jurnal riset akuntansi going concern - E

advertisement
Vol. 9 No. 2, Juni 2014
ISSN. 1907-9737
JURNAL RISET AKUNTANSI GOING CONCERN
ANALISIS DAN PENGUKURAN IT ALIGNMENT KASUS PADA PT. WILLIAM
MAKMUR PERKASA
Anneke Wangkar
PENGARUH FAKTOR PENGETAHUAN BISNIS, APLIKASI KEMAJUAN
SISTEM, USER SUPPORT, PROGRAMMING, DAN PERENCANAAN SISTEM
TERHADAP PENENTUAN PENGEMBANGAN KUALITAS PROFESIONAL DI
BIDANG
SISTEM
INFORMASI
AKUNTANSI
PADA
PERUSAHAAN
KONTRAKTOR DI KOTA MANADO
Claudia W.M. Korompis
KARAKTERISTIK-KARAKTERISTIK DASAR PEMBAYAR DIVIDEN
Winston Pontoh
PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL,
KECERDASAN
SPIRITUAL,
DAN
PERILAKU
BELAJAR
TERHADAP
PEMAHAMAN AKUNTANSI MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO
Inriawati Parauba
PENGARUH PENGAWASAN INTERNAL, PEMAHAMAN SISTEM AKUNTANSI
KEUANGAN, DAN KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP
KUALITAS INFORMASI LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA
SKPD PEMERINTAH KOTA MANADO
Irene Fransisca Ponamon
PENGARUH ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI, INVESTASI DAN
PENDANAAN, TERHADAP EXPECTED RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
I Gede Suwetja
PERAN KEPEMILIKAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN
Novi S. Budiarso
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO
Vol.9,No.2,Juni 2014
ISSN.1907-9737
GOING CONCERN
JURNAL RISET AKUNTANSI GOING CONCERN
Pelindung
Rektor Universitas Sam Ratulangi
Penanggung Jawab
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNSRAT
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNSRAT
Pemimpin Redaksi
Prof. DR. David. P.E. Saerang,SE,M.Com(Hons)
Redaksi Pelaksana
Harijanto Sabijono,SE,MSi,Ak
Lidia Mawikere,SE,MSi,Ak
Hendrik Manossoh,SE,MSi,Ak
Imelda Najoan,SE,MSi,Ak
Dewan Redaksi
DR. Grace Nangoy,SE,MSAc,Ak,CPA
Sifrid S. Pangemanan,SE,MSA
DR. Jullie J. Sondakh,SE,MSi,Ak,CPA
DR.Ventje Ilat,SE,MSi
DR. Herman Karamoy,SE,MSi,Ak
DR. Jenny Morasa,SE,MSi,Ak
DR. Agus T. Poputra,SE,MM,MA,Ak
Victorina Tirayoh,SE,MM,Ak
Linda Lambey,SE,MBA,MA,Ak
Margaretha Bolang,SE,MA,Ak
Peter Kapojos,SE,MSi,Ak
Administrasi & Sirkulasi
DR. Jantje Tinangon,SE,MM,Ak
DR. Lintje Kalangi,SE,ME,Ak
Winston Pontoh,SE,MM,Ak
Christian Datu,SE,MSA,Ak
Alamat Redaksi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado
Jl. Kampus Bahu – Manado, Sulawesi Utara
Telp. (0431) 847472, Fax. (0431) 853584
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern diterbitkan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado, dimaksudkan sebagai media
pertukaran informasi, penelitian dan karya ilmiah antara pengajar, alumni, mahasiswa dan masyarakat pada umumnya. Jurnal ini terbit empat kali setahun
yaitu bulan Maret, Juni, September, Desember.
Redaksi menerima naskah yang belum pernah diterbitkan oleh media dan tinjauan atas buku-buku akuntansi terbitan dalam dan luar negeri yang baru serta
catatan/komentar atas artikel yang dimuat dalam jurnal ini.
Surat menyurat mengenai naskah yang akan diterbitkan langganan, keagenan, dan lainnya dapat dialamatkan langsung ke alamat redaksi atau melalui email
: [email protected]
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
i
Vol.9,No.2,Juni 2014
ISSN.1907-9737
GOING CONCERN
JURNAL RISET AKUNTANSI GOING CONCERN
DAFTAR ISI
ANALISIS DAN PENGUKURAN IT ALIGNMENT KASUS PADA PT. WILLIAM
MAKMUR PERKASA
Anneke Wangkar ..................................................................................................................1-28
PENGARUH FAKTOR PENGETAHUAN BISNIS, APLIKASI KEMAJUAN
SISTEM, USER SUPPORT, PROGRAMMING, DAN PERENCANAAN SISTEM
TERHADAP PENENTUAN PENGEMBANGAN KUALITAS PROFESIONAL DI
BIDANG
SISTEM
INFORMASI
AKUNTANSI
PADA
PERUSAHAAN
KONTRAKTOR DI KOTA MANADO
Claudia W.M. Korompis ....................................................................................................29-42
KARAKTERISTIK-KARAKTERISTIK DASAR PEMBAYAR DIVIDEN
Winston Pontoh ..................................................................................................................43-52
PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL,
KECERDASAN SPIRITUAL, DAN
PERILAKU BELAJAR TERHADAP
PEMAHAMAN AKUNTANSI MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO
Inriawati Parauba............................................................................................................ 53-67
PENGARUH PENGAWASAN INTERNAL, PEMAHAMAN SISTEM AKUNTANSI
KEUANGAN, DAN KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP
KUALITAS INFORMASI LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA
SKPD PEMERINTAH KOTA MANADO
Irene Fransisca Ponamon ....................................................................................................68-80
PENGARUH ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI, INVESTASI DAN
PENDANAAN, TERHADAP EXPECTED RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
I Gede Suwetja ...................................................................................................................81-89
PERAN KEPEMILIKAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN
Novi S. Budiarso ................................................................................................................90-98
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT
ii
ANALISIS DAN PENGUKURAN IT ALIGNMENT
KASUS PADA PT. WILLIAM MAKMUR PERKASA
Anneke Wangkar
(Email : [email protected])
ABSTRACT
Entering the era of information and free trade, the company requires a certain
superiority in the face of competition nationally and internationally. For every company that
strives to provide the best service facilities for customers via the accuracy, precision and
effectiveness information. These things must be supported by the development of information
technology at the moment.
Therefore, the information technology department to evaluate the results of implementing
the system using a Maturity Model of COBIT (Control Objectives for Information and related
Technology).
Maturity Model is a way to measure how well the progress of the company's IT
management processes. These measurements by using scales or limits (0 to 5) as a practical
example in determining the levels of IT management capabilities at every level of ability. From
the company level can be compared with the target company and references COBIT Maturity
Model and reality on the ground.
Keywords : Kepatuhan, prosedur, Maturity Model, COBIT, Standar
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Memasuki era informasi dan perdagangan bebas ini, perusahaan memerlukan satu
keunggulan tertentu guna menghadapi persaingan secara nasional dan internasional. Untuk itu
setiap perusahaan berusaha untuk memberikan fasilitas pelayanan yang terbaik bagi pelanggan
melalui keakuratan, ketepatan dan keefektifan informasi. Hal-hal tersebut haruslah ditunjang
dengan perkembangan teknologi informasi pada saat ini.
Oleh karenanya perusahaan dapat mengantisipasi sistem yang digunakan untuk
perusahaannya dengan membuat kriteria dan daftar kebutuhan perusahaan. Melalui kriteria dan
daftar kebutuhan tersebut, perusahaan dapat menginvestasikannya di bidang teknologi informasi.
Namun demikian, investasi teknologi informasi ini membutuhkan biaya dan resiko yang
tinggi namun dapat memberikan keuntungan dan keunggulan yang sesuai dengan kriteria dan
kebutuhan perusahaan.
