Berlian Terpendam Laut Dalam LAUTAN Indonesia sesungguhnya bertabur harta terpendam. Kekayaan bernilai jutaan dolar itu berasal dari muatan kapal yang tenggelam ribuan tahun silam. Konon, makmurnya jalur pelayaran Nusantara memikat para saudagar dan penguasa dari segala penjuru dunia. Ada yang berdagang rempahrempah, ada pula yang bertukar harta dan cenderamata. Namun tak semua kapal bisa pulang dengan selamat. Persaingan antarperusahaan kargo, maraknya perompak, kesalahan perhitungan navigasi, dan pecahnya perang kerap membuat kapal harus tertidur di dasar laut Nusantara. Muatan kapal-kapal tenggelam itu kini menjadi barang berharga yang diincar para pemburu harta karun. Mantan Direktur Riset dan Sumber Daya Alam, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Safri Burhanuddin, menyebutkan bahwa 463 titik harta karun tersebar di penjuru laut Indonesia. Mulai perairan Selat Malaka, Selat Bangka, perairan Riau dan Belitung, Selat Sunda, Laut Jawa, Lautan Hindia, 56 GATRA 28 MEI 2005 perairan Halmahera Tidore-Bacan, Selat Makassar, hingga perairan Papua. Dari sekian banyak tumpukan bangkai kapal itu, 35%-nya menyimpan benda bernilai tinggi. Tapi, sampai saat ini, baru sekitar 3% harta karun yang bisa diangkat. Sisanya masih bersemayam di dasar laut. Rokhmin Dahuri, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, menuturkan bahwa benda berharga yang karam di dasar laut itu bernilai sangat tinggi. Selain mengandung nilai sejarah dan budaya yang tak terkira, barang-barang peninggalan masa lalu itu bisa menghasilkan fulus luar biasa besar. Rokhmin mencontohkan, barang kuno asal Cina laku dijual US$ 1.000 per keping. “Padahal, satu kapal tenggelam dapat memuat puluhan ribu keping benda berharga,” katanya. Rokhmin merujuk pengangkatan kapal De Geldermalsen, 1986. Kapal itu tenggelam 235 tahun lampau di Tanjung Pinang, Riau. Dari kapal itu ditemukan benda berharga sebanyak 150.000 keping yang berasal dari Dinasti Ming. Jika satu keping dihargai US$ 1.000, maka diperoleh pendapatan sekitar US$ 150 juta. Sayangnya, fulus sebesar itu tak masuk ke kocek negara. Michael Hatcher, pemburu harta karun kelas kakap, menggasak isi bekas kapal VOC itu. Apabila semua benda berharga dari kapal tenggelam di semua titik itu bisa diangkat, maka akan menyumbang pendapatan negara hingga US$ 5 milyar. Rokhmin mengatakan, nilai tersebut dihitung dengan asumsi per satu titik bernilai US$ 10 juta. Namun, berdasarkan DOK. PANNAS BMKT FOTO-FOTO: IMAM SUKAMTO Perairan Nusantara menyimpan 463 titik harta karun. Baru terambil 3% dari seluruh potensi. Dikerubuti pemburu harta karun kelas kakap. Tome Pires (1513) mencatat nama bandar yang dilewatinya serta membaginya dalam kelompok pelabuhan milik “Kerajaan Sunda” dan “Kerajaan Jawa”. Paling tidak, pada abad XV itu sudah tercatat sekitar 24 nama kota pelabuhan yang ramai. Asosiasi Pengusaha Pengangkatan dan Pemanfaat Benda Berharga Indonesia (Aspibbi) sudah lama mengeksplorasi temuan dasar laut itu. Ketua Aspibbi Andy Asmara merasa yakin, 463 titik lokasi kapal tenggelam yang memiliki potensi “harta karun” hasil kompilasi Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan, itu bukan omong kosong. Bersama Anwar Fuady, rekannya yang bintang sinetron itu, Andy bergerak sejak 1989. Andy semula dikenal sebagai pengusaha di bidang konstruksi. Beberapa proyek yang pernah dilakoninya adalah proyek Pasar Jaya Blok M, Serang Plaza, dan Cilegon Plaza. Kini, untuk satu kali ekspedisi pengangkatan, Andy menggelontorkan modal minimal Rp 2 milyar. Uang sebesar itu untuk mencukupi kebutuhan awaknya selama sebulan di lautan. Sampai saat ini, Aspibbi sudah tiga kali melakukan ekspedisi pengangkatan harta karun. Dan ketiganya sukses. Pengangkatan pertamanya adalah di Kepulauan Seribu. Setelah itu, Andy ketagihan dan mulai serius menekuni bisnis barunya itu. Selepas Kepulauan IMAM SUKAMTO ANAS PRIYO pengalaman, ada titik yang bernilai lebih dari US$ 10 juta. Tetapi Rokhmin mengingatkan, tidak semua harta terpendam itu bernilai tinggi. “Kadangkala terjadi law of deminishing