BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

advertisement
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
IV.1. Statistik Deskriptif
Langkah awal dari penelitian ini adalah meneliti statistik deskriptif dari data yang
dipakai. Melalui analisis statistik deskriptif ini, penelitian ini akan mengambil kesimpulan
bagaimana persebaran data dari sampel yang diteliti.
Tabel 4-1 Statistik Deskriptif
DPSt
ROAt-1
199.793316
0.401464
Maksimum
0 – 0.104615
Minimum
38.199246
0.078674
Rata-rata
4.973011
0.071575
Median
61.654984
0.086789
Standar Deviasi
Sumber: Pengolahan data oleh Microsoft Excel
DVYt-1
0.101853
0
0.014477
0.000705
0.022573
LQTt-1
2.654853
0.003356
0.613966
0.399587
0.598954
STPt-1
3.468085
– 0.686957
0.662436
0.360390
0.956237
Perusahaan-perusahaan yang diteliti memiliki ukuran yang cukup berbeda, baik
dalam hal jumlah aktiva, maupun kapitalisasi pasar. Untuk variabel dependen, yakni
dividen per lembar saham (DPS), nilai tertingginya adalah 199.79, dengan rata-rata 38.20
dan standar deviasi 61.65. Variabel ini memiliki data yang agak menceng, karena dari 74
observasi yang diteliti, terdapat 28 observasi yang tidak membagikan dividen.
Proksi untuk variabel kinerja / profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Return on Asset (ROA). Dalam statistik deskriptif, ROA dari sampel yang diteliti
memiliki nilai minimum -0.10 dan nilai maksimum 0.40, dengan nilai rata-rata (0.08),
median (0.07), dan standar deviasi (0.09).
33
Pengaruh profitabilitas ... Dedikasi Paskah Sitorus, FE-UI, 2008
Variabel independen yang kedua adalah dividend yield (DVY). Jangkauan datanya
berkisar antara 0%-10.19%. Dari 74 perusahaan yang diteliti, terdapat 36 perusahaan yang
tidak membagikan dividen. Hal ini terlihat dari hasil statistik deskriptif yang menunjukkan
perbedaan antara nilai rata-rata (0.014) dengan nilai median (0.001). Jadi dapat
disimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan di dalam Indeks LQ 45 memiliki kebijakan
dividen yang cukup beragam.
Untuk menilai likuiditas suatu perusahaan (LQT), penelitian ini memakai proksi
cash ratio. Seperti pada tabel statistik deskriptif di atas, sampel yang diteliti memiliki cash
ratio terendah sebesar 0.003 dan tertinggi sebesar 2.655, dengan nilai rata-rata 0.614 dan
standar deviasi 0.599.
Return saham merupakan variabel independen yang keempat. Dari hasil statistik
deskriptif pada Tabel 4-1 dapat dilihat bahwa sampel ini memiliki return saham terendah
sebesar -0.69 dan tertinggi sebesar 3.47, dengan nilai rata-rata 0.66 dan standar deviasi
0.96. Ini berarti return saham perusahaan-perusahaan dalam sampel sangat beragam; ada
yang negatif (capital loss), namun ada juga yang positif sekitar 347% dalam waktu satu
tahun.
IV.2. Analisa Korelasi Antar Variabel Penelitian
Sebelum masuk ke pengujian asumsi klasik, penelitian ini akan melihat terlebih
dahulu korelasi antar variabel yang dipakai dalam penelitian ini. Berdasarkan tabel di
bawah, penelitian ini akan mengambil kesimpulan-kesimpulan terkait dengan hubungan
yang signifikan antara variabel independen dengan dependen, maupun hubungan yang
signifikan antar variabel independen.
