BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang digunakan untuk menilai posisi keuangan dan kinerja perusahaan. Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan juga merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan keuangan tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada para investor dan kreditor dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi dana mereka. Dalam proses go public, laporan keuangan memiliki fungsi yang penting bagi issuer (pemilik perusahaan), Underwriters (penjamin emisi). Bagi issuers dan underwriters laporan keuangan merupakan sumber informasi utama untuk menentukan harga dalam proses penawaran saham. Pentingnya laporan keuangan juga diungkapkan Belkoui (1993) dalam Agnes (2001), bahwa laporan keuangan merupakan sarana untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan oleh manajer atas sumber daya pemilik. Laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan rugi laba, dan laporan ekuitas yang disusun berdasarkan akrual serta laporan arus kas yang berdasarkan dasar kas. Dalam penyusunan laporan keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara riil, namun disisi lain penggunaan dasar akrual dapat memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen dalam memilih metode akuntansi selama tidak menyimpang dari aturan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku. Kelemahan akuntansi akrual menimbulkan peluang bagi manager untuk mengimplementasikan strategi manajemen laba. Strategi ini dikatagorikan menjadi pilihan kebijakan/metode akuntansi dan discretionary accruals (kebijakan pengestimasian akuntansi), Komarudin dkk. (2007). Generally accepted accounting principle (GAAP) atau Prinsip Akuntansi yang Beterima Umum (PABU) memberikan keleluasaaan bagi manajer untuk memilih metode akuntansi yang akan digunakan dalam menyusun laporan keuangan (Veronica, 2003 dalam Zaenal, 2006) Pilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dikenal dengan sebutan manajemen laba atau earnings management. Parameter penting dalam laporan keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen adalah laba. Tidak salah apabila banyak yang menilai berhasil atau tidaknya suatu manajemen diukur dari besarnya laba yang diperoleh. Jika pada suatu kondisi dimana pihak manajemen ternyata tidak berhasil mencapai target laba yang ditentukan, maka manajemen akan memanfaatkan fleksibilitas yang diperbolehkan oleh standar akuntansi dalam menyusun laporan keuangan untuk memodifikasi laba yang dilaporkan. Manajemen termotivasi untuk memperlihatkan kinerja yang baik dalam menghasilkan laba maksimal bagi perusahaan sehingga manajemen cenderung memilih dan menerapkan metode akuntansi yang dapat memberikan informasi laba lebih baik. Kehadiran motivasi dan peluang memberi kesempatan bagi manajer untuk melakukan manajemen laba. Watt dan Zimmerman, (1986) dalam Tri (2008) menyatakan bahwa penelitian manajemen laba sejalan dengan konsep Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory) yang beranggapan bahwa perilaku majer dalam proses pembuatan laporan keuangan termotivasi oleh beberapa faktor. Menurut Scott, (2000) dalam Komarudin dkk. (2007), motivasi manajemen laba meliputi bonus plan (rencana bonus), debt covenant (perjajian hutang), dan political cost (biaya politik). Manajer termotivasi mengelola laba untuk mencapai target kinerja dan kompensasi bonus, meminimalkan kemungkinan pelanggaran perjanjian hutang, dan meminimalkan biaya politik karena intervensi pemerintah dan parlemen. Pengaruh motivasi rencana bonus terhadap praktik manajemen laba sebelumnya pernah dilakukan penelitian oleh Gaver et al. (1995), Beaver dkk. (2003) dan Komarudin dkk. (2007). Hasil penelitian secara keseluruhan menunjukkan bahwa motivasi rencana bonus tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap praktik manajemen laba. Hasil penelitian tersebut tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Healy (1985), Dechow dan Sloan (1991), Defond dan Jiambalvo (1994), serta Sweeny (1994) dalam Komarudin dkk. (2007) yang menemukan bukti bahwa manajer berusaha meningkatkan kompensasinya dengan pemotongan biaya riset serta akan menurunkan laba ketika informasi laba tidak mencapai target bonus minimal atau melewati target bonus maksimal. Hal yang sama juga di ungkapkan oleh Julia dkk. (2005) dalam Hermi (2009) yang menyatakan bahwa temuannya mengenai Kinerja masakini yang berpengaruh terhadap manajemen laba dapat di jelaskan dengan bonus plan hypotesis dimana manajer berusaha mendapatkan bonus tambahan dengan menaikkan laba masa kini. Watts dan Zimmerman (1986), Defond dan jiambalvo (1994), Sweeny (1994), Collins et al. (1995), Adiel (1996), serta Han and Wong (1998) dalam Komarudin dkk. (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh motivasi debt covenant (perjanjian hutang) terhadap praktik manajemen laba. