ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMELS PADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA TENGAH (BANK JATENG) TAHUN 2013-2015 RIKA WIDIASTUTI Program Studi Akuntansi―S1. Fakultas Ekonomi & Bisnis, Universitas Dian Nuswantoro Semarang URL : http://dinus.ac.id Email : [email protected] ABSTRAK Perkembangan perbankan dari masa ke masa tentu sangat berpengaruh sigifikan terhadap tingkat perekonomian di Indonesia, dikarenakan perbankan merupakan suatu lembaga yang memiliki dana untuk disalurkan kembali dari unit ekonomi yang kelebihan terhadap unit ekonomi yang membutuhkannya. Menumbuhkan kepercayaan dalam dunia perbankan merupakan salah satu faktor pembentukan yang sangat penting dalam kesehatan bank, oleh karena itu BankIIndonesia perlu untuk membuat peraturan tentang kesehatan dalam perbankan. SuratxEdaranxBankxIndonesiaxNomorx6/23/DPNPx31xMeix2004xyang berisi tentang Tata Cara PenilaianxTingkatxKesehatanxBankxUmum, dan PeraturanxBank IndonesiaxNomorx6/10/PBI/2004x12xAprilx2004xtentangxSistemxPenilaianxTingkatxKeseh atanxBankxUmum. Tujuan penelitian ialah untuk menganalisis tingkatxkesehatanxbank denganxmenggunakanxmetodexCAMELS pada PT. Bank Jateng tahun 2013-2015. Dalam penelitian ini menggunakan aspek yang meliputi CAR, APD, NPM, ROA, BOPO, LDR dan IRRR. Dalam penelitian ini data yang digunakan ialah laporanxkeuangan PT. Bank Jateng. Penelitian ini menggunakan jenis penilitian deskriptif denganxpendekatanxkuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa PT. Bank Jateng dalam kondisi yang sehat, hal tersebut dapat dilihat dari analisis CAR, APD, NPM, ROA, BOPO, LDR dan IRRR yang berada dalam kategori sehat. Kata Kunci: Bank; CAMELS; dan Kesehatan Bank. ABSTRACT Banking developments from time to time are very significant effect on the economic level in Indonesia, because the bank is an institution that has the funds to be channeled back of the unit economic advantages to the economic units that need them. Foster trust in the banking world is one factor that is very important in the formation of the bank soundeness, therefore Bank Indonesia is necessary to make rules about the health of the banking system. Bank Indonesia Circular Letter No. 6/23 / DPNPxMayx31, 2004 which contains Assessment Procedures for Commercial Banks, and Bank Indonesia Regulation Number 6/10 / PBI / 2004 12xAprilx2004 concerning the Rating System for Commercial Banks. The purpose of research is to analyze the bank soundness using the CAMELS method at PT. Bank Jateng in period 2013-2015. This study using aspects, including CAR, APD, NPM, ROA, BOPO, LDR and IRRR. In this study, the data used are the financial statements of PT. Bank Jateng. This research use descriptive research with quantitative approach. The results showed that PT. Bank Jateng in a healthy condition, it can be seen from the analysis of CAR, APD, NPM, ROA, BOPO, LDR and IRRR that are in the healthy category. Keywords: Bank; CAMELS; and Soundness Bank. PENDAHULUAN PerkembanganxperbankanxdixIndonesiaxdarixwaktuxkexwaktu telah mengalami banyak perubahan. Didunia perbankan banyak mengalami perkembangan yang pesat dan tingkat tinggi kompleksitas yang mempunyai pengaruh kinerja terhadap bank. Bank memilikixperan yang sangat penting untukmeningkatkan keuangan dan perekonomian di Indonesia,fungsinya yaitu intermediary institution yang artinya ialah dana yang disalurkan oleh perusahaan yg pemiliknya unit ekonomi surplus atau lebih yg diberikan untuk unit ekonomi yg sangat memerlukan bantuan dana. Kesehatan bank ialah merupakan keadaan dan kinerjaxBank, yang menjadi sarana bagixotoritasxpengawasxdalamxmenetapkanxstrategixdan fokus terhadap pengawasan bank. Menurut Triandaru & Budisantoso (2006) menyatakan bahwa adanya aturan tentang sehatnya bank, selalu diharapkan memiliki kondisi yg sangat sehat sehingga tidak menyebabkan kerugian