II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rantai Pasokan Agroindustri Supply Chain Management (SCM) atau rantai pengadaan adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggan. Rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama, yang sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang (Indrajit & Djokopranoto 2002). Sebuah rantai pasokan terdiri dari seluruh pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen. Manajemen rantai pasokan merupakan serangkaian pendekatan yang diterapkan untuk mengintegrasikan pemasok, pengusaha, gudang dan tempat penyimpanan lainnya secara efisien sehingga produk yang dihasilkan dan didistribusikan dengan kuantitas yang tepat, lokasi tepat dan waktu tepat untuk memperkecil biaya dan memuaskan kebutuhan pelanggan. Merancang dan mengimplementasikan rantai pasokan yang optimal secara global cukup sulit karena kedinamisannya serta terjadinya konflik tujuan antar fasilitas dan partner (Shimchi-Levi et al. 2003). Kajian dan penelitian dalam pengembangan dan pengoptimasian SCM untuk produk hasil pertanian (agroindustri) banyak dilakukan seiring dengan penelitian yang dilakukan pada ranah SCM untuk produk manufaktur. Produk agroindustri meliputi produk dari perusahaan yang mengolah bahan-bahan yang berasal dari tanaman dan hewan. Pengolahan tersebut mencakup transformasi dan pengawetan melalui perubahan fisik atau kimia, penyimpanan, pengemasan, dan distribusi (Brown 1994). Istilah rantai pasokan agroindustri (agri-food supply chain) sendiri digunakan untuk menggambarkan aktivitas mulai dari proses produksi hingga ke proses distribusi yang membawa produk hortikultur atau produk pertanian dari tanah pertanian ke atas meja konsumen (Ahumada & Villalobos 2009). Rantai pasokan agroindustri dibentuk oleh serangkaian organisasi yang melakukan proses produksi (oleh petani), proses distribusi, proses pengolahannya, dan pemasaran produk hasil pertanian ke konsumen. 8 Perbedaan karakteristik yang jelas antara produk manufaktur dengan produk agroindustri juga menimbulkan perbedaan dalam rantai pasokan keduanya. Menurut Aramyan et al. (2006), yang membuat rantai pasok agroindustri berbeda dengan rantai pasok produk lainnya adalah: 1. Sifat produksinya, yang sebagian berbasis pada proses biologis, sehingga meningkatkan keanekaragaman dan resiko. 2. Sifat produknya, yang memiliki beberapa karakterisitik khusus, seperti mudah rusak (perishablelity) dan kamba (bulky), sehingga membutuhkan rantai pasok tipe tertentu, dan 3. Perilaku sosial dan konsumen terhadap isu-isu keamanan pangan, keselamatan binatang, dan tekanan lingkungan. Tujuan dari sebuah rantai pasokan adalah untuk memaksimalkan keseluruhan nilai yang dihasilkan, yang merupakan selisih antara nilai sebuah produk akhir bagi konsumen dengan biaya rantai pasokan yang ditimbulkan dalam memenuhi permintaan konsumen tersebut. Bagi hampir semua rantai pasokan, nilai sangat berkorelasi dengan keuntungan rantai pasokan (supply chain profitability/supply chain surplus), yaitu selisih antara pendapatan yang didapatkan dari konsumen dengan keseluruhan biaya rantai pasokan. Keuntungan rantai pasokan merupakan keuntungan total yang terbagi di seluruh tahap rantai pasokan. Semakin tinggi keuntungan sebuah rantai pasokan, semakin berhasil rantai pasokan tersebut. Keberhasilan sebuah rantai pasokan hendaknya diukur dari segi keuntungan sebuah rantai pasokan secara keseluruhan dan bukan dari keuntungan masing-masing pelaku. Untuk rantai pasokan manapun, terdapat