PENGARUH MOTIVASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. A. DEVI YUNI ANJELIA HUTABARAT DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Motivasi dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan di PT. A. adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing I Prof Dr Ir Syamsul Maarif M.Eng dan komisi pembimbing II M Arif Darmawan S.TP M.T dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, 2016 Devi Yuni A. Hutabarat NIM F34120128 ABSTRAK DEVI YUNI ANJELIA HUTABARAT. Pengaruh Motivasi dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan di PT. A. Dibimbing oleh SYAMSUL MAARIF dan ARIF DARMAWAN. Motivasi dan lingkungan kerja memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan. Penelitian ini telah mengidentifikasi usaha PT. A. untuk memotivasi karyawannya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui indikator dominan dalam motivasi dan lingkungan kerja sebagai variabel bebas, serta kinerja sebagai variabel terikat; dan untuk menganalisa pengaruh motivasi dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan. Penelitian ini juga mengidentifikasi korelasi karakter responden terhadap kinerja menggunakan Spearman Correlation. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan Structural Equation Model (SEM) menggunakan perangkat lunak SmartPLS (Partial Least Square). Berdasarkan evaluasi Spearman Correlation, korelasi antara usia, begitu juga masa kerja, dan kuantitas kerja bernilai negatif (berlawanan arah). Pendidikan memiliki korelasi positif terhadap kualitas dan kuantitas kerja. Berdasarkan perhitungan Chi square contingency, jenis kelamin memiliki korelasi yang sangat lemah terhadap kinerja. Penelitian ini menghasilkan indikator yang paling berkontribusi dalam membentuk tiap variabel: dalam motivasi adalah insentif (dibandingkan terhadap latar belakang sosial, keahlian, dan jenjang karir), dalam lingkungan kerja adalah kepemimpinan (dibandingkan suhu udara, bau, penerangan, dan hubungan antarpekerja), sedangkan dalam kinerja adalah kuantitas kerja (dibandingkan kualitas kerja). Variabel motivasi dan lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Kata kunci: Motivasi, Lingkungan Kerja, Kinerja, Structural Equation Modeling (SEM), Partial Least Square (PLS), Korelasi Spearman, dan Chi square kontingensi. ABSTRACT DEVI YUNI ANJELIA HUTABARAT. Influence of Motivation and Work Environment to Working Performance of Employee at PT. A. Supervised by SYAMSUL MAARIF and ARIF DARMAWAN. Motivation and work environment have influence to working performance of employees. This work has been identified the effort from PT. A. to motivate its employees. This researched aims to find the dominant indicator in motivation and work environment as exogenous variables, as well as performance as endogenous variable; and to analyze the influence of motivation and work environment to performance of the employee. This work also identified the correlation of respondents characteristics to performance using Spearman Correlation. To accomplished the objectives, this work employed Structural Equation Modeling (SEM) Method using SmartPLS (Partial Least Square) and SPSS software. According to Spearman correlation analysis, the correlation between age and employment time, as well as work output was negative (opposite direction), while it was positive in work quality. Education had positive correlation for both work quality and output. Gender had very weak correlation to work performance based on Chi square contingency calculation. The result of the study gave the most significant contribution in each variables forming, resulted: in motivation was incentive (compared to social background, skill-set and career path), in work environment was leadership (compared to air temperature, aroma, lighting and relationship to others), while in performance was work output (compared to work quality). Variables of motivation and work environment positively-significantly influenced work performance of employees. Keywords: Motivation, Work Environment, Performance, Structural Equation Modeling (SEM), Partial Least Square (PLS), Spearman correlation, and Chi square contingency. PENGARUH MOTIVASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. A. DEVI YUNI ANJELIA HUTABARAT Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknologi Industri Pertanian DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016 Judul Skripsi : Pengaruh Motivasi dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan di PT. A. Nama : Devi Yuni Anjelia Hutabarat NIM : F34120128 Disetujui oleh, Prof Dr Ir Syamsul Maarif, MEng Pembimbing I M. Arif Darmawan, STP, MT Pembimbing II Diketahui oleh, Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti Ketua Departemen Tanggal Lulus: PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa Yang baik atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2016 ini ialah Manajemen Sumber Daya Manusia, dengan judul Pengaruh Motivasi dan Lingkungan Kerja di PT. A. Terima kasih penulis ucapkan kepada orang-orang yang sangat berjasa selama peneliti melakukan penelitian dengan berbagai proses yang cukup panjang. Terimakasih penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Syamsul Maarif, M.Eng dan Bapak M. Arif Darmawan, S.TP., M.T. selaku pembimbing skripsi, serta Ibu Dr. Endang Warsiki S.TP, M.Si, selaku dosen penguji saya. 2. Keluarga besar yang sangat berharga bagi saya, yaitu Mama, Tante Pita, Bapak, Kakak Ranti, Abang Niel, Abang Andreas, Tante Berliana, Tulang Rudolf, Abang Coky, My little niece Mikha dan Michela, (Alm) Tulang Anton yang akan selalu ada di hati kami dan seluruh keluarga yang tidak dapat saya disebutkan satu per satu. Terimakasih atas doa tulus yang datang dari kalian semua. I love you so much my fams. 3. Bapak Drs J. Suparno Putro, MBA selaku Head of Human Resources and Development, General Affairs, dan Legal Department atas bantuannya selama peneliti melakukan pengumpulan data. 4. Bapak Wahyudi, SE selaku Manager of Plan Production & Inventory Control and Warehouse Department atas bantuannya selama peneliti melakukan pengumpulan data. 5. Bapak Drs Dedi Rosadi selaku Manager of General Affairs Department atas bantuannya selama peneliti melakukan pengumpulan data. 6. Seluruh responden (karyawan PT. A. yang bersedia meluangkan waktu untuk diwawancarai dan memberikan data dalam mengisi kuisioner. Mohon maaf tidak bisa disebutkan satu per satu). 7. Teman satu bimbingan Norma, Ridho, Dina, dan Faikar atas dukungan dan masukannya. Teman seperjuangan selama penelitian Dian Tiya Puspitasari & Sahabatku yang selalu perhatian dan memberikan masukan selama penulis merasakan jatuh dan bangun dipenelitian, thanks pongsee, unnss, dan omssee. 8. Teman-teman satu angkatan TINnovator (TIN 49), Kopral (PMK 49), dan IKANMASS. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua yang menggunakannya. Bogor, 2016 Devi Yuni Anjelia Hutabarat DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 2 Ruang Lingkup 3 METODE 3 Kerangka Penelitian 3 Metode Penelitian 6 Instrument Penelitian 7 Prosedur Analisis Data 7 Waktu dan Tempat Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Responden 10 10 11 Analisis koefisien korelasi karakteristik responden dengan Variabel Endogen 12 Evaluasi Model Structural Equation Modeling – Partial Least Square (PLS) 15 Evaluasi Outer Model (Model Pengukuran) 15 Evaluasi Inner Model (Model Struktural) 17 Analisis Indikator-Indikator Dominan Pembentuk Motivasi, Lingkungan Kerja, dan Kinerja Karyawan 18 Variabel Laten Eksogen (Motivasi) 18 Variabel Laten Eksogen (Lingkungan Kerja) 19 Variabel Laten Endogen (Kinerja) 20 SIMPULAN, REKOMENDASI, DAN SARAN 21 Simpulan 21 Rekomendasi pada Perusahaan 22 Saran 23 DAFTAR PUSTAKA 23 LAMPIRAN 26 RIWAYAT HIDUP PENULIS 36 DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tingkat hubungan korelasi Chi square Karakteristisik responden Korelasi Spearman Kontingensi Kontingensi baru Nilai AVE dan Communality Nilai Composite Reliability Variable dan Cronbach’s Alpha Nilai R square Nilai Path Coefficients (T-Values) 8 8 11 13 14 14 17 17 17 17 DAFTAR GAMBAR 1 2 Kerangka pemikiran Model struktural PLS 5 16 DAFTAR LAMPIRAN 1 Penelitian terdahulu 26 2 Data persentase responden berdasarkan usia dan pendidikan formal terakhir 27 3 Data persentase responden berdasarkan usia dan pendidikan formal terakhir 28 4 Hasil perhitungan data menggunakan PLS Alghoritm 29 5 Hasil kalkulasi ulang data menggunakan PLS Alghoritm 29 6 Nilai cross loadings 30 7 Nilai outer loadings 31 8 Kuisioner 32 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan suatu bidang manajemen yang khusus mempelajari hubungan dan peranan manusia (karyawan) dalam organisasi (Handoko 2003). MSDM merupakan suatu proses mengatasi berbagai masalah seputar sumber daya manusia (karyawan) pada suatu organisasi untuk dapat menunjang segala aktivitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan. Setiap perusahaan memiliki sekelompok orang atau karyawan yang bekerja didalamnya. Karyawan tersebut memiliki pengaruh yang sangat penting bagi roda pergerakan perusahaan. Perusahaan yang sukses tentunya memiliki manajemen yang baik didalamnya. Manusia identik dengan sikap aktif dan dominan di setiap kegiatan atau aktivitas yang ada di organisasi. Hal tersebut dikarenakan manusia menjadi perencana, pelaku, dan penentu terwujudnya tujuan organisasi. Tujuan tidak mungkin tercapai tanpa ada peran aktif dari karyawan. Peran aktif karyawan akan dituang dan diukur dalam bentuk kinerja. Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi, dalam rangka upaya mencapai tujuan tersebut organisasi bersangkutan karyawan tentunya melaksanakan kinerja secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Dengan demikian kinerja seseorang juga menentukan kinerja organisasi yang harus berpedoman kepada aturan-aturan yang berlaku secara umum (yang keluarkan oleh pemerintahan, organisasi profesi dan organisasi lainya yang berkaitan). PT. A. merupakan salah satu perusahaan yang memiliki skala produksi yang tinggi dengan pasar yang luas. Namun, beberapa waktu terakhir produktivitas menurun dan menjadi masalah di perusahaan. Sebagian besar karyawan merasakan kejenuhan yang cukup tinggi selama bekerja. Hal ini ditandai dari evaluasi kompetensi atau kinerja (sasaran kerja) karyawan masih rendah. Sehingga masalah tersebut menjadi tantangan peneliti untuk menganalisis lebih lanjut faktor yang dapat meningkatkan kinerja karyawan. Kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti motivasi, lingkungan kerja, budaya organisasi, pelatihan, pendidikan, insentif, kepemimpinan, jabatan, pemberian gizi karyawan, komunikasi, budaya kerja, komitmen organisasi, kompensasi, prestasi kerja, kepuasan kerja, pengetahuan, dan ketrampilan (Mangkuprawira dan Vitalaya 2006). Sedangkan menurut Siagian (2002) bahwa kinerja karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : gaji, lingkungan kerja, budaya organisasi, kepemimpinan dan motivasi kerja (motivation), disiplin kerja, kepuasan kerja, komunikasi dan faktor-faktor lainnya. Peneliti memilih motivasi dan lingkungan kerja sebagai faktor-faktor yang diteliti pada penelitian ini. Hal ini disebabkan karena motivasi dan lingkungan kerja adalah faktor-faktor yang cukup mudah diukur dan implementasinya mudah dilaksanakan dalam suatu perusahaan. Motivasi dan lingkungan kerja juga merupakan hal yang paling melekat pada setiap karyawan selama bekerja. 