terhadap masyarakat dalam hubungannya dengan bank. Kesehatan perbankan, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) diharapkan dalamkondisi yang sehat. Hal ini mengacu tidak hanya di sektor dperbankan dalam litelaturnya tetapi BPR juga. Menuruut Susilowati dan Taufan (2015) BPR yang biasanya nasabahnya para UMKM perlu mengetahui tingkat kesehatan bank BPR yang dicerminkan dengan kinerja melalui ROA yang bagus. Penelitian Prematasari (2009) tentang Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Metode CAMELS pada Bank Rakyat Indonesia (PERSERO). Tbk. Unit Adhiyaksa Cabang Wates tahun 2005-2007. Penelitian ini menghasilkan perkembangan kesehatan tingkat bank tersebut menggunakan alat analisis CAMELS termasuk kategori yang cukup sehat. Penelitian lain juga dilakukan oleh Anggraeni (2011) tentang Penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan metode CAMEL pada PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) tahun 2006-2009. Berdasarkan analisis CAMEL secara keseluruhan PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) cenderung mengalami peningkatan jika dilihat dari Rekapitulasi Hasil Akhir Penilaian Tingkat Kesehatan pada jumlah nilai kredit tahun 2006-2007 sebesar 0,25 , namun pada tahun 2008 terjadi perkembangan negatif atau menurun menjadi 2,15 sehingga dapat digolongkan dalam predikat kurang sehat, akan tetapi jika dilihat dari rata-rata nilai kreditnya maka termasuk pada kategori sehat. Hal ini sangat menarik untuk di review kembali apakah ditahun 2013-2015 tingkat kesehatannya mendapatkan hasil yang sama dengan di tahun sebelumnya yang sudah diteliti oleh Anggraeni (2011). Dari research gap yang sudah dibahas di atas, PT.xBankxPembangunanxDaerah Jawa Tengah (Bank Jateng) periode 2006-2009 masih ditemukan ketidaksesuaianxhasil kinerja PT. Bank Pembangunan Daerah (Bank Jateng) yang berpengaruh terhadap tingkatxkesehatan bankxtersebut, oleh karena itu penulis ingin meneliti kembali tingkat kesehatan pada PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) pada periode tahun yang berbeda yaitu tahun 2013-2015, dan dengan menambahkan aspek Sensitivity to Market Risk (Sensitivitas Terhadap Risiko Pasar). Dengan tujuan penulis ingin mengetahuixapakah hasil kineja yang mempengaruhi tingkat kesehatan di tahun 2006-2009 masih sama dengan yang akan diteliti oleh penulis pada tahun 2013-2015 dengan penambahan aspek Sentivity to Market Risk (SensitivitasxTerhadapxRisikoxPasar) atau akan mengalami perubahan kearah yang lebih baik untuk PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) itu sendiri. PadaxperaturanxsebelumnyaxyangxdikeluarkanxolehxBankxIndonesiaxmelaluixSurat KeputusanxDireksixBIxNo. 30/11/KEP/DIR tahun 1997 danxSuratxKeputusan Direksi BI No. 30/277/KEP/DIR tahun 1998 tentangxanalisisxCAMELx(Capital,xAssets Quality, Management,xEarnings,xLiquidity)xditetapkan sebagai panduan dalam penilaian tingkat kesehatan bank. Dengan adanya pertumbuhan didunia bank jadi akan makin meningkatkan risiko yg ditanggung pihak bank, dan Bank Indonesia harus menambahkan faktor tingkat penilaian sehatnya bank yang diantisispasi dengan risiko tanggung jawab oleh bank. Dalamxperaturan yangxbaruxtersebutxditambahkanxfaktorxsensitivitasxterhadapxrisikoxpasarx(sensitivity to market risk), yang sangatxpentingxdiperhitungkanxdalamxkehidupanxperbankanxsaat inii. Sesuai dengan hal diatas tersebut BankxIndonesia sebagaiixlembaga yang bertugas mengawasi dan menilai perbankan di Indonesia mengeluarkanxPeraturanxBankxIndonesia No. 6/10/PBI/2004 tanggalx12 April 2004xtentang panduan tingkat kesehatan bank. Peraturan perbankan yang baru dalam menilai tingkat kesehatan bank yang digunakan analisis CAMELS (Capital, Asset, Management, Earnings, Liquidity, Sensitivity to Market Risk). CAMELS merupakan salah satu metode analisis laporan keuangan dalam menentukan kategori kesehatan pada suatu bank. Aspek-aspek yang tersebut diatas akan saling berkaitan danxtidakxdapatxdipisahkanxsatuxdenganxyangxlainnya. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP 31 Mei 2004 menyatakan bahwa tata cara penilaian tingkat kesehatan bankxmemiliki 4 kriteriaxyaitu nilai kredit 81 s/d 100 (Sehat), nilai kredit 66 s/d 81 (Cukup Sehat), nilai kredit 51 s/d 66 (Kurang Sehat), dan nilai kredit 0 s/d 51 (Tidak Sehat). Apabila PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) dalam kesehatannya tidak memenuhi syarat kesehatan bank, sebagaimana yang telah tercantum pada Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP 31 Mei 2004 yang berisi tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 Tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, maka PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) dapat berupaya meningkatkan kinerja keuangannya sehingga PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) akan terus senantiasa menjaga kepercayaan yang telah diberikan masyarakat dan tetap setia menjadi nasabah PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng). Kepercayaan dari masyarakat menjadi salah satu kunci sukses yang mendorong kemajuan perusahaan, dalam menghadapi persaingan di dunia perbankan yang semakin ketat. PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) secara menerus melakukanxevaluasixdanxperbaikanxdibidang pengembangan produk, fungsi pemasaran, pengembangan jaringan kantor, dan yang paling utama yaitu meningkatkan sistem pelayanannya, agar mampu mewujudkan visi sebagai bank terpercaya yang menjadi kebanggaan masyarakat. Mengingat PT. Bank PembangunanxDaerah Jawa Tengah (Bank Jateng) yang fungsi, peranan, dan posisi di tengah masyarakat sangat strategis, oleh karena itu pengukuran tingkat kesehatannya sangat penting supaya kedepannya PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) tetap mendapat kepercayaan dari masyarakat maupun di kalangan pemerintahan dalam pengelolaan keuangan bisnis. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitianxini adalah untukxmenganalisisxtingkatxkesehatanxbank PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) tahun 2013-2015 dengan menggunakan metode CAMELSxyangxmeliputixaspekxpermodalan,xaktivaxproduktif, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar. TINJAUAN PUSTAKA Analisis Laporan Keuangan Harahap (2011) mengungkapkan Analisis Laporan Keuangan merupakan laporan keuangan yang menjabarkan tentang pos-pos dalam laporan agar menjadi suatu informasi yang efektif dan mempunyai hubungan yang signifikan atau dapat bermakna antara data kuantitatif maupun dengan data kualitatif untuk mengetahui kondisi keuangan dalam pengambilan keputuusan. Definisi Bank PSAK No.31 menjelaskan bahwa bank adalah perusahaan yang berperan sebagai perantara keuangan (Financial Intermediary) antara unit yang surplus kepada unit defisit, serta sebagai perusahaan yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Sedangkan menurut Ismail (2014) menyatakan peran bank yang berpengaruh dalam perkembangan ekonomik suatu negara. Semuaxsektorxusaha baikxsektorxindustri,xperdagangan, pertanian, perkebunan,xjasa, perumahan,xdan lainnyaxsangat memerlukanxbank sebagai mitra dalam pengembangan usahanya. Triandaru & Budisantoso (2006), diliaht dari jasa pengguanaan dana atau imbalan baiksimpanan maupun kredit bank dapat dibedakan : Bank Konvensional, yaitu bank yang bergerak dalam menghimpun dana dan menyalurkan dananya, dan memeberikan sejumlah imbalan atau bunga dalam persentase tertentu yang ditetapkan per tahun untuk suatu periode tertentu. Bank Syariah, yaitu bank yang dalam kegiatannya menghimpun dana dan menyalurkannya kembali dengan mengenakan mbalan atas prinsip dasar syariah yaitu bagi hasil dan jual beli. Laporan Keuangan Kieso (2002) menjelaskan bahwa laporan keuangan ialah alat pengkomunikasian mengenai