BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Manajemen Sumber Daya Pengertian Manajemen Sumber Daya Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting di dalam suatu organisasi atau perusahaan disamping faktor lain seperti faktor financial, teknologi modern, sarana dan prasana yang lengkap. Keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh mampu atau tidaknya perusahaan dalam mengelola sumber daya manusia yang ada sehingga menghasilkan kinerja yang optimal. Terdapat beberapa definisi sumber daya manusia yang telah dikemukakan oleh beberapa para ahli diantaranya : Menurut Umar (1998) dalam Sunyoto (2015), manajemen sumber daya manusia adalah suatu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan atas pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan secara terpadu. Sementara itu, menurut Dessler (1997) dalam Sutrisno (2009), Manajemen sumber daya manusia didefinisikan sebagai suatu kebijakan dan praktik yang dibutuhkan seseorang yang menjalankan aspek “orang” atau sumber daya manusia dari posisi seorang manajemen, meliputi perekrutan, penyaringan, pelatihan, pengimbalan, dan penilaian. Sedangkan 12 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 menurut Handoko (1996) dalam Rachmawati (2008), Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan kegiatan–kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi dan masyarakat. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap kegiatan–kegiatan yang dijalankan oleh seseorang dari posisi manajemen meliputi perkerutan, penyaringan, pelatihan, pengimbalan, dan penilaian agar tercapainya tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia menurut Sunyoto (2015) memiliki beberapa fungsi dimana fungsi tersebut saling berkaitan satu sama lain. Fungsi manajemen sumber daya manusia antara lain : 1. Fungsi Manajerial a. Perencanaan Fungsi perencanaan meliputi penentuan program sumber daya manusia yang akan membantu pencapaian tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. b. Pengorganisasian http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 Fungsi pengorganisasian adalah membentuk organisasi dengan merancang susunan dari berbagai hubungan antara jabatan, personalia dan faktor-faktor fisik. c. Pengarahan Fungsi pengarahan adalah mengusahakan agar karyawan mau bekerja secara efektif melalui perintah motivasi. d. Pengendalian Fungsi pengendalian adalah mengadakan pengamatan atas pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana dan mengoreksinya jika terjadi penyimpangan. 2. Fungsi Operasional a. Pengadaan Fungsi pengadaan meliputi perencanaan sumber daya manusia, perekrutan, seleksi , penempatan dan orientasi karyawan, perencanaan mutu dan jumlah karyawan. b. Pengembangan Fungsi pengembahan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan sikap karyawan agar dapat melaksanakan tugas dengan baik. c. Kompensasi Fungsi kompensasi dapat diartikan sebagai pemberian penghargaan yang adil dan layak kepada karyawan sebagai balas jasa kerja mereka. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 d. Integrasi Fungsi pengintegrasian karyawan ini meliputi usaha untuk menyelaraskan kepentingan individu karyawan, organisasi dan masyarakat. e. Pemeliharaan Fungsi pemeliharaan tidak hanya mengenai usaha untuk mencegah kehilangan karyawan tetapi dimaksud untuk memelihara sikap kerja sama dan kemampuan bekerja karyawan tersebut. f. Pemutusan Hubungan Kerja Fungsi pemutusan hubungan kerja yang terakhir adalah memutuskan hubungan kerja dan mengembalikannya kepada masyarakat (pensiun, pemberhentian, dan pemecatan). 2. Disiplin Kerja Pengertian Disiplin Kerja Disiplin kerja merupakan salah satu hal yang mempengaruhi kinerja karyawan. Seorang karyawan yang memiliki disiplin kerja yang tinggi akan cenderung lebih teratur dalam berbagai hal seperti masuk dan pulang kerja tepat waktu, menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, dan mampu mematuhi setiap peraturan yang berlaku pada perusahaan tersebut. Tujuan suatu perusahaan akan sangat sulit dicapai apabila karyawan tidak memiliki disiplin kerja yang tinggi. Menurut Hersey et. al (1986) dalam Darmawan (2006) masalah pengembangan kedisiplinan kerja para karyawan adalah salah satu masalah cukup sulit yang dihadapi seorang pemimpin dalam mengembangkan kinerja pegawai. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 Menurut Prijodarminto (1993) dalam Darmawan (2006) disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses serangkaian perilaku yang menunjukan nilai–nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan atau ketertiban. Menurut Robbins (2005) disiplin kerja dapat diartikan sebagai suatu sikap dan perilaku yang dilakukan secara sukarela dengan penuh kesadaran dan kesediaan mengikuti peraturan–peraturan yang telah ditetapkan secara bersama baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Sedangkan Hasibuan (2013), mengemukakan kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma–norma sosial yang berlaku. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugas–tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini akan mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan organisasi. Sementara itu, menurut Dessler (2010) kedisiplinan merupakan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma–norma sosial yang berlaku. Kesadaran adalah jika seseorang yang secara sukarela mentaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawab. Dari beberapa definisi di atas yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah suatu sikap dan perilaku yang dilakukan secara sukarela dengan penuh kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma sosial yang berlaku. Menurut Surono (1981) dalam Darmawan (2006) terdapat 2 pendapat mengenai terbentuknya disiplin kerja pada karyawan, yaitu : http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 1. Disiplin yang muncul dalam diri sendiri. Disiplin harus muncul dari dalam diri sendiri. Disiplin yang muncul dari dalam diri akan menciptakan kesadaran dan kepatuhan yang alami. 