V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Bogor Kota Bogor secara geografis terletak diantara 106°43’30”BT 106°51’00”BT dan 6°30’30”LS - 6°41’00”LS, serta mempunyai rata-rata ketinggian minimal 190 meter dan maksimal 350 meter dengan batas-batas wilayahnya semua berbatasan dengan Kabupaten Bogor. Jarak antara Jakarta sebagai Ibu Kota Negara dengan Kota Bogor sekitar 60 kilometer, sehingga Kota Bogor termasuk daerah penyangga (buffer zone) DKI Jakarta. Posisi Kota Bogor yang berjarak sekitar 60 kilometer dari Ibu Kota Jakarta, memungkinkan Kota ini dijadikan sebagai Kota Internasional. Dalam Keppres tentang rencana tata ruang wilayah Jabotabek dan Depok, Kota Bogor difungsikan sebagai sebuah Counter magnet bagi perkembangan DKI Jakarta. Daerah Kota Bogor ini diarahkan sebagai pusat kegiatan wilayah yang memiliki kegiatan utama sebagai kota perdagangan regional, jasa, pemukiman, dan industri. Parameter sebuah kota internasional antara lain ditandai oleh peruntukan sebagaian besar lahan untuk mendukung fungsi kota tersebut sebagai kota pemukiman, jasa, perdagangan regional, industri dan wisata ilmiah. Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118,570 km2 dan mengalir beberapa sungai yang letak permukaan airnya jauh di bawah letak permukaan Kota. Sungai tersebut seperti sungai Cilliwung, Cisadane, Cipakancilan, Cidepit, Cipangi, dan Cibalok. Kondisi Kota Bogor yang terletak jauh di atas permukaan air beberapa sungai tersebut, membuat Kota Bogor relative aman dari bahaya banjir. Batas Wilayah Kota Bogor dibatasi oleh beberapa kecamatan yang ada di Bogor. Batas sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Bojong Gede dan Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor, sedangkan untuk bagian Barat berbatasan dengan Kecamatan Kemang dan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Kemiringan Kota Bogor berkisar antara 0 – 15 persen dan sebagian kecil daerahnya mempunyai kemiringan antara 15 – 30 persen. Jenis tanah hampir seluruh wilayahnya adalah latosol coklat kemerahan dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm dengan tekstur tanah yang halus serta bersifat agak peka terhadap erosi. Kedudukan topografis dokumen Kota Bogor yang berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya yang dekat dengan Ibu Kota Negara merupakan potensi yang strategis untuk pertumbuhan dan perkembangan kegiatan ekonomi. Adanya Kebun Raya, yang didalamnya terdapat Istana Bogor di pusat Kota merupakan tujuan wisata yang menarik wisatawan dan dapat mendatangkan pendapatan bagi pertumbuhan ekonomi daerah. Kota Bogor dengan ketinggian dari laut minimal 190 meter dan maksimal 350 meter, disebut pula sebagai kota hujan dengan keadaan cuaca dan udara yang sejuk. Suhu udara rata-rata tiap bulannya adakah 26°C dengan kelembapan udara sekitar 70% dan suhu udara terendah 21,8°C dengan jumlah terbesar pada bulan Desember dan Januari. Arah mata angin sebagian besar dipengaruhi oleh angin muson, dan untuk bulan Mei sampai dengan Maret dipengaruhi oleh angin muson barat. Berdasarkan struktural pemerintahan, Kota Bogor terbagi atas enam kecamatan yang mencakup 68 Kelurahan terdiri dari 722 Rukun Warga dan 3.214 Rukun Tetangga. Enam kecamatan tersebut adalah Bogor Selatan, Bogor Utara, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Tengah, dan Kecamatan Tanah Sareal. 