BAB 1 PENDAHULUAN

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Iklan merupakan sebuah metode yang saat ini tidak dapat dipisahkan
dengan sebuah kehidupan perekonomian modern. Tanpa adanya iklan, para
produsen dan distributor tidak akan dapat dengan mudah menjual barang,
sedangkan di sisi lain pembeli hanya memiliki informasi yang sedikit
memadai mengenai produk-produk barang dan jasa yang tersedia di pasar.
Jika itu terjadi maka dunia industri dan perekonomian modern pasti akan
lumpuh. Dalam dunia periklanan salah satu tantangan yang dihadapi adalah
persaingan yang ketat antar iklan, adanya persaingan merebut konsumen atas
barang dan jasa yang mereka tawarkan.
Iklan sebagai media komunikasi dari produsen terhadap konsumen
memiliki 3 ciri umum yang harus dipenuhi agar iklan tepat sasaran, dimana
periklanan yang bersifat informatif harus memberi informasi pada pasar akan
adanya barang baru, lalu sedikit pesan agar menyarankan penggunaan barang
tersebut beserta kelebihannya terhadap pesaing, dengan membangun
komunikasi informatif tersebut diharapkan dapat mengurangi kekhawatiran
konsumen dan dapat membangun citra perusahaan.
Berbicara tentang dunia periklanan tentu yang ada pada benak pikiran
kita adalah tentang sesuatu hal yang menarik dan kreatif, walaupun iklan juga
sering menimbulkan rasa marah. Sebab iklan sering dianggap mengganggu
1 ketika sedang menikmati acara pada suatu media. Tetapi pada realitanya iklan
sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Hal itu dapat dilihat dari
fenomena-fenomena yang ada dari tahun ke tahun bahkan perkembangan
dunia iklan semakin maju dan sangat menarik untuk dipahami lebih dalam.
Proses pembuatan suatu iklan tidaklah mudah. Kreatifitas merupakan hal
yang sangat penting dan mutlak dimiliki dalam suatu proses pembuatan iklan.
Dengan adanya unsur kreatifitas dapat membuat suatu iklan tampil beda baik
secara konsep maupun penyampaian sehingga iklan yang disampaikan dapat
diterima oleh masyarakat. Iklan merupakan bagian dari pemasaran suatu
produk. Pemasaran intinya adalah bagaimana menciptakan segmen pasar.
Periklanan selain merupakan kegiatan pemasaran juga berupa aktivitas
komunikasi. Dari segi komunikasi, rekayasa unsur pesan sangat tergantung
dari siapa khalayak sasaran yang dituju serta melalui media apa iklan tersebut
sebaiknya disampaikan. Karena itu, untuk membuat komunikasi menjadi
efektif, pemahaman tentang khalayak sasaran merupakan prasyarat yang
bersifat mutlak (Martadi, 2001:142).
Demikian pula dengan media cetak Harian Jogja yang merupakan pemain
baru di pasar koran Yogyakarta. Harian Jogja masih terus menerus mencari
celah pasar koran di Yogyakarta yang sudah penuh. Harian Jogja harus
beradu muka dengan Kedaulatan Rakyat yang nyata-nyata sudah menjadi
sarapan pagi bagi masyarakat Yogyakarta. Di tingkat lokal Harian Jogja juga
harus bersaing dengan kompetitornya seperti koran Bernas yang juga
membidik pembaca muda dan mahasiswa, Kompas dengan sisipan daerahnya
2 tidak cukup mampu memaksa orang Yogyakarta untuk berpaling dari koran
Kedaulatan Rakyat. Bagaimana dengan surat kabar Harian Jogja yang baru
ada pada tanggal 20 Mei 2008 bertepatan dengan perayaan seabad Hari
Kebangkitan Nasional dan diluncurkan di Kepatihan, komplek kantor
Gubernur Daerah Istimewan Yogyakarta (DIY). Harjo, demikian panggilan
koran yang mengusung semboyan Berbudaya. Membangun Kemandirian itu,
dalam waktu singkat turut meramaikan pasar koran lokal yang ada di DIY
dan sekitarnya. Tak berselang lama dari saat penerbitan perdana, Harian Jogja
pun memperluas layanan melalui penyediaan situs di jaringan Internet dan
beberapa bulan kemudian, sebelum genap berusia setahun, versi digital
Harian Jogja pun dapat diakses oleh pembaca melalui situs webnya. Selain
itu, Harian Jogja juga meluncurkan Harian Jogja Ekspress, yang merupakan
versi kompak dari Harian Jogja reguler. Bila Harian Jogja reguler setiap terbit
setebal 24 halaman, maka Harian jogja Ekspress terbit dengan 12 halaman.
(www.wikipedia.org/wiki/Harian Jogja, tanggal 10 Februari 2012, pukul
11.00)
Harian Jogja sebagai media baru juga ingin produk yang ditawarkan
lebih dikenal dan dapat dinikmati oleh masyarakat Yogyakarta. Selain itu
surat kabar Harian Jogja juga ingin menciptakan image/citra sebagai
perusahaan yang peduli dengan kondisi sosial masyarakat agar mendapatkan
simpati dimata masyarakat Yogyakarta sehingga akan menstimulasi
masyarakat untuk mengkonsumsi produknya. Karena persoalan citra yang
dihadapi surat kabar Harian Jogja dalam meningkatkan awareness produk
3 perusahaan adalah surat kabar Harian Jogja dianggap belum bisa secara
maksimal menghadirkan macam informasi berupa peristiwa yang aktual,
menarik, faktual bisa terangkum dan menjadikan berita yang terpercaya
sehingga manfaatnya kepada masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya, hal ini
diungkapkan oleh Wisnu Wardhana selaku manager EO dan Promosi Harian
Jogja yang mengatakan:
“surat kabar Harjo adalah surat kabar yang masih sangat muda dikota
Jogja, karena berdiri baru pada tahun 2008, makanya masyarakat Jogja
beranggapan Harjo belum bisa secara maksimal menjembatani
informasi masyarakat Jogja. Inilah yang menjadi penyebab Harjo masih
dibayang-bayangi oleh para kompetitornya yang sudah sangat lama
berdiri dan menguasai pasar Jogja dan sekitarnya” (15 Februari 2012,
pukul 10.00)
Maka dari Harian Jogja mempercayakan banyak agency periklanan, salah
satunya yakni Djongnesia Advertising untuk membuat iklan layanan
masyarakat yang bertujuan selain agar masyarakat Yogyakarta lebih
mengetahui tentang surat kabar Harian Jogja tersebut, iklan layanan
masyarakat surat kabar Harian Jogja ini juga bertujuan untuk menciptakan
citra yang positif sebagai perusahaan yang peduli dengan kondisi sosial
masyarakat dimata masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya. Selain itu yang
menjadi tujuan lain Harian Jogja membuat iklan layanan masyarakat adalah
sesuai dengan semboyan dari surat kabar Harian Jogja sendiri yakni
“Berbudaya, Membangun Kemandirian”. Semboyan ini merupakan simbol
untuk mendukung Yogyakarta dalam melestarikan budaya sekaligus
mendukung program-program yang berkaitan dengan kemandirian sosial,
budaya, ekonomi dan pendidikan.
4 Disini Harian jogja memilih beriklan melalui media cetak dan poster
karena media tersebut lebih murah daripada iklan dimedia lain, alsan lainnya
yaitu Harian Jogja beranggapan media cetak (surat kabar) dan poster masih
dinikmati oleh masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya, target market juga bisa
dijangkau dengan media surat kabar.
Banyak iklan Layanan Masyarakat yang sudah diterbitkan di Harian
Jogja, salah satunya adalah iklan Layanan Masyarakat Harian Jogja sendiri,
yang terbit pada hari Kartini tahun 2010 lalu. Iklan ini menggambarkan sosok
perempuan sedang menjahit kancing baju anak SD dengan tangan sendiri
dengan menggunakan kancing dari bahan tempurung kelapa. Iklan ini
menyiratkan pesan yang mendalam mengenai kiprah perempuan di Indonesia
bahwa keterbatasan ekonomi tidak menjadi penghalang bagi wanita Indonesia
untuk maju dan berkiprah secara professional. Keteguhan hati dan semangat
untuk bangkit dari keterbatasan yang dimiliki, adalah kunci dalam meraih
kesuksesan masa depan.
