ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN

advertisement
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN
MENGGUNAKAN METODE CAMELS PADA PT.
BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA TENGAH
(BANK JATENG) TAHUN 2013-2015
RIKA WIDIASTUTI
Program Studi Akuntansi―S1. Fakultas Ekonomi & Bisnis,
Universitas Dian Nuswantoro Semarang
URL : http://dinus.ac.id
Email : [email protected]
ABSTRAK
Perkembangan perbankan dari masa ke masa tentu sangat berpengaruh sigifikan
terhadap tingkat perekonomian di Indonesia, dikarenakan perbankan merupakan suatu
lembaga yang memiliki dana untuk disalurkan kembali dari unit ekonomi yang kelebihan
terhadap unit ekonomi yang membutuhkannya. Menumbuhkan kepercayaan dalam dunia
perbankan merupakan salah satu faktor pembentukan yang sangat penting dalam kesehatan
bank, oleh karena itu BankIIndonesia perlu untuk membuat peraturan tentang kesehatan
dalam perbankan. SuratxEdaranxBankxIndonesiaxNomorx6/23/DPNPx31xMeix2004xyang
berisi tentang Tata Cara PenilaianxTingkatxKesehatanxBankxUmum, dan PeraturanxBank
IndonesiaxNomorx6/10/PBI/2004x12xAprilx2004xtentangxSistemxPenilaianxTingkatxKeseh
atanxBankxUmum. Tujuan penelitian ialah untuk menganalisis tingkatxkesehatanxbank
denganxmenggunakanxmetodexCAMELS pada PT. Bank Jateng tahun 2013-2015. Dalam
penelitian ini menggunakan aspek yang meliputi CAR, APD, NPM, ROA, BOPO, LDR dan
IRRR. Dalam penelitian ini data yang digunakan ialah laporanxkeuangan PT. Bank Jateng.
Penelitian ini menggunakan jenis penilitian deskriptif denganxpendekatanxkuantitatif. Hasil
penelitian menunjukan bahwa PT. Bank Jateng dalam kondisi yang sehat, hal tersebut dapat
dilihat dari analisis CAR, APD, NPM, ROA, BOPO, LDR dan IRRR yang berada dalam
kategori sehat.
Kata Kunci: Bank; CAMELS; dan Kesehatan Bank.
ABSTRACT
Banking developments from time to time are very significant effect on the economic
level in Indonesia, because the bank is an institution that has the funds to be channeled back
of the unit economic advantages to the economic units that need them. Foster trust in the
banking world is one factor that is very important in the formation of the bank soundeness,
therefore Bank Indonesia is necessary to make rules about the health of the banking system.
Bank Indonesia Circular Letter No. 6/23 / DPNPxMayx31, 2004 which contains Assessment
Procedures for Commercial Banks, and Bank Indonesia Regulation Number 6/10 / PBI / 2004
12xAprilx2004 concerning the Rating System for Commercial Banks. The purpose of research
is to analyze the bank soundness using the CAMELS method at PT. Bank Jateng in period
2013-2015. This study using aspects, including CAR, APD, NPM, ROA, BOPO, LDR and
IRRR. In this study, the data used are the financial statements of PT. Bank Jateng. This
research use descriptive research with quantitative approach. The results showed that PT.
Bank Jateng in a healthy condition, it can be seen from the analysis of CAR, APD, NPM,
ROA, BOPO, LDR and IRRR that are in the healthy category.
Keywords: Bank; CAMELS; and Soundness Bank.
PENDAHULUAN
PerkembanganxperbankanxdixIndonesiaxdarixwaktuxkexwaktu telah mengalami
banyak perubahan. Didunia perbankan banyak mengalami perkembangan yang pesat dan
tingkat tinggi kompleksitas yang mempunyai pengaruh kinerja terhadap bank. Bank
memilikixperan yang sangat penting untukmeningkatkan keuangan dan perekonomian di
Indonesia,fungsinya yaitu intermediary institution yang artinya ialah dana yang disalurkan
oleh perusahaan yg pemiliknya unit ekonomi surplus atau lebih yg diberikan untuk unit
ekonomi yg sangat memerlukan bantuan dana.
Kesehatan bank ialah merupakan keadaan dan kinerjaxBank, yang menjadi sarana
bagixotoritasxpengawasxdalamxmenetapkanxstrategixdan fokus terhadap pengawasan bank.
