A. PENDAHULUAN Perkembangan Information and Communication Technology (ICT) yang pesat telah membuka kesempatan bagi para pelaku bisnis yang tanggap atas moderenisasi teknologi untuk memperkuat/mengembangkan lini bisnisnya melalui implementasi e-Bussines. Berkembangnya e-Business dimotori oleh semakin meluasnya jangkauan ICT yang direpresentasikan oleh internet. Aktivitas bisnis yang dilakukan melalui internet dan teknologi berbasis jaringan selain mampu menekan biaya operasional, dapat pula meningkatkan produktivitas dan mendorong partisipasi pihak yang terkait (baik pengguna maupun pelanggan) yang lebih banyak dan cepat sehingga terbentuk komunikasi yang baik. Berkaca pada perusahaan-perusahaan asing kini sangat ekspansif berinvestasi di sejumlah negara di Asia Tenggara, antara lain Samsung, LG, dan ZTE. Perlu diketahui bahwa ekspansi ke negara lain merupakan suatu keputusan strategis yang membutuhkan pertimbangan kompleks karena perusahaan harus memobilisasi sebagian sumberdayanya yang terbatas ke daerah baru dan resiko akan selalu mebayangi setiap tindakan yang dilakukan. Sebagai upaya mengelola resiko yang mungkin terjadi, penerapan konsep e-Business yang terintegrasi dalam sistem manajemen korporasinya merupakan hal yang wajib. Menurut Kalakota dan Robinson (2000), e-business memperlakukan dan telah memulai mencari strategi digital yang lebih efisien untuk meningkatkan pelayanan konsumen, mengintergasikan value chain dan mempercepat arus informasi. Dampak ebusiness tercermin dari hubungan antar lokasi bisnis yang terkoordiansi secara baik, dalam hal jenis produk, jumlah produksi, omzet, jumlah ekspor, hingga peraturan-peraturan lain yang berlaku B. HUBUNGAN ICT DAN E-BUSINESS Pada dasarnya e-business dan ICT merupakan dua hal yang saling beririsan karena keduanya saling mendukung untuk keberlangsungan suatu proses bisnis, terutama dalam aktivitas bisnis berskala besar dan kompleks. Namun demikian, e-business lebih erat kaitannya dalam penggunaan jaringan internet untuk menghubungkan konsumen, pegawai dan pemasok. Menurut Shalahudding (2008), e-business dapat menjadi aset yang stategis dan menjadi keunggulan suatu organisasi apabila mampu dimanfaatkan dengan baik dan tepat. E-business mampu meningkatkan keuntungan operasional apabila dapat terkait langsung dengan konsumen, pemasok dan pegawai agar dapat berkolaborasi mendukung proses bisnis utama. Proses bisnis utama pada suatu organisasi biasanya terkait dengan fungsi-fungsi pada model Porter’s value chain. 1|Halaman Pemanfaatan ICT dan e-business yang tepat telah terbukti memberikan keuntungan pada penyelenggaraan proyek negara, pemerintah Brazil mampu menghemat US$ 1.5 juta pada dua tahun pertama penerapan web-based online procurement system, dan berhasil mengurangi keterlambatan proses dari dua bulan menjadi kurang dari 15 hari kerja. Pada taraf organisasi, ICT memfasilitasi terjadinya komunikasi internal secara lebih cepat dan pengelolaan sumberdaya yang lebih efisien. Transfer informasi melalui shared electronic files dan jaringan komputer meningkatkan efisiensi proses bisnis seperti dokumentasi, proses data dan fungsi-fungsi administrasi lain. Lebih jauh lagi, ICT juga menyediakan aplikasi seperti Knoweledge Management System (KMS) dan Enterprise Resource Planning (ERP) yang memungkinkan organisasi untuk menyimpan, sharing, dan menggunakan knowledge dan know how yang didapat. Sebagi contoh, database pelanggan dilengkapi dengan sejarah mengenai korespondensi yang biasa dilakukan pelanggan, hal ini membantu manajer dan pegawai untuk merespon secara efektif permintaan pelanggan. Pada tingkat aktifitas yang lebih tinggi, penggunaan internet dan e-commerce berpotensi menekan biaya transaksi, meningkatkan kecepatan dan reliabilitas transaksi, serta memperoleh nilai maksimum dari transaksi pada value chain mereka (OECD, 2002a). Mereka dapat pula menekan inefisiensi yang disebabkan oleh kurangnya koordinasi antar