B. Pembelajaran Aktif?

advertisement
ACTIVE LEARNING & SOFT SKILLS1
Neila Ramdhani2
“Tell me and I will forget… Show me and
I may remember… Involve me and I will
understand.” – Confucius, 450 BC
A. Apakah Soft Skills itu?
Sering juga disebut keterampilan lunak adalah keterampilan yang digunakan
dalam berhubungan dan bekerjasama dengan orang lain. Secara garis besar
keterampilan ini dapat dikelompokkan ke dalam:
1. Process Skills
2. Social Skills
3. Generic Skills
Contoh lain dari keterampilan-keterampilan yang dimasukkan dalam kategori soft
skills adalah etika/profesional, kepemimpinan, kreativitas, kerjasama, inisiatif,
facilitating kelompok maupun masyarakat, komunikasi, berpikir kritis, dan problem
solving. Keterampilan-keterampilan tersebut umumnya berkembang dalam
kehidupan bermasyarakat.
Fakta-fakta yang ada di dalam kehidupan saat ini:
1. Terjadi perubahan kehidupan bermasyarakat sebagai dampak dari
perkembangan teknologi dan lingkungan sosial telah mempersempit
kesempatan mengembangkan keterampilan sosial.
2. Penyesuaian diri terhadap persaingan hidup (baik kehidupan pribadi
maupun dunia kerja) menuntut dikuasainya keterampilan (hard maupun
soft).
3. Pembelajaran tradisional yang lebih banyak dilakukan dengan satu arah,
kurang memfasilitasi berkembangnya soft skills ini.
B. Pembelajaran Aktif?
Pembelajaran aktif (active learning) adalah proses belajar dimana mahasiswa
mendapat kesempatan untuk lebih banyak melakukan aktivitas belajar, berupa
hubungan interaktif dengan materi pelajaran sehingga terdorong untuk
menyimpulkan pemahaman daripada hanya sekedar menerima pelajaran yang
1
Disampaikan pada Seminar Memanfaatkan Soft Skills untuk Pembelajaran, AKPER Panti Rapih
Yogyakarta..14 Maret 2008.
2
Staf pengajar pada Fakultas Psikologi UGM, Indonesia
2
diberikan. Meyer & Jones (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran aktif terjadi
aktivitas berbicara dan mendengar, menulis, membaca, dan refleksi yang
menggiring ke arah pemaknaan mengenai isi pelajaran, ide-ide, dan berbagai hal
yang berkaitan dengan satu topik yang sedang dipelajari. Dalam pembelajaran
aktif, dosen lebih berperan sebagai fasilitator bukan pemberi ilmu.
Gambar 1. Perbedaan Belajar Aktif dan Belajar Pasif (Fink, 2003)
Beberapa aktivitas pembelajaran khas yang terjadi di dalam pembelajaran aktif di
antaranya adalah sbb:
1. Pengamatan terhadap beberapa model atau contoh yang memberikan
kesempatan pada mahasiswa untuk melihat dan mengetahui.
2. Refleksi yang dilakukan dengan cara mengungkapkan pengalaman kepada
teman dan dosen potensial mengundang dialog di dalam kelas sehingga
memungkinkan muncul pengalaman atau pengetahuan baru (Fink, 2003).
3. Pemecahan masalah yang disajikan memungkinkan mahasiswa berada di
dalam kondisi higher-order thinking (Bonwell & Eison, 1991).
4. Diskusi melatih mahasiswa untuk menganalisis, menilai, membandingkan,
dan memecahkan masalah adalah metode belajar ko-operatif dan interaktif
(Haller, 2000).
5. Self explanation adalah suatu proses menjelaskan mengenai pemahaman
mahasiswa, baik kepada temannya maupun dosen memungkinkan
terjadinya pemahaman yang lebih kuat.
6. Vicarious learning yang diperoleh pada saat mahasiswa menyaksikan
perdebatan mengenai topik tertentu (Cox, 2004).
C. Mengapa Pembelajaran Aktif?
Sekolah yang dilaksanakan di dalam kelas sudah berlangsung ratusan bahkan
ribuan tahun. Hasil dari proses belajar ini bukan tidak ada. Beribu karya
monumental sudah dihasilkan sehingga dapat membuat kehidupan manusia
menjadi lebih baik. Hanya saja, meningkatnya kompleksitas kehidupan manusia
telah banyak menyita waktu sehingga seringkali proses belajar cenderung
dilakukan secara ’terlalu’ mekanis – dosen mengajar di depan kelas, mahasiswa
mendengar dan mencatat. Di samping itu, bertambahnya stimulus di lingkungan
mahasiswa pun menjadi salah satu distraktor bagi tercapainya efektivitas
pembelajaran.
3
Banyak riset yang menunjukkan bahwa dibandingkan dengan pembelajaran
tradisional (kuliah satu arah), pembelajaran aktif ini memberikan peluang bagi
mahasiswa untuk dapat menyerap lebih banyak materi pelajaran, mengingat dan
memahami lebih lama, dan yang terpenting adalah menyukai aktivitas belajar itu
sendiri. Fink, (2003) menyarankan bahwa mahasiswa harus melakukan hal yang
lebih daripada sekedar mendengarkan. Dalam pembelajaran aktif, mahasiswa
tidak belajar sendiri tetapi mereka dapat belajar dengan pendampingan guru
selaku instruktur atau teman sekelasnya.
D. Penerapan Metode Pembelajaran Aktif di dalam Kelas
Satu hal yang sangat penting dalam upaya menerapkan pembelajaran aktif di
dalam kelas adalah merubah paradigma
•
•
•
Peran Dosen:
o Mengajar (to teach) ----- memfasilitasi (to help students learn)
o FOKUS (teacher centered) ----- FASILITATOR (students centered).
