TANAMAN OBAT UNTUK PENGOBATAN KANKER

advertisement
Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 3, No. 2, Juli 2004
TANAMAN OBAT UNTUK PENGOBATAN KANKER (Bagian 3)
Suprapto Ma’at
Laboratorium/Instalasi Patologi Klinik
Fakultas Kedokteran UNAIR/RSUD Dr. Soetomo
Yayasan Kanker Wisnuwardhana, Surabaya
Abstract
In the developing and developed countries, cancer treatment using medicinal herbs has been carried
out using both modern and traditional method. In Indonesia, the plant resources supporting the
development of medicinal herbs as medication, especially in cancer treatment. There are several
causal factors of the outcome of cancer, so that the treatments are multifarious. Medicinal herbs with
their ingredients have opportunity to play more important role in supporting the cancer treatment
whether as cytostatics, immune therapy, or palliative therapy with low side effects. Although
Indonesia has abundant flora resources, but the development of medicinal herbs, especially for cancer
treatment is not as good as the expectation. Factors such as professional human resources in cancer
treatment research, clinicians who don’t really trust medicinal herbs as cancer treatment, and also the
traditional healers who always kept their experiences in cancer treatment as a secret, were inhibiting
the research of medicinal herbs. Medicinal herbs from Indonesia which have been predicted having
anticancer effect, among others are from Cruciferae family, Solanum nigrum L., Catharanthus roseus
(Vinca rosea), Aloe vera L., Allium sativum L., Curcuma longa L., Nigella sativa L., Morinda
citrifolia L., Phyllanthus niruri L., Kaempferia rotunda, Manihot esculenta Crantz, Tinospora
cordifolia, Ocimum sanctum, Melia azadirachta L., Centella asiatica (L.) Urban, Euphorbia
pulcherrima, Physalis angulata L., Alstonia sp, some parasites, Andrographis paniculata Ness.,
Gynura procumbens (Lour.) Merr., Curcuma zedoaria. They have property as cytostatics,
immunomodulator, antiinflammation, hepatoprotector, and analgesics. It has been predicted that there
are several more medicinal herbs in Indonesia having properties previously said, or even better. In
order to get standard formulation of medicinal herbs for cancer treatment, a long and hard work is
needed involving all aspects of science, especially pharmacy and medicine. Hopefully this article
could be a trigger in developing medicinal herbs as drug in cancer treatment.
Keywords: anticancer, medicinal herbs
7. Nigella sativa L.
Nama daerah adalah jinten hitam, bahan
yang digunakan biji.
Di samping berkhasiat sebagai antikanker,
lebih ditekankan lagi sebagai terapi paliatif dan nyeri
kanker. Hal ini karena kemampuan ekstrak jinten
hitam dalam menghambat tidak hanya aktivitas enzim
siklooksigenase, tetapi juga lipoksigenase, sehingga
memiliki khasiat anti-inflamasi yang sangat poten.
Sebagai imunomodulator
Efek Nigella sativa terhadap berbagai
macam respon imun diteliti oleh Faq A et al. (1), dan
hasil yang diperoleh diantaranya adalah tidak
memberikan respon terhadap limfosit yang
dirangsang dengan mitogen PHA, Con-A dan PWM,
tetapi memberikan respon terhadap limfosit yang
dirangsang dengan sel allogenik dan menghasilkan
peningkatan sekresi IL-3, menekan sekresi IL-2,
meningkatkan
sekresi
IL-1
beta,
sehingga
diperkirakan Nigella sativa banyak berperan terhadap
makrofag. N. sativa tidak berpengaruh terhadap
aktivitas fagositosis dengan sel target Streptococcus
aureus dan menurunkan aktivitas khemoluminesen.
Sebagai anti-inflamasi
Efek anti-inflamasi dari biji N. sativa diuji
menggunakan leukosit peritoneal tikus yang
dirangsang dengan ionophore A23187. Terbukti
bahwa biji N. sativa dapat menghambat aktivitas
enzim siklooksigenase maupun lipooksigenase yang
ditandai dengan menurunnya produksi tromboksan B2
(TXB2) dan leukotrienen B4 (LTB4) yang diuji
dengan metode RIA (2). Sebelumnya Houghton PJ et
al. (3) membuktikan bahwa timokuinon, salah satu
komponen yang terdapat dalam ekstrak N. sativa juga
menghambat
aktivitas
siklooksigenase
dan
lipoksigenase dari leukosit peritoneal yang
dirangsang dengan ionophore A23187, sehingga
menghambat
produksi
tromboksan B2 dan
leukotrienen B4.
Sebagai anti-tumor
Sebanyak 100 mg/kg ekstrak N. sativa yang
diaplikasikan secara topikal pada mencit, dapat
menghambat onset pembentukan papiloma dan
205
Tanaman Obat… (Suprapto Ma’at.)
menurunkan jumlah kasus papiloma pada mencit
yang diinduksi dengan minyak kroton/DMBA
(dimetil benza[a]antrasena), sedangkan efek ekstrak
N. sativa dalam menghambat terbentuknya sarkoma
diuji dengan menyuntikkan 100 mg/kg ekstrak secara
intraperitoneal 30 hari setelah induksi dengan MCA
(20-metilkholantrena) 745 nmol x 2 hari, ternyata
dapat menurunkan insiden tumor sampai 33,3%
dibandingkan kelompok kontrol yang mencapai 100%
(4). Efek sitotoksik in vitro (IC50) terhadap sel Ehrlich
ascites carcinoma (EAC) sebesar 1,5 mcg, Dalton's
lymphoma ascites (DLA) sebesar 3 mcg, dan
sarcoma-180 (S-180) sebesar 1,5 mcg, sedangkan
efek hambatan pertumbuhan tumor in vivo dengan
tumor EAC dicapai pada dosis 2 mg/ekor mencit
selama 10 hari (5). Aktivitas anti-tumor dari
komponen dalam biji N. sativa yakni timokuinon
(TQ) dan ditimokuinon (DIM) diuji terhadap cell line
Multi-drug resistant (MDR) human tumor dengan
hasil, baik TQ maupun DIM memiliki efek
sitotoksisitas terhadap semua cell line dengan IC50
sebesar 78-393 mikroM, bahkan dikatakan lebih baik
dibandingkan dengan doksorubisin dan etoposida
yang digunakan sebagai kontrol (6).