rantai pasokan. Interaksi B2B melalui internet dapat dilakukan secara real-time sehingga mengurangi informasi yang tidak sinkron antara pembeli dan pemasok serta membangun hubungan antar rekan dagang (moodley, 2002). C. APLIKASI E-BUSINESS E-business dapat dilakukan melalui web, internet, intranet, ekstranet atau kombinasi dari beberapa kanal tersebut. Software khusus e-business mampu menjamin integrasi proses bisnis baik internal maupun lintas perusahaan sesuai dengan kanal yang digunakan. E-business melibatkan proses bisnis menyeluruh di seluruh value chain baik itu electronic purchasing, supply chain 2|Halaman management, memproses pesanan secara elektronik, menangani pelayanan customer, dan bekerjasama dengan rekan bisnis. C.1. Consumer Relationship Management (CRM) Menurut Kalakota dan Robinson (2001), CRM adalah integrasi dari strategi penjualan, pemasaran, dan pelayanan yang terkoordinasi. Pengertian lain mengatakan bahwa ia adalah sebuah sistem informasi yang terintegrasi yang digunakan untuk merencanakan, menjadwalkan, dan mengendalikan aktivitas-aktivitas prapenjualan dan pasca penjualan dalam sebuah organisasi. CRM melingkupi semua aspek yang berhubungan dengan calon pelanggan dan pelanggan saat ini, termasuk di dalamnya adalah pusat panggilan (call center), tenaga penjualan (sales force), pemasaran, dukungan teknis (technical support) dan layanan lapangan (field service). Dapat disimpulkan bahwa CRM merupakan strategi dan usaha untuk menjalin hubungan dengan pelanggan dan memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pelanggan. C.1.1. Sasaran dan Tujuan Sasaran utama dari CRM adalah untuk meningkatkan pertumbuhan jangka panjang dan profitabilitas perusahaan melalui pengertian yang lebih baik terhadap kebiasaan (behavior) pelanggan. CRM bertujuan untuk menyediakan umpan balik yang lebih efektif dan integrasi yang lebih baik dengan pengendalian Return On Investment (ROI) di area ini. Otomasi Tenaga Penjualan (Sales Force Automation/SFA), yang mulai tersedia pada pertengahan tahun 80-an adalah komponen pertama dari CRM. SFA membantu para sales representative untuk mengatur account dan track opportunities mereka, mengatur daftar kontak yang mereka miliki, mengatur jadwal kerja mereka, memberikan layanan training online yang dapat menjadi solusi untuk training jarak jauh, serta membangun dan mengawasi alur penjualan mereka, dan juga membantu mengoptimalkan penyampaian informasi dengan news sharing. SFA, call center dan operasi lapangan otomatis ada dalam jalur yang sama dan masuk pasaran pada akhir tahun 90-an mulai bergabung dengan pasar menjadi CRM. Sama seperti ERP (Enterprise Resource Planning), CRM adalah sistem yang sangat komprehensif dengan banyak sekali paket dan pilihan. Merujuk kepada Glen Petersen, penulis buku "ROI: Building the CRM Business Case," sistem CRM yang paling sukses ditemukan dalam organisasi yang menyesuaikan model bisnisnya untuk profitabilitas, bukan hanya merancang ulang sistem informasinya. CRM mencakup metoda dan teknologi yang digunakan perusahaan untuk mengelola hubungan mereka dengan pelanggan. Informasi yang disimpan untuk setiap 3|Halaman pelanggan dan calon pelanggan dianalisa dan digunakan untuk tujuan ini. Proses otomasi dalam CRM digunakan untuk menghasilkan personalisasi pemasaran otomatis berdasarkan informasi pelanggan yang tersimpan di dalam sistem. Menurut Kalakota dan Robinson (2001), tujuan CRM adalah sebagai berikut : a. Menggunakan hubungan dengan pelanggan untuk meningkatkan keuntungan perusahaan b. Menggunakan informasi untuk memberikan pelayanan yang memuaskan c. Mendukung proses penjualan berulang kepada pelanggan C.1.2. Fungsi-fungsi CRM Sebuah sistem CRM harus bisa menjalankan fungsi: a) Mengidentifikasi faktor-faktor yang penting bagi pelanggan. b) Mengusung falsafah customer-oriented (customer centric) c) Mengadopsi pengukuran berdasarkan sudut pandang pelanggan d) Membangun proses ujung ke ujung