Mahasiswa mengambil alih tanggung jawab dalam proses pembelajaran.
Guru-Dosen mengontrol berbagai aktivitas sehingga tidak hanya mengenai
apa yang dipelajari (maha)siswa tetapi lebih ke bagaimana mereka
mempelajari topik tersebut.
Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk memfasilitasi pembelajaran aktif
adalah sebagai berikut:
1. Think-pair-share (Felder & Brent, 2003) dapat dilakukan dengan cara yang
amat sederhana, yaitu beri waktu secukupnya pada (maha)siswa untuk
berpikir mengenai sub-topik yang sedang akan dibahas, kemudian minta
mereka mendiskusikan dengan teman di sebelahnya. Setelah itu, jangan
lupa minta mereka mengungkapkan hasil diskusi kepada
seluruh kelas.
2. Minute Papers adalah teknik yang dapat memberi kesempatan pada
(maha)siswa untuk mengungkapkan hasil pemahamannya (synthesize) dan
mengemukakan hal-hal yang belum dipahami. Caranya adalah dengan
memberikan waktu di akhir perkuliahan kepada mahasiswa untuk menjawab
pertanyaan berikut secara tertulis:
a. Apa yang sudah anda pelajari hari ini?
b. Hal apa saja yang masih belum anda pahami?
Jangan lupa beri feedback terhadap kedua hal tersebut, karena hal ini
sangat berguna untuk meningkatkan proses belajar mahasiswa
4
3. Writing activities untuk memberi kesempatan pada mahasiswa untuk
berpikir mengenai proses pembelajaran yang baru saja selesai. Contoh,
dosen mengemukakan pertanyaan kemudian minta mahasiswa untuk
mengemukakan atau menuliskan jawabannya. Again, feedback sangat
dibutuhkan untuk memperkuat keyakinan mahasiswa terdapat
kemampuannya dalam memberi penjelasan.
4. Brainstorming adalah teknik sederhana yang dapat melibatkan seluruh
mahasiswa di dalam kelas. Sebelum dimulai, berikan pengantar dan
penjelasan singkat mengenai topik yang akan dibahas, kemudian minta
mahasiswa mengemukakan pendapat mereka. Sebelum memulai teknik ini,
dosen perlu mempersiapkan dan memberikan bahan terlebih dahulu kepada
mahasiswa untuk dibaca di rumah. Catat semua pendapat mahasiswa di
papan tulis atau flip chart sehingga dapat terjadi proses belajar yang lebih
baik.
5. Games yang didesain khusus berkaitan dengan topik sangat baik untuk
memperkuat pemahaman mahasiswa terhadap materi. Proses permainan
ini juga memberi kesempatan pada mahasiswa untuk secara aktif
berpartisipasi, baik secara kognitif, afektif, dan konatif di dalam
kelas. Berbagai permainan yang dapat dilakukan, misalnya matching,
mysteries, group competitions, solving puzzles, pictionary, etc.
6. Debates yang diawali dengan presentasi di depan kelas, kemudian diikuti
dengan debat sangat efektif untuk mendorong mahasiswa berpikir
mengenai berbagai sisi yang berkaitan dengan topik, sehingga dapat
mengasah pemahaman yang lebih kuat. Dalam debat akan terjadi beberapa
proses penting di antaranya self explanation dan students
tutoring to each other.
7. Group work memungkinkan bagi semua mahasiswa mendapat
kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya, berbagi pengalaman
yang berkaitan dengan topik, dan mengembangkan keterampilan
kerjasama. Kerjasama harus dilakukan oleh semua anggota kelompok
untuk menyelesaikan tugas. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara
membagi mahasiswa di kelas ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari
2-5 mahasiswa. Hal-hal yang perlu disiapkan untuk aktivitas ini adalah sbb.:
a. Artikel yang berkaitan dengan topik bahasan
b. Beberapa pertanyaan yang harus dijawab dan didiskusikan dalam
kelompok
c. Materi pelajaran yang harus dibaca
d. Petunjuk atau cara melaksanakan kegiatan.
5
Pada aktivitas seperti ini, mahasiswa diminta untuk membaca artikel,
menjawab pertanyaan, menyusun presentasi yang harus
disampaikan kepada teman-teman dari kelompok lain, dan teori atau inti
materi pembelajaran yang harus disampaikan kepada teman-teman
dari kelompok lain.
8.
Case studies yang disusun berdasarkan kasus nyata yang
memberikan gambaran mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan
pokok kasus tersebut. Mahasiswa diminta membahas kasus tersebut
mengintegrasikan dengan teori yang sesuai dengan situasi, aktivitas, dan
berbagai konsekuensinya.
E. Bacaan
Bonwell CC & Eison JA. 1991. Active Learning: Creating Excitement in the
Classroom. Washington, DC : George Washington University
Fink, L.D. 2003. Creating Significant Learning Experiences; An Integrated
Approach to Designing College Courses. San Fransisco: Jossey Bass, A
Wiley Imprint
Haller, C.R, Gallagher, V.J, Weldon, T.L, Felder, R.M. 2000. Dynamics of Peer
Education in Cooperative Learning Workgroups. Journal of Engineering
Education. Vol. 89 No.3. 285 – 293.
Pauw, K.; Oosthuizen, M. and van der Westhuizen, C, 2006, “Graduate
Unemployment in the Face of Skills Shortages: A Labour Market Paradox”,
Development Policy Research Unit (DPRU) Working Paper 06/114,
University of Cape Town, Rondebosch, November 2006.
Download