Menurut Triandaru & Budisantoso (2006) menyatakan bahwa adanya aturan tentang sehatnya
bank, selalu diharapkan memiliki kondisi yg sangat sehat sehingga tidak menyebabkan
kerugian terhadap masyarakat dalam hubungannya dengan bank. Kesehatan perbankan, Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) diharapkan dalamkondisi yang sehat. Hal ini mengacu tidak hanya
di sektor dperbankan dalam litelaturnya tetapi BPR juga. Menuruut Susilowati dan Taufan
(2015) BPR yang biasanya nasabahnya para UMKM perlu mengetahui tingkat kesehatan bank
BPR yang dicerminkan dengan kinerja melalui ROA yang bagus.
Penelitian Prematasari (2009) tentang Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan
Metode CAMELS pada Bank Rakyat Indonesia (PERSERO). Tbk. Unit Adhiyaksa Cabang
Wates tahun 2005-2007. Penelitian ini menghasilkan perkembangan kesehatan tingkat bank
tersebut menggunakan alat analisis CAMELS termasuk kategori yang cukup sehat. Penelitian
lain juga dilakukan oleh Anggraeni (2011) tentang Penilaian tingkat kesehatan bank dengan
menggunakan metode CAMEL pada PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank
Jateng) tahun 2006-2009. Berdasarkan analisis CAMEL secara keseluruhan PT. Bank
Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) cenderung mengalami peningkatan jika
dilihat dari Rekapitulasi Hasil Akhir Penilaian Tingkat Kesehatan pada jumlah nilai kredit
tahun 2006-2007 sebesar 0,25 , namun pada tahun 2008 terjadi perkembangan negatif atau
menurun menjadi 2,15 sehingga dapat digolongkan dalam predikat kurang sehat, akan tetapi
jika dilihat dari rata-rata nilai kreditnya maka termasuk pada kategori sehat. Hal ini sangat
menarik untuk di review kembali apakah ditahun 2013-2015 tingkat kesehatannya
mendapatkan hasil yang sama dengan di tahun sebelumnya yang sudah diteliti oleh Anggraeni
(2011).
Dari research gap yang sudah dibahas di atas, PT.xBankxPembangunanxDaerah Jawa
Tengah (Bank Jateng) periode 2006-2009 masih ditemukan ketidaksesuaianxhasil kinerja PT.
Bank Pembangunan Daerah (Bank Jateng) yang berpengaruh terhadap tingkatxkesehatan
bankxtersebut, oleh karena itu penulis ingin meneliti kembali tingkat kesehatan pada PT.
Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) pada periode tahun yang berbeda
yaitu tahun 2013-2015, dan dengan menambahkan aspek Sensitivity to Market Risk
(Sensitivitas Terhadap Risiko Pasar). Dengan tujuan penulis ingin mengetahuixapakah hasil
kineja yang mempengaruhi tingkat kesehatan di tahun 2006-2009 masih sama dengan yang
akan diteliti oleh penulis pada tahun 2013-2015 dengan penambahan aspek Sentivity to
Market Risk (SensitivitasxTerhadapxRisikoxPasar) atau akan mengalami perubahan kearah
yang lebih baik untuk PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) itu sendiri.
PadaxperaturanxsebelumnyaxyangxdikeluarkanxolehxBankxIndonesiaxmelaluixSurat
KeputusanxDireksixBIxNo. 30/11/KEP/DIR tahun 1997 danxSuratxKeputusan Direksi BI
No. 30/277/KEP/DIR tahun 1998 tentangxanalisisxCAMELx(Capital,xAssets Quality,
Management,xEarnings,xLiquidity)xditetapkan sebagai panduan dalam penilaian tingkat
kesehatan bank.
Dengan adanya pertumbuhan didunia bank jadi akan makin meningkatkan risiko yg
ditanggung pihak bank, dan Bank Indonesia harus menambahkan faktor tingkat penilaian
sehatnya bank yang diantisispasi dengan risiko tanggung jawab oleh bank. Dalamxperaturan
yangxbaruxtersebutxditambahkanxfaktorxsensitivitasxterhadapxrisikoxpasarx(sensitivity to
market risk), yang sangatxpentingxdiperhitungkanxdalamxkehidupanxperbankanxsaat inii.
Sesuai dengan hal diatas tersebut BankxIndonesia sebagaiixlembaga yang bertugas
mengawasi dan menilai perbankan di Indonesia mengeluarkanxPeraturanxBankxIndonesia
No. 6/10/PBI/2004 tanggalx12 April 2004xtentang panduan tingkat kesehatan bank. Peraturan
perbankan yang baru dalam menilai tingkat kesehatan bank yang digunakan analisis
CAMELS (Capital, Asset, Management, Earnings, Liquidity, Sensitivity to Market Risk).