price,” ujarnya. Kalau menjual satu hingga 10 buah, dibanderol mahal. Tetapi, lebih dari itu, harganya anjlok. Dalam satu bangkai kapal karam, tak banyak artefak yang bernilai tinggi. Hanya beberapa biji benda langka yang menjadi rebutan. Selebihnya dijual borongan. Semakin banyak bendanya, semakin murah harganya. Perairan sekitar Pulau Sumatera diperkirakan menjadi kuburan harta karun terbanyak, terutama di Selat Malaka. Banyak laporan sejarah menyebutkan peranan penting Malaka sebagai pintu gerbang pelayaran kuno sejak abad X. Di Selat Malaka, setidaknya ada puluhan bangkai kapal karam. Itu karena selat Malaka terletak di pusat kawasan Asia Tenggara yang dekat dengan pintu gerbang lalu lintas perdagangan regional dan internasional. Selat itu menghubungkan Afrika, Asia Barat, Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Asia Timur. Gerak pelayaran segala macam kapal dagang kala itu memang masih mengandalkan tenaga embusan angin. Ketika angin bertiup dari timur laut, kapal pun berlayar dari Malaka menuju Asia Selatan dan Asia Barat. Saat musim angin barat daya, kapal berlayar ke Malaka sekaligus menuju Cina atau Asia Timur. Jadi, kapal memanfaatkan angin musim barat dan timur untuk melaju dari barat ke timur atau sebaliknya, sampai jauh ke Cina dan Jepang. Juga ke anak benua India, Parsi, dan negara-negara Arab, Afrika, hingga Eropa. Barang yang diperdagangkan antara lain logam mulia, alat-alat senjata, barang pecah belah dari gelas, manik-manik, air raksa, bahan celup dan kain berwarna, permadani, mutiara, sutra, satin, gading, keramik, porselen, kayu cendana, lada, cengkeh, pala, kulit penyu, bulu burung cenderawasih, timah, serta komoditas lain dalam jumlah besar. Kapal Portugis dan Belanda yang dipersenjatai tercatat sering membawa benda berharga serta kepeng uang emas berjumlah besar. Jung Cina pun begitu, berisi muatan sarat dan amat berharga sebagai barang dagangan atau bahan penukar dengan hasil bumi dan hutan dari Sumatera dan Jawa. Laut Jawa merupakan jalur penting untuk pelayaran kapal-kapal asing. Misalnya, nama Tuban sudah disebutkan dalam laporan Ma Huan (1432) sebagai bandar ramai bersama Pelabuhan Gresik dan Surabaya. Begitu pun Demak, Pekalongan, Cirebon, Banten, dan Sunda Kelapa. >> MENGANGKAT HARTA KARUN; MODAL BESAR G A T RA 2 8 M E I 2 0 0 5 57 IMAM SUKAMTO DOK. PANNAS BMKT >> KERAMIK ANTIK; SUSAH DITAKSIR Seribu, Andy berlayar ke perairan Ternate-Tidore, yang juga berhasil. Hingga kini, ia mengaku, barang temuannya dari perairan tersebut masih disimpan di gudang Bupati Ternate-Tidore, yang juga kawan baiknya. Terakhir, Andy berhasil menemukan puluhan ribu barang pecah belah yang diduga berasal dari abad XV sampai XVII dari Vietnam atau Thailand di perairan Blanakan, Jawa Barat, pada tahun 2000. Andy juga mengaku belum pernah menjual satu biji pun barang temuannya itu. Andy baru akan menjual barang-barang temuannya tersebut bila Indonesia sudah memiliki balai lelang internasional seperti di luar negeri. “Saya berharap, Pemerintah Indonesia bisa membangun suatu balai lelang intenasional seperti Balai Lelang Christie’s di London, Inggris,” katanya. Selain Aspibbi, ada 10 perusahaan lain yang pernah mengangkat harta karun dari laut Indonesia. Salah satu perusahaan itu adalah PT Tuban Oceanic Research and Recovery yang dipimpin Budi Prakoso, 58 GATRA 28 MEI 2005 adik kandung pengusaha Setiawan Djody. Juga ada PT Paradigma Putera Sejahtera milik Priyo S. Brodjonegoro, suami Ria Kiemas yang adik kandung >> PIRING EMAS; BERNILAI TINGGI Taufiq Kiemas. Kedua perusahaan itu kini bersaing untuk mendapatkan konsesi pengangkatan harta karun di laut Nusantara, tak terkecuali di lepas pantai Cirebon yang dimenangkan Paradigma. Widi Agoes Pratikno: Silakan Bermain dalam Koridor HERU PAMUJI LIMA tahun masa transisi, di bawah Badan Riset Kelautan dan Perikanan pimpinan Dr. Indroyono Susilo, benang kusut urusan Benda Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) mulai terurai. Masa peralihan dari Kantor Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan ke Departemen