34
Pengaruh profitabilitas ... Dedikasi Paskah Sitorus, FE-UI, 2008
Tabel 4-2 Tabel Korelasi Antar Variabel
DPSt
ROAt-1
DVYt-1
1.0000
DPSt
0.5390
1.0000
ROAt-1
p-value
0.0000
0.5371
0.3401
1.0000
DVYt-1
p-value
0.0000
0.0030
0.1926
0.2466
0.4373
LQTt-1
p-value
0.1001
0.0342
0.0001
– 0.2180
0.0542
– 0.3277
STPt-1
p-value
0.0620
0.6466
0.0044
Sumber: Pengolahan data oleh program Stata
LQTt-1
STPt-1
1.0000
– 0.2267
0.0521
1.0000
Pada kolom DPS dapat dilihat bahwa DPS memiliki hubungan yang positif dengan
profitabilitas dan dividend yield; sedangkan dengan return saham, hubungannya adalah
negatif. Hal ini sejalan dengan hipotesa yang dipakai dalam penelitian ini. Semakin tinggi
kinerja suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, semakin besar pula dividen
yang dibagikan. Dividend yield pada suatu periode tertentu berhubungan lurus dengan
pembagian dividen pada periode setelahnya. Sedangkan besarnya return saham pada tahun
tertentu akan berbanding terbalik dengan pembagian dividen satu tahun setelah itu.
Pada kolom ROA, dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan antara profitabilitas
perusahaan dengan variabel dividend yield dan likuiditas adalah hubungan yang signifikan
positif (pada tingkat kepercayaan 95% dan 99%). Hal ini berarti bahwa pada saat ROA
naik, maka dividend yield juga naik; dan saat ROA turun, dividend yield-nya juga ikut
menurun. Hal ini sejalan dengan penelitian Watts (1973); Benartzi, Michaely, dan Thaler
(1997); Harada dan Nguyen (2005) serta Putra (2006).
ROA memiliki hubungan yang positif dengan likuiditas. Hal ini merupakan sesuatu
yang logis, karena ketika kinerja meningkat, berarti laba (pemasukan dikurangi
pengeluaran) meningkat; dan ketika laba meningkat, likuiditas perusahaan pun akan
meningkat. Ketika kinerja menurun, berarti laba (pemasukan dikurangi pengeluaran)
35
Pengaruh profitabilitas ... Dedikasi Paskah Sitorus, FE-UI, 2008
menurun; dan ketika laba tersebut menurun, likuiditas perusahaan pun akan ikut menurun,
karena dipakai untuk menutupi pengeluaran.
Hubungan antara dividend yield (DVY) dengan likuiditas (LQT) yang searah sesuai
dengan teori yang telah dijelaskan sebelumnya, di mana ketika perusahaan semakin likuid,
semakin besar kemampuannya untuk membagikan dividen. Hal ini membuktikan bahwa di
dalam satu perode yang sama, kebijakan dividen yang tinggi di periode tersebut didukung
oleh likuiditas; sebaliknya, kebijakan dividen rendah merupakan pertanda dari rendahnya
likuiditas di periode yang sama.
Untuk variabel DVY yang memiliki hubungan yang negatif dengan return saham di
periode yang sama, hal ini sesuai juga dengan pembangunan teori yang telah dijelaskan
sebelumnya tentang hubungan antara dividen dan return saham yang saling bertolak
belakang. Hal ini terkait dengan teori financial signaling dan rumus total expected return.
Likuiditas memiliki hubungan yang negatif dengan return saham. Return saham
terkait sebenarnya dengan perubahan pada valuasi saham tersebut. Valuasi saham berubah
ketika terjadi perubahan pada nilai buku serta prospek yang cerah dari perusahaan. Prospek
cerah di masa depan yang ditunjukkan dengan kinerja tinggi, terjadi bila perusahaan dapat
mengelola aktivanya dengan efektif dan efisien. Likuiditas yang terlalu tinggi dapat
menjadi pertanda bahwa perusahaan tidak menggunakan likuiditas tersebut untuk
berinvestasi kepada aset yang lebih menguntungkan, baik untuk tujuan pertumbuhan
organik maupun non-organik. Manajemen modal kerja dan aktiva lancar yang optimal akan
mendukung manajemen investasi dari perusahaan, yang pada akhirnya akan berdampak
pada pertumbuhan perusahaan (Palepu, 2004). Jadi return saham yang menguntungkan
terjadi bila didukung oleh manajemen keuangan yang baik pula.
