IPO IBF 2014

advertisement
BNIS COMPANY COMMENTARY
PT Intan Baruprana Finance Tbk
Analyst:Thendra Crisnanda
INDONESIA
Equity
Nov 06, 2014
Mul finance
thendra@bnisecuri es.co.id IPO IBF 2014
Country
: Indonesia
Peringkat Utang Indonesia
S&P
Moodys
Fitch
: BB+/ Stable
: Baa3/Stable
: BBB‐/Stable
Peringkat MTN Perusahaan
Nilai Emisi
Tenor
Kupon
(Coupon Rate)
ICRA Indonesia
& Pefindo
: Rp 300 miliar
: 3 tahun
: 11%
: BBB+ (idr)
Pemilik Saham Mayoritas
PT Intraco Penta Tbk (INTA) Group : 60%
Ringkasan Ekseku
f Perusahaan Solusi
Total Pembiayaan
Kebutuhan Modal
Kerja dan Investasi
PT Intan Baruprana Finance (IBF) merupakan perusahaan yang bergerak di
dalam industri pembiayaan. IBF berfokus pada pembiayaan pada sektor
terkait minyak dan gas, infrastruktur khususnya transportasi dan logisƟk.
Perseroan memiliki lisensi syariah serta didukung oleh jaringan yang luas
yang mencakup lebih dari 40 kota di Indonesia.
Keunggulan Kompe f
IBF serta Valuasi yang
Menarik
Kami menilai bahwa perseroan memiliki prospek yang menarik didukung oleh : 1) Menariknya industri terkait infrastruktur seper transportasi dan logis k; 2) IBF merupakan pemimpin pasar dalam diversifikasi pembiayaan ke infrastruktur; 3) Kemampuan strategis di dalam menggunakan pembiayaan dan pendanaan berbasis syariah; 4) Didukung oleh sinergi grup INTA dan jaringan pemasaran yang solid. Selain itu, kami menilai bahwa IBF ditawarkan pada valuasi yang menarik yaitu pada PER sekitar 13x hingga 16x dimana nilai ini rendah dibandingkan rata – rata PER industri yaitu sebesar 18,97x. 1
PT BNI Securi es ‐ Research Division
Table of Contents
Analysts
Ringkasan Ekseku f……………………………………………………1
Thendra Crisnanda +819 77867799
thendra@bnisecuri es.co.id
Prospek Investasi……………………………………………………….5
Latar Belakang Perusahaan………………………………………..3
Prospek Industri………………………………………………………..15
Faktor Pendorong Pertumbuhan………………………….15
Faktor Perha an Industri…………………………………….26
Regulasi………………………………………………………………. 28
Asumsi dan Kinerja Keuangan…………………………………..29
Risiko Usaha……………………………………………………………..33
Valuasi……………………………………………………………………..34
Proyeksi Keuangan……………………………………………………36
Lampiran…………………………………………………………………..37
2
Latar Belakang Perusahaan
Perusahaan Solusi Total
Pembiayaan Kebutuhan
Modal Kerja dan Investasi
PT Intan Baruprana Finance (IBF) didirikan pada tahun 1991. Perseroan merupakan anak usaha dari PT Intraco Penta Tbk (INTA) sejak tahun 2003. IBF berkontribusi sebesar 13,91% terhadap total pendapatan konsolidasi INTA pada 1Q14. IBF memiliki fungsi sebagai badan pembiayaan INTA, yang berfokus pada penyediaan pembiayaan alat berat baik untuk capƟve market (pelanggan INTA) seper Volvo, Sinotruck, SDLG, Mahindra, Bobcat dan Ingersoll Rand maupun non‐ capƟve market seper CAT, Komatsu, Hitachi, Kobelco, Hino, Mitsubishi dll. Perseroan memiliki lisensi syariah yang memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan dukungan dana yang kuat dari pemodal syariah di samping dana dari pemodal konvensional. Selain itu, IBF juga didukung oleh jaringan yang luas dimana mencakup lebih dari 40 kota di Indonesia dengan kantor pusat berlokasi di Jalan Raya Cakung Cilincing KM‐3.5, Jakarta. IBF telah dikenal secara baik di sektor pembiayaan Indonesia serta mendapatkan banyak penghargaan dari Investor dan majalah infobank sejak tahun 2011 hingga tahun 2014. 3
Latar Belakang Perusahaan
4
Prospek Investasi
Diversifikasi Bidang Terkait
Infrastruktur sebagai Kunci
Pertumbuhan
Portofolio pembiayaan IBF didominasi secara signifikan oleh sektor pertambangan terutama batubara selama periode FY13. Sektor pertambangan berkontribusi sebesar 65% terhadap total nilai kontrak baru perseroan pada FY13 dimana pertambangan batubara mendominasi sebesar 54%. Meskipun demikian, dalam rangka mengelola risiko yang terkonsentrasi, manajemen mendiversifikasikan eksposur bisnis perseroan ke sektor lainnya terutama sektor yang yang diuntungkan dari pengembangan infrastruktur terutama kontruksi dan transportasi logis k. Sektor tersebut mendominasi nilai kontrak baru perseroan sebesar 29% pada 1H14. Komposisi ini meningkat dibandingkan pada tahun 2013 dimana sektor infrastruktur berkontribusi sebesar 26%. Di sisi lain, eksposur sektor pertambangan mengalami penurunan menjadi 59%. Diversifikasi bidang pembiayaan juga terlihat dari segi unit dimana pembiayaan unit di sektor pertambangan mengalami penurunan dari 44% di FY13 menjadi 41% di 1H14. 5
Prospek Investasi
Didukung dengan Komitmen
Pembenahan Kualitas
Infrastruktur Indonesia
Strategi diversifikasi perseroan terutama pada sektor yang diuntungkan dari pengembangan infrastruktur terutama kontruksi dan transportasi logis k dinilai posi f seiring dengan keseriusan pemerintahan baru Jokowi‐ JK dalam membenahi kualitas infrastruktur Indonesia. Rendahnya kualitas infrastruktur telah menyebabkan rela f ngginya biaya logis k di Indonesia. Prosentase biaya logis k terhadap total pendapatan bruto domes k (PDB) Indonesia saat ini mencapai 27%. Nilai tersebut rela f lebih nggi dibandingkan dengan negara lain di kawasan negara maju dan ASEAN. 6
Prospek Investasi
Komitmen Pembenahan
Kualitas Infrastruktur….
