BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Melihat

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Melihat perkembangan perekonomian Indonesia saat ini yang cukup pesat
tidak lepas dari peran penanaman modal yang ada di Indonesia baik dari luar negri
maupun dalam negeri. Kompetisi antar perusahaan yang berusaha merebut pasar
dengan meningkatkan keunggulan kompetitif dan manajemen perusahaan yang
bagus serta meningkatkan kualitas produk, maka diperlukan modal yang besar
untuk melakukannya. Pasar modal merupakan salah satu sarana untuk
mendapatkan dana tersebut.
Sesuai dengan pengertian pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang
memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara
memperjual belikan sekuritas (Tandelilin, 2001:13), dari hal ini dapat dilihat
bahwasanya pasar modal menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. Dalam
melaksanakannya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana
dari lender ke borrower (Husnan, 1994:3).
Pasar modal sebagai salah satu sarana investasi di Indonesia pada saat ini
mengalami kemajuan yang cukup pesat, jumlah emiten yang diperjualbelikan
dapat dilihat dari nilai transaksi. Investasi di pasar modal dinilai sangat menarik
karena banyaknya instrumen pasar modal yang di perjualbelikan dan setiap
instrumen memiliki risiko yang berbeda, salah satu instrumen pasar modal yang
Universitas Sumatera Utara
sering kita dengar adalah saham. Saham merupakan instrumen pasar modal yang
memiliki tingkat return dan risiko yang tinggi.
Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang dalam suatu
perusahaan dan bukti keikutsertaan investor dalam suatu perusahaan sebagai
pemodal. Investor kemungkinan akan mendapatkan imbal hasil berupa deviden
dan capital gain. Saat investor akan menanamkan modalnya pada suatu
perusahaan, maka investor harus ada penilaian terhadap saham atau sekuritas yang
diperjualbelikan, karena saham merupakan investasi yang memiliki risiko yang
tinggi dan investor harus memiliki informasi yang jelas dan akurat terhadap
kondisi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dan oleh karena itu
investor harus bisa memilih saham perusahaan yang bisa memberikan imbal hasil
yang menguntungkan dengan melihat kondisi suatu perusahaan.
Ada dua buah cara dalam penilaian saham yaitu melalui analisis fundamental
(fundamental analysis) dan analisis teknikal (technical analysis). Analisis teknikal
didasarkan pada data perubahan harga saham di masa lalu sebagai upaya untuk
memperkirakan harga saham di masa mendatang (Halim, 2005:5), analis teknikal
berupaya mengidentifikasi saham yang dinilai rendah dengan mencari pola harga
saham, dengan memadukan pola harga saham periode yang sebelumnya dengan
rumus-rumus matematis tertentu akan memberikan gambaran masa depan tentang
bagaimana saham itu di kemudian hari.
Menurut Halim (2005:21) analisis fundamental akan membandingkan nilai
intrinsik suatu sekuritas dengan harga pasar. Para pendukung pendekatan ini
berpendapat bahwa suatu sekuritas memiliki nilai intrinsik tertentu. nilai intrinsik
Universitas Sumatera Utara
suatu sekuritas ditentukan oleh faktor-faktor fundamental perusahaan seperti
penjualan, pertumbuhan penjualan, biaya, kebijakan deviden dan sebagainya.
Analisis fundamental memiliki dua model penilaian saham yang sering
digunakan para analisis (Tandelilin, 2001 :184) yaitu :
1. Pedekatan nilai sekarang (Present Value)
Present
value
merupakan
perhitungan
nilai
saham
dengan
mendiskontokan semua alira kas yang diharapkan dimasa datang dengan
tingkat diskonto sebesar return yang disyaratkan investor.
2. Pendekatan Price earning ratio
Price earning ratio merupakan penaksiran nilai saham dengan
mengalikan laba perlembar saham dengan kelipatan tertentu yang
menggunakan nilai earning untuk megistimasi nilai intrinsik.
Salah satu rasio keuangan sering digunakan perusahaan dalam penilaian pasar
adala price earning ratio. Rasio ini memberikan petunjuk mengenai apa yang
dipikirkan investor atas kinerja perusahaan dimasa lalu serta prospeknya dimasa
mendatang (Moeljadi, 2006:76). Menurut Darmaji (2001:287) price earning ratio
menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam
menghasilka laba bagi investor.
Debt to equity merupakan rasio mengukur tinggkat penggunaan hutang
terhadap ekuitas yang dimiliki perusahaan, meningkatnya hutang berarti risiko
yang dihadapi perusahaan akan meningkat, sehingga kemugkinan kepercayaan
pasar terhadap perusahaan akan semakin berkurang dan menciptakan harga saham
yang lebih rendah dan mengakibatkan PER saham semakin kecil.
Universitas Sumatera Utara
Return on Asset merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
keuntung bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva, dengan kata lain,
semakin tinggi rasio ini kemungkinan semakin baik produkivitas asset dalam
memperoleh keuntungan, hal ini berdampak bahwa PER dari perusahaan tersebut
di pasar modal juga akan semakin tinggi.
Return on equity menunjukan sejauh mana perusahaan mampu megelola
modal sendiri secara efektif, semakin besar nilai ROE maka tingkat pengembalian
diharapkan investor juga besar, maka semakin besar nilai ROE maka perusahaan
diaggap semakin menguntungkan. Return on Equity biasanya diikuti oleh
kenaikan harga saham perusahaan tersebut. Semakin tinggi ROE berarti semakin
baik kinerja perusahaan dalam mengelola modal secara efektif untuk memperoleh
laba.