CAMELS merupakan salah satu metode analisis laporan keuangan dalam menentukan
kategori kesehatan pada suatu bank. Aspek-aspek yang tersebut diatas akan saling berkaitan
danxtidakxdapatxdipisahkanxsatuxdenganxyangxlainnya. Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor 6/23/DPNP 31 Mei 2004 menyatakan bahwa tata cara penilaian tingkat kesehatan
bankxmemiliki 4 kriteriaxyaitu nilai kredit 81 s/d 100 (Sehat), nilai kredit 66 s/d 81 (Cukup
Sehat), nilai kredit 51 s/d 66 (Kurang Sehat), dan nilai kredit 0 s/d 51 (Tidak Sehat).
Apabila PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) dalam
kesehatannya tidak memenuhi syarat kesehatan bank, sebagaimana yang telah tercantum pada
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP 31 Mei 2004 yang berisi tentang Tata Cara
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Peraturan Bank Indonesia Nomor
6/10/PBI/2004 Tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum, maka PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) dapat berupaya
meningkatkan kinerja keuangannya sehingga PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah
(Bank Jateng) akan terus senantiasa menjaga kepercayaan yang telah diberikan masyarakat
dan tetap setia menjadi nasabah PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng).
Kepercayaan dari masyarakat menjadi salah satu kunci sukses yang mendorong
kemajuan perusahaan, dalam menghadapi persaingan di dunia perbankan yang semakin ketat.
PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) secara menerus
melakukanxevaluasixdanxperbaikanxdibidang pengembangan produk, fungsi pemasaran,
pengembangan jaringan kantor, dan yang paling utama yaitu meningkatkan sistem
pelayanannya, agar mampu mewujudkan visi sebagai bank terpercaya yang menjadi
kebanggaan masyarakat. Mengingat PT. Bank PembangunanxDaerah Jawa Tengah (Bank
Jateng) yang fungsi, peranan, dan posisi di tengah masyarakat sangat strategis, oleh karena itu
pengukuran tingkat kesehatannya sangat penting supaya kedepannya PT. Bank Pembangunan
Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) tetap mendapat kepercayaan dari masyarakat maupun di
kalangan pemerintahan dalam pengelolaan keuangan bisnis.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitianxini adalah untukxmenganalisisxtingkatxkesehatanxbank PT.
Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) tahun 2013-2015 dengan
menggunakan
metode
CAMELSxyangxmeliputixaspekxpermodalan,xaktivaxproduktif,
manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar.
TINJAUAN PUSTAKA
Analisis Laporan Keuangan
Harahap (2011) mengungkapkan Analisis Laporan Keuangan merupakan laporan
keuangan yang menjabarkan tentang pos-pos dalam laporan agar menjadi suatu informasi
yang efektif dan mempunyai hubungan yang signifikan atau dapat bermakna antara data
kuantitatif maupun dengan data kualitatif untuk mengetahui kondisi keuangan dalam
pengambilan keputuusan.
Definisi Bank
PSAK No.31 menjelaskan bahwa bank adalah perusahaan yang berperan sebagai
perantara keuangan (Financial Intermediary) antara unit yang surplus kepada unit defisit,
serta sebagai perusahaan yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Sedangkan
menurut Ismail (2014) menyatakan peran bank yang berpengaruh dalam perkembangan
ekonomik suatu negara. Semuaxsektorxusaha baikxsektorxindustri,xperdagangan, pertanian,
perkebunan,xjasa, perumahan,xdan lainnyaxsangat memerlukanxbank sebagai mitra dalam
pengembangan usahanya.
Triandaru & Budisantoso (2006), diliaht dari jasa pengguanaan dana atau imbalan
baiksimpanan maupun kredit bank dapat dibedakan :
Bank Konvensional, yaitu bank yang bergerak dalam menghimpun dana dan
menyalurkan dananya, dan memeberikan sejumlah imbalan atau bunga dalam persentase
tertentu yang ditetapkan per tahun untuk suatu periode tertentu.
Bank Syariah, yaitu bank yang dalam kegiatannya menghimpun dana dan
menyalurkannya kembali dengan mengenakan mbalan atas prinsip dasar syariah yaitu bagi
hasil dan jual beli.
Laporan Keuangan
Kieso (2002) menjelaskan bahwa laporan keuangan ialah alat pengkomunikasian
mengenai informasi keuangan kepada semua pihak yang terkait untuk menjadi bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan juga merupakan suatu
laporan yang menunjukan bagaimana keadaan keuangan pada perusahaan dalam periode
tertentu (Kasmir, 2014). Ikatan Akuntansi Indonesia (2014) menyatakan laporan keuangan
ialah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.