Sebagai langkah strategis terhadap isu tersebut, pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan anggaran infrastruktur menjadi Rp 206 triliun pada FY14F. Sebagai tambahan, masih terdapat potensi tambahan pada budget infrastruktur ke ka penurunan subsidi BBM dapat dilakukan pada 4Q14 atau 1Q15. Oleh karena itu, peningkatan kualitas infrastruktur berpotensi memberikan katalis posi f bagi peningkatan pembiayaan untuk pengembangan proyek infrastruktur baik melalui lembaga perbankan dan juga non perbankan (salah satunya perusahaan pembiayaan). Pemimpin Pasar dalam
Diversifikasi Pembiayaan
Infrastruktur
IBF merupakan perusahaan pembiayaan yang berpotensi diuntungkan dari peningkatan ak vitas infrastruktur di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh sangat rendahnya perusahaan pembiayaan di Indonesia yang berfokus pada bidang infrastruktur. Dari 291 jumlah en tas perusahaan pembiayaan Indonesia pada tahun FY12, hanya terdapat dua (2) en tas pembiayaan infrastruktur. Selain itu, IBF juga merupakan perusahaan pembiayaan yang memimpin dalam diversifikasi pembiayaan di luar sektor pertambangan dibandingkan dengan kompe tor terdekatnya seper Surya Artha Nusantara Finance (SAN Finance); Caterpillar Finance Indonesia; Komatsu Astra Finance; Chandra Sak Utama Leasing dan Hitachi Construc on Machinery Finance Indonesia. 7
Prospek Investasi
Diversifikasi Pembiayaan
Infrastruktur ….
Oleh karena itu, kami menyakini bahwa IBF memiliki posisi (posiƟoning) yang lebih baik dalam memperoleh kontrak baru yang berkaitan dengan pembiayaan proyek infrastruktur. Perseroan memproyeksikan perolehan kontrak baru bertumbuh sebesar 58,22% (CAGR FY09 – FY15F) menjadi Rp 1,65 triliun pada FY15. Komposisi pembiayaan akan didominasi oleh proyek – proyek yang terkait infrastruktur, trans‐
portasi, dan logis k. 8
Prospek Investasi
Pertumbuhan Tingkat
Keuntungan dan Nilai Asset
yang Agresif
Perseroan memiliki rekam jejak yang baik dalam pertumbuhan yang agresif sejak FY10. Hal ini terefleksi dari pertumbuhan nilai asset yang sangat signifikan sebesar 60,46% (CAGR FY10 – FY13) menjadi Rp 2,355 triliun pada FY13. Selain itu, pendapatan perseroan juga bertumbuh sangat signifikan sebesar 75,6% (CAGR FY10 – FY13) menjadi Rp 258, 74 miliar. Hal ini juga diiku dengan peningkatan laba bersih perseroan menjadi Rp 31,253 miliar atau bertumbuh sebesar 74,46% (CAGR FY10 – FY13). Peningkatan yang signifikan baik dalam nilai asset dan ngkat profitabilitas perseroan menunjukkan menariknya prospek investasi perseroan ke depan. 9
Prospek Investasi
Keuntungan
dari
Skema
Pembiayaan dan Pendanaan
Syariah
Pertumbuhan perseroan yang ekspansif dalam beberapa waktu terakhir dak terlepas dari kejelian pihak manajemen dalam menggunakan konsep syariah baik untuk ak vitas pembiayaan dan juga pendanaan. Portofolio pembiayaan syariah IBF bertumbuh signifikan sebesar 99,74% (CAGR FY10 – FY13) menjadi Rp 1,283 trilliun pada FY13. Komposisi syariah juga mendominasi sebesar 56,37% dari total portofolio pembiayaan perseroan di FY13 dari sebelumnya hanya sebesar 33,13%. Kami menilai bahwa skema pembiayaan syariah menguntungkan perseroan karena : 1) Prospek fnya potensi pasar pembiayaan syariah di Indonesia; 2) Mengurangi ngkat risiko karena pemilihan pembiayaan lebih selek f melalui prinsip syariah; 3) Menarik bagi investor asing dan ins tusi yang beriorientasi pada konsep syariah. 10
Prospek Investasi
Skema
Pembiayaan
Pendanaan Syariah...