dalam melayani pelanggan e) Menyediakan dukungan pelanggan yang sempurna f) Menangani keluhan/komplain pelanggan g) Mencatat dan mengikuti semua aspek dalam penjualan h) Membuat informasi holistik tentang informasi layanan dan penjualan dari pelanggan 4|Halaman C.1.3. Tahapan CRM a) ACQUIRE (mendapatkan pelanggan baru) Tahap ini berorientasikan pasar dengan tujuan meraih pelanggan baru melalui kemudahan pengaksesan informasi dan pelayanan yang menarik. b) RETAIN (mempertahankan pelanggan) Tahap ini berusaha mempertahankan shareholder yang dimiliki (pelanggan) dengan menciptakan value perusahaan di mata pelanggan dan berusaha meraih loyalitasnya c) EXTEND (memperluas pelanggan) Tahap ini memanfaatkan inovasi teknologi informasi untuk dapat memperluas pelanggan C.1.4. Klasifikasi CRM a) CRM operasional i. Terkonsentrasi pada kolekting data dan praktisi strategi ii. Mencakup proses otomatisasi yang terintegrasi dari keseluruhan proses bisnis, seperti otomatisasi pemasaran, penjualan, dan pelayanan iii. Berperan dalam interaksi dengan pelanggan. Dikenal sebagai front office perusahaan iv. Contoh : Aplikasi Web b) CRM analitik i. Terkonsentrasi pada pemrosesan data dan format strategi 5|Halaman ii. Berperan dalam memahami kebutuhan pelanggan dan melaksanakan analisis pelanggan dan pasar, seperti analisis trend pasar dan analisis perilaku pelanggan iii. Dikenal sebagai back office perusahaan iv. Input data berasal dari CRM operasional c) CRM kolaborasi i. Facilitates interactions with customers through all channels (personal, letter, fax, phone, web, e-mail) and supports co-ordination of employee teams and channels ii. Dengan CRM kolaborasi ini setiap orang, proses dan data terintegrasi sehingga perusahaan dapat lebih baik melayani dan mempertahankan pelanggan iii. Benefit dari CRM kolaborasi: Interaksi dengan pelanggan produktif dan efisien Biaya customer service dapat dikurangi Memungkinkan interaksi multi channel dengan pelanggan secara personal C.1.5. Metode Implementasi CRM a) On-premise CRM, cocok untuk perusahaan yang : i. Ingin mengimplementasikan highly customized customer-management practices ii. Membutuhkan data spesialis yang terstruktur iii. Mempunyai kebutuhan integrasi yang kompleks & real time serta didukung sistem in-house IT resources iv. Mampu menanggulangi modal investasi awal dan biaya tetap lainnya v. Berhadapan dengan data sensitif yang tidak boleh dilihat perusahaan lain b) On-demand/hosted CRM cocok untuk perusahaan yang: i. Ingin mengimplementasikan proses standar dari varietas industri dan perusahaan ii. Mampu menggunakan struktur data standar iii. Mempunyai kebutuhan integrasi dasar iv. Personal dan tenaga teknikalnya terbatas v. Mencari harga bervariasi dan biaya inisiasi lebih rendah vi. Berhadapan dengan data non-proprietary 6|Halaman C.1.6. Keunggulan CRM a) Meningkatkan akses ke informasi mengenai pelanggan b) Pelayanan pelanggan yang lebih baik c) Respon yang lebih cepat ke kebutuhan pelanggan d) Meningkatkan kepuasan pelanggan e) Mempertahankan loyalitas pelanggan C.2. Supply Chain Management (SCM) Manajemen Rantai Suplai (Supply chain management) adalah sebuah proses payung di mana produk diciptakan dan disampaikan kepada konsumen dari sudut struktural. Sebuah supply chain (rantai suplai) merujuk kepada jaringan yang rumit dari hubungan yang mempertahankan organisasi dengan rekan bisnisnya untuk mendapatkan sumber produksi dalam menyampaikan kepada konsumen (Kalakota, 2001). Tujuan yang hendak dicapai dari setiap rantai suplai adalah untuk memaksimalkan nilai yang dihasilkan secara keseluruhan (Chopra, 2001, h5). Rantai suplai yang terintegrasi akan meningkatkan keseluruhan nilai yang dihasilkan oleh rantai suplai tersebut. Manajemen Rantai Suplai adalah koordinasi dari bahan, informasi dan arus keuangan antara perusahaan yang berpartisipasi. Manajemen rantai suplai bisa juga berarti seluruh jenis kegiatan komoditas dasar hingga penjualan