Komponen-komponenxlaporanxkeuangan yang disusun oleh manajemen suatu perusahaan
terdiri dari (IAI, 2014) : LaporanxPosisixKeuangan,xLaporanxLabaxRugixdanxPenghasilan
Koprehensifxlain, LaporanxPerubahanxEkuitas,xLaporanxArusxKas,xCatatanxatasxLaporan
keuangan,xLaporanxPosisixKeuanganxpadaxawalxperiodxterdekatxsebelumnya.
Kesehatan Bank
SuratxEdaranxBankxIndonesiaxNo: 6/23/DPNPxTanggalx31xMeix2004, Penilaian
kesehatan bank merupakanxpenilaianxkualitatifxatasxaspek yang berpengaruh terhadap
keadaanxatau kinerja suatu bank untuk periode tertentu sesuaixstandarxBank
Indonesiaxmelalui penilaian permodalan,xkualitas aktiva, management,xrentabilitas,
likuiditasxdan sensitivitas terhadap resiko pasar. Riyadix(2006)xmenyatakan “ Tingkat
kesehatanxsuatuxbankxmenjadixsalah satu tolok ukurxkinerjaxkeuanganxbankxyangxsangat
penting, karena hasil penelitian dapat diketahui bagaimana kinerja dari pemilik dan
profesionalisme dalam pengelola bankˮ. Sedangkan Triandaru & Budisantoso (2006)
menyatakan kesehatan bank berarti suatu potensi dalam perbankan melaksanakan aktivitasnya
dengan baik dan dapat memenuhi kewajiban berdasarkan peraturan yang ada.
Rasio CAMELS
PeraturanxBankxIndonesiaxNomorx6/10/PBI/2004xtanggalx12 April 2004 tentang
SistemxPenilaianxTingkat Kesehatan Bank Umum, bank harus melaksanakan pengukuran
tingkat kesehatan bank secara triwulan dengan penilaian sendiri (self assessment ) dilakukan
paling sedikit tiap semester untukposisi akhir Juni dan Desember, apabila memiliki perbedaan
hasil penilaian maka yang berlaku adalah hasil penilaian yang dilakukan oleh Bank Indonesia.
Menurut ketentuan dalam Undang-Undang tentang perbankan tersebut. Bank
Indonesia mengeluarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004
yangxmengatur tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank. Metode atau cara
penilaian tingkat kesehatan bank dalam surat edaran tersebut kemudian dikenal sebagai
metode CAMELS. Seperti terlihat dalam tabel perhitungan aspek sensitivitas terhadap risiko
pasar tidak ditentukan besarnya bobot nilai kredit. Dengan demikian penjumlahan seluruh
komponen CAMELS dilakukan tanpa indikator “Sˮ. Berikut disajikan tabel tentang Tata Cara
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank (Metode CAMELS) dan Penilaian Kesehatan :
Penelitian Terdahulu
Abrini A.D. LaluasxMaryam Mangantar dan Peggy A. Mekel (2014) tentang Analisis
Kinerja Bank BUMN Menggunakan Metode CAMEL. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa kinerja termasuk dalam kategori Sehat, hal tersebut dilihat dari nilai CAR mencapai
16%, nilai PPAP yaitu 123,62%, NPM sebesar 77,16%, ROA yaitu 2,87%, nilai BOPO
72,50%, dan LDR yang mencapai 81,11%. Berdasarkan nilai dari CAMEL yang di ukur,
evaluasi Bank BUMN sudah mengacu pada standart ketentuan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia dan tidak ada pengaruh negatif yang signifikan terhadap kinerja. Sedangkan
penelitian yang dilakukan Indah Setyawati dan Marita (2010) tentang
Evaluasi Kinerja
ModelCAMELS pada PT Bank Danamon Indonesia. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
kinerja keuangan dan tingkat kesehatan PT Bank Danamon Indonesia termasuk dalam
kategori bank yang sehat.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penilitian ini menggunakan jenis penelitian diskriptif, dimana penelitian tersebut dapat
menyimpulkan tingkatkesehatan dari PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah ( Bank
Jateng ) dengan memakai Metode CAMELS. Dalam penelitian ini menggunakan data
sekunder periode masa 3 tahun (2013-2015).
Tempat Penelitian
Tempat Penelitian akan dilakukan di kantor pusat PT. Bank Pembangunan Daerah
Jawa Tengah (Bank Jateng) yang beralamat di JL. Pemuda No. 142 Semarang.
Definisi Operasional Variabel
Penilitian ini menggunakan variabel antara lain ialah :
Capital (Permodalan)
Kuncoro dan Suhardjono (2002) menyatakan bahwa kecukupan modal menunjukan
potensi bank dalam mempertahankan ekuitas yang memenuhi dan kemampuan management
bank dalam menganalisis, menilai, mengawasi, dan mengontrol risikoyang mungkin muncul
berpengaruh terhadap tingginya ekuitas bank.