2 Setiap karyawan tentunya mempunyai dorongan atau motivasi untuk melakukan suatu pekerjaan agar dapat memenuhi kebutuhannya. Motivasi merupakan kekuatan berupa keinginan maupun harapan yang menuntun seseorang untuk berkinerja secara maksimal (Hakim 2006). Seiring dengan adanya motivasi kerja yang dimiliki karyawan, harus didukung juga dengan suasana kerja yang baik. Hal ini tentunya berhubungan dengan lingkungan yang dirasakan oleh karyawan selama bekerja. Karyawan tentunya menginginkan lingkungan yang mendukungnya untuk bekerja nyaman, sehingga dapat meningkatkan kinerjanya. Lingkungan kerja adalah faktor-faktor diluar manusia baik fisik mau pun non fisik dalam sesuatu organisasi. Setiap individu mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan pola prilaku tertentu untuk menanggulangi masalah lingkungan. Dengan demikian, pembentukan lingkungan kerja yang mendukung prestasi kerja akan menimbulkan kepuasan kerja bagi pekerja dalam suatu organisasi. Lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap pekerjaan yang dilakukan karyawan. Sehingga setiap perusahaan haruslah mengusahakan lingkungan kerja yang sedemikian rupa agar memberikan pengaruh positif terhadap pekerjaan yang dilakukan karyawan. Lingkungan kerja yang diteliti, antara lain gaya kepemimpinan, bau, suhu udara, penerangan, serta hubungan antar sesama karyawan. Penelitian dengan judul yang hampir sama juga pernah dilakukan Dewi dan Laras (2014), hasil analisis menunjukkan bahwa motivasi dan lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan secara signifikan. Teknik sampling yang dipakai adalah metode regresi linear dan teknik pengujian data yang digunakan dalam penelitian tersebut meliputi uji validitas dengan analisis faktor dan uji reliabilitas. Penelitian Analisa (2011) juga mendapatkan hasil positif antara hubungan motivasi dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan dengan menggunakan regresi linier berganda. Penelitian ini mengacu pada hasil penelitian terdahulu, penulis mencoba melakukan penelitian yang membahas pengaruh faktor-faktor motivasi dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan dengan metode wawancara langsung setiap responden atau karyawan di PT. A. hal ini dilakukan oleh peneliti karena penelitian terdahulu masih menggunakan metode pembagian kuisioner yang memiliki kemungkinan setiap karyawan tidak mengisinya secara serius dan objektif. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian untuk membuktikan bahwasanya kinerja karyawan yang semakin tinggi secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti halnya motivasi dan lingkungan kerja. Sehingga penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Motivasi dan Lingkungan Kerja terhadap kinerja karyawan di PT. A.”. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Korelasi karakteristik responden terhadap kinerja 2. Faktor yang paling dominan pembentuk motivasi kerja. 3. Faktor yang paling dominan pembentuk lingkungan kerja. 4. Faktor yang paling dominan pembentuk kinerja. 5. Pengaruh motivasi dan lingkungan kerja terhadap kinerja. 3 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk studi kasus di PT. A. dengan responden karyawan di perusahaan tersebut. Dalam penelitian ini, diteliti pengaruh faktor-faktor motivasi dan lingkungan kerja sebagai variabel eksogen atau eksogen dan kinerja karyawan sebagai variabel endogen. Peneliti juga melakukan survey lapangan untuk menganalisis terkait lingkungan kerja setiap karyawan di hampir semua departemen yang ada di perusahaan. METODE Kerangka Pemikiran Penelitian korelasi adalah tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih (Indriantoro dan Supomo 1999). Menurut Locke dan Latham (1990) pencapaian tujuan yang dilakukan seseorang merupakan substansi atau bagian dari motivasi kerja. Di samping itu, istilah tersebut mencakup sejumlah konsep dorongan (drive), kebutuhan (need), rangsangan (incentive), ganjaran (reward), penguatan (reinforcement), ketetapan tujuan (goal setting), harapan (expectancy), dan sebagainya. Menurut Gagne´ dan Edward (2005) motivasi terbentuk dari ketetapan hati seseorang dalam melakukan sebuah tindakan. Motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu, oleh karena itu motivasi sering kali diartikan pula sebagai faktor pendorong perilaku seseorang (Edy 2008). Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan, keinginan, sebab, atau alasan seseorang melakukan sesuatu (Analisa 2011). Motivasi dapat terbentuk dari faktor individual, seperti kemampuan, keahlian, dan latar belakang sosial (Simamora 2006). Luthans (2006) menyatakan, motivasi dapat terbentuk dari kebutuhan. Kebutuhan adalah tekanan yang ditimbulkan oleh adanya kekurangan untuk menyebabkan seseorang berperilaku untuk mencapai tujuan. Kekurangan tersebut dapat bersifat psikologis, fisiologis, atau sosial. Dorongan adalah suatu kondisi yang menyebabkan seseorang menjadi aktif untuk melakukan suatu tindakan atau perilaku demi tercapainya kebutuhan atas tujuan. Rangsangan (incentives) adalah sesuatu yang memiliki kecenderungan merangsang minat seseorang untuk bekerja mencapai tujuan. Sehingga dapat disimpulkan motivasi adalah dorongan yang ada dari dalam diri atau luar diri seseorang dalam melakukan tugas atau tanggung jawab demi mencapai tujuan organisasi. Dari beberapa referensi yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dikelompokkan beberapa faktor motivasi. Faktor-faktor tersebut juga sekaligus menjadi variabel indikator (manifest) motivasi kerja karyawan yang disimpulkan oleh peneliti. Adapun indikator-indikator motivasi antara lain: 1. Keahlian/passion (X1.1) 2. Insentif (X1.2) 3. Latar belakang sosial (X1.3) 4. Pengembangan karir (X1.4) 4 Motivasi yang baik tentunya dapat dibarengi dengan lingkungan kerja yang baik. Hal tersebut dapat berdampak lebih pada peningkatan kinerja. Lingkungan banyak didefinisikan oleh para ahli, beberapa diantaranya adalah menurut Nitisemito (2000), lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang diembankan. Definisi mengenai lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok dapat ditarik kesimpulannya bahwa kondisi lingkungan kerja baik akan menunjang produktivitas karyawan yang pada akhirnya berdampak pada kenaikan tingkat kinerja karyawan (Sedarmayanti 2009). Menurut Nitisemito (2000) lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugastugas yang dibebankan, misalnya penerangan, suhu udara, ruang gerak, keamanan, kebersihan, musik dan lain-lain. Sedangkan lingkungan kerja non fisik merupakan adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan dengan bawahan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan (Sedarmayanti 2009). Lingkungan kerja non fisik sama halnya dengan lingkungan kerja fisik, yakni memiliki pengaruh yang penting bagi kenyamanan dan ketentraman karyawan. Beberapa pernyataan diatas menerangkan ada banyak faktor lingkungan kerja yang berada di sekitar karyawan. Hal ini memungkinkan peneliti untuk menyimpulkan faktor-faktor motivasi yang dikaji di dalam penelitian ini. Faktor-faktor tersebut berasal dari lingkungan kerja fisik dan non fisik. Adapun indikator-indikator lingkungan kerja adalah: 1. Gaya kepemimpinan (berhubungan dengan cara atau metode pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pimpinan, baik dari faktor komunikasi (interpersonal), maupun pemberian kompensasi) (X2.1) 2. Bau (berhubungan dengan bau di sekitar lingkungan kerja karyawan) (X2.2) 3. Suhu udara (ada tidaknya ventilasi yang layak untuk proses pertukaran udara, sirkulasi udara yang tidak cukup dapat menyebabkan kelelahan bagi karyawan yang bekerja pada waktu relatif lama) (X2.3) 4. Penerangan (hal ini dapat mempengaruhi kualitas pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan) (X2.4) 5. Hubungan antar sesama karyawan (berhubungan dengan kepedulian antar karyawan, komunikasi yang baik, dan sebagainya) (X2.5) Kinerja dapat diukur dari beberapa parameter seperti kuantitas, kualitas, dan ketepatan waktu. Kinerja adalah hasil-hasil dari fungsi pekerjaan atau kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu (Tika 2006). Sedangkan Menurut Mangkunegara (2004) yang dimaksud kinerja (performance) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja karyawan pada dasarnya adalah hasil karya karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya standar, target/sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama (Analisa 2011). 5 Dengan demikian kinerja dapat diartikan sebagai hasil dari pengukuran kerja karyawan dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab yang diberikan oleh perusahaan. Kinerja akan selalu dievaluasi agar proses kerja yang dilakukan menjadi efektif dan efisien. Kinerja juga dapat diukur berdasarkan banyaknya produk atau jasa yang dihasilkan karyawan, dalam kuantitas atau kualitas tertentu. Sehingga, peneliti dapat menyimpulkan parameter penilaian untuk mengukur kinerja seorang karyawan. Hal ini juga memungkinkan untuk diaplikasikan oleh perusahaan yang ingin mengetahui kinerja karyawannya. Parameter tersebut antara lain: 1. Kuantitas Kerja (Y1) Kuantitas kerja meliputi banyaknya tugas atau barang atau produk yang dapat diselesaikan oleh karyawan pada waktu yang telah ditentukan dan bersedianya setiap karyawan memenuhi tanggung jawab diluar jam kerja (lembur), apabila dibutuhkan oleh perusahaan. 