dan
Peningkatan ak vitas pembiayaan melalui konsep syariah juga diimbangi perseroan dengan menjaga proporsi pendanaan syariah. Pendanaan syariah bertumbuh sebesar 52,85% (CAGR FY10 – FY13) menjadi Rp 725 miliar pada FY13. Komposisi pendanaan syariah berbanding konvensional juga rela f stabil dengan rata – rata 57,19% dalam empat (4) tahun terakhir. Pendanaan melalui skema syariah memberikan keuntungan bagi perseroan meskipun secara umum biaya pendanaan melalui skema ini rela f lebih nggi dibandingkan dengan pendanaan konvensional. Menurut pandangan manajemen, perseroan secara selek f bisa mendapatkan suku bunga yang kompe f dari perbankan syariah atau bahkan rela f lebih rendah dibandingkan perbankan konvensional. Hal yang menarik menurut pandangan kami yang dapat menjadi keunggulan kompe f IBF adalah : 1) Kemampuan perseroan untuk secara tepat menyeimbangkan antara pendanaan dan pembiayaan baik dalam Rupiah (Rp) dan Dolar Amerika Serikat (US$). Menurut pandangan manajemen, perseroan secara ketat menyalurkan pembiayaan US$ hanya melalui sumber pendanaan US$ dan sebaliknya. 2) Kemampuan perseroan dalam mengelola pembiayaan dan pendanaan melalui skema syariah secara baik. Perseroan mendapatkan keuntungan dari skema syariah dimana IBF memiliki fleksibilitas dalam peningkatan margin perseroan terutama ke ka tren suku bunga mengalami penurunan dan lindung nilai ke ka suku bunga mengalami peningkatan. Oleh karena itu, keunggulan kompe f IBF tersebut memberikan lindung nilai secara alamiah bagi perseroan baik terhadap fluktuasi nilai tukar serta ngkat suku bunga. 11
Prospek Investasi
Ruang yang Cukup Untuk
Meningkatkan Leverage
Bisnis pembiayaan memiliki sifat dasar yang membutuhkan jumlah pendanaan yang nggi untuk meningkatkan skala bisnisnya. Hal ini terefleksikan dari ngginya rasio utang terhadap total ekuitas (gearing
raƟo/ DER) perusahaan pembiayaan. Sementara itu, pemerintah melalui peraturan kementerian keuangan memperketat nilai gearing
raƟo maximum 10x. Meskipun demikian, praktek perbankan secara umum perusahaan pembiayaan hanya dapat meningkatkan gearing
raƟo‐nya maximum 8x. Kami menilai bahwa ruang pertumbuhan perseroan masih cukup nggi seiring nilai gearing raƟo perseroan yang masih berada level 3,44x di FY13. 12
Prospek Investasi
Meningkatkan Leverage….
Sebagai upaya untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan, perseroan berusaha menurunkan biaya pendanaan serta memperkuat sisi permodalan. Hal tersebut dilakukan melalui langkah strategis yaitu : 1) Menawarkan 40% saham ke publik melalui proses IPO; 2) Membangun skema‐pembiayaan bersama dengan bank; 3) Menerbitkan medium term notes (MTN) dengan ngkat bunga yang lebih rendah. Sebagai dampak posi fnya, kami memproyeksikan ngkat profitabilitas perseroan (NIM) berpotensi meningkat secara bertahap menjadi 23,12% pada FY15F dari sebelumnya 15,78% di FY11. Di samping itu, gearing raƟo perseroan dies masikan dapat mengalami penurunan ke level 2,27x di FY15F. Dukungan Kuat dari INTA
Group Serta Jaringan
Pemasaran
Salah satu keunggulan kompe f IBF juga berasal dari dukungan induk, INTA group yang telah memiliki pengalaman lebih dari 40 tahun di industri alat berat. Bisnis perseroan juga ditopang oleh lebih dari 40 jaringan pemasaran yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini juga memberikan dukungan operasional yang kuat bagi IBF untuk mengembangkan pasar secara efek f dan efisien. Selain itu, INTA group juga menyediakan dukungan yang kuat kepada IBF untuk repossessing, penyimpanan, perbaikan, dan unit jaminan pemasaran melalui jaringan INTA Grup yang luas. 13
Prospek Investasi
Dukungan Kuat dari INTA
Group….