satu sumber pendapatan, yaitu konsumen. Sedangkan seluruh aliran informasi, produk dan dana menghasilkan biaya (cost) bagi rantai pasokan. Karenanya, pengaturan yang baik dari aliran tersebut merupakan kunci dari keberhasilan rantai pasokan. Manajemen rantai pasokan yang efektif melibatkan manajemen aset rantai pasokan dan produk, informasi, dan dana yang mengalir untuk memaksimumkan keuntungan rantai pasokan (Chopra & Meindl 2007). Sebagaimana rantai pasokan untuk produk lainnya, rantai pasokan agroindustri juga merupakan sebuah jaringan dari berbagai organisasi yang bekerja bersama dalam aktivitas dan proses yang berbeda-beda dalam rangka memuaskan permintaan konsumen. 9 Istilah supply chain atau rantai pasokan mengandung arti bahwa hanya ada satu pemain yang terlibat pada setiap tahap rantai pasok. Pada kenyataanya, sebuah pabrik dapat menerima bahan baku dari beberapa pemasok dan kemudian memasok produk jadinya ke beberapa distributor. Berdasarkan hal ini, sesungguhnya kebanyakan supply chain (rantai pasokan) merupakan network atau jaringan (Chopra & Meindl 2007). Pada umumnya rantai pasokan melibatkan beberapa pelaku (Gambar 1), yang meliputi: 1. Konsumen 2. Retailers/pengecer 3. Wholesalers/distributor 4. Manufakturer/pabrik 5. Supplier/pemasok bahan baku/komponen supplier manufacturer distributor retailer customer supplier manufacturer distributor retailer customer supplier manufacturer distributor retailer customer Gambar 1 Para pelaku dalam rantai pasokan (Chopra & Meindl 2007) Jaringan rantai pasok terdiri dari pemasok, gudang, pusat distribusi, dan outlet retail, termasuk bahan baku, persediaan (Work in process inventory), dan produk jadi yang mengalir melalui fasilitas tersebut (Shimchi-Levi et al. 2003). Konfigurasi jaringan dapat melibatkan beberapa isu terkait dengan lokasi pabrik, gudang, dan lokasi retailer. Permasalahan konfigurasi jaringan biasanya melibatkan banyak data, termasuk informasi lokasi pelanggan, lokasi retail, lokasi gudang yang ada, dan pusat distribusi, fasilitas pabrik dan supplier; informasi produk, termasuk volume, cara transportasi; permintaan tahunan menurut lokasi 10 pelanggan, biaya pabrik, termasuk biaya tenaga kerja, biaya inventory, dan biaya operasi tetap; ukuran dan frekuensi pengiriman produk ke pelanggan; biaya pemesanan; serta persayaratan dan tujuan pelayanan pelanggan. Menurut Aramyan et al. (2006), terdapat dua tipe rantai pasok agroindustri, yaitu: 1. Rantai pasok untuk produk segar, seperti sayuran, bunga dan buah-buahan 2. Rantai pasok untuk produk pertanian hasil pemrosesan Gambar 2 Diagram skematik rantai pasokan dilihat dari perspektif prosesor dalam rantai pasokan produk makanan hasil pertanian (Vorst 2000) Gambar 2 memperlihatkan rantai pasokan hasil pertanian secara umum. Masing-masing pelaku ditempatkan pada lapisan jaringan dan tergolong dalam setidaknya satu rantai pasokan: sebagai contoh, biasanya suatu rantai pasokan memiliki banyak pemasok (supplier) dan konsumen dalam suatu waktu. Pelaku lainnya dalam jaringan mempengaruhi performa dari rantai. Desain atau rancangan sebuah rantai pasokan yang cocok sangat tergantung dari kebutuhan konsumen dan peran masing-masing tahap yang terlibat (Chopra & Meindl 2007). Terdapat hubungan yang erat antara rancang bangun dan manajemen aliran rantai pasokan (produk, informasi dan dana) dan kesuksesan 11 sebuah rantai pasokan. Keputusan mengenai rancang bangun rantai pasokan, perencanaan dan pelaksanaannya memainkan peran yang penting dalam kesuksesan