2. Disiplin dibentuk karena pengaruh luar Dengan kata lain, maka makna disiplin itu adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses perilaku, melalui pelajaran, kepatuhan, ketaatan, kesetiaan, hormat kepada ketentuan/peraturan, dan norma yang berlaku. Macam – Macam Disiplin Kerja Menurut Mangkunegara (2005) ada 2 bentuk disiplin kerja, yaitu disiplin preventif dan disiplin korektif : 1. Disiplin Preventif Suatu upaya menggerakan pegawai mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturan–aturan yang telah digariskan oleh perusahaan. Tujuan dasarnya adalah untuk menggerakan pegawai berdisiplin diri. Dengan cara preventif, pegawai dapat memelihara dirinya terhadap peraturan–peraturan perusahaan. 2. Disiplin korektif Suatu upaya menggerakan pegawai dalam menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada perusahaan. Pada disiplin kerja korektif, pegawai yang melanggar disiplin perlu diberi sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tujuan pemberian sanksi adalah untuk memperbaiki pegawai pelanggar, memelihara peraturan yang berlaku, dan memberikan pelajaran kepada pelanggar. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja Tinggi rendahnya tingkat disiplin kerja yang dimiliki oleh seorang karyawan akan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan hidupp suatu perusahaan. Menurut Hasibuan (2009) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kedisplinan pegawai suatu organisasi, diantaranya : 1. Tujuan dan kemampuan Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada karyawan harus sesusai dengan kemampuan karyawan yang bersangkutan, agar dia bekerja sungguh–sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya, akan tetapi jika pekerjaan itu diluar kemampuannya maka kesungguhan dan kedisplinan karyawan rendah. 2. Teladan dan memimpin Teladan dan memimpin sangat berperan dalam menentukan kedisplinan karyawan karena pimpinan dijadikan teladan atau panutan oleh bawahannya. Pimpinan harus memberi contoh yang baik, jujur, adil serta sesuai dengan perbuatan dengan teladan pimpinan yang baik (kurang berdisplin, para bawahan pun akan kurang berdisplin). 3. Balas jasa Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisplinan karyawan karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap perusahaan/pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan semakin baik terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka akan baik pula. Balas jasa berperan penting http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 untuk menciptakan kedisiplinan karyawan. Artinya semakin besar balas jasa semakin baik kedisiplinan karyawan. Sebaliknya apabila balas jasa kecil kedisiplinan karyawan sulit untuk berdisiplin baik selama kebutuhankebutuhan primernya tidak terpenuhi dengan baik. 4. Keadilan Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam pemberian balas jasa (pengakuan) atau hukuman akan merangsang terciptanya kedisplinan karyawan yang baik. Manajer yang cakap dalam memimpin selalu berusaha bersikap adil terhadap bawahannya. Dengan keadilan yang baik akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula, jadi keadilan harus diterapkan dengan baik pada setiap perusahaan supaya kedisiplinan karyawan perusahaan baik pula. 5. Waskat Waskat (pengawasan melekat) tindakan yang nyata dan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplian karyawan perusahaan . Dengan waskat berarti harus aktif dan mengawasi langsung perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya. 6. Sanksi hukuman Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan merasa semakin takut melanggar yang semakin berat, karyawan akan merasa semakin takut melanggar peraturan–peraturan perusahaan, sikap dan perilaku indisipliner karyawan. 7. Ketegasan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 Ketegasan pimpinan dalam melakukan akan mempengaruhi kedisiplinan karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas, bertindak untuk menghukum disetiap karyawan indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan. 8. Hubungan kemanusiaan Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan kemanusiaan yang serasi serta mengikat. Vertikal maupun horizontal diantara semua tenaga kerjanya. Hal ini akan memotivasi kedisiplinan karyawan akan tercipta sasaran perusahaan apabila hubungan manusia dalam organisasi tersebut baik. Sanksi Pelanggaran Kerja Menurut Zainal (2014) Pelanggaran kerja adalah setiap ucapan, tulisan, perbuatan seorang pegawai yang melanggar peraturan disiplin yang telah diatur oleh pimpinan organisasi. Sedangkan sanksi pelanggaran kerja adalah hukuman disiplin yang dijatuhkan pimpinan organisasi kepada pegawai yang melanggar peraturan disiplin yang telah diatur pimpinan organisasi. Ada beberapa tingkat dan jenis sanksi pelanggaran kerja yang umumnya berlaku dalam suatu organisasi yaitu : 1. Sanksi pelanggaran ringan, dengan jenis : a. Teguran lisan b. Teguran tertulis http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 c. Pernyataan tidak puas secara tertulis 2. Sanksi pelanggaran sedang, dengan jenis : a. Penundaan kenaikan gaji b. Penurunan gaji c. Penundaan kenaikan pangkat 3. Sanksi pelanggaran berat, dengan jenis : a. Penurunan pangkat b. Pembebasan dari jabatan c. Pemberhentian d. pemecatan Sutrisno (2013) menyatakan bahwa di dalam kehidupan sehari–hari, dimana pun manusia berada, dibutuhkan peraturan-peraturan dan ketentuanketentuan yang akan mengatur dan membatasi setiap kegiatan dan perilakunya. Namun peraturan–peraturan tersebut tidak akan ada artinya bila tidak disertai dengan sanksi bagi pelanggarnya. Menurut Dessler (1994) dalam Prawironegoro dan Siswandoko (2011) menjelaskan disiplin tanpa hukuman (discipline without punishment) dengan tujuan untuk memperoleh penerimaan karyawan terhadap aturan, dengan mengurangi sifat punitif (menghukum) dari disiplin itu sendiri. Pada disiplin tanpa hukuman ini nampaknya keputusan diserahkan kepada karyawan yang bersangkutan dengan memberikan kesempatan/waktu untuk berfikir dan mempertimbangkan antara bersedia atau tidak dalam mematuhi aturan-aturan yang berlaku. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 Tujuan Disiplin Kerja Menurut Hasibuan dalam Fandy (2008), tujuan disiplin kerja antara lain sebagai berikut : 1. Karyawan dapat menepati segala peraturan dan kebijaksanaan ketenagakerjaan maupun peraturan dan kebijaksanaan perusahaan yang berlaku serta melaksanaan perintah atasan atau manajemen. 2. Karyawan dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik–baiknya serta memberikan pelayanan yang maksimum kepada pihak tertentu yang berkepentingan dalam perusahaan. 3. Karyawan dapat menggunakan dan memelihara baik sarana dan prasana maupun barang dan jasa milik perusahaan. 4. Karyawan mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi sesuai dengan harapan perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dimensi dan Indikator Disiplin Kerja Disiplin kerja adalah suatu sikap seorang karyawan dalam mematuhi semua peraturan yang berlaku di suatu perusahaan secara suka rela dan penuh dengan kesadaran yang bertujuan demi kelangsungan hidup suatu organisasi atau perusahaan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Karyawan yang memiliki tingkat kedisiplinan kerja yang tinggi akan menghasilkan kinerja yang tinggi dan sebaliknya karyawan yang memiliki tingkat kedisiplinan kerja yang rendah maka akan menghasilkan kinerja yang rendah pula. Menurut Rivai (2008) : http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 1. Kehadiran : a) Karyawan meminta izin apabila terlambat datang ke kantor. b) Karyawan meminta izin apabila tidak dapat masuk kerja. 2. Ketaatan pada peraturan kerja a) Karyawan mengenakan pakaian sesuai dengan peraturan perusahaan. b) Karyawan tidak membawa pulang peralatan perusahaan. 3. Ketaatan pada standar kerja a) Karyawan bekerja sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan perusahaan. b) Karyawan melakukan semua pekerjaan sesuai standar kerja yang telah ditentukan perusahaan. 4. Tingkat kewaspadaan tinggi a) Karyawan teliti dalam bekerja. b) Karyawan berhati–hati dalam menggunakan peralatan perusahaan. 5. Bekerja Etis a) Karyawan bersikap sopan selama berada di kantor. b) Karyawan memiliki etika yang baik selama berada di kantor. 3. Stres Kerja Pengertian Stres Kerja Stres bukanlah sesuatu yang aneh atau yang tidak berkaitan dengan suatu keadaan normal yang terjadi pada orang normal atau dapat dikatakan bahwa stres tidak selalu berkonotasi negatif. Menurut Douglas dalam Noviandari (2007) menyatakan bahwa stres kerja terbagi dua yaitu stres kerja negatif dan stres kerja http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 positif. Stres negatif biasa disebut distress seringkali menghasilkan perilaku karyawan yang disfungsional seperti sering melakukan kesalahan, moral yang rendah, bersikap masa bodoh dan absen tanpa keterangan. Di sisi lain stres positif atau biasa disebut eustress dimana akan menciptakan tantangan dan perasaan untuk selalu berprestasi serta berperan sebagai faktor motivator yang kritis bagi banyak karyawan. Karyawan yang mengalami stres kerja akibat lingkungan yang dihadapinya akan mempengaruhi kinerja karyawan tersebut. Menurut handoko (2008) stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir, dan kondisi seseorang. Menurut Robbins (2008), stres adalah suatu kondisi dinamis dimana seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Menurut Hager dalam Umam (2010), stres sangat bersifat individual dan pada dasarnya bersifat merusak apabila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu dengan beban yang dirasakannya. Sedangkan menurut Sunyoto (2015) stres merupakan sebuah kondisi dinamis dimana seseorang dihadapkan pada konfrontasi antara kesempatan, hambatan atau permintaan akan apa yang dia inginkan dan hasilnya dipersepsikan tidak pasti dan penting. Definisi ini cukup rumit namun pada dasarnya ada tiga kriteria penting dari stress, yaitu adanya kesempatan, adanya hambatan, dan adanya demand. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa stres kerja adalah suatu kondisi dinamis dimana seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 individu itu dan hasilnya dipersepsikan tidak pasti dan penting, yang mana hal ini mempengaruhi emosi, proses berfikir, dan kondisi seseorang. Stres harus mendapatkan perhatian yang serius oleh bagian manajemen perusahaan, karena apabila stres kerja tidak teratasi dengan baik maka akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Menurut Siagian (2008) ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian : 1. kemampuan mengatasi sendiri stres yang dihadapi tidak sama pada semua orang. Ada orang yang memiliki daya tahan yang tinggi menghadapi stres dan oleh karenanya mampu mengatasi sendiri stres tersebut. Sebaliknya tidak sedikit orang yang daya tahan dan kemampuannya menghadapi stres rendah. 2. Pada tingkat tertentu stres itu perlu. Kalangan ahli berpendapat bahwa apabila tidak ada stres dalam pekerjaan, para karyawan tidak akan merasa ditantang dengan akibat bahwa prestasi kerja akan menjadi rendah. Sebaliknya dengan adanya stres, karyawan merasa perlu mengerahkan segala kemampuannya untuk berprestasi tinggi dan dengan demikian dapat menyelesaikan tugas dengan baik. Gejala – Gejala Stres Kerja Seorang karyawan yang mengalami stres kerja akan terlihat dari beberapa gejala yang ditimbulkannya. Gejala merupakan penampakan dari suatu sikap atau perasaan. Penampakan rasa yang dapat berupa rasa senang maupun rasa tidak senang. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 Gejala stres menurut Robbin dalam Hariandja (2007) yang dialami seseorang dikelompokan menjadi 3 kategori, yaitu : 1. Gejala Fisik, yaitu perubahan–perubahan yang terjadi pada metabolisme organ tubuh seperti denyut jantung yang meningkat, tekanan darah yang meningkat, sakit kepala, dan sakit perut yang bisa kita alami dan harus diwaspadai. 2. Gejala psikologis, yaitu perubahan–perubahan sikap yang terjadi seperti ketegangan, kegelisahan, ketidaktenangan, kebosanan, cepat marah, dan lainlain. 3. Gejala keperilakuan, yaitu perubahan–perubahan atau situasi di mana produktivitas seseorang menurun, absensi meningkat, kebiasaan makan berubah, merokok bertambah, banyak minum–minuman keras, tidak bisa diatur, berbicara tidak tenang, dan lain–lain. Faktor – Faktor Penyebab Stres Kerja Faktor–faktor yang menyebabkan stres kerja menurut Suprihanto (2003) dalam Sunyoto (2015) adalah sebagai berikut : 1. Penyebab Fisik a. Kebisingan Kebisingan yang terus–menerus dapat menjadi sumber stres bagi banyak orang. Namun perlu diketahui bahwa terlalu tegang juga menyebabkan hal yang sama. b. Kelelahan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 Masa kelelahan dapat menyebabkan stres karena kemampuan untuk bekerja menurun. Kemampuan bekerja menurun menyebabkan prestasi menurun dan tanpa disadari menimbulkan stres. c. Penggeseran Kerja Mengubah pola kerja yang terus–menerus dapat menimbulkan stres. Hal ini disebabkan karena seseorang karyawan sudah terbiasa dengan pola kerja yang lama dan sudah terbiasa dengan kebiasaan–kebiasaan lama. d. Jetlag Jetlag adalah jenis kelelahan khusus yang disebabkan oleh perubahan waktu sehingga memengaruhi irama tubuh seseorang. Untuk itu disarankan bagi mereka yang baru menempuh perjalanan jauh dimana terdapat perbedaan waktu, agar beristirahat minimal 24 jam sebelum melakukakan sesuatu aktivitas. e. Suhu dan Kelembaban Bekerja dalam suatu ruangan yang suhunya terlalu tinggi dapat memengaruhi tingkat prestasi karyawan. Suhu yang tinggi harus dapat ditoleransi dengan kelembaban yang rendah. f. Beban Kerja Beban kerja yang terlalu banyak dapat menyebabkan ketegangan dalam diri seseorang sehingga menimbulkan stres. Hal ini bisa disebabkan oleh tingkat keahlian yang dituntut terlalu tinggi, kecepatan kerja mungkin terlalu tinggi, volume kerja mungkin teralu banyak dan sebagainya. g. Sifat Pekerjaan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 1) Situasi Baru dan Asing Menghadapi situasi baru dan asing dalam pekerjaan atau organisasi, seseorang akan terasa sangat tertekan sehingga dapat menimbulkan stres. 2) Ancaman Pribadi Suatu tingkat kontrol (pengawasan) yang terlalu ketat dari atasan menyebabkan seseorang terasa terancam kebebasannya. 3) Percepatan Stres bisa terjadi jika ketidakmampuan seseorang untuk memacu pekerjaan. 4) Ambiguitas Kurangnya kejelasan terhadap apa yang harus dikerjakan akan menimbulkan kebingungan dan keraguan bagi seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan. 5) Umpan Balik Standar kerja yang tidak jelas dapat membuat karyawan tidak puas karena mereka tidak pernah tahu prestasi mereka. Disamping itu, standar kerja yang tidak jelas juga dapat dipergunakan untuk menekan karyawan. h. Kebebasan Kebebasan yang diberikan kepada karyawan belum tentu merupakan hal yang menyenangkan. Ada sebagian karyawan justru dengan adanya kebebasan membuat mereka merasa ketidakpastian dan ketidakmampuan dalam bertindak. Hal itu dapat merupakan sumber stres bagi seseorang. i. Kesulitan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 Kesulitan–kesulitan yang dialami di rumah, seperti ketidakcocokan suami– istri, masalah keuangan, ataupun perceraian dapat mempengaruhi prestasi seseorang. Hal–hal seperti ini dapat merupakan sumber stres bagi seseorang. Kondisi–kondisi yang cenderung menyebabkan stres disebut stressors. Karyawan yang mengalami stres kerja dapat diakibatkan oleh hanya satu atau bahkan lebih dari stressors. Menurut Handoko (2008) terdapat 2 kategori penyebab stres, yaitu on–the job dan off–the job. Diantara kondisi–kondisi kerja tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Penyebab–Penyebab Stres Stres On – the Job Stres Off – the Job 1. Beban kerja yang berlebihan 2. Kemenduaan peranan (role ambiguity) 3. Tekanan atau desakan waktu untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. 4. Frustasi 1. Kekurangan finansial 2. Masalah – masalah yang bersangkutan dengan anak 3. Masalah – masalah perkawinan (misal, perceraian) 4. Perubahan – perubahan yang terjadi di tempat tinggal. Cara Mengatasi Stres Kerja Tingkat stres kerja yang dialami oleh seorang karyawan akan mempengaruhi kinerja dari karyawan tersebut. Oleh karena itu, masalah stres perlu mendapat perhatian dan pengelolaan yang serius oleh perusahaan demi tercapainya tujuan perusahaan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 Menurut Prabu (2009) terdapat 3 strategi dalam menghadapi stres, diantara lain : 1. Memperkecil dan mengendalikan sumber–sumber stres Dilakukan penilaian terhadap sumber stres, mengembangkan alternatif tindakan, mengambil tindakan yang dianggap paling tepat, mengambil tindakan yang lebih positif, dan memanfaatkan umpan balik 2. Menetralkan dampak yang timbul oleh stres Dilakukan dengan mengendalikan berbagi reaksi baik jasmaniah, emosional, maupun bentuk–bentuk mekanisme pertahanan diri. Dalam bentuk mekanisme pertahanan diri dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya, menangis, menceritakan masalah kepada orang lain, humor (melucu), istirahat, dan sebagainya. Sedangkan dalam menghadapi reaksi emosional adalah dengan mengendalikan emosi secara sadar dan mendapatkan dukungan sosial dari lingkungan. 