Investasi ini diwujudkan dalam bentuk komputer dengan jaringan komputer (perangkat
keras), software (perangkat lunak) dan sumber daya manusia dimana perkembangannya sangat
cepat dan pesat. Disamping itu perlu adanya pelatihan bagi sumber daya manusia dalam
pengguna teknologi informasi tersebut, guna mengantisipasi pelaksanaan sistem teknologi
informasi.
Oleh karenanya, departemen teknologi informasi dapat mengevaluasi hasil pelaksanaan
sistem tersebut dengan menggunakan survey. Survey ini digunakan untuk menganalisa
penggunaan sistem teknologi informasi, apakah telah sejalan dengan keinginan manajemen
ataukah perlu adanya beberapa perubahan strategi.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut :
1.
Apakah Sistem Teknologi Informasi telah memberikan satu keuntungan yang
spesifik bagi perusahaan
2.
Apakah Sistem Teknologi Informasi telah sejalan dengan strategi yang diinginkan
oleh perusahaan?
3.
Variabel apa saja yang mempengaruhi? Apakah variabel-variabel tersebut
memberikan kontribusi yang positif atau sebaliknya?
2. LANDASAN TEORI
2.1 Perkembangan Bisnis
Persaingan adalah satu kata penting di dalam menjalankan perusahaan pada saat ini. Hal
ini ditunjang dengan perkembangan teknologi komunikasi yang semakin pesat dan ditambah
dengan era dunia memasuki pasar bebas. Karenanya, setiap perusahaan berusaha untuk
mengantisipasi perubahan melalui satu keunggulan.
Adapun alasannya sebagai berikut:
a.
Ketepatan Waktu Ketepatan waktu diperlukan untuk memenuhi permintaan
pelanggan dan merupakan salah satu indikator keunggulan dalam persaingan.
Untuk itu diperlukan restrukturisasi proses kerja dan reorganisasi perusahaan
supaya mendapatkan kecepatan dalam memenuhi ketepatan waktu.
b.
Harga murah. Harga murah merupakan indikator keunggulan persaingan selain
ketepatan waktu. Untuk memenuhinya, perusahaan berusaha untuk memangkas
unsur biaya pembelian infrastuktur sistem informasi pada perusahaan.
c.
Kualitas produk tinggi dan pelayanan. Perusahaan diharapkan memberikan
kualitas produk tinggi dan memberikan pelayanan yang memuaskan pelanggan
serta dilaksanakan secepat mungkin.
d.
Perubahan bisnis secara global. Dengan adanya jaringan dunia, internet dan
intranet maka pelanggan tidak tergantung dengan tempat dan jarak pelanggan itu
sendiri.
e.
Perubahan kebijakan. Perubahan kebijakan ini terjadi karena adanya kemajuan
pada teknologi informasi dimana pegawai dapat melakukan pekerjaan selain di
kantor. Contohnya di rumah dan kendaraan (mobil dan pesawat). Demikian juga
dengan pelanggan, mereka dapat mengetahui produk yang dihasilkan melalui
internet ataupun intranet. Hal ini menyebabkan kebijakan perusahaan berubah,
sehingga pelanggan atau pegawai dapat saling berkomunikasi secara virtual tanpa
harus saling bertemu atau bertatap muka.
2.2 IT Alignment
2.2.1 Apakah Kesesuaian IT itu?
Alignment diartikan sebagai kesesuaian sehingga IT Alignment adalah kesesuaian
perencanaan IT secara keseluruhan baik kepemimpinan, struktur organisasi, peralatan hardware
dan software dengan tujuan perusahaan.
Kesesuaian dibutuhkan pada saat (a) pengambilan keputusan yang penting seperti
akuisisi, kerjasama, dan outsourcing, (b) penentuan pemasok atau suatu produk atau
mengakuisisi suatu perusahaan, (c) pemeriksaan produktifitas suatu fungsi dan infrastruktur dari
2
pemasok atau pengakuisisian perusahaan, (d) kebutuhan atas informasi mengenai kemampuan,
kultur dan pelaksanaan operasional, (e) mengetahui hal-hal penting seperti kapabilitas, resiko,
pengetahuan mengenai proses dan informasi tentang pelanggan, (f) menuntut untuk memperoleh
jasa yang memuaskan dan dengan agresif menuntut proses yang baik dan tanggung jawab.
Semuanya digunakan untuk memperoleh kapabilitas dari perusahaan lain untuk
memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan perusahaan, saat ini maupun dimasa yang akan
datang.
Didalam Laporan dari Komite atas Aspek Finansial dari Kesesuaian Perusahaan
(Cadbury Report, 2002) membicarakan tentang kesesuaian sebagai pemikiran umumnya.
Walaupun tujuan dari laporan tersebut adalah merupakan tujuan laporan keuangan dan audit, hal
tersebut menyinggung pada konsep kesesuaian yang lebih luas. Dan mendefinisikan pelaksanaan
kesesuaian sebagai pedoman dalam menjaga hubungan antara pimpinan perusahaan dan seluruh
karyawannya, pemilik dan para pimpinan perusahaan dengan memberikan suatu gambaran
melalui struktur sbb:
1.
Adanya tujuan perusahaan yang jelas
2.
Adanya metoda guna menerapkan tujuan yang harus ditentukan
3.
Adanya pedoman pelaksanaan kesesuaian
Kesesuaian IT merupakan tanggung jawab dari dewan direktur dan para pimpinan
eksekutif. Hal ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kesesuaian perusahaan dan
termasuk didalamnya kepemimpinan dan struktur organisasi dan suatu proses yang dapat
memberikan kepastian bahwa IT dapat menopang dan memperluas strategi dan tujuan
perusahaan.
Tujuan kesesuaian IT adalah untuk membantu secara langsung, dan menjamin bahwa
pelaksanaan IT telah memenuhi tujuan sebagai berikut:
1.
Agar IT dapat sejalan dengan perusahaan dan menjamin perolehan keuntungan
bagi perusahaan
2.
Agar IT dapat memungkinkan perusahaan memperoleh kesempatan untuk
mengeklorasi dan memaksimalkan keuntungan
3.
Agar sumber-sumber IT dapat digunakan secara bertanggung jawab
4.
Agar resiko-resiko IT yang ditimbulkan dapat diatasi dengan baik
Contoh dari kesesuaian IT adalah pimpinan group akan melaporkan dan menerima
perintah dari para menejer, dimana para menejer melaporkan kepada para pimpinan dan para
pimpinan melaporkan kepada para direktur. Laporan tersebut membahas tentang tujuan,
pencapaian tujuan, tidak pencapaian tujuan dan rekomendasi.
Proses kesesuaian dimulai dengan menentukan tujuan IT pada perusahaan, dengan
memberikan panduan awal. Selanjutnya masuk kepada hal berikutnya yaitu pelaksanaan yang
dapat diukur dan dibandingkan dengan tujuan, hasil dalam penjelasan kembali mengenai aktifitas
yang diperlukan dan perubahan tujuan apabila diperlukan. Apabila pada awalnya tujuan
perusahaan adalah merupakan tanggung jawab para direktur dan pelaksanaannya diukur
berdasarkan manajemen yang berlaku, dapat diyakini bahwa mereka harus membuat suatu
konsep sehingga tujuan yang ada dapat dicapai dan mengukur pelaksanaan tujuan dengan tepat.
3
Tujuan IT
Panduan
Perbandingan
Aktivitas IT
Tujuan IT
Gambar 2.1 Model Kesesuaian IT
Sebagai tanggapan atas perintah yang diterima, fungsi IT haruslah terfokus pada
perealisasian keuntungan dengan cara peningkatan secara otomatis dan membuat perusahaan
semakin efektif, dengan melalui pengurangan biaya dan menciptakan keseluruhan perusahaan
menjadi semakin efisien, dan dalam mengatasi resiko (keamanan, kepercayaan dan pemenuhan).
2.2.2
Mengapa Kesesuaian IT Penting?
