BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Laporan Keuangan
Mereka yang mempunyai kepentingan terhadap pengembangan suatu
perusahaan sangatlah perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan
tersebut, dimana kondisi suatu perusahaan akan dapat diketahui dari laporan
keuangan.
Awalnya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai alat
uji dari pekerjaan bagian pembukuan, tapi selanjutnya laporan keuangan juga
sebagai dasar untuk menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan
tersebut, maka pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil keputusan.
Agar supaya hasil suatu analisis atau interprestasi laporan keuangan dapat
mencapai sasarannya seperti yang dikehendaki, maka sebelumnya perlu dikenali
terlebih dahulu konsep dasar tentang laporan keuangan yang mau dianalisis.
1. Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan ringkasan dan disusun dari suatu proses
dan prosedur akuntansi atas peristiwa-peristiwa keuangan yang terjadi dalam
perusahaan. Pengertian Laporan Keuangan menurut Hendra S. Raharja
(2009:6) adalah “Laporan keuangan merupakan suatu hasil akhir dari proses
akuntansi selama periode tertentu.”
Sedangkan pengertian laporan keuangan menurut Arief Sugiono dan Edy
Untung (2008:2) sebagai berikut:
6
Laporan keuangan pada perusahaan merupakan hasil akhir
dari kegiatan akuntansi (siklus akuntansi) yang mencerminkan
kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan. informasi tentang
kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan sangat berguna bagi
erbagai pihak, baik pihak yang ada didalam (internal) perusahaan
maupun pihak yang berada diluar (eksternal) perusahaan.
Pengertian Laporan Keuangan menurut Amril M. Said (2008:1) adalah
“Laporan
keuangan
suatu
perusahaan
merupakan
alat
untuk
mempertanggungkawabkan kepada pemilik perusahaan atas kepercayaan yang
telah diserahkan selama periode akuntansi”
Adapun tujuan dari laporan keuangan seperti yang dikemukakan oleh
Made Gede Wirakusuma. (2008), yakni:
Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan
informasi kepada pihak yang membutuhkan tentang kondisi suatu
perusahaan dari sudut angka-angka dalam satuan moneter. SFAC
No.1 menyatakan tujuan dari pelaporan keuangan perusahaan yaitu
menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pembuatan
keputusan bisnis dan ekonomis oleh investor yang ada dan yang
potensial, kreditor, manajemen, pemerintah, dan pengguna lainnya.
Accounting Principals Board (APB) Statement No.4 menggambarkan
tujuan laporan keuangan sebagai berikut:
a. Tujuan Khusus: menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan
perubahan posisi keuangan secara wajar dan sesuai prinsip akuntansi
yang diterima umum.
b. Tujuan umum: memberikan informasi yang dapat diandalkan tentang
sumber daya ekonomi dan perubahannya, kewajiban, kekayaan bersih,
proyeksi laba serta informasi lainnya yang relevan.
Selain itu laporan keuangan juga diharapkan mencapai tujuan mutu
(kualitatif), dimana laporan keuangan harus:
7
a. Relevan (relevant): merupakan informasi pilihan yang paling
membantu pemakai laporan membuat keputusan keuangan.
b. Dapat dimengerti (understandability): informasi akuntansi yang
disajikan jelas dan mudah dipahami oleh pemakai laporan.
c. Dapat
diuji
kebenarannya
(verifiability):
ukuran-ukuran
yang
digunakan harus didasarkan pada bukti-bukti yang dapat diperiksa
kelayakannya oleh pemeriksa independen.
d. Netral (neutrality): informasi akuntansi dapat memenuhi kebutuhan
umum pemakai dan bukan untuk kebutuhan khusus pemakai tertentu.
e. Tepat waktu (timeliness): informasi dikomunikasikan seawal mungkin
untuk mencegah keterlambatan pembuatan keputusan ekonomi.
f. Dapat
diperbandingkan
akuntansi
umum
dan
(comparability):
tidak
menggunakan
berubah-ubah
sehingga
metode
dapat
diperbandingkan dengan informasi akuntansi dari periode yang
berbeda maupun perusahaan lain.
g. Kelengkapan (completeness): mengungkapkan semua informasi yang
diperlukan untuk memenuhi persyaratan tujuan-tujuan kualitatif
lainnya.
Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa laporan keuangan sebagai
bentuk pertanggung jawaban yang digunakan perusahaan untuk memberikan
informasi kondisi keuangan dan kinerja keuangan perusahaan kepada pihak
yang berkepentingan.
8
2. Komponen Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2010:7), komponen laporan keuangan meliputi:
a. Neraca (Balance sheet)
Neraca, merupakan laporan yang menunjukkan jumlah aktiva
(harta), kewajiban (utang), dan modal perusahaan (ekuitas) perusahaan
pada saat tertentu. Artinya, dari suatu neraca akan tergambar beberapa
jumlah harta, kewajibannya, dan modal suatu perusahaan. Pembuatan
neraca biasanya dibuat secara periode tertentu (tahunan). Akan tetapi,
pemilik atau manajemen dapat pula meminta laporan neraca sesuai
kebutuhan untuk mengetahui secara persis berapa harta, utang dan modal
yang dimilikinya pada saat tertentu.
Dalam neraca disajikan berbagai informasi yang berkaitan dengan
komponen yang ada di neraca. Secara lengkap informasi yang disajikan
dalam neraca meliputi:
1) Jenis-jenis aktiva atau harta (assets) yang dimiliki.
2) Jumlah rupiah masing-masing jenis aktiva.
3) Jenis-jenis kewajiban atau utang (liability).
4) Jumlah rupiah masing-masing jenis kewajiban atau utang.
5) Jenis-jenis modal (equity).
b. Laporan laba rugi ((Income statement)
Laporan laba rugi, menunjukkan kondisi usaha suatu perusahaan
dalam suatu periode tertentu. Artinya, laporan laba rugi harus dibuat dalam
suatu siklus operasi atau periode tertentu guna mengetahui jumlah
9
perolehan pendapatan (penjualan) dan biaya yang telah dikeluarkan,
sehingga dapat diketahui, perusahaan dalam keadaan laba atau rugi.
Seperti halnya neraca, laporan laba rugi juga memberikan berbagai
informasi yang dibutuhkan. Adapun informasi yang disajikan perusahaan
dalam laporan laba rugi meliputi:
1) Jenis-jenis pendapatan (penjualan) yang diperoleh dalam suatu
periode.
2) Jumlah rupiah dari masing-masing jenis pendapatan.
3) Jumlah keseluruhan pendapatan.
4) Jenis-jenis biaya atau beban dalam suatu periode.
5) Jumlah rupiah masing-masing biaya atau beban yang
dikeluarkan dan jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan.
6) Hasil usaha yang diperoleh dengan menguarangi jumlah
pendaptan dan biaya. Selisih ini disebut laba atau rugi.
c. Laporan perubahan modal (Owner equity statement)
Laporan
perubahan
modal,
merupakan
laporan
yang
menggambarkan jumlah modal yang dimiliki perusahaan saat ini.
Kemdian laporan ini juga menunjukkan perubahaan modal serta sebabsebab berubahnya modal. Informasi yang diberikan dalam laporan
modal meliputi:
1) Jenis-jenis dan jumlah modal yang ada saat ini
2) Jumlah rupiah tiap jenis modal
3) Jumlah rupiah modal yang berubah
10
4) Sebab-sebab berubahnya modal
5) Jumlah rupiah modal sesudah perubahan
d. Laporan catatan atas laporan keuangan (Notes of financial statement)
Laporan catatan atas laporan keuangan, merupakan laporan
yang dibuat berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan.