atau kegagalan sebuah usaha. Rancang bangun atau strategi rantai pasok merupakan fase atau kategori pertama dalam pembuatan keputusan mengenai rantai pasok. Dua fase lainnya adalah perencanaan rantai pasok dan pelaksanaannya. Rancang bangun rantai pasokan yang cocok tergantung pada kebutuhan konsumen dan peranan yang berlaku pada setiap tahap yang terlibat dalam sebuah rantai pasokan (Chopra & Meindl 2007). Proses yang terjadi dalam sebuah rantai pasokan dibagi menjadi dua kategori, tergantung dari pertimbangan apakah proses tersebut dilakukan sebagai respon atas pesanan konsumen (pull processes) atau sebagai antisipasi terhadap pesanan konsumen (push processes). Tinjauan push/pull processes dalam sebuah rantai pasokan dapat mempengaruhi pertimbangan keputusan stategis pada saat pembangunan desain rantai pasokan (Chopra & Meindl 2007). Faktor lain yang mempengaruhi rancangan rantai pasokan adalah sifat dari permintaan terhadap produk (nature of the demand), apakah termasuk produk fungsional atau produk inovatif. 2.2 Pemodelan dan Optimasi Sebuah model dirancang sebagai representasi dari sebuah sistem. Law dan Kelton (2000) mengkategorikan sistem ke dalam dua tipe, yaitu sistem diskrit dan kontinyu. Sistem diskrit adalah sebuah sistem di mana peubahnya berubah secara instan pada titik waktu yang terpisah. Pada sistem kontinyu, peubahnya berubah secara kontinyu seiring dengan perubahan waktu. Beberapa cara untuk mempelajari sebuah sistem disajikan pada Gambar 3. Model fisik atau yang disebut juga dengan model ikonik salah contohnya adalah miniatur. Model matematis merepresentasikan sistem secara logis dan berupa hubungan kuantitatif yang kemudian dimanipulasi dan dirubah untuk kemudian dilihat bagaimana model tersebut bereaksi dan lalu bagaimana sistem itu bereaksi, -jika model tersebut valid. Ketika sebuah model matematis dibangun, model tersebut kemudian harus diperiksa untuk melihat apakah model tersebut dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. 12 Sistem Percobaan dengan sistem aktual Percobaan dengan model sistem Model fisik Model matematis Penyelesaian analitis Simulasi Gambar 3 Cara mempelajari sistem (Law & Kelton 2000) Jika sebuah hubungan yang membentuk sebuah model cukup sederhana, maka dapat digunakan metode matematis untuk memperoleh informasi pasti terhadap pertanyaan yang diajukan; proses ini disebut juga dengan penyelesaian analitis. Namun, permasalahan di dunia nyata seringkali terlalu kompleks sehingga model realistik yang ada menjadi sulit diselesaikan secara analitik, dan karenanya dibutuhkan penyelesaian dengan menggunakan simulasi. Pada proses simulasi, komputer digunakan untuk mengevaluasi sebuah model secara numerik, dan data dikumpulkan untuk mengestimasi karakteristik nyata yang diinginkan pada sebuah model (Law & Kelton 2000). Cakupan dalam sebuah rantai pasokan sangat luas sehingga tidak ada satu model pun yang dapat menjangkau seluruh aspek dalam proses rantai pasokan. Min dan Zhou (2002) mengusulkan beberapa panduan dalam menentukan cakupan permasalahan dalam pemodelan sebuah rantai pasokan yang dapat meminimalisir dilema antara kompleksitas model dengan realitas. Salah satu usulan tersebut adalah panduan yang diajukan oleh Chopra dan Meindl (2007), yang didasari tiga level hirarki keputusan berdasarkan frekuensi dan jangka waktu masing masing keputusan, yaitu: 13 1. Desain atau strategi rantai pasokan (competitive strategy) Pada level ini, perusahaan menentukan bagaimana struktur rantai pasokan untuk beberapa