3. Meningkatkan daya tahan pribadi Dilakukan dengan memperkuat diri sendiri, yaitu dengan lebih memahami diri, memahami orang lain, mengembangkan keterampilan pribadi, berolah raga secara teratur dan disiplin, mengembangkan tujuan dan nilai–nilai agama dalam bentuk keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan pondasi yang paling utama, sehingga kecil kemungkinannya akan memperoleh dampak negatif dari stres. Cara lain yang dapat dilakukan dalam mengatasi stres menurut Schermrhorn, et. al dalam Hariandja (2007) adalah : http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 1. Mengelola waktu, waktu yang kita miliki memang terbatas, sehingga bilamana kita menghadapi berbagai tuntutan dapat mengakibatkan stres. Tetapi, bilamana waktu diatur dengan baik, akan dapat meningkatkan penyelesaian berbagai pekerjaan dengan lebih efektif. Beberapa prinsip yang dapat dipegang adalah : a. Membuat daftar mengenai aktivitas yang harus dilakukan. b. Menentukan prioritas aktivitas berdasarkan kepentingan dan urgensinya. c. Menentukan waktu pelaksanaan sesuai dengan prioritas. 2. Latihan Fisik, melakukan berbagai kegiatan fisik yang menyenangkan seperti joging, jalan kaki, naik sepeda, bermain tenis, dan bermain golf. Latihan ini dapat meningkatkan kesehatan seperti kesehatan jantung, melancarkan peredaran darah, atau kesehatan fisik secara umum, yang tentu saja akan meningkatkan kemampuan dalam menghadapi berbagai tantangan. 3. Relaksasi, sebuah kegiatan menenangkan pikiran untuk mencapai suatu situasi dimana semua komponen tubuh istirahat dan rileks, yang dapat digunakan dalam beberapa menit, kurang lebih 20 menit setiap hari, yang dilakukan dengan cara : a. Duduk santai dengan mata tertutup di sebuah tempat yang sepi. b. Secara perlahan–lahan menyebutkan kata–kata atau kalimat yang mendamaikan pikiran dan perasaan anda secara berulang–ulang. c. Menarik napas secara santai melalui hidung dan mengeluarkannya melalui mulut. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 d. Menghindari pikiran–pikiran yang mengganggu, dengan sikap mental menerima. 4. Terbuka pada orang lain, mendiskusikan secara terbuka dengan orang lain yang dekat dengan anda masalah–masalah, ketakutan yang dihadapi, dan lain–lain. 5. Pace yourself, rencanakan hari–hari anda secara fleksibel. Tidak melakukan dua hal dalam waktu yang bersamaan, bersikap tenang, tidak terburu–buru, dan berpikir sebelum bereaksi. Hidup berlandaskan hari, bukan menit per menit. Dimensi dan Indikator Stres Kerja Stres kerja adalah suatu kondisi yang dapat terjadi pada siapa pun. .Menurut Cooper dalam Margiati, (2005) adalah : 1. Kondisi pekerjaan. a. Lingkungan kerja. Kondisi kerja yang buruk berpotensi menjadi penyebab pegawai mudah jatuh sakit, mudah stres, sulit berkonsentrasi dan menurunnya produktivitas kerja. Jika ruangan kerja tidak nyaman, panas, sirkulasi udara kurang memadai, ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja kurang bersih, berisik, tentu besar pengaruhnya pada kenyamanan kerja pegawai. b. Overload. Sebenarnya overload ini dapat dibedakan secara kuantitatif dan kualitatif. Dikatakan overload secara kuantitatif jika banyaknya pekerjaan yang ditargetkan melebihi kapasitas pegawai tersebut, akibatnya pegawai tersebut mudah lelah dan berada dalam "tegangan tinggi". Overload secara kualitatif http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 bila pekerjaan tersebut sangat kompleks dan sulit, sehingga menyita kemampuan teknis dan kognitif pegawai 2. Masalah peran Ada sebuah penelitian menarik tentang stres kerja yang menemukan bahwa sebagian besar pegawai yang bekerja di perusahaan yang sangat besar, atau yang kurang memiliki struktur yang jelas, mengalami stres karena konflik peran. Mereka stres karena ketidakjelasan peran dalam bekerja dan tidak tahu apa yang diharapkan oleh manajemen. 3. Hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal adalah kebutuhan akan kerjasama secara timbal balik antara pegawai dengan atasan atau dengan teman sekerja. Makin baik hubungan interpersonal seseorang maka makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya dan makin cermat mempersepsikan tentang orang lain dan diri sendiri, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung antara komunikan. Titik sentral hubungan interpersonal adalah manusia yang tidak lepas dalam hubungan dan interaksi dengan orang lain. Hubungan interpersonal mempunyai tujuan tertentu, yaitu untuk memelihara harmoni, saling mempengaruhi, mengubah sikap perilaku, dan sebagainya. Hubungan interpersonal dapat memperlancar komunikasi dengan mengembangkan segi-segi positif dari tabiat manusia. Hubungan interpersonal yang tidak baik terungkap dalam gejalagejala adanya kepercayaan yang rendah dan minat yang rendah dalam melakukan kerjasama dengan sesama pegawai. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 4. Kesempatan pengembangan karir. Setiap orang pasti mempunyai harapan-harapan ketika mulai bekerja di suatu perusahaan atau organisasi. Bayangan akan kesuksesan karir, menjadi fokus perhatian dan penantian dari hari ke hari. Namun, pada kenyataannya impian dan cita-cita mereka untuk mencapai prestasi dan karir yang baik seringkali tidak terlaksana. Alasannya bisa bermacam-macam seperti ketidakjelasan sistem pengembangan karir dan penilaian prestasi kerja, budaya nepotisme dalam manajemen perusahaan, atau karena tidak ada kesempatan lagi untuk naik jabatan. 5. Struktur organisasi. Gambaran perusahaan asia dewasa ini masih diwarnai oleh kurangnya struktur organisasi yang jelas. Salah satu penyebabnya adalah karena perusahaan di asia termasuk Indonesia, masih banyak yang berbentuk family business. Kebanyakan bisnis-bisnis lain di Indonesia yang masih sangat konvensional dan penuh dengan budaya nepotisme, minim akan kejelasan struktur yang menjelaskan jabatan, peran, wewenang dan tanggung jawab. Tidak hanya itu, aturan main yang terlalu kaku atau malah tidak jelas, iklim politik perusahaan yang tidak sehat serta minimnya keterlibatan atasan membuat pegawai jadi stres karena segala sesuatu menjadi tidak jelas. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 4. Lingkungan Kerja Pengertian Lingkungan Kerja Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting di dalam suatu perusahaan. Manajemen di dalam suatu perusahaan harus mampu memperhatikan lingkungan kerja yang ada di sekitar karyawan dengan baik, karena lingkungan kerja secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kinerja karyawan. Meskipun lingkungan kerja tidak secara langsung melaksanakan proses produksi, namun lingkungan kerja memberikan pengarahan secara langsung kepada karyawan yang melakukan proses produksi tersebut. Berikut ini merupakan beberapa pengertian dari lingkungan kerja yang dikemukakan oleh beberapa ahli: Menurut Nitisemito (1991) dalam Arianto (2013) lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar pekerja dan dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas–tugas yang dibebankan. Sementara itu, menurut Darvis (1981) dalam Ekaningsih (2012) lingkungan kerja dalam suau organisasi mempunyai arti penting bagi individu yang bekerja didalamnya, karena lingkungan ini akan mempengaruhi secara langsung manusia yang ada didalamnya. Sedangkan, menurut Rivai dalam Vemmylia (2009) mendefinisikan lingkungan kerja adalah keseluruhan sarana dan prasarana yang ada disekitar karyawan yang sedang melakukan pekerjaan itu sendiri. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja adalah suatu keadaaan yang ada disekitar pekerja yang meliputi keseluruhan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 sarana dan prasana kerja yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang dalam menjalankan tugas–tugas yang dibebankan baik secara langsung maupun tidak langsung yang berdampak pada produktivitas perusahaan secara keseluruhan. Kondisi lingkungan kerja yang kondusif dapat membantu dalam peningkatan kinerja karyawan dan sebaliknya kondisi lingkungan kerja yang tidak kondusif dapat menurunkan kinerja karyawan yang ada di dalam perusahaan tersebut. Jenis - Jenis Lingkungan Kerja Jenis-jenis lingkungan kerja menurut Sedarmayanti (2009) terbagi menjadi 2 jenis yaitu : 1. Lingkungan Kerja Fisik Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan yang berbentuk fisik yang terdapat disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung. 2. Lingkungan Kerja Non Fisik Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja baik hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja Faktor-faktor yang mempengaruhi Sedarmayanti (2009) diantara lain : http://digilib.mercubuana.ac.id/ lingkungan kerja menurut 37 1. Penerangan atau Cahaya Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi karyawan guna mendapat keselamatan dan kelancaran bekerja. Oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak menyilaukan. Cahaya yang kurang jelas, sehingga pekerjaan akan lambat, banyak mengalami kesalahan, dan pada akhirnya menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan. 2. Suhu Udara Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metabolisme. Udara di sekitar dikatakan kotor apabila kadar oksigen, dalam udara tersebut telah berkurang dan telah bercampur dengan gas atau bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Rasa sejuk dan segar dalam bekerja akan membantu mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja. 3. Bising Salah satu populasi yang cukup menyibukkan para pakar untuk mengatasinya adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga. Tidak dikehendaki, karena terutama dalam jangka panjang bunyi tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran dan menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut penelitian, kebisingan yang serius bisa menyebabkan kematian. Karena pekerjaan membutuhkan konsentrasi, maka suara bising hendaknya dihindarkan agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan efisien sehingga produktivitas kerja meningkat. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 4. Dekorasi atau Tata Ruang Dekorasi ada hubungannya dengan tata warna yang baik, karena itu dekorasi tidak hanya berkaitan dengan hasil ruang kerja saja tetapi berkaitan juga dengan cara mengatur tata letak, tata warna, perlengkapan, dan lainnya untuk bekerja. 5. Hubungan Karyawan Lingkungan kerja yang menyenangkan bagi karyawan melalui pengikatan hubungan yang harmonis dengan atasan, rekan kerja, maupun bawahan serta didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai yang ada di tempat bekerja akan membawa dampak yang positif bagi karyawan, sehingga kinerja karyawan dapat meningkat. Dimensi dan Indikator Lingkungan Kerja Lingkungan kerja terbagi menjadi 2 macam, yakni lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik. Lingkungan kerja secara langsung atau pun tidak langsung akan mempengaruhi kinerja karyawan. Menurut Sedarmayanti (2009) : 1. Lingkungan Kerja Fisik : a. Penerangan b. Suhu Udara c. Suara Bising d. Penggunaan Warna e. Ruang Gerak yang Diperlukan 2. Lingkungan Kerja Non Fisik : http://digilib.mercubuana.ac.id/ 39 a. Keamanan Bekerja b. Hubungan Antar Pegawai 5. Kinerja Karyawan Pengertian Kinerja Karyawan Menurut Mashun (2006) kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perencanaan strategi suatu perusahaan. Menurut Dessler (1993) dalam Rahmasari (2012) kinerja adalah perbandingan antara hasil kerja yang secara nyata dengan standar kerja yang ditetapkan. Darmawan (2011) mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kuantitas maupun kualitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Umam (2010) mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh individu sesuai dengan peran atau tugasnya dalam periode tertentu, yang dihubungkan dengan ukuran nilai atau standar tertentu dari organisasi