14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L

advertisement
14
TINJAUAN PUSTAKA
Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)
Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam
Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;
Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus
: Allium dan Spesies : Allium
ascalonicum atau Allium cepa var. Ascalonicum (Rahayu dan Berlian, 1999).
Akar bawang merah terdiri atas akar pokok (primary root) yang berfungsi
sebagai tempat tumbuh akar adventif (adventitious root) dan bulu akar yang
berfungsi untuk menopang berdirinya tanaman serta menyerap air dan zat – zat
hara dari dalam tanah. Akar dapat tumbuh hingga kedalaman 30 cm, berwarna
putih. Batang tanaman bawang merah merupakan bagian kecil dari keseluruhan
tanaman, berbentuk seperti cakram (discus), beruas – ruas, dan diantara ruas –
ruas terdapat kuncup – kuncup. Bagian bawah cakram merupakan tempat
tumbuhnya akar (Pitojo, 2003).
Baik pada bawang bombai maupun pada bawang merah bagian dasar
daunnya melebar seperti kelopak. Kelopak daun sebelah luar selalu melingkar
menutup kelopak daun sebelah dalam, hingga potongan melintang umbi
memperlihatkan lapisan – lapisan yang berbentuk cincin. Kelopak daunnya
tumbuh pada sebuah batang tipis yang menyerupai cakram (Firmanto, 2011).
Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang
bertangkai dengan 50 – 200 kuntum bunga. Pada ujung dan pangkal tangkai
mengecil dan dibagian tengah menggembung, bentuknya seperti pipa yang
berlubang didalamnya. Tangkai tandan bunga ini sangat panjang, lebih tinggi dari
15
daunnya sendiri mencapai 30 – 50 cm. Sedang kuntumnya juga bertangkai tetapi
pendek, antara 0,2 – 0,6 cm (Wibowo, 1994)
Letak bakal biji bawang merah alam bakal buah (ovarium) terbalik atau
dikenal dengan istilah anatropus. Oleh karenanya bakal biji bawang merah dekat
dengan plasentanya. Biji bawang merah yang masih muda berwarna putih. Setelah
tua akan berwarna hitam (Rahayu dan Berlian, 1999).
Syarat Tumbuh
Iklim
Bawang merah sama seperti bawang putih tidak tahan kekeringan karena
sistem perakarannya yang pendek. Kebutuhan air terutama selama pertumbuhan
dan pembentukan umbi. Bawang merah juga tidak dapat hidup ditempat yang
airnya tergenang. Seperti halnya bawang putih, bawang merah ditanam pada
musim kemarau atau akhir musim hujan dengan pengairan yang baik
(Wibowo, 1994).
Dalam pertumbuhannya, tanaman bawang merah menyukai daerah yang
beriklim kering dengan suhu yang agak panas dan cuaca cerah, terutama yang
mendapat sinar matahari lebih dari 12 jam. Apabila tanaman bawang merah
ditanam ditempat yang terlindung dapat menyebabkan pertumbuhan umbi yang
kecil dan hasilnya kurang memuaskan (Rahayu dan Berlian, 1999).
Tanaman bawang merah dapat membentuk umbi di daerah yang suhu
udaranya rata-rata 22°C, tetapi hasil umbinya tidak sebaik di daerah yang suhu
udara lebih panas. Bawang merah akan membentuk umbi lebih besar bilamana
ditanam di daerah dengan penyinaran lebih dari 12 jam. Di bawah suhu udara
22°C tanaman bawang merah tidak akan berumbi. Oleh karena itu, tanaman
16
bawang merah lebih menyukai tumbuh di dataran rendah dengan iklim yang cerah
(Sumarni dan Hidayat, 2005).