Hal yang menarik bagi kami dari dukungan INTA group adalah komposisi pendapatan perseroan yang dak lagi didominasi oleh kontribusi group. Kontribusi group terhadap total pendapatan konsolidasi IBF pada FY13 hanya sebesar 43,39%. Nilai ini mengalami penurunan yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan tahun 2011 dimana kontribusi group masih mencapai 49,93%. Kami menilai posi f atas langkah perseroan untuk dapat mandiri di dalam kegiatan bisnisnya demi mencapai pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan. 14
Prospek Industri
Faktor Pendorong Industri
Ekspektasi Kondisi
Makroekonomi yang Kondusif
Indonesia merupakan Negara yang berada pada era transformasi yang cepat didorong oleh ngkat urbanisasi yang nggi, demografi penduduk yang berusia produk f dan peningkatan jumlah golongan kelas menengah. Indonesia sebagai salah satu Negara G20, diproyeksikan akan menjadi Negara dengan peringkat 16 terbesar di dunia berdasarkan pada nilai nominal PDB pada tahun 2015. Nilai nominal PBD Indonesia diproyeksikan akan bertumbuh menjadi US$ 1.130 milliar.Prospek fnya pertumbuhan Indonesia telah menarik minat para investor asing yang terefleksikan dari terus meningkatnya nilai investasi asing langsung menjadi US$ 28,2 miliar pada FY13. Indikator perekonomian Indonesia juga dies masikan akan mengalami pemulihan secara bertahap di mulai pada 1H15 dengan asumsi bahwa pemerintahan Jokowi – JK mampu mengimplementasikan kebijakan ekonomi yang tepat. Berdasarkan analisa sensivitas dari ekonom BNIS, penerapan kebijakan yang mendukung akan berdampak posi f bagi stabilitas pada ngkat inflasi dan nilai tukar. Oleh karena itu, suku bun‐
ga diproyeksikan akan mengalami penurunan dari level ter ngginya di 7,75% pada FY14F menjadi hanya 6,25% pada akhir FY16F. 15
Prospek Industri
Ekspektasi Kondisi
Makroekonomi yang
Kondusif...
Penurunan suku bunga berpotensi mendorong minat perusahaan untuk melakukan ekspansi usahanya. Sebagai hasilnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan dapat bertumbuh secara bertahap dari 5,44% di FY14E menjadi 6,15% pada FY16F. Kami menilai bahwa percepatan pengembangan infrastruktur memainkan peranan yang pen ng dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi tersebut. Pengembangan infrastruktur yang kondusif berdampak posi f bagi pertumbuhan keseluruhan sektor industri, dimana salah satunya adalah sektor pembiayaan/ mulƟfinance sebagai sumber alterna f pendanaan selain perbankan. Prospek Industri Pembiayaan
(MulƟfinance)
Industri pembiayaan/ mulƟfinance Indonesia masih mengalami pertumbuhan rela f ekspansif dalam beberapa waktu terakhir di tengah turbulasi perekonomian domes k. Hal tersebut terefleksi dari peningkatan jumlah asset dan ngkat profitabilitas perusahaan pembiayaan Indonesia. Total asset perusahaan pembiayaan meningkat pesat dari Rp 164,85 triliun di FY08 menjadi Rp 341,77 triliun pada FY12. Seiring dengan pertumbuhan nilai asset, total kewajiban dan ekuitas perusahaan pembiayaan di Indonesia juga mengalami tren peningkatan yang rela f signifikan. 16
Prospek Industri
Industri Pembiayaan...
Peningkatan nilai aset perusahaan pembiayaan dak dapat dilepaskan dari peningkatan ak vitas perusahaan pembiayaan yang melipu sewa guna usaha, anjak piutang, usaha kartu kredit dan pembiayaan konsumen. Total piutang pembiayaan meningkat sangat signifikan sebesar 120,1% mencapai Rp 302,08 triliun di FY12 dibandingkan dengan periode FY08. Hal ini juga mendorong pencapaian laba bersih perusahaan pembiayaan dari Rp 6,4 triliun pada FY08 menjadi Rp 12,2 triliun di FY12 atau bertumbuh rata – rata sebesar 23,56% per tahun. 17
Prospek Industri
Meskipun demikian, jumlah total en tas perusahaan mul finance di Indonesia rela f bertumbuh terbatas dimana hanya bertumbuh menjadi 200 en tas di FY12 dari sebelumnya 195 en tas di FY11. Sementara itu, jumlah en tas perusahaan pembiayaan infrastruktur bertumbuh stagnan pada hanya 2 en tas. Di sisi lain, jumlah en tas perusahaan pembiayaan yang menjalankan kegiatan berdasarkan prinsip syariah terus mengalami peningkatan yang signifikan dari hanya 4 en tas pada FY08 menjadi 35 en tas di FY12. Hal yang menarik dari pertumbuhan en tas tersebut adalah selain IBF berada pada segmen pertumbuhan perusahaan pembiayaan syariah yang prospek f, perseroan juga memiliki peluang untuk menjadi pemimpin di industri pembiayaan terkait infrastruktur yang menjadi fokus pengembangan bisnis perseroan ke depan. 18
Prospek Industri
Prospek
Industri
Terkait
Infrastruktur – Transportasi
dan Logis k