tahun ke depan. Konfigurasi rantai pasokan ditentukan meliputi bagaimana alokasi sumber daya, dan proses apa saja yang terjadi dalam masing-masing tahap. Beberapa keputusan strategis yang dibuat perusahaan meliputi apakah perusahaan akan melakukan fungsi rantai pasokannya secara in-house atau dengan outsource, lokasi dan kapasitas produksi dan fasilitias penyimpanan, produk yang akan dibuat atau disimpan dalam berbagai tempat, moda transportasi, dan tipe sistem informasi yang akan digunakan. Sebuah perusahaan harus memastikan konfigurasi rantai pasokannya mendukung tujuan strategisnya, dan meningkatkan surplus rantai pasoknya selama fase ini. Keputusan mengenai strategi rantai pasokan dibuat untuk jangka panjang (tahunan) dan sangat mahal untuk dirubah dalam jangka pendek. Ketidakpastian pada kondisi pasar harus turut diperhitungan dalam fase ini. 2. Perencanaan rantai pasokan (tactical plans) Jangka waktu pada tahap ini adalah 3 bulan sampai satu tahun. Konfigurasi rantai pasok yang ditentukan pada tahap sebelumnya sudah dibuat. Konfigurasi ini menciptakan kendala di mana perencanaan mesti dibuat. Perusahaan memulai fase ini dengan dengan peramalan untuk tahun yang akan datang (atau jangka waktu tertentu) dari permintaan pada pasar yang berbeda. Perencanaan meliputi pengambilan keputusan sehubungan dengan pasar mana yang akan di-supply dari lokasi mana, subkontrak proses manufaktur, peraturan penyimpanan, waktu dan ukuran pemasaran dan promosi harga. Pada tahap ini, perusahaan harus mengikutsertakan ketidakpastian permintaan, nilai tukar, dan kompetisi dalam keputusannya. 3. Operasi rantai pasokan (operational routines) Jangka waktu pelaksanaan fase ini adalah mingguan atau harian, dan selama fase ini perusahaan melakukan keputusan mengenai pesanan individu dari pelanggan. Tujuan dari operasi rantai pasokan pada tahap ini adalah untuk menangani pesanan yang masuk sebaik mungkin. Karena keputusan 14 operasional dilakukan pada jangka waktu yang pendek, ketidakpastian yang terjadi pun sangat sedikit. Min dan Zhou (2002) mengembangkan sebuah taksonomi pemodelan rantai pasok berdasarkan berbagai sumber (Gambar 4). Model rantai pasokan diklasifikasikan ke dalam empat kategori: 1. Deterministic (non-probabilistik). Pada model ini diasumsikan semua parameter model diketahui secara pasti 2. Stokastik (probabilistik). Pada model ini, ketidakpastian dan parameter acak ikut dipertimbangkan. 3. Hibrid. Model ini mengandung elemen deterministik dan stokastik. 4. IT-Driven. Model ini melibatkan informasi dan teknologi untuk memperbaiki efisiensi rantai pasokan. Pemodelan rantai pasokan Model deterministik Single objective Multiple objective Optimal Control Theory Model stokastik Model hibrid Inventory Theoritic Dynamic programming Model IT-driven Simulation WMS ERP Gambar 4 Taksonomi model rantai pasok (Min & Zhou 2002) Dalam merancang rantai pasokan terdapat proses optimasi terhadap efektifitas rantai pasokan. Penentuan strategi rantai pasokan yang baik dan perancangan rantai pasokan yang tepat akan meningkatkan surplus rantai pasokan, yaitu margin antara pendapatan yang diperoleh dari konsumen dengan keseluruhan biaya yang timbul dalam rantai pasokan. Menurut Chopra dan Meindl (2007), desain rantai pasokan tergantung pada kebutuhan konsumen dan peran GIS 15 yang dilakoni oleh setiap tahapan rantai pasok. Perancangan desain rantai pasokan hendaknya dilakukan untuk meningkatkan profit atau surplus rantai papsok secara keseluruhan. Menurut Simchi-Levi et