1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan masa depan bangsa, sesosok agen perubahan yang akan
menjadi salah satu penentu terpenting masa depan bangsa. Anak harus dituntun
agar kelak dapat melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya, dan dapat meraih
cita-cita yang mereka impikan di masa mendatang. Seorang anak harus terus
dibimbing dan dijaga, agar mereka tidak „rusak‟ baik dari dalam maupun dari luar.
Perlindungan serta kesejahteraan anak telah diatur dalam UU No. 35 tahun
2014 yang merupakan revisi dari UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan
anak. Dalam Undang-Undang tersebut, telah dijelaskan secara terperinci definisi
dari anak itu sendiri, hak-hak bagi para anak, hingga elemen-elemen masyarakat
yang memang bertugas untuk ikut berpartisipasi dalam menyelenggarakan
perlindungan anak.
Selain dari diaturnya tentang perlindungan anak oleh
pemerintah, telah banyak lembaga yang melaksanakan kampanye dan gerakan
perlindungan anak.
Namun, terlepas dari peraturan-peraturan yang telah dituliskan dalam
Undang-Undang No. 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, juga lembagalembaga dan gerakan serta kampanye yang dilaksanakan untuk menghapuskan
kekerasan pada anak, kasus-kasus kekerasan pada anak masih kerap terjadi.
Berdasarkan data dari Komnas Perlindungan Anak, sejak Januari-April
2014 terdapat 175 kasus kekerasan seksual menimpa anak-anak. Dari total 175
kasus, sekitar 40 persen dengan tersangka di lingkungan sekolah, 30 persen dari
keluarga sendiri, serta 30 persen sisanya campuran1. Keluarga, serta guru yang
seharusnya menjadi orang yang sangat menjaga dan mendidik, malah berbalik
menjadi orang yang paling jahat dan menjadi predator yang menghancurkan masa
depan. Kemudian pada tahun 2014, dari awal tahun hingga bulan September, telah
terjadi total 2.826 kasus kekerasan pada anak yang dilaporkan kepada Komnas
1
Diakses dari http://www.kemenpppa.go.id/jdih/?page=berita&id=138 diakses pada 25 Februari
2015 pukul 17:12
1
Perlindungan Anak dan 56% dari angka tersebut adalah kekerasan seksual yang
terjadi pada anak2.
Di berbagai daerah di Indonesia, kasus kekerasan terhadap anak terus
meningkat. Berdasarkan data yang dihimpun Lembaga Swadaya Masyarakat
Telepon Sahabat Anak 129 di Jawa Timur, kekerasan seksual pada anak
meningkat dari 30 kasus pada 2013 menjadi 47 kasus pada 2014 3. Begitu juga di
Aceh, pada tahun 2013, jumlah kekerasan seksual pada anak berjumlah 26 kasus,
dan pada tahun 2014 meningkat 50%4. Keadaan yang sama pun terjadi di Ibukota,
DKI Jakarta. Kekerasan pada anak masih kerap terjadi. Bahkan, berdasarkan
tingkat, DKI Jakarta menempati posisi paling atas kasus kejahatan pada anak,
yakni 814 kasus. Padahal, berbagai program dalam rangka perlindungan anak
sudah kerap kali dilaksanakan, begitu juga program-program komunikasi seperti
kampanye. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) semenjak didirikan pada
tahun 2002 telah aktif melaksanakan kampanye perlindungan anak kepada
masyarakat5. Berbagai organisasi juga ikut membantu dalam mendirikan
perlindungan anak di Indonesia dengan melaksanakan kampanye dan roadshow6.
Namun, terlepas dari berbagai kampanye dan usaha mengkomunikasikan kepada
berbagai elemen masyarakat tentang perlindungan anak, jumlah kekerasan
terhadap anak masih terus tinggi.
Begitu juga di Kota yang ikut menyokong kehidupan di Jakarta, yakni
Kota Bekasi. Kekerasan pada anak masih terus terjadi, praktek perlindungan anak
masih belum terlaksana dengan maksimal. Pada tahun 2013, terjadi 125 kasus
kekerasan terhadap anak di Kota Bekasi. Serta pada tahun 2014 hingga awal 2015,
kasus kekerasan pada anak yang terjadi di Bekasi tercatat sebanyak 105
2
Diakses dari http://www.tempo.co/read/news/2014/10/22/063616237/Komnas-DKI-TertinggiAngka-Kekerasan-Seksual-Anak diakses pada 25 Februari 2015 pukul 17:40
3
Diakses dari http://nasional.news.viva.co.id/news/read/572301-kekerasan-seksual-anak-di-jatimmeningkat diakses pada 25 Februari 2015 pukul 17:42
4
Diakses dari http://www.merdeka.com/peristiwa/2014-kekerasan-seksual-pada-anak-di-acehmeningkat-50.html diakses pada 25 Februari 2015 pukul 17:45
5
Diakses dari http://www.kpai.go.id/profil/ diakses pada 25 Februari 2015 pukul 17:05
6
Diakses dari http://www.beritasatu.com/gaya-hidup/208095-wahana-visi-indonesia-ajakkeluarga-dan-masyarakat-ikut-lindungi-anak-dari-kekerasan.html diakses pada 25 Februari 2015
pukul 17:10
2
kasus7.Bentuk permasalahan yang terjadi terhadap tersebut antara lain
diskriminasi, eksploitasi, penelantaran, kekejaman, kekerasan dan penganiayaan,
ketidakadilan serta perlakuan salah lainnya yaitu pelecehan dan perbuatan cabul
terhadap anak.
Menurut Badan Koordinasi Kehumasan Pemerintah8, terdapat beberapa
faktor penyebab kekerasan terhadap anak, diantaranya adalah masalah ekonomi.
Ekonomi yang sulit dapat memicu terjadinya kekerasan terhadap anak. Di Bekasi
sendiri, jumlah penduduk miskin termasuk tinggi, yakni terdapat sekitar 338.000
penduduk kota Bekasi masuk dalam penduduk miskin terdata dalam program
Jamkesda dan Jamkesmas pada tahun 2013 9. Serta angka pengangguran yang
terus meningkat dari tahun ke tahun. Badan Pusat Statistik Bekasi merilis jumlah
pengangguran atau orang yang tidak memiliki pekerjaan di Bekasi pada tahun
2014 terdapat sejumlah 111.669 jiwa, meningkat 9.6% dari tahun sebelumnya 10.
Selain itu, salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya kekerasan
terhadap anak di dalam keluarga adalah kondisi keluarga yang tidak utuh baik
karena perceraian maupun berbagai kondisi lainnya. Menurut data dari Pengadilan
Kota Bekasi, jumlah perceraian di Kota Bekasi sejak 2010 mengalami
peningkatan. Pada 2010 tercatat ada 196 kasus perceraian. Tahun 2011 jumlah
tersebut meningkat jadi 212 kasus. Untuk tahun 2012, hingga pertengahan tahun,
tercatat ada 35 kasus11. Selain dari faktor-faktor tersebut, pandangan yang keliru
tentang posisi anak dimana anak sering dianggap tidak tahu apa-apa, sehingga
anak harus menurut dengan kemauan orang dewasa di dalam rumahnya juga dapat
memicu terjadinya kekerasan terhadap anak. Maka dari itu, peran Pemerintah
Kota Bekasi sangatlah penting untuk memberikan pemahaman serta kesadaran
kepada masyarakat Bekasi tentang konsep dari anak tersebut karena kondisi sosial
7
Diakses dari http://www.bekasikota.go.id/read/14387/kasus-kekerasan-terhadap-anak-di-kotabekasi-menurun diakses pada 25 Februari 2015 pukul 17:20
8
Diakses dari http://www.bakohumas.kominfo.go.id/news.php?id=1177diakses pada 10 April 2015
pukul 14.05
9
Diakses dari http://www.bekasibusiness.com/2014/05/06/338-000-penduduk-kota-bekasi-masukangka-kemiskinan/ diakses pada 10 April 2015 pukul 13.45
10
Diakses dari http://www.indopos.co.id/2014/07/jumlah-pengangguran-di-kota-bekasitinggi.html#sthash.21W4pIdz.dpuf diakses pada 10 April 2015 pukul 13.55
11
Diakses dari http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/12/06/07/m58ka8wah-angka-perceraian-di-kota-bekasi-meningkat diakses pada 10 April 2015 pukul 13.58
3
di Kota Bekasi pun semakin memberikan potensu untuk terjadinya kekerasan
terhadap anak.