36
Pengaruh profitabilitas ... Dedikasi Paskah Sitorus, FE-UI, 2008
IV.3. Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum melakukan uji regresi, suatu model dalam penelitian harus bebas dari
Multikolinearitas, Heteroskedastisitas, dan Autokorelasi (Gujarati, 2003).
IV.3.1. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas terjadi apabila antara variabel-variabel independen dalam
penelitian memiliki korelasi. Gujarati (2003) berkata bahwa multikolinearitas berarti
bahwa terdapat hubungan yang sempurna, atau pasti, antara sebagian atau semua variabel
penjelas dalam model regresi. Multikolinearitas dapat dibuktikan dengan melihat tabel VIF
(Variable Inflation Factor), di mana semakin mendekati angka 10, multikolinearitas
semakin besar; semakin mendekati 1, multikolinearitas semakin kecil. Pada tabel di bawah
dapat dilihat bahwa VIF untuk keempat variabel independen hampir mendekati angka 1.
Hal ini dapat menjadi kesimpulan, bahwa keempat variabel ini memiliki korelasi yang
sangat kecil. Dengan kata lain, model ini bebas dari multikolinearitas.
Tabel 4-3 Variable Inflation Factor (VIF)
ROAt-1
DVYt-1
LQTt-1
STPt-1
Mean VIF
VIF
1.19
1.47
1.27
1.18
1.28
1/VIF
0.837561
0.681417
0.785961
0.848599
Sumber: Pengolahan data oleh program Stata
IV.3.2. Uji Heteroskedastisitas
Unsur Heteroskedastisitas dalam data sudah dihilangkan dengan fasilitas command
yang bernama robust dalam program Stata. Heteroskedastisitas terjadi apabila varians error
di dalam sampel tidak konstan. Command ini menghilangkan kesalahan spesifikasi dari
adanya Heteroskedastisitas. Jadi, standar error setiap variabel dalam penelitian ini telah di37
Pengaruh profitabilitas ... Dedikasi Paskah Sitorus, FE-UI, 2008
treat untuk mendekati standar error populasi; atau dengan kata lain, populasi yang diregresi
dalam penelitian ini sudah relatif lebih homoskedastis.
IV.3.3. Uji Autokorelasi
Gujarati (2003) menyatakan bahwa autokorelasi lebih terjadi pada data time-series.
Sedangkan pada jenis data cross-section, seperti yang dipakai dalam penelitian ini, waktu
tidak menjadi pengaruh buat perubahan variabel di dalamnya. Apabila pada data crosssection pun terjadi autokorelasi, maka yang mungkin terjadi adalah spatial autocorrelation.
Hal ini terjadi apabila dalam satu variabel independen tertentu, data yang satu
mempengaruhi data yang lain. Dalam hal ini, penelitian ini mengambil asumsi bahwa
kinerja, dividend yield, likuiditas, dan harga saham perusahaan yang satu tidak
mempengaruhi ataupun dipengaruhi oleh perusahaan lain.
IV.4. Hasil Regresi
Pada bagian ini, penelitian ini akan mengarah kepada kesimpulannya, yang
merupakan tujuan dari penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana
manajemen perusahaan di Indonesia mengambil keputusannya terkait dengan pembagian
dividen, berdasarkan kinerja, dividend yield, likuiditas, dan perubahan harga pasar
sahamnya. Tabel 4-4 merupakan hasil dari pengolahan data. Pengolahan data yang
memakai program Stata ini menggunakan 74 observasi. Hasil regresi ini adalah hasil
setelah treatment untuk heteroskedastisitas yang dilakukan secara otomatis oleh program
Stata dengan fasilitas command-nya, yakni robust; sehingga terpenuhilah asumsi BLUE
(Best Linear Unbiased Estimator).
38
Pengaruh profitabilitas ... Dedikasi Paskah Sitorus, FE-UI, 2008
Tabel 4-4 Hasil Regresi
DPSt
Coefficient
Robust
P>|t|
Std. Err.