Paten
Oleh Medenica RD, pada tahun 1995 extract
N. sativa dipatenkan dengan judul: "Nigella sativa as
a medical treatment". Index term: Immunostimulant,
Neoplasm, Carcinoma, Bone marrow disease.
Novelty: It is potentially useful in increasing immune
function and in particular in the treatment of cancer
with reduced side-effects, viral diseases, and
protection of bone marrow in hematopoiesis.
8. Morinda citrifolia L
Nama daerahnya pace atau mengkudu dan
bahan yang digunakan adalah buah yang masak.
Pemakaian buah Morinda citrifolia dalam pengobatan
kanker lebih ditekankan untuk khemopreventif seperti
halnya tanaman suku Cruciferae, di samping sebagai
anti-inflamasi dan anti-tumor.
Sebagai imunomodulator
Menurut penelitian Hirazumi A et al. (7)
pemberian per-oral jus buah Morinda citrifolia pada
mencit inbred C57BL akan meningkatkan jumlah selsel leukosit dan sel mononuklir, serta meningkatkan
fungsi fagositosis dari makrofag peritoneal. Terhadap
sel Sarcoma 180 yang ditransplantasikan, dapat
menghentikan pertumbuhan sel Sarkoma tersebut.
Menurut pengamatan Dr. Schecter, direktur dari
Natural Healing Institute in California, perubahan
respon imun orang yang mengkonsumsi buah
Morinda citrifolia akan:
♦ Meningkatkan jumlah populasi limfosit T
♦ Meningkatkan respon imun monosit/makrofag,
seperti peningkatan fungsi fagositosis terhadap
bakteria.
206
♦ Meningkatkan aktivitas limfosit.
Disamping itu juga berkhasiat anti-pain dan mampu
menghambat fungsi precancer (8).
Sebagai anti-tumor
Buah M. citrifolia digunakan sebagai
phytonutrient yang bekerja sebagai adaptogen, artinya
suatu nutrisi yang dapat mengembalikan fungsi sel
yang abnormal ("sick cells") kembali normal. Riset
yang dilakukan di Department of Pathology and
Pharmacology , John Burn School of Medicine in
Honolulu, Hawaii, dipresentasikan pada 83th meeting
di San Diego California pada 1992 yang terangkum
pada ringkasan dalam Proceeding of the American
Association for Cancer Research dengan judul :
"Anti-tumor activity of Morinda citrifolia on
intraperitoneal implanted Lewis Lung Carcinoma in
Mice", kelompok mencit yang diberi buah M.
citrifolia akan hidup lebih panjang 105-123 %
dibanding kelompok kontrol, dan 40 % diantaranya
mampu bertahan hidup lebih dari 50 hari. Kontrol
positif yang digunakan dalam penelitian ini adalah
adriamycin, 5-fluocaryl (5FU) dan vincristin.
Ternyata dalam hal memperpanjang waktu hidup
mencit,efek dari buah M. citrifolia lebih besar
dibandingkan dengan ketiga obat anti-kanker tersebut
(9). Penelitian yang dilakukan di Universitas Keio
dan di Institute of Biomedical Sciences di Jepang
menyebutkan bahwa bahan yang berkhasiat antikanker dari buah M. citrifolia dinamakan
damnacanthal yang dapat merubah fungsi sel yang
abnormal kembali ke normal, menurunkan
multiplikasi sel pada level gen (10). Dr. Judah
Folksman dari Ohio State University mempostulatkan
bahwa salah satu kerja anti-kanker dari buah M.
citrifolia adalah dengan cara mengurangi aliran darah
ke jaringan tumor (angiogenesis) yang mirip dengan
squalamin, salah satu komponen dari minyak hati hiu
(Shark liver oil) (8).
Di Amerika Serikat, buah M. citrifolia dikenal
dengan nama NONI yang digunakan sebagai obat
atau food supplement/phytonutrient. Bahan berkhasiat
dari NONI adalah pro-xeronine. NONI membantu
menormalisasi sel tubuh yang fungsinya abnormal
dengan cara mengirim pro-xeronine yang kemudian
oleh tubuh dikonversi menjadi xeronine, suatu
senyawa biokimia yang banyak terlibat dalam
sejumlah reaksi biokimia yang dibutuhkan tubuh.
Dalam kondisi tubuh normal, pro-xeronine disimpan
di dalam hati dan setiap 2 jam otak mengirim sinyal
ke hati untuk melepas simpanan pro-xeronine-nya.