5.2 Keadaan Demografi Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kota Bogor sementara adalah 949.066 orang, yang terdiri atas 484.648 laki-laki dan 464.418 perempuan. Dari hasil SP2010 tersebut masih tampak bahwa penyebaran/distribusi penduduk Kota Bogor masih bertumpu di Kecamatan Bogor Barat yakni sebesar 22,17 persen, kemudian diikuti oleh Kecamatan Tanah Sareal sebesar 20,10 persen, sedangkan kecamatan-kecamatan lainnya di bawah 20 persen. Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan Tanah Sareal, dan Kecamatan Bogor Selatan adalah tiga kecamatan dengan urutan teratas yang memiliki jumlah penduduk terbanyak yang masing-masing berjumlah 210.450 orang, 190.776 orang, dan 180.745 orang. Sedangkan Kecamatan Bogor Timur merupakan kecamatan yang berjumlah penduduk paling kecil yakni sebanyak 94.572 orang. Dengan luas wilayah Kota Bogor sekitar 111,73 kilometer persegi yang didiami oleh 949.066 orang maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kota Bogor adalah sebanyak 8.494 orang per kilometer persegi. Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Bogor Tengah yakni sebanyak 12.791 orang per kilometer persegi sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Bogor Selatan yakni sebanyak 5.880 orang per kilometer persegi. Tabel 7. Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Penduduk Berdasarkan Wilayah Kecamatan Di Kota Bogor Pada Tahun 2010 Jenis Kelamin Kecamatan Jumlah Laki-laki Perempuan Penduduk (jiwa) (jiwa) (jiwa) Sex Ratio Luas Wilayah (km2) Bogor Selatan 93. 203 87.542 180.745 106 28.61 Bogor Timur 47. 984 46.588 94.572 103 10.15 Bogor Utara 74.975 83.405 170.320 104 17.72 Bogor Tengah 86. 915 49.997 102.203 104 8.33 Bogor Barat 107. 072 103.378 210.450 104 32.62 Tanah Sareal 97. 268 93.508 190.776 104 21.07 464.418 949.066 104 118.50 Kota Bogor 484. 648 Sumber: BPS Kota Bogor 2010 Penduduk Kota Bogor terus bertambah dari waktu ke waktu. Pada tahun 1961, ketika sensus penduduk pertama setelah Indonesia merdeka, jumlah penduduk Kota Bogor sebanyak 154,1 ribu jiwa. Pada tahun 1971 penduduk Kota Bogor sebanyak 195,9 ribu jiwa, tahun 1980 sebanyak 246,9 ribu jiwa, tahun 1990 sebanyak 271,7 ribu jiwa, tahun 2000 sebanyak 750,8 ribu jiwa, dan pada tahun 2010 sebanyak 949,1 ribu jiwa. Kenaikan yang cukup tinggi dalam kurun waktu 1990 – 2000 disebabkan wilayah Kota Bogor bertambah 46 kelurahan dari kabupaten Bogor berdasarkan PP No. 2/1995. Pertambahan jumlah penduduk di Kota Bogor tersebut merupakan salah satu indikasi pangsa pasar dari industri yang bergerak di sektor pangan juga mengalami peningkatan. 5. 3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bogor Salah satu faktor pendukung guns terciptanya perencanaan pembangunan perekonomian yang baik adalah tersedianya data statistik yang dapat dijadikan bahan evaluasi hasil pembangunan yang telah dicapai dan sebagai pereancanaan dimasa yang akan datang. Salah satu data yang dibutuhkan, terutama dibidang ekonomi adalah data Produk Domestik Bruto (PDRB). Selain untuk melihat perkembangan ekonomi di Kota Bogor, besaran PDRB (per kecamatan) juga digunakan sebagai bahan pembanding tingkat pembangunan antar kecamatan. Dengan demikian dapat diketahui posisi masingmasing kecamatan berdasarkan aktivitas pembangunan, karena angka PDRB ini dapat mencerminkan hasil pembangunan. Angka PDRB ini dapat juga digunakan sebagai indikator ekonomi yang bermanfaat diantaranya: pertumbuhan ekonomi, struktur perekonomian, tingkat kesejahteraan rakyat, dan tingkat inflasi dan deflasi. Ditinjau Atas Dasar Harga Berlaku, PDRB Kota Bogor tahun 2009 secara umum seluruh sektor lapangan usaha mengalami kenaikan pertumbuhan sebesar 17,98 persen dibanding tahun 2008, yaitu dari Rp 10.089.943,96 