Asset ( Aktiva )
Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD) ialah aset produktivitas, baik yang
telah mempunyai kemampuan maupun tidak memiliki potensi yang mennyebabkan rugi
ataupun yang menghasilkan, yang ditetapkan besarnya adalah :
─ Aktiva Produktif yang digolongkan Lancar sebesar 0%
─ Aktiva Produktif yang digolongkan Dalam Perhatian Khusus sebesar 25%
─ Aktiva Produktif yang digolongkan Kurang Lancar sebesar 50%
─ Aktiva Produktif yang digolongkan Diragukan sebesar 75%
─ Aktiva Produktif yang digolongkan Macet sebesar 100%
Management ( Manajemen )
Dalam management rasio yang digunakan ialah NPM yang berarti mengukur
kemampuan bank dalam mendapatkan laba operasi yang didapatkan dari aktivitas perusahaan.
Earning ( Rentabilitas )
Dilihat dari kemampuan bank aspek ini dapat meningkatkan efisiensi usaha dan laba.
Aspek earning ini meliputi :
ROA ( Return on Asset )
ROA diukur dengan menggunakan laba sebelum pajak terhadap total aktiva
dalam periode yang sama.
BOPO ( Biaya Operasional Pendapatan Operasional )
Rasio ini diukur dengan biaya operasionalselama 12 bulan terakhir.
Liquidity ( Likuiditas )
Rasio yang diberikan dana yang diterima secara kredit ( Loan to Deposits Ratio ).
Sensitivity To Market Risk ( Sensitivitas Terhadap Risiko Pasar )
Rasio ini menunjukanxperbandingan antara tingkat spread yang terjadi antara interst
income dengan interst expend. Semakin kecil angka rasio ini menunjukan risiko semakin
besar. rasio ini diukur sebagai berikut :
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Capital
Dibawah ini ialah tabel hasil perhitungan dari nilai CAR :
Tabel 4.7 menunjukan hasil analisis di atas bahwa PT. Bank Jateng mempunyai nilai
CAR untuk tahun 2013 yaitu 15,45% dengan nilai kredit 154,5%, mengalami penurunan pada
tahun 2014 dengan nilai rasio CAR menjadi sebesar 14.17% nilai kredit 141,7%, hal ini
disebabkan oleh meningkatnya ATMR yaitu 19.535.766 padatahun 2014 dibanding ATMR
tahun 2013 sebesar 15.983.519 dengan meningkatnya totalmodal tahun 2013 yaitu 2.469.631
dibanding total modal tahun 2014 sebesar 2.768.462.
Sedangkan pada tahun 2015 nilai rasio CAR mengalami kenaikan sebesar 14,87%
dengan nilai kredit 148,7%. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan pada total modal
dan ATMR yang cukup signifikan di tahun 2015 dibanding dengan total modal dan ATMR
pada tahun 2014. Meskipun mengalami penurunan pada tahun 2014 akan tetapi CAR PT.
Bank Jateng masih dalam kondisi yang sehat. Jadi penilaian tingkat kesehatan keuangan PT.
Bank Jateng dalam kondisi yang SEHAT karena mempunyaixnilai kreditxberperingkat
SEHAT.
2. Asset
Berikut ialah hasil perhitungan APD :
DarixhasilxperhitunganxrasioxAPDxdiatas,diketahui bahwaxAPDxdarixtahun 20132015 meningkat. Halxini bisa dilihatxdari tahun 2013 ke tahun 2014 yang mengalami
peningkatanxsebesar 0,17% dan pada tahun 2014 ke tahun 2015 rasio APD meningkat sebesar
0,31%. Hal ini berarti bahwa kewajiban kredit yang harus ditanggung oleh bank kembali
mengalamixkenaikan, kepemilikan aktivaxproduktif harus mampu menjamin seluruh
kewajiban kredit apabila terjadixkredit yang bermasalah. Dilihat dari nilai kredit APD, PT.
Bank Jateng merupakan bankxdengan kategorixSEHAT denganxbatasan nilai kredit antara
81-100.
3. Management
Berikut dapat dilihat hasil perhitungan NPM :
Berdasarkan hasil perhitungan nilai NPM PT. Bank Jateng,makaxdapat disimpulkan
bahwa pada tahun 2014 nilai NPMxmengalami penurunanxsebesar 72,5% dibanding dengan
tahun 2013 yang nilai NPMnyaxmencapai 73,1%. Penurunan ini disebabkan karena
pendapatanxoperasional padaxtahun 2013sebesar 964.969 yangxlebihxrendah dari tahun 2014
sebesar 1.022.615 yang jugaxmempengaruhixlaba bersih sebesar 705.041 tahun 2013 yang
lebihxrendahxdarixlaba bersih pada tahun 2014 yaitu sebesar 741.847. Pada tahun 2015 juga
terjadi penurunan sebesar 69% yang lebih rendah darixtahun 2014. Meskipun tahun 2013 –
2015 nilai NPM PT. Bank Jateng mengalamixpenurunan secara terus-menerus tetapi nilai
NPM masih dapatxdikategorikan dalamxpredikat CUKUPxSEHAT.
