DESIGN AND MANUFACTURING ELECTRONICS CONTROL OF BROWN GAS ELECTROLYZER SYSTEM Rasiawan, I Nyoman Sutantra, Bambang Sampurno Jurusan Teknik Mesin Kampus ITS, Sukolilo, Surabaya, 60111 ABSTRACT The results of water electrolysis from brown gas system have been applied for car and improve fuel efficiency. Water was also included in the gas product which it decreased temperature and NOx emission. Unfortunately gas flow rate was constant at all engine speed which may be disturbed burning process at low speed because water became too much in the block cylinder. This experiment measured a lot of parameters of electrolysis process which near optimum value. Voltage varied from 1.3 to 3 volt for 1 sell, electrode current density under 0.2 A/cm2 and electrolyte concentration varied from 20 to 40%. Electronics controller of electrolysis has been made with them based on engine speed with power consumption varied from 0 to 93.6 Watt through PWM control duty. Gas product capacity obtained from 0 to 6.5 ml/s and water included from 0 to 26.7 mg/s. The controller was able to adjusted turn current at specific speed engine. The brown gas system obtained 1 6 from control target on the best power condition but was able to reduce over capacity of water in cylinder block at low speed. The experiment result showed H2 and O2 gas production had ability to brought water molecules so it made AFR (Air Fuel Ratio) became rich or best power condition (with AFR 12.5 : 1). This condition can reduce NOx , CO and HC emission. Key Word: Electronics control, brown gas, AFR and gas emission. NOx hingga 82% dan torsinya menjadi lebih besar [6]. Injeksi air pada mesin spark ignition dapat menghilangkan detonasi dan mengurangi NOx lebih dari 50%, angka oktan naik dan meningkatkan kerja mesin anatara 30% sampai 50 %. Dengan sistem injeksi air dapat mendinginkan mesin karena panas laten air yang tinggi [7]. Eksperimen lebih lanjut dengan menambahkan air kedalam ruang bakar berhasil meningkatkan daya mesin yang semula 2000 HP menjadi 3800 HP [8]. Hidrogen maupun uap air dapat sekaligus muncul pada keluaran sistem Brown gas. Komponen utama sistem Brown gas terdiri dari tabung berisi air dengan katalis, elektroda katoda dan anoda serta suplai tegangan listrik. Kandungan katalisator, luas permukaan elektroda, besar arus dan besar tegangan, sangat berpengaruh terhadap hasil gas yang akan diinjeksikan. Jika arus dinaikkan dan menimbulkan panas, maka keluaran gas akan mengandung uap air. Sistem brown gas yang tidak dilengkapi dengan pengatur suplai gas hanya efektif pada kecepatan tertentu pada sisi lain kandungan uap air yang seharusnya juga dapat meningkatkan performa mesin, justru dapat mengganggu proses pembakaran jika rasionya tidak seimbang dengan jumlah bahan bakar, apalagi jika uap tersebut berubah menjadi cair. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh penambahan hidrogen atau air pada mesin motor bakar dengan variabel rasio dan kecepatan putar mesin serta bagaimana merancang suplai injeksi hidrogen dan air dengan Salah satu bentuk inovasi untuk efisiensi energi adalah menambahkan sistem Brown gas pada kendaraan. Sistem elektrolisis air yang ditambah katalisator (biasa disebut Brown gas) dapat menghasilkan hidrogen dan oksigen murni yang mempunyai nilai kalor dan oktan tinggi dan hasil pembakarannya tidak menimbulkan polusi. Apabila gas tersebut ditambahkan pada mesin bahan bakar solar atau bensin maka akan dapat meningkatkan kualitas pembakaran dikarenakan nilai oktan bahan bakar akan naik dan uap air yang terbentuk mampu mendinginkan mesin. Bahan bakar yang diperkaya hidrogen mampu menurunkan