Kelautan dan Perikanan berlangsung tuntas, meski tidak sepi dari kontroversi. Proses peralihan pun berlanjut. Sejak pertengahan April lalu, kewenangan soal BMKT dialihkan lagi ke Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Mendapat tugas baru yang cukup berat, Dirjen Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Widi Agoes Pratikto mengaku siap mental menghadapi gejolak baru yang mungkin timbul. Berikut petikan wawancara Heru Pamuji dari GATRA dengan Widi Agoes Pratikto: Panasnya kompetisi bisnis di BMKT memunculkan berbagai persoalan. Bagaimana Anda menyikapi hal itu? Sebenarnya sah-sah saja ada kompetisi bisnis, asal dijalankan dengan sehat. Kondisi sekarang, saya kira, sudah jauh lebih baik dibandingkan dengan dulu. Kami akan terus bertugas mengawal pelaksanaan survei dan pengangkatan BMKT, agar tidak menimbulkan gejolak di masyarakat. Rumor tentang banyaknya kasus dalam pengangkatan benda antik dari dasar laut menunjukkan proses yang belum sepenuhnya berjalan baik. Itu yang akan kami benahi. Apa jurus Anda dalam membenahi persoalan BMKT? Yang utama adalah menghilangkan kolusi, korupsi, dan nepotisme. Karena itu, perlu tindakan tegas jika ada kesalahan prosedur dan pelanggaran. Karena Panitia Nasional (Pannas) terdiri dari 11 instansi, maka diperlukan komitmen bersama untuk memerangi KKN. Banyak barang antik dari laut kita yang dibawa kabur ke luar negeri. Apakah Pannas nanti tetap akan memburunya? Saya cenderung melihat ke depan. Kita benahi sistem, prosedur, dan pengawasannya. Sebab yang diangkat bukan barang sembarangan. Harta karun itu, selain bernilai ekonomi, juga memiliki nilai sejarah tinggi. Tapi bukan berarti kami mengabaikan barang bernilai yang sudah dicuri. Tetap kami kejar jika memungkinkan, namun fokusnya tetap program ke depan. Soal kasus pengangkatan di Cirebon oleh PT Paradigma, apakah izinnya akan ditinjau ulang? Sistem dan prosedur sudah dijalankan dengan baik. Semua hasil pengangkatan sudah didokumentasikan dan diketahui petugas dari Panitia Nasional. Paradigma menggandeng juru lelang Christie’s, yang telah mempresentasikan kepada kami. Rencananya, Desember 2006 bakal dilelang di Amsterdam. Bagaimana dengan pengaduan kecurangan oleh Paradigma? Itu fitnah. Tidak perlu disebarluaskan. Ada anggapan, para pemburu harta karun dunia yang bereputasi buruk berusaha masuk kembali ke perairan Indonesia. Kami kan memiliki catatan lengkap tentang mereka. Panitia Nasional akan melakukan seleksi ketat terhadap para pelaku bisnis BMKT. Prinsipnya, siapa saja yang mau berbisnis BMKT, asal bermain dalam koridor yang kami tetapkan, silakan saja. Tapi, kalau keluar dari koridor, akan kami tindak tegas. Umumnya para pemain asing itu menjadi pemodal bagi perusahaan lokal. Proses pengangkatan BMKT memang membutuhkan modal besar. Agar tidak bergantung pada investor luar, kami berupaya mendorong agar pihak perbankan mau memodali proyek survei dan pengangkatan benda antik dari kapal tenggelam. Cuma, saat ini pihak perbankan belum tertarik mengucurkan kredit bagi pengusaha harta karun. Nah, tugas kami mengarahkan agar usaha ini memiliki kepastian dan jaminan hukum. Dalam hal ni, proses yang transparan sangat diperlukan. Sedikitnya perusahaan lokal menjadi kendala dalam mengeksplorasi harta karun. Bagaimana mengatasi hal ini? Proyek pengangkatan BMKT memerlukan keahlian tersendiri. Untuk itu, selain program mendidik para penyelam tradisional, kami juga berupaya mendorong lahirnya para arkeolog pribumi yang memiliki spesialisasi bawah air. Ini akan meningkatkan nilai tambah. Kok belum ada upaya serius untuk menjadikan BMKT sebagai sarana pengembangan ilmu? Justru kami sedang merintis untuk menjadikan titik-titik BMKT sebagai basis pengetahuan dan pendidikan. Jadi, tidak melulu dieksplorasi untuk kepentingan ekonomi. Karena itu, dibutuhkan profil BMKT yang lengkap di masing-masing lokasi yang diperkirakan menjadi kuburan kapal tenggelam. Bila perlu, ditentukan juga pembagian kedalaman, agar bisa dipilih tenaga yang pas untuk mengangkat harta itu. G A T RA 2 8 M E I 2 0 0 5 59