produk akhir ke konsumen untuk mendaur ulang produk yang sudah dipakai. a) Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen melalui rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur ulang dan pembuangan. b) Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan status pesanan, arus ini berjalan dua arah antara konsumen akhir dan penyedia material mentah. c) Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal pembayaran dalam penetapan kepemilikandan pengiriman (Kalakota, 2001) 7|Halaman Menurut Turban, Rainer, Porter (2004), terdapat 3 macam komponen rantai suplai, yaitu: a) Rantai Suplai Hulu/Upstream Supply Chain Bagian upstream (hulu) supply perusahaan manufaktur dengan chain para meliputi penyalurannya aktivitas (yang dari suatu mana dapat manufaktur, assembler, atau kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada pada penyalur mereka (para penyalur second-trier). Hubungan para penyalur dapat diperluas kepada beberapa strata, semua jalan dari asal material (contohnya bijih tambang, pertumbuhan tanaman). Di dalam upstream supply chain, aktivitas yang utama adalah pengadaan. b) Manajemen Internal Suplai Rantai/Internal Supply Chain Management Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses pemasukan barang ke gudang yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam keluaran organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu masukan masuk ke dalam organisasi. Di dalam rantai suplai internal, perhatian yang utama adalah manajemen produksi, pabrikasi, dan pengendalian persediaan. c) Segmen Rantai Suplai Hilir/Downstream Supply Chain Segment Downstream (arah muara) supply chain meliputi semua aktivitas yang melibatkan pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam downstream supply chain, perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan, transportasi, dan after-sales-service. C.2.1. Permasalahan SCM Manajemen suplai rantai harus memasukan problem dibawah: a) Distribusi Konfigurasi Jaringan Jumlah dan lokasi supplier, fasilitas produksi, pusat distribusi ( distribution centre/D.C.), gudang dan pelanggan. 8|Halaman b) Strategi Distribusi Sentralisasi atau desentralisasi, pengapalan langsung, Berlabuh silang, strategi menarik atau mendorong, logistik orang ke tiga. c) Informasi Sistem terintregasi dan proses melalui rantai suplai untuk membagi informasi berharga, termasuk permintaan sinyal, perkiraan, inventaris dan transportasi dsb. d) Manajemen Inventaris Kuantitas dan lokasi dari inventaris termasuk barang mentah, proses kerja, dan barang jadi. e) Aliran dana Mengatur syarat pembayaran dan metodologi untuk menukar dana melewati entitas di dalam rantai suplai. Eksekusi rantai suplai ialah mengatur dan koordinasi pergerakan material, informasi dan dana di antara rantai suplai tersebut. Alurnya sendiri dua arah. C.2.2. Aktivitas/Fungsi SCM Manajemen rantai suplai ialah pendekatan antar-fungsi (cross functional) untuk mengatur pergerakan material mentah kedalam sebuah organisasi dan pergerakan dari barang jadi keluar organisasi menuju konsumen akhir. Sebagaimana korporasi lebih fokus dalam kompetensi inti dan lebih fleksibel, mereka harus mengurangi kepemilikan mereka atas sumber material mentah dan kanal distribusi. Fungsi ini meningkat menjadi kekurangan sumber ke perusahaan lain yang terlibat dalam memuaskan permintaan konsumen, sementara mengurangi kontrol manajemen dari logistik harian. Pengendalian lebih sedikit dan partner rantai suplai menuju ke pembuatan konsep rantai suplai. Tujuan dari manajemen rantai suplai ialah meningkatkan kepercayaan dan kolaborasi di antara rekanan rantai suplai, dan meningkatkan inventaris dalam kejelasannya dan meningkatkan percepatan persediaan. Secara garis besar, fungsi manajemen ini bisa dibagi tiga, yaitu distribusi, jejaring dan perencaan kapasitas, dan pengembangan rantai suplai. Beberapa model telah diajukan untuk memahami aktivitas yang dibutuhkan untuk mengatur pergerakan material di organisasi dan batasan fungsional. SCOR adalah model manajemen rantai suplai yang dipromosikan oleh Majelis Manajemen Rantai Suplai. Model lain ialah SCM yang diajukan oleh Global Supply Chain Forum (GSCF). Aktivitas suplai rantai bisa dikelompokan ke tingkat strategi, taktis, dan operasional. 