2. Kualitas Kerja (Y2) Hal ini berkaitan dengan kualitas karyawan dalam melakukan tindakan sesuai dengan aturan dan peraturan yang berlaku di perusahaan, termasuk menggunakan tanda pengenal, baju kerja yang diperintahkan perusahaan, alat-alat keamanan saat bekerja, dan sebagainya. Kualitas kerja juga dilihat dari segi tingkat absensi atau ketidakhadiran karyawan. Karyawan yang memiliki tingkat kehadiran yang tinggi tentunya menggambarkan bahwa karyawan tersebut mempunyai kinerja yang cukup diperhitungkan dan patut diapresiasi. Yang tidak diperhitungkan dalam absensi sah yaitu tidak ada pekerjaan, cuti yang sah, periode libur panjang, dan diberhentikan kerja atau pemberhentian bekerja. Model penelitian ini mengadopsi dari beberapa penelitian terdahulu seperti yang tertera pada Lampiran 1. Setelah melakukan analisis untuk setiap referensi yang ada, peneliti membuat sebuah kerangka pemikiran pada Gambar 1. Gambar 1 Kerangka pemikiran 6 Metode Penelitian Metode penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode pengambilan data dengan cara wawancara dan pengisian kuisioner. Tahapan yang dilakukan yaitu: 1) Identifikasi variabel Penelitian ini menggunakan tiga variabel yang mewakili variabel manifest/indikator, yakni motivasi, lingkungan kerja, dan kinerja. Variabel laten eksogen adalah motivasi dan lingkungan kerja, serta variabel laten endogen adalah kinerja Motivasi kerja (ξ1) merupakan dorongan yang ada pada diri karyawan dalam melakukan suatu tugas dan tanggung jawab. Motivasi kerja merupakan variabel eksogen. Faktor-faktor variabel motivasi kerja meliputi keahlian/passion (X1.1), insentif (X1.2), latar belakang sosial (X1.3) dan pengembangan karir (X1.4). Lingkungan kerja (ξ2) merupakan suatu kondisi fisik maupun non fisik yang ada disekitar tempat karyawan bekerja. Lingkungan kerja merupakan variabel eksogen. Indikator variabel lingkungan kerja meliputi gaya kepemimpinan (X2.1), bau (X2.2), suhu udara (X2.3), penerangan (X2.4), dan hubungan antar sesama karyawan (X2.5 ). Kinerja (ɧ) merupakan ukuran kerja karyawan yang meliputi tindakan atau perilaku yang dimiliki oleh karyawan. Kinerja merupakan variabel endogen yang dipengaruhi oleh motivasi dan lingkungan kerja. Variabel kinerja meliputi kuantitas kerja (Y1) dan kualitas kerja (Y2). 2) Teknik pengumpulan data Suatu penelitian yang baik sangat memerhatikan metode pengumpulan data yang dilakukan. Pengumpulan data dilakukan secara berhati-hati, sistematis dan cermat, sehingga data yang dikumpulkan relevan dengan masalah penelitian yang akan dicari jawabannya sebagai upaya menguji kebenaran hipotesis yang telah dirumuskan. Untuk itu metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap responden penelitian. 2) Kuisioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan tertulis secara terstruktur kepada responden penelitian berkaitan dengan tanggapannya terhadap berbagai variabel yang diteliti dalam penelitian ini. 3) Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab secara mendalam kepada responden penelitian untuk memperoleh data yang lebih akurat dan lengkap karena menyangkut penjelasan lebih lanjut dari kuisioner yang telah dibagikan tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil survei langsung kepada responden dengan cara wawancara dan pengisian kuisioner. Sedangkan data sekunder didapatkan dari hasil telaah studi literatur ataupun mengambil data-data perusahaan yang telah ada sebelumnya. 3. Penentuan sampel Jumlah sampel minimum yang menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM) berjumlah 5 kali jumlah manifest/indikator dari masing-masing 7 variabel laten (Latan dan Ghozali 2012). Indikator yang digunakan ada 11, sehingga sampel minimum sebesar 55. Penelitian melibatkan sampel sebesar 70 responden, berdasarkan pengisian kuisioner terhadap karyawan. 4. Perumusan hipotesis Berikut ini adalah hipotesis yang peneliti rancang dalam penelitian ini: H-1: karakteristik responden berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja H-2: keahlian/passion, insentif, latar belakang sosial, dan pengembangan karir membentuk motivasi. H-3: motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan. H-4: gaya kepemimpinan, bau, suhu udara, penerangan, dan hubungan antar karyawan membentuk lingkungan kerja. H-5 lingkungan berpengaruh terhadap kinerja karyawan. H-6: kuantitas kerja dan kualitas kerja membentuk kinerja. 5. Penyusunan kuisioner Kuisioner yang diberikan menggunakan konten yang berkaitan antara motivasi, lingkungan kerja, dan kinerja karyawan. Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah modifikasi skala Likert, yaitu dari 1 sampai 5. Skala pengukuran untuk variabel motivasi dan lingkungan kerja. Adapun penggunaan skala 1 – 5 untuk setiap jawaban responden selanjutnya dibagi ke dalam lima kategori, yakni sangat setuju (SS) diberi skor 5, setuju (S) diberi skor 4, netral (N) diberi skor 3, tidak setuju (TS) diberi skor 2, dan sangat tidak setuju (STS) diberi skor 1. Instrument Penelitian Untuk mempermudah perhitungan peneliti menggunakan beberapa software terkait dengan perhitungan analisis yaitu, SmartPLS: software ini digunakan untuk perhitungan analisis regresi linear berganda dan SPSS: software yang digunakan untuk mencari korelasi. Prosedur Analisis Data Analisis korelasi karakteristik responden Analisis korelasi merupakan salah satu teknik untuk menganalisis hubungan antara dua variabel atau lebih yang bersifat kuantitatif dengan perhitungan statistik. Ukuran yang digunakan untuk mengetahui hubungan linear antar variabel disebut koefisien korelasi. Analisis korelasi tidak menunjukkan hubungan fungsional atau tidak membedakan antara variabel dependen dengan variabel independen (Suliyanto 2011). Terdapat dua analisis korelasi karakteristik responden yang digunakan yaitu analisis korelasi Spearman untuk data responden usia, masa kerja, dan pendidikan dan analisis chi square untuk data responden jenis kelamin. Analisis korelasi Spearman disimbolkan dengan ρ (dibaca: rho). Nilai korelasi Spearman berada diantara -1< ρ < 1. Nilai korelasi sama dengan nol berarti tidak ada korelasi atau hubungan antara variabel dependen (endogen) dan independen (eksogen). Bila nilai ρ sama dengan +1 berarti terdapat hubungan yang positif antara variabel independen dan variabel dependen. Nilai ρ sama dengan -1 berarti terdapat hubungan yang negatif antara variabel independen dan variabel dependen. Maka dari itu tanda positif dan negatif menunjukkan arah 8 hubungan diantara variabel yang sedang dioperasionalkan. Rentang nilai korelasi Spearman dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Tingkat hubungan korelasi Nilai koefisien Makna 0.000-0.190 Hubungan sangat lemah 0.200-0.390 Hubungan lemah 0.400-0.590 Hubungan moderat 0.600-0.790 Hubungan kuat 0.800-1.000 Hubungan sangat kuat Sumber: Martono (2010) Analisis korelasi chi square kontingensi merupakan instrumen yang digunakan dengan perhitungan statistik untuk mengetahui hubungan atau pengaruh dua variabel nominal dan mengukur kuatnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel nominal lainnya. Metode perhitungan chi square menggunakan rumus chi square dengan pengambilan kesimpulan pada uji ini yaitu bila nilai chi square hitung yang dihasilkan dari perhitungan lebih besar dari nilai chi square tabel maka H-0 ditolak (Mason dan Douglas 1999). Karakteristik chi square terdiri dari. 1. Nilai chi square selalu positif 2. Terdapat beberapa keluarga distribusi chi square yaitu distribusi chi square dengan derajat kebebasan (dk) sama dengan 1, 2, 3, dan seterusnya. 3. Bentuk distribusi chi square adalah menjulur positif. Langkah-langkah pengujian menurut Mason dan Douglas (1999) terdiri dari: 1. Menulis hipotesis H0 dan H1. 2. Membuat tabel kontingensi. 3. Mencari nilai frekuensi yang diharapkan (fe). 4. Mengisikan nilai fe ke dalam ta bel kontingensi. 5. Menghitung nilai chi square. 6. Menentukan kriteria pengujian. 7. Menentukan nilai χ2 (chi square) tabel. 8. Membandingkan nilai χ2 hitung dengan χ2 tabel. Nilai tabel chi square untuk alfa 5% dan 10% dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Chi square Chi square dk 1 2 3 4 5 6 7 8 Sumber : Santoso (2004) 5% 3.841 5.991 7.814 9.487 11.070 12.591 14.061 15.507 10% 2.710 4.610 6.250 7.780 9.240 10.640 12.020 13.360 9 PLS-SEM (Partial Least Square-Structural Equation Modeling) Partial least square (PLS) adalah salah satu metode yang berada pada model persamaan struktural (Structural Equation Modeling). PLS merupakan teknik yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara parameter secara parsial. PLS memperkirakan parameter dengan pernyataan yang lebih baik dan mengarahkan hubungan antara variabel bandingan terhadap hubungan koefisien (Calantone & Mintu 1998). PLS dibuat dengan maksud untuk mengatasi keterbatasan Ordinary Least Square (OLS) Regression ketika data mengalami masalah, yaitu ukuran data kecil, adanya missing values, data tidak normal, dan adanya multikolinearitas (Mustafa dan Wijaya 2012). PLS dapat juga disebut sebagai teknik prediction-oriented yaitu pendekatan PLS yang berguna untuk memprediksi variabel endogen dengan melibatkan sejumlah besar variabel eksogennya. Menurut Mustafa dan Wijaya (2012), analisis PLS terdiri dari dua tahap penting yaitu the measurement model (outermodel) dan structural model (innermodel). Data dalam measurement model dievaluasi untuk menentukan validitas dan reliabilitasnya. Bagian dari tahap measurement model meliputi: a. Individual loading dari setiap item; b. Internal composite reliability (ICR); c. Average variance extracted (AVE); d. Discriminant validity. Apabila data telah memenuhi syarat measurement model, selanjutnya adalah mengevaluasi structural model dimana tahap ini bertujuan untuk menguji hipotesis yang hasilnya ditunjukkan melalui signifikansi dari: a. Path coefficients; b. T-statistics; c. R-squares values. Analisis pada outermodel bertujuan untuk mengukur tingkat validitas dan reliabilitas suatu model. Validitas merupakan tingkat keandalan dan kesahihan alat ukur yang digunakan, dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono 2007). Menurut Ghozali (2012), kriteria penilaian PLS untuk mengevaluasi model pengukuran refleksif (outermodel), antara lain uji validitas konvergen dilihat dari nilai loading faktor pada variabel laten dengan indikatorindikatornya, dengan nilai minimum 0.600. Validitas konvergen dapat juga dilihat dari nilai average variance extracted (AVE) dengan nilai harus diatas 0.500 yang berarti bahwa 50% atau lebih variance dari indikator dapat dijelaskan, serta dilihat juga dari nilai communality yang nilainya harus lebih besar dari 0.500 dan terakhir adalah uji validitas diskriminan dengan melihat nilai cross loading. Nilai ini digunakan untuk melihat korelasi antara indikator dengan variabel latennya harus memiliki korelasi yang lebih besar dari variabel laten lainnya (Ghozali 2012). Setelah data dinyatakan memenuhi uji validitas, akan diuji