al. (2003), ketika data telah dikumpulkan, ditabulasikan, dan diverifikasi, tahapan berikutnya yang perlu dilakukan adalah optimasi konfigurasi jaringan rantai pasok. Secara umum, terdapat dua teknik optimasi jaringan: 1. Optimasi matematis, meliputi: a. Algoritma eksak yang menjamin penemuan solusi optimal, yaitu solusi dengan biaya terendah b. Algoritma heuristik, yang menemukan solusi yang baik, namun belum tentu yang optimal 2. Simulasi model, menyajikan mekanisme untuk mengevaluasi alternatif rancang bangun spesifik yang dibuat oleh perancang. 2.3 Teknik Simulasi Jika hubungan yang membentuk sebuah model cukup sederhana, maka dapat digunakan metode matematika (diantaranya adalah aljabar dan kalkulus) untuk mendapatkan informasi atau penyelesaian dari model tersebut. Cara seperti ini biasa disebut dengan penyelesaian secara analitik. Namun, banyak sistem dalam dunia nyata yang terlalu kompleks sehingga tidak memungkinkan dievaluasi dengan metode analitik saja. Model-model tersebut dapat dipelajari dengan menggunakan metode simulasi. Dalam simulasi, komputer digunakan untuk mengevaluasi sebuah model secara numerk, dan data digabungkan untuk memperkirakan karakteristik nyata dari model tersebut (Law & Kelton 2000). Chopra dan Meindl (2007) mengungkapkan bahwa simulasi adalah sebuah model komputer yang mereplikasi/meniru situasi kehidupan nyata (real life situation), yang memperkenankan penggunanya untuk mengestimasi keluaran potensial apa saja yang akan muncul dari masing-masing set tindakan yang telah dibuat. Simulasi merupakan sebuah alat yang dapat membantu mengevaluasi pengaruh dari sebuah keputusan terhadap performa pada lingkungan yang tidak pasti. Pada beberapa kasus tertentu, skenario masa depan dapat dimodelkan secara 16 matematis tanpa simulasi dan formula dapat diperoleh dari pengaruh atas penerapan beberapa keputusan. Pada kasus lain, seringkali formula tersebut terlalu sulit atau bahkan tidak mungkin didapatkan dan karenanya harus digunakan simulasi. Simulasi dikatakan kuat karena dapat mengakomodasi berbagai komplikasi. Masalah-masalah yang tidak dapat diatasi secara analitis seringkali dapat diatasi dengan mudah dengan menggunakan simulasi. Simulasi yang baik adalah sebuah cara yang tidak mahal untuk menguji berbagai tindakan dan mengidentifikasi keputusan yang paling efektif untuk masa depan yang tidak pasti. Menurut Stefanofic et al. (2009), simulasi komputer dan model simulasi dapat digunakan untuk memodelkan jaringan pasokan yang rumit semirip sistem aslinya, menjalankan model-model tersebut dan mengobservasi perilaku sistem. Simulasi dapat didefinisikan sebagai sebuah proses perancangan model abstrak dari sebuah sistem real (atau subsistem) dan melakukan percobaan dengan model tersebut dalam rangka baik memahami perilaku sistem maupun mengevaluasi berbagai strategi dalam batasan serangkaian kriteria. Beberapa keuntungan dari simulasi komputer jaringan rantai pasok adalah sebagai berikut (Stefanovic et al. 2009): 1. Simulasinya jelas dan fleksibel 2. Dapat menganalisis sistem real yang kompleks seperti jaringan rantai pasokan 3. Dengan simulasi, pengaruh yang terdapat pada dunia nyata (real-world influences) dapat dipertimbangkan, sebagai contoh faktor ketidakpastian pada permintaan (demand) atau lead time. 4. Mempersingkat waktu. 5. Simulasi dapat melakukan analisi “what-if”. Pengguna dapat menguji hasil simulasi berdasarkan keputusan yang berbeda-beda. 6. Dengan menggunakan simulasi, efek dari kompenen, parameter dan variabel dapat dipelajari pada level global. 