9|Halaman C.2.3. Strategis Penerapan SCM a) Optimalisasi jaringan strategis, termasuk jumlah, lokasi, dan ukuran gudang, pusat distribusi dan fasilitas b) Rekanan strategis dengan pemasok suplai, distributor, dan pelanggan, membuat jalur komunikasi untuk informasi amat penting dan peningkatan operasional seperti cross docking, pengapalan langsung dan logistik orang ketiga c) Rancangan produk yang terkoordinasi, jadi produk yang baru ada bisa diintregasikan secara optimal ke rantai suplai,manajemen muatan d) Keputusan dimana membuat dan apa yang dibuat atau beli e) Menghubungkan strategi organisasional secara keseluruhan dengan strategi pasokan/suplai C.2.4. Taktis a) Kontrak pengadaan dan keputusan pengeluaran lainnya b) Pengambilan Keputusan produksi, termasuk pengontrakan, lokasi, dan kualitas dari inventori c) Pengambilan keputusan inventaris, termasuk jumlah, lokasi, penjadwalan, dan definisi proses perencanaan. d) Strategi transportasi, termasuk frekuensi, rute, dan pengontrakan e) Benchmarking atau pencarian jalan terbaik atas semua operasi melawan kompetitor dan implementasi dari cara terbaik diseluruh perusahaan f) Gaji berdasarkan pencapaian C.2.5. Operasional a) Produksi harian dan perencanaan distribusi, termasuk semua hal di rantai suplai b) Perencanaan produksi untuk setiap fasilitas manufaktru di rantai suplai (menit ke menit) c) Perencanaan permintaan dan prediksi, mengkoordinasikan prediksi permintaan dari semua konsumen dan membagi prediksi dengan semua pemasok d) Perencanaan pengadaan, termasuk inventaris yang ada sekarang dan prediksi permintaan, dalam kolaborasi dengan semua pemasok e) Operasi inbound, termasuk transportasi dari pemasok dan inventaris yang diterima f) Operasi produksi, termasuk konsumsi material dan aliran barang jadi (finished goods) g) Operasi outbound, termasuk semua aktivitas pemenuhan dan transportasi ke pelanggan 10 | H a l a m a n h) Pemastian perintah, penghitungan ke semua hal yang berhubungan dengan rantai suplai, termasuk semua pemasok, fasilitas manufaktur, pusat distribusi, dan pelanggan lain C.2.6. Strukturisasi dan Tiering Jika dilihat lebih dekat pada apa yang terjadi dalam kenyataannya, istilah rantai suplai mewakili sebuah serial sederhana dari hubungan antara komoditas dasar dan produk akhir. Produk akhir membutuhkan material tambahan kedalam proses manufaktur. C.2.7. Arus Material dan Informasi Tujuan dalam rantai suplai ialah memastikan material terus mengalir dari sumber ke konsumen akhir. Bagian-bagian (parts) yang bergerak di dalam rantai suplai haruslah berjalan secepat mungkin. Dan dengan tujuan mencegah terjadinya penumpukan inventori di satu lokal, arus ini haruslah diatur sedemikian rupa agar bagian-bagian tersebut bergerak dalam koordinasi yang teratur. Istilah yang sering digunakan ialah synchronous. Terkadang sangat susah untuk melihat sifat arus "akhir ke akhir" dalam rantai suplai yang ada. Efek negatif dari kesulitan ini termasuk penumpukan inventori dan respon tidak keruan pada permintaan konsumen akhir. Jadi, strategi manajemen membutuhkan peninjauan yang holistik pada hubungan suplai. Teknologi informasi memungkinkan pembagian cepat dari data permintaan dan penawaran. Dengan membagi informasi di seluruh rantai suplai ke konsumen akhir, kita bisa membuat sebuah rantai permintaan, diarahkan pada penyediaan nilai konsumen yang lebih. Tujuannya adalah mengintegrasikan data permintaan dan suplai jadi gambaran yang akuarasinya sudah meningkatdapat diambil tentang sifat dari proses bisnis, pasar dan konsumen akhir. Integrasi ini sendiri memungkinkan peningkatan keunggulan kompetitif. Jadi dengan adanya integrasi ini dalam rantai suplai akan meningkatkan ketergantungan dan persediaan minimum. C.3. Enterprise Resource Planning (ERP) ERP (Enterprice Resource Planning) adalah suatu cross-functional atau sistem informasi yang diperuntukkan bagi perusahaan manufaktur maupun jasa guna mengintegrasikan dan mengotomasikan proses bisnis di dalam pabrik, logistik, distribusi, akuntansi, keuangan, dan sumber daya manusia. Implementasi ERP merupakan investasi dan juga tulang punggung perusahaan guna meningkatkan efisiensi kinerja serta mengembangkan bisnis. 