juta pada tahun 2008 menjadi Rp 11.904.599,66 juta di tahun 2009. PDRB Atas Harga Konstan dengan tahun 2000 sebagia tahun dasar, mengalami pertumbuhan sebesar 6,01 persen dari Rp 4.252.821,78 juta menjadi Rp 4.508.601,05 juta pada tahun 2009. Keadaan PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga Berlaku dan PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga konstan 2000 dari kurun waktu 2005 sampai dengan tahun 2009 disajikan pada tabel berikut Tabel 8. PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan (2000) Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) No. Tahun PDRB Atas Dasar Harga PDRB Atas Dasar Berlaku Harga Konstan (1) (2) (3) (4) 1 2005 6.191.918,90 3.567.230,91 2 2006 7.257.742,09 3.782.273,71 3 2007 8.558.035,70 4.012.743,17 4 2008 *) 10.089.943,96 4.252.821,78 5 2009 **) 11.904.599,66 4.508.601,05 *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kota Bogor 2009 Berdasarkan Tabel 8 dapat kita lihat bahwa Kota Bogor dari tahun 2005 hingga 2009 terus mengalami peningkatan PDRB Agregat baik berdasarkan Harga Berlaku maupun Harga Konstan (tahun 2000). Namun dengan melihat peningkatan dari sisi PDRB Agregat saja belum bisa disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat Kota Bogor. Untuk itulah diperlukan data mengenai PDRB Perkapita (Pendapatan Perkapita) yang merupakan hasil bagi antara Pendapatan Regional (Nilai PDRB) dengan jumlah penduduk (pertengahan tahun). Pendapatan perkapita ini menunjukkan rata-rata banyaknya pendapatan yang diterima oleh setipa penduduk. Adapun pendapatan perkapita penduduk Kota Bogor disajikan pada tabel berikut, Tabel 9. PDRB Perkapita Kota Bogor 2005-2009 (Rupiah) No. Uraian Tahun 2005 2006 2008*) 2007 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PDRB 7.510.609,11 8.626.510,51 9.975.446,96 11.634.895,15 Perkapita 2009**) (7) 13.464.091 ,07 Atas Dasar Harga 2 Berlaku 4.326.942,49 4.495.588,79 4.677.347,48 PDRB 4.902.344,97 5.099.212, 20 Perkapita Berdasar kan Harga Konstan *) Angka Perbaikan **)Angka Sementara Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kota Bogor 2009 Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa Atas Dasar Harga Berlaku, pendapatan perkapita Kota Bogor tahun 2009 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan pendapatan perkapita pada tahun 2005. Demikian juga ditinjau Atas Dasar Harga Konstan 2000, terlihat bahwa pendapatan perkapita Kota Bogor pada tahun 2009 meningkat jika dibandingkan dengan pendapatan perkapita tahun 2005, walaupun peningkatan yang terjadi belum terlalu menggembirakan. Ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat Kota Bogor semakin meningkat. Peningkatan pendapatan perkapita ini akan merangsang peningkatan konsumsi pangan hewani. Dibanding wilayah desa, partisipasi rumah tangga kota yang mengkonsumsi pangan hewani relatif tinggi. Semakin tinggi pendapatan, jenis pangan hewani yang dikonsumsi semakin beragam (Martianto 1995). Secara umum pertumbuhan ekonomi Kota Bogor semakin membaik beberapa tahun terakhir ini dengan struktur ekonomi Kota Bogor yang di dominasi oleh Sektor Perdagangan Besar dan eceran, Hotel, dan Restoran sebesar 38,04 persen dan Sektor Industri Pengolahan sebesar 25,57 persen dimana kedua sektor ini sangat dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan daya beli masyarakat. Dengan demikian ada suatu peluang yang terbuka untuk mengambangkan sektor industri pangan berbahan baku daging kelinci di Kota Bogor jika dilihat dari daya beli masyarakat dan pertumbuhan penduduk Kota Bogor.