informasi keuangan kepada semua pihak yang terkait untuk menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan juga merupakan suatu laporan yang menunjukan bagaimana keadaan keuangan pada perusahaan dalam periode tertentu (Kasmir, 2014). Ikatan Akuntansi Indonesia (2014) menyatakan laporan keuangan ialah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Komponen-komponenxlaporanxkeuangan yang disusun oleh manajemen suatu perusahaan terdiri dari (IAI, 2014) : LaporanxPosisixKeuangan,xLaporanxLabaxRugixdanxPenghasilan Koprehensifxlain, LaporanxPerubahanxEkuitas,xLaporanxArusxKas,xCatatanxatasxLaporan keuangan,xLaporanxPosisixKeuanganxpadaxawalxperiodxterdekatxsebelumnya. Kesehatan Bank SuratxEdaranxBankxIndonesiaxNo: 6/23/DPNPxTanggalx31xMeix2004, Penilaian kesehatan bank merupakanxpenilaianxkualitatifxatasxaspek yang berpengaruh terhadap keadaanxatau kinerja suatu bank untuk periode tertentu sesuaixstandarxBank Indonesiaxmelalui penilaian permodalan,xkualitas aktiva, management,xrentabilitas, likuiditasxdan sensitivitas terhadap resiko pasar. Riyadix(2006)xmenyatakan “ Tingkat kesehatanxsuatuxbankxmenjadixsalah satu tolok ukurxkinerjaxkeuanganxbankxyangxsangat penting, karena hasil penelitian dapat diketahui bagaimana kinerja dari pemilik dan profesionalisme dalam pengelola bankˮ. Sedangkan Triandaru & Budisantoso (2006) menyatakan kesehatan bank berarti suatu potensi dalam perbankan melaksanakan aktivitasnya dengan baik dan dapat memenuhi kewajiban berdasarkan peraturan yang ada. Rasio CAMELS PeraturanxBankxIndonesiaxNomorx6/10/PBI/2004xtanggalx12 April 2004 tentang SistemxPenilaianxTingkat Kesehatan Bank Umum, bank harus melaksanakan pengukuran tingkat kesehatan bank secara triwulan dengan penilaian sendiri (self assessment ) dilakukan paling sedikit tiap semester untukposisi akhir Juni dan Desember, apabila memiliki perbedaan hasil penilaian maka yang berlaku adalah hasil penilaian yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Menurut ketentuan dalam Undang-Undang tentang perbankan tersebut. Bank Indonesia mengeluarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 yangxmengatur tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank. Metode atau cara penilaian tingkat kesehatan bank dalam surat edaran tersebut kemudian dikenal sebagai metode CAMELS. Seperti terlihat dalam tabel perhitungan aspek sensitivitas terhadap risiko pasar tidak ditentukan besarnya bobot nilai kredit. Dengan demikian penjumlahan seluruh komponen CAMELS dilakukan tanpa indikator “Sˮ. Berikut disajikan tabel tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank (Metode CAMELS) dan Penilaian Kesehatan : Penelitian Terdahulu Abrini A.D. LaluasxMaryam Mangantar dan Peggy A. Mekel (2014) tentang Analisis Kinerja Bank BUMN Menggunakan Metode CAMEL. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kinerja termasuk dalam kategori Sehat, hal tersebut dilihat dari nilai CAR mencapai 16%, nilai PPAP yaitu 123,62%, NPM sebesar 77,16%, ROA yaitu 2,87%, nilai BOPO 72,50%, dan LDR yang mencapai 81,11%. Berdasarkan nilai dari CAMEL yang di ukur, evaluasi Bank BUMN sudah mengacu pada standart ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan tidak ada pengaruh negatif yang signifikan terhadap kinerja. Sedangkan penelitian yang dilakukan Indah Setyawati dan Marita (2010) tentang Evaluasi Kinerja ModelCAMELS pada PT Bank Danamon Indonesia. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kinerja keuangan dan tingkat kesehatan PT Bank Danamon Indonesia termasuk dalam kategori bank yang sehat. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penilitian ini menggunakan jenis penelitian diskriptif, dimana penelitian tersebut dapat menyimpulkan tingkatkesehatan dari PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah ( Bank Jateng ) dengan memakai Metode CAMELS. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder periode masa 3 tahun (2013-2015). Tempat Penelitian Tempat Penelitian akan dilakukan di kantor pusat PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) yang beralamat di JL. Pemuda No. 142 Semarang. Definisi Operasional Variabel Penilitian ini menggunakan variabel antara lain ialah : Capital (Permodalan) Kuncoro dan Suhardjono (2002) menyatakan bahwa kecukupan modal menunjukan potensi bank dalam mempertahankan ekuitas yang memenuhi dan kemampuan management bank dalam menganalisis, menilai, mengawasi, dan mengontrol risikoyang mungkin muncul berpengaruh terhadap tingginya ekuitas bank. Asset ( Aktiva ) Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD) ialah aset produktivitas, baik yang telah mempunyai kemampuan maupun tidak memiliki potensi yang mennyebabkan rugi ataupun yang menghasilkan, yang ditetapkan besarnya adalah : ─ Aktiva Produktif yang digolongkan Lancar sebesar 0% ─ Aktiva Produktif yang digolongkan Dalam Perhatian Khusus sebesar 25% ─ Aktiva Produktif yang digolongkan Kurang Lancar sebesar 50% ─ Aktiva Produktif yang digolongkan Diragukan sebesar 75% ─ Aktiva Produktif yang digolongkan Macet sebesar 100% Management ( Manajemen ) Dalam management rasio yang digunakan ialah NPM yang berarti mengukur kemampuan bank dalam mendapatkan laba operasi yang didapatkan dari aktivitas perusahaan. Earning ( Rentabilitas ) Dilihat dari kemampuan bank aspek ini dapat meningkatkan efisiensi usaha dan laba. Aspek earning ini meliputi : ROA ( Return on Asset ) ROA diukur dengan menggunakan laba sebelum pajak terhadap total aktiva dalam periode yang sama. BOPO ( Biaya Operasional Pendapatan Operasional ) Rasio ini diukur dengan biaya operasionalselama 12 bulan terakhir. Liquidity ( Likuiditas ) Rasio yang diberikan dana yang diterima secara kredit ( Loan to Deposits Ratio ). Sensitivity To Market Risk ( Sensitivitas Terhadap Risiko Pasar ) Rasio ini menunjukanxperbandingan antara tingkat spread yang terjadi antara interst income dengan interst expend. Semakin kecil angka rasio ini menunjukan risiko semakin besar. rasio ini diukur sebagai berikut : HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Capital Dibawah ini ialah tabel hasil perhitungan dari nilai CAR : Tabel 4.7 menunjukan hasil analisis di atas bahwa PT. Bank Jateng mempunyai nilai CAR untuk tahun 2013 yaitu 15,45% dengan nilai kredit 154,5%, mengalami penurunan pada tahun 2014 dengan nilai rasio CAR menjadi sebesar 14.17% nilai kredit 141,7%, hal ini disebabkan oleh meningkatnya ATMR yaitu 19.535.766 padatahun 2014 dibanding ATMR tahun 2013 sebesar 15.983.519 dengan meningkatnya totalmodal tahun 2013 yaitu 2.469.631 dibanding total modal tahun 2014 sebesar 2.768.462. Sedangkan pada tahun 2015 nilai rasio CAR mengalami kenaikan sebesar 14,87% dengan nilai kredit 148,7%. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan pada total modal dan ATMR yang cukup signifikan di tahun 2015 dibanding dengan total modal dan ATMR pada tahun 2014. Meskipun mengalami penurunan pada tahun 2014 akan tetapi CAR PT. Bank Jateng masih dalam kondisi yang sehat. Jadi penilaian tingkat kesehatan keuangan PT. Bank Jateng dalam kondisi yang SEHAT karena mempunyaixnilai kreditxberperingkat SEHAT. 2. Asset Berikut ialah hasil perhitungan APD : DarixhasilxperhitunganxrasioxAPDxdiatas,diketahui bahwaxAPDxdarixtahun 20132015 meningkat. Halxini bisa dilihatxdari tahun 2013 ke tahun 2014 yang mengalami peningkatanxsebesar 0,17% dan pada tahun 2014 ke tahun 2015 rasio APD meningkat sebesar 0,31%. Hal ini berarti bahwa kewajiban kredit yang harus ditanggung oleh bank kembali mengalamixkenaikan, kepemilikan aktivaxproduktif harus mampu menjamin seluruh kewajiban kredit apabila terjadixkredit yang bermasalah. Dilihat dari nilai kredit APD, PT. Bank Jateng merupakan bankxdengan kategorixSEHAT denganxbatasan nilai kredit antara 81-100. 