Melihat potensi terjadinya kekerasan terhadap anak tersebut, Pemerintah
Kota
Bekasi
membentuk badan yang dikhususkan untuk menegakkan
perlindungan anak, yakni Badan Perlindungan Perempuan, Perlindungan Anak,
dan Keluarga Berencana (BP3AKB). BP3AKB adalah Badan yang berwenang
dalam menyelenggarakan program kependudukan, keluarga berencana dan
perlindungan anak12. Mereka yang bertanggung jawab atas terlaksananya
perlindungan anak di Kota Bekasi, baik dalam kebijakan, program, serta berbagai
penyuluhan. Salah satu upaya yang paling signifikan dalam penegakkan
perlindungan anak di Kota Bekasi adalah dengan mengesahkan Peraturan Daerah
No. 12 tahun 2012 tentang Perlindungan Perempuan dan Anak, yang didalamnya
mencantumkan berbagai aturan tentang perlindungan anak. Dengan menjadikan
Perda tersebut dan UU Perlindungan Anak menjadi basis, Pemerintah Kota
Bekasi, melalui BP3AKB telah melaksanakan berbagai program kepada berbagai
elemen masyarakat, serta kepada internal pemerintah tentang perlindungan anak
dengan tujuan untuk mengurangi angka kekerasan pada anak. BP3AKB telah
melaksanakan program perlindungan anak dengan mengadakan kegiatan
peningkatan pengawasan perlindungan anak dengan mengundang berbagai
elemen masyarakat dan juga pemerintah, diharapkan sosialisasi tersebut dapat
mengundang peran masyarakat untuk ikut dalam pencegahan kekerasan terhadap
anak13.
Jumlah anak-anak di Kota Bekasi termasuk tinggi jika dibandingkan
dengan jumlah masyarakat usia dewasa, yakni tercatat sejumlah 689.882 jiwa,
dengan jumah anak laki-laki sebanyak 230.269 jiwa, dan anak perempuan
sejumlah 459.71314. Angka tersebut tentu menambah beban tugas kepada
BP3AKB selaku badan yang berwenang tentang perlindungan anak untuk lebih
12
Diakses dari http://www.bekasikota.go.id/read/11782/bp3akb-kota-bekasi diakses pada 27
Februari 2015 pukul 08:10
13
Diakses dari http://www.bekasikota.go.id/read/9226/sosialisasi-kegiatan-peningkatanpengawasan-perlindungan-anak-tahun-2012 diakses pada 25 Februari 2015 17:25
14
Diakses dari http://wartaekonomi.co.id/read/2014/11/23/38421/di-bekasi-sebanyak-16-jutawarga-berusia-produktif.htmldiakses pada 10 April 2015 pukul 14.13
4
bekerjakeras dalam menegakkan perlindungan anak di Kota Bekasi. Selain itu,
karakteristik masyarakat Bekasi yang merupakan hasil asimilasi dan akulturasi
kebudayaan dari berbagai daerah seperti Bali, Melayu, Bugis, dan Jawa 15 semakin
memberikan tantangan kepada BP3AKB untuk menegakkan perlindungan anak.
Karakteristik masyarakat serta kondisi sosial dan potensi terjadinya
kekerasan kepada anak di Kota Bekasi tentu memaksa BP3AKB untuk dapat
memformulasi strategi yang tepat untuk melaksanakan sosialisasi kepada
masyarakatnya. BP3AKB harus menggunakan pendekatan yang cerdik untuk
dapat menyentuh dan mengedukasi masyarakat Bekasi yang terdiri dari berbagai
budaya, serta kondisi ekonomi yang berbeda.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka masalah
dari penelitian ini adalah “Bagaimana Strategi Komunikasi Badan Pemberdayaan
Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana Kota Bekasi dalam
Sosialisasi Perlindungan Anak di Kota Bekasi pada tahun 2012-2014?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui Strategi Komunikasi Badan Pemberdayaan Perempuan,
Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana Kota Bekasi dalam
Sosialisasi Perlindungan Anak di Kota Bekasi
2. Untuk menganalisis strategi komunikasi BP3AKB dalam sosialisasi
perlindungan anak di Kota Bekasi
15
Diakses dari http://www.bekasikota.go.id/readotherskpd/128/295/keragaman-budayamasyarakat-kota-bekasi diakses pada 10 April 2015 pukul 14.15
5
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, pengetahuan, serta
pemahaman untuk kalangan akademis mengenai bagaimana strategi
komunikasi BP3AKB Kota Bekasi dalam mensosialisasikan perihal
perlindungan anak kepada warganya

Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan evaluasi serta
rekomendasi kepada BP3AKB Kota Bekasi dalam pelaksanaan sosialisasi
perlindungan anak di Kota Bekasi
E. Kerangka Pemikiran
1. Komunikasi & Strategi Komunikasi
1.1 Komunikasi
Komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communicatio yang berarti
pemberitahuan atau pertukaran dan berasal dari kata sifatcomunis, yang bermakna
umum atau bersama-sama. Lebih jelasnya lagi, para pakar komunikasi telah
menjelaskan tentang definisi dari komunikasi. Menurut Everett M. Rogers dan
Lawrence Kincaid, dikutip oleh Wiryanto (2004), komunikasi adalah suatu proses
di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi
antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian mendalam.
Lebih lanjut, Everett M. Rogers, dalam Cangara (2013) mengemukakan bahwa
komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu
penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.
Definisi-definisi tersebut menekankan bahwa komunikasi memiliki tujuan untuk
adanya pengertian yang mendalam, serta lebih lanjutnya dapat mengubah tingkah
laku para penerima pesannya.
Sarah Trenholm dan Arthur Jensen yang dikutip oleh Wiryanto (2004)
mengemukakan bahwa komunikasi adalah suatu proses di mana sumber
6
mentransmisikan pesan kepada penerima melalui berbagai saluran. A. Winnet
(dalam Suprapto, 2009) memandang komunikasi sebagai proses pengalihan suatu
maksud dari sumber kepada penerima, proses tersebut merupakan suatu seri
aktivitas, rangkaian atau tahap-tahap yang memudahkan peralihan maksud
tersebut.Raymon S. Ross (dalam Mulyana, 2010) kemudian menjelaskan bahwa
komunikasi adalah suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbolsimbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna
atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan komunikator.
Definisi tersebut menjelaskan bahwa saluran, serta kegiatan menyortir dan
memformulasi pesan merupakan hal yang penting dalam komunikasi.
Kesimpulannya, komunikasi adalah pertukaran pesan, informasi, ide,
pandangan yang telah disortiir dan formulasi, antara satu sama lain yang
dilakukan dengandisengaja dan menggunakan berbagai salurandemi terjadinya
pengertian satu sama lain, dan pengertian yang mendalam. Definisi-definisi
tersebut menekankan bahwa proses komunikasi adalah sebuah proses yang
disengaja, dan memiliki maksud untuk saling mendapatkan pengertian yang
mendalam, sehingga komunikasi bukan lah terjadi begitu saja, melainkan memang
sengaja dilaksanakan demi tujuan untuk saling mentransfer pandangan antara satu
sama lainnya, serta dapat untuk saling mengubah perilaku. Selain itu, komunikasi
yang baik juga membutuhkan adanya feedback. Berdasarkan dari definisi-definisi
tersebut juga dapat ditarik kesimpulan bahwa proses komunikasi dapat
digambarkan sebagai berikut:
(Cangara, 2013)
7
Menurut Cangara (2013) terjadinya suatu proses komunikasi didukung
oleh beberapa elemen atau unsur, yakni:
a. Sumber
Sumber adalah pihak yang menyampaikan atau mengirim pesan kepada
penerima. Juga biasa disebut sebagai komunikator.
b. Pesan
Pesan ialah pernyataan yang disampaikan pengirim kepada penerima,
dapat berupa bentuk verbal, maupun nonverbal. Pesan yang disampaikan
haruslah sesuai dengan karakteristik dari komunikannya, agar dapat
menjadi sebuah strategi yang efektif. Wilbur Schramm dalam Effendy
(2005) mengatakan bahwa agar komunikasi yang dilancarkan dapat lebih
efektif, maka pesan yang disampaikan harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga
dapatmenarik perhatian sasaran dimaksud.
2. Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada
pengalamanyang sama antara sumber dan sasaran, sehingga samasama dapatdimengerti.
3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak sasaran
danmenyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan itu.
4. Pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh
kebutuhan tadi,yang layak bagi situasi kelompok di mana sasaran
berada pada saat iagerakkan untuk memberikan tanggapan yang
dikehendaki.
c. Saluran/channel
Saluran atau media adalah alat yang dipergunakan untuk memindahkan
pesan dari sumber kepada penerima. Media dalam pengertian di sini bisa
berupa media massa yang mencakup surat kabar, radio, film, televisi dan
internet. Bisa juga berupa saluran seperti kelompok pengajian atau arisan,
kelompok pendengar dan pemirsa, organisasi masyarakat, dll. M.O
Palapah(1975) membagi media atau saluran ini menjadi dua bagian, yakni
8
media umum dan media massa. Media umum artinya media yang dapat
digunakan
untuk
menyalurkan
ketiga
macam
komunikasi,
yaitu
komunikasi persona, kelompok, dan massa. Sedangkanmedia massa hanya
digunakan untuk menyalurkan komunikasi massa saja.Selama ini
kecenderungan dalam penggunaan media dalam sosialisasi adalah dengan
menggunakan
komunikasi
massa. Media
yang berkaitan dengan
komunikasi massa seperti media cetak, televisi, dan radio. Cangara (2000)
kemudian menjelaskan bahwa kegiatan dan tempat-tempat tertentu yang
banyak ditemui dalam masyarakat pedesaan bisa juga dipandang sebagai
media komunikasi sosial, misalnya rumah-rumah ibadah, balai desa,
arisan, panggung kesenian dan pesta rakyat.
d. Penerima
Pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim dari sumber, juga biasa
disebut sebagai komunikan.
e. Efek
Efek atau pengaruh adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,
dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima
pesan. Pengaruh dapat berbentuk pengetahuan, sikap, dan tingkah laku
seseorang.
f. Umpan balik
Umpan balik adalah tanggapan yang diberikan oleh penerima sebagai
akibat penerimaan pesan dari sumber.
g. Lingkungan atau situasi
Lingkungan adalah situasi yang memengaruhi jalannya komunikasi.
Lingkungan dapat diartikan dalam bentuk fisik, sosial budaya, psikologis,
dan dimensi waktu.
Dalam berkomunikasi, dibutuhkan komunikator, dan komunikan, serta
pesan atau informasi yang akan disampaikan. Pesan disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan melalui saluran, dan efek serta umpan balik
adalah hal yang ditujukan oleh komunikator. Adanya lingkungan serta situasi
9
pada bagan tersebut menjelaskan bahwa lingkungan atau situasi menjadi salah
satu faktor yang dapat memengaruhi jalannya komunikasi dan penerimaan pesan
oleh sang komunikan. Terjadinya proses komunikasi antara satu sama lain, tentu
memiliki fungsi dan tujuan. Seperti salah satu definisi di atas, komunikasi
merupakan hal yang disengaja dan dapat ditujukan sebagai alat untuk mengubah
perilaku seseorang, maka sebuah tujuan jelas ada di dalam proses komunikasi.
Menurut Suprapto (2009), komunikasi memiliki 3 tujuan, yakni:
a. Memberikan informasi, meningkatkan pengetahuan, menambah wawasan
b. Menumbuhkan perasaan tertentu, menyampaikan ideatau pendapat
c. Mengubah sikap, perilaku dan perbuatan
Effendy (2005) juga menjelaskan tujuan komunikasi, yakni:
a. Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan
yang persuasif bukan memaksakan kehendak.
b. Memahami orang lain, kita sebagai pejabat atau pimpinan harus
mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkannya,
jangan mereka menginginkan arah ke barat tapi kita memberi jalur ke
timur.
c. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakkan
sesuatu itu dapat bermacam-macam mungkin berupa kegiatan yang
dimaksudkan ini adalah kegiatan yang banyak mendorong, namun yang
penting harus diingat adalah bagaimana cara yang terbaik melakukannya.
Kedua pendapat tersebut menekankan bahwa komunikasi bertujuan untuk
memberikan paham serta informasi kepada komunikan dan juga menekankan
tentang mengubah perilaku atau menggerakan orang lain untuk melakukan
sesuatu. Terjadinya komunikasi dapat memberikan efek kepada komunikan, baik
secara langsung maupun dengan perlahan. Namun, untuk dapat menjalankan
komunikasi sehingga dapat dengan efektif menyampaikan pesan, serta merubah
perilaku, dibutuhkan cara-cara yang tepat dalam mengkomunikasikan suatu pesan,
atau biasa dikenal sebagai strategi komunikasi.
10
1.2 Strategi Komunikasi
Strategi Komunikasi merupakan sebuah gabungan dari 2 konsep besar,
yakni strategi dan komunikasi. Strategi berasal dari bahasa Yunani, yakni dari
kata stratus yang berarti militer, dan ag yang berarti pemimpin. Yang jika
disimpulkan, berarti generalship atau sesuatu yang dikerjakan oleh para jenderal
perang dalam membuat rencana untuk memenangkan perang. Effendy (2003)
menjelaskan bahwa strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan
manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai
tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukan
arah saja, melainkan harus menunjukan bagaimana taktik operasionalnya.
Menurut pendapat Tjiptono (2008) strategi dapat didefinisikan sebagai
program
untuk
menentukan
dan
mencapai
tujuan
organisasi
dan
mengimplementasikan misinya. Makna yang terkandung dari strategi ini adalah
bahwa para manajer memainkan peranan aktif, sadar dan rasional dalam
merumuskan strategi organisasi. Singkatnya, strategi adalah rencana yang
disatukan, diperhitungkan, dipikirkan dengan matang untuk mencapai tujuan.
Kesimpulannya, strategi merupakan sekumpulan cara serta program yang
telah dirancang, disusun dengan matang untuk mencapai tujuan dengan
memperhitungkan segala kendala dan kemungkinan. Strategi merupakan hal yang
mendasar dan dibutuhkan sebagai pedoman perjalanan suatu organisasi untuk
mencapai
misi
tertentu,
sehingga
merencanakan
strategi
haruslah
mempertimbangkan banyak hal.
Jika disambungkan dengan definisi dari komunikasi, maka strategi
komunikasi adalah sekumpulan cara serta program yang telah dirancang, disusun
dengan matang untuk mencapai pengertian antara satu sama lain dan pengertian
yang mendalam dengan memperhitungkan segala kendala dan kemungkinan. Para
ahli pun telah turut memberikan definisi dari strategi komunikasi, menurut
Rogers, dikutip oleh Cangara (2013) strategi komunikasi adalah suatu rancangan
yang dibuat untuk mengubah tingkah laku manusia dalam skala yang lebih besar
melalui transfer ide-ide baru. Serta, menurut Middleton dalam Cangara (2013)
strategi komunikasi adalah kombinasi yang terbaik dari semua elemen komunikasi
11
mulai dari komunikator, pesan, saluran (media), penerima sampai pada pengaruh
(efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi yang optimal. Sejalan
dengan definisi menurut Middleton tersebut, Mohr dan Nevin (1990)
menambahkan bahwa strategi komunikasi adalah kombinasi dari aspek
komunikasi, yang meliputi frekuensi dan formalitas komunikasi, isi komunikasi,
dan saluran komunikasi. Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat diambil
beberapa kata kunci yang membentuk strategi komunikasi, yakni rancangan,
tujuan komunikasi, komunikasi yang optimal, serta elemen komunikasi.
Kunci dari strategi komunikasi adalah menciptakan komunikasi yang
efektif. Seperti pendapat Arifin (1984) yang mengemukakan bahwa strategi
diperlukan untuk mendukung kekuatan pesan agar mampu mengungguli semua
kekuatan yang ada
untuk menciptakan efektivitas komunikasi. Dalam
berkomunikasi, tentu sang komunikator memiliki tujuan. Strategi komunikasi
kurang lebih ingin memastikan bahwa tujuan itu tercapai dengan berbagai cara.
Komunikator membutuhkan cara-cara serta program-program yang disusun
dengan matang agar dapat menyampaikan maksudnya kepada komunikan, sesuai
dengan tujuan yang telah disepakati sebelumnya. Kembali kepada definisi
komunikasi yang menekankan adanya unsur kesengajaan, saluran, serta tujuan
yang ingin dicapai dalam komunikasi. Strategi komunikasi menjembatani segala
komponen tersebut. Strategi komunikasi memang dibuat secara sengaja dengan
memikirkan berbagai saluran komunikasi dengan maksud agar tujuannya tercapai.
Menurut Effendy (2005), ada empat tujuan dalam strategi komunikasi,yakni:
1.
ToSecure Understanding yaitu untuk memastikan bahwa terjadi
suatu pengertiandalam berkomunikasi.
2.
To Establish Acceptance, yaitu bagaimana carapenerimaan itu terus
dibina dengan baik.
3.
To Motivate Action yaitu penggiatanuntuk memotivasinya, dan
4.
To Goals
Which Communicator Sought
To Achieveyaitu
bagaimana mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh pihak
komunikator dariproses komunikasi tersebut.
12
Strategi komunikasi menekankan bahwa komunikasi memiliki tujuan yang
ingin dicapai. Strategi komunikasi ditujukan untuk memastikan bahwa pesan yang
disampaikan melalui proses komunikasi tersampaikan dengan baik sehingga
selanjutnya dapat memberikan efek yang memang diinginkan oleh komunikator.