juga reliabilitasnya. Uji reliabilitas berfungsi untuk membuktikan akurasi, konsistensi dan ketepatan instrumen dalam mengukur konstruk. PLS merupakan metode untuk mengukur reliabilitas suatu konstruk dengan indikator refleksif dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability. Namun demikian, penggunaan Cronbach’s Alpha untuk menguji reliabilitas konstruk akan memberikan 10 nilai lebih rendah (under estimate) sehingga lebih disarankan untuk menggunakan composite reliability dalam menguji reliabilitas suatu konstruk. Rule of thumb yang biasanya digunakan untuk menilai reliabilitas konstruk yaitu nilai composite reliability harus lebih dari 0.600 (Ghozali 2012). Selanjutnya adalah evaluasi model struktural atau innermodel dilakukan dengan tujuan memprediksi hubungan antara variabel laten. Innermodel dievaluasi dengan melihat besarnya presentase variance yang dijelaskan yaitu dengan melihat R-square dan path coefficient. Nilai R-square merupakan koefisien determinasi pada konstruk laten endogen. Nilai R-Squares untuk setiap variabel laten endogen digunakan sebagai kekuatan prediksi dari model struktural. Kriteria penilaian PLS untuk mengevaluasi model struktural antara lain R2 untuk variabel laten endogen dan estimasi koefisien jalur (path cefficient). R2 untuk variabel laten endogen bertujuan mengindikasikan bahwa model “baik (0.750)”, “moderat (0.500)”, dan “lemah (0.250)”, sedangkan nilai estimasi untuk hubungan jalur dalam model struktural harus signifikan dilihat dari prosedur bootstrapping yang juga menghasilkan nilai T (T-value) (Mustafa dan Wijaya 2012). Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dibagi menjadi dua yaitu, waktu pengambilan data dan waktu analisis serta penyusunan laporan penelitian (skripsi). Waktu yang dibutuhkan untuk pengambilan data yaitu dua bulan dan waktu untuk analisis serta penyusunan laporan penelitian yaitu dua bulan. Tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah PT. A. Adapun jadwal kegiatan penelitian yang telah dilakukan terhitung mulai bulan Maret sampai Juni 2016. HASIL DAN PEMBAHASAN PT. A. adalah perusahaan berbasis pada pengolahan pakan unggas. Perusahaan memiliki sekitar 150 karyawan (terdiri dari karyawan tetap dan tidak tetap) yang tersebar diberbagai departemen. Perusahaan tentunya menginginkan kinerja yang tinggi dari setiap karyawannya dalam melakukan aktivitas atau pekerjaan. Pemberian motivasi yang baik dilakukan perusahaan untuk menunjang segala aktivitas di perusahaan, sehingga kinerja karyawan dapat meningkat. Menurut Rivai (2003), indikator yang membentuk motivasi dengan tinggi, yaitu kompensasi atau imbalan. Kompensasi merupakan sesuatu yang dipertimbangkan sebagai suatu yang sebanding. Kompensasi sangat penting bagi pegawai maupun majikan, hal ini karena kompensasi merupakan sumber penghasilan bagi mereka dan keluarganya. Sistem pemberian imbalan dapat mendorong individu untuk berperilaku dalam mencapai tujuan; perilaku dipandang sebagai tujuan, sehingga ketika tujuan tercapai maka akan timbul imbalan. Motivasi sendiri tercipta dari adanya kebutuhan untuk menjadikan dirinya sendiri berfungsi secara penuh, sehingga mampu meraih potensinya secara total. Kebutuhan akan mendorong dan mengarahkan seseorang untuk mencari atau menghindari, mengarahkan dan memberi respon terhadap tekanan yang dialaminya. Faktor individual juga menjadi rangsangan bagi karyawan dalam bekerja, seperti halnya bekerja sesuai dengan keahlian dan kemampuannya. Persepsi seseorang tentang dirinya 11 sendiri akan mendorong dan mengarahkan perilaku seseorang untuk bertindak. Menurut wawancara yang dilakukan peneliti dengan salah satu karyawan HRD PT. A., jenis motivasi yang telah diusahakan oleh perusahaan adalah: 1. Mempekerjakan karyawan menurut pengetahuan dan keahliannya, hal tersebut bertujuan agar pekerjaan yang dilakukan karyawan dapat berjalan efektif dan efisien. Sehingga setiap periode tertentu, pimpinan departemen akan mengubah struktur organisasi bawahannya agar dapat bekerja maksimal. 2. Memberikan upah selain gaji, berupa insentif seperti tunjangan kesehatan, tunjangan hari tua, dan uang makan. Adapun pemberian tunjangan kesehatan kepada karyawan, antara lain karyawan tetap mendapatkan tanggungan biaya berobat dan rawat inap untuk rumah sakit rujukan perusahaan sedangkan karyawan tidak tetap mendapatkan jaminan kesehatan melalui jaminan sosial tenaga kerja. Tunjangan hari tua berupa uang yang diberikan kepada karyawan tetap yang telah pensiun dengan usia kurang lebih 60 tahun. Sedangkan uang makan akan ditambahkan pada saat pemberian gaji. Uang makan diterima oleh karyawan tetap dan tidak tetap. Namun, hal tersebut belum dirasa cukup untuk meningkatkan kinerja karyawan. Hasil pengukuran kerja karyawan PT. A masih berada di bawah standar perusahaan. Kinerja karyawan yang masih rendah ditandai dengan menurunnya kuantitas kerja yang dihasilkan dan kompetensi kerja, masih tingginya tingkat absensi karyawan, dan juga karyawan merasa cepat jenuh selama bekerja. Lingkungan kerja juga belum dirasa nyaman oleh karyawan. Profil Responden No. 1 2 3 4 Tabel 3 Karakteristisik responden Karakteristik Uraian Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Usia <20 tahun 21 – 25 tahun 26 – 30 tahun 31 – 35 tahun 36 – 40 tahun 41 – 45 tahun 46 – 50 tahun >50 tahun Pendidikan Formal Terakhir SD SMP SMA/K S0 S1 S2/S3 Masa Kerja <1 tahun 1 – 5 tahun 6 – 10 tahun 11 – 15 tahun 16 – 20 tahun >20 tahun Persentase (%) 77 23 0 9 6 21 24 20 14 6 4 9 56 9 21 1 6 23 13 17 31 10 12 Peneliti mengelompokkan responden berdasarkan empat klasifikasi, yaitu berdasarkan usia, pendidikan formal terakhir, jenis kelamin, dan masa kerja. Pengelompokkan responden dapat dilihat pada Tabel 3 atau pada Lampiran 2 dan Lampiran 3. Tabel 3 menjelaskan responden yang dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin. Jenis kelamin laki-laki memiliki persentase sebesar 77% dan perempuan 23%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa PT. A. memiliki karyawan laki-laki yang cukup besar. Hal tersebut sesuai dengan keadaan perusahaan yang memiliki proses produksi yang cukup menguras tenaga fisik, sehingga pihak HRD memprioritaskan perekrutan karyawan laki-laki untuk sebagian besar departemen yang ada. Responden yang diklasifikasi berdasarkan usia dibagi lagi menjadi delapan rentang usia, yakni usia kurang dari 20 tahun, 20 – 25 tahun, 26 – 30 tahun, 31 – 35 tahun, 36 – 40 tahun, 41 – 45 tahun, 46 – 50 tahun, dan lebih dari 50 tahun. Persentase tertinggi responden ada pada usia 36 – 40 tahun (24%), diikuti usia 31 – 35 tahun sebesar 21%, lalu usia 41 – 45 tahun dengan persentase 20%, usia 46 – 50 tahun sebesar 14%, usia 20 – 25 tahun dengan angka 9%, usia 26 – 30 tahun dan diatas 50 tahun memiliki persentase yang sama, yakni 6% dan usia kurang dari 20 berada pada persentase 0 atau tidak ada responden pada usia tersebut pada penelitian ini. Data responden berdasarkan usia menunjukkan dominansi responden ada pada usia produktif sesuai untuk bekerja. Selanjutnya, responden yang dikelompokkan berdasarkan pendidikan formal terakhir, peneliti mengklasifikasikan pendidikan formal kedalam enam jenis, yaitu SD, SMP, SMA, S0, S1, dan S2/S3. Responden yang tingkat pendidikannya terendah, yaitu SD ada pada angka 4%, lalu SMP berada di 9%, selanjutnya pendidikan SMA menembus persentase tertinggi, yakni 56%, diikuti S1 sebesar 21%, S0 sebesar 9%, dan terakhir pendidikan S2/S3 sebesar 1 %. Data menggambarkan bahwa sebagian besar responden memiliki pendidikan formal terakhir SMA, hal ini sesuai dengan informasi yang diberikan PT. A. bahwa sebagian besar karyawan memiliki pendidikan menengah. Terakhir adalah pengelompokan karyawan berdasarkan masa kerja, yang juga tertera pada Lampiran 2 dan 3. Masa kerja dibagi menjadi beberapa rentang tahun kerja. Responden yang masa kerjanya kurang dari 1 tahun berada di 6%, 1 – 5 tahun 23%, 6 – 10 tahun sebesar 13%, lalu 11 – 15 tahun 17%, 16 – 20 tahun 31%, dan masa kerja diatas 20 tahun berada pada persentase 10%. Data yang ada menunjukkan persentase masa kerja tertinggi ada pada rentang 16 – 20 tahun, dan hal ini memungkinkan karyawan sudah cukup mengetahui perusahaan dengan baik. Analisis koefisien korelasi karakteristik responden dengan variabel endogen Korelasi Spearman (rho) adalah metode yang digunakan untuk analisis korelasi. Metode ini termasuk metode statistik non parametric, yang artinya metode uji ini tidak membutuhkan suatu pengukuran dengan tingkat ketelitian yang tinggi bila dibandingkan dengan uji parametrik. Korelasi Spearman merupakan uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis asosiatif dua variabel bila data yang digunakan berskala ordinal (ranking). Pengolahan data menggunakan software SPSS untuk melihat hasil korelasi dan signifikasi antara masing-masing pasang indikator, dapat dilihat pada Tabel 4. Nilai korelasi antar variabel memiliki makna hubungan yang berbeda-beda, seperti yang tetera pada Tabel 1 pada bagian metode penelitian. 