Berbagai organ di dalam tubuh mengabsorbsi proxeronine dari darah dan mengkonversi menjadi
xeronine sesuai dengan kebutuhan. Apabila karena
suatu hal kebutuhan akan xeronine meningkat cepat
maka stok di dalam hati tidak mencukupi, sehingga
diperlukan suplai tambahan. Buah NONI adalah
pensuplai pro-xeronine paling cepat. Kebutuhan
Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 3, No. 2, Juli 2004
tubuh akan xeronine meningkat drastis dalam
keadaan dimana terjadi aktivitas sel pre-kanker yang
abnormal, atau tubuh mengalami problem kesehatan
termasuk diantaranya adalah problem fisik dan/atau
emosional, atau tubuh terkena infeksi jamur dan
toksin.
Dari hasil wawancara terhadap dokter maupun
para profesional kesehatan yang melibatkan tidak
kurang dari 8000 penderita yang menggunakan
NONI, disebutkan bahwa hasil yang diperoleh sangat
memuaskan, aman untuk ibu hamil dan menyusui,
dapat diminum bersama obat-obatan lain tanpa
dilaporkan adanya interaksi negatif dan bahkan sering
dilaporkan NONI justru dapat menghilangkan efek
samping obat (8).
Paten
Bahan obat yang berasal dari buah Morinda citrifolia
L yang mengandung senyawa 1-metoksy-2-formil-3hidroksiantrakuinon telah dipatenkan oleh:
! Hazegawa H dkk sebagai anti-infeksi untuk
bakteri Helicobacter pylori pada tahun 1996.
! Koyano T dkk untuk anti-infeksi virus HIV
sebagai anti-AIDS pada tahun 1994.
! Umezawa K dkk. sebagai anti-kanker yang
bekerja "inhibit the action of ras cancer gene
products" pada tahun 1994.
9. Phyllanthus niruri L
Nama
daerahnya
meniran
atau
memeniran, bahan yang digunakan adalah seluruh
bagian tanaman (herba).
Karena sifatnya sebagai imunostimulator
kuat, ekstrak Phyllanthus niruri L lebih bermanfaat
digunakan sebagai imunoterapi atau terapi adjuvant
mendampingi obat-obat kanker yang lain, terutama
kanker yang diinduksi oleh virus, walaupun penelitian
pendahuluan sebagai obat kanker telah banyak
dibuktikan dari komponen yang terdapat di dalam
tumbuhan ini.
Phyllanthus niruri L atau meniran/memeniran
telah banyak digunakan sebagai pengobatan
tradisional terhadap berbagai macam penyakit, seperti
sakit ginjal, sakit kuning (11). Telah banyak
dilakukan penelitian terhadap tanaman ini, terutama
hubungannya dengan aktivitas sistem imun. Thabrew
(12), menyebutkan bahwa pemberian per-oral
tanaman ini mampu meningkatkan aktivitas sistem
komplemen melalui jalur klasik. Suresh (13)
menyebutkan bahwa genus tanaman Phyllanthus
dapat meningkatkan sitotoksisitas sel NK (Natural
Killer) dan sel K (Killer) dengan bantuan antibodi.
Pengujian in vitro terhadap virus Hepatitis B yang
diinfeksikan pada kultur sel Human Hepatoma Cell
Line, ekstrak dari Phyllanthus niruri L mampu
menurunkan titer HBsAg (14). Pemberian per-oral
dengan serbuk dari tanaman Phyllanthus amarus pada
penderita hepatitis B kronis mampu menurunkan dan
menghilangkan HBsAg sampai 55-60 % (15).
Pengujian imunomodulator yang lebih lengkap
dilakukan oleh Suprapto Ma’at (16) yang melibatkan
berbagai komponen sistem imun, baik yang termasuk
dalam respon imun humoral maupun seluler.
Dikatakan, pemberian per-oral ekstrak dari seluruh
bagian tanaman Phyllanthus niruri L pada mencit
galur Quacker Bush, dapat mempengaruhi fungsi dan
aktivitas sel-sel imunokompeten, di antaranya
terhadap:
1) sistem komplemen, meningkatkan hemolitik
total komplemen (CH100).
2) sel monosit/makrofag, meningkatkan aktivitas
kemotaksis oleh rangsangan kemoatraktan fMLP (f- Methionine-Leucin-Phenylalanine) ,
meningkatkan fungsi fagositosis in vivo terhadap
partikel karbon koloidal yang disuntikkan intra
vena melalui vena ekor (Carbon Clearance
Assay), akan tetapi tidak meningkatkan sekresi
Tumor Necrosis Factor-alpha (TNF-α) pada
kultur sel monosit/makrofag yang dirangsang
dengan Lipopolisakarida (LPS).
3) sel neutrofil, meningkatkan aktivitas kemotaksis
terhadap rangsangan kemoatraktan f-MLP.
4) sel NK (Natural Killer), meningkatkan
sitotoksisitas sel NK terhadap sel target S49 cell
line (Mouse Lymphosarcoma) .
5) populasi limfosit T, meningkatkan aktivitas
proliferasi limfosit T setelah dirangsang dengan
mitogen
Concanavalin-A
maupun
fitotohemaglutinin.
6) sel T-sitotoksik (CD8), tidak mempengaruhi
fungsi sitotoksisitas sel T-sitotoksik (CD8)
terhadap sel target TG-PEC (ThiglycollateInduced Exudate Cells).
7) subset limfosit T-helper 1 (Th-1), ditentukan
berdasarkan sekresi limfokin dari kultur limfosit
bersama sel penyaji antigen (APC = Antigen
Presenting Cells) atau disebut juga sebagai sel
“feeder” pensuplai molekul MHC kelas II dan
dirangsang dengan mitogen Concanavalin - A,
dengan hasil menurunkan sekresi IL-2, tidak
mempengaruhi
sekresi
IFN-γ,
tetapi
meningkatkan sekresi TNF-α.