Strategi komunikasi dibutuhkan bagi komunikator untuk dapat menyentuh
khalayaknya sehingga tujuan dari komunikasi mereka tercapai dengan
penggunaan komunikasi yang efektif.
Dalam menetapkan strategi komunikasi, Cangara (2013) menjelaskan
bahwa kita perlu memetakan kembali elemen dari komunikasi, yakni who says
what, to whom through what channels, and what effects, seperti yang
diungkapkan oleh Harold J. Laswell. Lebih lanjutnya, Harold J. Laswell dalam
Hasan (2010) menyatakan bahwa cara terbaik untuk menerankan kegiatan
komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan “who says what in which
channel to whom with what effect”. Hasan (2010) mengungkapkan bahwa berhasil
tidaknya suatu strategi komunikasi ditentukan juga oleh kemampuan sistematik
antar komponen-komponen yang terkait yang akan merupakan jawaban terhadap
pertanyaan dalam Laswell tersebut.
Implementasi dari pertanyaan-pertanyaan tersebut sangat dibutuhkan
dalam strategi komunikasi karena komponen tersebut merupakan sebuah
pendekatan terhadap efek yang diharapkan. Lebih lanjutnya, VNG International
(2004) menjelaskan aspek-aspek penting dalam strategi komunikasi, yakni:
1. Spokeperson
Pemilihan spokeperson yang tepat dapat meningkatkan efektivitas
dalam penyampaian pesan.
2. Message
Semua pesan yang disampaikan harus terkoordinasi dan terintegrasi
satu sama lainnya, dan harus fokus, tidak memiliki banyak objektif
3. Audiences
Setiap audiens memiliki latar belakang yang berbeda, sehingga
pendekatannya harus menyesuaikan
13
4. Tools
Dapat diartikan sebagai alat penyampai pesan kepada audiens. Tools
yang biasa digunakan oleh organisasi kurang lebih telah terangkum
pada bagan di bawah ini
a.Printed Material
 Bulletin
 Letters
 Directory od members
 Brochure or guide
 Poster
 Calendar
 Invitation
 Map of the country
 Annual report
 Press review
 Promotional items
 Business cards
b. Audiovisual material and visual
support
 Transparencies
 Diaporama
 Video
 Banner
c. Electronic communications
 Website
 Intranet
 Electronic message board
 Teleconference over the phone
d. Events
 Publik assembly
 Training
for
new
members/staff
 „open doors‟ event
 Reception
 Training seminar
 kiosk
e. Consultation tools
1. Survey
2. Round tables
3. Regional tours
4. Suggestion on box
5. Reply coupon
6. Email address
7. Query of complaint
f. Media
 Paid advertisement
 News conference
 Regular column
 News release
Tabel 1. Tools dalam Strategi Komunikasi
5. Feedback
Komunikasi yang baik, membutuhkan adanya feedback. Dalam
berkomunikasi,
sebuah
organisasi
menginformasikan
dan
mendengarkan pendapat dari audiensnya.
6. Obstacles
Hambatan dan rintangan yang dapat terjadi harus telah diperhitungkan
dari awal
14
Hal pertama yang dipertanyakan adalah who, hal tersebut berkaitan dengan
pentingnya komunikator dalam strategi komunikasi. Dalam menyusun strategi,
komunikator begitu memegang peranan penting. Berhasil atau tidaknya
komunikasi dapat ditentukan oleh berbagai faktor antara lain “strategi dan taktik”
berkomunikasi yang dikembangkan komunikator. (Hasan, 2010).
Setelah itu, dibutuhkan pengetahuan yang mendalam tentang komunikan,
serta pesan yang akan disampaikan, dan keseluruhan itu harus berdasarkan tujuan
yang yang ingin dicapai. Mengenal karakteristik komunikan memainkan peran
penting di sini. Penyusun harus memahami karakteristik hingga tren saat itu demi
dapat langsung mencapai jalan pikir komunikan sehingga pesan dapat
tersampaikan dengan baik. Wilbur Schramm, dalam karyanya “Communication
Research In The United States”, menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil
apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan
(frame of reference), yakni panduan pengalaman dan pengertian (collection of
expreiences and meanings) yang pernah diperoleh komunikan. Pesan yang
disampaikan pun haruslah diformulasi sedemikian rupa demi mencapai pikiran
para komunikan. Tentu, bahasa yang penuh dengan kata-kata asing akan sulit
dipahami oleh komunikan yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Maka
dari itu, pesan harus disesuaikan dengan gaya bahasa dari komunikan.Selain itu,
media dalam penyampaian pun memiliki peran yang penting dalam melaksanakan
strategi.
Penyusunan
strategi
komunikasi
memerlukan
pengetahuan
yang
mendalam tentang komponen-komponen penting di dalamnya, serta harus
mempertimbangkan banyak hal. Lebih lanjutnya, Arifin (1984) menjelaskan
caramenyusun strategi komunikasi, yakni; (1) mengenal komunikan, (2)
penyusunan pesan, (3) menetapkan metode, (4) pemilihan media, (5) peranan
komunikator.
Sedangkan menurut Sayoga (2002) penyusunan strategi
komunikasi meliputi: penganalisaan masalah, penentuan prioritas khalayak,
perumusan tujuan yang memenuhi kriteria, pemilihan media komunikasi,
pengembangan pesan, perencanaan produksi media, dan perencanaan manajemen.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Middleton (dalam Adhikarya 1994)
15
menjelaskan bahwa penyusunan strategi komunikasi meliputi: pengumpulan data
dan perkiraan kebutuhan, perumusan objektif dan tujuan komunikasi, Analisa
perencanaan dan penyusunan strategi, analisis khalayak dan segmentasi, seleksi
media, pengembangan pesan dan penyusunan pesan, peranan komunikator,
perencanaan manajemen, latihan pelaksana, implementasi program, evaluasi
program dan evaluasi sumatif.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan dalam
menyusun strategi komunikasi harus mempertimbangkan:
1. Analisa perencanaan dan penyusunan strategi
Analisis masalah merupakan hal paling dasar yang harus dilaksanakan,
karena masalah adalah acuan dalam penentuan strategi komunikasi.
2. Perumusan Tujuan
Glueck dan Lawrence (1992) menjelaskan bahwa tujuan adalah hasil
akhir yang dicari oleh organisasi melalui eksistensi dan operasinya.
Rasmuson(1989, dalam Nasution, 1996) bahwa sebuah tujuan harus
memenuhi beberapa syarat sebagai berikut; (1) Menggambarkan hasil
yang akan dicapai, jelas dantidak menimbulkan berbagai macam
penafsiran; (2) Spesifik; (3)Perubahannya dapat diukur (measureable)
dan dilihat (observeable); (4)Standar kualitas sebagai patokan
mengukur keberhasilan; (5) Kualifikasi pokok menggambarkan
kondisi yang melingkupi pencapaian tujuan, dandalam kondisi
bagaimana tujuan yang dimaksud hendak dicapai; (6)Menetapkan titik
akhir (definitive point) yang menunjukkan tujuan telahdicapai.
3. Analisis khalayak dan segmentasi
Mengenal komunikan adalah langkah pertama untuk menentukan
strategi komunikasi yang efektif. Dalam proses komunikasi, baik
komunikator maupun komunikan mempunyai kepentingan yang sama.
Tanpa persamaan kepentingan, komunikasi tak mungkin berlangsung.
Untuk
menciptakan
persamaan
kepentingan
tersebut,
maka
komunikator harus mengerti dan memahami kerangka pengalaman dan
referensi komunikan secara tepat dan seksama, yang meliputi:
16
a. Kondisi kepribadian dan fisik komunikan.
b. Pengaruh kelompok dan masyarakat serta nilai-nilai dan normanorma yang ada.
c. Situasi dimana komunikan itu berada.
4. Penyusunan pesan
Syarat utama dalam memengaruhi khalayakdari pesan tersebut ialah
mampu
membangkitkan
perhatian.
