BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi perah merupakan hewan ternak penghasil susu. Susu sebagai sumber protein hewani yang semakin dibutuhkan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup dan kecerdasan masyarakat Indonesia. Susu merupakan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi karena mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap antara lain lemak, protein, laktosa, vitamin, mineral, dan enzim. Susu sebagai produk pangan yang kaya nutrisi, pH mendekati netral dan kandungan airnya tinggi. Indonesia sebagai negara tropis yang kelembapan udaranya tinggi dan suhunya hangat merupakan kondisi yang cocok bagi pertumbuhan mikroba patogen yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Salah satu penyakit yang menyebabkan kerugian secara ekonomis dan dapat menyerang pada sapi perah adalah penyakit mastitis (Handayani dan Purwanti, 2010). Mastitis merupakan peradangan jaringan kelenjar susu (kelenjar mammae) yang ditandai dengan adanya peradangan pada ambing disertai dengan perubahan fisik, kimiawi, dan mikrobiologi. Di Indonesia hampir 80 persen adalah mastitis subklinis. Penularan mastitis diawali dari bakteri yang masuk melalui puting, kemudian kontak dengan lantai atau tangan pemerah yang terkontaminasi bakteri (Soeharsono, 2008). kerugian yang dapat ditimbulkan oleh penyakit mastitis, antara lain : kehilangan produksi susu, baik kualitas maupun kuantitasnya; banyak sapi yang di culling. Penurunan produksi susu per kuartir bisa mencapai 1 30% atau 15% per sapi laktasi, sehingga menjadi permasalahan besar dalam industri sapi perah. Faktor utama yang mempengaruhi terjadinya mastitis adalah faktor lingkungan dan pengelolaan ternak. Faktor tersebut meliputi pakan, perkandangan, banyaknya sapi dalam satu kandang, ventilasi, sanitasi kandang dan cara pemerahan (Anonim3, 2015). Faktor lingkungan penting sebagai usaha mengendalikan dan menguasai kegiatan mikroorganisme termasuk kebersihan kandang harus selalu terpelihara agar bahaya pencemaran, pengotoran susu di waktu pemerahan dapat dicegah, selain itu kebersihan pemerahan juga sangat berpengaruh terhadap kejadian mastitis (Sutarti dkk., 2003). Kantor Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Bibit, Pakan Ternak dan Diagnostik Kehewanan (UPTD BPBPTDK) kaliurang didirikan untuk melaksanakan sebagian tugas Dinas Pertanian di bidang pengembangan bibit, pakan ternak dan diagnostik kehewanan antara lain : penyusunan program balai, pengembangan pakan ternak, pelaksanaan diagnosa dan pengendalian mutu produk asal hewan. UPTD BPBPTDK Kaliurang merupakan salah satu peternakan yang memiliki masalah sanitasi, dengan adanya kasus mastitis dari data penyakit mastitis di peternakan tersebut. Menurut Herlambang (2014) sebagian masalah yang belum dapat diatasi oleh peternak Indonesia pada usaha untuk mengatasi mastitis yaitu kebersihan kandang dan sapi, jumlah sapi dalam kandang, metode pemerahan dan pemberian desinfektan pada puting setelah pemerahan. 2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan di UPTD BPBPTDK Kaliurang bertujuan untuk mengetahui hubungan sanitasi peternakan terhadap penyakit mastitis pada sapi perah di Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Bibit Pakan Ternak dan Diagnosa Kehewanan Kaliurang. Manfaat Manfaat yang diharapkan dengan memperbaiki masalah sanitasi peternakan milik UPTD BPBPTDK Kaliurang yaitu untuk mengurangi terjadinya penyakit mastitis pada sapi perah. 3