Judul Media : Flu Musiman Mendera Warga : Republika Wartawan 12 Tanggal : Mar Nada Pemberitaan 2016 Halaman : 1 : c32/c35 ed ferry kisi handi : Negatif Flu Musiman Mendera Warga W1LDAF1ZRIYANI JAKARTA-Kementerian Kesehatan (Ke-menkes) mengungkapkan, flu musiman menjadi penyakit yang paling banyak diderita masyarakat saat ini. Penyebab utamanya karena Indonesia sekarang berada dalam musim penghujan. Akhir-akhir ini, muncul kecenderungan berjangkitnya batuk dan flu disertai demam tinggi hingga 39 derajat Celsius. Inkubasi berlangsung cepat, hanya dalam waktu tiga jam langsung demam. Gejala ini terutama menyerang anak-anak. Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes Prof H M Subuh menjelaskan, banyaknya penderita penyakit ini bukan hanya karena cuaca. "Namun, ini berkaitan dengan daya tahan tubuh seseorang terhadap cuaca ini," ujarnya, kemarin. Subuh mengatakan, hal yang perlu dikhawatirkan saat mengalami flu adalah tumpangan penyakit lainnya. Dia mencontohkan diare, demam berdarah, tifus, infeksi dan sebagainya. Penyakit-penyakit tumpangan ini yang harus diperhatikan oleh masyarakat. Namun, di antara semua penyakit saat musim penghujan, Subuh menyatakan, penyakit virus kencing tikus atau leptospirosis yang perlu diwaspadai masyarakat. Penyakit ini menular dan akan lebih berkembang lagi saat musim penghujan. Masyarakat tampaknya belum terlalu mengenal penyakit tersebut Padahal, penyakit ini akan memiliki dampak dan bahaya besar jika telat dibawa ke rumah sakit. Leptospirosis tergolong penyakit hewan yang bisa menjangkiti manusia juga. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Leptospira berbentuk spiral yang menyerang hewan dan manusia. Bakteri ini dapat hidup di air tawar selama lebih kurang satu bulan. Gejala penyakitnya, yakni suhu badan panas selama dua sampai 10 hari. Gejala lainnya menggigil, sakit kepala dan otot pada betis, serta mata tampak merah atau kekuning-kuningan. Ia menambahkan, demam tinggi hingga 39 derajat Celsius dan inkubasi cepat dalam waktu tiga jam dianggap lumrah. Terkadang, beberapa orang bisa mengalami demam tinggi hingga mencapai 40 sampai 41 derajat Celsius. Masalah inkubasi atau masa virus di dalam tubuh menjadi penyakit, kata Subuh, waktunya sangat beragam. "Ada yang satu jam, dua jam, atau tiga jam, ada yang satu hari, tiga hari, bahkan lima tahun inkubasinya," ujar Subuh. Menurut dia, demam tinggi dapat menjadi indikasi berbagai penyakit. Dia mencontohkan penyakit demam berdarah dengue, flu, tifus, dan chikungunya. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor mengungkapkan, perubahan cuaca yang tidak menentu bisa mengakibatkan anak-anakmenderita batuk dan demam. Pengelola program ISPA Dinkes Kota Bogor Dwi Sutanto mengatakan, perubahan cuaca memang membuat anak-anak rentan. Mereka bisa menderita demam, batuk, dan pilek. Namun, perlu diwaspadai lagi jika ada tanda-tanda lain. Bila anak batuk, pilek, demam, disertai napas cepat atau sukar untuk bernapas, ada kemungkinan menderita pneumonia atau infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Petugas kesehatan, lanjut Dwi, harus mengenali mana anak-anak yang menderita gejala tersebut. "Ini .biasanya kalau infeksi paru yang disertai dengan napas cepat dan seperti untuk menarik napas sulit, diperlukan antibiotik." tuturnya. Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang Ni Wayan Manik menjelaskan, banyaknya batuk dan pilek belum bisa disebutwabah. Bisa dianggap wabah kalau muncul kejadian luar biasa dan menimbulkan malapetaka. Terdapat dua pertimbangan dalam menetapkan status wabah. Salah satunya, secara epi-demiologis, data penyakit menunjukkan meningkatnya angka pesakitan dan atau angka kematian. Faktor lain, terganggunya keadaan masyarakat. Menurut dia, adanya warga yang demam tinggi disertai batuk dan pilek merupakan sebuah gejala yang mengarah pada penyakit tertentu. "Itu baru gejala, bisa mengarah ke tifus atau ISPA yang saat ini memang sedang marak," katanya. Lebih lanjut, Manik menjelaskan, penyakit ISPA memang biasa terjadi pada musim penghujan. Per Februari 2016, jumlah pasien ISPA di Kabupaten Tangerang mencapai 25.231 orang. Sementara, pada Januari tercatat sebanyak 25.681 pasien ISPA. c32/c35 ed ferry kisi handi Kategori : 5.3 BUK , 5.5 P2PL , 5.6 Binfar , Dirjen P2P , Dirjen P2PL , Eselon I Farmalkes Eselon I Kesmas , Eselon I P2P , Eselon I Yankes , Farmalkes , Kementerian Kesehatan , Kesmas , Menteri Kesehatan , Nduga Papua , P2P , Yankes ,