Penggunaan IT akan menjadi penggerak perekonomian yang penting diabad ke 21. IT
telah menjadi salah satu persyaratan penting bagi kesuksesan perusahaan, dengan memberikan
keuntungan yang kompetitif dan menawarkan cara peningkatan produktifitas hal ini akan
menjadi sangat penting dimasa yang akan datang. Pengaruh keberhasilan IT mentransformasi
perusahaan dan menciptakan keunggulan atas suatu produk dan jasa telah menjadi suatu
kemampuan yang umum bagi perusahaan. IT merupakan hal yang mendasar bagi perusahaan
guna menggali kemampuan hubungan konsumen dan manajemen, kenaikan transaksi secara
global dan dematerialisasi, dan merupakan kunci guna mengingat dan menambah pengetahuan
usaha.
Mengingat IT merupakan hal yang penting dalam membantu dan memungkinkan
pencapaian tujuan perusahaan, kesesuaian IT yang effektif akan benar-benar memberikan
keuntungan perusahaan, seperti reputasi, kepercayaan, produk yang unggul, ketepatan waktu
pemasaran dan mengurangi pengeluaran, kesemuanya ini dapat meningkatkan keuntungan bagi
para pemilik modal.
Ketika IT menjadi hal yang penting guna menyangga perusahaan dimana mungkin juga
bukan merupakan sesuatu yang mewah dan digunakan untuk menjamin pelaksanaan usaha,
adalah sama pentingnya guna pembangunan dan menginovasikan suatu usaha. Dengan fokus
komersial yang ketat dapat merupakan tantangan masa depan namun demikian haruslah berhatihati karena IT juga membawa resiko. Jelaslah bahwa pada saat ini pelaksanaan usaha secara
global, terikat dengan waktu, sistem dan jaringan yang ada merupakan beban pengeluaran yang
besar yang harus ditanggung oleh perusahaan. Dalam beberapa industri, IT merupakan solusi
yang kompetitif guna membedakan dan memberikan keuntungan kompetitif ketika perusahaan
lainnya masih berputar pada masalah bagaimana dapat bertahan bukan hanya karena faktor
4
keberuntungan. Kebutuhan dan resiko tersebut menjadikan beban bagi manajemen guna
memaksimalkan IT secara lebih efektif dan transparan.
Oleh karenanya perlu ada tinjauan kembali tentang seberapa penting IT bagi perusahaan
dan seberapa banyak kontribusi IT dalam pengambilan keputusan strategi perusahaan. Para
pemimpin cenderung hanya sering melihat pada strategi usaha dan resiko yang ditimbulkan,
dimana mungkin tidak menghasilkan keuntungan, namun demikian pada kenyataannya hal itu
mencakup investasi yang besar dan resiko yang besar pula.
2.2.3 Siapakah Yang Harus Memperhatikan?
Kesesuaian IT menjadi tanggung jawab para pimpinan dan pemegang saham. Tanggung
jawab itu dirumuskan menjadi sebuah panduan para pimpinan sebagai sistem kesesuaian internal.
Hal ini dibuat karena sering terjadi perbedaan pada tingkatan tertentu dalam perusahaan. Melalui
laporan tersebut para pemimpin mengetahui bahwa terdapat atau telah terjadi proses yang efektif
dan tepat atau tidak terjadinya proses secara efektif. Disamping digunakan untuk memantau
resiko dan meyakinkan bahwa sistem kesesuaian internal yang ada dilakukan secara efektif atau
tidak berjalan secara efektif dalam mengurangi resiko pada tingkatan tertentu.
Dari penjelasan diatas, kesesuaian IT dilaksanakan secara intensif dilaksanakan para
pimpinan dan manajemen eksekutif. Namun demikian, mengingat kompleksitas dan spesialisasi,
tingkatan ini harus sejalan dengan tingkat kekuatan dari tingkat terendah dalam perusahaan guna
memberikan informasi yang dibutuhkan dalam pembuatan keputusan dan mengevaluasi aktifitas
yang dilakukan.
Guna memperoleh kesesuaian IT yang efektif dalam perusahaan, tingkatan yang terendah
harus mengaplikasikan beberapa prinsip dalam menentukan tujuan, memberikan dan menentukan
tujuan, dan menyiapkan dan mengevaluasi pelaksanaannya. Sebagai hasilnya, pengalaman yang
baik dalam kesesuaian IT dibutuhkan untuk diaplikasikan didalam perusahaan.
2.2.4 Apa Yang Dapat Mereka Lakukan?
Tanggung jawab kesesuaian IT dari sisi pimpinan dalam hal panduan kesesuaian
perusahaan. Panduan ini secara baik mencakup kesesuaian perusahaan yang memfokuskan pada
hak-hak, peraturan, dan pelaporan yang tepat bagi para pemegang saham, lampiran dan
transparansi serta tanggung jawab para pimpinan. Laporan tersebut kemudian disebut dengan
panduan kesesuaian guna menjamin adanya panduan strategis bagi perusahaan yang mudah
dipahami, untuk pemantauan manajemen yang efektif oleh para pemimpin, dan bagi para
pemimpin agar dapat dipertanggung jawabkan kepada perusahaan dan para pemegang saham.
Salah satu tangung jawab para pemimpin, adalah meninjau dan membantu pembuatan
strategi perusahaan, menentukan dan memantau perkembangan dari pelaksanaan tujuan oleh
manajemen, dan meyakinkan integritas sistem perusahaan. Terpisah dari kenyataan bahwa
kesesuaian IT ditujukan sebagaimana agenda strategis para pemimpin, pengamanan haruslah
efektif, transparan and bertanggung jawab. Untuk itu para pimpinan harus terbuka atas tanggung
jawabnya maupun manajemennya, dan harus memiliki sistem yang ditempatkan guna
pelaksanaan tanggung jawab tersebut yang secara menyeluruh berhubungan dengan kesesuaian
IT dan digunakan dalam setiap aktivitas perusahaan, manajemen teknologi sehubungan dengan
resiko usaha dan pembuktian atas keuntungan yang diberikan melalui penggunaan IT dalam
perusahaan.
5
2.2.5
Kebutuhan Kesesuaian Dalam Teknologi Informasi
Dalam beberapa tahun terakhir, pada kenyataannya terdapat peningkatan kebutuhan atas
referensi yang dapat memberikan gambaran mengenai keamanan dan kesesuaian dalam sistem
IT. Suatu perusahaan yang berhasil membutuhkan suatu penghargaan dan pengertian dasar
mengenai resiko dan penekanan sistem IT pada segala tingkatan dalam penentuan guna mencapai
arah yang lebih efisien dan terkontrol.
Pimpinan harus dapat memutuskan alasan investasi untuk pengamanan dan kesesuaian
dalam sistem IT dan bagaimana menyeimbangkan resiko dan kesesuaian investasi dalam situasi
IT yang seringkali tidak dapat diduga. Sedangkan sistem informasi dalam rangka kesesuaian dan
pengamanan membantu mengatasi resiko-resiko yang tidak dapat dihindarkan. Selain itu, pada
tingkat tertentu, resiko tidak dapat diprediksi. Pada akhirnya, pimpinan harus menentukan tingkat
resiko tertentu yang diterima apalagi berdasarkan biaya sehingga pimpinan harus mengambil
keputusan yang sulit tersebut. Oleh karena itu pimpinan membutuhkan suatu gambaran yang
jelas tentang pengamanan dan kesesuaian IT guna menjadi pembanding antara sistem yang ada
saat ini dengan sistem IT yang direncanakan.
Sebagai bukti, terdapat peningkatan jumlah pengguna jasa IT, melalui penilaian dan
pemeriksaan baik secara internal maupun melalui pihak ketiga, yang dapat mempengaruhi
kesesuaian dan pengamanan yang telah ada. Namun demikian, pada saat ini dalam implementasi
kesesuaian sistem informasi yang baik masih terdapat kerancuan antara perusahaan swasta, non
government dan pemerintah.