Ekspektasi pemulihan pertumbuhan ekonomi domes k serta peningkatan kelas menengah Indonesia memberikan peluang yang prospek f bagi pertumbuhan industri transportasi dan logis k di Indonesia. Hal ini juga ditopang oleh pemaksimalan program MP3EI yang mengintegrasikan enam (6) koridor ekonomi di Indonesia. Dalam rangka mengembangkan sistem logis k nasional dan mendukung program MP3EI, pemerintah telah menyiapkan PEPRES No.26 tahun 2012 mengenai program kerja/ blueprint sistem logis k nasional. Salah satu program integrasi infrastruktur, pemerintah baru – Jokowi JK berfokus pada Pendulum Nusantara (PN). PN akan mengakomodasi pembentukan pelabuhan laut utama internasonal untuk melakukan lalu lintas reguler kapal berskala besar dari Sumatera ke Papua. Berdasarkan data Bappenas, total investasi untuk PN adalah sekitar US $ 250 ‐ 300 juta. Pelabuhan utama adalah: 1) Pelabuhan Belawan (Medan, Sumatera), 2) Tanjung Priok (Jakarta, Jawa Barat), 3) Tanjung Perak (Surabaya, Jawa Timur), 4) Makassar (Sulawesi), dan 5) Sorong (Papua). 19
Prospek Industri
Industri Terkait Infrastruktur –
Transportasi dan Logis k
PN diproyeksikan menjadi salah satu solusi yang terbaik bagi sistem logis k Indonesia. Hal ini ditopang oleh ngginya ngkat lalu lintas via laut yang mencapai 1.000,6 juta ton pada FY13 atau berkontribusi sebesar 97% terhadap total lalu lintas transportasi dan logis k di Indonesia. Nilai biaya transportasi dan logis k di Indonesia mencapai Rp 284,7 triliun pada FY12. Meskipun demikian, menurut analisis Frost and Sullivan terdapat biaya yang tersembunyi dari transportasi dan logis k di Indonesia yang mencapai Rp 1.139, 5 triliun. 20
Prospek Industri
Industri Terkait Infrastruktur –
Transportasi dan Logis k
Frost dan Sullivan memproyeksikan industri transportasi dan logis k Indonesia berpotensi bertumbuh sebesar 14,8% CAGR untuk periode 2013 – 2017. Pertumbuhan industri yang signifikan memberikan suatu potensi yang baik pertumbuhan bisnis IBF ke depan. IBF juga telah fokus masuk ke dalam bisnis pembiayaan untuk transportasi dan logis k laut dimana sektor ini kami nilai mendapatkan perha an khusus bagi pemerintahan yang baru. Industri terkait infrastruktur terutama transportasi dan logis k telah berkontribusi sebesar 49,1% terhadap total kontrak baru perseroan di 1H14. 21
Prospek Industri
Prospek Industri
Pertambangan, Perkebunan,
Konstruksi terhadap Alat
Berat
Industri alat berat Indonesia memiliki prospek yang baik dalam jangka panjang ditopang oleh pemulihan terutama pada sektor pertambangan dan perkebunan. Sektor pertambangan Indonesia saat ini masih didominasi oleh sektor batubara berdasarkan kapasitas produksi. Kapasitas produksi batubara diproyeksikan dapat bertumbuh sebesar 10% CAGR menjadi 656 juta ton pada FY17F. Pertumbuhan tersebut ditopang oleh ekspektasi pemulihan permintaan dari Negara berkembang seper China dan India serta diversifikasi pasar seper Kazakhstan dan Vietnam. Selain itu, tren pengembangan pembangkit listrik domes k dies masikan dapat mendorong peningkatan konsumsi batubara domes k mencapai 95,3 juta ton pada FY14E atau bertumbuh senilai 96,5% dibandingkan pada periode FY11. 22
Prospek Industri
Industri Pertambangan,
Perkebunan, Konstruksi
terhadap Alat Berat
Produksi pertambangan logam juga diekspektasikan mengalami peningkatan seiring dengan pemulihan permintaan khususnya dari China dan Australia. Produksi bauksit nasional diproyeksikan bertumbuh moderat senilai 8,5% CAGR menjadi 41 juta ton pada FY17F. Sementara itu, pertambangan tembaga dan emas diproyeksikan meningkat signifikan seiring ditemukannya pertambangan baru di pertambangan Tujuh Bukit yang memiliki cadangan tembaga sebesar 6,8 juta ton dan emas sebesar 25 juta ons. Selain itu, tren pemulihan harga komoditas global hingga FY15F juga menjadi katalis posi f bagi sektor pertambangan Indonesia. 23
Prospek Industri
Industri Pertambangan,
Perkebunan, Konstruksi
terhadap Alat Berat
Di samping kontribusi dari sektor pertambangan, pertumbuhan alat berat domes k juga dikontribusikan oleh sektor perkebunan. Sektor perkebunan Indonesia diproyeksikan juga mengalami pemulihan dalam jangka panjang. Produksi CPO diprediksikan bertumbuh sebesar 6,1% CAGR FY10 – FY17F menjadi 31,6 juta ton pada FY17F. Beberapa katalis pendorong pertumbuhan industri perkebunan CPO ke depan : 1) Peningkatan investasi pada industri hilir terutama peningkatan penggunaan biodiesel dan produksi olahan oleokimia; 2) Kebijakan penurunan tarif ekspor CPO dari 13% menjadi 9% di FY14E; 3) Ek‐