emisi gas NOx dan HC [1]. Mesin dengan bahan bakar konvensional yang diinjeksi hidrogen dapat menghilangkan knock dan backfiring[2]. Penelitian tersebut menerapkan tiga parameter perlakuan yaitu waktu pengapian, waktu injeksi dan rasio equivalen yang dioptimalkan sehingga mencapai efisiensi termal dan brake mean efective pressure yang baik serta emisi NOx rendah. Efek penambahan hidrogen pada mesin spark ignition (SI) dapat menaikkan efisiensi termal sebesar 14%, emisi NOx dapat berkurang hingga 95% [3]. kondisi pembakaran pada mesin spark ignition dioptimalkan dengan menambahkan hidrogen sebagai suplemen bahan bakar menaikkan efisiensi lebih dari 25% [4]. Metode lain untuk menaikkan performa kendaraan adalah dengan injeksi air kedalam saluran masuk suplai campuran bahan bakar-udara. Pada uji coba kendaraan 225 cc spark ignition memperoleh hasil penurunan emisi gas buang CO dan HC[5]. Pada mesin disel, injeksi air dapat mengurangi emisi 1 kesatuan. Sistem ini terdiri dari 4 tabung elektroliser dan 1 tabung bubler serta 1 ruang tempat unit kontrol elektronik. Sebagai tambahan dipasang tabung suplai air dengan dua pompa, mini kompresor dan selenoid valve pengendalian arus listrik yang optimal untuk berbagai kecepatan putaran mesin. Metodologi Langkah awal penelitian adalah mempelajari tentang injeksi hidrogen, injeksi air dan injeksi brown gas pada saluran masuk ruang bakar kendaraan. Kemudian dilakukan pembuatan elektroliser untuk memproduksi hidrogen dan oksigen serta mempelajari pengaruh variasi konsentrasi katalis, luas elektroda, tegangan elektroda terhadap produksi gas beserta kontaminannya. Dalam hal ini kontaminan adalah uap air dan/atau katalis yang ikut dalam aliran gas. Dari hasil tersebut dibuat sistem brown gas untuk diuji pada kendaraan dengan kendala-kendala yaitu: terdapat uap air yang terlalu banyak dan pada kondisi mesin dingin, air tersebut menggenang pada selang saluran Brown gas, sering terjadi kebocoran terutama pada daerah sambungan, penggunaan arus listrik yang tidak terkontrol merugikan umur batrei, kesulitan pengisian tambahan air dan mengetahui level cairan. Kendala lain yang bersifat spesifik juga dapat terjadi, misalnya: kerusakan kabel dan terminalnya karena tidak sesuai dengan kebutuhan arus listrik, tegangan yang tidak seimbang dengan luas elektroda dapat menyebabkan korosi cepat pada elektroda, tegangan yang terlalu tinggi menyebabkan panas pada cairan sehingga boros energi listrik dan terjadi penguapan air. tabungtabung elektroliser yang terpisah menyulitkan dalam penempatan pada ruang mesin, tumpahnya cairan karena kesalahan penempatan dan lelehnya wadah karena panas mesin. Dari penelitian awal tersebut perlu dilakukan perbaikan sistem Brown gas yang lebih aman dan memberi manfaat diantaranya dengan memberikan sistem kontrol dan penyempurnaan tabung elektroliser. Tiga konsep rancangan akan dianalisis dari segi kemudahan untuk dipasang maupun dilepas, efisiensi penggunaan listrik, fungsi, ketahanan, stabilitas dan mudah untuk dimanufaktur. Konsep pertama adalah konsep reverensi yang sudah ada dengan beberapa keunggulan dan kelemahan. Sebagai referensi rancangan dipilih sistem brown gas yang sudah pernah dibuat yaitu tabung larutan elektrolit yang terdiri dari air dan tambahan KOH atau soda kue. Kemudian sepasang elektroda dimasukkan dan ditutup rapat dengan diberi saluran gas keluar untuk suplai mesin kendaraan. Elektroda diberi tegangan 12 volt dan akan terjadi proses elektrolisis dengan laju produksi gas relatif konstan. Model pengaturan sistem ini adalah on-off berdasarkan saklar ignition. Model pengembangannya adalah dengan memasang