4. Earnings
─ ROA (Return On Asset)
DibawahxinixdisajikanxhasilxperhitunganxROA:
Perhitungan ROA diatas maka dapat disimpulkan bahwa nilai ROA PT. Bank Jateng
tahun 2013 ialah 3,10% dan menurun tahun 2014 yaitu2,91%. Pada tahun 2015 nilai ROA
kembali turun menjadi 2,78%. Dengan penurunan berturut yang dialami PT. Bank Jateng
pada tahun 2013-2015,hal ini menunjukan bahwa tingkat keuntungan yang dicapai oleh PT.
Bank Jateng masih belum maksimal karenaxsemakin tinggixnilai rasio ROA yang dicapai
makaxkeuntungannya akanxsemakin baik. Meskipun nilai ROA mengalami penurunan akan
tetapi penurunan tersebut masih dalam kategori predikat SEHAT.
─
BOPO
BerikutxialahxtabelxhasilxperhitunganxBOPO:
DarixtabelxhasilxperhitunganxBOPOxdiatasxdapatxdisimpulkanxbahwaxpadaxtahun
2013xnilaixBOPOxialahx54,18%xdanxtahunx2014xnilaixBOPO mengalamkenaikan menjadi
54,37%. Padaxtahunx2015xnilaixrasioxBOPOxkembalixmeningkatxyaitux57,36%, halxini
menunjukanxbahwaxsemakinxbesar rasio berart itidak baik, karena rasio ini menjelaskan
berapa besarnya biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan pendapatan yang diinginkan.
Dengan nilai rasio BOPO yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun,
menunjukan bahwa PT. Bank Jateng mampu menanggungxbeban operasional yang dikelurkan
dengan pendapatan operasional yang didapat PT. Bank Jateng. Nilai rasio BOPO yang dicapai
PT. Bank Jateng dalam melakukan operasional perusahaan sudah sangat maksimal, oleh
karena itu nilai rasio BOPO dapat dikategorikan dalam predikat SEHAT.
5. Likuiditas (Liquidity)
TabelxberikutxialahxhasilxperhitunganxLDR:
Dari perhitungan nilai rasio LDR PT. Bank Jateng, maka dapat disimpulkan bahwa
dari tahun 2013 sampai tahun 2015 PT. Bank Jateng mampu meningkatkan nilai LDR dengan
rasio tahun 2013 sebesar 87,15% meningkat sebesar 88,91% pada tahun 2014, dan meningkat
lagi di tahun 2015 sebesar 90,05%. Hal ini menunjukan bahwa PT. Bank Jateng telah mampu
memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dengan baik dan mendapat predikat
CUKUP SEHAT.
6. Sensitivitas terhadap risiko pasar
Dibawah iini ialahxhasil perhitunganxdarixSentivitasxterhadapxrisikoxpasarx (IRRR):
DarixhasilxperhitunganxsensitivitasxterhadapxrisikoxpasarxpadaxPT.xBankxJateng
diatas,xdapatxdisimpulkanxbahwaxdarixtahunx2013-2015xsensitivitas terhadap risiko pasar
mengalami penurunan. AkanxtetapixpenurunanxtersebutxtidakxberakibatxburukxbagixPT.
BankxJateng, penurunanxyangxterjadixdarixtahun 2013 yang sensitivity to market risk
mencapaix264,8% menjadi 233,5% di tahun 2014 dan di tahun 2015 sensitivity to market risk
mencapai angka 227,6%. Hal ini dikarenakan semakin besar rasio maka akan semakin buruk
sensitivitas terhadap risiko pasarnya, sebaliknyaxjikaxsemakinxkecilxmakaxakanxsemakin
baikxsensitivitasxterhadapxrisikoxpasarxpadaxPT.xBank Jateng.
Berdasarkan ketentuan dalam UU perbankan. Surat Edaran Bank Indonesia No.
6/23/DPNP Tanggall 31 Mei 2004 yang mengatur tentangxCaraxPenilaianxTingkat
KesehatanxBankxUmum dan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 Tanggalx12xAprilx2004
yang mengatur tentang Sistim Penilaian Tingkat KesehatanxBank Umum.
