PEMBELAJARAN 2 Standar Kompetensi : Mengapresiasi karya seni rupa Kompetensi Dasar : Menampilkan sikap apresiasi terhadap keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan di wilayah nusantara A. Pengertian Apresiasi Karya Seni Apresiasi berasal dari bahasa Inggris appreciation yang artinga penghargaan atau penilaian. Apresiasi seni rupa adalah kegiatan dalam menilai atau memberi penghargaan terhadap kualitas karya seni rupa. Penilaian atau penghargaan terhadap suatu karya seni dapat diungkapkan melalui proses pengamatan dan penghayatan. Ada tiga tingkatan kegiatan apresiasi yang dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan pengamat dalam menghayati suatu karya, yaitu: 1. Apresiasi simpatik adalah merasakan tingkat keindahan suatu karya berdasarkan pengamatan (kasat mata), seperti suka atau tidak suka. 2. Apresiasi empatik/estetik adalah merasakan secara mendalam nilai estetik yang tersirat dalam suatu karya, seperti ada perasaan kagum atau terharu. 3. Apresiasi kritis adalah apresiasi yang disertai analisis terhadap suatu karya dengan mempertimbangkan gagasan, teknik, unsur-unsur rupa, dan kaidah-kaidah komposisi seni rupa. Terkait dengan tingkatan kegiatan apresiasi di atas, ada beberapa pendekatan atau metode yang dapat diterapkan untuk mengungkapkan atau memaparkan hasil pengamatan terhadap karya seni rupa, antara lain: 1. Deskriptif adalah paparan hasil pengamatan karya secara obyektif, seperti obyek gambar, unsur senimannya. rupa, komposisi rupa, tema karya, judul karya, dan 2. Analitis adalah paparan hasil pengamatan karya berdasarkan kaidah-kaidah estetika yang baku, seperti aspek tematik, teknik dan corak pengerjaan, penerapan kaidah-kaidah kesenirupaan, dan nilai estetika yang terkandung di dalamnya. 3. Interpretatif adalah paparan suatu karya berdasarkan sudut pandang pengamat baik dari segi pengalaman dalam aktivitas kesenirupaan maupun dari sisi pengetahuan kesenirupaan. 4. Penilaian adalah paparan karya dengan pengukuran nilai baik secara obyektif maupun subyektif. Penilaian obyektif dilakukan dengan petimbangan teknis pengerjaan berdasarkan kaidah-kaidah kesenirupaan dengan pengukuran bersifat kuantitatif, sedangkan penilaian subyektif berdasarkan pada pertimbangan perasaan pengamat dengan pengukuran bersifat kualitatif, seperti sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik. 5. Interdisiplin adalah paparan karya berdasarkan berbagai disiplin keilmuan, misalnya pandangan karya berdasarkan ilmu antropologi, psikologi, kebudayaan, filsafat, ekonomi, dsb. Mengapresiasi seni rupa terapan harus mampu membedakan seni rupa terapan yang berfungsi sebagai seni murni dan seni rupa terapan yang memiliki fungsi praktis/terapan. Menghayati seni rupa terapan murni tidaklah sesulit menghayati seni rupa terapan terapan. Seni rupa terapan murni hanya menekankan pada keindahan belaka yang digunkan sebagai pajagan saja, berbeda dengan seni rupa terapan terapan keindahannya harus mendukung fungsi praktisnya sehingga memiliki kenyamanan dan keamanan fungsional. B. Definisi Seni rupa terapan Dua Dimensi dan Tiga Dimensi Seni rupa terapan dua dimensi adalah karya seni rupa terapan yang memiliki ukuran panjang dan lebar atau berupa bidang. Seni rupa jenis ini di antaranya kriya kain batik, kain tenun, anyaman tikar, wayang kulit, dll. Seni rupa terapan tiga dimensi adalah karya seni rupa terapan yang memiliki ukuran panjang, lebar, dan ketebalan atau karya seni rupa