Individu
dalamsaat
yang
bersamaan, kadang-kadang dirangsang oleh banyak pesan dariberbagai
sumber. Hasan (2010) juga menambahkan bahwa suatu komunikasi
akan menjadi lebih efektif ketika pesan-pesan yang disampaikan lebih
banyak berorientasi kepada kepentingan komunikan. Terkait dengan
hal ini, Schramm (dalam Effendy, 2000) mengajukan empat syarat
yang harus dipenuhi, yakni:
a. Pesan harus direncanakan dan disampaikan sedemikian rupa
agar menarik perhatian khalayak sasaran
b. Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang disesuaikan dengan
kerangka acuan khalayak sasaran
c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan individu khalayak dan
memberikan solusi untuk memenuhinya
d. Pesan harus menyarankan cara memenuhi kebutuhan yang
sesuai dengan situasi kelompok dimana khalayak berada pada
saat ia digerakkan untuk memberikan respons sesuai dengan
yang dikehendaki
5. Penetapan metode
Dalam dunia komunikasi metodedapat dilihat dari dua aspek yaitu
menurut cara pelaksanaannya dan menurut bentuk isinya. Hal tersebut
dapat diuraikan lebih lanjut, bahwa aspek pertama direalisasikan dalam
dua bentuk, yaitu metode redundancy(repetition / di ulang-ulang) dan
canalizing (mendalam). Sedang yang kedua (menurut bentuk isinya)
dikenal metode seperti informatif, persuasif,edukatif, dan kursif.
17
6. Pemilihan media
Dalam
pemilihan media, terdapat
beberapa
hal
yang harus
diperhatikan, yakni:
a. mass media advantages and disadvantages
setiap media memiliki karakteristik yang berbeda, dengan
mengatahui kelebihan dan kekurangannya maka pemilihan
media dapat dilakukan sesuai kebutuhan
b. matching media and audience segment
perencana komunikasi harus mengetahui dengan betul khalayak
yang disasar sehingga dapat menyesuaikan dengan media yang
mereka biasa gunakan
c. the concept of reach
jangkauan media di sini merujuk pada potensi media untuk
menghasilkan terpaan pesan (exposure) kepada khalayak yang
menjadi sasaran
d. the concept of frequency
frekuensi merujuk pada jumlah pengulangan pesan dalam
sebuah periode waktu untuk meningkatkan terpaan pada
khalayak sasaran
e. reach and frequency trade-off
ketika jangkauan dan frekuensi dioperasikan secara bersamasama, tidak menutup kemungkinan akan terhambat oleh
keterbatasan dana. Maka, bila jangkauan diperluas, maka
frekuensi dikurangi, begitu juga sebaliknya
7. Peranan komunikator
Komunikator memiliki
peranan yang sangat
penting, karena
komunikator merupakan ujung tombak yang berperan dalam
menyampaikan pesan kepada khalayak. Terdapat 3 faktor penting yang
harus diperhatikan, yakni: (1) daya tarik sumber, (2) kredibilitas
sumber, dan (3) kemampuan berempati
18
8. Perencanaan manajemen
Hal terakhir yang perlu dilakukan dalam merencanakan program
komunikasi adalah merencanakan manajemennya, maksudnya adalah
merencanakan bagaimana mengendalikan dan mengkoordinasikan
tenaga, biaya, waktu, dan berbagai sumber lainnya dengan disertai
penjadwalan yang jelas (Sayoga, 2002)
9. Implementasi program
Setelah semua perencanaan telah dilaksanakan, maka tahap selanjutnya
adalah implementasi program. Perencanaan yang telah dilakukan,
dituangkan menjadi program-program, maka pada tahap ini, pelaksana
melaksanakan program yang telah dirancang.
10. Evaluasi
Tujuan evaluasi program adalah untuk mengetahui dan mengukur
keberhasilan strategi. Hasibuan (1985) menjelaskan bahwa terdapat
empat tahap yang harus dilakukan dalam proses evaluasi/kontrol
program, yakni: (1) menentukan standar-standar atau dasar untuk
evaluasi, (2) mengukur pelaksanaan, (3) membandingkan pelaksanaan
dengan standar yang telah ditentukan serta menentukan penyimpangan
yang terjadi, (4) melakukan tindakan perbaikan jika terjadi
penyimpangan agar pelaksanaan dan tujuan sesuai dengan rencana.
2. Komunikasi Pemerintahan
Komunikasi pemerintahan tidak lepas dari konteks komunikasi organisasi,
sehingga komunikasi pemerintahan merupakan bagian dari komunikasi organisasi
(Silalahi, 2004). Maka dari itu, untuk memahami komunikasi pemerintahan ada
baiknya terlebih dahulu memahami tentang komunikasi organisasi. Pace dan
Faules
(2001)
berpendapat
komunikasi
organisasi
dapat
didefinisikan
pertunjukkan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan
bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit
komunikasi dalam hubungan-hubungan hirarkis antara yang satu dengan yang
19
lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Definisi ini menekankan tentang
penafsiran pesan dibandingkan dengan komunikasi sebagai proses. Kemudian,
menurut Cornelissen (2011), komunikasi organisasi adalah “a management
function that offers a framework for the effective coordination of all internal and
external communication with the overall purpose of establishing and maintaining
favourable reputations with stakeholder groups upon which the organizations is
dependent.” Cornelissen menegaskan adanya ketergantungan organisasi dengan
pihak-pihak lain yang memiliki kepentingan yang sama, dan menjelaskan bahwa
organisasi memiliki komunikasi internal serta eksternal.
Mudahnya, komunikasi organisasi adalah komunikasi yang terjadi di
dalam suatu organisasi. Namun, melihat dari organisasi itu sendiri, komunikasi
yang terjadi di dalamnya menjadi kompleks. Lengkapnya, komunikasi organisasi
adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam suatu jaringan yang
terkoordinasi antara internal dan eksternal yang saling tergantung satu sama lain
untuk
mengatasi
lingkungan
dengan
tujuan
untuk
membangun
dan
mempertahankan reputasi serta stakeholder di mana sebuah organisasi berdiri.
Di dalam sebuah organisasi, terdapat beberapa macam komunikasi, yakni
terjadi komunikasi interpersonal dari satu karyawan ke karyawan lainnya maupun
dari atasan ke bawahan, kesempatan untuk bicara di depan publik, kelompok
kecil, serta komunikasi menggunakan media(West, 2008). Dalam komunikasi
organisasi juga dapat terjadi komunikasi massa, serta komunikasi publik, yakni
apabila organisasi tersebut ingin menyentuh khalayaknya. Kembali kepada
definisi dari komunikasi organisasi, Cornelissen menjelaskan bahwa sebuah
organisasi memiliki ketergantungan kepada beberapa pihak yang memiliki
kepentingan yang sesuai dengan organisasi, sehingga berkomunikasi dengan
pihak-pihak yang berhubungan dengan organisasi merupakan hal yang harus
dibina. Organisasi tentu tidak dapat berdiri apabila tidak memiliki khalayak, serta
stakeholder lain yang akan menyokongnya. Cornelissen (2011) mendefinisikan
stakeholder sebagai “persons or groups with legitimate interest in aspects of
corporative activity, and they are identified by this interest, whether the
corporation has any direct economic interest in them or not.” Intinya, yang
20
merupakan stakeholder adalah individu maupun kelompok yang memang
bersinggungan langsung maupun tidak langsung dengan sebuah organisasi namun
memiliki kepentingan yang saling bersinggungan.
Suatu organisasi perlu untuk terus menjalin hubungan dengan stakeholdernya. Salah satu model dalam hubungan dengan stakeholder adalah stakeholder
management (Cornelissen, 2011). Stakeholder management menganggap bahwa
sebuah organisasi memiliki keterkaitan antara satu sama lain dengan
pemerintahan dan dengan opini publik, serta berbagai stakeholder lainnya, yakni
kelompok yang dapat memengaruhi dan dipengaruhi dengan keberadaan
organisasi.Kurang lebih dapat digambarkan sebagai berikut:
(Cornelissen, 2011)
Hal tersebut menunjukkan bahwa organisasi secara tidak langsung dapat
berdiri, serta bergantung pada kelompok-kelompok dan individu yang berada di
sekitarnya. Sebuah organisasi dapat terus maju apabila terus melaksanakan
hubungan yang baik dengan stakeholdernya, sehingga dapat disimpulkan bahwa
sebuah komunikasi dengan para stakeholder merupakan sesuatu yang penting.
Sama halnya dengan organisasi bernama pemerintah.
Pemerintah memerlukan dukungan dari banyak pihak untuk terus dapat
menjalankan kegiatannya. Untuk terus mendapatkan dukungan, pemerintah harus
terus menjaga hubungan dan berkomunikasi dengan berbagai stakeholdernya
untuk dapat menjalankan kewajibannya. Pemerintah berasal dari kata government
yang secara harfiah diartikan sebagai civil servant atau pelayanan, artinya ada
21
hubungan dan pengaruh yang kuat antara kata government sebagai pelayanan
kepada masyarakat dengan tujuan keberadaan pemerintahan (Hasan, 2009). Lebih
lanjutnya, Herman C.F. Strong dalam Hasan (2009) menyatakan bahwa
pemerintahan sebagai organisasi yang memiliki hak untuk melaksanakan
kekuasaan berdaulat dalam arti luas merupakan sesuatu yang lebih besar daripada
suatu kementerian yang diberi tanggungjawab memelihara perdamaian dan
keamanan Negara. Intinya, pemerintah ada untuk menyelenggarakan Negara, juga
untuk melayani masyarakat. Kedua kewajiban terbesar tersebut diemban oleh
pemerintah dan harus menjalankan demi dapat mencapai tujuan Negara. Hasan
(2009) menjelaskan karakteristik yang melekat dalam setiap kegiatan pemerintah,
yakni:
1.