314.3684
71.77186
0.000
ROAt-1
1073.887
496.271
0.034
DVYt-1
– 12.3759
8.907858
0.169
LQTt-1
– 9.053622
4.254804
0.037
STPt-1
11.51582
7.837662
0.146
Constant
Sumber: Pengolahan data oleh program Stata
[95% Confidence
Interval]
171.1874
457.5493
83.85389
2063.921
– 30.14659
5.394785
– 17.54172
– .5655217
– 4.119886
27.15153
Berdasarkan tabel hasil pengujian di atas, model hasil regresi adalah:
DPSt = 11.51582 + 314.3684ROAt-1 ** + 1073.887DVYt-1*
– 12.3759LQTt-1 – 9.053622STPt-1*
** signifikan pada tingkat 1%
* signifikan pada tingkat 5%
ROA t-1 (Return on Asset) / Profitabilitas
Nilai koefisien ROA dari model ini adalah 314.3684. Hal ini berarti setiap
perubahan nilai 1 yang positif pada variabel ROA, DPS akan meningkat sebesar 314.3684.
Dengan kata lain, ketika variabel ROA (laba berbanding total aktiva) naik sebesar satu
satuan, dividen per lembar saham akan naik Rp.314.3684.
Pada uji P-value, nilai untuk ROA adalah 0.000. Nilai ini di bawah 5% (karena
tingkat kepercayaan yang dipakai adalah 95%); dan semakin mendekati nol, maka nilainya
semakin signifikan berhubungan dengan variabel dependen. Dengan kata lain nilai
koefisien ROA sebesar 314.3684 adalah signifikan di dalam menjelaskan perubahan pada
variabel DPS (dividen per lembar saham).
Dengan tingkat kepercayaan 95%, interval nilai dari koefisien ROA ini berkisar
antara 171.1874 dan 457.5493.
Dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel ROA dengan DPS adalah
positif secara signifikan. Artinya, ketika kinerja profitabilitas suatu perusahaan dalam
39
Pengaruh profitabilitas ... Dedikasi Paskah Sitorus, FE-UI, 2008
Indeks LQ 45 naik, dividen per lembar saham yang dibagikan pun meningkat jumlahnya.
Sebaliknya, ketika kinerja profitabilitas suatu perusahaan dalam Indeks LQ 45 turun,
dividen per lembar saham yang dibagikan menurun pula.
Hubungan yang positif ini sejalan dengan pembangunan teori pada penelitian ini,
yakni penelitian Watts (1973) serta Benartzi, Michaely, dan Thaler (1997), yang
mengatakan bahwa perubahan dividen lebih cenderung menjelaskan apa yang telah terjadi
ketimbang menjelaskan masa depan perusahaan. Dalam hal ini, para peneliti ini
menjelaskan kaitan antara laba dengan kebijakan dividen. Penelitian tersebut membuktikan
bahwa besarnya dividen dipengaruhi oleh laba periode sekarang dan satu periode
sebelumnya.
Harada dan Nguyen (2005) membuktikan bahwa perubahan dividen dipengaruhi
oleh perubahan pada kinerja operasional perusahaan periode sebelumnya. Mereka memakai
rasio ROA (Return on Assets) sebagai tolok ukur kinerja operasional perusahaan, yaitu
perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva. Putra (2006) membuktikan bahwa
makin besar ROA, makin besar pula dividen per lembar saham; semakin kecil ROA,
semakin kecil dividen per lembar saham. Hubungan positif antara kinerja dengan dividen
juga menjadi kesimpulan penelitian Niken (2007).
Sejalan dengan itu, Satwiko (2004) dalam penelitiannya yang memakai metode
logit juga berkesimpulan bahwa ketika laba per saham meningkat, kebijakan dividen yang
paling banyak diambil oleh perusahaan yang listing di Bursa Efek adalah meningkatkan
dividen per lembar saham; dan ketika laba per saham turun, kebijakan dividen yang paling
banyak diambil adalah menurunkan dividen per lembar saham.
40
Pengaruh profitabilitas ... Dedikasi Paskah Sitorus, FE-UI, 2008
DVY t-1 (Dividend Yield)
Nilai koefisien DVY dari model ini adalah 1073.887. Hal ini berarti setiap
perubahan nilai 1 yang positif pada variabel DVY, DPS akan meningkat sebesar 1073.887.