beberapa tabung disusun secara seri. Konsep ke-2 menerapkan sistem kontrol berdasarkan bukaan throttle valve dan penggabungan beberapa tabung menjadi satu Unit kontrol Gambar 1 Bentuk Sistem Konsep II Pada kondisi kendaraan berhenti misalnya pada saat start atau saat mesin akan dimatikan, proses elektrolisis akan dihentikan. Demikian juga pompa udara dan katup udara akan menonaktifkan saluran. Sedangkan pompa air akan tetap menyesuaikan level air sistem elektroliser maupun sistem bubbler/evaporator pada kondisi batas sesuai sensor level. Hal ini berguna untuk menghemat pemakaian listrik dan air serta mengurangi resiko adanya uap air yang terperangkap dalam blok silinder. Pada kondisi kendaraan berjalan terjadi variasi kecepatan, sehingga sistem akan mengatur suplai gas elektrolisis dan uap air yang sesuai untuk meningkatkan kualitas pembakaran. Konsep ke-3 hampir sama dengan konsep ke2, hanya mengganti mode kontrol yang semula berdasarkan pijakan pendal gas diubah menjadi putaran mesin yaitu dengan menyensor pulsa dari koil pengapian. Pengaturan arus elektroda dapat dilakukan melalui nilai putaran atau rpm mesin. Dengan metode ini rangkaian cukup dikoneksikan ke terminal negatif (-) coil pengapian sehingga pemasangannya lebih praktis. Pada kondisi kendaraan berhenti misalnya pada saat start atau saat mesin akan dimatikan, proses elektrolisis akan dihentikan. Kontrol ini berdasarkan sensor putaran dan sistem cut off idle yang dapat diseting pada frekuensi tertentu. Hal ini berguna untuk menghemat listrik dan mengurangi resiko adanya uap air yang terperangkap dalam blok silinder. Air tersebut dapat menggangu proses pembakaran pada kecepatan rendah, bahkan dapat membuat korosi jika mesin dalam kondisi dingin. Konsep ke-4 adalah konsep kombinasi yaitu masing-masing tabung dihubungkan secara internal, baik saluran udara maupun saluran tegangan elektroda. Dengan konsep tersebut sistem ini hanya mempunyai 4 saluran input/output, yaitu saluran udara masuk, saluran udara keluar dan 2 saluran koneksi tegangan 2 Solenoid valve S kerja. Sistem elektroliser tersebut memiliki kelebihan dari segi kepraktisan dan arus listrik terkontrol berdasarkan nilai putaran mesin. Koneksi antar elektroda sudah dirakit secara internal demikian juga saluran gas dari masing masing tabung. air dari nilai optimumnya. Untuk memvariasikan arus dibuat kontrol elektronik seperti gambar 3. pengatur tegangan elektroda VCC 12V ke RPM meter 8 FREK. IN 7 5 6 LM 2917-8 1 2 3 R2 4k7 VR2 10 k R1 470 4 gnd TR PWR 17A VR3 100k IRF Z44 GND gain rpm meter VR5 10k KE ELEKTRODA & mini compresor R5 5k 8 7 5 6 NE 555 1 2 3 4 VR1 100k C1 C2 C3 2 n 100 1u n TIP 41 out LM7812 in pengatur frekuensi R4 10k 8 1 R6 5k 7 5 6 LM 2917-8 2 3 4 VR4 100k 4N35 C4 22n R3 1k pemilihan cc mesin C5 C6 C7 2 n 330 1u n pengatur cut off idle Gambar 3 Rangkaian Elektronik Unit Kontrol Hasil pengujian menunjukkan bahwa laju produksi gas maksimum diperoleh pada arus 7,8 A adalah 6,5 ml/det. Terjadi kenaikan efisiensi yang semula dari perhitungan teoritis dengan besar arus yang sama menghasilkan produksi gas 3,15 ml/det. Kenaikan efisiensi tersebut disebabkan oleh pemanfaatan panas dan penggunaan konsentrasi, tegangan dan luas elektoda yang mendekati nilai optimum. Pada rpm rendah tidak ada produksi gas maupun uap air. Hal ini disebabkan oleh rangkaian cut off iddle yang memutuskan arus pada frekuensi rendah. Kemampuan produksi gas dibagi pada rentang yang cukup besar yaitu sampai dengan 6000 rpm sehingga gradient kemiringan lebih landai. Mengingat operasional mesin pada kisaran 2500 rpm maka sistem kontrol diseting ulang. Gambar 4 menunjukkan