Laporan ini memberikan informasi tentang penjelasan yang dianggap
perlu atas laporan keuangan yang ada sehingga menjadi jelas
penyebabnya. Tujuannya agar pengguna laporan keuangan menjadi
jelas akan data yang disajikan.
e. Laporan arus kas (Statement of cash flow)
Laporan arus kas, merupakan laporan yang menunjukkan arus
kas masuk dan arus kas keluar di perusahaan. Arus kas masuk berupa
pendapatan atau pinjaman dari pihak lain. Adapun arus kas keluar
merupakan biaya-biaya yang telah dikeluarkan perusahaan. Baik arus
kas masuk maupun arus kas keluar dibuat untuk periode tertentu.
3. Keterbatasan Laporan Keuangan
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2008:16), sifat dan keterbatasan
laporan keuangan adalah sebagai berikut:
a. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas
kejadian yang telah lewat. Karenanya, laporan keuangan tidak dapat
dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses
pengambilan keputusan ekonomi.
11
b. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan pihak tertentu.
c. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan
taksiran dan berbagai pertimbangan.
d. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula
penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu
mungkin tidak dilaksanakan jika hal itu tidak menimbulkan pengaruh
yang material terhadap kelayakan laporan keuangan.
e. Laporan
keuangan
bersifat
konservatif
dalam
menghadapi
ketidakpastian; bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang
tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, lazimnya dipilih alternatif
yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil.
f. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu
peristiwa/transaksi daripada bentuk hukumnya (formalitas) (subtance
over form).
g. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis
dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi
dan sifat dari informasi yang dilaporkan.
h. Adanya bebagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan
menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan
tingkat kesuksesan antar perubahan.
i. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat
dikuantifaksikan umumnya diabaikan.
12
B. Analisa Laporan Keuangan
1. Pengertian dan Tujuan Analisa Laporan Keuangan
Perlunya
menganalisa
laporan
keuangan
adalah
untuk
dapat
memperluas serta mempertajam informasi-informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan serta dapat menggali serta mengungkapkan berbagai hal
yang tersembunyi didalamnya. Tujuan analisa laporan keuangan dapat juga
dipergunakan untuk menilai kewajaran dari laporan keuangan yang disajikan.
Analisa laporan keuangan meliputi suatu proses evaluasi dan
interprestasi yang sistematis tentang kinerja masa lalu, kondisi sekarang dan
kemungkinan pencapaian hasil pada waktu yang akan datang. Analisa
terutama ditunjukkan untuk menghasilkan suatu informasi yang mungkin
dapat membantu pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengambil
keputusan ekonomi yang berkaitan dengan perusahaan. Walaupun demikian,
analisa laporan keuangan tidak dapat dijadikan sebagai satu-satunya alat yang
digunakan untuk mengevaluasi dan mengambil keputusan ekonomi karena
analisa laporan keuangan mencakup faktor pertimbangan subyektif dari para
analisis.
Brigham dan Houston (2010: 84) mendifinisikan analisa laporan
keuangan:
Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi
yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan
atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara
data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk
mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam
proses menghasilkan keputusan yang tepat.
13
Tujuan analisis laporan keuangan keuangan menurut Hendra S.
Raharjaputra (2009:194) adalah “merupakan alat yang sangat penting
untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan
hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.”
Sedangkan menurut Arief Sugiono dan Edy Untung (2008: 10)
tujuan analisis laporan keuangan secara garis besar adalah sebagai berikut:
a. Screening (sarana informasi), analisa dilakukan hanya berdasarkan
laporan keuangan saja. Dengan demikian seorang analis tidak perlu
turun langsung ke lapangan untuk mengetahui situasi serta kondisi
perusahaan yang dianalisa.
b. Understanding
(pemahaman),
analisa
dilakukan
dengan
cara
memahami perusahaan, kondisi keuangannya dan bidang usahanya
seta hasil dari usahanya
c. Forecasting (peramalan), analisa dapat digunakan juga untuk
meramalkan kondisi perusahaan pada masa yang akan datang.
d. Diagnosis (diagnosa), analisa memungkinkan untuk dapat melihat
kemungkinan terdapatnya masalah baik didalam manajemen ataupun
masalah yang lain dalam perusahaan.
e. Evaluation (evaluasi), analisa digunakan untuk menilai serta
mengevaluasi
kinerja
perusahaan
termasuk
manajemen
dalam
meningkatkan tujuan perusahaan serta efisiensi.