Iklan kedua adalah tentang pesan anti korupsi yang diwujudkan dalam
sebuah poster. Iklan menggambarkan sosok anak kecil rentang usia Sekolah
Dasar, yang tidak menggunakan seragam sekolah, tetapi membawa karung
dan alat untuk memulung barang bekas. Iklan ini menyiratkan pesan kepada
para pelaku korupsi, agar sadar bahwa tindakan yang mereka lakukan telah
menyebabkan jutaan anak negeri tidak dapat menikmati fasilitas Negara yang
seharusnya mereka dapatkan. Ia juga telah merampas hak-hak masyarakat
untuk hidup layak. Pesan ini secara tegas tersurat terdapat dalam tagline di
5 dalam poster tersebut. Keunikan iklan ini terdapat penggambaran sosok anak
SD yang tidak dapat melanjutkan sekolah karena keterbatasan ekonomi. Para
koruptor telah menjadikan perekonomian tidak stabil, dan hak-hak orang
miskin terabaikan. Visualisasi aktor tunggal, anak SD sebagai bagian dari
korban kejahatan korupsi di Indonesia.
Iklan selanjutnya adalah iklan tentang kewaspadaan Banjir. Iklan ini
berisi pesan kepada warga Kota Yogyakarta, untuk senantiasa waspada
terhadap ancaman banjir yang terjadi di wilayah Kota Yogyakarta, berkenaan
dengan datangnya musim hujan. Iklan dengan visualisasi aktor yang banyak,
dan proses kreatifitas, dengan menggunakan latar belakang (background)
kejadian banjir, dan aktifitas yang dapat menanggulangi bahaya banjir.
Keunikan iklan ini dari visualisasi sederhana, dengan banyaknya pesan yang
ingin disampaikan oleh pemerintah Kota Yogyakarta bekerjasama dengan
Harian Jogja.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis bermaksud meneliti
Strategi kreatif iklan Layanan Masyarakat surat kabar Harian Jogja dalam
membangun citra sebagai perusahaan yang peduli dengan kondisi sosial.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, agar penelitian ini menjadi terfokus
dan
terarah
maka
penulis
merumuskan
masalah
sebagai
berikut:
Bagaimanakah Strategi kreatif iklan layanan masyarakat surat kabar Harian
Jogja dalam membangun citra sebagai perusahaan yang peduli dengan kondisi
sosial masyarakat?
6 C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui strategi kreatif iklan layanan masyarakat surat kabar Harian Jogja
dalam membangun citra sebagai perusahaan yang peduli dengan kondisi
sosial masyarakat.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat, baik dari segi teoritis
maupun dari segi praktis.
a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat :
1) Menambah khasanah pengetahuan tentang proses pembuatan iklan di
Media Cetak.
2) Menjadi bahan kajian untuk perbandingan dalam rangka penelitian
lebih lanjut.
b. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan :
1) Bagi peneliti
Manfaat penelitian bagi penulis adalah untuk menambah wawasan
tentang strategi kreatif periklanan, khususnya strategi kreatif iklan
layanan masyarakat serta dapat mengaplikasikan teori-teori yang
didapat selama masa kuliah ke dalam dunia kerja.
7 2) Bagi perusahaan
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi perusahaan terutama digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan bahan
pembelajaran untuk melaksanakan strategi periklanan ke depan.
E. Kerangka Teori
1. Advertising (Periklanan)
Istilah iklan pertama kali diperkenalkan oleh Soedarjo Tjokrosisworo,
seorang tokoh pers nasional pada tahun 1951, untuk mengantikan istilah
Advertentie (bahasa Belanda) atau Advertising (bahasa Inggris) agar sesuai
dengan semangat penggunaan bahasa nasional Indonesia. Advertising atau
iklan berasal dari kata latin “Adverte” yang berarti mengarahkan
(Djajakusumah, 1998: 36). Iklan yang kita lihat dan dengar setiap hari
sebenarnya merupakan produk akhir dari serangkaian pengamatan sampai
pelaksanaan strategi dan taktik yang berupaya untuk menjangkau pembeli
potensial. Sehingga periklanan diartikan sebagai komunikasi komersial dan
non komersial tentang sebuah organisasi dan produk-produknya yang
disampaikan kepada khalayak sasaran atau target audiens melalui media
bersifat massal seperti televisi, radio, koran, majalah, pengeposan langsung,
reklame luar ruang dan kendaraan umum (Rachmadi, 1998: 36). Institut
Praktisi Periklanan Inggris mendefinisikan istilah periklanan yaitu
merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan
8 kepada para calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau
jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya (Jenfkins, 1997: 5).
Pada umumnya, semua bentuk dari penyajian iklan memiliki tujuan yang
sama, ingin menarik perhatian pembeli, mempertahankan calon pembeli,
memanfaatkan perhatian yang telah tertanam itu untuk mengarhkan perilaku
pembeli. Melalui periklanan informasi tentang suatu produk atau jasa dapat
sampai kepada target sasaran. Dari target audiens mengenal kemudian
memberikan penilaian tentang produk atau jasa sampai mereka tertarik
untuk membeli, dan pada akhirnya target audiens akan setia menggunakan
produk atau jasa tersebut.
Dalam perkembangannya, masyarakat periklanan Indonesia memberikan
pembatasan secara lebih terperinci untuk membedakan kesimpangsiuran
penggunaan istilah iklan dan periklanan. Iklan didefinisikan sebagai segala
bentuk pesan tentang suatu produk atau jasa yang disampaikan melalui
suatu media dan ditujukan sebagian atau seluruh masyarakat, sedangkan
periklanan diartikan sebagai keseluruhan proses yang meliputi persiapan,
perencanaan pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian iklan (Direktorat
Bina Pers, 1983). Lebih lanjut Howard Stephenson, sebagaimana dikutip
oleh Tams Djajakusumah, memberikan pengertian periklanaan sebagai
berikut:
“periklanan adalah suatu kegiatan yang menggunakan atau menyewa
tempat pada suatu media komunikasi seperti surat kabar, majalah, televisi
maupun radio untuk memperkenalkan hasil produksi barang atau jasa
yang baru dari perusahaan.”
9 Dari penjelasan tersebut terlihat perbedaan antara iklan dengan
periklanan. Iklan merupakan suatu pesan yang disampaikan melalui media
dan ditujukan kepada masyarakat, sedangkan periklanan lebih mengacu
pada proses pembuatan iklan. Periklanan bisa menginformasikan atau
membujuk konsumen. Dalam beberapa kasus, periklanan bertindak untuk
mengingatkan konsumen tentang suatu merek tertentu agar loyalitas
konsumen terjaga. Pada umumnya periklanan merupakan sebuah alat untuk
menyampaikan informasi tentang produk dan jasa kepada target audiens.
Selain menjadi sebuah alat sebagai penyebar informasi periklanan juga
mempunyai beberapa fungsi.
Menurut Terence A. Simp (2000: 357) fungsi-fungsi periklanan adalah
sebagai berikut:
a. Memberi informasi (informing)
Periklanan membuat konsumen sadar akan merek-merek baru,
mendidik mereka tentang berbagai fitur dan manfaat merek, serta
menfasilitasi penciptaan citra merek yang positif.
b. Mempersuasi
/
mempengaruhi
khalayak
untuk
membeli
(persuading)
Iklan yang efektif akan mampu mempersuasi atau membujuk
pelanggan untuk mencoba produk atau jasa yang diiklankan.
c. Pengingat (remiding)
10 Iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para
konsumen. Agar konsumen tetap membeli dan menggunakan produk
tersebut.
d. Memberikan nilai tambah (persuanding)
Periklanan memberi nilai tambah pada merek dan mempengaruhi
persepsi konsumen. Periklanan yang efektif menyebabkan merek
dipandang sebagai lebih elegan, lebih bergaya, lebih bergensi, dan
bisa lebih unggul dari tawaran pesaing.
e. Mendampingi (assisting)
Periklanan hanyalah salah satu bagian dari bauran konsumen
pemasaran.
Periklanan
berperan
sebagai
pendamping
yang
memfasilitasi upaya-upaya lain dari perusahaan dalam proses
komunikasi pemasaran.