7. Simulasi tidak mengganggu sistem nyata. Sebagai contoh, uji coba konfigurasi rantai pasokan dapat dilakukan tanpa gangguan dan investasi yang signifikan. 17 Adapun kelemahan simulasi komputer adalah sebagai berikut (Stefanovic et al. 2009): 1. Kualitas model simulasi bisa jadi mahal dan menghabiskan banyak waktu untuk mengembangkan dan memvalidasinya. 2. Simulasi merupakan pendekatan “modifikasi-mencoba” (modify-try), sehingga tidak menghasilkan solusi yang optimum. 3. Biasanya dibutuhkan pemodelan dan pendefinisian semua data yang relevan agar dapat diperoleh hasil yang valid. Hal ini dapat menjadi sangat sulit pada pengembangan skenario jaringan rantai pasokan yang kompleks. Model simulasi dapat diklasifikasikan atas tiga dimensi yang berbeda (Law & Kelton 2000): 1. Model Simulasi Statis dan Dinamis Model simulasi statis adalah model yang merepresentasikan sistem pada waktu tertentu, atau yang dapat digunakan untuk merepresentasikan sebuah sistem di mana waktu tidak berpengaruh. Model simulasi dinamis merepresentasikan sebuah sistem yang berubah sesuai dengan waktu. 2. Model Simulasi Deterministik dan Stokastik Jika sebuah model simulasi tidak mengandung komponen probabilistik, maka model tersebut disebut dengan model deterministik. Sebaliknya, bila sistem yang dimodelkan mengandung beberapa komponen acak, maka model tersebut termasuk model probabilistik. 3. Model Simulasi Kontinyu dan Diskrit Model simulasi diskrit merupakan pemodelan suatu sistem yang berubah sesuai waktu di mana peubahnya berubah secara instan pada titik waktu yang berbeda. Model simulasi kontinyu merupakan pemodelan di mana peubahnya berubah secara kontinyu sesuai dengan perubahan waktu. Bahasa Pemrograman Stella® Stella® merupakan perangkat lunak untuk pemodelan berbasis “flow-chart” yang dikembangkan oleh isee systems inc. Stella® termasuk bahasa pemrograman interpreter dengen pendekatan lingkungan multi-level hirarkis, baik untuk menyusun model maupun untuk berinteraksi dengan model. 18 Dalam program Stella® terdapat tiga jenjang (layering) yang saling terkait untuk mempermudah pengelolaan model, terutama untuk model yang sangat kompleks. Hal ini sangat bermanfaat untuk pembuat program model maupun untuk pengguna model tersebut. Ketiga jenjang tersebut adalah: 1. High-Level Mapping Layer, yaitu jenjang antar-muka bagi pengguna (user interface). Pada jenjang ini pengguna model dapat bekerja, seperti mengisi parameter model dan melihat tampilan keluaran. 2. Model Construction Layer. Jenjang ini adalah tempat model berbasis “flowchart”. Apabila pengguna model ingin memodifikasi struktur model, dapat dilakukan dengan jenjang ini. 3. Equation Layer. Pada jenjang ini dapat dilihat persamaan-persamaan matematika yang digunakan dalam model. Stella® merupakan bahasa pemrograman jenis interpreter berbasis grafis. Pemakai Stella® dapat dengan mudah menyusun model dengan merangkaikan bentuk-bentuk geometris seperti bujursangkar, lingkaran dan panah yang dikenal dengan building blocks. Alat bantu lain di Stella® yang diperlukan dalam menyusun model di antaranya adalah menu, control, toolbars, dan objects. Banyak diantara alat bantu tersebut mirip dengan alat bantu yang digunakan dalam Windows, akan tetapi banyak pula alat bantu yang tidak sama yang merupakan ciri khas Stella®. 