11 | H a l a m a n Pada prinsipnya dengan sistem ERP, sebuah industri atau perusahaan dapat berjalan secara optimal dan dapat mengurangi biaya-biaya operasional yang tidak efisien, seperti biaya inventory maupun biaya kerugian akibat kesalahan teknis. ERP berkembang dari Manufacturing Resource Planning (MRP II), yaitu merupakan hasil evolusi dari Material Requirement Planning (MRP) yang berkembang sebelumnya. Sistem ERP secara modular biasanya mengangani proses manufaktur, logistik, distribusi, persediaan, pengapalan, dan akunting perusahaan. Artinya bahwa sistem ini kemudian akan membantu mengontrol seluruh aktivitas bisnis seperti penjualan, pengiriman, produksi, manajemen persediaan, manajemen kualitas dan sumber daya manusia. Pendekatan pada sistem ERP dalam aplikasi bisnis pembelian dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu: Pertama, modul ERP terintegrasi, terutama pada suatu definisi umum dan database umum. Suatu transaksi diproses di dalam satu area, seperti penerimaan pesanan, dampak transaksi ini dengan seketika dapat dicerminkan di dalam semua area lain yang berhubungan, seperti agenda produksi akuntansi, suatu pembelian. Kedua, modul ERP telah dirancang untuk mencerminkan cara tertentu dalam melakukan suatu satuan proses bisnis tertentu. Sistem ERP didasarkan pada suatu pandangan terhadap nilai bisnis, dimana departemen fungsional yang mengkoordinir pekerjaan mereka. Untuk menerapkan suatu sistem ERP, selanjutnya, suatu perusahaan mengubah proses bisnisnya. Jika perusahaan membeli suatu sistem ERP, perusahaan harus mengubah prosesnya agar dapat sesuai dengan paket software yang digunakan. Perusahaan menyesuaikan diri dengan paket software ERP dan sebaliknya. Tujuan ERP system adalah memberikan satu aplikasi tunggal yang bekerja secara terintegrasi yang meliputi berbagai divisi dalam perusahaan, seperti planning, marketing, manufacturing, sales, finance, purchasing, Human Resource. 12 | H a l a m a n C.3.1. Keuntungan Implementasi ERP Keuntungan implementasi ERP bagi PT. XYZ adalah: a) ERP membantu memperlancar proses bisnis dan membuatnya jadi lebih mudah, murah, cepat dan efisien. b) Mengurangi biaya-biaya berupa penghematan biaya operasional PT. XYZ. Hal ini disebabkan karena sistem ERP sudah didesain sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi dan menghilangkan duplikasi data. c) Pengambilan keputusan, Sistem ERP yang merupakan sistem yang mengintegrasikan seluruh data dan informasi sangat membantu PT. XYZ dalam pengambilan keputusan, terutama apabila akan muncul masalah dalam PT. XYZ maka dengan cepat mereka dapat mengetahuinya dan segera mencari dan mengambil keputusan guna memecahkan masalah tersebut. d) Meningkatkan etos kerja karyawan, karena proses kerja tersusun sesuai dengan standar operasi perusahaan yang sudah dibakukan. e) Meningkatkan jumlah penjualan, karena sistem ERP ini membantu dalam keluar masuknya arus barang. f) Menambah daya saing perusahaan, karena ERP membantu dalam distribusi produk XYZ dengan memberikan informasi yang cepat dan akurat bagi konsumen. g) Mengurangi kecurangan dan biaya dengan menghapuskan aktifitas yang tidak memiliki nilai tambah. Manfaat yang diperoleh PT. XYZ dengan penerapan ERP sistem dalam proses bisnisnya antara lain: a) Kecepatan informasi lebih dari 1 bagian ke bagian lain serta mampu menambah jam kerja. Contohnya: i. Keberhasilan dalam memengkas lama barang di gudang dari 180 hari menjadi 110 hari. Seperti pada saat ada perubahan inventory seehingga tidah terjadi off production (terhentinya kegiatan oprasional atau produksi perusahaan) ii. Laporan konsolidasi bulanan yang tadinya telat 10 hari, kini dapat dilaporkan tiap tanggal 4 (sebelumnya selesai pada tanggal 10 atau 12 pada bulan berikutnya). Artinya bahwa pihak manajemen mendapatkan informasi yang lebih cepat dan dapat mengetahui naik turunnya suatu produk secara detail. b) Meningkatkan kepuasan konsumen Kebutuhan informasi antar kantor cabang XYZ sudah online, termasuk juga online dengan bagian produksi. Dari segi keuangan, tiap-tiap divisi atau bisnis 13 | H a l a m a n unit yang ada tidak perlu menunggu lama untuk memperoleh memo dari bagian keuangan. Hal ini karena proses approval yang langsung dapat dicek oleh pimpinan via jaringan elektronik. c) Mempercepat proses order dari distributor sehingga membantu meningkatkan penjualan obat. d) Adanya Batch Number yang mengikuti mekanisme cara pembuatan obat (CPO) yang benar, berguna untuk: i. Menelusuri hingga bahan baku apabila terjadi kesalahan atau masalah dengan produksi. ii. Mendeteksi produk yang mendekati kadaluarsa obat maupun makanan kesehatan. C.3.2. Kendala Implementasi ERP Dalam menjalankan bisnisnya, PT Kalbe menemui beberapa kendala terutama dalam penerapan ERP. Kendala yang ditemui PT. XYZ dalam implementasi ERP, yakni: a. Biaya yang tinggi Biaya implementasi ERP yang sangat bervariasi dari ribuan dollar hingga jutaan dollar, serta biaya Business Process Re-engineering yang sangat tinggi. b) Perangkat keras dan lunak merupakan bagian kecil dari total biaya. Manajemen PT. XYZ menganggarkan US$500.000 untuk sistem dan Rp. 2-3 Milyar untuk perangkat keras. Ini ditujukan agar keuntungan yang akan diperoleh semakin tinggi. c) Mengenai change management terkait proses pemeliharaan dan pengembangan serta pendamping pada saat proses penerapan ERP di PT. XYZ. d) Resiko yang tinggi Jika terjadi kegagalan dalam implementasi ERP maka akan menimbulkan resiko yang sangat tinggi yang kemudian akan membahayakan bahkan membunuh bisnis yang bersangkutan. Cara yang dilakukan PT. XYZ dalam menyikapi kendala-kendala yang dihadapi adalah: a) Melakukan Risk Assesment dengan melakukan pemetaan titik-titik yang dianggap rawan jika terjadi suatu musibah. b) Membangun sebuah Disaster Recovery Center untuk menghindari kejadiankejadian yang tidak diinginkan seperti kebakaran maupun gempa bumi atau lainnya yang dimana sebelumnya telah dilakukan kegiatan risk assesment untuk 14 | H a l a m a n memlih lokasi yang tepat. XYZ menggunakan Key Perfomance Indikator untuk menilai kinerja para vendor yang pengukurannya didasarkan atas 5 parameter, yaitu right delivery, right quality, right quantity, right price dan right service. C.3.3. Keuntungan ERP bagi Perusahaan Mempergunakan sebuah sistem ERP dapat memberikan banyak keuntungan, baik langsung maupun tidak langsung. Fan, et al dalam Yahaya Yusuf, et al (2006) menyatakan ERP merupakan fungsi sistem aplikasi software yang dapat membantu organisasi dalam mengendalikan bisnis yang lebih baik karena dapat mengurangi tingkat stok dan inventori, meningkatkan perputaran stok, mengurangi cycle time order, meningkatkan produktivitas, komunikasi lebih baik serta berdampak pada peningkatan benefit (keuntungan) perusahaan. Menurut Leon (2005) yang hampir sama dengan Fan, et al menyatakan bahwa ERP mempunyai keuntungan yakni : Pengurangan lead-time, pengiriman tepat waktu, pengurangan dalam waktu siklus, kepuasan pelanggan yang lebih baik, kinerja pemasok yang lebih baik, peningkatan fleksibilitas, pengurangan dalam biaya-biaya kualitas, penggunaan sumber daya yang lebih baik, peningkatan akurasi informasi dan kemampuan pembuatan keputusan. D. SARANA KOMUNIKASI DAN KOLABORASI BISNIS E-business dapat diterapkan melalui berbagai sarana komunikasi untuk menjamin