8) subset limfosit T-helper 2 (Th2), pengamatan
dilakukan sama dengan Th1, dengan hasil :
meningkatkan sekresi IL-4 tetapi menurunkan
sekresi IL-10.
9) populasi limfosit B, meningkatkan proliferasi
limfosit B, setelah kultur sel-B dirangsang
dengan mitogen Lipopolisakarida (LPS),
meningkatkan produksi antibodi primer spesifik
IgM dan antibodi sekunder spesifik IgG terhadap
antigen sel darah merah domba.
Setelah
dilakukan
analisis
statistik
disimpulkan bahwa ekstrak dari seluruh tanaman
207
Tanaman Obat… (Suprapto Ma’at.)
Phyllanthus
niruri
L
bersifat
sebagai
imunostimulator.
Aktivitas anti-hepatitis B oleh Phyllanthus
dibuktikan dengan menggunakan kultur cell line
Alexander yang berasal dari karsinoma hepatoseluler
manusia yang mensekresi HbsAg di dalam supernatan
kulturnya. Pemberian 1 mg/ml ekstrak Phyllanthus ke
dalam kultur berumur 48 jam akan menghambat
sekresi HBsAg yang tergantung pada besarnya dosis
pemberian (dose-dependent manner), dan dari
penelitian ini dibuktikan bahwa ekstrak Phyllanthus
sebagai anti-hepatitis B bekerja pada level seluler
(17).
Ekstrak Phyllanthus dapat menghambat
transkripsi mRNA virus hepatitis-B (HBV) dengan
cara menghambat aktivitas enhancer-1 dari HBV dan
faktor transkripsi C/EBP (18). Komponen utama dari
ekstrak Phyllanthus yang berkhasiat anti-viral adalah
flavonoid, tetapi tanin atau elagitanin yang banyak
terdapat di dalam ekstrak dapat menghambat aktivitas
enzim polimerase DNA dari virus Epstein Barr (19)
Di samping mampu menghambat aktivitas enzim
polimerase DNA, ekstrak Phyllanthus juga mampu
menghambat aktivitas enzim reverse transcriptase
(RT) dari HIV-1. ID50 (50% inhibitory dose) pada
HIV-1 RT sebesar 0,05 mikroM, sedangkan pada
polimerase DNA sebesar 0,06 mikroM. Ekstrak
Phyllanthus 10 kali lebih sensitif menghambat HIV-1
RT dibandingkan dengan terhadap polimerase DNA.
Sebanyak 10,1 mikroM ekstrak dapat menghambat
terbentuknya efek sitopatogenik HIV dalam kultur sel
MT-4, pada dosis 4,5 µM dapat menghambat 50%
pembentukan giant cell oleh HIV dalam kultur SUPTI dan pada dosis 2,5µM menghambat sampai 90%
produksi antigen spesifik p24 dari HIV-1 dalam
sistem sel klon H9 (20). Aktivitas hambatan terhadap
enzim RT dibuktikan pula dengan menggunakan
enzim Moloney Murine Leukemia RT (M-MulV-RT)
dan reaksi yang terjadi diamati dengan 3H-dTTP,
ternyata ekstrak air panas Phyllanthus memiliki
hambatan lebih besar (81%) dibandingkan dengan
ekstrak metanol (54%) (21).
Komponen ekstrak Phyllanthus yang diisolasi
dari akar
adalah filantostatin-6 yang dapat
menghambat pertumbuhan kultur cell line P-388
(murine lymphocytic leukemia) dengan ED50 sebesar
0,35µg/ml dan diperkirakan komponen tersebut
berkhasiat sebagai anti-neoplastik (22). Ekstrak
Phyllanthus ternyata dapat menghambat proses
karsinogenesis
yang
diinduksi
dengan
Nnitrosodietilamin (NDAE). Pada hewan percobaan
kelompok kontrol insiden tumor sebesar 100% dan
terjadi kenaikan dari level : "carcinogen metabilizing
enzymes" seperti
glutation S-transferase (GST),
anilin hidroksilase (AH) dan gama-glutamil
transpeptidase (GGT), suatu marker liver injury. Di
samping itu, pada kelompok perlakuan yang diberi
ekstrak Phyllanthus terjadi penurunan insiden tumor
208
dan penurunan dari marker yang lain, sehingga
Phyllanthus
diperkirakan
ekstrak
sebagai
khemopreventif terhadap proses karsinogenesis yang
diinduksi oleh bahan kimia (23).
Kemampuan tanaman obat Phyllanthus niruri
L dalam bekerja sebagai imunoterapi diperkirakan
melalui mekanisme imunostimulator sebagai berikut:
•
Meningkatkan sitotoksisitas sel NK, sehingga
banyak sel yang mengalami mutasi segera di
lisis.
•
Meningkatkan sekresi TNF-α oleh subset Th1,
sehingga lebih meningkatkan ekspresi MHC
kelas I dari sel yang mengekspresikan antigen
tumor
sehingga
mengoptimalkan
kerja
sitotoksisitas dari sel-T sitotoksik (CD8).
•
Meningkatkan aktivitas monosit/makrofag
sebagai sel fagosit dan sel penyaji antigen
(Antigen Presenting Cells = APC). Peningkatan
aktivitas monosit diperkuat oleh menurunnya
sekresi IL-10 oleh subset Th2.
Paten
Ekstrak Phyllanthus niruri L telah
didaftarkan ke Ditjen Hak Cipta/ Paten Departemen
Kehakiman Jakarta oleh Suprapto Ma'at pada tahun
1997 sebagai: imunostimulator dan imunoterapi untuk
infeksi hepatitis.