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa motivasi debt covenant berpengaruh positif dan signifikan terhadap praktik manajemen laba. Pada studi lain seperti yang dilakukan oleh De Angelo dkk. (1994), Saleh dan Ahmed (2005) dalam Hermi (2009) menyatakan bahwa manajer sedikit mungkin melakukan manajemen laba yang meningkatkan laba, malahan manajer lebih mungkin melakukan manajemen laba yang menurunkan laba untuk menyoroti kesulitan keuangan perusahaan. Komarudin dkk. (2007) melakukan penelitian yang berhubungan dengan motivasi politik dan praktik manajemen laba serta menyimpulkan adanya pengaruh positif dan signifikan. Penelitian Komarudin dkk. ini didukung oleh hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Collin et al. (1995), Adiel (1996), serta Han dan Wong (1998). Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa manajer menggunakan discretionary accruals dalam menurunkan laba untuk menghindari tuntutan penurunan harga jual dan tekanan regulasi (peraturan) dari pemerintah. Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Cahan (1992), dalam Lodovicus (2008) menemukan bukti yang konsisten dengan political cost hypothesis dan konsisten dengan pandangan bahwa manajer menyesuaikan labanya dalam rangka merespon aktivitas investigasi antitrust. Kieso dan Weygandt, (1995) dalam Rudi (2008), mengungkapkan bahwa laba yang dihasilkan dalam laporan laba rugi seringkali dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan. Dalam Penelitian tentang pengaruh strategi pemilihan metode akuntansi terhadap praktik manajemen laba dilakukan oleh Komarudin dkk (2007). Mengungkapkan bahwa hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa strategi pemilihan metode akuntansi tidak berpengaruh terhadap terhadap praktik manajemen laba. Hasil penelitian tersebut tidak sesuai dengan yang diungkapkan Kieso dan Weygendt (1995) dan tidak konsisten konsisten dengan studi Zmijewski dan Hagerman (1981) Penelitian ini termotivasi oleh penelitian Komarudin dkk. (2007) yang meneliti mengenai motivasi manajemen laba pada perusahaan publik di Indonesia. Penelitian ini mencoba memper kuat penelitian Komarudin.dkk. (2007) Dengan menambahkan serta memperbaharui tahun penelitian. Untuk itu, peneliti akan mencoba meneliti kembali dengan judul “PENGARUH MOTIVASI DAN STRATEGI PILIHAN METODE AKUNTANSI TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA” B. Batasan Masalah Batasan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Motivasi manajemen laba dalam penelitian ini meliputi bonus plan (BP), dept covenant (DC), Political cost (PC), dan strategi pilihan metode akuntansi (SML)” C. Rumusan Masalah Berdasar uraian pada latar belakang masalah di atas, maka dapat diambil pokok permasalahan yaitu: 1. Apakah perusahaan melakukan praktik manajemen laba dalam laporan keuangan perusahaan? 2. Apakah motivasi mempengaruhi praktik manajemen laba pada perusahaan publik di Indonesia? 3. Apakah pilihan metode akuntansi mempengaruhi praktik manajemen laba pada perusahaan publik di Indonesia? D. Tujuan Penelitian Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah motivasi bonus plan berpengaruh terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan publik di Indonesia. 2. Untuk mengetahui apakah motivasi debt covenant berpengaruh terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan publik di Indonesia. 3. Untuk mengetahui apakah motivasi political cost berpengaruh terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan publik di Indonesia. 4. Untuk mengetahui apakah pilihan metode akuntansi berpengaruh terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan publik di Indonesia. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan praktisi: 1. Penelitian ini memberikan manfaat praktis dalam pengetahuan akuntansi, yaitu untuk mengetahui praktik manajemen laba pada perusahaan publik di Indonesia. 2. Penelitian ini menginformasikan tipe-tipe motivasi manajemen laba pada perusahaan publik di Indonesia yang berguna bagi masyarakat bisnis untuk menilai kualitas laba.