respon sistem terhadap putaran mesin. Gambar 2 Bentuk Sistem Konsep IV PENGUJIAN Untuk mengetahui karakteristik sistem elektrolisa air dilakukan pengujian tentang pengaruh variasi dari beberapa variabel terhadap keluaran hidrogen, oksigen maupun kandungan air. Variabel yang divariasikan adalah tegangan listrik elektroda, konsentrasi katalis, luas permukaan elektroda dan temperatur cairan elektrolisis. Respon kontrol arus pada sistem elektroliser dibandingkan dengan target kontrol yang ingin dicapai agar dapat dilakukan pengaturan arus listrik yang lebih tepat. 7 6 5 4 3 2 1 0 99 0 15 00 19 80 25 50 30 00 34 50 39 00 45 00 48 00 54 00 60 00 produksi gas ml/det ANALISA HASIL Besarnya produksi gas sangat tergantung pada tegangan kerja, arus listrik, luas elektroda dan temperatur. Kenaikan temperatur dapat berasal dari sistem elektroliser sendiri maupun dari luar misalnya panas mesin. Penggunaan daya listrik 72 Watt menghasilkan volume hidrogen 5,9 ml/det atau setara dengan massa hidrogen 0,527 mg. Jika diambil rata-rata kecepatan kendaraan adalah 60 km/jam dan konsumsi bahan bakar 1 liter setiap 12 km, maka laju bahan bakar setiap detik adalah: 1.389 ml / det. atau sama dengan 1 gr/det. Oleh karena kemampuan elektroliser hanya dapat menghasilkan hidrogen sebesar 0,527 mg / det. pada konsumsi daya listrik 72 Watt , maka sangat kecil kemungkinannya untuk dapat menaikkan tingkat oktan bahan bakar maupun menambah nilai kalor yang memberikan efek signifikan terhadap peningkatan unjuk kerja. Selain gas H2 dan O2 elektrolisis air juga mengalirkan butiran air dengan laju 0,0274 g/det. Torsi terbaik mesin adalah pada rasio Udara-Bahan bakar (AFR) sebesar 12,5 : 1. Kerugian dari kondisi rasio ini adalah boros bahan bakar, kenaikan emisi CO dan HC. Agar tidak terjadi pemborosan dan penurunan kualitas emisi maka bahan bakar tetap pada rasio target sebesar 14,7 : 1 dan ditambahkan air sebagai pengganti untuk mencapai perbandingan 12,5 : 1, sehingga dibutuhkan tambahan 0,176 gram air per detik. Dari sistem brown gas yang dibuat menghasilkan laju air 0,0274 gram/detik dapat menyumbangkan hampir 1/6 kebutuhan tambahan putaran (rpm) Gambar 4. Grafik Laju Gas terhadap RPM Konsumsi bahan bakar tergantung pada nilai rpm dan beban kendaraan. Kemampuan alat dapat mensuplai 1/6 kebutuhan air untuk mencapai rasio best power. Jika digunakan kemampuan maksimumnya, yaitu produksi gas langsung disuplai 6,5 ml beserta 27,4 mg air yang ikut terbawa maka kondisi kerja yang dapat dicapai adalah peningkatan torsi. Kenaikan torsi terbesar adalah pada putaran 1000 rpm karena nilai AFR seolah-olah telah bergeser sebesar: 12,5 : 1, sedangkan kenaikan rpm menyebabkan rasionya semakin membesar mendekati nilai standard 14.7 : 1. Gambar 5 menunjukkan perlunya seting ulang dari sistem kontroler agar pemanfaatan brown gas mendekati optimum. 3 tambahan air (g/det) belum stabil. Alat yang dirancang hanya memenuhi 1 6 dari target kontrol pada kondisi best power akan tetapi sudah mampu menghindari resiko adanya air yang terlalu banyak pada ruang bakar terutama pada putaran mesin rendah. Kontroler juga dilengkapi pengaturan jumlah produksi gas atau konsumsi daya listrik, sehingga dapat menyesuaikan dengan kapasitas silinder mesin atau kemampuan suplai batrei. Kandungan gas dari sistem brown gas yang berperan dalam meningkatkan kinerja mesin adalah dengan adanya molekul air yang tercampur secara homogen pada produksi gas hidrogen dan oksigen. Air tersebut dapat menggantikan peran fluida kerja dari bahan bakar pada kondisi pembakaran kearah rich (best power dengan AFR 12,5 : 1). Adanya air mampu menurunkan suhu mesin