spektasi pemulihan harga CPO menjadi 2.600 malaysia ringgit per ton di FY14E sebagai dampak nega f atas badai El Nino. Sektor kontruksi domes k diproyeksikan akan bertumbuh signifikan seiring dengan rencana pengembangan proyek Infrastruktur dan perumahan nasional. Pemerintah berencana merealisasikan budget pembangunan infrastruktur nasional senilai Rp 206 triliun atau setara dengan 2,1% terhadap total GDP Indonesia di FY14E. Selain itu, katalis pendorong bagi ak vitas infrastruktur domes k juga akan didorong dengan implementasi sepenuhnya UU pembebasan lahan pada 1Q15. 24
Prospek Industri
Industri Pertambangan,
Perkebunan, Konstruksi
terhadap Alat Berat
Pemulihan sektor pertambangan, perkebunan serta peningkatan ak vitas kontruksi menjadi katalis utama pendorong pertumbuhan industri alat berat domes k.Permintaan alat berat domes k diproyeksikan bertumbuh sebesar 22,08% CAGR menjadi 32.388 unit untuk total kebutuhan sektor pertambangan, perkebunan serta kontruksi. Segmen alat berat yang masih mendominasi permintaan domes k adalah hydraulic yang berkontribusi rata – rata sebesar 41,56% se ap tahunnya. Tren peningkatan permintaan alat berat ini berpotensi membawa katalis posi f bagi pertumbuhan bisnis pembiayaan alat berat khususnya IBF. 25
Prospek Industri
Industri Pertambangan,
Perkebunan, Konstruksi
terhadap Alat Berat
Perha an Industri
Perlambatan Industri Sebagai
Dampak Pengetatan Likuiditas
Ketatnya likuiditas perbankan sebagai dampak peningkatan suku bunga telah menyebabkan perlambatan pada sektor pembiyaaan. Hal ini juga terjadi seiring dengan berkontraksinya pertumbuhan ekonomi domes k dari 6,5% di FY11 menjadi 5,2% di 1Q14. Perha an kami terletak pada bagaimana strategi perusahaan pembiayaan untuk dapat secara tepat melakukan diversifikasi pada sumber pendanaan. Perusahaan pembiayaan yang mampu menjalankan skema pendanaan seper joint financing dengan perbankan dan penerbitan obligasi, tentunya akan lebih diuntungkan di tengah kondisi ketatnya likuiditas saat ini. 26
Prospek Industri
Potensi Meningkatnya
Pembiayaan Bermasalah
Tingginya suku bunga pembiayaan dan perlambatan pertumbuhan ekonomi domes k berpotensi mendorong ngkat pembiayaan bermasalah (Non Performing Finance/ NPF) pada perusahaan pembiayaan meningkat. Hal ini mulai terindikasi dari meningkatnya ngkat NPF dari 1,99% di FY11 menjadi 2,03%. Selain itu, potensi NPF juga akan meningkat seiring dengan mekanisme joint financing dengan perbankan. Hal ini terjadi karena selama ini peraturan mengenai NPF pada perusahaan pembiayaan Indonesia belum diregulasi secara ketat.Tetapi setelah melakukan joint financing dengan perbankan, proporsi pendanaan perbankan harus disesuaikan dengan peraturan BI mengenai klasifikasi NPF. Potensi Penurunan Gearing
RaƟo
OJK berencana untuk membatasi utang luar negeri perusahaan pembiyaan. Hal ini dilakukan untuk mengan sipasi risiko beban perusahaan pembiayaan ke ka terjadi pelemahan nilai tukar Rp. Oleh karena itu, OJK berencana menurunkan rasio utang terhadap modal (gearing raƟo) dari 10x menjadi 6x – 8x. Penurunan gearing raƟo yang cukup signifikan berpotensi menghambat pertumbuhan bisnis perusahaan pembiayaan. Hal ini disebabkan oleh masih ngginya kebu‐
tuhan atas penggunaan utang di dalam industri ini.
27
Prospek Industri
Regulasi
Regulasi di bawah
Kementerian Keuangan dan
OJK
Kementerian keuangan dan OJK merupakan lembaga yang mengatur perusahaan pembiayaan di Indonesia. Kementerian keuangan memiliki peran untuk mengeluarkan kebijakan, sedangkan OJK memiliki fungsi pengawasan terhadap kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku.Regulasi utama yang mengatur industri pembiyaan adalah UU Kemenkeu No.84/ PMK.012/2006. Beberapa poin utama dari peraturan ini adalah : 28
Prospek Industri
Perluasan Izin Pembiayaan
Perusahaan MulƟfinance
OJK berencana memperluas pembiayaan yang dilakukan perusahaan MulƟfinance ke kredit mul guna, investasi dan modal kerja seper yang dilakukan oleh perbankan. Sebelumnya, berdasarkan PMK Nomor 84 Tahun 2006, industri mul finance hanya boleh melakukan pembiayaan untuk empat sektor, yakni anjak piutang, konsumen, sewa guna usaha, dan kartu kredit. Kami menilai bahwa potensi perubahan regulasi tersebut dapat menjadi katalis posi f bagi IBF untuk memperluas pangsa pasar guna mencapai pertumbuhan yang berkesinambungan ke depan. Kami juga menyakini bahwa IBF merupakan salah satu perusahaan pembiayaan yang paling siap dalam menangkap peluang tersebut karena ditopang oleh sumber daya manusia yang mayoritas memiliki latar belakang di perbankan dibandingkan dengan perusahaan pembiayaan.