Adanya perbedaan umur tanaman bawang merah di lapangan untuk siap
dipanen merupakan manifestasi dari tanggapan tanaman tersebut terhadap
pengaruh lingkungan dan yang paling menonjol adalah kondisi agroklimat yang
terjadi antara dataran rendah dengan dataran tinggi, seperti keadaan temperatur
udara, evaporasi, lamanya penyinaran matahari dan radiasi matahari yang diterima
setiap harinya, termasuk perbedaan curah hujan antara musim kemarau dan
musim penghujan di dataran rendah dan dataran tinggi. Perbedaan yang mencolok
dari unsur iklim tersebut antara dataran rendah dan dataran tinggi adalah
perbedaan temperatur dan cahaya matahari, demikian pula dengan perbedaan
cahaya matahari antar musim hujan dan musim kemarau sangat mencolok baik
terjadi
di
dataran
rendah
maupun
dataran
tinggi
(Putrasamedja dan Suwandi, 1996).
Tanah
Tanaman bawang merah menyukai tanah yang subur, gembur dan banyak
mengandung bahan organik. Tanah yang gembur dan subur akan mendorong
perkembangan umbi sehingga hasilnya besar – besar. Selain itu, bawang merah
hendaknya ditanam di tanah yang mudah meneruskan air. Kemasaman tanah
yang paling sesuai untuk bawang merah adalah yang agak asam sampai normal
(6,0 – 6,8). Tanah ber pH 5,5 – 7,0 masih dapat digunakan untuk penanaman
bawang merah (Rahayu dan Berlian, 1999).
Bawang merah dapat tumbuh hampir pada semua jenis tanah dan
menyukai jenis tanah lempung berpasir. Di Indonesia 70 % penanaman dilakukan
17
pada dataran rendah di bawah 450 meter. Bawang merah membutuhkan banyak
air tetapi kondisi yang basah menyebabkan penyakit busuk. Tanah yang cukup
lembab dan air tidak menggenang disukai oleh tanaman bawang merah
(Rismunandar, 1986).
Tanah aluvial dan latosol yang berpasir dapat juga ditanami bawang merah
meskipun hasilnya tidak sebaik tanah lempung berpasir. Asalkan strukturnya
bergumpal dan tidak becek. Untuk tanah yang berpasir dibutuhkan pengolahan
yang baik dan ditambah bahan organik yang lebih banyak. Untuk tanah – tanah
yang airnya tergenang , diperlukan saluran pembuangan air yang baik. Pada
bawang merah, jika tanah terlalu asam maka dilakukan pengapuran, akan tetapi
pengapuran harus dikerjakan beberapa hari sebelum pengapuran karena sistem
perakarannya tidak tahan kapur (Wibowo, 1994).
Ketinggian Tempat
Topografi yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah bentuk
wilayah (relief) atau lereng dan ketinggian tempat di atas permukaan laut. Relief
erat hubungannya dengan faktor pengelolaan lahan dan bahaya erosi. Sedangkan
faktor ketinggian tempat di atas permukaan laut berkaitan dengan persyaratan
tumbuh tanaman yang berhubungan dengan temperatur udara dan radiasi
matahari. Ketinggian tempat diukur dari permukaan laut (dpl) sebagai titik nol.
Dalam kaitannya dengan tanaman, secara umum sering dibedakan antara dataran
rendah (<700 m dpl.) dan dataran tinggi (> 700 m dpl.). Namun dalam kesesuaian
tanaman terhadap ketinggian tempat berkaitan erat dengan temperatur dan radiasi
matahari. Semakin tinggi tempat di atas permukaan laut, maka temperatur
semakin menurun. Demikian pula dengan radiasi matahari cenderung menurun
18
dengan semakin tinggi dari permukaan laut. Ketinggian tempat dapat dikelaskan
sesuai kebutuhan tanaman. Misalnya tanaman teh dan kina lebih sesuai pada
daerah dingin atau daerah dataran tinggi. Sedangkan tanaman karet, sawit, dan
kelapa lebih sesuai di daerah dataran rendah (Ritung,dkk., 2007).
Ketinggian tempat sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman.
Berdasarkan penelitian dari Andrian (2014) ketinggian tempat yang terbaik untuk
tanaman karet pada daerah Hapesong Tapanuli Selatan adalah 84,5meter diatas
permukaan laut, sedangkan pada ketinggian tempat 294,5 meter diatas permukaan
laut tidak sesuai. Makin tinggi letak tempat, maka pertumbuhan karet semakin
lambat dan dan hasilnya lebih rendah.