terapan yang memiliki volume. Contoh karya seni rupa terapan tiga dimensi, antara lain furniture (lemari, meja, kursi, buffet), tas, guci, kendi, topi, topeng, peti, dan berbagai jenis benda yang lainnya. C. Bentuk dan Disain Seni rupa terapan Bentuk seni rupa terapan umumnya menyesuaikan nilai estetika dan fungsi praktis apabila karya seni rupa terapan tersebut tergolong seni rupa terapan terapan. Seni rupa terapan sebagai pajangan bentuknya menyesuaikan dengan tempat untuk memajang, misalnya untuk pajangan pada dinding bentuknya menyesuaikan dengan dinding tempat memajang dan memperhatikan nilai estetikanya, seperti wayang kulit, topeng, dan mozaik. Seni rupa terapan yang berbentuk tiga dimensi seperti benda furniture, selain bentuknya mempertimbangkan tempat, fungsi, dan nilai estetika juga memperhatikan teknik dari benda tersebut, misalnya meja tamu berbeda kontruksinya dengan meja kerja. Jadi bentuk dari benda seni rupa terapan sangat dipengaruhi oleh tempat memajang, fungsi, estetika, dan teknik atau kontruksi suatu benda. Contoh disain seni rupa terapan D. Sikap Empati terhadap Keunikan Karya Seni rupa terapan Nusantara Perkembangan seni rupa terapan di wilayah nusantara tidak terlepas dari kekayaan alam nusantara, seperti tersedia berbagai bahan berupa bebatuan, lempung, dan berbagai jenis kayu. Tersedianya bahan memudahkan bagi nenek moyang kita untuk memunculkan gagasan, kemudian dari gagasan muncullah keterampilan untuk membuat berbagai perabotan atau perkakas dari batu, kayu, dan tanah liat. Peninggalan karya seni rupa dari bahan batu dan tanah liat masih dapat kita amati sampai sekarang, sedangkan yang berbahan dari kayu sulit kita jumpai peninggalannya. Hal ini disebabkan umumnya benda seni dari kayu memiliki ketahanan jaman relatif pendek. Karya-karya peninggalan nenek moyang yangadiluhung ( mengagumkan) seperti motif hias dalam bentuk relief pada candi, arca-arca pada candi, prasasti, dan nisan. Nenek moyang kita telah menanamkan dasar kepada penerusnya dalam penciptaan karya seni yang berkualitas. Kreativitas berkarya generasi berikut berlangsung sampai diera globaliasi ini yang menghasilkan berbagai kreasi benda kerajinan atau kriya di berbagai daerah nusantara. Apresiasi terhadap karya-karya seni rupa dapat ditunjukkan dengan sikap empati berupa gerakan /bahasa tubuh atau berupa ungkapan kata-kata secara lisan/tertulis. Kegiatan apresiasi dapat dilakukan melalui kunjungan ke tempat pameran karya seni rupa terapan, pasar seni barang kerajinan,dan toko oleh benda-benda kriya. Karya-karya seni rupa terapan hasil pengerajin akan dapat dikomunikasikan kepada konsumen atau penikmat melalui bentuk karya, estetika, dan kenyaman karya yang dipajang. E. Kegiatan Apresiasi terhadap Seni rupa terapan Nusantara Langkah-langkah dalam mengapresiasi keunikan gagasan dan teknik seni rupa terapan nusantara, diantaranya: 1. Mengamati dan tanggapan terhadap bentuk, estetika, dan fungsi karya. 2. Menunjukkan sikap empati melalui ungkapan kata-kata secara lisantertulis. 3. Menyampaikan tanggapan atas keunikan gagasan karya seni rupa terapan. 4. Menyampaikan tanggapan atas keunikan teknik karya seni rupa terapan. Dalam menyampaikan tanggapan hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip seni rupa (unsur unsur rupa dan komposisi) Latihan mengapresiasi salah satu contoh karya seni rupa terapan nusantara. Apresiasilah contoh replika karya berikut berdasarkan langkah-langkah di atas!