10. Kaempferia rotunda
Nama daerahnya kunir putih dan bahan
yang digunakan adalah rimpang.
Sebagai imunomodulator
Pemberian per-oral ekstrak rimpang kunir putih pada
mencit galur BALB/c dewasa selama 6 hari berturutturut dapat mempengaruhi / meningkatkan fungsi dan
aktivitas komponen sistem imun di antaranya:
∗ Meningkatkan proliferasi limfosit T setelah
pemberian mitogen PHA dan Con-A dengan
pengamatan menggunakan MTT.
∗ Meningkatkan proliferasi limfosit B setelah
pemberian mitogen LPS dengan pengamatan
menggunakan MTT.
∗ Meningkatkan fagositosis sel-sel PMN terhadap
sel target ragi roti.
∗ Meningkatkan aktivitas sitotoksisitas sel NK
terhadap sel target “Mouse Lymphosarcoma”.
∗ Meningkatkan aktivitas sistem komplemen
melalui jalur klasik (CH50).
∗ Meningkatkan aktivitas limfosit T-sitotoksik
(CD8) terhadap sel target TG-PEC.
Diperkirakan K. rotunda lebih banyak berperan dalam
imunoterapi atau terapi adjuvant, terutama bagi
penderita dengan SGOT/SGPT atau alkali fosfatase
yang tinggi (24).
Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 3, No. 2, Juli 2004
11. Manihot esculenta Crantz
Nama daerahnya ketela gendruwo, ketela
pandesi, dan bahan yang digunakan adalah umbi
akar.
Senyawa kimia yang terkandung dalam
tanaman ini adalah glikosida lotaustralin dan
linamarin, disamping itu di dalam umbi tanaman
tersebut terkandung glikosida sianogenik yang lain:
2-((6-O- -D-apiofuranosil)- -Dglukopiranosil)oksi)-2-met ilbutannitril dan glikosida
non-sianogenik
seperti:
(2S)-((6-O- -Dapiofuranosil)- -D-glucopiranosil)butan dan 2-((6-O-D-apiofuranosil)- -D-glucopiranosil)oxy)propana
(25). Umbi tanaman ini ini dikonsumsi sebagai
sumber karbohidrat yang sangat potensial, akan tetapi
memerlukan pemrosesan yang sempurna agar tidak
keracunan sianida. Proses yang seringdilakukan
adalah grating, dewatering, fermenting dan roasting
yang akan menurunkan kadar sianidanya sampai 8095% (26).
Untuk pengobatan kanker tanaman ini banyak
mengundang kontroversi, karena tidak banyak data
pustaka yang mendukung, akan tetapi tidak sedikit
data empirik yang menyatakan keberhasilannya. Obat
kanker bernama Laetrile dari Meksiko merupakan
ekstrak dari tanaman apricort kernels yang disebutkan
sangat efektif untuk preventif maupun pengobatan
kanker. Apricort, almonds (Amygdalus communis var
Prunus amygdalus) dan plums mengandung senyawa
glikosida sianogenik mirip dengan yang terdapat
dalam umbi Manihot esculenta. Obat tersebut
dilarang beredar di Amerika Serikat, tetapi
diselundupkan dalam jumlah yang besar dan
digunakan dalam pengobatan kanker secara
sembunyi-sembunyi.
Mekanisme kerja anti-kanker diasumsikan
bahwa pemberian senyawa glikosida sianogenik
dalam jumlah kecil tetapi dalam waktu yang panjang
akan terjadi akumulasi glikosida tersebut dalam
jaringan kanker dalam jumlah besar, akibatnya sel
kanker akan mengalami anoksia (kekurangan
oksigen) dan mati. Hal tersebut dapat terjadi karena
!"#"$% &"'()*")% +")+,'% $,$(#(+(% "+-(.(-"/%
glukosidase yang lebih besar dibandingkan dengan
sel normal, di samping itu jaringan kanker tidak
memiliki kemampuan detoksikasi sianida, sehingga
terjadi akumulasi sianida (hydrocyanic atau prussic
acid) dalam jaringan kanker yang akan menyebabkan
kematian sel kanker karena asphyxia jika dikonsumsi
dalam jumlah yang sangat kecil (27).
Pro dan kontra terhadap pemakaian tumbuhan
obat yang mengandung racun sianida dalam
pengobatan kanker diperkirakan akan semakin tajam
dan bagi kelompok yang pro dengan konsep
pengobatan tersebut, hal penting yang perlu diketahui
adalah dosis pemakaian yang tepat dari umbi tanaman
tersebut, sedapat mungkin digunakan pada dosis yang
yang jauh dari dosis toksiknya. Gejala dari keracunan
tumbuhan obat yang mengandung sianida diantaranya
severe headache, stupor, convulsion, collapse dan
respiratory paralysis.
12. Tinospora cordifolia
Nama daerahnya brotowali, dan bahan yang
digunakanadalah daun dan batang.
Sebagai anti-tumor
Ekstrak metanol, air atau ekstrak metilen
klorida dari T. cordifolia dicampurkan pada kultur sel
HeLa (karsinoma serviks) pada dosis 0, 5, 10, 25,
50, 100 µg/ml dapat mematikan kultur sel tersebut.