Lokasi tanam akan berpengaruh pada suhu udara, sinar matahari,
kelembapan dan angin. Unsur – unsur ini sangat berpengaruh terhadap proses
pertumbuhan tanaman. Semakin tinggi suatu tempat semakin rendah suhu
udaranya, dan sebaliknya semakin rendah suatu tempat atau lokasi tanaman maka
suhu yang terdapat dilokasi tersebut semakin tinggi. Pada tanaman sereh dapur,
produksi tanaman tertinggi berada pada lokasi tanam dataran rendah dan lokasi
tanam dataran tinggi menghasilkan produksi terendah (Kusumayadi, dkk., 2013).
Besar kemiringan lereng akan mempengaruhi laju kecepatan aliran
permukaan, semakin curam suatu lereng akan semakin cepat alirannya, sehingga
bisa diartikan kesempatan air yang meresap ke dalam tanah lebih kecil dan akan
memperbesar aliran permukaan yang berakibat pada besarnya erosi. Berdasarkan
hasil pengujian laboratorium terdapat pertambahan jumlah erosi pada setiap
pertambahan kemiringan lereng (Martono, 2014).
19
Bawang merah dapat tumbuh di dataran rendah sampai tinggi yaitu 0-900
m dpl. Suhu udara yang ideal untuk tanaman bawang merah adalah 250- 300C,
namun masih toleran pada suhu 220C, kelembaban udara nisbi 80%-90% akan
memacu perkembangan produksinya. Curah hujan yang sesuai adalah 300-2500
mm per tahuun, dengan intensitas sinar matahari penuh (Setiyowati, dkk., 2010).
Di Indonesia bawang merah dapat ditanam di dataran rendah sampai
ketinggian 1000 m di atas permukaan laut. Ketinggian tempat yang optimal untuk
pertumbuhan dan perkembangan bawang merah adalah 0 - 450 m di atas
permukaan laut. Tanaman bawang merah masih dapat tumbuh dan berumbi di
dataran tinggi, tetapi umur tanamnya menjadi lebih panjang 0,5-1 bulan dan hasil
umbinya lebih rendah (Sumarni dan Hidayat, 2005).
Tanaman bawang merah memerlukan syarat tumbuh tertentu selama
pertumbuhannya. Ketinggian tempat yang cocok untuk membudidayakan tanaman
bawang merah atau brambang (shallot). Ketinggian tempat terbaik untuk tanaman
brambang adalah dibawah 800 m dpl. Namun sampai ketinggian 1.100 m dpl
Tanaman bawang merah (shallot) masih dapat tumbuh (AAK, 1999).
Selama ini bawang merah lebih banyak dibudidayakan di lahan sawah dan
jarang diusahakan di lahan kering/tegalan. Secara teknis, bawang merah mampu
beradaptasi baik jika ditanam di dataran rendah, baik di lahan irigasi maupun di
lahan kering. Dengan demikian bawang merah mempunyai prospek untuk
dikembangkan di lahan kering. Bawang merah termasuk komoditas utama dalam
prioritas pengembangan sayuran dataran rendah di Indonesia, karena sudah
ratusan tahun dibudidayakan. Selain itu bawang merah dapat beradaptasi di
dataran rendah (Hervani, dkk, 2009).
20
Berdasarkan penelitian Anshar, dkk (2011) Perbedaan ketinggian tempat
berpengaruh nyata terhadap panjang daun tanaman bawang merah. Lokasi dengan
ketinggian 800 m diatas permukaan laut memiliki daun yang lebih panjang
dibandingkan tanaman bawang merah yang berada padda ketinggian 100 m dpl
serta 400 m dpl. Laju fotosintesis yang paling rendah ialah pada ketinggian 800 m
dpl. Untuk diameter ubi, bawang merah yang ditanam pada ketiggian 100 m dpl
memiliki diameter umbi yang lebih besar dibandingkan pada ketinggian 400 dan
800 m dpl.
Download