Asumsi dan Kinerja Keuangan
Asumsi Dasar
Kami secara moderat mengasumsikan bahwa IBF dapat memperoleh kontrak penjualan sebesar Rp 1,19 triliun pada FY14E atau bertumbuh sebesar 20% dibandingkan periode FY13 sebesar Rp 997,28 triliun. Peningkatan pada nilai kontrak perseroan ditopang oleh diversifikasi sektor bisnis yang dilakukan oleh perseroan secara tepat yaitu infrastruktur terkait transportasi dan logis k. Selain itu juga, kami memproyeksikan IBF dapat meningkatkan jumlah kontrak sebesar 30% di FY15F dan 40% di FY16F. 29
Asumsi dan Kinerja Keuangan
Kinerja Keuangan dan Tingkat
Keuntungan
Kami memproyeksikan pendapatan IBF dapat bertumbuh sebesar 38,19% CAGR FY11 – FY16F menjadi Rp 306,59 miliar di FY14E sebagai dampak dari peningkatan nilai kontrak yang meningkat sebesar 17,10% CAGR FY11 – FY16F. Seiring dengan pertumbuhan pendapatan, kami memproyeksikan laba bersih perseroan dapat bertumbuh sebesar 51,98% CAGR FY11 – FY16F menjadi Rp 60,72 miliar pada FY14E. Sementara itu, ngkat profitabilitas perseroan juga diharapkan dapat mengalami tren peningkatan seiring dengan pengembangan bisnis perseroan yang agresif dan selek f. 30
Asumsi dan Kinerja Keuangan
Kinerja Keuangan dan Tingkat
Keuntungan
31
Asumsi dan Kinerja Keuangan
Kinerja Keuangan dan Tingkat
Keuntungan
32
Risiko Usaha
Pelemahan Ekonomi Domes k
dan Global
Pelemahan pertumbuhan ekonomi dan ngkat suku bunga yang nggi berdampak nega f terhadap pertumbuhan industri pembiayaan domes k. Hal ini disebabkan oleh semakin sulitnya perusahaan pembiayaan untuk mendapatkan sumber pendanaan serta penyaluran kreditnya.Selain itu, hal tersebut juga berpotensi mendorong peningkatan jumlah pembiayaan bermasalah sehingga dapat berdampak nega f bagi pertumbuhan perseroan. Tren Peningkatan Suku Bunga
Potensi meningkatnya suku bunga berpotensi membawa dampak nega f bagi pertumbuhan pembiayaan perseroan. Penurunan ngkat pembiayaan serta meningkatnya biaya pendanaan berdampak nega f bagi kinerja perseroan. Ketatnya Persaingan Usaha
Perseroan menghadapi risiko ketatnya persaingan menghadapi perusahaan pembiayaan lainnya di tengah meningkatnya permintaan pendanaan di luar perbankan. Hal ini terjadi karena pemain baru dapat masuk rela f mudah ke dalam pasar dengan harga yang lebih murah. Meskipun demikian, karena kualitas pelayanan dan rekam jejak telah menjadi perha an utama bagi konsumen, kami menyakini bahwa perusahaan pembiayaan dengan rekam jejak yang teruji seper IBF masih dapat memenangi persaingan yang ada. Risiko Penipuan Internal
Perusahaan mul finance rentan terhadap penipuan secara internal yang melibatkan karyawannya. Meskipun demikian, hal ini dapat diatasi dengan kontrol internal yang kuat. Pengetatan Regulasi
Perusahaan Pembiayaan
Industri pembiayaan Indonesia merupakan industri keuangan non‐bank yang regulasinya masih rela f dak terlalu ketat seper halnya perbankan. Meskipun demikian, OJK berencana untuk memperketat prasyarat pendanaan dan pembiyaan perusahaan pembiayaan terutama pada klasifikasi NPF. Risiko Peningkatan
Pembiayaan Bermasalah
(NPF)
Permasalahan di dalam penagihan piutang menjadi faktor risiko bagi perseroan yang dicerminkan dari peningkatan rasio NPF. 33
Valuasi
Kami menggunakan metode PE mulƟple dan PEG untuk menghitung nilai wajar IBF setelah IPO. Kami menggunakan es masi EPS FY15F senilai Rp 24.45 per lembar saham dengan asumsi laba bersih tahun 2015 sebesar Rp 102,12 miliar. Sementara itu, nilai buku yang digunakan adalah sebesar Rp 228,81 per lembar saham. Nilai kapitalisasi pasar pasca IPO diperkirakan mencapai Rp 1,328 triliun – Rp 1,634 triliun. Berdasarkan valuasi PER sekitar 13x hingga 16x maka valuasi wajar saham perusahaan berada di dalam kisaran Rp 317 ‐ 391 per lembar saham. Selain itu, nilai PEG yang berada di bawah nilai wajar 1x yaitu berkisar antara 0,19x hingga 0,23x, mengindikasikan suatu potensi peningkatan nilai yang signifikan pada waktu menda‐