Secara sederhana iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi
yang terdiri dari informasi dan gagasan tentang suatu produk yang ditujukan
kepada khalayak secara serempak agar memperoleh sambutan baik (Dendi,
1986: 4). Dengan kata lain dengan adanya penyampaian informasi suatu
produk diharapkan mampu membujuk target audiens mau membeli dan
selalu mengingatkan suatu produk. Periklanan menjalankan sebuah fungsi
informasi, yang mengkomunikasikan informasi produk, ciri-ciri, dan lokasi
penjualannya begitu juga akan memberitahu konsumen tentang produkproduk baru kepada target audiens. Dalam menjalankan fungsi persuasif,
iklan membujuk para konsumen untuk membeli merek-merek tertentu atau
11 mengubah sikap mereka terhadap produk atau perusahaan tersebut dalam
artian mengubah sikap untuk membeli. Periklanan juga secara terus menerus
mengingatkan para konsumen tentang sebuah produk sehingga mereka akan
tetap membeli produk yang diiklankan merek pesaingnya.
Menurut Budiman Hakim (2005: 49-63) iklan dianggap bagus atau
tidak adalah bukan iklan yang hanya sekedar mendapat nilai “A”, tetapi
lebih dari itu yaitu dengan mendapatkan nilai SUPER “A”. Yang sekiranya
dapat dijabarkan dengan:
a. S = Simple, sebuah iklan dituntut harus simple, atau sederhana serta
komunikatif, mudah memberikan kekuatan kepada konsumennya
melalui komunikatif, tetapi perlu diingat bahwa ide kreatifitas harus
sama sekali tidak ada kata simple tetapi briliant.
b. U = Unexpected, iklan sudah merasuki seluruh unsur jiwa dalam
kehidupan manusia sehari-hari. Dimanapun berada selalu dikelilingi
dan diserang oleh iklan dari berbagai penjuru dan dalam aktifitas
apapun, dari beribu-ribu iklan teesebut hanya ada beberapa yang
mampu konsumen ingat dan iklan yang diingat itulah suatu iklan yang
smart dan bisa menjadi out standing atau unik sehingga bisa menjadi
unprecditable. Biasanya iklan-iklan yang memenuhi kriteria diatas
adalah iklan yang mampu menjadi top of mind.
c. P = Persuasive, pengaruh melalui bujukan atau rayuan untuk menyihir
orang agar melakukan sesuatu, iklan dengan gaya bujuk kuat hampir
pasti akan mendekatkan diri dengan brand tertarik untuk mencobanya.
12 d. E = Entertaining, iklan yang daoat menghibur, tetapi tidak berarti
lucu, bisa disebut juga mampu mempermainkan emosi konsumennya.
Bisa membuat penonton maupun pendengar tertawa, menyanyi,
menangis, menari, terharu dan lain sebagainya, selama permainan
emosi itu dapat mengangkat simpati terhadap brand yang diiklankan.
e. R = Relevant, bahwa sebuah ide sekreatif apapun tetap harus ada
pertanggung jawaban, rasionalisasi dan harus ada korelasi dengan
brand, semuannya harus diperuntukkan semata-mata bagi brand.
f. A = Acceptable, penerimaan masyarakat terhadap iklan, yang
mengundang reaksi masyarakat karena masalah-masalah tertentu.
Yang lebih kepada tata krama periklanan yang tidak dihiraukan.
Kriteria-kriteria diatas merupakan syarat untuk dapat mendekati dan
melekatkan diri pada pikiran konsumen sekaligus merupakan rambu-rambu
agar tidak terjadi penyalahgunaan iklan mengingat pengaruhnya yang begitu
besar.
2. Iklan Layanan Masyarakat
Iklan secara umum oleh AMA (American Marketing Assosiation)
didefinisikan sebagai berikut:
Any paid form of non personal presentation and promotion of ideas,
goods, or services by an identified sponsor. (bentuk presentasi non personal
dan promosi gagasan, barang atau jasa-jasa yang dibayar oleh sponsor yang
teridentifikasi) (Kasali, 1992: 201).
13 Secara teoritik umumnya iklan terdiri atas dua jenis, yaitu iklan Standard
dan Iklan Layanan Masyarakat. Sedangkan jenis-jenis iklan yang lain
merupakan pengembangan dari kedua jenis iklan tersebut (Bittner dalam
Liliweri, 1992: 31). Iklan Standard adalah iklan yang di kemas secara khusus
untuk memperkenalkan barang dan jasa pelayanan untuk konsumen melalui
media. Tujuan dari iklan ini adalah merangsang minat para pembeli.
Pengemasan pesan-pesan dari jenis iklan ini pada umumnya di ciptakan
secara profesional oleh biro iklan.
Sedangkan jenis Iklan Layanan Masyarakat adalah jenis iklan yang
bersifat non profit, jadi iklan ini tidak mencari keuntungan akibat
pemasangannya. Inilah yang membedakan Iklan Layanan Masyarakat dengan
Iklan Standard yang mengharapkan dari pemasangan iklannya memperoleh
keuntungan atas penjualan barang produksinya. Umumnya Iklan Layanan
Masyarakat
bertujuan memberikan informasi dan penerangan serta
pendidikan kepada masyarakat dalam rangka pelayanan dengan cara
mengajak masyarakat untuk berpartisipasi, bersikap positif terhadap pesan
yang disampaikan (Liliweri, 1992: 32).
Iklan layanan masyarakat menurut Cromton dan Lamb yang dikutip
oleh Rhenald Kasali ialah :
“Iklan layanan masyarakat adalah suatu jenis iklan yang dibuat dengan
biaya yang tidak besar dan tidak komersial yang bertujuan untuk
mempromosikan program-program, kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh
pemerintah atau digunakan oleh organisasi-organisasi kemasyarakatan yang
14 non profit dan sebagai iklan yang berfungsi untuk kepentingan masyarakat
termasuk acara prakiraan cuaca dan iklan promosi produk ”(Kasali, 1995 :
201)
Iklan layanan masyarakat tidak terkait pada penataan yang ketat,
perencanaan pesan yang rumit, pemilihan media yang sesuai, sampai pada
penentuan khalayak sasaran maupun pemilihan tempat dan waktu yang benarbenar pas. Iklan layanan masyarakat (bahasa Inggris: Public Service
Advertisement atau disingkat PSA) adalah iklan yang menyajikan pesanpesan sosial yang bertujuan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat
terhadap sejumlah masalah yang harus mereka hadapi, yakni kondisi yang
bisa mengancam keselarasan dan kehidupan umum. Iklan layanan masyarakat
(ILM) dapat dikampanyekan oleh organisasi profit atau non profit dengan
tujuan sosial ekonomis yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Di Indonesia tidak ada organisasi khusus yang dibentuk untuk
menangani ILM. Pada umumnya ILM di buat secara sendiri-sendiri oleh biro
iklan yang bekerja sama dengan media dan pengiklan. Hal ini mengakibatkan
kurangnya komitmen dan sinergi dalam merumuskan iklan, biaya, serta pesan
yang ingin disampaikan sehingga ILM tidak dilakukan secara rutin. Selain itu
ILM juga dikenakan pajak iklan, walalupun ruang dan waktunya
disumbangkan oleh media.
Menurut Thahir dalam Uteri (2001: 65) mendefinisikan Iklan Layanan
Masyarakat sebagai iklan yang bertujuan untuk menawarkan kebajikan dan
nilai-nilai yang dianggap positif dalam masyarakat untuk mengambil sikap
15 dan tindakan responsif. Sedangkan menurut Ad Council (Kasali, 1992: 202),
suatu dewan Periklanan di Amerika Serikat, kriteria yang dipakai untuk
menentukan kampanye pelayanan masyarakat adalah:
a. Tidak komersil
b. Tidak bersifat keagamaan.
c. Tidak bersifat politis.
d. Berwawasan nasional
e. Diperuntukkan untuk semua lapisan masyarakat.
f. Diajukan oleh organisasi yang telah diakui dan diterima.
g. Dapat diiklankan.
h. Mempunyai dampak dan kepentingan tinggi sehingga patut
memperoleh dukungan media lokal maupun nasional.