3. Management Berikut dapat dilihat hasil perhitungan NPM : Berdasarkan hasil perhitungan nilai NPM PT. Bank Jateng,makaxdapat disimpulkan bahwa pada tahun 2014 nilai NPMxmengalami penurunanxsebesar 72,5% dibanding dengan tahun 2013 yang nilai NPMnyaxmencapai 73,1%. Penurunan ini disebabkan karena pendapatanxoperasional padaxtahun 2013sebesar 964.969 yangxlebihxrendah dari tahun 2014 sebesar 1.022.615 yang jugaxmempengaruhixlaba bersih sebesar 705.041 tahun 2013 yang lebihxrendahxdarixlaba bersih pada tahun 2014 yaitu sebesar 741.847. Pada tahun 2015 juga terjadi penurunan sebesar 69% yang lebih rendah darixtahun 2014. Meskipun tahun 2013 – 2015 nilai NPM PT. Bank Jateng mengalamixpenurunan secara terus-menerus tetapi nilai NPM masih dapatxdikategorikan dalamxpredikat CUKUPxSEHAT. 4. Earnings ─ ROA (Return On Asset) DibawahxinixdisajikanxhasilxperhitunganxROA: Perhitungan ROA diatas maka dapat disimpulkan bahwa nilai ROA PT. Bank Jateng tahun 2013 ialah 3,10% dan menurun tahun 2014 yaitu2,91%. Pada tahun 2015 nilai ROA kembali turun menjadi 2,78%. Dengan penurunan berturut yang dialami PT. Bank Jateng pada tahun 2013-2015,hal ini menunjukan bahwa tingkat keuntungan yang dicapai oleh PT. Bank Jateng masih belum maksimal karenaxsemakin tinggixnilai rasio ROA yang dicapai makaxkeuntungannya akanxsemakin baik. Meskipun nilai ROA mengalami penurunan akan tetapi penurunan tersebut masih dalam kategori predikat SEHAT. ─ BOPO BerikutxialahxtabelxhasilxperhitunganxBOPO: DarixtabelxhasilxperhitunganxBOPOxdiatasxdapatxdisimpulkanxbahwaxpadaxtahun 2013xnilaixBOPOxialahx54,18%xdanxtahunx2014xnilaixBOPO mengalamkenaikan menjadi 54,37%. Padaxtahunx2015xnilaixrasioxBOPOxkembalixmeningkatxyaitux57,36%, halxini menunjukanxbahwaxsemakinxbesar rasio berart itidak baik, karena rasio ini menjelaskan berapa besarnya biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan pendapatan yang diinginkan. Dengan nilai rasio BOPO yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, menunjukan bahwa PT. Bank Jateng mampu menanggungxbeban operasional yang dikelurkan dengan pendapatan operasional yang didapat PT. Bank Jateng. Nilai rasio BOPO yang dicapai PT. Bank Jateng dalam melakukan operasional perusahaan sudah sangat maksimal, oleh karena itu nilai rasio BOPO dapat dikategorikan dalam predikat SEHAT. 5. Likuiditas (Liquidity) TabelxberikutxialahxhasilxperhitunganxLDR: Dari perhitungan nilai rasio LDR PT. Bank Jateng, maka dapat disimpulkan bahwa dari tahun 2013 sampai tahun 2015 PT. Bank Jateng mampu meningkatkan nilai LDR dengan rasio tahun 2013 sebesar 87,15% meningkat sebesar 88,91% pada tahun 2014, dan meningkat lagi di tahun 2015 sebesar 90,05%. Hal ini menunjukan bahwa PT. Bank Jateng telah mampu memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dengan baik dan mendapat predikat CUKUP SEHAT. 6. Sensitivitas terhadap risiko pasar Dibawah iini ialahxhasil perhitunganxdarixSentivitasxterhadapxrisikoxpasarx (IRRR): DarixhasilxperhitunganxsensitivitasxterhadapxrisikoxpasarxpadaxPT.xBankxJateng diatas,xdapatxdisimpulkanxbahwaxdarixtahunx2013-2015xsensitivitas terhadap risiko pasar mengalami penurunan. AkanxtetapixpenurunanxtersebutxtidakxberakibatxburukxbagixPT. BankxJateng, penurunanxyangxterjadixdarixtahun 2013 yang sensitivity to market risk mencapaix264,8% menjadi 233,5% di tahun 2014 dan di tahun 2015 sensitivity to market risk mencapai angka 227,6%. Hal ini dikarenakan semakin besar rasio maka akan semakin buruk sensitivitas terhadap risiko pasarnya, sebaliknyaxjikaxsemakinxkecilxmakaxakanxsemakin baikxsensitivitasxterhadapxrisikoxpasarxpadaxPT.xBank Jateng. Berdasarkan ketentuan dalam UU perbankan. Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP Tanggall 31 Mei 2004 yang mengatur tentangxCaraxPenilaianxTingkat KesehatanxBankxUmum dan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 Tanggalx12xAprilx2004 yang mengatur tentang Sistim Penilaian Tingkat KesehatanxBank Umum. Maka hasil penilaian kesehatan bank PT. Bank Jateng dengan menggunakan bobot CAMEL tanpa aspek Sensitivity to Market Risk adalah sebagai berikut : Pembahasan PT. Bank Jateng dalam aspek Permodalan (Capital) dengan rasio CAR pada tahun 2013-2015 mengalami penurunan dan juga peningkatan. Pada tahun 2013 CAR mencapai 15,45% menurun menjadi 14,87% tahun 2014, kemudian pada tahun 2015 CAR meningkat sebesar 14,87%. Hal ini menunjukan bahwa PT. Bank Jateng selama tahun 2013-2015 dapat terpenuhi segala modal usahanya. PT. Bank Jateng telah mampu memenuhi Kewajiban Penyedia Modal Minimum (KPMM) sesuaii dengan standar yang sudah ditetpkan Bank Indonesia. Besarnya KPMM menunjukan yaitu solvabilitas dalamkondisi yang memadai dan risiko usahanya mampu diantisipasi. Besarnya CAR menunjukan kinerja suatu bank sangat baik, sehingga PT. Bank Jateng tahun 2013-2015 menunjukan tingkat CAR yang SEHAT. Dari aspek Aset, APD pada PT. Bank Jateng pada tahun 2013-2015 terus mengalami penurunan. Tahun 2013 APD sebesar 0,61% meningkat pada tahun 2014 sebesar 0,78% dan pada tahun 2015 rasio APD mencapai angka 1,09%. Hal tersebut disebabkan kecilnya rasio, akan berpengaruh besarnya aset produktif yang diberikan atau diinvestasikan, sehingga akan memberikan laba bagi perusahaan. Secara keseluruhan, hasil rasio APD berada dibawah 3% yang menunjukan bahwa presentase aktiva produktif dalam kategori SEHAT, sehingga PT. Bank Jateng diharapkan untuk tetap mempertahankan kesehatan pengelolaan aktivanya. Aset yang dikelola bank memiliki dampak dari tingkat penghasilan bank, sehingga apabila pengelolaan sangat baik maka akan memberikan profit yang optimal juga bagi PT. Bak Jateng. Aspek Manajemen, penilaian kesehatan bank diukur dengan menggunakan rasio NPM. Nilai rasio tersebut dari tahun 2013-2015 mengalami perubahan yang mengacu pada penurunan. Pada tahun 2013 angka NPM mencapai 73,1% yang turun menjadi 72,5% pada tahun 2014, dan turun lagi tahun 2014 menjadi 69% pada tahun 2015. Hal tersebut menunjukan bahwa kinerja bank selama 3 tahun terakhir berada pada posisi yang baik dan berada dalam kategori CUKUP SEHAT. Diharapkan kedepannya PT. Bank Jateng dapat mempertahankan sistem manajemennya agar tetap dalam kondisi sehat. Dengan manajemen pada PT. Bank Jateng yang dikategorikan sehat maka PT. Bank Jateng mampu untuk mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada masyarakat agar tetap memberikan kepercayaan pada PT. Bank Jateng. Dalam aspek Rentabilitas, penilaian kesehatan bank dapat diukur dengan menggunakan rasio ROA untuk menunjukan tingkat pengembalian terhadap aset. Nilai ROA tahun 2013-2015, secara bertahap mengalami penurunan. Tahun 2013 ROA mencapai nilai 3,10% menurun sebasar 0,19% menjadi 2,91% pada tahun 2014, dan mengalami penurunan lagi sebesar 0,13% menjadi 2,78% tahun 2015. Meskipun nilai ROA mengalami penurunan dari tahun 2013-2015 tetapi secara keseluruhan nilai ROA menunjukan bahwa PT. Bank Jateng masih mendapat keuntungan karena ROA perusahaan yang berada dalam kondisi yang SEHAT. Hal ini menunjukan bahwa PT. Bank Jateng mampu menghasilkan keuntungan yang dimiliki untuk mengelola aktivanya dan ROA PT. Bank Jateng wajib menstabilkan aset produktivitasnya dimasa yang akan datang. BOPO menunjukan tingkat efisiensi bank terhadap pengendalian biaya operasional. Nilai BOPO pada PT. Bank Jateng untuk periode tahun 2013-2015 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Rasio BOPO pada tahun 2013 sebesar 54,18% meningkat di tahun 2014 sebesar 54,37% dan pada tahun 2015 nilai BOPO mencapai 57,36%. Untuk menstabilkan dan meningkatan suatu keadaan diharapkann Kualitas Aset Produktif yang menghasilkan kredit lancar sehingga penghasilan rutin bunga bisa didapatkan dan meningkatkan penghasilan operasional. BOPO pada PT. Bank Jateng berada