Earning per share sangat berkaitan dengan ekspektasi pasar, pendapatan
yang akan diperoleh
dari suatu perusahaan merupakan faktor penentu harga
saham perusahaan tersebut. Saham dengan return yang tinggi pada umumnya
memiliki pendapatan yang lebih besar, sehingga earning per share juga akan
semakin besar.
Selanjutnya dalam penelitian ini, peneliti memilih perusahaan pada
industri perbankan untuk di teliti. Peneliti memilih sektor perbankan karena
perusahaan perbankan sangat erat kaitanya denga tingkat suku bunga dan inflasi
dari pada sektor lain, sehingga pengaruh perubahan perekonomian dunia maka
akan berdampak besar pada sektor perbankan, salah satu kasus adalah pada krisis
keuangan pada tahun 2008 yang dipicu oleh krisis kredit perumahan sekuritas dan
Universitas Sumatera Utara
bankrutnya beberapa perusahaan besar di Amerika Serikat yang ikut
mempengaruhi perekonomian Indonesia terutama sektor perbankan.
Selanjutnya perekonomian Indoesia setelah krisis keuangan dalam 5 tahun
terakhir mengalami pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami peningkatan
yang cukup pesat jika dibandingkan dengan perekonomian dunia yang sedang
lesu, saat Badan Pusat Statistik mencatat pada triwulam III tahun 2009
pertumbuhan ekonomi sebesar 4,27%, kemudian truwulan III 2011 sebesar
6,49%, dan pada triwulan III 2012 pertumbuhan 6,16 %, demikian di kutip dari
www.merdeka.com. Peningkatan perekonomian ini kemungkinan mempengaruhi
perusahaan perbankan yang ada di Indonesia.
Tabel 1.1
Data Rata-Rata Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on
Asset, Return on Equity, dan Earning per Share Pada Perusahan Perbankan
Tahun 2010-2012
Periode
Debt to
Equity (x)
Return on
Asset (%)
Return on
Equity(%)
12,5
Earning
per
Share(Rp)
164,041
Price
Earning
Ratio(x)
17,176
2010
7,501
1,4
2011
7,812
1,6
12,4
197,331
13,947
2012
10,029
1,7
12,6
233,373
12,225
Sumber:www.idx.co.id(data diolah)
Pada tabel 1.1 debt to equity ratio setiap tahun mengalami peningkatan,
pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 7,501 kali, pada tahun 2011
meningkat sebanyak 0,311 kali menjadi 7,812 tetapi PER mengalami penurunan
yang awalnya 17,176 kali di tahun 2010 turun menjadi 13,947 kali di tahun 2011,
Universitas Sumatera Utara
dan tahun 2012 terjadi peningkat signifikan menjadi 10,029 kali tetapi PER
kembali mengalami penurunan menjadi 12,225 kali, kenaikan debt to equity
kemungkinan akan memperngaruhi investor terhadap perusahaan karena
peningkatan hutang perusahaan setiap tahunya. Return on asset perusahaan
perbangkan mengalami peningkatan 0,2 % dari tahun 2010 sampai 2011, dan
kembali naik 0,1 % pada tahun 2012 tetapi PER mengalami penurunan setiap
tahunnnya dari 17,176 kali di tahun 2010 menjadi 13,947 kali di tahun 2011, dan
kembali turun menjadi 12,225 kali di tahun 2012 hal ini menunjukan menaikan
ROA tidak di ikuti dengan kenaikan PER.
Pada tabel 1.1 persentase return on equity dari tahun 2010 ke 2011
mengalami penurunan sebanyak 0,1 % dan juga PER mengalami penurunan
sebanyak 5,22 kali, dan pada tahun 2012 ROE mengalami kenanaikan menjadi
12,6%, akan tetapi PER kembali mengalami penurunan menjadi 12,225 kali .
return on equity perusahaan diasumsikan karena beberapa faktor, salah satunya
penggunaan hutang yang terlalu banyak yang menyebabkan perusahaan
menanggu beban bunga. Hal itu akan mengurangi jumlah keuntungan bagi
perusahaan dari tahun sebelumnya dan investorpun akan mempertimbangkan lagi
untuk menanampakan modalnya pada perusahaan.
Earning per share perusahaan mengalami peningkatan, terlihat pada tahun
2010-2012 terjadi peningkatan dari Rp 164 hingga mencapai Rp 233 pada tahun
2012 , sehingga peningkatan laba pada per lembar saham (EPS) yang dibelikan
perusahaan memungkinkan membuat menarik investor untuk berinvestasi.
Universitas Sumatera Utara
Berhubungan dengan latarbelakang tersebut, peneliti
tertarik untuk
meneliti tentang “Analisis Faktor – Faktor yang mempengaruhi
Price
Earning Ratio (PER) pada Perusahaan Perbankan yang go publik periode
2010-2012”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka penulis merumuskan masalah bagaimana pengaruh Debt to Equity , Return
on Asset , Return on Equity , dan Earning Per Share terhadap Price Earning Ratio
pada perusahaan sektor perbankan di Bursa Efek Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian, maka tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Debt to Equity , Return on
Asset , Return on Equity , dan Earning Per Share terhadap Price Earning Ratio
Perbankan yang go-public di bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1.
Memberikan rekomendasi dan informasi untuk menentukan strategi dan
kebijakan untuk menarik investor membeli saham.
2.
Memberikan pertimbangan dan informasi bagi para investor dalam rangka
menilai untuk mengambil keputusan berinvestasi pada suatu perusahaan
perbankan yang go-public beberapa tahun terakhir.
3.
Memberikan kontribusi yang besar bagi penulis untuk memperluas cakrawala
befikir ilmiah dalam bidang keuangan khususnya tentang price earning ratio.
Universitas Sumatera Utara
Download