Menurut Liliweri (1992: 44-45) berdasarkan fungsi dan tujuannya,
iklan terdiri atas iklan produk dan bukan produk, iklan komersil dan bukan
komersil, dan iklan berdampak langsung dan tidak langsung. Secara ringkas
sebagai berikut:
a. Iklan Produk-Bukan Produk
Iklan Produk adalah iklan yang bertujuan untuk memperkenalkan
suatu produk tertentu yang benar-benar dihasilkan. Hasil-hasil
tersebut memang akan dijual kepada para pemakai, apakah itu
perorangan, rumah tangga, atau bisnis. Lawan dari iklan produk
adalah Bukan produk. Iklan yang pesannya Cuma berisi ide-ide
16 serta gagasan yang ditawarkan kepada pemakai dan pembeli
informasi.
b. Iklan Komersil-Bukan Komersil
Iklan bersifat komersil berarti pihak pemasangannya membayar
uang dan waktu kepada pemilik media. Terlebih bila iklan itu
bertujuan untuk mengkomersialkan barang-barang dagangannya
kepada konsumen. Karena jika khalayak terpengaruh maka
mereka akan membeli produk tersebut dan mendatangkan
komersial bagi produsennya. Sedangkan Iklan Bukan Komersil
merupakan iklan yang dipasang (meskipun dibayarkan para
media) namun pemasangannya tidak mengharapkan keuntungan
komersial melainkan keuntungan sosial.
c. Iklan Berdampak Langsung-Tidak Langsung
Iklan Berdampak Langsung berusaha mempengaruhi khalayak
dengan suatu tindakan yang segera. Sebaliknya, Iklan Tidak
Berdampak Langsung ialah iklan yang memberikan gambaran
tentang suatu informasi yang membentuk sikap khalayak supaya
lebih “familier”.
3. Strategi Kreatif Iklan Layanan Masyarakat
Dalam dunia periklanan, kata kreatif banyak dipakai bersama beberapa
kata lain untuk merujuk pada istilah dan pengertian yang berbeda. Orangorang kreatif adalah para professional yang bertanggung jawab terhadap
17 pekerjaan kreatif. Mereka biasa dikenal antara lain sebagai pengarah kreatif,
penulis naskah, pengarah seni atau produsen. Meskipun banyak dari mereka
yang bekerja secara tetap pada sebuah biro iklan, tidak sedikit juga yang
bekerja langsung kepada pengiklan atau berindak sebagai konsultan lepas,
baik pada pemasang iklan maupun sebuah biro iklan (Kasali, 1992: 80).
Pekerjaan membuat biro iklan biasa dikenal dengan istilah pekerjaan
kreatif. Kreativitas akan dapat menciptakan beragam bentuk penulisan naskah
iklan yang sangat variatif dengan tetap menyadari bahwa hakikat dari
penulisan naskah iklan tersebut adalah penuh dengan pesan-pesan kampanye.
Target audiens harus diarahkan ke perilaku pembeli, menggunakan, atau
beralih ke produk atau jasa yang diiklankan.
Seorang rekanan pada sebuah perusahaan konsultan periklanan (Gilson &
Frankel di New York, dan Berkham, 1980: 375), professor dalam bidang
organisasi dan manajemen bisnis pada University of Miami, mendefinisikan
pekerjaan kreatif sebagai proses penggambaran, penulisan, perancang dan
produksi sebuah iklan, yang merupakan jantung jiwa industri periklanan.
Dengan berfikir kreatif dapat menciptakan iklan yang kreatif (Kasali, 1992:
80).
Salah satu pendekatan paling popular dalam proses kreatif iklan
adalah dikembangkan oleh James Webb Young dalam Morissan (2007: 263)
(http://drsjamiluddin.blogspot.com/2012/04/perencanaan-dan-pelaksanaankampanye.html, jumat, 20 April 2012), yang terdiri sebagai berikut :
18 1) Immertion (keterlibatan diri); yaitu upaya melibatkan diri ke dalam
masalah yang ada dengan cara melakukan riset menggunakan bahan
mentah dan segala informasi yang diperlukan sebagai upaya untuk
memikirkan dan memecahkan masalah.
2) Incubation (proses inkubasi); yaitu meletakkan masalah di luar
pikiran sadar anda dan mengubah informasi ke dalam pikiran bawah
sadar untuk melakukan pekerjaan.
3) Iluminasi; yaitu upaya memunculkan ide atau gagasan.
4) Verifikasi ; yaitu kegiatan mempelajari ide atau gagasan untuk
menentukan apakah ide atau gagasan itu sudah sesuai dan mampu
menyelesaikan masalah.
Setelah inti pesan (the big idea) telah ditemukan, perlu dipikirkan
bagaimana strategi kreatif akan diterapkan, agar isi pesan tersebut dapat
sampai dan diterima dengan tepat oleh sasaran, serta mampu mencapai tujuan
komunikasi yang ditetapkan. Pada dasarnya dalam strategi kreatif atau pesan,
dikembangkan dari dua fokus utama yakni terfokus pada produk, atau
terfokus pada sasaran.
Terdapat
bermacam-macam
strategi
dalam
penyusunan
suatu
perencanaan pesan periklanan, tetapi pada dasarnya aliran-aliran tersebut
dikembangkan dari dua fokus utama di atas. Secara umum aliran-aliran
tersebut dapat dikelompokkan dalam 4 strategi dasar perencanaan pesan
periklanan, yakni :
1) Usp Strategy (Strategi Tawaran Keunikan)
19 Konsep strategi USP ini dikembangkan oleh Rosse Reeves dar
“The Ted Bates Agency” dalam bukunya “Reality in Advertising”
menggambarkan ada 3 karakter dalam konsep strategi USP yakni :
a. Setiap iklan harus mampu membuat suatu usulan keunikan produk,
bukan sekedar permainan kata-kata, tidak hanya keindahan, tetapi
suatu pernyataan pada sasaran, yang mengandung makna “lakukan
apa
yang
kami
katakan,
pasti
Anda
akan
memperoleh
keuntungannya.”
b. Usulan tersebut hendaknya merupakan suatu yang tidak dilakukan
oleh pihak lain (saingan), merupakan sesuatu yang nyata-nyata unik,
baik berupa kelebihan produk, ataupun suatu bentuk pernyataan
(claim) produk tersebut.
c. Usulan tersebut juga harus kuat dan mampu menggerakkan banyak
orang, agar memperoleh dukungan kuat dari pada pengguna,
khususnya penggunaan baru produk yang ditawarkan.
d. Suatu yang penting dalam strategi USP ini, dikenal adanya konsep
“Ide Penjualan Utama” (The Major Selling Idea). Yakni bagaimana
mendapatkan suatu keunikan produk, keuntungan dan kelebihan yang
ada untuk dimanfaatkan sebagai ‘claim’ tersebut. Strategi ini juga
dikenal sebagai strategi “Hard Selling.”
2) Image Strategy (Strategi Pembentukan Citra)
Adakalanya kita tidak menemukan kelebihan atau keunikan yang
ada pada suatu produk, gagasan atau jasa, sehingga sulit menentukan ‘janji
20 penjualan’ seperti dalam strategi USP. Banyak produk sejenis yang
dipromosikan, susah membedakan satu dengan lainnya. Untuk itu perlu
dikembangkan suatu strategi kreatif, yang didasari pada pengembangan
kekuatan dan identitas produk agar mudah diingat dan mempunyai makna
tertentu. Strategi ini disebut sebagai strategi pembentukan citra (Image
Strategy). David Ogilvy pakar periklanan yang dianggap sebagai pelopor
dalam “Image Advertising” memberikan catatan bahwa setiap iklan agar
dipikirkan adanya suatu simbol tertentu berupa citra produk atau
personalitas produk. Citra tersebut hendaknya memberikan penampilan
berbeda dan tajam dari produk-produk sejenis, sebagai bagian penting
dalam mencapai keberhasilan program pemasaran suatu produk.
3) Inherent Drama Strategy (Strategi Drama)
Strategi lain yang juga dimanfaatkan janji penjualan dari kelebihan
produk, adalah melalui penonjolan sifat-sifat karakteristik atau kelebihan
produk secara dramatis. Penonjolan secara dramatis tersebut akan mampu
menggerakkan sasaran untuk menggunakan produk tersebut. Aliran
dramatis ini dipelopori oleh Leo Burnett, pendiri ‘Leo Burnet Advertising’
di Chicago. Burnett memberikan gambaran bahwa strategi dramatis ini
sering sulit diciptakan, tetapi pasti selalu ada. Apabila ditemukan, strategi
ini sangat menarik dan lebih dipercaya, dari berbagai strategi lainnya.
Burnett berpendapat seharusnya pesan iklan didasari pada keuntungankeuntungan suatu produk yang dapat diperoleh sasaran, melalui
penonjolan secara dramatis elemen-elemen tersebut.