Untuk pelaksanaan hal tersebut, manajemen harus dapat mengidentifikasikan hal-hal
yang paling penting yang harus diprioritaskan dalam pelaksanaan, mengukur kemajuan dalam
pencapaian tujuan dan menggolongkan seberapa baik proses IT yang dijalankan. Selain itu hal
ini juga membutuhkan kemampuan untuk menilai tingkat kemandirian perusahaan melalui
pembandingan dengan sesama industri yang berhasil dengan standar internasional. Untuk
menunjang kebutuhan manajemen tersebut, Cobit telah mengidentifikasikan beberapa faktorfaktor keberhasilan yang kritikal, indikator dalam pencapaian tujuan, indikator dalam
pelaksanaan dan penggabungan model yang telah sukses dalam penerapan sistem IT.
2.3 Cobit (Control Objectives for Information and related Technology)
Dewasa ini terdapat dua macam pengkualifikasian yang berbeda atas metode kesesuaian,
yaitu: pengkualifikasian menggunakan “metode kesesuaian bisnis” dan “metode kesesuaian
yang lebih terfokus pada IT” (IT Governance Institute, 2001). Cobit bertujuan untuk
menjembatani perbedaan yang masih terdapat pada kedua metode tersebut. Namun demikian,
Cobit berusaha tetap berada pada posisi manajemen yang komprehensif dan dioperasikan untuk
tingkat yang lebih tinggi daripada standar sistem informasi manajemen. Oleh karena itu, Cobit
merupakan metode untuk kesesuaian IT.
Dasar pemikiran konsep Cobit adalah kesesuaian melalui pendekatan dengan
memperhatikan sistem informasi yang dibutuhkan guna menunjang tujuan usaha atau kebutuhan
dan melalui sistem informasi yang merupakan hasil aplikasi penggabungan dari IT yang
berhubungan dengan sumber informasi yang dibutuhkan untuk mengatur proses IT.
2.4 Model Maturity
Manajemen pada suatu perusahaan dan organisasi publik sering dimintakan untuk
memecahkan masalah bisnis sehubungan dengan hal-hal yang menjadi penyebab terjadi
6
pengeluaran dalan kesesuaian struktur informasi. Walaupun sebagian orang beranggapan bahwa
hal tersebut tidaklah penting namun haruslah dipertimbangkan atau dipertanyakan, seperti
“Seberapa jauh implementasi sistem IT, apakah pengeluaran sebanding dengan
keuntungan yang didapatkan?”
Untuk membantu manjawab pertanyaan diatas, dapat dibantu dengan pertanyaan lainnya,
contohnya (IT Governance Institute, 2001)
“Standar
apakah
yang
digunakan
internasional
dan
bagaimana
mengimplementasiannya?” atau
“Apakah yang dilakukan organisasi lain dan bagaimana cara kita melakukan penelitian
sehubungan dengan hal yang dilakukan perusahaan lainnya?”
Pertanyaan tersebut merupakan beberapa contoh pertanyaan yang sering ditanyakan
kepada manajemen. Manajemen akan sulit memberikan jawaban yang tepat jikalau tidak
mempunyai pengalaman ataupun data-data. Pengalaman atau data-data tersebut didapatkan dari
evaluasi yang dilakukan perusahaan.
Sehubungan dengan pernyataan diatas, manajemen IT diharapkan secara berkala
mengevaluasi proses struktur informasi perusahaan yang ada. Untuk itu dapat mempergunakan
Cobit dalam hal evaluasi dan kesesuaian serta dibutuhkan beberapa hal:
1.
Suatu ukuran yang relatif mengenai dimana letak organisasi.
2.
Cara efisien yang diambil untuk kesesuaian.
3.
Alat untuk mengukur kemajuan pencapaian tujuan organisasi
Cobit mempunyai 34 proses dari 4 proses utama yang dapat digunakan dalam kesesuaian IT.
Pendekatan atas model guna kesesuaian IT dapat meliputi pembuatan metode penilaian
sehingga organisasi dapat menentukan tingkatannya. Dari penentuan tingkatan tersebut,
perusahaan dapat secara membuat target baru yang ingin dicapai serta sejalan dengan harapan
dan tujuan perusahaan.
Pendekatan Cobit ini adalah panduan umum yang menjadikan tujuan manajemen IT
dengan penerapan praktis dan mudah dipahami.
Maturity Model adalah cara untuk mengukur seberapa baiknya kemajuan dari proses
manajemen IT pada perusahaan. Pengukuran ini dengan menggunakan skala atau batasan (0 s.d.
5) sebagai contoh praktis dalam menentukan tingkatan kemampuan manajemen IT pada setiap
tingkat kemampuan. Dari tingkatan perusahaan tersebut dibandingkan dengan target perusahaan
dan referensi Maturity Model Cobit serta kenyataan di lapangan.
Maturity Model yang dibuat dengan kualitatif model akan menghasilkan masukan
sebagai berikut:
1.
Mengerti dan memperhatikan resiko dan masalah kesesuaian.
2.
Pelatihan dan pengkomunikasian yang diterapkan atas masalah yang ada.
3.
Teknik dan otomatisasi guna membuat proses lebih efektif dan efisien.
4.
Tingkat pemenuhan atas kebijakan internal, perundang-undangan dan peraturan.
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan penjelasan tentang keseluruhan kegiatan penelitian dan
masalah yang akan dipecahkan serta variable-variabel apa yang bisa memecahkan masalah
tersebut. Kerangka pikir dalam penelitian analisis dan pengukuran IT Aligment adalah sebagai
berikut :
7
Masalah
Data
Variabel penelitian
Uji Kriteria Maturity
Kesimpulan
Gambar 3.1 Kerangka Pikir Penelitian
Pada gambar 3.1 di atas dapat dijelaskan bahwa masalah dalam hal ini analisis dan
pengukuran teknologi informasi dapat dipecahkan atau diberikan solusi dengan memakai model
penelitian kualitatiff sehingga menggunakan uji criteria maturity untuk mengolah data. Penelitian
ini di mulai bulan Januari 2014 sampai Juni 2014 di PT. William Makmur Perkasa
Manado.Penelitian di mulai dengan pembuatan kuesioner, testing kuesioner, pengumpulan data,
analisa data dan pembuatan report dari hasil penelitian.
3.2
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada PT William Makmur Perkasa yang bergerak pada bidang
rental alat berat. Perusahaan rental alat berat ini memiliki jumlah karyawan seluruhnya sebanyak
68 orang (per Juni 2014).
Untuk mendukung penelitian ini, survey dilakukan pada bulan Pebruari 2014 dengan cara
menyebarkan kuesioner serta mengambil sampel pada tingkat level manajemen.
Sebelum kuesioner ini dibagikan, para responden telah diberitahukan mengenai maksud
diadakannya penelitian ini.
Identitas dari semua responden dirahasiakan dan dijamin kerahasiaannya agar responden
lebih obyektif dalam menjawab semua pertanyaan yang ada dalam kuesioner yang dibagikan.
Sampel yang diambil dari responden manajemen level menengah dan atas, yaitu
Supervisor, Manager dan General Manager.
Responden ini diberikan kuesioner pemeriksaan awal (pre-audit). Selanjutnya
dibandingkan dengan pemeriksaan di lapangan (pada status sistem pada saat ini).
3.3 Variabel Penelitian
Varibel penelitian sebagai berikut:
1.
Perencanaan dan Pengorganisasian adalah penentuan tentang strategi dan
perencanaan, serta kontribusi IT guna pemenuhan sasaran obyektif. Selanjutnya,
8
realisasi dari strategi membutuhkan perencanaan, komunikasi, dan pengelolaan
untuk keperluan perspektif yang berbeda. Pada akhirnya, suatu pengorganisasian
dan teknologi informasi yang tepat haruslah ditentukan dengan cermat.
2.
Pengalihan dan Implementasi adalah penentuan strategi, pemecahan masalah atau
solusi, pengembangan, pengimplemetasian dan pengintegrasian IT didalam suatu
proses bisnis. Selain itu, bagian perubahan dan pemeliharaan dari sistem yang
berjalan merupakan bagian pengalihan dari implementasi ini sehingga perubahan
dan pemeliharaan sesuai dengan kebutuhan sistem dan proses usaha.