13 Tabel 4 Korelasi Spearman Spearman's rho Korelasi Y1 Usia Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Pendidikan Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Masa Kerja Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Y2 -.165 .130 .172 70 .278 .285 70 .201 .020 70 -.209 .095 70 .038 .083 70 .755 70 Merujuk pada data Tabel 4, hasil analisis korelasi Spearman dengan software SPSS, bahwa koefisien korelasi usia terhadap kuantitas kerja (Y1) bernilai negatif, menurut Sugiyono (2007) nilai negatif ini menunjukkan arah berlawanan, artinya semakin tinggi usia maka kuantitas kerja akan semakin menurun. Menurut Winardi (2001) kuantitas kerja berhubungan dengan kemampuan kerja untuk menghasilkan pekerjaan sesuai dengan target perusahaan yang tercermin dari jumlah hasil kerja, maka dari itu diperlukan kondisi tubuh yang selalu sehat dan kuat. Penurunan kuantitas kerja disebabkan oleh penurunan kesehatan rata-rata responden yang didukung dengan peningkatan usia. Kemudian koefisien korelasi usia terhadap kualitas kerja (Y2) memiliki nilai yang positif dan tak signifikan, berarti peningkatan usia responden akan meningkatkan kinerjanya, walaupun tidak secara signifikan. Responden yang memiliki usia yang semakin tinggi, memiliki kualitas kerja yang semakin baik. Koefisien korelasi pendidikan terhadap kuantitas kerja (Y1) bernilai positif dan signifikan, yang artinya hubungan antara pendidikan dan kinerja searah. Menurut Sugiyono (2007) nilai positif ini menunjukkan hubungan searah. Meningkatnya pendidikan responden, akan berdampak positif pada kinerja. Hal yang sama terjadi pada korelasi antara tingkat pendidikan terhadap kualitas kerja (Y2) kerja. Nilai yang dihasilkan positif, berarti tingkat pendidikan semakin tinggi, menyebabkan kinerja meningkat. Walaupun begitu, menurut observasi yang dilakukan peneliti, ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan di PT. A., antara lain jenis pekerjaan yang dibebankan oleh perusahaan kepada karyawan, lamanya waktu bekerja, kerja sama tim, dan sebagainya. Sehingga tidak ada batasan, bahwa faktor lain juga dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Terakhir untuk koefisien korelasi masa kerja terhadap kuantitas kerja (Y1) bernilai negatif, menurut Sugiyono (2007) nilai negatif ini menunjukkan arah berlawanan, artinya semakin tinggi masa kerja maka kuantitas kerja akan semakin 14 menurun. Hubungan antara masa kerja dengan kualitas kerja (Y2) memiliki nilai yang positif dan tak signifikan, berarti peningkatan masa kerja responden akan meningkatkan kinerjanya, walaupun tidak signifikan. Masa kerja yang semakin tinggi menggambarkan responden yang semakin cakap dalam pekerjaannya, sehingga dengan pengalaman kerja yang semakin lama, secara otomatis akan meningkatkan kualitas pekerjaannya. Secara keseluruhan nilai korelasi pada Tabel 4 berada pada rentang 0.20-0.39 yang berarti terdapat hubungan yang lemah atau tidak signifikan antara karakteristik responden (pendidikan, usia, dan masa kerja) terhadap kinerja. Metode kedua yang digunakan yaitu analisis chi square kontingensi untuk data responden jenis kelamin dengan variabel endogen yaitu kinerja. Chi square adalah analisis untuk mengetahui apakah distribusi data seragam atau tidak, uji ini disebut juga uji keselarasan atau goodness of fit test. Teknik analisis ini memudahkan peneliti dalam menilai kemungkinan memperoleh perbedaan frekuensi yang nyata dengan frekuensi yang diharapkan dalam kategori-kategori tertentu (Sugiarto 2002). Tabel kontingensi awal dapat dilihat pada Tabel 5. Nilai tersebut diisi berdasarkan jawaban responden yang memilih jawaban setuju dan sangat setuju. Sedangkan Tabel 6 adalah tabel kontingensi baru yang menunjukkan nilai observasi dan nilai ekspektasi. Kemudian nilai tersebut dihitung dengan rumus chi square. Adapun tahap-tahap untuk mendapatkan nilai chi square hitung adalah sebagai berikut. 1) Hipotesis H0 dan H1 H0: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kinerja. H1: terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kinerja. 2) Nilai kontingensi antara jenis kelamin dengan kinerja yaitu Y1 (kuantitas kerja) dan Y2 (kualitas kerja) dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Kontingensi Jenis Kelamin Kinerja Total Y1 Y2 Laki-laki 15 15 30 Perempuan 44 49 93 Total 59 64 123 3) Nilai frekuensi yang diharapkan (fe) Nilai fe untuk setiap sel diperoleh dari (𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠)(𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚) (𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙) . Nilai kontingensi baru setelah penambahan nilai fe dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Kontingensi baru Kinerja Total Jenis Kelamin Y1 Y2 fo Fe fo fe fo fe Laki-laki 15 14.39 15 15.61 30 30 Perempuan 44 44.6 49 48.4 93 93 Total 59 59 64 64 123 123 4) Nilai chi square (𝑓𝑜−𝑓𝑒)2 Diperoleh dengan rumus χ2=⟦Σ( 𝑓𝑒 ⟧, sehingga diperoleh nilai chi square sebesar 0.034. 15 5) Kriteria pengujian Jika χ2 hitung lebih kecil dari χ2 tabel maka Ho diterima dan jika χ2 hitung lebih besar dari χ2 tabel maka Ho ditolak. 6) Nilai χ2 tabel Taraf signifikansi (α) = 0.05 Derajat kebebasan = (baris-1) (kolom-1) = (2-1) (2-1) =1 Maka χ2 tabel = 3.840 7) Hasil perbandingan Berdasarkan hasil perbandingan antara χ2 hitung dengan χ2 tabel diperoleh nilai sebesar 0.034, dengan nilai chi square tabel sebesar 3.840, χ2 hitung lebih kecil dari pada χ2 tabel maka tidak terdapat hubungan atau pengaruh yang signifikan antara jenis kelamin dengan kinerja (kuantitas kerja dan kualitas kerja), sehingga H0 diterima. Nilai chi square hitung sebesar 0.034 menandakan hubungan yang sangat lemah antara karakteristik responden jenis kelamin terhadap kinerja (Martono 2010) Secara umun, kuantitas kerja dan kualitas kerja yang dihasilkan perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dimiliki perempuan seperti kemampuan fisik yang kurang memadai dan faktor biologis lainnya seperti harus cuti ketika melahirkan (Amron 2009), tetapi pada kasus di PT. A., bahwasanya tidak terdapat pengaruh antara jenis kelamin terhadap kuantitas kerja dan kualitas kerja yang dihasilkan. PT. A. telah menempatkan masing-masing karyawan berdasarkan jenis kelamin, sesuai dengan porsi dan kemampuannya, agar tidak terjadi pekerjaan yang tumpang tindih yang dapat beresiko terhadap penurunan kinerja karyawan. Evaluasi Model Structural Equation Modeling – Partial Least Square (PLS) Evaluasi Outer Model (Model Pengukuran) Seperti yang dijelaskan sebelumnya pada prosedur analisis data, evaluasi model pengukuran melibatkan uji validitas dan reliabilitas data. Uji validitas didasarkan pada nilai faktor loading harus diatas 0.600. Evaluasi konstruk motivasi dilakukan dengan menggunakan nilai factor loading dari setiap indikator. Penelitian ini menggunakan empat indikator variabel, yakni keahlian/passion(X1.1), insentif (X1.2), latar belakang social (X1.3), dan pengembangan karir (X1.4). Factor loading yang dimiliki X1.1, X1.2, X1.3, X1.4 secara keseluruhan memenuhi syarat minimal, yaitu 0.600 seperti yang tertera di Gambar 2 atau nilai outerloadings pada Lampiran 7. Hal tersebut membuktikan bahwa indikator pembentuk motivasi memiliki validitas yang baik dan seluruh indikator tentunya memiliki pengaruh yang berarti terhadap motivasi. Analisis factor loading pada variabel lingkungan kerja merupakan evaluasi menggunakan validitas konvergen model refleksif. Nilai tersebut menggambarkan validitas indikator pembentuk lingkungan kerja. Lingkungan kerja sendiri memiliki lima indikator yang digunakan peneliti, yaitu gaya kepemimpinan (X2.1), bau (X2.2), suhu udara (X2.3), penerangan (X2.4), serta hubungan antar sesama karyawan (X2.5). Dari kelima indikator lingkungan kerja tersebut, terdapat satu indikator yang tidak memenuhi syarat atau nilai factor loading nya berada dibawah 0.600 seperti yang terlihat pada Gambar 2 atau Lampiran 7, sehingga indikator disarankan untuk dihilangkan. Karena indikator tersebut dinilai tidak dapat menjelaskan dengan baik variabelnya. 16 Gambar 2 Model Struktural PLS Setelah dihilangkan, indikator akan dikalkulasi ulang menggunakan PLS yang terlihat pada Gambar 2 atau Lampiran 7. Sehingga dapat disimpulkan bahwa empat dari lima indikator lingkungan kerja teruji validitasnya. Variabel terakhir yang diuji validitas indikatornya adalah kinerja. Evaluasi validitas konvergen dapat dilihat dari nilai faktor loading seperti yang tertera di Gambar 2 atau outer loadingnya pada Lampiran 7. Variabel ini memiliki dua indikator, yaitu kuantitas kerja (Y1) dan kualitas kerja (Y2). Masing-masing indikator telah diolah dan mendapatkan nilai factor loading diatas 0.6. Hal tersebut membuktikan juga bahwa kedua indikator memiliki validitas yang sudah teruji baik. Selanjutnya adalah evaluasi model berdasarkan validitas diskriminan pada model refleksif dengan melihat nilai cross loadings, seperti yang terlampir di Lampiran 6. Nilai korelasi antar indikator dengan variabel latennya harus memiliki nilai yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai korelasi dengan variabel laten lainnya. Dapat dilihat bahwa X1.1, X1.2, X1.3 dan X1.4, memiliki nilai cross loadings yang lebih besar terhadap motivasi dibandingkan terhadap variabel laten lingkungan kerja maupun kinerja. Begitu juga dengan X2.1, X2.2 X2.3, dan X2.5, nilai cross loadings lebih tinggi terhadap lingkungan kerja dibandingkan dengan variabel laten lain. Sedangkan Y1 dan Y2 memiliki nilai lebih baik terhadap variabel yang sama dibandingkan variabel laten yang lain (motivasi dan lingkungan kerja). Data tersebut juga menunjukkan bahwa konstruk/variabel indikator secara diskriminan baik dalam memprediksi indikator pada masing-masing variabel laten. Sedangkan untuk variabel laten lingkungan kerja dan motivasi, terdapat satu indikator yang memiliki prediksi rendah terhadap variabel latennya. Menguji kevalidan suatu pengukuran dapat pula melihat dari sudut nilai AVE (Average Variables Extracted) dan Communality, seperti yang terlihat pada Tabel 7. Nilai yang dihasilkan seluruh konstruk (variabel laten) diatas 0.500, sehingga dapat dikatakan dengan nilai tersebut persyaratan validitas konvergen terpenuhi pada model ini. 17 Tabel 7 Nilai AVE dan Communality No. Variabel laten AVE Communality 1 Kinerja 0.788 0.788 2 Lingkungan 0.629 0.629 3 Motivasi 0.550 0.550 Sumber: Data Primer 2016 Setelah uji validitas selesai, selanjutnya akan menguji reliabilitas suatu pengukuran. Reliabilitas merupakan uji kekonsistenan suatu pengukuran model. Nilai reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 8, terlihat nilai reliabilitas ketiga variabel laten diatas 0.600, baik dari sudut nilai Cronbach’s Alpha, maupun composite reliability variable, sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel memiliki tingkat kekonsistenan dan keakuratan yang baik dalam mengukur seluruh konstruk. Tabel 8 Nilai Composite Reliability Variable dan Cronbach’s Alpha No. Variabel laten Composite Reliability Cronbach’s Alpha 1 Kinerja 0.881 0.738 2 Lingkungan 0.870 0.804 3 Motivasi 0.828 0.725 Sumber: Data Primer 2016 Evaluasi Inner Model (Model Struktural) Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada outer model, akan dilanjutkan dengan analisis inner model yang sering disebut model struktural. Tahap ini bertujuan menganalisis tingkat estimasi antar variabel bebas (motivasi dan lingkungan kerja) dengan variabel terikat (kinerja). Analisis pengaruh antar variabel dapat melihat nilai nilai R square pada Tabel 9, serta hasil pengolahan PLS dan Original Sample (O) seperti yang tertera pada Tabel 10. Tabel 9 Nilai R square No. Variabel laten Nilai R square 1 Motivasi 0.000 2 Lingkungan kerja 0.000 3 Kinerja 0.659 Sumber: Data Primer 2016 Berdasarkan nilai pada Tabel 9, besarnya koefisien determinasi (R square) sebesar 0.659 atau = 65.95%, sedangkan sisanya sebesar 34.05% dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Hasil R square untuk variabel endogen yang diperoleh dari model struktural menunjukkan bahwa nilainya berada pada level model moderat. Tabel 10 Nilai Path Coefficients (T-Values) No. Variabel Original Sample (O) T-Statistics 1 2 Lingkungan