21 4) Positioning Strategy (Strategi Positioning)
Konsep pengembangan strategi pesan yang disebut “positioning”
ini diperkenalkan oleh Jack Trout dan Al Ries pada awal tahun 1970-an,
dalam bukunya “Positioning, The Battle for Your Mind”. Positioning
menjadi popular dan menjadi salah satu konsep dasar pengembangan
kreatif periklanan. Ide dasar positioning adalah upaya menempatkan
kemapanan atau posisi tertentu suatu produk (merek) dalam benak pikiran
konsumen.
Trout dan Ries menggambarkan bahwa positioning merupakan
suatu ‘citra” yang terbentuk dalam pikiran konsumen, yang dikaitkan
dengan suatu produk atau merek tertentu, dan dalam kaitannya dengan
citra dari produk saingan. Selanjutnya konsep positioning berkembang
tidak sekedar dari faktor persaingan saja. Positioning lebih luas dapat
diterapkan berdasarkan atribut harga, kualitas produk, penerapan
penggunaan, beda kategori produk, segmentasi sasaran, simbol budaya,
disamping berdasarkan kompetisi. Strategi-strategi di atas sangat popular
dan sering dimanfaatkan sebagai dasar pengembangan strategi kreatif atau
strategi pesan periklanan dalam suatu program kampanye atau promosi.
Pengertian strategi kreatif dalam beberapa definisi yaitu sebagai suatu
proses penentuan rencana para pemimpin perusahaan yang berfokus pada
tujuan jangka panjang organisasi dan juga bagaimana melakukan rencana
menyusun suatu cara atau upaya agar tujuan tersebut dapat dicapai.
Selanjutnya dalam membuat sebuah rencana, diperlukan strategi kreatif
22 (creative strategy) yang digunakan untuk merumuskan hal yang akan
dikomunikasikan atau merupakan sinkronasi dari kreatif iklan dengan media
yang disesuaikan untuk jenis iklan tersebut. Istilah strategi kreatif mempunyai
arti Bagi orang-orang kreatif, strategi kreatif dianggap hasil terjemahan dari
berbagai informasi mengenai produk dan konsumen pasar, ke dalam suatu
posisi tertentu dalam komunikasi yang kemudian dapat dipakai untuk
merumuskan tujuan iklan (Kasali, 1992: 81).
Strategi adalah pola teladan atau rencana yang mengintegrasikan tujuan
organisasi, kebijakan, urutan tindakan ke dalam suatu yang kohesif (Freinces,
2006: 167). Sedangkan menurut Jauch dan Glueck, strategi adalah rencana
yang disatukan menyeluruh secara terpadu yang mengkaitkan keunggulan
strategi yang dimiliki oleh masing-masing perusahaan serta tantangan
lingkungan dan di rancang untuk memastikan bahwa tujuan serta misi
perusahaan dapat tercapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan
(Jauch dan Glueck, 1996: 12).
Suwarsono juga mengemukakan pendapatnya tentang strategi, yaitu
usaha managerial untuk menumbuh kembangkan kekuatan perusahaan dalam
mengeksploitasikan peluang bisnis yang muncul guna mencapai tujuan
perusahaan yang telah ditetapkan sesuai dengan misi yang telah ditentukan
(Suwarsono, 1996: 6). Strategi mencerminkan kesadaran organisasi atau
perusahaan mengenai bagaimana, kapan dan dimana organisasi atau
perusahaan harus bersaing dan organisasi atau perusahaan apa yang menjadi
pesaingnya. Strategi dalam kreatif iklan itu sendiri dituangkan dalam bentuk
23 susunan penyajian kekreativitasan yang dibuat melalui iklan. Iklan tersebut
mesti yang berorientasi pada selera audiens sebagai sasaran penerima pesan,
guna menjalankan fungsi iklan sebagai media informasi.
Strategi merupakan suatu proses penentuan rencana yang berfokus pada
tujuan jangka panjang dan juga bagaimana menyusun suatu cara atau upaya
agar tujuan tersebut dapat dicapai. Strategi kreatif digunakan untuk
merumuskan apa yang akan dikomunikasikan atau merupakan sinkronisasi
dari kreatif iklan dengan keinginan masyarakat. Makna kreatif sering
digunakan untuk menyebut suatu ciptaan baru atau menghasilkan sesuatu
yang baru. Aspek kesegaran ide yang di utamakan dalam ciptaan tersebut
bukan ulangan. Bisa juga kreatif ditinjau dari nilai orisinilitas dan keunikan
dalam penyampaiannya. Bisa juga sebuah alternative, meski isi pesan
sebenarnya tidak berbeda dengan yang pernah ada sebelumnya. Kreativitas
dapat diukur dari nilai efektifitas atau kualitas pencapainnya. Pada dunia
periklanan seringkali iklan tampil dengan atribut yang aneh seperti pada
naskah yang kalimatnya bermakna negative, namun dapat menarik perhatian
target audience. Bagaimana proses dan teknis pembuatannya, iklan-iklan
seperti itu pastilah melalui proses. Proses pembuatan iklan atau strategi
kreatif biasanya menjabarkan kebijakan dalam hal, bagaimana memposisikan
produk atau jasa? Apa keunggulan dan atribut yang akan ditonjolkan? Siapa
khalayak sasarannya? Bagaimana cara terbaik untuk menyampaikan
pesannya?. Beberapa hal tersebut bertujuan agar iklan yang dibuat efektif dan
mampu memuat pesan-pesan iklan guna menghindari ketidakpastian sebuah
24 bentuk iklan, ketidakpastian tersebut nantinya akan dapat menjadikan sebuah
iklan tidak efektif dan sia-sia (Farbey, 1997: 21-24).
Suksesnya tujuan pemasaran melalui komunikasi terintegrasi (Integrated
Marketing Communication) diperlukan adanya iklan yang menarik.
Persaingan yang ketat dalam dunia iklan menumbuhkan ide-ide kreatif para
pembuat iklan. Iklan dibuat sedemikian rupa sehingga menarik perhatian
khalayak sasaran. Untuk itu proses dan teknik pembuatan iklan benar-benar
membutuhkan kreatifitas. Pekerjaan membuat iklan yang berhubungan
dengan itu biasa dikenal dengan istilah “pekerjaan kreatif”. Pekerjaan kreatif
yang kurang baik akan menghasilkan iklan yang kurang baik dan tidak
diperhatikan masyarakat. Untuk itu diperlukan suatu strategi kreatif yang
tepat.
Dalam sebuah proses kreatif sebuah iklan diawali dari perumusan pesan
komunikasi serta menentukan elemen-elemen utama yang akan berfungsi
sebagai pedoman dalam proses pekerjaan kreatif berikutnya. Tahapan awal
disebut briefing creative, jika tahapan ini telah disetujui maka selanjutnya ada
beberapa hal yang harus ditentukan antara lain, tujuan dari iklan tersebut,
bagaimana atribut dan bujukan dalam pengemasan iklan, tahapan ini disebut
sebagai perumusan strategi kreatif. Menurut Gilson dan Berkman, seperti
yang dikutip (Kasali, 1992: 81-82) menjelaskan proses perumusan suatu
strategi kreatif yang terdiri dari tiga tahapan:
e. Tahap Pertama
25 Mengumpulkan dan mempersiapkan informasi pemasaran yang
tepat agar orang-orang kreatif dapat dengan segera menemukan strategi
kreatif. Biasanya informasi yang akan sangat bermanfaat adalah
informasi yang menyangkut rencana pemasaran dan komunikasi, hasil
penelitian tentang konsumen sasaran, data tentang produk, persaingan
pasar. Serta rencana dasar tentang strategi media, yaitu menyangkut
kapan dan dalam media apa saja iklan tersebut akan dimunculkan.
Informasi ini sebaliknya tidak berasal dari satu sumber saja, karena
sumber informasi yang beragam memungkinkan perolehan perspektif
atau wawasan yang lebih luas atau seperti Leo Burnett yang juga pakar
periklanan caliber Internasional dari Amerika Serikat, keingintahuan
tentang seluruh aspek kehidupan manusia masih merupakan kunci
sukses bagi orang kreatif (Burnett dalam Kasali, 1961: 65). Hanya saja
mungkin perlu diperhatikan mana sumber yang layak dipercaya dan
mana yang tidak.
f. Tahap Kedua
Selanjutnya orang-orang kreatif harus membenamkan diri mereka
kedalam informasi-informasi tersebut untuk menetapkan suatu posisi
dalam penjualan serta menentukan tujuan iklan yang akan dihasilkan
pada tahap inilah ide-ide, yang merupakan jantung dari seluruh proses
perumusan strategi kreatif, dicetuskan dan dikembangkan. Biasanya
untuk memperoleh hasil kerja yang optimal, dilibatkan pada suatu
diskusi yang sangat hati-hati diantara orang-orang kreatif.