3.
Distribusi dan Penunjang menintikberatkan pada pelaksanaan pendistribusian jasa
yang meliputi aspek keamanan operasi secara tradisional sampai dengan pelatihan
dan secara berkesinambungan harus dapat menunjang proses baru yang dibentuk
atau dibangun. Pada bagian ini termasuk pula bagian prosesing data beserta
pemantauan atau kontrol dari aplikasi data tersebut.
4.
Pemantauan adalah pengamatan atas keseluruhan proses IT secara berkala untuk
mempertahankan kualitas dan proforma sesuai standar pemantauan. Pemantauan
ini ditujukan bagi manajemen sebagai serana kesesuaian organisasi yang
independen baik secara internal maupun eksternal atau melalui sumber-sumber
informasi lainnya.
Dari keempat variabel tersebut diatas hanya variabel pertama tentang Perencanaan dan
Pengorganisasian yang dipilih untuk diteliti pada PT. William Makmur Perkasa tersebut. Hal ini
dikarenakan variabel pertama berkenaan dengan dokumentasi dan tidak memakan waktu dalam
penelitian dan penulisan jurnal ini serta sesuai dengan saran dari PT William Makmur Perkasa.
Perencanaan dan Pengorganisasian
1.
Penentuan Perencanaan Strategis IT bertujuan untuk memberikan keseimbangan
yang optimal dalam memenuhi tuntutan dalam perolehan IT dan bisnis IT,
demikian pula dalam kesinambungannya kedepan
2.
Penentuan Arsitektur Informasi bertujuan untuk memenuhi arsitektur informasi
dalam mengoptimalkan sistem informasi perusahaan.
3.
Pemilihan Arah Perkembangan Teknologi bertujuan untuk mendapatkan
kesempatan dalam memperoleh keuntungan dan memungkinkan penggabungan
teknologi guna pelaksanaan strategi bisnis.
4.
Penentuan Hubungan dan Struktur Organisasi IT bertujuan untuk menentukan
sistem IT yang tepat.
5.
Pengelolaan Investasi IT bertujuan untuk menjamin bahwa rencana pembiayaan
dan operasional budget yang dibuat akan memperoleh persetujuan.
6.
Pengkomunikasian Tujuan dan Sasaran Manajemen bertujuan untuk menjamin
bahwa pemakai dapat mengerti dan mengetahui tujuan dan sasaran manajemen.
7.
Pengelolaan Sumber Daya Manusia bertujuan untuk memperoleh kemampuan
dalam mengelola tenaga kerja yang kompeten dan memiliki motivasi guna
memaksimalkan kontribusi karyawan dalam proses IT.
8.
Kepastian Kebutuhan sesuai dengan Permintaan Eksternal bertujuan untuk
memenuhi kewajiban perundang-undangan, peraturan dan kewajiban kontrak
lainnya.
9.
Perkiraan Resiko bertujuan untuk membantu manajemen dalam mengambil
keputusan melalui pencapaian tujuan IT dan memberikan respon bagaimana
9
10.
11.
mengurangi kompleksitas dan meningkatkan pencapaian tujuan serta
mengidentifikasikan faktor keputusan yang penting.
Pengelolaan Proyek-proyek bertujuan untuk penentuan skala prioritas dalam
pengiriman data yang tepat waktu dan sesuai dengan anggaran.
Pengelolaan Kualitas bertujuan untuk memenuhi permintaan IT.
3.4
Kriteria
Kriteria penilaian didasarkan pada analisis “Maturity Model” COBIT guna manajemen
IT dapat mengukur kematangan dalam pengelolaan dan efisiensi IT pada saat ini.
Maturity Model ini memberikan 3 masukan, yaitu:
1.
memberikan masukan pengukuran keberadaan IT pada saat ini.
2.
memberikan masukan arah efisiensi yang diperlukan
3.
sebagai alat pembanding antara keberadaan IT pada saat ini dengan tujuan dan
harapan perusahaan.
Uji Kriteria Maturity (“UkM”)
Proses pengujian ini menggunakan UkM ini menggunakan skala Likert, 0 – 5, sebagai
berikut:
0 – Tidak Ada/Non-Existent, berarti proses manajemen belum diaplikasikan sama
sekali.
1 – Permulaan/Initial, berarti proses masih bersifat sementara dan belum diproses.
2 – Pengulangan/Repetable, berarti proses mengikuti pola yang standar.
3 – Penentuan/Defined, berarti proses terdokumentasi dan dapat didiskusikan.
4 – Pengelolaan/Managed, berarti proses dapat termonitor dan diukur.
5 – Optimaliasasi/Optimised, berarti pengalaman terbaik yang digunakan dan secara
otomatis.
Dari uji kriteria diatas, peneliti dapat memberikan masukan tingkatan manajemen IT pada
saat ini lalu dibandingkan dengan referensi Cobit dan kenyataan di lapangan.
4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengolahan Data
4.1.1. Profil Responden
Responden terdiri 6 responden dengan klasifikasi responden manajemen level menengah
dan atas, yaitu Supervisor, Manager dan General Manager (lihat Tabel 4.1). Ke-6 responden ini
adalah pengambilan keputusan di departemen yang ada di PT Willem Makmur Perkasa tentang
kinerja perusahaan sehingga dapat dikatakan bahwa ke-6 responden mewakili PT William
Makmur secara keseluruhan.
10
Tabel 4.1 Tabel Profil Responden
Jumlah
%
Usia
< 25
25 – 34
35 – 44
> 45
Jenis Kelamin
Pria
Wanita
Pendidikan
SMA
Diploma
Sarjana
S2
Lainnya
Pekerjaan
Director/ Manager
Deputi Manager
Supervisor
Lama Bekerja
< 3 thn
3 s.d. < 6 thn
6 s.d. < 9 thn
9 s.d. < 12 thn
12 s.d. < 15 thn
15 s.d. < 18 thn
2
2
2
33,33
33,33
33,33
3
3
50
50
2
3
1
33,33
50
16,67
4
1
1
66,66
16,67
16,67
1
16,66
3
1
1
50
16,67
16,67
.
4.1.2
Data Keseluruhan
Data keseluruhan ini ada data tentang level marutity pada Perusahaan PT William
Makmur Perkasa setelah diadakan analisa dan perhitungan dengan menggunakan cara
perhitungan COBIT. Sebagai contoh, Penentuan Perencaan Strategi IT, level maturitynya adalah
3,585, berarti bahwa pengambilan keputusan untuk perencanaan strategis IT dilakukan oleh top
manajemen, perencanaan diperbaharui oleh manajemen IT sesuai dengan perubahan teknologi
yang disesuaikan dengan tujuan perusahaan serta memperhitungkan faktor resiko, diharapkan
perusahaan menetapkan prosedur baku untuk perencanaan jangka pendek dan jangka panjang,
pemonitoran pelaksanaan, operasional dan dokumentasi rencana strategis IT secara berkala.
Prosedur baku adalah prosedur yang sesuai dengan standar internasional yang berlaku dan
sebaiknya manajemen IT membuat atau mengikuti pelatihan tentang perencanaan strategis IT
(lihat Tabel 4.4).
11
Tabel 4.2 Data Keseluruhan
No
PERENCANAAN DAN PENGORGANISASIAN
1
Penentuan Perencanaan Strategis IT
2
Penentuan Arsitektur Informasi
3
Pemilihan Arah Perkembangan Teknologi
4
Penentuan Hubungan dan Struktur Organisasi IT
5
Pengelolaan Investasi IT
Pengkomunikasian Tujuan dan Sasaran
6
Manajemen
7
Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Kepastian Kebutuhan sesuai dengan Permintaan
8
Eksternal
9
Perkiraan Resiko
10
Pengelolaan Proyek-proyek
11
Pengelolaan Kualitas
Rata-rata
MATURITY LEVEL
3,585
3,833
3,857
4,000
3,500
3,267
3,465
2,947
3,714
3,370
3,488
3,548
Dari hasil data diatas, rata-rata maturity model PT William Makmur Perkasa adalah 3,548.