kerja-> kinerja motivasi kerja -> kinerja 0.479 0.392 3.726 3.766 Sumber: Data Primer 2016 Data yang tertera pada Tabel 10, menunjukkan nilai 0.479 dan 0.392, yang merupakan besarnya estimasi hubungan antara motivasi dan lingkungan kerja terhadap 18 kinerja. Sedangkan nilai T-Statistics pada Tabel tersebut, menunjukkan bahwa motivasi kerja dan lingkungan kerja mampu mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja karyawan karena nilai T-Statistics masing-masing variabel memiliki nilai yang lebih tinggi dari nilai T-Statistics Tabel sebesar 1.990 dengan tingkat ketelitian 95%. Berdasarkan hasil evaluasi konstruk motivasi dan lingkungan kerja dapat dinyatakan bahwa pemberian motivasi dan penyediaan lingkungan kerja yang dilakukan perusahaan untuk karyawan telah cukup dan memenuhi prosedur atau ketetapan perusahaan terkait pemberian motivasi dan penyediaan lingkungan kerja yang baik karyawan. Hal ini juga menunjukkan bahwa dari hasil evaluasi T-Statistics, kinerja karyawan akan semakin tinggi apabila motivasi dan lingkungan kerja yang diterima karyawan baik. Sehingga, pembentukan motivasi karyawan PT. A. secara langsung memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kinerja karyawan, yang artinya apabila motivasi (meliputi keahlian/passion, insentif, latar belakang sosial, dan pengembangan karir) dan lingkungan kerja (meliputi gaya kepemimpinan, bau, temperatur/suhu udara, dan hubungan antar karyawan) yang semakin baik, akan dapat meningkatkan kinerja karyawannya. Hasil yang sama juga pernah dilakukan oleh peneliti Dewi dan Laras (2014), Ibriati Kartika Alimuddin (2012), Fuad (2013), dan Lucky Wulan Analisa (2011), yang mendapatkan hasil bahwa motivasi dan lingkungan kerja berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawan. Sesuai dengan pernyataan Timpe (2002), kinerja karyawan dalam hal ini produktivitas bergantung pada dua faktor yaitu sikap dan motivasi. Untuk mencapai produktivitas tinggi, setiap anggota manajemen harus diberi motivasi tinggi, positif, dan secara penuh ikut melakukan pekerjaan. Sehingga seiring dengan semakin baiknya motivasi seseorang, maka kinerja yang dihasilkan semakin baik pula. Analisis Indikator Dominan Pembentuk Motivasi, Lingkungan Kerja, dan Kinerja Karyawan Variabel Laten Eksogen (Motivasi) Berbagai indikator variabel tentunya memiliki beberapa pengaruh yang tinggi atau dapat dikatakan memiliki dominansi terhadap variabel-variabelnya. Terdapat tiga variabel laten yang diuji pada penelitian ini, seperti motivasi, lingkungan kerja, dan kinerja. Pengaruh antar variabel indikator terhadap variabel latennya dapat dilihat pada Gambar 2 atau tertera pada Lampiran 4 dan 5. Variabel motivasi kerja dipengaruhi dengan tinggi oleh indikator insentif dengan faktor loading sebesar 0.832. Seperti normalnya manusia, memang semuanya berkeinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini juga berlaku di perusahaan PT. A. Sebagian besar karyawan lebih memprioritaskan insentif. Menurut Makmun (2003) bahwa pemberian kompensasi dalam bentuk upah atau bonus yang sesuai akan menumbuhkan stimulasi kerja yang mengarah pada peningkatan kerja, sehingga dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut karyawan merasa adil terhadap pemberian insentif finansial berupa bonus. Setelah insentif, nilai loading factor tertinggi berikutnya adalah pengembangan karir dengan nilai 0.832. Disisi ini karyawan menilai bahwa pengembangan karir adalah tujuan yang cukup penting bagi karyawan. Dalam hal ini, pengembangan karir bagi beberapa responden merupakan salah satu motivasi dalam bekerja. Mereka berpendapat, dengan mengembangkan karir akan mampu meningkatkan gaji maupun insentif yang 19 mereka terima. Perusahaan sendiri memiliki peluang yang cukup tinggi dalam hal mengembangkan karir, dikarenakan perusahaan sangat menghargai karyawan tetap yang memiliki loyalitas yang tinggi. Selain menjadi motivasi bagi karyawan, pengembangan karir juga dinilai sebagai salah penghargaan yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan. Adanya kesempatan mengembangkan karir akan membuat karyawan termotivasi untuk bekerja lebih giat, bersemangat, disiplin dan meningkatkan prestasi kerja yang akan berdampak positif pada kinerja yang dihasilkan, karena karyawan merasa kinerjanya diperhatikan dan dihargai oleh perusahaan (Hasibuan 2005). Indikator latar belakang sosial dan keahlian memiliki nilai yang tidak terlalu tinggi, yakni 0.654 dan 0.654. Nilai tersebut menunjukkan bahwa karyawan merasa bahwa mereka bekerja bukan semata-mata hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan meningkatkan kondisi ekonominya. Sedangkan untuk indikator keahlian sama halnya dengan latar belakang sosial. Bekerja sesuai dengan keahlian memang penting, namun di PT. A. sebagian besar karyawan merasa bahwa bekerja tidak harus sesuai dengan keahlian, karena sebelum mereka bekerja, perusahaan akan terlebih dahulu memberi pelatihan kerja. Berdasarkan data penelitian, bahwa motivasi yang baik sangat dibentuk oleh pemberian insentif yang benar. Pemberian insentif di PT. A. dinilai masih kurang adil bagi sebagian karyawan. Karyawan menyatakan bahwa perusahaan belum menyamaratakan pemberian insentif, terutama tunjangan kesehatan bagi beberapa golongan karyawan di PT.A. Perbedaan dalam pemberian insentif dapat mengakibatkan kesenjangan sosial bagi karyawan, apabila hal tersebut berlanjut secara terus menerus akan menyebabkan karyawan merasa tidak puas dalam bekerja. Kepuasan kerja karyawan terbentuk dari motivasi yang baik. Kepuasan kerja secara tidak langsung akan meningkatkan kinerja karyawan. Perusahaan dalam hal ini perlu memberikan kepuasan kerja bagi karyawan, melalui pembentukan motivasi yang baik. Motivasi yang baik dapat dibentuk dengan perbaikan pada sistem pemberian insentif bagi karyawan. Perbaikan sistem insentif, dapat meliputi penyamarataan dalam pemberian tunjangan kesehatan, mempermudah persyaratan dalam mendaftar tunjangan kesehatan,dan memberikan pelayanan yang baik bagi karyawan yang akan mengurus tunjangan kesehatannya. Variabel Laten Eksogen (Lingkungan Kerja) Variabel laten lingkungan kerja dibentuk oleh lima manifest, setelah diolah menggunakan PLS, indikator disyaratkan untuk memenuhi standar factor loading, yaitu 0.600. Jika ada indikator yang memiliki nilai kurang dari standar, disarankan untuk dihilangkan. Nilai faktor loading indikator gaya kepemimpinan dengan nilai 0.874, lalu diikuti oleh indikator hubungan antar sesama karyawan sebesar 0.841, suhu udara dengan nilai 0.745, indikator bau 0.624, dan penerangan 0.330. Nilai factor loading dibawah 0.600 tentunya tidak memiliki pengaruh yang berarti. Sehingga indikator tersebut dihilangkan, dan indikator yang sesuai standar dikalkulasi ulang dengan software yang digunakan. Hasil setelah dikalkulasi ulang adalah indikator gaya kepemimpinan 0.876, bau 0.651, dan hubungan antar karyawan 0.863. Berdasarkan data diatas, variabel lingkungan kerja memiliki empat indikator yang valid dari lima manifest. Dari beberapa indikator variabel lingkungan kerja, nilai faktor loading yang paling tinggi adalah hubungan antar sesama karyawan dan gaya kepemimpinan. Sesuai dengan hasil wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti, bahwa sebagian besar 20 karyawan merasa nyaman apabila terjalin hubungan yang baik antar rekan kerja. Komunikasi yang baik diantara personal, dapat meningkatkan semangat dan menghilangkan kejenuhan akibat banyaknya tugas yang sedang dikerjakan. Hubungan tersebut juga dapat berdampak pada prestasi kerja, karena apabila suatu pekerjaan dilakukan dengan kerja sama team, maka akan lebih mudah dan cepat selesai. Selain itu, pada saat wawancara yang dilakukan oleh peneliti, bahwa karyawan sangat menjaga hubungan antar sesama karyawan. Hal tersebut dilakukan karena karyawan akan merasa tidak nyaman apabila memiliki selisih paham dengan karyawan lain. Karyawan juga sering melakukan quality time di luar jam kerja untuk meningkatkan tali silahturahmi, hal tersebut dirasa ampuh untuk menghilangkan kejenuhan dari lelah bekerja. Gaya kepemimpinan dinilai cukup tinggi, karena karyawan merasa pimpinan sudah baik dalam menjalin tali silahturahmi dan cukup bijak dalam mengambil keputusan. Setiap karyawan tentunya memiliki penilaian yang berbeda-beda terhadap pimpinannya, namun sebagian besar karyawan merasa gaya kepemimpinan cukup penting dalam membentuk lingkungan kerja yang baik. Bau dan suhu udara dinilai cukup penting atau prioritas bagi lingkungan karyawan. Karena karyawan akan merasa nyaman apabila kondisi tempat ia bekerja tidak bau dan saluran sirkulasi udara lancar atau suhu udara tidak panas. Sirkulasi udara yang lancar dapat mengurangi kejenuhan karyawan selama bekerja. Sama halnya dengan bau, karyawan juga merasa lingkungan atau ruang kerja yang bebas bau dapat meningkatkan semangat karyawan untuk bekerja Indikator yang tidak sesuai standar faktor loading, penerangan merupakan suatu faktor yang dapat mempengaruhi penyelesaian tugas, karyawan juga sudah merasa penerangan adalah hal yang cukup penting dalam melakukan aktivitas, walaupun penerangan bukan menjadi prioritas karyawan dalam bekerja. Menurut wawancara yang dilakukan, penerangan pada perusahaan sudah cukup optimal dan bahkan sudah optimal. Data penelitian menunjukkan gaya kepemimpinan adalah hal yang paling berpengaruh dalam menciptakan kondisi lingkungan kerja yang nyaman. Bagi beberapa karyawan di PT. A. masih merasa pimpinan belum menciptakan tali silahturahmi dengan baik. Komunikasi yang baik belum dipelihara oleh pimpinan PT.A, seperti halnya pimpinan hanya datang ke perusahaan apabila ada rapat penting, tanpa mengunjungi karyawan yang bekerja di beberapa departemen. Komunikasi yang baik dapat memberikan semangat dan rasa bangga bagi karyawan. Hal tersebut dengan sendirinya akan mampu meningkatkan kinerja karyawan. Dengan terbentuknya figur pimpinan yang diharapkan karyawan, seperti mampu menjalin komunikasi secara baik dan pemberian putusan yang adil, akan membentuk lingkungan kerja yang kondusif serta nyaman bagi karyawan. Lingkungan kerja yang sudah tercipta dengan baik, secara langsung akan mempengaruhi pekerjaan yang ia lakukan dengan hasil yang lebih baik pula. Variabel Laten Endogen (Kinerja) Terakhir untuk variabel kinerja, indikator yang dianggap baik dan tinggi adalah kuantitas kerja dengan nilai 0.924, hal ini disebabkan karena perusahaan yang memprioritaskan produk dalam jumlah yang maksimal dan waktu seefisien mungkin. Karyawan pun telah memberikan penilaian yang cukup baik terhadap kuantitas kerja yang mereka