Efek sitotoksik dari ekstrak air identik dengan ekstrak
metanol, sedangkan ekstrak metilen klorida
mempunyai efek sitotoksik 2,6 kali lebih besar
dibandingkan ekstrak metanol dan 6,8 kali
dibandingkan ekstrak air pada dosis 50 dan 100
µg/ml. Efek sitotoksik dari ekstrak tersebut setara
dengan efek dari doxorubicin. Diperkirakan tanaman
ini mempunyai prospek yang baik sebagai
antineoplastik (28).
13. Ocimum sanctum
Nama daerahnya lampes, dan bahan yang
digunakan adalah daun.
Sebagai anti-tumor
Efek papilomagenesis pada kulit dari ekstrak
daun O. sanctum diuji pada mencit galur Swiss albino
yang
diinduksi
dengan
7,12dimethylbenz[a]anthracene secara topikal. Ekstrak
daun O. sanctum juga diaplikasikan secara topikal
selama 15 hari, baik pada waktu pre-inisiasi, postinisiasi atau bersamaan dengan pemberian
karsinogen. Hasilnya mencit pada kelompok
perlakuan 2 kali lebih kecil terjadinya insiden kanker
dibandingkan dengan kelompok kontrol, terjadi
penurunan level glutation dan peningkatan 25%
aktivitas glutation S-transferase (29). Efek
khemopreventif O. sanctum juga dilakukan terhadap
pasta daun segar, ekstrak air dan ekstrak etanol yang
diberikan secara per-oral dan topikal kepada hamster
diinduksi
dengan
7,12-dimetilbenz[a]antrasena
(DMBA). Insiden dari papiloma dan squamous cell
carcinoma secara signifikan menurun dan waktu
hidup hewan percobaan meningkat pada pemakaian
topikal dan oral. Ekstrak air menunjukkan efek yang
lebih baik dibandingkan dengan bentuk formula yang
lain. Diperkirakan pemberian per-oral ekstrak air O.
sanctum dapat mencegah terjadinya karsinogenesis
(30).
14. Melia azadirachta
Nama daerahnya imbo atau mindi kecil,
dan bahan yang digunakan adalah daun, kulit batang
atau kulit akar.
Sebagai anti-tumor
209
Tanaman Obat… (Suprapto Ma’at.)
Pengujian dilakukan di Department of
Pharmacognosy, Tokyo College of Pharmacy, Japan.
Ekstrak etanol dari kulit akar M. azadirachta
menunjukkan aktivitas sitotoksik terhadap cell line
lymphcytic leukemia P388 secara in vitro. Fraksi
ekstrak yang memiliki efek sitotoksik adalah dua
macam limonoid tipe azadirahtin diantaranya adalah
1-tigloil-3-asetil-11-metoksimeliakarpinin dan 1asetil-3-tigloil-11-metoksimeliakarpinin. Di samping
itu juga mengandung limonoid tipe sendanin yang
sangat toksik yaitu 29-isobutilsendanin dan 29diasetilsendanin (31). Limonoid yang lain adalah dari
tipe trikhilin yang dikenal sebagai 12-deasetiltrikhilin
di antaranya adalah (1) 1-asetiltrikhilin, (2) 3deasetiltrikhilin, (3) 1-asetyl-3-deasetiltrikhilin, (4) 1asetil-2-deasetiltrikhilin, (5) meliatoksin-B1 (6)
trikhilin-H, (7) trikhilin-D, (8) 1,12,-diasetiltrikhilin
dan memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel P388
yang diamati menggunakan MTT (32). Limonoid
meliatoksin-B1 menunjukkan aktivitas sitotoksik
terhadap sel KB (33). Limonoid 28-deasetilsendanin
dikatakan memiliki efek sitotoksisitas lebih sensitif
dan selektif terhadap cell line SF-539 (CNS) dan PC3 (prostat) dibandingkan dengan adriamisin (34).
Sebagai imunomodulator
Terhadap sistem imun tubuh, ekstrak air M.
azadirachta merupakan anti-komplementer yang
sangat kuat yang bekerja melalui jalur klasik,
sedangkan terhadap sel leukosit polimorfonuklir
ekstrak tersebut tidak mempengaruhi aktivitas
fagositosis maupun respiratory burst yang diuji
dengan metode NBT reduction assay (35). Akan
tetapi penelitian oleh tim yang sama pada bulan
berikutnya ternyata ekstrak M. azadirachta
menghambat aktivitas fagositosis dari sel eksudat
peritoneal mencit terhadap sel target sel darah merah
domba
opsonisasi
dan
pengujian
secara
khemiluminesens menggunakan stimuli reseptor
dan/atau post-reseptor (PMA) menunjukkan adanya
hambatan (36).
Ekstrak M. azadirachta juga memiliki khasiat
sebagai anti-virus. Eksperimental laboratorium
menunjukkan bahwa ekstrak tersebut dapat
menghambat 66 sampai 100% pertumbuhan virus
ensefalitis Tacaribe dalam kultur sel (37). Komponen
meliasin dari ekstrak M. azadirachta dapat
menghambat multiplikasi dari virus Junin yang
tumbuh dalam kultur sel Vero (38). Meliasin juga
menghambat multiplikasi virus penyakit mulut dan
kuku (FMD virus) yang ditumbuhkan dalam kultur
sel BHK-21 (39).
Secara in vitro meliasin menghambat
pertumbuhan beberapa virus DNA maupun RNA,
akan tetapi meliacine juga menekan produksi
interferon (IFN) pada kultur cell line L929 dan
kultur sel primer fibroblast embrio mencit yang
diinduksi dengan virus NDV (Newcastle Disease
210
Virus) atau poly(rl).poly(rC) dan bahkan pada mencit
dewasa yang disuntik secara intraperitoneal dengan
meliasin maka produksi interferon akan habis sama
sekali. Belum diketahui bagaimana mekanismenya
suatu bahan anti-viral yang juga menekan produksi
interferon (40).