26 c. Tahap Ketiga
Melakukan presentasi dihadapan pengiklan atau klien untuk
memperoleh persetujuan sebelum rancangan iklan diproduksi dan
dipublikasikan melalui media-media yang telah ditetapkan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun strategi kreatif
(Jenfkins, 1995: 130) diantaranya adalah:
a) Sebelum iklan yang baik harus memiliki kebenaran dalam
konsep bukan sekedar merebut perhatian khalayak.
b) Iklan yang baik harus memiliki tujuan jangka panjang. Mampu
menciptakan hubungan yang stabil dan kuat serta bertahan lama.
c) Iklan yang efektif dan sukses seringkali sangat unik dan menarik
perhatian konsumen. Iklan yang disenangi konsumen akan
menjadi kenangan dan lebih menarik perhatian.
Perencanaan kreatif dimulai dengan rencana pemasaran. Hal yang
harus diperhatikan adalah elemen-elemen kreatif dari rencana pemasaran
yaitu:
a) Siapa yang akan menjadi sasaran komunikasi
b) Media dan metode penyampaian apa yang digunakan.
c) Apa tujuan khusus komunikasi.
d) Informasi apa yang akan di sampaikan.
e) Manfaat utama apa yang akan diperoleh.
f)
Seberapa jauh kepuasan yang harus di capai.
g) Bagaimana cara memenuhinya.
27 h) Respon bagaimana yang di kehendaki dari komunikasi itu (Yadin,
1993: 3-6).
Di dalam suatu iklan, agar pesan yang akan disampaikan dapat diterima
oleh komunikan sebagaimana yang di inginkan oleh komunikator, maka
pesan yang akan disampaikan itu harus diorganisasi secara baik dan benar.
Pesan yang disampaikan selain harus diorganisasi secara baik dan benar,
harus mempunyai struktur yang jelas. Struktur pesan pada suatu iklan baik
pada media cetak maupun media penyiaran pada dasarnya hampir sama,
hanya bentuknya yang berbeda karena perbedaan karakteristik mediumnya.
Disini surat kabar Harian Jogja menggunakan media cetak yakni iklan
Layanan Masyarakat (ILM). Untuk itu secara umum ada tujuh kelebihan
dalam menyampaikan pesan melalui media cetak yang menjadi bahan
pertimbangan tim kreatif karena akan sangat berkaitan erat dengan teknis
eksekusi kreatifnya dalam menyusun strategi kreativitas iklan, dalam hal ini
Iklan Layanan Masyarakat, yaitu:
a) Market coverage, dapat menjangkau daerah-daerah perkotaan sesuai
dengan cakupan pasarnya (nasional, regional, atau lokal).
b) Comparison
shopping
(catalog
value),
menyangkut
kebiasaan
konsumen membawa surat kabar sebagai referensi untuk membeli
barang sewaktu berbelanja.
c) Positive comsumer attitudes, konsumen umumnya memandang surat
kabar memuat hal-hal aktual yang perlu segera diketahui khalayak
pembacanya.
28 d) Flexibility, pengiklan dapat bebas memilih pasar mana (dalam cakupan
geografis) yang akan diprioritaskan. Dengan demikian dalam memilih
media mana yang cocok.
e) Usia iklan lebih panjang karena dapat dibaca berhari-hari. Kebiasaan
orang menyimpan surat kabar dan dibaca oleh tiga sampai delapan
orang.
f) Target audiensnya lebih luas, karena masyarakat pada umumnya pasti
membaca Koran setiap harinya. Dari masyarakat kelas atas sampai
masyarakat kelas bawah, baik laki-laki maupun perempuan, serta
pembaca Koran tidak dibatasi oleh umur (untuk semua umur).
g) Mudah dibawa kemanapun, ringan dan praktis.
Selain itu kelemahan dari surat kabar (koran) adalah :
a.
Mudah diabaikan dan cepat basi.
b.
Pembaca surat kabar hanya butuh waktu kurang dari 15 menit hingga
30 menit untuk membacanya serta hanya sekali saja membacanya.
c.
Jika isi dan tata letaknya kacau akan mempengaruhi pemaknaan dan
pemahaman isi pesan oleh pembacanya.
d.
Beberapa kelompok tertentu tidak bisa dijangkau oleh surat kabar,
misalnya kelompok menengah kebawah atau masyarakat usia dibawah
20 tahun.
Iklan Layanan Masyarakat (ILM) merupakan bagian dari kampanye
sosial marketing yang bertujuan menjual gagasan atau ide untuk kepentingan
29 atau pelayanan masyarakat (Madjadikara, 2004: 60). Biasanya pesan ILM
berupa ajakan, pernyataan atau himbauan kepada masyarakat untuk
melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan demi kepentingan umum
atau merubah perilaku yang tidak baik supaya menjadi lebih baik, misalnya
masalah kebersihan lingkungan, mendorong penghargaan terhadap perbedaan
pendapat, Keluarga Berencana, dan sebagainya (Madjadikara, 2004: 60).
ILM juga menyajikan pesan sosial yang bertujuan untuk membangkitkan
kepedulian masyarakat terhadap sejumlah masalah yang harus mereka
hadapi, yakni kondisi yang dapat mengancam keserasian dan kehidupan
mereka secara umum (Kasali, 1992: 180). Pesan tersebut dengan kata lain
bermaksud memberikan gambaran tentang peristiwa dan kejadian yang akan
berakibat pada suatu keadaan tertentu, baik yang bersifat positif maupun
negatif.
Pada awal perkembngannya ILM tidak terlalu terikat pada penataan yang
ketat, perencanaan pesan yang rumit, pemilihan media yang sesuai, sampai
pada penentuan target audiens maupun pemilihan tempat dan waktu yang
bena-benar tepat (Liliweri, 1992: 29). Namun seiring berkembangnya dunia
perikanan dan semakin banyaknya perusahaan yang membuat ILM disertai
dengan perubahan paradigma dalam menciptakan pesan-pesan sosial maka
ILM juga harus dibuat secara professional seperti iklan komersial. ILM
biasanya dikeluarkan atau dibuat oleh perusahaan melalui biro iklan
berdasarkan adanya sebuah fenomena yang tengah terjadi di masyarakat atau
berdasarkan momentum hari-hari besar yang oleh masyarakat banyak di
30 anggap istimewa. Fenomena dan momentum inilah yang kemudian
dimanfaatkan untuk menjual ide dan gagasan yang sifatnya membuat persepsi
positif masyarakat terhadap citra perusahaan. ILM tidak hanya disponsori
oleh lembaga pemerintah dan organisasi non profit, tetapi juga perusahaan
komersil. Bagi perusahaan komersil, ILM digunakan untuk tujuan
membangun empati sebagai tanggung jawab sosial dalam masyarakat.
Dengan membangun empati maka akan terbangun citra yang baik dimata
masyarakat dan menstimulasi masyarakat untuk percaya pada perusahaan
tersebut hingga akhirnya tertarik untuk mengkonsumsi produk mereka.
Dengan demikian, secara tidak langsung perusahaan komersil yang
berorientasi profit menggunakan ILM sebagai media iklan komersial. Seperti
juga iklan yang bersifat komersil, didalam strategi iklan masyarakat tema
kampanye yang paling efektif dan strategis adalah tema yang hanya
mendasarkan pada satu pesan atau gagasan dan gambar yang tepat. Tema
tersebut adalah tema yang diharapkan dapat menyentuh emosi masyarakat
dan sifatnya adalah melayani masyarakat. Selain itu tema haruslah relevan
dengan kondisi yang sedang terjadi ditengah masyarakat yang menjadi target
iklan. Tema ILM dalam jangka panjang diharapkan dapat merubah perilaku
suatu masyarakat kearah kebiasaan dalam batasan-batasan tertentu, sehingga
pada akhirnya berlanjut sebagai suatu budaya (Liliweri, 1992: 60).