hasilkan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti, bahwa sampai saat ini perusahaan memiliki pelanggan yang setia dan pemasaran yang cukup luas, sehingga perusahaan dapat bersaing dengan perusahaaan lain. Karyawan juga merasa 21 pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki, mampu menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu dengan jumlah yang maksimal. Sesuai dengan pernyataan Mathis (2002) bahwa kuantitas kerja dapat dihasilkan dari volume kerja dalam kondisi normal yang terukur dari jumlah hasil kerja yang lengkap dan produktivitas (ketepatan waktu), sehingga dengan kemampuan karyawan yang dapat menampilkan hasil kerja yang lengkap dan tepat waktu dapat meningkatkan kinerja karyawan. Sedangkan indikator kualitas kerja dengan nilai yang tidak berbeda jauh dengan kualitas kerja sebesar 0.849, dinilai baik pula oleh karyawan. Kualitas kerja pada penelitian ini meliputi disiplin kerja, absensi, ketatatan terhadap aturan dan peraturan perusahaan dan sebagainya. Karyawan PT. A. merasa bahwa mereka memiliki kualitas kerja yang cukup tinggi, dengan cara hadir tepat waktu dan mematuhi segala kebijakan perusahaan. Berdasarkan pernyataan Mathis dan Jackson (2002), kehadiran dapat dilakukan dengan kedisiplinan dalam mematuhi peraturan yang telah disesuaikan dengan kebijakan perusahaan, sehingga apabila kedisiplinan karyawan dapat dijaga akan berpengaruh positif terhadap kinerja kayawan dalam perusahaan. Kuantitas kerja adalah indikator yang paling baik menjelaskan variabel kinerja karyawan. Kuantitas kerja yang tinggi dicerminkan dengan kinerja yang tinggi. Kuantitas kerja berfokus pada keluaran atau output yang dihasilkan karyawan. Kuantitas kerja yang tinggi juga menandakan tingginya produktivitas perusahaan. Sehingga perusahaan perlu memperhatikan evaluasi dan penilaian kinerja dengan mempertimbangkan kuantitas kerja yang dihasilkan. Perlu adanya penambahan parameter dalam penilaian kuantitas kerja, seperti halnya pemanfaatan waktu karyawan dalam menghasilkan pekerjaan. Dengan begitu kuantitas kerja yang tinggi dapat tercipta dengan waktu seefisien mungkin, yang berimplikasi terhadap peningkatan kinerja karyawan. SIMPULAN, REKOMENDASI, DAN SARAN Simpulan Variabel motivasi, lingkungan kerja, dan kinerja diukur atau diamati melalui penilaian terhadap indikatornya menggunakan skala Likert. Nilai korelasi antara karakteristik responden usia memiliki hubungan negatif terhadap kuantitas kerja dan positif terhadap kualitas kerja. Korelasi antara pendidikan terhadap kinerja adalah positif dan signifikan, sedangkan hubungan antara masa kerja terhadap kuantitas kerja negatif dan terhadap kualitas kerja positif. Hubungan keseluruhan antara pendidikan, gender, masa kerja, dan usia terhadap kinerja adalah hubungan yang lemah. Berdasarkan data primer yang telah diolah, didapatkan bahwa data telah memenuhi model pengukuran dengan menguji validitas dan reliabilitasnya. Setelah data dinyatakan valid dan reliabel, akan diuji model struktural dengan melihat nilai R2, nilai estimasi masing-masing variabel eksogen, serta pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen. Hasil yang didapatkan adalah R2 berada dalam level moderat. Estimasi variabel motivasi dan lingkungan kerja terhadap kinerja terbilang pada level yang tidak terlalu tinggi. Berdasarkan nilai T-Statistik bahwa variabel endogen (kinerja) dipengaruhi secara signifikan dan positif oleh variabel eksogennya, yakni motivasi dan lingkungan kerja. Manifest/indikator yang memiliki dominansi membentuk motivasi 22 adalah indikator insentif. Hal tersebut menunjukkan bahwasanya karyawan memang memiliki tujuan yang sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan hidup, sehingga dorongan bekerja untuk mendapatkan insentif dapat terbilang cukup besar. Lingkungan kerja sama halnya dengan motivasi, dapat mempengaruhi kinerja secara signifikan. Indikator-indikator lingkungan kerja yang paling tinggi kontribusinya adalah indikator gaya kepemimpinan dan hubungan antar sesama karyawan. Hal disebabkan karena karyawan merasa pimpinan mampu memberikan semangat yang baik melalui komunikasi dan keputusan yang bijak. Sedangkan hubungan antar sesama karyawan dirasa karyawan sangat memicu kenyamanan dalam bekerja, baik dari segi komunikasi yang baik maupun kerja sama tim. Terakhir adalah indikator kinerja yang paling tinggi pengaruh positifnya adalah kuantitas kerja. Kuantitas kerja memang menjadi tujuan perusahaan yang basic nya adalah perusahaan yang mengutamakan output produk dengan jumlah yang maksimal. Rekomendasi pada Perusahaan Peneliti memberikan saran solusi atau rekomendasi terkait pembentukan motivasi dan lingkungan kerja yang berdampak pada peningkatan kinerja karyawan. Sesuai dengan hasil analisis data yang dilakukan peneliti, indikator yang paling berpengaruh dalam pembentukan motivasi kerja adalah insentif. Insentif meliputi pemberian tunjangan kesehatan, jaminan hari tua, dan uang makan bagi karyawan. Perbaikan sistem insentif pada PT. A. secara tidak langsung dapat membentuk motivasi yang tinggi bagi karyawan. Sistem perbaikan insentif berupa persyaratan tunjangan kesehatan dan jaminan hari tua agar lebih diperhatikan, karena karyawan menganggap insentif sangat memotivasi karyawan dalam bekerja. Menurut Handoko (2003), kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima para karyawan sebagai balas jasa bekerja. Apabila kompensasi diberikan secara benar, para karyawan akan lebih terpuaskan dan termotivasi untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi. Kompensasi penting bagi karyawan, karena kompensasi mencerminkan nilai karya karyawan itu sendiri, keluarga, dan masyarakat. Sedangkan lingkungan kerja yang semakin baik akan memberikan ketenangan bagi karyawan sehingga kinerja yang dihasilkan semakin tinggi. Merujuk pada data penelitian, lingkungan kerja yang baik dibentuk tinggi oleh parameter gaya kepemimpinan. Menurut Arep (2003), kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk menguasai atau mempengaruhi orang lain demi mencapai tujuan tertentu. Kepemimpnan sangat berkaitan dengan cara yang dilakukan oleh atasan dalam menyampaikan segala aturan dan peraturan perusahaan. Menurut Sedarmayanti (2001), gaya kepemimpinan berkaitan dengan perhatian dan dukungan pemimpin, yaitu sejauh mana karyawan merasakan bahwa pimpinan sering memberikan pengarahan, keyakinan, perhatian serta menghargai mereka. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kondisi psikologis dari seseorang, sehingga dapat menciptakan rasa bangga seseorang atas sesuatu yang ia lakukan. Hubungan yang terjalin baik antara bawahan dan atasan secara tidak langsung akan menyebabkan karyawan merasa senang. Dengan begitu, semangat kerja karyawan akan meningkat dan kinerja pun juga akan ikut meningkat. Menurut Analisa (2011), lingkungan kerja merupakan salah satu faktor penting dalam menciptakan kinerja karyawan. Lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan, yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja organisasi. Kondisi lingkungan kerja dikatakan baik apabila 23 karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman, dan nyaman. Oleh karena itu, penentuan dan penciptaan lingkungan kerja yang baik akan sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Sebaliknya apabila lingkungan kerja yang tidak baik akan dapat menurunkan motivasi serta semangat kerja dan akhirnya dapat menurunkan kinerja karyawan. Lingkungan kerja adalah suatu kondisi yang dapat mempengaruhi kenyamanan karyawan dalam bekerja secara fisik maupun non fisik. Perlu adanya perhatian terhadap kuantitas kerja dalam pengukuran kinerja karyawan. Kuantitas kerja memberikan pengaruh yang tinggi dalam membentuk dan menjelaskan kinerja karyawan. Perusahaan sebaiknya menambahkan parameter kuantitas kerja untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja masing-masing karyawan. Hal ini penting dikarenakan perusahaan yang bergerak pada pengolahan pakan. Perusahaan sangat memperhatikan kuantitas produk yang dihasilkan guna memenuhi permintaan pasar. Kinerja identik dengan penilaian prestasi kerja, menurut Handoko (2003), penilaian prestasi kinerja merupakan proses organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kinerja karyawan. Kinerja yang semakin buruk tentunya menyimpulkan bahwa seseorang tersebut memiliki prestasi kerja yang rendah. Ada beberapa kegiatan yang diharapkan dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada karyawan tentang pelaksanaan kinerja. Kebutuhan-kebutuhan pelatihan dan pengembangan berguna dalam meningkatkan potensi karyawan dalam menghasilkan kuantitas kerja yang tinggi. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi, evaluasi prestasi kerja membantu para pengambil keputusan dalam menentukan kenaikan upah, pemberian bonus, dan bentuk kompensasi lainnya. Dengan begitu, karyawan yang memiliki kuantitas kerja yang tinggi akan diberi kompensasi yang tinggi juga. Hal tersebut berguna meningkatkan semangat dan kinerja karyawan. Saran Saran untuk penelitian selanjutnya terkait dengan penetapan responden yang digunakan. Responden yang digunakan dalam penelitian ini masih cukup rendah, sehingga perlu adanya peningkatan jumlah responden guna mendapatkan hasil yang lebih representatif. DAFTAR PUSTAKA Alimuddin IK. 2012. Pengaruh Motivasi Terhadap Produkivitas Kerja Karyawan pada PT. Telkom Indonesia, Tbk Cabang Makassar. [skripsi]. Makassar (ID): Universitas Hasanuddin. Analisa LW. 2011. Analisis Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro Arep. 2003. Manajemen Motivasi. Jakarta (ID): PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Calantone RJ, Mintu WA. 1998. Problem Solving Approach in an International Context: Antecedent and Outcomes. J. Marketing. Vol. 15 No. 1. 19-35 Dewi dan Laras. 2014. Pengaruh Pelatihan, Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan Koperasi Mahasiswa (Kopma) di Kabupaten Sleman. EKOBIS. Vol. 5, No 1, Juni 2014, 48 – 72 24 Edy. 2008. Pengaruh Budaya Organisasional dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Perawat “Rumah Sakit Mata Dr. Yap” Yogyakarta dengan Motivasi dan Kepuasan Kerja sebagai Variabel Pemediasi. JEB. Vol. 2, No. 3, November 2008 Hal. 159-174. Fuad. 2013. Peran Faktor-Faktor Motivasi Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan di PT. Condong Garut [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Gagne´ M dan Deci EL. 2005. Self-determination theory and work motivation. JOB. 26: 331–362. Ghozali I. 2012. Konsep, Teknik, dan Aplikasi Menggunakan Program SmartPLS 2.0 M3. Semarang (ID): Badan Penerbit UNDIP. Grace JB. 2006. Structural Equation Modeling and Natural System. New York (US): Cambridge University Press. Hakim A. 2006. Analisis Pengaruh Motivasi, Komitmen Organisasi ,dan Iklim Organisasi terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Perhubungan Dan Telekomunikasi Provinsi Jawa Tengah. JRBI. Vol 2. No 2. Hal: 165-180. Handoko TH. 2003. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta (ID): Liberty. Hasibuan MSP. 2005. Organisasi dan Motivasi. Jakarta (ID): PT Bumi Aksara. Indriantoro dan Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. Yogyakarta (ID). BPFE Yogyakarta. Latan H dan Ghozali I. 2012. Konsep, Teknik dan Aplikasi SmartPLS 2.0. Semarang (ID): Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Latan H. 2012. Structural Equation Modeling Konsep dan Aplikasi Menggunakan Program LISREL. Bandung (ID): Alfabeta. Locke EA dan Latham GP. 1990. A Theory of Goal Setting and Task Performance. Englewood Cliffs. NJ (UK): Prentice-Hall. Luthans F. 2006. Perilaku Organisasi 10th. Edisi Indonesia. Yogyakarta (ID): Penerbit ANDI. Makmun AS. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung (ID): PT Rosda Karya Remaja. Mangkunegara AAP. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung (ID): PT. Refika Aditama. Mangkuprawira S dan Vitalaya A. 2007. Manajemen Mutu Sumber Daya Manusia. Bogor (ID): Ghalia indonesia. Mason RD dan Douglas A. 1999. Teknik Statistik Untuk Bisnis dan Ekonomi, Jilid 2. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Mustafa dan Wijaya. 2012. Panduan Teknis Statistika SEM & PLS dengan SPSS AMOS. Yogyakarta (ID): Cahaya Atma Pustaka. Nitisemito A. 2000. Manajemen Personalia. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia Penerjemah: Diana Angelica. Jakarta (ID): Salemba Empat. Santoso S. 2004. Buku Latihan SPSS Statistik non Parametrik. Jakarta (ID): PT Gramedia. Sedarmayanti. 2009. Manajemen Perkantoran Modern. Bandung (ID): Mandar Maju. Siagian PS. 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas. Cetakan Pertama. Jakarta (ID): PT. Rineka Cipta. Simamora H. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Kedua. Yogyakarta (ID): STIE YKPN Sugiarto. 2002. Metode statistik. Jakarta (ID): Gramedia. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan H 25 R&D. Bandung (ID): Alfabeta. Suliyanto. 2011. Ekonomika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta (ID): CV Andi Offset. Tika P. 2006. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta (ID): PT Bumi Aksara. Timpe AD. 2002. Seri Manajemen Sumber Daya Manusia Memotivasi Pegawai. Susanto B, penerjemah. Jakarta (ID): PT. Elex Media Komputindo. Terjemahan dari: The Art And Science Of Business Management Motivation Of personal. Winardi. 2001. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada. 26 27 LAMPIRAN Lampiran 1 Penelitian terdahulu Nama Judul Metode penelitian Hasil penelitian Analisa Lucky Wulan (2011) Analisis Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan Studi pada Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kota Semarang Analisis regresi berganda Terdapat Pengaruh Positif dan Signifikan Antara Variabel Motivasi Kerja Dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan. Alimuddin Ibriati Kartika (2012) Pengaruh Motivasi Terhadap Produkivitas Kerja Karyawan pada PT. Telkom Indonesia, Tbk Cabang Makassar Analisis regresi berganda Variabel Motivasi Eksternal dan Internal Berpengaruh Secara Simultan terhadap Kinerja Karyawan. Fuad (2013) Peran Faktor-Faktor Motivasi Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan di PT. Condong Garut Analisis regresi berganda Terdapat Pengaruh Variabel Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan secara signifikan Dewi dan Laras (2014) Pengaruh Pelatihan, Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Koperasi Mahasiswa (Kopma) Di Kabupaten Sleman Analisis regresi berganda Terdapat Pengaruh Variabel Pelatihan, Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan secara signifikan 28 Lampiran 2 Data persentase responden berdasarkan usia dan pendidikan formal terakhir PERSENTASE RESPONDEN BERDASARKAN JENIS KELAMIN 23% Laki-laki Perempuan 77% PERSENTASE RESPONDEN BERDASARKAN USIA <20 24% 20% 20 – 25 26 – 30 14% 21% 6% 6% 9% 31 – 35 36 – 40 41 – 45 0% 46 – 50 > 50 29 Lampiran 3 Data persentase responden berdasarkan jenis kelamin dan masa kerja PERSENTASE RESPONDEN BERDASARKAN PENDIDIKAN FORMAL TERAKHIR 1% 21% 9% 4% SD 9% SMP SMA S0 56% S1 S2/S3 PERSENTASE RESPONDEN BERDASARKAN MASA KERJA 31% 10% 6% < 1 Tahun 1 – 5 Tahun 6 – 10 Tahun 17% 23% 13% 11 – 15 Tahun 16 – 20 Tahun > 20 Tahun 30 Lampiran 4 Hasil perhitungan data menggunakan PLS Alghoritm Lampiran 5 Hasil kalkulasi ulang data menggunakan PLS Alghoritm 31 Lampiran 6 Nilai cross loadings No Indikator Kinerja (Y) Lingkungan Kerja(X2) Motivasi Kerja (X1) 1 X1.1 .462 .452 .653 2 X1.2 .585 .625 .832 3 X1.3 .433 .428 .655 4 X1.4 .680 .632 .806 5 X2.1 .806 .876 .651 6 X2.2 .377 .651 .279 7 X2.3 .550 .761 .519 8 X2.5 .586 .862 .648 9 Y1 .924 .644 .590 10 Y2 .849 .602 .490 Sumber: Data Primer 2016 32 Lampiran 7 Nilai outer loadings No Indikator 1 X1.1 2 X1.2 3 X1.3 4 X1.4 5 X2.1 6 X2.2 7 X2.3 8 X2.5 9 Y1 10 Y2 Sumber: Data Primer 2016 Kinerja (Y) Lingkungan Kerja(X1) Motivasi Kerja (X2) .654 .832 .654 .806 .873 .651 .761 .862 .924 .849 33 Lampiran 8 Kuisioner penelitian DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR RAHASIA KUESIONER PENELITIAN PERAN FAKTOR MOTIVASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI PT. SIERAD PRODUCE TANGERANG Kuisioner ini dimaksudkan untuk memberikan penilaian terhadap motivasi dan lingkungan kerja yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja karyawan pada sebuah perusahaan. Setiap pegawai memiliki motivasi yang berbeda-beda dalam bekerja dan memiliki penilaian yang berbeda pula pada lingkungan kerja. Penilaian pada kuisioner ini dapat memberikan kesimpulan mengenai pandangan pegawai mengenai dirinya dan perusahaan, sehingga baik pegawai maupun perusahaan dapat memperbaiki diri secara terus-menerus. Hal ini tentunya dapat meningkatkan kinerja pegawai yang berdampak langsung terhadap kesusuksesan perusahaan. Identitas Responden No.(diisi oleh petugas) : Nama : Jenis Kelamin : Perempuan Laki-laki Pendidikan Terakhir : SD SLTP SMA/K S0 S1 S2 S3 Jabatan Bagian /Departemen/Lini Umur : : : Masa Jabatan : Tanggal Pengisian Petunjuk Pengisian < 20 Tahun 26 – 30 Tahun 36 – 40 Tahun 46 – 50 Tahun 20 – 25 Tahun 31 – 35 Tahun 41 – 45 Tahun > 50 Tahun < 1 Tahun 1 – 5 Tahun 6 – 10 Tahun 11 – 15 Tahun 16 – 20 Tahun > 20 Tahun : (Tanggal)/ (Bulan)/ (Tahun) : Jawablah pertanyaan atau pernyataan berikut ini dengan memberi tanda cek (√) pada kotak pilihan jawaban yang telah disediakan. 34 Pada bagian ini, Bapak/Ibu diminta membubuhkan tanda cek (√) pada salah satu alternatif jawaban yang menurut Bapak/Ibu paling tepat pada kolom yang telah tersedia. Informasi yang bapak/ibu berikan merupakan bantuan yang sangat berarti bagi saya dalam menyelesaikan penelitian ini Keterangan Simbol SS S N TS STS No. 1 2 No 3 4 5 No 6 7 No 8 Kategori Nilai/Bobot Sangat Setuju 5 Setuju 4 Netral 3 Tidak Setuju 2 Sangat Tidak Setuju 1 Pernyataan Alternatif Jawaban Variabel Motivasi Kerja A. Keahlian/passion Saya bekerja sesuai kemampuan saya. Saya bekerja sesuai pengetahuan saya. SS 5 S 4 N 3 TS 2 STS 1 SS S N TS STS Saya merasa senang dengan tunjangan kesehatan yang diberikan oleh perusahaan. Perusahaan sudah mempunyai program pemberian jaminan hari tua untuk karyawan. Saya merasa senang karena perusahaan memberikan uang makan atau makan siang bagi karyawan. SS C. Latar Belakang Sosial S N TS STS Saya bekerja untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluarga saya. Saya bekerja untuk meningkatkan kondisi ekonomi keluarga saya. SS D. Pengembangan Karir S N TS STS dengan dengan B. Insentif Saya bekerja untuk mengembangkan karir saya di perusahaan. 35 No 1 Variabel Lingkungan Kerja SS S N TS STS A. Gaya Kepemimpinan 5 4 3 2 1 SS S N TS STS SS S N TS STS SS S N TS STS Penerangan di tempat saya bekerja sudah optimal sehingga saya dapat mengerjakan pekerjaan dengan baik. SS E. Hubungan antar Karyawan S N TS STS Hubungan yang baik dengan karyawan lain selalu saya jaga karena dapat membuat saya tenang dan nyaman dalam bekerja. SS Variabel Kinerja Karyawan S N TS STS 4 3 2 1 Saya merasa pimpinan tertinggi (CEO) sudah memberikan dampak yang baik, yaitu bijak dalam mengambil keputusan. 2 Saya merasa pimpinan tertinggi (CEO) sudah baik dalam menjalin tali silaturahmi dengan karyawan. No. 3 B. Bau Saya merasa bau di sekitar tempat saya bekerja berada dalam batas layak, sehingga hal tersebut membuat saya nyaman bekerja. No. 4 C.Udara Tempat saya bekerja sudah memiliki ventilasi atau saluran sirkulasi udara yang baik, sehingga saya merasa nyaman dalam bekerja. No. 5 No. 6 No. D. Penerangan 5 A. Kuantitas Kerja 1 Keterampilan yang mempercepat waktu pekerjaan. saya miliki penyelesaian 36 2 Pengetahuan mempercepat pekerjaan. 3 Saya mampu menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya. 4 Saya bersedia diberi tambahan kuantitas kerja diluar jam kerja apabila dibutuhkan. No. 5 6 7 8 yang waktu saya miliki penyelesaian B. Kualitas Kerja Peningkatan kemampuan saya dalam membuat rencana pekerjaan sehingga tercapai efisiensi. Tingkat atau persentase kehadiran saya sudah lebih baik. Saya hadir kerja sesuai dengan waktu atau jadwal yang ditetapkan perusahaan. Saya bersedia menggunakan seragam kerja pada hari-hari yang telah ditentukan perusahaan. SS S N TS STS 37 RIWAYAT HIDUP PENULIS Penulis bernama Devi Yuni Anjelia Hutabarat, lahir pada tanggal 12 Juni 1994 di Kota Balige, Sumatera Utara. Putri dari Anton Hutabarat dan Juniar Sitompul. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Penulis berhasil masuk IPB dengan menempuh jalur SNMPTN tertulis. Menjadi mahasiswa IPB angkatan 49 (stambuk 2012) khususnya Departemen Teknologi Industri Pertanian merupakan menjadi kebanggaan yang tidak bisa dilupakan. Begitu banyak proses yang telah dijalani, dan membuat penulis untuk selalu belajar dari setiap proses yang ada. Selama studi di IPB, penulis banyak mendapatkan ilmu dan pengalaman. Di IPB, penulis banyak menemukan pertemanan dan kegiatan yang sangat berdampak baik, walaupun masih banyak kegiatan yang masih belum diikuti. Penulis cukup aktif di Organisasi Keagamaan, Daerah, dan Departemen. Penulis juga pernah menjadi salah satu asisten dosen di bidang Praktikum Bioproses. Selain itu penulis juga pernah menjadi panitia HAGATRI tahun 2012-2013 sebagai sekretaris divisi Logstran.