Angka ini menunjukkan bahwa standar PT William Makmur Perkasa lebih baik dari standar
internasional, yaitu 2.500 dan kesesuaian dengan tujuan perusahaan sudah mendekati yang
diharapkan.
4.2 Pembahasan
4.2.1 IT Maturity Model
NonExistent
0
Initial
Repeatable
Defined
Managed
2
3
4
1
Legend for symbols used
Optimized
5
Legend for rankings used
Current status of the organization
0 - Management processes are not applied at all
1 - Processes are ad hoc and disorganized
2 - Processes follow a regular pattern
3- processes are documented and communicated
4 - Processes are monitored and measured
5 - Best practices are followed and automated
International Standard
Organization’s strategy for improvement
- where the organization wants to be
Gambar 4.1 Maturity Model PT William Makmur Perkasa
Dari hasil data primer diatas, rata-rata maturity model PT William Makmur Perkasa
adalah 3,548. Angka ini menunjukkan bahwa standar perusahaan lebih baik dari standar
12
internasional, yaitu 2.500 dan kesesuaian dengan tujuan perusahaan sudah mendekati yang
diharapkan.
4.2.2
Analisis IT Maturity Model
Tabel 4.3 dibawah ini menggambarkan bahwa Analisa Perbandingan antara keadaan saat
ini dengan target PT William Makmur Perkasa dalam beberapa tahun mendatang. Analisa ini
memperjelas tentang kesesuian antara perencanaan dan pengorganisasi IT dengan tujuan
perusahaan, sebagai contoh Penentuan Perencanaan Strategis IT (tingkat maturity saat ini adalah
3,585) dan target yang ingin dicapai adalah 5,000, bahwa penentuan perencanaan strategis IT
merupakan satu bagian yang tak terpisahkan dengan perencanaan strategis IT secara keseluruhan
baik perencanaan jangka pendek dan jangka panjang, dan tidak seperti pernyataan tentang
kriteria 0, COBIT, bahwa perencanaan strategis IT tidak dilaksanakan dimana manajemen tidak
sadar akan kebutuhan perencanaan strategis IT guna mencapai tujuan perusahaan. Disamping itu
pula, departemen IT telah menjalankan misinya sebagai pemberi pemecahan masalah tentang
sistem informasi dan memberikan pelayanan kepada pelanggan, yaitu konsulan, pengacara,
paralegal dan pengguna komputer lainnya.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
No
1
Tabel 4.3. Tingkat maturity-saat ini dan target
Tingkat Maturity
Perencanaan dan Pengorganisasian
Saat Ini
Target
Penentuan Perencanaan Strategis IT
3,585
5,000
Penentuan Arsitektur Informasi
3,833
5,000
Pemilihan Arah Perkembangan Teknologi
3,857
4,000
Penentuan Hubungan dan Struktur Organisasi
4,000
5,000
IT
Pengelolaan Investasi IT
3,500
4,000
Pengkomunikasian Tujuan dan Sasaran
3,267
4,000
Manajemen
Pengelolaan Sumber Daya Manusia
3,465
4,000
Kepastian Kebutuhan sesuai dengan Permintaan
2,947
4,000
Eksternal
Perkiraan Resiko
3,714
5,000
Pengelolaan Proyek-proyek
3,370
4,000
Pengelolaan Kualitas
3,488
4,000
Rata-rata
3,548
4,364
Tabel 4.4. Strategi PT. William Makmur Perkasa
Perencanaan &
Saat ini
Target-Rekomendasi
Pengorganisasian
Cobit
Penentuan
Data Primer :
*Pengoptimalisasian
Perecanaan
perencanaan strategis
strategi IT
* PT WMP menyadari IT adalah suatu
pentingnya
pendokumentasian
perencanaan strategi IT proses yang berjalan
baik untuk jangka
secara
panjang maupun
berkesimnambungan
13
Strategi
*Pengambilan
keputusan untuk
perencanaan
strategis IT
dilakukan oleh
top manajemen.
No
Perencanaan &
Pengorganisasian
Saat ini
jangka pendek tetapi
proses pengambilan
keputusan tidak
terstruktur.
* Perencanaan
pembaharuan rencana
strategi IT dibuat atas
permintaan pihak
manajemen. Hal ini
disebabkan oleh tidak
ada aksi pro-aktif guna
mengalisis IT dan
perkembangan bisnis
*Perusahaan memiliki
prosedur untuk
memonitor
pelaksanaan dan
operasional rencana
strategis IT secara
berkala
*Sosialisasi dilakukan
keseluruhan karyawan
*Perbandingan
dilakukan di dalam
group yang sejenis
maupun antar operator
lainnya.
Data sekunder dari
kuesioner dan
wawancara :
*Manajemen IT
bertanggung jawab
pada perencanaan
strategis IT
*Perencanaan strategi
IT dinyatakan beresiko
sangat tinggi dan
sangat penting
.
14
Target-Rekomendasi
Cobit
dengan
mempertimbangkan
tujuan usaha dan
keuntungan PT WMP
yang memuaskan
melalui investasi di
bidang IT
.
*Resiko dan
keuntungan tambahan
yang dapat
dipertimbangkan
secara
berkesinambungan
diperbaharui dalam
proses perencanaan
strategis IT.
*Terdapat fungsi
strategis perencanaan
IT yang tergabung
dalam fungsi
perencanaan usaha.
*Perencanaan IT
jangka panjang yang
realistis dibuat dan
secara
berkesinambungan
diperberharui untuk
merefleksikan
perubahan teknologi
dan usaha sehubungan
dengan kemajuankemajuan yang ada.
*Perencanaan IT
jangka pendek
termasuk target/jangka
waktu dan kemudahan
pengiriman yang
secara berkala
dimonitor dan
diperbaharui sesuai
Strategi
*Perencanaan
diperbaharui oleh
manajemen IT
sesuai dengan
perubahan
teknologi yang
disesuaikan
dengan tujuan
perusahaan serta
memperhitungkan
factor resiko
.
*PT WMP
menetapkan
prosedur baku
untuk
perencanaan
jangka pendek
dan jangka
panjang,
pemonitoran
pelaksanaan,
operasional dan
dokumentasi
rencana strategis
IT secara berkala.
Prosedur baku
adalah prosedur
yang sesuai
dengan standar
internasional
yang berlaku.
*Sebaiknya
manajemen IT
membuat atau
mengikuti
pelatihan tentang
perencanaan
strategi IT.
No
Perencanaan &
Pengorganisasian
Saat ini
*Kemampuan dari
manajemen IT dalam
merencanakan masih
dianggap kurang.
2
Penentuan
Arsitektur
informasi
Target-Rekomendasi
Cobit
dengan perubahan
yang timbul.
*Perbandingan antara
mudah dimengerti dan
*Hasil dari Evaluasi
normal industry yang
dan dokumnentasi
terpercaya adalah
yang dilaksanakan
proses penentuan yang
manajemen IT
baik dan terintegrasi
dianggap sedang.
dengan strategi proses
formulasi.
Data Primer :
*Pengoptimalisasian
arsitektur informasi
*PT WMP memilik
secara
arsitektur system IT.
berkesinambungan
*PT WMP mememiliki memperkuat semua
prosedur pembuatan
tingkatan dan
arsitektur system IT
keuntungannya untuk
yang standard an
usaha dapat
terdokumentasi.
ditekankan.
*PT WMP sudah
menerapkan system
otomatisasi yang
belum seluruhnya
terintegrasi di
perusahaan.
*Karyawan IT
memiliki
keahlian/kemampuan
tersebut dimiliki
dengan cara belajar
sendiri (pelatihan
informal).
*Model arsitektur IT
PT WMP terus akan
dikembangkan sesuai
kondisi PT WMP.