Maka hasil penilaian kesehatan bank PT. Bank Jateng dengan menggunakan bobot
CAMEL tanpa aspek Sensitivity to Market Risk adalah sebagai berikut :
Pembahasan
PT. Bank Jateng dalam aspek Permodalan (Capital) dengan rasio CAR pada tahun
2013-2015 mengalami penurunan dan juga peningkatan. Pada tahun 2013 CAR mencapai
15,45% menurun menjadi 14,87% tahun 2014, kemudian pada tahun 2015 CAR meningkat
sebesar 14,87%. Hal ini menunjukan bahwa PT. Bank Jateng selama tahun 2013-2015 dapat
terpenuhi segala modal usahanya. PT. Bank Jateng telah mampu memenuhi Kewajiban
Penyedia Modal Minimum (KPMM) sesuaii dengan standar yang sudah ditetpkan Bank
Indonesia. Besarnya KPMM menunjukan yaitu solvabilitas dalamkondisi yang memadai dan
risiko usahanya mampu diantisipasi. Besarnya CAR menunjukan kinerja suatu bank sangat
baik, sehingga PT. Bank Jateng tahun 2013-2015 menunjukan tingkat CAR yang SEHAT.
Dari aspek Aset, APD pada PT. Bank Jateng pada tahun 2013-2015 terus mengalami
penurunan. Tahun 2013 APD sebesar 0,61% meningkat pada tahun 2014 sebesar 0,78% dan
pada tahun 2015 rasio APD mencapai angka 1,09%. Hal tersebut disebabkan kecilnya rasio,
akan berpengaruh besarnya aset produktif yang diberikan atau diinvestasikan, sehingga akan
memberikan laba bagi perusahaan. Secara keseluruhan, hasil rasio APD berada dibawah 3%
yang menunjukan bahwa presentase aktiva produktif dalam kategori SEHAT, sehingga PT.
Bank Jateng diharapkan untuk tetap mempertahankan kesehatan pengelolaan aktivanya. Aset
yang dikelola bank memiliki dampak dari tingkat penghasilan bank, sehingga apabila
pengelolaan sangat baik maka akan memberikan profit yang optimal juga bagi PT. Bak
Jateng.
Aspek Manajemen, penilaian kesehatan bank diukur dengan menggunakan rasio
NPM. Nilai rasio tersebut dari tahun 2013-2015 mengalami perubahan yang mengacu pada
penurunan. Pada tahun 2013 angka NPM mencapai 73,1% yang turun menjadi 72,5% pada
tahun 2014, dan turun lagi tahun 2014 menjadi 69% pada tahun 2015. Hal tersebut
menunjukan bahwa kinerja bank selama 3 tahun terakhir berada pada posisi yang baik dan
berada dalam kategori CUKUP SEHAT. Diharapkan kedepannya PT. Bank Jateng dapat
mempertahankan sistem manajemennya agar tetap dalam kondisi sehat. Dengan manajemen
pada PT. Bank Jateng yang dikategorikan sehat maka PT. Bank Jateng mampu untuk
mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada
masyarakat agar tetap memberikan
kepercayaan pada PT. Bank Jateng.
Dalam aspek Rentabilitas, penilaian kesehatan bank dapat diukur dengan
menggunakan rasio ROA untuk menunjukan tingkat pengembalian terhadap aset. Nilai ROA
tahun 2013-2015, secara bertahap mengalami penurunan. Tahun 2013 ROA
mencapai
nilai 3,10% menurun sebasar 0,19% menjadi 2,91% pada tahun 2014, dan mengalami
penurunan lagi sebesar 0,13% menjadi 2,78% tahun 2015. Meskipun nilai ROA mengalami
penurunan dari tahun 2013-2015 tetapi secara keseluruhan nilai ROA menunjukan bahwa PT.
Bank Jateng masih mendapat keuntungan karena ROA perusahaan yang berada dalam kondisi
yang SEHAT. Hal ini menunjukan bahwa PT. Bank Jateng mampu menghasilkan keuntungan
yang dimiliki untuk mengelola aktivanya dan ROA PT. Bank Jateng wajib menstabilkan aset
produktivitasnya dimasa yang akan datang.
BOPO menunjukan tingkat efisiensi bank terhadap pengendalian biaya operasional.
Nilai BOPO pada PT. Bank Jateng untuk periode tahun 2013-2015 mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun. Rasio BOPO pada tahun 2013 sebesar 54,18% meningkat di tahun 2014
sebesar 54,37% dan pada tahun 2015 nilai BOPO mencapai 57,36%. Untuk menstabilkan dan
meningkatan suatu keadaan diharapkann Kualitas Aset Produktif yang menghasilkan kredit
lancar sehingga penghasilan rutin bunga bisa didapatkan dan meningkatkan penghasilan
operasional. BOPO pada PT. Bank Jateng berada dalam kategori SEHAT.