Dalam perencanaan iklan, pesan iklan meliputi dua unsur utama yaitu
daya tarik yang mencerminkan gagasan sentral dari pesan dan metode
presentasi yang digunakan untuk menyajikan daya tarik. Pesan yang efektif
31 memiliki tiga karakteristik utama yaitu disukai pelanggan, bersifat unik dan
relatif tidak dimiliki pesaing dan diperannya pelanggan (Candra, 2002: 188).
Mengenai daya tarik iklan (Candra, 2002: 189) mengatakan bahwa daya
tarik iklan merupakan argumen motivasional/pernyataan deskriptif yang
termuat dalam pesan iklan. Klaim ini dapat berua 3 jenis, yaitu:
a) Klaim
yang
menggambarkan
atribut
fisik
produk
(Phsical
attributes).
b) Klaim yang menggambarkan manfaat fungsional (functional
benefits)
c) Klaim yang mengasosiasikan produk dengan tipe orang yang
menggunakan dan hasil dari memperoleh manfaat fungsional/moods
tertentu.
Dalam pembuatan iklan untuk menghasilkan iklan yang baik selain
harus memperhatikan struktur iklan, penting juga menggunakan elemenelemen dalam sebuah rumus yang dikenal dengan AIDCA, yang terdiri dari
(Kasali, 1992: 83-85).
e.
Attention (perhatian)
Iklan harus menarik perhatian khalayak sasarannya. Untuk itu
iklan memerlukan bantuan, antara lain berupa ukuran (size untuk
media cetak), menggunakan warna (full colour), tata letak, jenisjenis huruf yang ditampilkan, serta berbagai suara khusus untuk
iklan radio atau televisi).
f.
Interest (minat)
32 Setelah perhatian calon pembeli berhasil direbut, maka perhatian
tersebut harus dapat segera ditinggalkan menjadi minat sehingga
timbul rasa ingin tahu secara lebih rinci dalam diri calon pembeli.
Dengan demikian penggunaan kata-kata atau kalimat pembuka
sebaiknya dapat merangsang orang untuk tahu lebih lanjut.
g.
Desire (keinginan)
Kebutuhan atau keinginan khalayak untuk memiliki, memakai,
atau melakukan sesuatu harus dibangkitkan.
h.
Conviction (keyakinan)
Pada tahap ini, sejumlah calon pembeli mulai goyah dan
emosinya mulai tersentuh. Namun, timbul perlawanan dalam diri
berupa keraguan, benarkah produk atau jasa tersebut sesuai seperti
yang dijanjikan iklannya?. Untuk menimbulkan rasa percaya diri
pada calon pembeli, sebuah iklan dapat ditunjang berbagai
keinginan-keinginan peragaan seperti testimonial atau pembuktian
tentang produk atau jasa yang ditawarkan.
i.
Action (tindakan)
Upaya terakhir adalah membujuk calon pembeli agar sesegera
mungkin melakukan tindakan pembelian atau bagian dari itu.
Memiliki kata yang tepat agar calon pembeli merespon sesuai
dengan yang diharapkan adalah pekerjaan yang sulit. Harus
digunakan kata perintah agar calon pembeli bergerak. Akan tetapi,
juga harus dipikirkan apakah kata-kata tersebut berkesan dan tidak
33 menyinggung perasaan khalayak calon pembeli. Untuk itu sebaiknya
kaya-kata yang digunakan dirangkai sedemikian rupa sehingga
terdengar lebih sopan dan manis.
Kreativitas akan dapat menciptakan beragam bentuk penulisan
naskah iklan yang sangat variatif dengan menyadari bahwa hakekat dari
penulisan naskah iklan tersebut adalah penuh dengan pesan-pesan kampanye.
Target audience harus diarahkan ke perilaku membeli, menggunakan, atau
beralih ke produk dan jasa yang diiklankan. Begitu juga pada proses kreatif
harus berjalan dengan berpegang pada strategi kreatif, sehingga naskah iklan
tetap sejalan dengan konsep awal yang telah ada. Para pembuat iklan
menyusun suatu hasil karya juga harus berpegang pada strategi kreatif.
Karena strategi kreatif merupakan jalan untuk menuju keberhasilan sebuah
iklan
.
4. Pencitraan
a. Pengertian pencitraan
Shimp (2003: 309) menjelaskan bahwa pencitraan merupakan
sebagai jenis asosiasi yang muncul dalam benak konsumen ketika
mengingat suatu merek atau jasa tertentu. Asosiasi tersebut secara
sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu
yang dikaitkan dengan suatu merek, sama halnya ketika seseorang
berfikir
tentang
orang
lain.
Asosiasi
tersebut
dapat
dikonseptualisasikan berdasarkan jenis, dukungan, kekuatan, dan
34 keunikan. Jenis asosiasi tersebut meliputi atribut, manfaat dan sikap.
Atribut terdiri dari atribut yang berhubungan dengan produk atau jasa,
misal harga, pemakai dan citra penggunaan, sedangkan manfaat
mencakup manfaat secara fungsional, manfaat secara simbolis dan
manfaat berdasarkan pengalaman.
Sutisna (2001: 56) memaparkan bahwa, ada beberapa manfaat
apabila suatu institusi atau perusahaan menampilkan citra yang positif,
yang pertama konsumen, dengan citra yang positif terhadap suatu
produk atau jasa, maka akan timbul suatu kepercayaan. Yang kedua
kebijakan family branding dan leverage branding dapat dilakukan jika
citra perusahaan telah positif.
Kotler (2000: 67), mendefinisikan citra sebagai “Seperangkat
keyakinan, ide dan kesan yang dimiliki seseorang terhadap suatu
objek”, selanjutnya beliau mengatakan “Sikap dan tindakan seseorang
terhadap suatu objek sangat dikondisikan oleh citra objek tersebut”,
ini memberi arti bahwa kepercayaan, ide serta impresi seseorang
sangat besar pengaruhnya terhadap sikap dan perilaku serta respon
yang mungkin akan dilakukannya. Seseorang yang mempunyai
impresi dan kepercayaan tinggi terhadap suatu produk tidak akan
berpikir panjang untuk membeli dan menggunakan produk tersebut
bahkan boleh jadi ia akan menjadi pelanggan yang loyal. Kemampuan
menjaga loyalitas pelanggan dan relasi bisnis, mempertahankan atau
bahkan meluaskan pangsa pasar, memenangkan suatu persaingan dan
35 mempertahankan posisi yang menguntungkan tergantung kepada citra
produk yang melekat di pikiran pelanggan.
Suatu perusahaan akan dilihat melalui citranya baik citra itu negatif
atau positif. Citra yang positif akan memberikan arti yang baik
terhadap
produk
perusahaan
tersebut
dan
seterusnya
dapat
meningkatkan jumlah penjualan produk atau jasa, sebaliknya
penjualan produk suatu perusahaan akan jatuh atau mengalami
kerugian
jika
citranya
dipandang
negatif
oleh
masyarakat
(Yusoff,1995 dalam Nurkholis, 2004: 87).
Kesimpulan yang dapat diambil dari telaah pustaka tentang
pencitraan dapat ditarik suatu benang merah bahwa definisi dari
pencitraan adalah penilaian yang diberikan masyarakat atau konsumen
kepada perusahaan, sehingga timbul adanya suatu persepsi tentang
kegiatan yang dilakukan perusahaan selama ini Tjiptono (1999: 43),
citra perusahaan merupakan bagian dari konsep kualitas total jasa.
Citra adalah penghargaan yang didapatkan oleh perusahaan karena
adanya keunggulan yang ada pada perusahaan tersebut, seperti
kemampuan yang dimiliki perusahaan, sehingga perusahaan dapat
terus mengembangkan dirinya untuk terus menciptakan hal-hal yang
baru, bagi pemenuhan kebutuhan konsumen (Herbig dan Milewicz,
1999 dalam Nurkholis, 2004: 88). Citra perusahaan dapat dilihat dari
kompetensi
dan
keunggulan
36 perusahaan
yang
dibandingkan.