15. Centella asiatica (L) Urban
Nama daerahnya daun kaki-kuda atau
pegagan, dan bahan yang digunakan adalah daun.
Ekstrak dari C. asiatica mengandung
triterpenoid di antaranya adalah asiatikosida, asam
asiatik dan asam madekasik yang bersifat eutropik
sehingga banyak digunakan untuk mengobati
terbentuknya
keloid
dengan
nama
dagang
Madecassol.
Sebagai anti-tumor
Pengujian anti-tumor in vitro ekstrak C.
asiatica dilakukan di Amala Cancer Research Centre,
Kerala, India terhadap sel tumor Ehrlich ascites dan
sel tumor ascites limfoma Dalton. Terjadi hambatan
pertumbuhan dari cell line tersebut dengan dosis
efektif-50 (ED50) sebesar 17 dan 22 µg/ml. Ekstrak
tersebut tidak memberikan efek toksik terhadap sel
limfosit normal. Pada dosis 8 µg/ml memberikan efek
toksik terhadap kultur sel mouse lung fibroblast
(L929), dan pemberian per-oral kepada mencit yang
terkena tumor ascites dan kanker yang solid akan
memperpanjang waktu hidup mencit tersebut
dibandingkan dengan mencit kontrol. Diperkirakan
kerja anti-tumor dari ekstrak tersebut mempengaruhi
sintesis DNA (41).
DAFTAR RUJUKAN
1. Faq A. et al. (1995)
2. Rema Zarka. Nigella sativa: Investigation of
anti-inflammatory activity and literature review.
JIMA volume 28 1996 : 56-62.
3. Houghton PJ, Zarka R, de las Heras B, Hoult JR.
Fixed oil of Nigella sativa and derived
thymoquinone inhibit eicosanoid generation in
leucocytes and membrane lipid peroxidation.
Planta Medica 1995 Feb 61:1 33-6.
4. Salomi MJ, Nair SC, Panikkar KR. Inhibitory
effect of Nigella sativa and saffron (Crocos
sativus) on chemical carcinogenesis in mice.
Nutr Cancer 1991 16:1 67-72.
5. Salomi NJ, Nair SC, Jayawardhanan KK,
Varghese CD, Panikkar KR. Antitumor principle
from Nigella sativa seeds. Cancer Lett 1992
Mar 31 63:1 41-6.
6. Woethen DR, Ghosheh OA, Crooks PA The in
vitro anti-tumor activity of some crude and
purofied components of blackseed, Nigella sativa
L. Anticancer Res 1998 May-Jun 18:3A 1527-32.
7. Hirazumi A, Furuzawa E, Chou SC, Hokama Y.
Immunomodulation contributes to the anticancer
Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 3, No. 2, Juli 2004
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
activity oh Morinda citrifolia (noni) fruit juice.
Proc West Pharmacol Soc 1996 39 7-9.
Solomon N. NONI, Liquid Island (Morinda
citrifolia), The Tropical Fruit with 101 Medicinal
Uses. New york Times Best-Selling Author
1998.
Hirazumi A, Furuzawa E, Chou SC, Hokama Y.
Anticancer activity of Morinda citrifolia (noni)
on intraperitoneally implanted Lewis lung
carcinoma in syngeneic mice. Proc West
Pharmacol Soc 1994 37 145-6.
Hiramatzu, Tomonori, Imoto, Masaya, Takashi,
Emezawa, Kazuo. Induction of normal
phenotypes in Ras-Transformed cells by
Damnacanthal from Morinda citrifolia. Cancer
letters vol 73, 1993.
Materia Medika jilid II. Departemen Kesehatan
RI. Monografi Phyllanthus niruri L 1987: 77-82.
Thabrew MI, de Silva KT, Labadie RP, de Bie
PULA, van den Berg P.. Immunomodulatory
activity of three Sri Lanka medicinal plants used
in hepatic disorder. J Ethnopharmacol 1991
74(9): 63-6.
Suresh K, Vasudevan DM. Augmentation of
murine natural killer cells and antibodydependent cellular cytotoxicities by Phyllanthus
J
emblica,
a
new
immunomodulator.
Ethnopharmacol. 1994. Aug ; 44(1): 55-60.
Ji YH, Qin JZ, Wang WY, Zhu ZY, Liu XT.
1993. Effect of extracts from Phyllanthus
urinaria L on HBsAg production in PLC/PRF/5
cell line (Human hepatoma cell line). ChungKao-Chung-Yao-Tsa-Chih. 1993 Aug; 18(8):
496-8, 511.
Thyagarajan
SP,
Subramanian
S,
Thirinalasundari T, Venkateswaran PS. Effect of
Phyllanthus amarus on chronic carriers of
hepatitis B virus. Lancet 1991; 2(8614):764-6.
Suprapto Ma'at. Phyllanthus niruri L sebagai
imunostimulator pada mencit. Disertasi, Program
Pasca Sarjana Universitas Airlangga, 1997.
Jayaram S, Thyagarajan SP. Inhibition of HbsAg
secretion from Alexander cell line by
Phyllanthus amarus. Indian J Pathol Microbiol
1996 Jul 39:3 211-5.
Ott M, Thyagarajan SP, Gupta S. Phyllanthus
amarus suppresses hepatitis-B virus by
interrupting interactions between HBV enhancer1 and cellular transcription factors. Eur J Clin
Invest 1997 Nov 27:11 908-15.