2.4 Ubi Jalar Ubi jalar merupakan umbi dari tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas L) dalam keadaan utuh, segar, bersih dan aman dikonsumsi serta bebas dari organisme pengganggu tumbuhan. Syarat mutu umum ubi jalar adalah (BSN 1998): 1. Ubi jalar tidak boleh mempunyai bau asing 2. Ubi jalar harus bebas dari bahan kimia seperti insektisida dan fungisida 3. Ubi jalar harus memiliki keseragaman warna, bentuk maupun ukuran umbinya 4. Ubi jalar harus sudah mencapai masak fisiologis optimal 5. Ubi jalar harus dalam kondisi bersih 19 Ubi jalar memiliki sifat fisik, seperti bentuk, warna kulit dan daging, serta tekstur yang bervariasi menurut varietasnya (Gambar 5). Gambar 5 Ubi jalar (Ipomoea batatas) (sumber : www.cuniculture.info, www.usm.maine.edu) Botani ubi jalar adalah (Onwueme 1978): Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicothyledone Ordo : Solanaceae Famili : Convolvuceae Genus : Ipomoea L Nama botani : Ipomoea batatas (L) Bentuk dan ukuran ubi merupakan salah satu kriteria mutu yang langsung mempengaruhi harga (Damardjati & Widowati 1994). Bentuk ubi yang mendekati bulat-lonjong dan tidak banyak bengkokan akan mempermudah tahap pengupasan dan umumnya rendemen ubi kupasnya tinggi. Ukuran ubi yang sedang, dengan berat 200-250 g dan seragam membutuhkan waktu pengupasan relatif cepat dibanding ubi yang kecil atau besar. Bentuk dan ukuran ideal tersebut akan menguntungkan bagi produsen maupun bagi tenaga kerja, karena umumnya tahapan proses pengupasan ubi-ubi dibayar dengan upah borongan (Damardjati et al. 1991). Syarat khusus mutu ubi jalar adalah (Tabel 1): 20 Tabel 1 Spesifikasi persyaratan khusus ubi jalar No Komponen Mutu 1 2 3 4 5 I >200 Tidak ada 65 2 30 Berat umbi (g/umbi) Umbi cacat (per 50 biji) maks. Kadar air (% b/b, maks.) Kadar serat (% b/b, maks.) Kadar pati (% b/b, min.) Mutu II 100 - 200 3 biji 60 2.5 25 III 75 – 100 5 biji 60 >3.0 25 Sumber: BSN 1998 Seperti pada sifat fisik ubi jalar, sifat kimia ubi jalar bervariasi tergantung dari jenis/varietasnya. Kandungan kimia beberapa jenis ubi jalar tersaji pada Tabel 2. Tabel 2 Kandungan kimia ubi jalar per 100 g bahan segar Komposisi Kalori (Kal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Zat besi (mg) Natrium (mg) Kalium (mg) Niacin (mg) Vitamin A (SI) Vitamin B1 (mg) Vitamin C (mg) Air (g) Serat kasar (g) Abu (g) Kadar gula (g) Bagian dapat dimakan Ubi Jalar Putih 123.0 1.8 0.7 27.9 30.0 49.0 0.7 60.0 0.9 22.0 68.5 0.9 0.4 0.4 86.0 a Jumlah Ubi Jalar Meraha 123.0 1.8 0.7 27.9 30.0 49.0 0.7 7700.0 0.9 22.0 68.5 1.2 0.2 0.4 86.0 Ubi Jalar Kuningb 136.0 1.1 0.4 32.3 57.0 52.0 0.7 5.0 393.0 0.6 900.0 0.1 35.0 1.4 0.3 0.3 - Sumber: (a) Direktorat Gizi depkes RI 1981 (b) Suismono 1995 Keterangan : -) tidak ada data Ubi jalar memiliki potensi untuk dimanfaatkan dan dikembangkan dalam bentuk: (1) segar maupun telah diproses untuk konsumsi manusia; (2) segar mapun telah dikeringkan sebagai pakan binatang ternak; (3) pati dan tepung untuk penggunaan dalam bahan pangan maupun nonpangan (Hasanuddin & Wargiono 2003). Berbagai produk pangan maupun pakan dapat dihasilkan dari 21 ubi jalar. Hampir seluruh bagian tanaman ubi jalar dapat dimanfaatkan. Beragam produk yang dapat dihasilkan dari tanaman ubi jalar antara lain (Gambar 6): UBI JALAR Ubi segar Daun Chip goreng, kripik kremes Sayuran Batang Kulit ubi Bahan tanam Pakan ternak Timus, obi, gethuk Pakan ternak Pakan ternak Selai, saos Aneka cake, bolu, kue kering Aneka makanan tradisional Kecap, tauco, saos Tape “Gari” (nigeria) Tepung Mie, bihun Pekatan untuk minuman ringan Aneka cake, bolu, kue kering Dekstrin, glukosa, fruktosa Pati Ampas “almidon agrio” (Colombia) “Azedo” (Brazil) Pakan