Program ditujukan untuk seluruh masyarakat luas
2.
Seringkali hasilnya abstrak dan sulit dilihat dalam waktu dekat, bahkan
dalam jangka waktu yang panjang sekalipun, karena sifatnya yang
terpadu dan berkesinambungan
3.
Program pemerintahan selalu mendapat pengawasan dari berbagai
kalangan, terutama pers, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan
sebagainya yang berperan dalam proses penyadaran masyarakat.
Karakteristik-karakteristik
tersebut
menjelaskan
bahwa
pemerintah
menjalankan program demi masyarakat dan programnya dilaksanakan dalam
jangka waktu yang panjang dan berkesinambungan. Kurang lebih, pemerintah
hadir untuk rakyatnya. Pemerintah ada untuk dapat memajukan masyarakatnya.
Demi melaksanakan semua itu, pemerintah harus memiliki keterampilan dalam
berkomunikasi agar dapat menyentuh masyarakat. Jika dikaitkan dengan konsep
stakeholder, maka masyarakat adalah stakeholder terbesar pemerintah.
Menurut Hasan (2009) komunikasi pemerintah adalah penyampaian ide,
program, dangagasan pemerintah kepada masyarakat dalam mencapai tujuan
Negara (dalam konteks ini pemerintah diasumsikan sebagai komunikator dan
masyarakat sebagai komunikan yang dalam kondisi tertentu dapat terjadi
sebaliknya) sehingga dapat terwujud pemerintahan yang amanah, efektif dan
22
kredibel. Komunikasi pemerintahan pada dasarnya tidak selalu bersifat politis,
karena tanggung jawab terbesar dari pemerintah adalah masyarakatnya, sehingga
pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menginformasikan masyarakatnya
tentang kebijakan, rencana perundang-undangan, program kerja pemerintah, dan
segala sesuatu yang memang berpengaruh kepada kehidupan masyarakatnya.
Komunikasi pemerintahan juga merupakan sebuah komunikasi organisasi,
sehingga ia juga memiliki dua bentuk, yakni internal dan eksternal. Komunikasi
internal pemerintahan mengarah kepada managing staff dan bertujuan agar
pegawai atau staf mengetahui dan memahami apa yang harus dikerjakan,
bagaimana mengerjakan dan agar eksekutif pemerintah mendapatkan informasi
dari pegawai tentang hasil pelaksanaan pekerjaan yang kesemuanya bermanfaat
untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi pemerintah secara efektif dan efisien
(Silalahi, 2004). Sedangkan untuk komunikasi pemerintahan eksternal, cenderung
kepada managing people, maksudnya adalah untuk memberikan informasi tentang
berbagai kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan pemerintah kepada
masyarakat, organisasi-organisasi non pemerintah, termasuk komunitas atau
institusi bisnis, sekaligus mendapatkan informasi dari mereka untuk membuat
kebijakan dan peraturan dan juga informasi tentang dampak dari kebijakan yang
dibuat oleh pemerintah untuk menentukan apakah kebijakan atau peraturan
tersebut dilanjutkan atau dihentikan, direvisi atau dimodifikasi (Silalahi, 2004).
Dalam menjalankan aktifitas komunikasi, pemerintah memiliki beberapa
karakteristik sebagaimana dijelaskan oleh Robbins dalam Hasan (2005), yakni:
1. Para aparatur pemerintah harus menyadari pentingnya komunikasi.
Pentingnya komunikasi dalam menjalankan pemerintahan tentunya
karena tanpa komunikasi maka informasi tidak akan sampai kepada
tujuannya (masyarakat)
2. Para aparatur pemerintah harus memiliki komitmen pada komunikasi
dua arah. Dalam proses komunikasi, pemerintah tidak bisa hanya
memberikan keputusan tetapai harus bersedia menerima masukan
ataupun pendapat dari pihak lain agar pencapaian tujuan bisa maksimal
23
3. Penekanan komunikasi lebih diutamakan dalam komunikasi tatap
muka
Komunikasi secara tatap muka atau langsung pada umumnya lebih
baik daripada komunikasi melalui media, karena komunikator dapat
melihat secara langsung reaksi dari komunikan, apakah ia bisa
menerima atau tidak suatu keputusan maupun informasi
4. Transparansi dan keterbukaan harus merupakan tujuan bersama dalam
mencapai visi, misi, program dan strategi
Aparatur pemerintahan harus lebih terbuka dalam menyampaikan
informasi tanpa menutupi sesuatu yang penting
5. Kepiawaian dalam menangani kondisi seburuk apapun termasuk berita
yang jelek dan tidak menguntungkan
Setiap permasalahan harus dijadikan sebagai contoh dan pengalaman
sehingga dapat melatih keluwesan aparatur negara dalam menyikapi
setiap permasalahan yang muncul secara bijaksana
6. Memperlakukan komunikasi sebagai proses berkelanjutan
Komunikasi itu tidak bisa dilakukan hanya sekali, tetapi harus
berkesinambungan atau terus menerus sehingga kelancaran informasi
akan tetap berjalan
Namun, dalam prakteknya, Komunikasi
yang dilaksanakan oleh
pemerintah, seringkali masih terhambat dan bahkan gagal. Menurut Institute for
Strategic Dialogue, kegagalan yang biasa terjadi dalam komunikasi dilaksanakan
oleh pemerintah adalah:
1. Audiences awareness
Pemerintah terkadang tidak dapat mengantisipasi hasil dari atau efek
yang dapat terjadi kepada masyarakat
2. Dissemination mediums
Tidak adanya channel komunikasi antara pemerintah dengan
masyarakat dengan jelas sehingga menyulitkan pemerintah dalam
menyampaikan informasi, maupun sebaliknya
24
3. Institutional coordination
Kurangnya koordinasi dengan pemerintah pusat sehingga pesan yang
disampaikan seringkali tidak terintegrasi
4. Community partnership
Kurangnya kerjasama antara pemerintah dengan tokoh yang ada di
dalam masyarakat
5. Responsive messaging
Birokrasi yang menyulitkan adanya pesan yang responsif antara
pemerintah dengan masyarakat
Mengetahui kegagalan-kegagalan yang kerap terjadi tersebut, pemerintah
perlu kembali memformulasi cara untuk dapat berkomunikasi lebih efektif kepada
masyarakatnya. Tentu, untuk dapat menginformasikan kepada masyarakat dan
menyentuh rakyatnya, pemerintah harus cerdik dalam penyampaian informasinya.
Pemerintah
membutuhkan
strategi
komunikasi
dalam
menyelenggarakan
komunikasi dengan masyarakat. Terlebih, dengan beragamnya karakteristik
masyarakat Indonesia, semakin memberikan tantangan kepada pemerintah dalam
mencapai tujuan komunikasi pemerintahan, yakni menginformasikan masyarakat
tentang berbagai kebijakan dan segala sesuatu yang ditujukan untuk kehidupan
masyarakatnya. Dalam konteks pemerintahan, strategi komunikasi merupakan
suatu kemampuan pemerintah dalam mencapai tujuan negara dan pemerintahan.
Dikaitkan dengan ilmu pemerintahan, maka kemampuan tersebut dapat meliputi
kemampuan mengajak orang lain bekerjasama yang di dalamnya mencakup
aktivitas;
merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan kemampuan
melakukan kontrol atau evaluasi (Hasan, 2009).
3. Sosialisasi
Menurut Abdulsyani (2007) Sosialisasi adalah proses belajar yang
dilakukan oleh seseorang untuk berbuat dan bertingkah laku berdasarkan patokan
yang terdapat dan diakui dalam masyarakat. Dalam proses belajar atau
penyesuaian diri itu seorang kemudianmengadopsi kebiasaan, sikap dan ide-ide
25
dari orang lain, kemudian seseorang mempercayai dan mengakui sebagai milik
pribadinya.
Sejatinya, sosialisasi dialami oleh tiap individu semenjak ia dilahirkan dan
sepanjang hidupnya. Berbagai hal yang ia lihat dan pelajari hingga mengakar
dalam pikirannya adalah hasil dari sosialisasi yang telah ia alami.Sosialisasi
dibagi menjadi dua, yakni;
a. Sosialisasi Primer adalah sosialisasi pertama yang dijalani individu
semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga).
b. Sosialisasi Sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah
sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok
tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi
dan desosialisasi.