Angka rasio Likuiditas menunjukan LDR perusahaan setiap tahunnya mengalami
peningkatan. LDR PT. Bank Jateng pada tahun 2013 adalah 87,15% meningkat 1,76% jadi
88,91% untuk tahun 2014, tahun 2015 naik sebesar 1,14% jadi 90,05%. Hal ini disebabkan
karena kurangnya penerimaan dana dari perusahaan, berarti LDR PT. Bank Jateng tahun
2013-2015 dalam kondisi CUKUP SEHAT.
Penilaian kesehatan pada aspek sensitivitas terhadap risiko pasar tidak mempunyai
perhitungan bobot nilai kredit sesuai dengan UU perbankan Surat Edaran Bank Indonesia
No.6/23/DPNP 31 Mei 2004 yang diatur tentang Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank.
Nilai rasio IRRR PT. Bank Jateng termasuk dalam kategori SEHAT pada tahun 2013-2015.
Hal ini dikarenakan tingkat keuntungan yang diperoleh dalam penyaluran pinjaman diperoleh
dari pendapatan bungan dan beban bunga termasuk besar. Maka nilai rasio IRRR dapat
dikatakan dalam kategori SEHAT.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis metode CAMELS PT. Bank Jateng pada tahun 2013-2015
tergolong dalam lembaga bank yang memiliki predikat SEHAT. Ini menunjukan nilai
CAMEL tahun 2013 sebesar 94,1, ditahun 2014 sebesar 93,04 dan pada tahun 2015 sebesar
90,88 dikatakan SEHAT karena hasil dari nilai CAMEL tersebut berada dalam kategori
batasan nilai bank kategori sehat dengan nilai antara 81-100. Sedangkan untuk penilaian
kesehatan pada aspek sensitivitas terhadap risiko pasar, nilai rasio IRRR PT. Bank Jateng
termasuk dalam kategori SEHAT pada tahun 2013-2015. Hal ini dikarenakan tingkat
keuntungan yang diperoleh dalam penyaluran pinjaman didapatkan dari penghasilan bunga
dan bunga beban termasuk tinggi. Maka nilai IRRR dikatakan dalam kategori SEHAT.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Oktafrida. 2011. ”Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan
Metode CAMEL Pada PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah Tahun 2006 2009”. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.
Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia No 6/10/PBI/2004 Tanggal 12 April 2004. Perihal
Sistem penilaian Kesehatan Bank. Jakarta.
Bank Indonesia. Surat Edaran No.6/23/PPNP Tanggal 31 Mei 2004. Perihal Tata Cara
Penilaian Kesehatan Bank. Jakarta.
Brigham, Eugene dan Joel F. Houston, 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Jilid
Kesatu, Edisi Kesepuluh, Alih Bahasa Ali Akbar Yulianto, Salemba Empat, Jakarta.
Ismail,MBA., Ak. Akuntansi Bank teori dan aplikasi dalam rupiah. Edisi Revisi, Cetakan
Keempat.Jakarta: Kencan, 2014.
Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Teori Akuntansi. Edisi Revisi. Jakarta : Rajawali Pers
Harmono, 2009. Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard ( Pendekatan Teori,
Kasus, dan Riset Bisnis ), Bumi Aksara, Jakarta.
Ikatan Akuntansi Indonesia, 2012. Akuntansi Perbankan PSAK No. 31. Jakarta: Salemba
Empat.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2014. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta.
Kasmir. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Rajawali Pers, Jakarta.
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield, 2002. Akuntansi Intermediete,
Terjemahan Emil Salim, Jilid 1, Edisi Kesepuluh, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Prematasari, Meita Divi. 2009. Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan
CAMELS ( Studi Kasus Pada Bank Rakyat Indonesia (PERSERO).Tbk. Unit Adhiyaksa
Cabang WATES ). Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran ˮ Yogyakarta.
Riyadi, Slamet. 2006. Banking Assets And Liability Management. Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Jakarta.
Triandaru, Sigit & Totok Budisantoso. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Salemba
Empat, Jakarta.
Mardjono, E.S dan Hariyadi, G.T. 2015. Model Jejaring Wirausaha Sebagai Faktor
Pendukung Perdamaian Republik Keuangan Dan Non keuangan Unit Usaha Kecil Dan
Menengah Semarang. Forum Bisnis dan Kewirausahaan. Jurnal Ilmiah STIE IMDP.
Vol. 4 No. 2 Maret.
Download