Menurut Frederick DS. Choi dan Gary K. Meek (2010:90) tujuan analisis
keuangan adalah: “untuk mengevaluasi kinerja saat ini dan masa lalu
14
sebuah perusahaan, dan untuk menilai apakah kinerjanya bisa
dipertahankan.”
2. Jenis – Jenis Analisa Laporan Keuangan
Berbagai laporan keuangan yang saling diperbandingkan, agar dapat
diperbandingkan dengan resiko pengambilan keputusan salah yang sekecilkecilnya, maka laporan keuangan tersebut terlebih dahulu harus sudah
diperiksa kewajaarannya oleh akuntan yang independen, dan disusun secara
seragam.
Brigham dan Houston (2010: 133) mengemukakan teknik dalam
analisis laporan keuangan sebagai berikut:
a. Analisis Rasio
Rasio keuangan dirancang untuk membantu dalam mengevaluasi
laporan
keuangan.
Analisis
rasio
terbagi
menjadi
likuiditas,
manajemen aset atau aktivitas, manajemen utang atau solvabilitas,
rasio profitabilitas, dan rasio nilai pasar
b. Analisis Tren
Analisis tren merupakan analisis atas rasio-rasio keuangan suatu
perusahaan dari waktu ke waktu. Analisis tren digunakan untuk
memperkirakan kemungkinan membaik atau memburuknya kondisi
keuangan.
15
c. Analisis DuPont
Analisis DuPont merangkum semua rasio-rasio. Rumus yang
menunjukkan bahwa tingkat pengembalian atas aset dapat diperoleh
dari perkalian margin laba dengan perputaran total aset.
d. Rasio komparatif dan Benchmarking
Analisis ini disebut juga penentuan tolok ukur/patokan. Analisis ini
merupakan proses perbandingan suatu perusahaan tertentu dengan
sekelompok perusahaan. Analisis rasio hampir selalu melibatkan
perbandingan rasio suatu perusahaan dibandingkan dengan angka ratarata industri. Perusahaan membandingkan rasio dengan rasio
perusahaan sejenis.
C. Pengukuran Kinerja Laporan Keuangan
1. Pengertian Pengukuran Kinerja Laporan Keuangan
Perusahaan
dalam
menentukan
alternatif
kebijakan
perlu
mengumpulkan data yang dihasilkannya dapat digunakan sebagi bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Salah satu data yang dapat
membantu memberikan pertimbangan-pert imbangan dalam menentukan
alternatif tindakan adalah data kinerja perusahaan.
Menurut Irham Fahmi (2011:2) “Kinerja keuangan adalah suatu
analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah
melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan
secara baik dan benar.”
16
Menurut Arief Habib (2008:91) bahwa “Kinerja keuangan diukur
dengan banyak indikator, salah satunya adalah analisis rasio keuangan”
Pengertian kinerja keuangan menurut Widyastuti Pratidna (2011)
“Kinerja keuangan perusahaan merupakan gambaran mengenai
hasil operasi perusahaan yang terdapat dalam laporan keuangan
perusahaan dalam periode tertentu, dan pada dasarnya merupakan
cerminan dari kinerja manajemen pada periode tersebut.”
Jadi dapat diartikan kinerja keuangan dapat dikaitkan sebagai hasil
yang dicapai perusahaan atas berbagai aktivitas yang dilakukan dalam
mendayagunakan sumber keuangan yang tersedia.
2. Analisa Rasio sebagai alat pengukuran kinerja
Analisa dilakukan dengan mempelajari hubungan antara pos yang satu
dengan pos lainnya dalam laporan keuangan dimana hasilnya dinyatakan
dengan angka rasio atau prosentase, yaitu:
a. Rasio Likuiditas
Merupakan aset yang diperdagankan di pasar aktif sehingga dapat
dikonversi dengan cepat menjadi kas pada harga pasar yang berlaku, atau
suatu aset yang dapat dikonversi menjadi kas dengan cepat tanpa harus
mengurangi harga aset tersebut terlalu banyak.