Dengan kata lain, ketika variabel DVY (dividen per lembar saham berbanding harga per
lembar saham) naik sebesar satu satuan, dividen per lembar saham akan meningkat sebesar
Rp.1073.887.
Pada uji P-value, nilai untuk DVY adalah 0.034. Nilai ini di bawah 5% (karena
tingkat kepercayaan yang dipakai adalah 95%); dan semakin mendekati nol, maka nilainya
semakin signifikan berhubungan dengan variabel dependen. Dengan kata lain nilai
koefisien DVY sebesar 1073.887 adalah signifikan di dalam menjelaskan perubahan pada
variabel DPS (dividen per lembar saham).
Dengan tingkat kepercayaan 95%, interval nilai dari koefisien DVY ini berkisar
antara 83.85389 dan 2063.921.
Dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel DVY dengan DPS adalah
positif secara signifikan. Artinya, ketika dividend yield suatu perusahaan dalam Indeks LQ
45 naik pada periode tertentu, dividen per lembar saham yang dibagikan di periode
berikutnya akan meningkat jumlahnya. Sebaliknya, ketika dividend yield suatu perusahaan
dalam Indeks LQ 45 menurun pada periode tertentu, dividen per lembar saham yang
dibagikan di periode berikutnya akan menurun pula jumlahnya.
Hubungan yang positif ini sejalan dengan kesimpulan K. V. Smith (1971) dalam
teorinya “increasing-stream hypothesis of dividend policy”, yang mengatakan bahwa
terdapat kecenderungan manajemen untuk “mempermulus” arus dividen. Manajer akan
berusaha keras untuk menghindari pemotongan dividen, bahkan menyesuaikan dengan
keinginan investor, yakni kenaikan dividen.
41
Pengaruh profitabilitas ... Dedikasi Paskah Sitorus, FE-UI, 2008
Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Lintner (1956) yang
mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan memiliki target rasio pembayaran dividen.
Mengacu pada target ini, perusahaan melakukan penyesuaian atas tingkat dividennya dari
tahun ke tahun. Sehingga dapat disimpulkan, kebijakan dividen dari tahun ke tahun
memiliki arah yang sama, yakni menuju targetnya masing-masing. Dengan kata lain,
kebijakan dividen di tahun tertentu memiliki hubungan yang positif dengan kebijakan
dividen di tahun setelahnya.
LQT t-1 (Cash Ratio) / Likuiditas
Nilai koefisien LQT dari model ini adalah -12.3759. Pada uji P-value, nilai untuk
LQT adalah 0.169. Hal ini berarti nilai koefisien LQT tersebut tidak dapat menjelaskan
hubungan antara LQT dengan DPS dengan signifikan, bahkan pada tingkat kepercayaan
90% / α = 10% (0.169 > 0.1).
Dengan tingkat kepercayaan 95%, interval nilai dari koefisien ROA ini berkisar
antara -33.70901 dan -2.640083.
Dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel LQT dengan DPS adalah tidak
signifikan. Artinya, naik turunnya likuiditas perusahaan tidak mempengaruhi kebijakan
dividen perusahaan tersebut.
Hubungan yang tidak signifikan ini sejalan dengan survey Brav et al. (2005) kepada
384 eksekutif keuangan di Amerika Serikat tentang kebijakan dividen, yang mendapatkan
kesimpulan bahwa jumlah kas di neraca tidak menjadi bahan pertimbangan di dalam
memberikan dividen. Yang paling menentukan justru adalah level dividen sebelumnya.
Jika terdapat kelebihan kas – kelebihan likuiditas – mereka cenderung untuk melakukan
pembelian saham kembali, ketimbang membagikan dividen. Rata-rata responden memilih
pendapat ”Sangat Tidak Setuju” untuk pernyataan: ”Memiliki kas ekstra atau aset yang
42
Pengaruh profitabilitas ... Dedikasi Paskah Sitorus, FE-UI, 2008
likuid – relatif terhadap jumlah kas yang diinginkan / diperlukan – merupakan faktor
penentu dalam kebijakan dividen.”