Kompetensi dan keunggulan yang dimiliki oleh suatu perusahaan
dapat di lihat dari berbagai aspek antara lain:
1. Staf dan karyawan yang dimiliki perusahaan tersebut Perusahaan
tergantung pada kinerja staf dan karyawan dalam bekerja dan
melayani konsumen. Staf dan karyawan yang berkompeten dan
berkualitas membuat kinerja perusahaan menjadi maksimal dan
akan mendapat melayani konsumen secara optimal, apabila
konsumen merasa puas akan pelayanan staf dan karyawan suatu
perusahaan, maka akan menimbulkan respons positif, sehingga
konsumen mampu menggambarkan perusahaan tersebut memiliki
citra yang baik di mata masyarakat
2. Perusahaan memiliki suatu kredibilitas Kredibilitas di sini lebih
mengacu kearah komitmen perusahaan agar dapat memberikan
pelayanan yang maksimal kepada konsumen, suatu perusahaan
yang memiliki tingkat kredibilitas yang baik membuat perusahaan
berusaha semaksimal mungkin untuk membuat pelanggan puas
akan pelayanan yang diberikan perusahaan.
3. Memiliki manajemen yang berpengalaman Manajemen di dalam
suatu perusahaan ibarat sebagai pengerak dalam kelangsungan
hidup perusahaan, perusahaan yang memiliki suatu manajemen
yang baik, berpengalaman, dan berkompeten, merupakan jaminan
bahwa perusahaan tersebut memiliki basic yang baik dalam
37 menjalankan suatu usaha, dan pada intinya sebagai konseptor
dalam memberikan pelayanan kepada konsumen.
4. Tingkat reputasi yang lebih baik daripada pesaing Persaingan
dalam dunia usaha merupakan suatu tantangan yang harus
dihadapi oleh setiap perusahaan, perusahaan akan berlombalomba untuk menjadi yang terbaik dalam suatu persaingan dengan
harapan perusahaan tersebut mendapat suatu respons dari
konsumen, jika suatu perusahaan memiliki suatu reputasi yang
lebih unggul daripada pesaing membuat perusahaan tersebut akan
memiliki kesempatan yang lebih besar agar bisa mendapatkan
konsumen.
5. Dikenal oleh masyarakat luas Pencitraan suatu perusahaan akan
timbul apabila masyarakat atau konsumen mendapatkan suatu
informasi yang jelas tentang perusahaan tersebut, akses informasi
tersebut merupakan suatu bentuk informasi apakah kelebihan dan
kelemahan perusahaan, selain itu informasi tersebut merupakan
tolak ukur, apakah suatu perusahaan telah di kenal masyarakat
luas.
b. Indikator pencitraan
Indikator untuk pencitraan dalam penelitian ini meliputi :
1. Memiliki staf-staf pengajar profesional.
2. Memiliki kredibilitas tinggi
3. Dijalankan manajemen yang berpengalaman
38 4. Reputasi yang baik daripada pesaing
5. Popularitas tinggi atau di kenal masyarakat luas
F. METODOLOGI PENELITIAN
1.
Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif
kualitatif. Penelitian dengan sifat kualitatif adalah penelitian yang
bertujuan mendeskripsikan dan menggambarkan apa yang saat ini
berlaku. Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat,
analisis, dan mengimplementasikan (Mardalis, 1993: 34).
Dalam
penelitian
ini,
tipe
deskriptif
digunakan
untuk
menggambarkan bagaimana Strategi Kreatif Iklan Layanan Masyarakat
Harian Jogja. Menurut Jalaludin Rahkmat, penelitian deskriptif hanya
memaparkan situasi atau peristiwa, tidak mencari atau menjelaskan
hubungannya, tidak menguji hipotesa atau membuat prediksi (Jalaludin
Rahkmat, 01: 24).
2.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan pada biro iklan Djongnesia
Advertising yang beralamat di Jl. Prawirokuat 21 Condongcatur Sleman
Yogjakarta, Indonesia 55283 Telp : (0274) 8255152, dan PT Aksara
Dinamika Jogja, yang merupakan produsen dari surat kabar Harian Jogja
(HARJO), yang beralamat di Jalan MT Haryono 7B, Yogyakarta, 55143.
3.
Obyek Penelitian
39 Obyek penelitian ini adalah Iklan Layanan Masyarakat surat
kabar Harian Jogja, yakni iklan Layanan Masyarakat tentang hari Kartini
2010, Iklan Layanan Masyarakat tentang anti korupsi dan Iklan Layanan
Masyarakat tentang kewaspadaan banjir.
4.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan
oleh peneliti untuk mengumpulkan data.
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data menggunakan:
a. Wawancara
Wawancara adalah usaha mengumpulkan data berupa informasi
dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan, untuk dijawab
secara lisan pula. Ciri utama wawancara adalah kontak langsung
dengan muka tatap mata (face to face relantionshif) antara lain
pencari informasi (interviewer atau information hunter) dengan
sumber informasi (Hadari Nawawi, 2007: 118).
Teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab terhadap
pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini adalah responden
(nara sumber) yaitu orang yang berkompeten di dalam penelitian ini.
Wawancara ini merupakan bentuk komunikasi dua orang, melibatkan
seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan
tertentu. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara tak
berstruktur. Wawancara ini bersifat luwes, susunan pertanyaan dan
40 susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat
wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat
wawancara. Tujuan dari metode ini adalah untuk memperoleh
bentuk-bentuk tertentu tentang informasi dari semua responden,
tetapi susunan kata dan urutannya di sesuaikan dengan ciri-ciri setiap
responden (Mulyana, 2001: 95).
Dalam penelitian ini Peneliti melakukan tanya jawab secara
langsung dan mendalam dengan pimpinan redaksi surat kabar Harian
Jogja sebagai pihak yang beriklan dan juga dengan tim kreatif sebuah
agency yang terlibat dan memiliki kaitan dengan pembuatan iklan
ini.
b. Dokumentasi
Mengumpulkan data yang berupa foto, gambar dan yang
berhubungan dengan produk yang diiklankan. Jadi penggunaan
dokumen adalah suatu cara pengumpulan data atau informasi dengan
membaca atau mempelajari data yang bersifat dokumentatif yang
dapat diperoleh dari perusahaan guna melengkapi data dari
wawancara. Data yang diperoleh dari berbagai pustaka yang
berhubungan dengan penelitian seperti buku, koran, majalah ataupun
brosur dari perusahaan yang bersangkutan (Dedy Mulyana, 2001:
195).
5.
Teknik Analisis Data
41 Dalam penelitian ini, data yang diperoleh akan dianalisa secara
kualitatif. Teknik ini digunakan untuk menganalisis secara spesifik dan
mendalam terhadap data yang ada yang berkaitan dengan penelitian ini
yaitu Strategi Kreatif Iklan Layanan Masyarakat Harian Jogja. Metode
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati (Moloeng, 1996: 3).
Data dalam penelitian ini bersifat kualitatif, maka teknik
pengolahan data yang digunakan adalah analisis data. Dimana kualitatif
merupakan deskriptif yang menjelaskan eksistensi permasalahan atau
fenomena dengan cara menggambarkan secara sistematis yang bersifat
kualitatif yang terkait dengan permasalahan serta memuat penjelasan
tentang proses-proses yang terjadi di lingkungan setempat.
langkah-langkah dalam pengumpulan data hingga pengambilan
keputusan adalah sebagai berikut :
a. Pengumpulan data
Adalah data penelitian yang akan di peroleh dengan menggunakan
beberapa teknik yang sesuai seperti: wawancara mendalam,
pengamatan langsung atau observasi dan di dokumentasi yang di
peroleh dari penelitian.
b. Reduksi data
Yaitu sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian, pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data ‘kasar’
42 yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Data-data
yang telah terkumpul dikelompokkan secara sistematis untuk
mempermudah proses penelitian.
c. Penyajian data
Penyajian dengan menggambarkan fenomena atau keadaan sesuai
dengan data yang telah direduksi.
d. Kesimpulan
Data-data yang disajikan kemudian dibuat suatu kesimpulan yang
menyatukan semua data.
e. Triangulasi data
Triangulasi data merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu. Teknik
triangulasi data yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan
melalui sumber lainnya.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi
dengan sumber data, yaitu dengan membandingkan data,
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang di
peroleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode
kualitatif (Moloeng, 1996: 65). Hal ini dapat dicapai dengan cara:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang didepan
umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.
43 3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang
situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
4. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang berkaitan.
Dalam hal ini, jangan sampai banyak mengharapkan bahwa
hasil perbandingan tersebut merupakan kesamaan pendangan,
pendapat, atau pemikiran. Yang penting disini adalah bisa
mengetahui
adanya
alasan-alasan
tersebut (Moloeng 1996: 65).
44 terjadinya
perbedaan
Download