspek Metodologi Tafsir Al-Qur’an, Ujung
Pandang: LSKI, 1990.
---------, Fiqh Siyasah: Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al-Qur’an, Ujung
Pandang: LSKI, 1994.
Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Quran, Bandung: Mizan, 1993.
Sudaryanto, Metode Linguistik, Yogyakarta: Gajahmada Universiti Pres, 1998.
Tishihiko Izutsu, Ethico Religious Concepts in the Qur’an. Diterjemahkan Agus
Fahri Hussin dengan judul: Konsep-Konsep Etika Religius Dalam AlQur’an, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993.
Al-Zarkasyi, al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an, jilid I, Beirut: Dar al-Ma’arif, 1972.
38
MUHAMMAD ZAINI: TEKNIK-TEKNIK ANALISIS DALAM TAFSIR AL-QUR’AN
Download