Liu KC, Lin MT, Lee SS, Chiou JF, Ren S, Lien
EJ. Antiviral tannins two Phyllanthus species.
Planta Med 1999 Feb 65:1 43-6.
Ogata T, Higuchi H, Mochida S, Matsumoto H,
Kato A, Endo T, Kaji A, Kaji H. HIV-1 reverse
transcriptase inhibitor from Phyllanthus niruri.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
AIDS Res Hum Retroviruses 1992 Nov 8:11
1937-44.
Suthienkul O, Miyasaki O, Chulisiri M,
Kositanont U, Oishi K. Retriviral reverse
transcriptase inhibitory activity in Thai herbs and
cpices: screening with Moloney murine leukemia
viral enzims. Southeast Asian J Trop Med pubic
Health 1993 Dec 24:4 751-5.
Pettit GR, Schaufelberger DE, Nieman RA,
Difresne C, Saenz-Renauld JA. Antineoplastic
agents, 177. Isolation and structure of
phyllanthostatin 6. J Nat Prod 1990 Nov-Dec
53:6 1406-13.
Jeena KJ, Joy KL, Kuttan R. Effect of Emblica
officinalis, Phyllanthus amarus, Pcorrhiza kurroa
on
N-nitrosodiethylamine
induced
hepatocarcinogenesis. Cancer Lett 1999 Feb 8
136:1 11-6.
Suprapto Ma’at (tidak dipublikasikan)
Prawat H, Mahidol C, Ruchirawat S, Prawat U,
Tuntiwatwut-tikul P, Tooptakong U, Taylor WC.
Cyanogenic ang non-cyanogenik glycosides from
Manihot esculenta. Phytochemistry 1995 Nov
40:4 1167-73.
Padmaja G. Cyanide detoxication in cassava for
food and feed uses. Crit Rev Food Sci Nutr 1995
Jul 35:4: 299-339.
Weiss RF. Herbal Medicine. Translated from the
Sixth German Edition of Lehrbuch der
Phytotherapie.1991. Beaconfield Publisher Ltd:
322-327.
Jagetia GC, Nayak V, Vidyasagar MS.
Evaluation of the antineoplastic activity of
guduchi (Tinospora cordifolia) in cultured HeLa
cells. Cancer Lett 1998 May 15 127:1 71-82.
Prashar R, Kumar A, Banerjee S, Rao AR.
Chemopreventive action by an extract from
Ocimum
sanctum
on
mouse
skin
papillomagenesis and its enhancement of skin
glutathione S-transferase activity and acid
soluble sulfhydryl level. Anticancer Drug 1994
Oct 5:5 567-72.
Karthikeyan K, Ravichandran P, Govindasamy
S. Chemopreventive effect of Ocimum sanctum
on DMBA-induced hamster buccal pouch
carcinogenesis. Oral Oncol 1999 Jan 35:1 1129.
Itokawa H, Qiao ZS, Takeya K. Cytotoxic
limonoids and tetranortriterpenoids from melia
azedarachta. Chem Pharm Bull (Tokyo) 1995
Jul 43:7 1171-5.
Takeya K, Quio ZS, Hirobe C, Itokawa H.
Cytotoxic trichilin-type limonoids from Melia
azedarach. Bioorg Med Chem 1996 Aug 4:8
1355-9.
211
Tanaman Obat… (Suprapto Ma’at.)
33. Tada K, Takido M, Kitanaka S. Limonoid from
fruit of Melia toosendan and their cytotpxic
activity. Phytochemistry 1999 Jul 51:6 787-91.
34. Kim HM, Oh GT, Han SB, Hong DH, Hwang
BY, Kim YH, Lee JJ. Comparative study of
adriamycin and 28-deacetyl sendanine on in vitro
growth inhibition of human cancer cell lines.
Arch Pharm Res 1994 Apr 17:2 100-3.
35. Benencia F, Courreges MC, Massouh EJ,
Coulombie FC. Effect of Melia azedarach L. leaf
extracts
on
human
complement
and
J
polymorphonuclear
leukocytes.
Ethnopharmacol 1994 Jan 41:1 53-7.
36. Courreges MC, Benencia F, Coto CE, Massouh
EJ, Coulombie FC. In vitro antiphagocytic effect
of Melia azedarach leaf extracts on mouse
peritoneal exudate cells. J Ethnopharmacol
1994 Jul 8 43:2 135-40.
37. Andrei GM, Lampuri JS, Coto CE, Torres RA.
An antiviral factor from Melia azedarach L
212
38.
39.
40.
41.
prevents Tacaribe virus encephalitis in mice.
Experientia 1986 Jul 42:7 843-5.
Castilla V, Barquero AA, Mersich SE, Coto CE.
In vitro anti-Junin virus of peptide isolated from
Melia azedarach L leaves. Int J antimicrob
Agents 1998 Apr 10:1 67-75.
Wachsman MB, Castilla V, Coto SE. Inhibition
of foot and mouth disease virus (FMDV)
uncoating by a plant-derived peptide isolated
from Melia azedarach L leaves. Arch Virol 1998
143:3 581-90.
Andrei GM, Coulombie SC, Courreges MC, de
Torres MA, Coto CE. Meliaceine, an antiviral
compound from Melia azedarach L, inhibits
interferon production. J Interferon Res 1990
Oct 10:5 469-75.
Babu TD, Kuttan G, Padikkala J. Cytotoxic and
antitumor properties of certain taxa of
Umbeliferae with special reference to Centella
asiatica (L.) Urban. J Ethoipharmacol 1995
August 11 48:1 53-7.
Download