sehingga mengurangi reaksi terbentuknya NOx, menurunkan CO dan HC. 120 100 maksimum 80 60 40 target alat 20 0 0 1000 2000 3000 4000 putaran (rpm) tambahan air (mg/det) Gambar 5. Grafik Tambahan Air Target dan Capaian Alat Dari kemampuan produksi gas yang terbatas tidak memungkinkan untuk mensuplai semua kebutuhan brown gas pada berbagai putaran mesin, sehingga perlu dilakukan seting ulang gradien dari produksi gas terhadap putaran mesin. Gradien kemiringan produksi gas target terhadap putaran mesin adalah 0,03 mg/det.rpm. Produksi air oleh brown gas adalah 4.2 g/det pada rpm 990 rpm dan 27,4 mg/det pada rpm 6000. Maka perlu menurunkan rpm tertinggi menjadi 1763 rpm. Sehingga diatas rpm tersebut laju produksi gas elektrolisis adalah konstan 6,5 ml/det dan laju air yang ikut serta sebesar 27,4 mg/det. DAFTAR PUSTAKA [1] Horng RF, Chang YP, Huang HH, Lai MP. Driving characteristics of a motorcycle fuelled with hydrogen-rich gas produced by an onboard plasma reformer. Int J Hydrogen Energy; 33: 7619–7629, 2008. [2] Suzuki T, Sakurai Y. Effect of hydrogen rich gas and gasoline mixed combustion on spark ignition engine. SAE paper no. 2006-013379; 2006. [3] Goldwitz JA, Heywood JB. Combustion optimization in a hydrogen-enhanced leanburn SI engine. SAE paper no. 01-0251; 2005 [4] Verhelst S, Sierens R. Aspects concerning the optimisation of a hydrogen fueled engine. Int J Hydrogen Energy; 26: 981–5, 2005. [5] LIPI, Pengujian Water and Air Injection, Lab Motor Bakar LIPI, 2008 [6] Lanzafame R. Water injection effects in a single-cylinder CFR engine. SAE Int. Congress and exposition Detroit, Micigan 1999 [7] Dan Labonte, Water Injection for Gasoline Engines, Labonte MotorSports [8] Christoper J. Chadwell, Philip J. B. Dingle. Effect of diesel and water co-injection with real time control on diesel engine performance and emissions. SAE Int. World congress, Detroid, Michigan, 2008 [9] Erol Kahramana, S. Cihangir Ozcanlıb, Baris Ozerdem. An experimental study on performance and emission characteristics of a hydrogen fuelled spark ignition engine. Int. J Hydrogen Energy 32 - 2066 – 2072, 2007 [10]Tully EJ, Heywood JB. Lean-burn characteristics of a gasoline engine enriched with hydrogen from a plasmatron fuel reformer. SAE paper no. 2003-01-0630; 2003. 120 100 80 target 60 40 non kontrol redesain 20 0 0 1000 2000 3000 4000 putaran mesin (rpm) Gambar 7. Grafik Tambahan Air terhadap RPM Gambar grafik diatas juga menunjukkan karakteristik sistem brown gas tanpa control yang dapat menyebabkan produksi gas akan dimulai pada kondisi saklar ignition dinyalakan. Pada kondisi tersebut putaran mesin masih sangat rendah, tidak stabil atau bahkan belum berjalan, sehingga sangat beresiko adanya banyak air dalam silinder blok. KESIMPULAN Produksi gas mendekati nilai optimum pada konsentrasi katalis antara 20% - 40%, tegangan kerja 1,3 – 3 Volt untuk tiap sel, luas elektroda mengacu densitas arus kurang dari 0,2 A/cm2 dan kenaikan temperatur dapat membantu meningkatkan efisiensi. Hasil produksi gas elektrolisis juga mengandung air baik dari penguapan maupun terbawa aliran hidrogen dan oksigen yang terbentuk dari penguraian air. Dari parameter diatas telah berhasil dibuat sistem elektroliser dengan kontrol elektronik berdasarkan putaran mesin dengan konsumsi daya listrik bervariasi 0 sampai dengan 93,6 Watt dengan pengaturan duty cycle PWM pada tegangan kerja 12 Volt. Kemampuan produksi gas 0 sampai dengan 6,5 ml/det dan air yang ikut terbawa 0 sampai 26,7 mg/det. Kontroler juga dapat diseting mulai memberikan arus listrik pada rpm tertentu sehingga tidak mengganggu mesin pada saat putarannya 4