tempat individu tersebut bekerja. Sementara itu, Menurut Mathis (2009) kinerja karyawan adalah hal yang dilakukan karyawan dan hal yang tidak dilakukan karyawan serta kontribusinya untuk memajukan perusahaan. Sedangkan, Ratundo dan Sackett (2002) dalam wibowo (2010) mendefinisikan bahwa kinerja merupakan semua tindakan atau perilaku yang dikontrol oleh individu dan memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan–tujuan dari organisasi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 40 Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang karyawan sesuai dengan peran atau tugasnya dalam periode tertentu yang secara nyata dengan standar kerja yang telah ditetapkan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi perusahaan. Kinerja seseorang dikatakan baik apabila hasil kerja individu tersebut dapat melampaui peran atau target yang ditentukan sebelumnya. Kriteria Pengukuran Kinerja Bernadin (1993) dalam Fabiola (2005) menjelaskan bahwa kinerja seseorang dapat diukur berdasarkan enam kriteria yang dihasilkan dari pekerja yang bersangkutan. Keenam kriteria tersebut adalah : 1. Kualitas Kualitas merupakan tingkatan dimana hasil akhir yang dicapai mendekati sempurna dalam arti memenuhi tujuan yang diharapkan oleh perusahaan. 2. Kuantitas Kuantitas adalah jumlah yang dihasilkan yang dinyatakan dalam istilah sejumlah unit kerja ataupun merupakan jumlah siklus aktivitas yang dihasilkan. 3. Ketepatan Waktu Ketepatan Waktu, tingkat aktivitas diselesaikannya pekerjaan tersebut pada waktu awal yang diinginkan. 4. Efektifitas Efektifitas merupakan tingkat pengetahuan sumber daya organisasi dimana dengan maksud menaikkan keuntungan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 41 5. Kemandirian Kemandirian, karyawan dapat melakukan fungsi kerjanya tanpa meminta bantuan dari orang lain. 6. Komitmen Komitmen berarti bahwa karyawan mempunyai tanggung jawab penuh terhadap pekerjaannya. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain menurut Amstrong dan Baron (1998) dalam Wibowo (2010) : 1. Personal factors, ditunjukan oleh tingkat keterampilan, kompetensi yang dimiliki, motivasi dan komitmen individu. 2. Leadership factors, ditentukan oleh kualitas dorongan, bimbingan, dan dukungan yang dilakukan manajer dan team leader. 3. Team factors, ditunjukan oleh kualitas dukungan yang diberikan oleh rekan kerja. 4. System factors, ditunjukan oleh adanya sistem kerja dan fasilitas yang diberikan organisasi. Dimensi dan Indikator Kinerja Menurut Mitchel dalam Sedarmayanti (2009) adalah sebagai berikut : 1. Kualitas kerja (Quality of Work) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 42 Adalah kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat–syarat kesesuaian dan kesiapannya yang tinggal pada gilirannya akan melahirkan penghargaan dan kemajuan serta perkembangan organisasi melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan secara sistematis sesuai tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang pesat. 2. Kehadiran dan ketepatan waktu (Promptness) Yaitu berkaitan dengan sesuai atau tidaknya waktu penyelesaian pekerjaan dengan target waktu yang direncanakan. Setiap pekerjaan diusahakan untuk selesai sesuai dengan rencana agar tidak mengganggu pada pekerjaan lain. 3. Inisiatif (Initiative) yaitu mempunyai kesadaran diri untuk melakukan sesuatu dalam melaksanakan tugas–tugas dan tanggung jawab. Bawahan atau pegawai dapat melaksanakan tugas–tugas dan tanggung jawab. Bawahan atau pegawai dapat melaksanakan tugas tanpa harus bergantung terus–menerus kepada atasan. 4. Kemampuan (Capability) yaitu diantara beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang ternyata yang dapat diintervensi atau diterapi melalui pendidikan dan latihan adalah faktor kemampuan yang dapat dikembangkan. 5. Komunikasi (Communication) merupakan interaksi yang dilakukan oleh atasan kepada bawahan untuk mengemukakan saran dan pendapatnya dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Komunikasi akan menimbulkan kerjasama yang lebih baik dan akan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 43 terjadi hubungan–hubungan yang semakin harmonis diantara para pegawai dan para atasan yang juga dapat menimbulkan perasaan senasib sepenanggungan. 6. Pengaruh Antar Variabel Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Menurut Harlie (2010) disiplin kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Karyawan yang memiliti tingkat kedisiplinan kerja yang tinggi akan otomatis kinerja yang dihasilkan pun akan tinggi dan begitu pun sebaliknya. Untuk memelihara dan meningkatkan kedisiplinan yang baik adalah hal yang sulit, karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Kedisipinan harus ditegakan dalam suatu organisasi perusahaan. Tanpa dukungan disiplin pegawai yang baik, perusahaan sulit untuk mewujudkan tujuannya yaitu pencapaian kinerja yang optimal pegawai. Jadi, disiplin adalah kunci keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya (Hasibuan 2009). Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Menurut sanjaya (2012) stres kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, ketika stres kerja tinggi maka kinerja karyawan akan rendah, ketika stres kerja karyawan rendah maka kinerja karyawan akan tinggi. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Hidayati, et. al (2008) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara stres kerja dengan kinerja dimana semakin tinggi stres kerja maka semakin rendah kinerja karyawan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 44 Bila tidak ada stres, tantangan kerja juga tidak ada dan kinerja cenderung menurun. Rangsangan yang terlalu kecil, tuntutan dan tantangan yang terlampau sedikit dapat menyebakan kebosanan, frustasi, dan perasaan bahwa kita tidak sedang menggunakan kemampuan–kemampuan kita secara penuh (Looker, 2005) dalam Noviansyah dan Zunaidah (2011). Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Lingkungan kerja di dalam suatu organisasi atau perusahaan sangat penting untuk diperhatikan. Keberhasilan suatu perusahaan secara langsung maupun tidak langsung didukung oleh lingkungan kerja yang kondusif. Lingkungan kerja yang kondusif akan membuat karyawan merasa nyaman dan aman, sehingga akan timbul semangat kerja karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang telah diberikan sehingga mampu meningkatkan kinerja karyawan. Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak kondusif akan dapat membuat karyawan merasa tidak nyaman sehingga akan mengganggu konsentrasi karyawan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang telah diberikan yang akan berakibat pada menurunya kinerja karyawan. Menurut Terry (2006) dalam Takansenseran (2014) mengatakan bahwa, Lingkungan kerja dapat diartikan sebagai kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja organisasi atau perusahaan. Menurut Gardjito, et. al (2014) menemukan bahwa lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Hal ini diperkuat oleh penelitian http://digilib.mercubuana.ac.id/ 45 Permansari (2013) menemukan bahwa lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. 7. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini diantaranya : 1. Penelitian yang dilakukan Priambodo (2013) dengan judul penelitian “pengaruh motivasi, lingkungan kerja, dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan di PT. Maju Jaya Logistik Semarang” dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi, lingkungan kerja, dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan di PT. Maju Jaya Logistik Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga variabel bebas yaitu motivasi, lingkungan kerja dan displin kerja berpengaruh positif dan dan signifikan terhadap kinerja karyawan. 2. Penelitian yang dilakukan Susetyo, et. al (2014) dengan judul “pengaruh budaya organisasi dan lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja dan kinerja karyawan pada PT. Bank Muamalat Indonesia divisi konsumer area cabang surabaya” dengan metode SEM (Structural Equation Modelling) dengan software Smart PLS (Partial Least Square). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh budaya organisai dan lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja dan kinerja karyawan pada PT. Bank Muamalat Indonesia divisi konsumer area cabang Surabaya. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel budaya organisasi dan lingkungan kerja memiliki pengaruh http://digilib.mercubuana.ac.id/ 46 yang signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan. Selain itu variabel budaya organisasi dan lingkungan kerja juga terbukti bepengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Demikian halnya dengan kepuasan kerja yang juga ditemukan memiliki pengaruh signfikan terhadap kinerja karyawan PT. Bank Muamalat Indonesia divisi konsumer area cabang surabaya. 3. Penelitian yang dilakukan Noviansyah dan Zunaidah (2011) dengan judul “pengaruh stres kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan PT. perkebunan minanga ogan baturaja” dengan metode analisis regresi sederhana dengan progam SPSS versi 19. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh stres kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan PT. perkebunan minanga ogan baturaja. Dari penelitian tersebut menunjukan bahwa stres kerja dan motivasi berpengaruh secara simultan maupun parsial terhadap kinerja karyawan PT. perkebunan minanga ogan baturaja. Dan stres kerja memiliki pengaruh yang lebih dominan dibandingkan motivasi kerja terhadap kinerja PT. perkebunan minanga ogan baturaja. 4. Isvandiari (2015) melakukan penelitian yang berjudul “pengaruh stres kerja dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Batu–Malang (Kusuma Agrowisata)” dengan metode analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menemukan bahwa secara parsial variabel stres kerja terdapat pengaruh dan signifikan sedangkan kepuasan kerja terdapat pengaruh tetapi tidak signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Batu-Malang”. Sedangkan secara simultan variabel stres kerja dan kepuasan kerja berpengaruh http://digilib.mercubuana.ac.id/ 47 signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Batu-Malang. Variabel stres kerja adalah variabel yang paling dominan. 5. Katiandagho, et. al (2014) melakukan penelitian dengan judul “pengaruh disiplin kerja, kepemimpinan dan motivasi terhadap kinerja pegawai pada PT. PLN (PERSERO) Wilayah Suluttenggo Area Manado” dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh disiplin kerja, kepemimpinan dan motivasi terhadap kinerja pegawai pada PT. PLN (PERSERO) Wilayah Suluttenggo Area Manado. Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil penelitian menunjukan secara simultan disiplin kerja, kepemimpinan dan motivasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai. Secara parsial hanya disiplin kerja dan kepemimpinan yang berpengaruh signifikan, sedangkan motivasi tidak mempunyai secara signifikan terhadap kinerja pegawai. Pemimpin sebagai salah satu penentu arah dan tujuan organisasi sebaiknya mampu mengontrol perilaku–perilaku kerja dan mengarahkannya pada kepuasan kerja pegawai. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 48 B. Kerangka Pemikiran Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian C. Pengembangan Hipotesis Menurut Sugiyono (2009) hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Hipotesis dalam penelitian ini antara lain : 1. H1 : Disiplin Kerja berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawan 2. H2 : Stres Berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja karyawan 3. H3 : Lingkungan Kerja berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawan. http://digilib.mercubuana.ac.id/