1) Rasio lancar (current ratio) =
Rasio ini dihitung dengan membagi aset lancar dengan aset lancar
dengan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan sampai sejauh
apa kewajiban lancar ditutupi oleh aset yang diharapkan akan
dikonversi menjadi kas dalam waktu dekat.
17
2) Rasio cepat (quick ratio) =
Rasio ini dihitung dengan mengurangi persediaan dengan aset
lancar, kemudian membagi sisanya dengan kewajiban lancar.
b. Rasio Manajemen Hutang (Solvabilitas)
Sampai sejauh apa perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang
(financial leverage).
Total utang terhadap total aset =
Rasio ini mengukur total utang terhadap total aset. Total utang
termasuk seluruh kewajiban lancar dan utang jangka panjang.
Kreditor lebih menyukai rasio utang yang rendah karena makin
rendah rasio utang, makin besar perlindungan terhadap kerugian
kreditor jika terjadi likuidasi.
c. Rasio Manajemen Aset (Aktifitas)
Mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola asetnya.
1) Rasio perputaran persediaan =
Rasio ini dihitung dengan membagi penjualan dengan persediaan.
Rasio ini menunjukkan berapa kali persediaan berputar sepanjang
tahun.
2) Jumlah hari pnjualan belum trtagih =
18
Rasio ini digunakan untuk menilai piutang usaha, dan dihitung
dengan membagi piutang usaha dengan hari penjualan rata-rata
untuk mencari berapa hari penjualan terikat dalam piutang usaha.
3) Rasio perputaran aset tetap =
Mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan pabrik dan
peralatannya. Raio ini adalah rasio penjualan terhadap aset tetap
bersih.
4) Rasio perputaran total aset =
Perputaran total aset mengukur perputaran seluruh aset perusahaan,
dan dihitung dengan membagi penjualan dengan total aset.
d. Rasio-rasio profitabilitas
Rasio profitabilitas mencerminkan hasil akhir dari seluruh kebijakan
keuangan dan keputusan operasional.
1) Margin laba atas penjualan =
Rasio ini mengukur laba bersih per rupiah penjualan, dihitung
dengan membagi laba bersih dengan penjualan.
2) Pengembalian atas total aset = ROA =
Rasio laba bersih terhadap total aset mengukur pengambilan atas
total aset setelah bunga dan pajak
3) Rasio kemampuan dasar untuk menghasilkan laba =
19
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba
dari aset perusahaan, sebelum pengaruh pajak dan leverage. Rasio
ini bermanfaat ketika membandingkan perusahaan dengan berbagai
tingkat leverage keuangan dan situasi pajak.
4) Pengembalian ekuitas saham biasa (ROE) =
Rasio ini mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang
saham biasa. Rasio ini didapat dari perbandingan laba bersih
terhadap ekuitas biasa.
e. Rasio nilai pasar
Rasio nilai pasar adalah sekumpulan rasio yang menghubungkan
harga saham perusahaan dengan laba, arus kas, dan nilai buku per
sahamnya.
Rasio harga / laba =
Rasio ini menunjukkan jumlah dolar yang dibayarkan investor
untuk setiap Rupiah laba berjalan.
3. Analisa DuPont
Merangkum rasio-rasio sebelumnya. Margin laba dikalikan perputaran
total aset yang disebut dengan persamaan dasar DuPont, dan angka ini ini
menunjukkan tingkat pengembalian atas aset (return on assets – ROA)
ROA = Margin laba x Perputaran total aset
20
=
x
Untuk mendapatkan pengembalian atas ekuitas (ROE) dari
pengembalian atas aset (ROA), kita dapat mengalikannya dengan
multiplier ekuitas, yaitu rasio total aset terhadap ekuitas biasa.
ROE = Margin laba x Perputaran total aset x Multiplier ekuitas
=
x
x
Penelitian dalam skripsi ini menggunakan analisis rasio-rasio keuangan
dalam mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan.
21
Download