ternak Asam sitrat Gambar 6 Pohon industri ubi jalar (CRIFC 1990, diacu dalam Damardjati dan Widowati 1994) Selain sebagai sumber karbohidrat, ubi jalar juga mengandung vitamin A, C, dan mineral. Ubi jalar yang daging umbinya berwarna ungu banyak mengandung antosianin yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, karena berfungsi mencegah penyakit kanker. Ubi jalar yang daging ubinya berwarna kuning, banyak mengandung vitamin A; beberapa varietas ubi jalar mengandung ubi jalar setara 22 dengan wortel. Di Jepang, Korea, Cina, Taiwan dan Amerika Serikat, ubi jalar tidak hanya digunakan sebagai bahan pangan pokok tetapi juga diolah menjadi pangan olahan seperti selai, saos, juice, serta sebagai bahan baku industri pakan dan ternak (Balitkabi 2005). Teknologi budidaya ubi jalar di lahan sawah disajikan pada Lampiran 1. Menurut Hasanudin & Wargiono (2003) kendala teknis dan kendala sosial dalam pengembangan pemanfaaatan ubi jalar meliputi bulkiness/perishability, tingginya biaya produksi per unit, kandungan bahan kering, hama, penyakit, status ubi jalar yang rendah, produsen berpenghasilan rendah, keterbatasan rantai pasokan. 2.5 Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain yang menjadi dasar dan referensi dalam tesis ini. Penelitian tersebut diantaranya adalah mengenai simulasi dan optimasi rantai pasokan, kajian rantai pasokan tepung ubi jalar, serta berbagai penelitian mengenai proses produksi tepung ubi jalar itu sendiri. Irfansyah (2001) meneliti karakteristik sifat fisiko-kimia dan fungsional tepung ubi jalar, serta merumuskan formula dalam memanfaatkan tepung ubi jalar sebagai bahan baku kerupuk. Pada penelitiannya, Irfansyah mengkaji perbedaan karakteristik tepung yang dihasilkan dari dua jenis varietas yaitu ubi jalar putih dan ubi jalar jingga, serta perbedaan bahan baku setengah jadi, yaitu ubi jalar bentuk sawut dan bentuk pelet. Kussuma (2008) melakukan kajian tekno-ekonomi pendirian industri tepung ubi jalar melalui Participatory Action Research (PAR) di Desa Cikarawang Bogor. Penelitian tersebut mencakup pelaksanaan Participatory Action Research (PAR), analisis pasar dan pemasaran tepung ubi jalar, analisis teknis teknologis, analisis manajemen organisasi, hingga analisis finansial. Blackburn dan Scudder (2009) mengkaji strategi dan model rantai pasokan untuk produk yang mudah rusak dengan contoh kasus produk segar hasil pertanian yaitu buah melon segar dan jagung manis segar. Hasil penelitian menunjukan model yang cocok untuk meminimumkan kehilangan nilai pada rantai pasokan adalah dengan menerapkan model gabungan (hybrid model) antara 23 model responsif pada saat pasca panen ke saat cooling, dengan model efisien pada rantai selanjutnya. Ahumada dan Villalobos (2009) dalam penelitiannya meninjau berbagai literatur yang membahas tentang rantai pasokan makanan hasil pertanian yang telah berhasil diimplementasikan. Berdasarkan hasil analisisnya, peneliti mengdiagnosa beberapa persyaratan dalam memodelkan rantai pasokan produk makanan hasil pertanian. Stefanofic et al. (2009) melakukan kajian terhadap metodologi jaringan pasokan (supply network) dan simulasi. Hasil penelitian ini mengusulkan sebuah pendekatan umum dalam pemodelan jaringan pasokan dengan beberapa kondisi: jaringan mengandung sejumlah pemasok (suppliers), manufacturers, wholesalers, dan retailers yang merepresentasikan sebuah titik dalam jaringan. Proses tertentu terjadi pada masing-masing titik tersebut dan proses yang ada saling berhubungan satu sama lain.