Data sekunder :
*Manajemen IT
15
*Tenaga IT memiliki
kemampuan dan
pengalaman yang
cukup untuk
membangun dan
menjaga kesehatan dan
arsitektur informasi
yang responsive yang
dapat merefleksikan
setiap permintaan
usaha
.
*Informasi yang
tersedia melalui
arsitektur informasi
diterapkan secara
berkesinambungan dan
signifikan. Penerapan
yang signifikan
menghasilkan
pengalaman terbaik
dalam pembuatan dan
perawatan arsitektur
Strategi
*Perusahaan
menetapkan
prosedur baku
untuk
perencanaan
jangka pendek
dan jangka
panjang,
pemonitoran
pelaksanaan,
operasional dan
dokumentasi
rencana strategis
IT secara berkala.
Prosedur baku
adalah prosedur
yang sesuai
dengan standar
internasional
yang berlaku.
*Prosedur baku
tersebut
digunakan untuk
mengevaluasian
arsitektur system
IT secara berkala.
*Disamping itu,
perusahaan
memberikan
pelatihan formal
kepada karyawan
IT guna peng
optimalisasian
No
Perencanaan &
Pengorganisasian
Saat ini
Target-Rekomendasi
Cobit
informasi termasuk
proses perkembangan
secara berkala.
bertanggung jawab
pada perencanaan
arsiktur informasi.
*Perencanaan
arsitektur informasi
dinyatakan beresiko
tinggi dan penting.
*Kemampuan dari
manajemen IT dalam
merencanakan
arsitektur informasi
dianggap sedang
mendekati baik.
3
Pemilihan arah
perkembangan
teknologi
*Evaluasi dari
arsitektur kurang dan
dokumentasi sudah
dilaksanakan.
Data Primer :
*PT. WMP belum
memiliki program
pelatihan untuk
melakukan riset IT.
*PT. WMP memiliki
rencana perkembangan
teknologi yang
terdokumentasi yang
sejalan dengan strategi
PT. WMP walaupun
belum konsisten.
*PT. WMP memantau
perkembangan
teknologi dan
melakukan
perbandingan terhadap
industry sejenis.
*Arah perkembangan
teknologi PT. WMP
belum didasari oleh
perkembangan industry
dan standar
international, tapi lebih
16
*Strategi pembaharuan
informasi melalui bank
data dan sumber data
telah ditentukan.
Arsiktur informasi
secara berkala
mengalami kemajuan
dengan
mempertimbangkan
informasi non
tradisional dalam
proses, organisasi dan
system.
*Manajemen dan
pengukuran tenaga IT
yang memiliki
pengalaman dan
kemampuan yang
dibutuhkan untuk
pembangunan
perencanaan teknologi
infrastruktur.
*Terdapat pelatihan
formal dan special
untuk riset teknologi.
Dampak potensial dari
perubahan dan
penggabungan
teknologi
diperhitungkan dan
terdokumentasi.
*Pimpinan dapat
mengidentifikasikan
deviasi dari rencana
dan pengantisipasian
masalah.
*Tanggung jawab atas
Strategi
arsitektur
informasi dan
bukan melalui
pelatihan
informal seperti
yang telah
dilakukan.
*Sesuai dengan
pembahasan point
1 PT. WMP
menetapkan
prosedur baku.
*Prosedur baku
tersebut
digunakan untuk
mengevaluasi dan
menganalisa
perkembangan
teknologi secara
berkala sehingga
in konsistensi
tidak ter jadi lagi
.
*PT. WMP
melaksanakan
program pelatihan
formal untuk
meningkatkan
kualitas karyawan
IT.
No
Perencanaan &
Pengorganisasian
4
Penentuan
hubungan dan
struktur organisasi
IT
Saat ini
Target-Rekomendasi
Cobit
dilandasi kebutuhan
pembuatan dan
PT.WMP
perawatan dari
*Karyawan IT
perencanaan teknologi
memiliki kemampuan
infrastruktur telah
untuk mengembangkan ditentukan.
rencana infrastruktur
*Proses yang sulit dan
IT.
responsive terhadap
Data sekunder dari
perubahan.
kuessioner dan
Pengalaman internal
wawancara :
terbaik telah
*Manajemen IT
digabungkan ke dalam
bertanggung jawab
proses.
pada perencanaan arah *Strategi HRD sejalan
perkembangan
dengan arah teknologi
teknologi.
guna menyakinkan
*Perencanaan arah
bahwa tenaga-tenaga
perkembangan
IT yang ada dapat
teknologi dinyatakan
mengatasi perubahanberesiko tinggi dan
perubahan IT.
penting.
*Perencanaan migrasi
*Kemampuan dari
untuk pengenalan
manajemen IT dalam
teknologi baru telah
merencanakan arah
dilaksanakan.
perkembangan
*Outsourcing dan
teknologi dianggap
kerjasama telah
sedang mendekati baik. dilakukan untuk dapat
*Evaluasi dari
mengakses
arsitektur kurang dan
kemampuan dan
dokumentasi sudah
pengalaman yang
dilaksanakan.
cukup.
Data Primer :
*Pengoptimalisasian
struktur organisasi IT
*Diskripsi pekerjaan
secara tepat lebih
departemen IT sudah
merefleksikan pada
dibakukan.
kebutuhan usaha
dengan memberikan
*Fungsi departemen IT pelayanan yang sejalan
sudah berjalan sesuai
dengan proses strategi
dengan tugas dan
usaha dari pada dengan
tanggung jawab yang
teknologi yang
telah ditetapka PT.
terisolasi.
WMP
*Struktur organisasi
*Struktur departemen
lebih fleksibel dan
17
Strategi
*PT. WMP
melaksanakan
kesesuaian dan
pengevaluasian
pelaksanaan
organisasi dan
tanggung jawab.
*Sesuai dengan
pembahasan point
1, PT. WMP
menetapkan
prosedur baku.
No
Perencanaan &
Pengorganisasian
Saat ini
IT bersifat fleksible
dan mudah beradaptasi
sesuai dengan
kebutuhan PT. WMP.
Data sekunder
:
*Manajemen IT
bertanggung jawab
pada hubungan dan
struktur organisasi IT.
*Hubungan dan
struktur organisasi IT
dinyatakan beresiko
tinggi dan penting.
*Kemampuan dari
manajemen IT dalam
hubungan dan struktur
organisasi IT dianggap
sedang mendekati baik.
*Evaluasi dari
hubungan dan struktur
organisasi sedang dan
dokumentasi sudah
dilaksanakan.
5
Pengelolaan
Investasi IT
Data primer :
*Manajemen investasi
IT sangat penting bagi
PT. WMP
*PT. WMP belum
memeliki prosedur
pembuatan anggaran.
18
Target-Rekomendasi
Cobit
mudah beradaptasi.
Terdapat pengertian
formal atas hubungan
antara penggunaan dan
pihak ke tiga.
Strategi
*Pengalaman PT
WMP telah dilakukan.
Proses pengembangan
dan manajemen
struktur organisasi
adalah sulit diikuti dan
terencana dengan baik.
Pengetahuan teknis
secara umum baik
internal dan eksternal
telah dilaksanakan.
*Terdapat penggunaan
teknologi yang luas
untuk membantu
kesesuaian
pelaksanaan organisasi
dan tanggung jawab.
*Pengaruh teknologi
IT untuk membantu
organisasi yang
kompleks, terdistribusi
secara geografi dan
organisasi
virtual.Proses
kemajuan berkala telah
diterapkan.
*Manajemen
pemengang tanggung
jawab dan perhitungan
untuk pemilihan
investasi dan
pendanaan ditugaskan
pada orang tertentu.
*Jenis pendanaan telah
diidentifikasikan dan
*Sesuai dengan
pembahasan point
1 PT. WMP
menetapkan
prosedur baku.