dalam kategori SEHAT. Angka rasio Likuiditas menunjukan LDR perusahaan setiap tahunnya mengalami peningkatan. LDR PT. Bank Jateng pada tahun 2013 adalah 87,15% meningkat 1,76% jadi 88,91% untuk tahun 2014, tahun 2015 naik sebesar 1,14% jadi 90,05%. Hal ini disebabkan karena kurangnya penerimaan dana dari perusahaan, berarti LDR PT. Bank Jateng tahun 2013-2015 dalam kondisi CUKUP SEHAT. Penilaian kesehatan pada aspek sensitivitas terhadap risiko pasar tidak mempunyai perhitungan bobot nilai kredit sesuai dengan UU perbankan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP 31 Mei 2004 yang diatur tentang Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank. Nilai rasio IRRR PT. Bank Jateng termasuk dalam kategori SEHAT pada tahun 2013-2015. Hal ini dikarenakan tingkat keuntungan yang diperoleh dalam penyaluran pinjaman diperoleh dari pendapatan bungan dan beban bunga termasuk besar. Maka nilai rasio IRRR dapat dikatakan dalam kategori SEHAT. KESIMPULAN Berdasarkan analisis metode CAMELS PT. Bank Jateng pada tahun 2013-2015 tergolong dalam lembaga bank yang memiliki predikat SEHAT. Ini menunjukan nilai CAMEL tahun 2013 sebesar 94,1, ditahun 2014 sebesar 93,04 dan pada tahun 2015 sebesar 90,88 dikatakan SEHAT karena hasil dari nilai CAMEL tersebut berada dalam kategori batasan nilai bank kategori sehat dengan nilai antara 81-100. Sedangkan untuk penilaian kesehatan pada aspek sensitivitas terhadap risiko pasar, nilai rasio IRRR PT. Bank Jateng termasuk dalam kategori SEHAT pada tahun 2013-2015. Hal ini dikarenakan tingkat keuntungan yang diperoleh dalam penyaluran pinjaman didapatkan dari penghasilan bunga dan bunga beban termasuk tinggi. Maka nilai IRRR dikatakan dalam kategori SEHAT. DAFTAR PUSTAKA Anggraeni, Oktafrida. 2011. ”Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode CAMEL Pada PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah Tahun 2006 2009”. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia No 6/10/PBI/2004 Tanggal 12 April 2004. Perihal Sistem penilaian Kesehatan Bank. Jakarta. Bank Indonesia. Surat Edaran No.6/23/PPNP Tanggal 31 Mei 2004. Perihal Tata Cara Penilaian Kesehatan Bank. Jakarta. Brigham, Eugene dan Joel F. Houston, 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Jilid Kesatu, Edisi Kesepuluh, Alih Bahasa Ali Akbar Yulianto, Salemba Empat, Jakarta. Ismail,MBA., Ak. Akuntansi Bank teori dan aplikasi dalam rupiah. Edisi Revisi, Cetakan Keempat.Jakarta: Kencan, 2014. Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Teori Akuntansi. Edisi Revisi. Jakarta : Rajawali Pers Harmono, 2009. Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard ( Pendekatan Teori, Kasus, dan Riset Bisnis ), Bumi Aksara, Jakarta. Ikatan Akuntansi Indonesia, 2012. Akuntansi Perbankan PSAK No. 31. Jakarta: Salemba Empat. Ikatan Akuntansi Indonesia. 2014. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta. Kasmir. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Rajawali Pers, Jakarta. Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield, 2002. Akuntansi Intermediete, Terjemahan Emil Salim, Jilid 1, Edisi Kesepuluh, Penerbit Erlangga, Jakarta. Prematasari, Meita Divi. 2009. Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan CAMELS ( Studi Kasus Pada Bank Rakyat Indonesia (PERSERO).Tbk. Unit Adhiyaksa Cabang WATES ). Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran ˮ Yogyakarta. Riyadi, Slamet. 2006. Banking Assets And Liability Management. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Triandaru, Sigit & Totok Budisantoso. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Salemba Empat, Jakarta. Mardjono, E.S dan Hariyadi, G.T. 2015. Model Jejaring Wirausaha Sebagai Faktor Pendukung Perdamaian Republik Keuangan Dan Non keuangan Unit Usaha Kecil Dan Menengah Semarang. Forum Bisnis dan Kewirausahaan. Jurnal Ilmiah STIE IMDP. Vol. 4 No. 2 Maret.