Serta, menurut Berger dan Luckman, sosialisasi dibagi menjadi dua tipe, yakni;
a. Formal
Sosialisasi
tipe
ini
terjadi
melalui
lembaga-lembaga
yang
berwenangmenurut ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti
pendidikan disekolah dan pendidikan militer.
b. Informal
Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan
yangbersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama
anggota klub,dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam
masyarakat.
Berkenaan dengan sosialisasi di dalam masyarakat dan pemerintahan,
sosialisasi dimaksudkan sebagai usaha untuk memasukkan nilai-nilai kebudayaan
terhadap individu sehingga individu tersebut menjadi bagian dari masyarakat.
Selain itu, sosialisasi juga didefinisikan sebagai usaha penyebarluasan informasi
(progam, peraturan, kebijakan) dari satu pihak (pemilik progam) ke pihak lain
(masyarakat umum) dan proses pemberdayaan, dimana diharapkan dapat
menumbuhkan kesadaran kritis, menumbuhkan perubahan sikap, dan perilaku
masyarakat.Sosialisasi
bukan
sekedar
diseminasi
atau
media
publikasi,
penyebarluasan informasi (progam, peraturan, kebijakan) dari satu pihak (pemilik
26
progam) ke pihak lain (masyarakat umum) melainkan bagian dari proses
pemberdayaan, dimana diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran kritis,
menumbuhkan perubahan sikap, dan perilaku masyarakat. Pada sisi aktifitas
fisiknya, sosialisasi diharapkan menerapkan beberapa pendekatan yang didasarkan
atas perbedaan khalayak sasaran. Pendekatan yang dilakukan, diharapkan bisa
membangun keterlibatan masyarakat (sebagai subjek pelaksana program) melalui
pertukaran pengalaman, pengetahuan, dan pemahaman untuk menemukan
kesepakatan-kesepakatan bersama yang berpijak pada kesetaraan, kesadaran kritis
dan akal sehat16.
Melihat definisi tersebut, sosialisasi merupakan salah satu alat bagi
pemerintah untuk dapat mentrasnfer paham kepada masyarkat hingga masyarakat
dapat memahami suatu pandangan tertentu hingga dapat merubah perilaku.
Definisi tersebut tidak jauh dari definisi komunikasi yang juga merupakan salah
satu cara untuk mentransfer paham kepada orang lain dengan tujuan tertentu,
sehingga sosialisasi pun merupakan salah satu bentuk dari komunikasi. Pada
dasarnya sosialisasi adalah pendekatan yang didasarkan atas perbedaan khalayak
sasaran. Dengan kata lain, sosialisasi merupakan bentuk upaya menyebarluaskan
informasi kepada khalayak atau masyarakat luas. Hal itu dimaksudkan agar
khalayak dapat menerima dan memahami isi dari pada informasi tersebut.
Sosialisasi dapat dilakukan dengan beragam model dan cara agar sosialisasi
tersebut berjalan sesuai harapan dan seefektif mungkin. Menyentuh masyarakat
luas tentu tidak mudah, dibutuhkan pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk
dapat menyentuh tiap lapisan masyarakat. Karakteristik dari masyarakat tentu
menjadi pertimbangan yang sangat besar dalam menentukan cara-cara dari
sosialisasi. Di sini, strategi dalam menjalankan sosialisasi jelas sangat dibutuhkan.
Untuk dapat menyentuh masyarakat yang luas sehingga dapat menyampaikan
maksud sehingga dapat mencapai tujuan sosialisasi, tentu membutuhkan
perencanaan yang tepat.
16
Diakses dari http://www.p2kp.org/kamus.asp?catid=2 diakses pada 11 April 2015 pukul 16:00
27
4. Anak
Menurut Aqib (2008), anak adalah manusia yang baru tumbuh dan
berkembang yang memerlukan kasih sayang, baik di sekolah, di rumah maupun
dimana saja. Anak digambarkan sebagai individu yang sedang tumbuh dan
memerlukan kasih sayang serta bimbingan dari lingkungannya. Namun, definisi
tersebut terlalu luas sehingga tidak dengan lugas menjelaskan apa yang dimaksud
dengan anak. Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan anak adalah seseorang yang belum berusia delapan belas tahun,
termasuk anak yang masih di dalam kandungan. Kurang lebih, anak adalah
individu yang belum berusia delapan belas tahun dan sedang berkembang. Ia
membutuhkan kasih sayang serta bimbingan dari lingkungannya. Undang-Undang
No. 35 Tahun 2014 selanjutnya menjelaskan dengan mendetail tentang segala
aspek dari anak, baik dari perihal hak-haknya, tentang orang tua, tentang masalah
pengangkatan anak, hingga tentang pihak-pihak yang bertanggungjawab untuk
melindungi anak.
Setiap anak memiliki hak-hak yang sepatutnya mereka dapatkan, dari hal
pendidikan, kesehatan, serta mendapatkan perlindungan.Perlindungan anak adalah
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi Anak dan hak-haknya agar dapat
hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan
harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi.Namun hingga saat ini, perlindungan anak masih belum berdiri
dengan maksimal. Masih banya terjadi pelanggaran terhadap anak, seperti
eksploitasi anak, serta kekerasan.Menurut BAKOHUMAS, terdapat beberapa
faktor penyebab kekerasan terhadap anak, diantaranya adalah pengaruh keluarga,
pengaruh ekonomi, kondisi sosial seperti pengangguran, penyakit, lingkungan
yang kurang baik, serta pandangan yang keliru tentang posisi anak dimana anak
sering dianggap tidak tahu apa-apa, sehingga anak harus menurut dengan
kemauan orang dewasa di dalam rumahnya. Pemahaman masyarakat tentang anak
di dalam keluarga masih sangat minim17. Baik orang tua, maupun anak itu sendiri
17
Diakses dari http://www.murianews.com/item/14223-orangtua-harus-memahami-hak-anakuntuk-tekan-kekerasan.html diakses pada 4 Juni 2014 pukul 13.05
28
masih belum begitu paham tentang hak-hak yang sepantasnya didapatkan oleh
anak sehingga perlindungan anak masih belum dapat berdiri dengan maksimal.
Penyadaran masyarakat tentang perlindungan anak tentu menjadi dibutuhkan,
demi berlangsungnya perlindungan anak. Berbagai gerakan perlindungan anak
telah dilaksanakan oleh banyak pihak, baik dari pemerintah hingga non
government organization. Namun, gerakan-gerakan penyadaran tersebut memiliki
target audiences yang cukup luas. Dalam menyadarkan perlindungan anak, yang
disentuh bukan hanya orang tua, namun berbagai elemen masyarakat seperti
lingkungan anak tersebut, guru, hingga anak itu sendiri. Di sini, strategi
komunikasi dibutuhkan. Strategi komunikasi dibutuhkan agar dapat membuat
kegiatan-kegiatan penyadaran yang berbasis komunikasi dapat menyasar target
yang tepat dengan efektif.
F. Kerangka Konsep
Penelitian ini akan berfokus kepada strategi komunikasi yang digunakan
oleh Badan dalam Pemerintah Kota dalam melaksanakan sosialisasi perlindungan
anak kepada berbagai elemen masyarakat. Harold J. Laswell dalam Cangara
(2013) serta Hasan (2010) menjelaskan bahwa cara terbaik untuk mengetahui
strategi komunikasi adalah dengan memetakan aspek-aspek komunikasi yakni
dengan menjawab pertanyaan who says what, to whom through what channels,
and what effects. VNG Internasional (2004) juga menjelaskan aspek-aspek dalam
strategi
komunikasi,
yakni
spokeperson/komunikator,
pesan,
audiences/komunikan, tools/media/channel, serta feedback dan obstacles,
menambahkan aspek-aspek yang telah dijelaskan oleh Laswell sebelumnya.