STP t-1 (Return Saham)
Nilai koefisien STP dari model ini adalah -9.053622. Hal ini berarti setiap
perubahan nilai 1 yang positif pada variabel STP, DPS akan menurun sebesar 9.053622.
Dengan kata lain, ketika variabel STP (return saham, yakni proporsi perubahan harga
saham di satu periode ke periode lainnya) naik sebesar satu satuan, dividen per lembar
saham akan turun Rp.9.053622.
Pada uji P-value, nilai untuk STP adalah 0.037. Nilai ini di bawah 5% (karena
tingkat kepercayaan yang dipakai adalah 95%); dan semakin mendekati nol, maka nilainya
semakin signifikan berhubungan dengan variabel dependen. Dengan kata lain nilai
koefisien STP sebesar -9.053622 adalah signifikan di dalam menjelaskan perubahan pada
variabel DPS (dividen per lembar saham).
Dengan tingkat kepercayaan 95%, interval nilai dari koefisien STP ini berkisar
antara -17.54172 dan -.5655217.
Dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel STP dengan DPS adalah
negatif secara signifikan. Artinya, ketika return saham suatu perusahaan dalam Indeks LQ
45 naik, justru dividen per lembar saham yang dibagikan menurun jumlahnya. Sebaliknya,
ketika return saham suatu perusahaan dalam Indeks LQ 45 turun, justru dividen per lembar
saham yang dibagikan meningkat jumlahnya.
Hubungan yang signifikan ini sejalan dengan hipotesa yang keempat dari penelitian
ini, yakni bahwa kebijakan dividen di satu periode tertentu dipengaruhi oleh perubahan
harga saham (return saham) di periode sebelumnya. Pada hipotesa yang keempat ini ingin
dilihat apakah terdapat fakta bahwa financial signaling dengan membagikan dividen,
43
Pengaruh profitabilitas ... Dedikasi Paskah Sitorus, FE-UI, 2008
dilakukan oleh manajemen ketika return sahamnya turun di periode sebelumnya. Atau
sebaliknya, apabila harga saham sudah cukup tinggi di periode sebelumnya, manajemen
akan mengacu pada expected total return dari saham perusahaannya, sehingga berpikir
hanya perlu memberikan dividen untuk memenuhi ekspektasi pasar, sekalipun jumlah
dividen harus diturunkan.
Di dalam penelitian lain, Baker et al. (1985) menyimpulkan bahwa salah satu faktor
yang paling besar pengaruhnya terhadap kebijakan dividen perusahaan adalah usaha untuk
mempertahankan atau meningkatkan harga saham. Kesimpulan ini diambil berdasarkan
survey kepada CFO (Chief Financial Officer) dari 562 perusahaan di Bursa Saham New
York.
Uji R-Squared dan Uji F
Nilai R-squared dari model yang dipakai dalam penelitian ini adalah 0.4571 (lihat
Lampiran 1). Hal ini berarti keempat variabel independen yang dipakai (profitabilitas,
dividend yield, likuiditas, dan return saham pada periode tertentu) dapat menjelaskan
45.71% dari perubahan kebijakan dividen (dividen per lembar saham) pada periode
berikutnya. Sedangkan 54.29% dari perubahan kebijakan dividen pada periode tertentu
dijelaskan oleh hal-hal yang selain keempat variabel independen tersebut.
Uji F digunakan untuk melihat apakah variabel-variabel independen secara
bersama-sama menjelaskan variabel dependen. Pada pengujian statistik dengan program
Stata didapatkan bahwa signifikansi F pada penelitian ini adalah 0.000 (lihat Lampiran 1).
Hal ini berarti keempat variabel independen yang dipakai (profitabilitas, dividend yield,
likuiditas, dan return saham pada periode tertentu) secara bersama-sama menjelaskan
perubahan kebijakan dividen (dividen per lembar saham) pada periode berikutnya secara
signifikan.
44
Pengaruh profitabilitas ... Dedikasi Paskah Sitorus, FE-UI, 2008
Download