tang. 34
Valuasi
35
Proyeksi Keuangan
36
Lampiran
Lampiran 1 – Profil Manajemen
37
Lampiran
Lampiran 1 – Profil Manajemen
38
MAIN OFFICE ‐ JAKARTA
PT BNI SECURITIES
Sudirman Plaza, Indofood Tower 16th Floor, Jl. Jend. Sudirman Kav. 76‐78 Jakarta 12910, Indonesia Phone: (62‐21) 25543946 (Hun ng) Fax: (62‐21) 57935831 e‐mail: bnisec@bnisecuri es.co.id (General) Website: h p://www.bnisecuri es.co.id JAKARTA – PT BNI Securi es
MALANG Jl. Buring No. 58 Malang Sudirman Plaza Indofood Tower Lt.16 Jl. Jend. Sudirman Kav. 76‐78 Jakarta 12910 Phone: (62‐21) 25543946 Fax: (62‐21) 57935831 e‐mail: wisma46@bnisecuri es.co.id Phone: (62‐341) 321214, 321213, 341430 Fax: (62‐341) 356876 e‐mail: malang@bnisecuri es.co.id
DENPASAR JAKARTA ‐ Mangga Dua
Pertokoan Diponegoro Megah Blok. A5‐A6, Lt. 2 Pertokoan Mangga Dua Blok E4 No. 7 Jl. Mangga Dua Raya, Jakarta Utara Phone: (62‐21) 6123804‐5,62203890 Fax: (62‐21) 6123806 e‐mail: manggadua@bnisecuri es.co.id Jl. Diponegoro No. 100 Denpasar ‐ Bali Phone: (62‐361) 264376 Fax: (62‐361) 229170 e‐mail: denpasar@bnisecuri es.co.id JAKARTA ‐ Puri Indah
MEDAN Ruko Puri Kencana Blok K6 ‐ 2K Lt.2 Puri Kembangan, Jakarta Barat Phone: (62‐21) 58357464 Fax: (62‐21) 58357465 e‐mail: bnispuri@bnisecuri es.co.id Jl. Pemuda No. 12 Phone: (62‐61) 4579616 Fax: (62‐61) 4579656 e‐mail: medan@bnisecuri es.co.id JAKARTA ‐ Central Park
PALEMBANG Central Park, Office Tower Podomoro City Jl. Letjen S. Parman Kav 28, Tanjung Duren Selatan, Grogol Petamburan Phone: (62‐21) 29034215 Fax: (62‐21) 29034216 email: centralpark@bnisecuri es.co.id BANDUNG
Jl. Jend. Sudirman No. 132, Kotak Pos 165 PLG Phone: (62‐711) 3619662 Fax: (62‐711) 3619663 e‐mail: plb@bnisecuri es.co.id PEKANBARU BNI Cabang Pasar Pusat Jl. Perin s Kemerdekaan 3 Bandung ‐ 40117 Phone: (62‐22) 4213375 Fax: (62‐22) 4220604 e‐mail: bnisbpk@bnisecuri es.co.id Jl.Jend Sudirman No.365 Pekanbaru 28282 Phone: (62‐761) 46757, 839698 Fax: (62‐761) 856279 e‐mail: pekanbaru@bnisecuri es.co.id YOGYAKARTA
MANADO
Jl. Laksda Adisucipto 137, Yogyakarta ‐ 55282 Phone: (62‐274) 581001‐584032 Fax: (62‐274) 584023 e‐mail: jogja@bnisecuri es.co.id BNI KLN Megamas, Lt. 3, Kawasan Mega Mas Blok I C1 Jl. Piere Tendean, No. 20, Manado Phone: (62‐431) 847256 Fax: (62‐24) 847256 e‐mail: manado@bnisecuri es.co.id SOLO
ACEH Jl. Honggo Wongso No. 24, Surakarta Phone: (62‐271) 729667, 730525 Fax: (62‐271) 729668 e‐mail: solo@bnisecuri es.co.id Jl.KH Akhmad Dahlan No.111 Lt.2 Banda Aceh Phone: (62‐651) 31109 Fax: (62‐651) 31107 SURABAYA
BANJARMASIN Jl. Gubernur Suryo No. 36, Surabaya Phone: (62‐31) 5320912 Fax: (62‐31) 5318425 e‐mail: surabaya@bnisecuri es.co.id Gd. Bank BNI Antasari Lt. 2 Jl. Pangeran Antasari No. 44 RT 008, Banjarmasin Phone: (62‐511) 3253735 Fax: (62‐651) 3253754 e‐mail: banjarmasin@bnisecuri es.co.id DISCLAIMER
This document is not intended to be an offer, or a sa sfac on of an offer, to buy or sell relevant securi es (i.e. securi es men oned herein or of the same issuer and op ons, warrants or rights to or interest in any such securi es). The informa on and opinions contained in this document have been compiled from or arrived at in good faith from sources believed to be reliable. No representa on or warranty, expressed or implied, is made by BNI SECURITIES or any other member of the BNI Group, including any other member of the BNI Group from whom this document may be received, as to the accuracy or completeness of the informa on contained herein. All opinions and es mates in this report cons tute our judg‐
39
ment as of this date and are subject to change without no ce. 
Download