Selanjutnya, dalam penyusunan strategi komunikasi, terdapat beberapa
pendapat. Arifin (1984) menjelaskan cara menyusun strategi komunikasi, yakni;
(1) mengenal komunikan, (2) penyusunan pesan, (3) menetapkan metode, (4)
pemilihan media, (5) peranan komunikator. Sedangkan menurut Sayoga (2002)
penyusunan strategi komunikasi meliputi: penganalisaan masalah, penentuan
prioritas khalayak, perumusan tujuan yang memenuhi kriteria, pemilihan media
29
komunikasi, pengembangan pesan, perencanaan produksi media, dan perencanaan
manajemen. Sejalan dengan pendapat tersebut, Middleton (dalam Adhikarya
1994)
menjelaskan
bahwa
penyusunan
strategi
komunikasi
meliputi:
pengumpulan data dan perkiraan kebutuhan, perumusan objektif dan tujuan
komunikasi, Analisa perencanaan dan penyusunan strategi, analisis khalayak dan
segmentasi, seleksi media, pengembangan pesan dan penyusunan pesan, peranan
komunikator, perencanaan manajemen, latihan pelaksana, implementasi program,
evaluasi program dan evaluasi sumatif. Apabila keseluruhan pendapat tersebut
dirangkum menjadi sebuah bagan besar, dengan mendasarkan pendapat Laswell
sebagai teori utama, maka untuk memetakan strategi komunikasi BP3AKB Kota
Bekasi dalam sosialisasi perlindungan anak di Kota Bekasi, kurang lebih
digambarkan sebagai berikut:
Komunikator
BP3AKB
Analisa perencanaan
dan penyusunan
strategi
Perumusan tujuan
STRATEGI KOMUNIKASI
- Analisis Komunikan
- Formulasi Pesan
- Metode Penyampaian
Pesan
- Pemilihan Media
- Peranan Komunikator
Implementasi
Komunikan
Obstacles
Evaluasi
Feedback
30
Untuk dapat menjabarkan strategi komunikasi yang dilakukan oleh
BP3AKB dalam mensosialisasikan perlindungan anak kepada masyarakat Bekasi,
maka langkah yang perlu dilakukan adalah mengikuti tahap-tahap tersebut.
Komunikator yang melaksanakan sosialisasi perlindungan anak merupakan
BP3AKB Kota Bekasi. Fungsi BP3AKB sebagai komunikator lebih kepada fungsi
perencana strategi. Dalam usaha mengkomunikasikan pesan ke masyarakat
dengan efektif, ia membutuhkan sebuah strategi komunikasi. Tahap awal yang
harus dilakukan untuk menentukan strategi komunikasi adalah menganalisis
perencanaan dan penyusunan strategi. BP3AKB harus mengadakan analisis dan
mengetahui fakta-fakta tentang perlindungan anak di Indonesia. Setelah
mengetahui fakta yang ada, maka BP3AKB menyusun tujuan berdasarkan fakta
tersebut.
Setelah analisis dan penetapan tujuan, BP3AKB berlanjut kepada strategi
komunikasi, yakni dengan mengadakan analisis khalayak dan segmentasi.
Khalayak yang ingin dicapai dalam strategi komunikasi yang dilakukan BP3AKB
tentu berbeda-beda, dan memiliki karakteristik masing-masing. Tiap khalayak
dikelompokkan dan dibedakan tiap kategorinya. Setelah pemetaan khalayak,
dilanjutkan dengan memetakan pesan yang disampaikan. Tiap kategori khalayak
tentu memiliki pesan tersendiri yang ingin disampaikan. Pesan tersebut juga
dikemas dan disesuaikan dengan karakteristik dari tiap kategori khalayak.
Kemudian adalah memetakan metode, yang di dalamnya terdapat mediamedia yang digunakan, serta waktu dan pelaksanaan, juga frekuensi sosialisasi
yang dilakukan oleh BP3AKB kepada targetnya. Metode yang digunakan untuk
menyampaikan pesan tentu berbeda, tergantung dari khalayak serta pesan yang
ingin disampaikan. Setelah mengetahui metodenya, maka tahap selanjutnya
adalah memilih media-media yang akan dilakukan, baik akan dilaksanakan
dengan tatap muka, maupun dengan menggunakan media. Selanjutnya,
menentukan komunikator. Komunikator adalah ujung tombak penyampaian
pesan, maka dari itu, memilih komunikator perlu memikirkan faktor-faktor yang
31
ada. Setelah semua hal itu dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah
merencanakan
manajemennya
serta
mengkoordinasikan
sehingga
dapat
melakukan implementasi pada tahap selanjutnya. Setelah program-program
dilaksanakan, maka pesan disampaikan kepada komunikan sesuai dengan strategi
yang telah dirancang dan melihat bagaimana feedbacknya dari komunikan. Hal
terakhir adalah dengan melakukan evaluasi sehingga dapat melihat efektivitas
strategi komunikasi yang telah dilakukan.
G. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, pendekatan yang akan digunakan adalah dengan
pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor
dalam Moleong (2000) adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati.Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara
holistik atau utuh. Pendekatan kualitatif dipilih dengan tujuan agar dapat
menggambarkan dan menjelaskan secara terperinci strategi apa saja yang telah
dilakukan oleh BP3AKB Kota Bekasi sehingga dapat menjawab rumusan masalah
secara intensif serta terperinci, sesuai dengan sifat riset kualitatif yang bertujuan
untuk menjelasakan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan
data sedalam-dalamnya.
Sedangkan metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi
deskriptif. Menurut Bungin (2012), metode deskriptif adalah penelitian yang
menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai
variabel yang timbul dimasyarakat yang menjadi permasalahannya itu, kemudian
menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi
ataupun variabel tertentu.
Penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif menjelaskan data dalam
bentuk kata-kata, kalimat, serta uraian-uraian tentang suatu topik dengan
mendalam. Metode deskriptif dapat memaparkan berbagai pandangan, sikap, dan
32
proses pembentukan fenomena serta permasalahannya berdasarkan pada perilaku
para pelakunya yang kemudian digambarkan peneliti secara faktual. Metode ini
dipilih karena metode ini mampu untuk menjelaskan strategi komunikasi yang
dilakukan oleh BP3AKB dalam mensosialisasikan perihal program perlindungan
anak kepada warga, dan berbagai instansi yang ada di Kota Bekasi. secara
intensif, terperinci dan mendalam.
2. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di kantor BP3AKB Kota Bekasi Jl. Jend A.
Yani Komp Pemda Kota Bekasi Lt.5, Bekasi, Jawa Barat pada bulan Juni 2015
hingga Juli 2015
3. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yakni:
1. Interview (wawancara)
Wawancara adalah percakapan antara peneliti dengan informan,
seseorang yang diasumsikan mengetahui informasi penting tentang
suatu obyek. Dalam penelitian, wawancara dilakukan untuk dapat
memperdalam data yang diperoleh. Pada penelitian ini, wawancara
akan dilakukan kepada:
-
Kepala BP3AKB
Ir. Hj. Riswanti, M.Si
-
Kepala Bidang Perlindungan Anak
Dra. Min Aminah M.Si
2. Observasi
Observasi adalah suatu metode pengamatan dan pencatatan secara
sistematis mengenai fenomena-fenomena yang diselidiki atau diteliti
baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Observasi dilakukan
untuk lebih mendekatkan diri antara peneliti dengan objek studi atau
kasus yang sedang dikaji. Sehingga peneliti akan secara langsung
mengetahui tentang segala hal yang terjadi bersama aspek yang
33
memengaruhi tentang permasalahannya. Maka peneliti dapat secara
objektif melihat fenomena yang terjadi. Observasi yang dilakukan
peneliti dalam penelitian ini adalah observasi non-partisipan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan dara dengan cara mencari
data mengenai hal tertentu melalui catatan, transkrip, majalah, buku,
dan lain-lain. Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang tidak
didapatkan dengan metode yang telah sebelumnya disebutkan. Metode
ini diharapkan menjadi penunjang data.
4. Validitas Data
Guna menjamin validitas data yang diperoleh oleh penulis, maka sebuah
teknik validitas data dibutuhkan. Teknik validitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik trianggulasi. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan
data yang memanfaatkan sesuatu diluar data tersebut sebagai pembanding
(Moleong, 2002). Selanjutnya, teknik trianggulasi yang akan digunakan adalah
teknik trianggulasi sumber, yakni dengan melaksanakan perbandingan atau
mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari sumber
yang berbeda. Pengecekan ulang dapat dilakukan dengan beberapa cara, yakni:
a. Membandingkan data yang didapat dari wawancara dengan hasil
pengamatan langsung di lapangan.
b. Membandingkan apa yang dikatakan data dengan materi yang didapat
melalui studi pustaka, teori maupun pendapat akademisi dan pengamat.
c. Melakukan kroscek mengenai pernyataan seorang informan dengan
pernyataan informan lain yang sama-sama mengetahui kasus tersebut.
d. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.
5. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis interaktif Miles dan Huberman
yang menekankan kepada tigatahapan yaitu; data reduction, data display,
kemudian conclusion drawing/verification. Pada tahap data reduction, pemeliti
34
memilih, mengkategorikan, serta menyederhanakan data yang telah didapat dan
mentransformasi data yang muncul dari catatan saat meneliti di lapangan.
Kemudian tahap data display adalah menyajikan data dengan penyusunan yang
logis
dan
sistematis.
Lalu,
tahap
yang
terakhir
adalah
conclusion
drawing/verification. (Sugiyono, 2013)
35
Download