terbangunnya kolaborasi yang baik. Adapun beberapa saran komunikasi dan kolaborasi berdasarkan waktu dan lokasi komunikan, antara email, VoIP, dan video conference. Grudin memplotkan telah mengklasifikasikan sarana komunikasi yang dapat dipakai berdasarkan waktu dan tempat. Same Place Same Time Different Time Different Time, Not Known Meeting Room Work Shift Team Rooms Different Places, Known Tele/Video/Desktop Conferencing, Instant Messaging E-Mail Collaborative Writing, Discussion Forum Different Places, Unknown Interactive Multicast Seminar, Instant Messaging Bulletin Board Workflow 15 | H a l a m a n E. KESIMPULAN DAN SARAN E.1. Kesimpulan Perlahan namun pasti E-business mulai merevolusi aktivitas bisnis konvensional yang sebelumnya resource intensive menjadi technology intensive. Kerasnya persaingan bisnis menuntut perusahaan untuk lebih sensitif terhadap perubahan yang mampu meningkatkan efisiensi waktu dan biaya secara signifikan. Terlebih lagi perusahaan yang bergelut dalam aktivitas bisnis yang kompleks dan berketelitian tinggi. Kombinasi ICT dan e-business menawarkan reliabilitas informasi yang cepat dan tepat bagi penggunanya. Kecepatan dan ketepatan informasi merupakan modal penting dalam peningkatan produktivitas dan membangun hubungan kerja yang baik antar stakeholders. E-business yang diterapkan dalam sebuah organisasi meliputi CRM, SCM, HRM, FCM, ERP, dsb yang saling berelasi satu sama lain untuk memberikan masukan bagi pengambil keputusan. Output yang dihasilkan umumnya berupa informasi digital, sehingga dapat diubah dari ke dalam berbagai bentuk keluaran. E.2. Saran Andam (2003) menyatakan bahwa perkembangan e-business di sebagian negara berkembang masih belum memuaskan karena beberapa hal, antara lain: a) Biaya akses internet yang masih tinggi, termasuk biaya layanan koneksi, biaya komunikasi, biaya hosting website dengan bandwidth yang memadai; b) Ketersediaan kartu kredit dan sistem perkartu-kreditan nasional yang masih terbatas; c) Belum berkembangnya infrastruktur transportasi yang berakibat keterlambatan dan ketidaktentuan pengiriman barang dan jasa d) Masalah keamanan jaringan dan jaminan keamanan yang kurang memadai; e) Minimnya jumlah sumber daya manusia terampil dan kunci teknologi (seperti terbatasnya pekerja teknologi informasi yang professional); f) Pembatasan isi demi alasan kemanan nasional dan kebijakan public lain yang berdampak buruk bagi aktivitas bisnis berbasis pelayanan informasi, seperti media dan sektor hiburan; g) Masalah lintas batas, seperti pengenalan transaksi atas ketentuan hukum dan peraturan lain seperti keanggotaan ASEAN, sertifikasi pelayanan, peningkatan metode pengiriman dan fasilitasi bea cukai; dan h) Rendahnya upah tenaga kerja yang pada akhirnya menempatkan bahwa perubahan menuju aktivitas baru (e-busness) menjadi pilihan yang kurang menarik (capital intensive). 16 | H a l a m a n DAFTAR PUSTAKA Amit, Raphael and Christoph Zott. 2001. Value Creation in E-Business. Strategic Management Journal 22: 493–520. Diakses http://uazuay.edu.ec/bibliotecas/e- business/Value_Creation_in_E-Business.pdf pada tanggal 10 Juli 2011. Andam, Zoraya Ruth. 2003. E-Commerce and E-Business. E-Asean Task Force. Diakses http://www.apdip.net/publications/iespprimers/eprimer-ecom.pdf pada tanggal 10 Juli 2011 Anonymous. 2004. ICT, E-Business, and SMEs. OECD. Diakses http://www.oecd.org/dataoecd/32/28/34228733.pdf pada tanggal 13 Juli 2011 Kalakota, Ravi dan Marcia Robinson. 2001. E-Business 2.0: Roadmap for Success. Atlanta: AddisonWesley Professional. Kalakota, Ravi and Marcia Robinson. 2000. E-Business 2.0: Looking Over The New Horizon. Diakses http://files.myopera.com/Alibobo/blog/e-Biz2.pdf?1310285850 pada pada tanggal 10 Juli 2011. Shalahuddin, M. 2008. Keterkaitan Sistem Informasi dengan E-Business. Diakses http://uazuay.edu.ec/bibliotecas/e-business/Value_Creation_in_E-Business.pdf pada tanggal 13 Juli 2011. 17 | H a l a m a n