*Prosedur baku
pembuatan;,
pengelolaan dan
pendanaan
No
Perencanaan &
Pengorganisasian
Saat ini
Target-Rekomendasi
Cobit
*Penyusunan anggaran dipecahkan. Tenaga IT
berada pada wewenang memiliki pengalaman
manajer IT
dan pengetahuan yang
.
cukup untuk
*Dalam penentuan
membangun
investasi IT sudah
perencanaan
mempertimbangkan
pendanaan IT dan
tren teknologi ke depan merekomendasikan
dan menganalisa
investasi IT yang
alternative
sesuai.
pembiayaan.
*Analisa biaya secara
Data sekunder :
formal disajikan
mencakup biaya secara
*Manajemen IT
langsung maupun tidak
bertanggung jawab
langsung atas operasi
pada pengelolaan
yang ada demikian
investasi IT.
pula dengan investasi
yang direncanakan
*Pengelolaaan
dengan menggunakan
investasi IT dinyatakan konsep kepemilikan
beresiko tinggi dan
dari total pembiayaan
penting.
.
*Suatu proses
*Kemampuan dari
standardisasi dan
manajemen IT dalam
proaktif untuk
mengelola investasi IT pendanaan telah
dianggap sedang.
dilaksanakan.
*Evaluasi dari
pengelolaan investasi
IT sedang dan
dokumentasi masih
kurang.
6
Pengkomunikasian Data primer :
Tujuaan dan
sasaran
*Pengembangan
Manajemen
komunikasi dan proses
yang terkait
dilaksanakan secara
19
*Perubahan
pengembangan dan
biaya operasi dari
perangkat keras dan
perangkat lunak ke
system integrasi dan
sumber daya IT
dikenal dalam
perencanaan investasi.
*Pimpinan menerima
tanggung jawab untuk
kebijaksanaan
kesesuaian komunikasi
internal dan telah
mendelegasikan
Strategi
perencanaan
investasi
*Pimpinsn
bertanggung
jawab atas
kebijaksanaan
kesesuaian
komunikasi
No
Perencanaan &
Pengorganisasian
Saat ini
Target-Rekomendasi
Cobit
informal dan in
tanggug jawab dan
konsisten.
mengalokasikan tenaga
secukupnya guna
*Pengertian tentang
menjaga suasana yang
kebutuhan keefektifan sejalan dengan
pengendalian informasi perubahan-perubahan
dimengerti secara
signifikan.
implicit oleh
manajemen dengan
*Suasana kesesuaian
dokumentasi
informasi yang positif
inkonsistensi dan
dan proaktif termasuk
dilakukan secara
kualitas komitmen dan
informa
perhatian atas
l
keamanan IT, telah
*PT. WMP memiliki
dilaksanakan.
arah dan tujuan yang
menjadi standar
*Suatu kebijaksanaan
.
prosedur dan standar
*PT. WMP memiliki
yang lengkap telah
prosedur untuk
dibuat, dipelihara dan
memastikan keamanan dikomunikasikan dan
IT dan memiliki
merupakan
program untuk
pengalaman internal
meningkatkan
yang terbaik. Suatu
kesadaran karyawan
panduan untuk tingkat
akan pentingnya
tertentu dan diikuti
keamanan IT.
daftar kebutuhan telah
dibuat.
*PT. WMP melakukan
pengecekan ulang dan
pembaharuan arah dan
tujuan PT. WMP.
*Sosialisasi arah dan
tujuan PT. WMP
belum seluruhnya
disosialisasikan
keseluruh karyawan.
Data sekunder :
*Manajemen IT
bertanggung jawab
pada pengkomunikasi
20
Strategi
internal
.
*PT.WMP
melaksanakan
kebijaksanaan,
prosedur dan
standar baku
dibuat dikelola,
dikomunikasikan
dan
didokumentasikan
berikut panduan
untuk tingkat
tertentu dan
diikuti daftar
kebutuhan.
No
Perencanaan &
Pengorganisasian
Saat ini
Target-Rekomendasi
Cobit
Strategi
*Manajemen SDM
merupakan sesuatu
yang penting bagi PT
WMP walaupun
pengertian tentang
kualifikasi sumber
daya manusia untuk IT
departemen terkadang
masih kabur.
*Tanggung jawab
untuk membangun dan
memelihara rencana
sumber daya IT telah
dibuat ditugaskan
kepada orang tertentu
dengan pengalaman
dan kemampuan yang
cukup untuk membuat
dan memelihara
rencana tersebut.
*Adanya
tanggung jawab
untuk memilih,
membangun dan
memelihara
rencana sumber
daya IT dengan
standard dan
prosedur tertentu.
*PT WMP memiliki
rencana SDM.
*Proses telah resposif
terhadap perubahan.
*Ada petugas yang
bertanggung jawab
dalam menyusun
rencana SDM tersebut.
Rencana SDM sejalan
dengan strategi PT.
WMP
*Organisasi memiliki
pengukuran standar
yang memungkinkan
menentukan deviasi
rencana dengan
penekanan pada
pertumbuhan dan
perputaran tenaga IT.
an tujuan dan sasaran
manajemen.
*Pengelolaan
pengkomunikasian
tujuan dan sasaran
manajemen di
nyatakan beresiko
tinggi dan penting.
*Kemampuan dari
manajemen IT dalam
mensosialisasikan
tujuan dan sasaran
manajemen dianggap
sedang.
*Evaluasi kurang dan
dokumentasi sedang.
7
Pengelolaan
sumber daya
manusia
Data primer :
*PT. WMP melakukan
21
*PT. WMP
mempunyai
standar
kualifikasi dan
kinerja sumber
daya manusia.
*PT. WMP
melaksanakan
skala kompensasi
secara periodic.
No
Perencanaan &
Pengorganisasian
Saat ini
*PT WMP melakukan
program rotasi bagi
sebagian karyawan IT.
Target-Rekomendasi
Cobit
*Analisa skala
kompensasi dilakukan
secara periodic guna
menyakinkan bahwa
gaji yang diberikan
kompetitif dengan
organisasi IT yang
lain.
*PT WMP
memberikan insentif
bagi karyawan IT yang
berprestasi.
*Sumber daya IT
proaktif dalam
menentukan kemajuan
karir.
analisa system
kompensasi pada
karyawan departemen
IT.
Strategi
Data sekunder :
*Manajemen IT pada
pengelolaan sumber
daya manusia dianggap
sedang.
*Pengelolaan SDM
dinyatakan beresiko
tinggi dan penting.
*Kemampuan dari
manajemen IT dalam
mengelola SDM
dianggap sedang.
8
Kepastian
kebutuhan sesuai
dengan
permintaan
eksternal
*Evaluasi dari
pengelolaan SDM baik
dan dokumentasi
masih kurang.
Data primer :
*Bagi PT. WMP
pemenuhan
persyaratan eksternal
adalah penting.
*Ada fungsi sentral
yang
mengkoordinasikan
*Terdapat pengertian
atas masalah dan
pengalaman dari
permintaan eksternal
dan kebutuhan untuk
menyakinkan hal-hal
pada setiap tingkat.
*Terdapat rencana
pelatihan formal yang
22
*PT. WMP
melakukan
pelatihan formal
dan
pengevaluasian
permintaan
eksternal dan
perubahan yang
terjadi.
No
Perencanaan &
Pengorganisasian
Saat ini
Target-Rekomendasi
Strategi
Cobit
keseluruh an PT. WMP pasti bahwa semua
*Standardisasi
jika terdapat perubahan karyawan memberikan pelatihan dan
peraturan.
perhatian sesuai
evaluasi.
kewajiban-kewajiban
*Seluruh karyawan
mereka.
akan sadar / tahu, jika
ada perubahan
*Tanggung jawab yang
peraturan dari luar
jelas dan proses
yang meliputi PT.
kepemilikan dapat
WMP
dimengerti. Proses
tersebut meliputi
*Aada prosedur untuk pengevaluasian
merespon perubahan
suasana guna
peraturan dari luar, dan mengidentifikasikan
melakukan evaluasi
eksternal dan
dan monitoring
perubahan yang terjadi
terhadap prosedur
tersebut.
*Terdapat mekanisasi
untuk menempatkan
*Jika ada perubahan
kesesuaian non
peraturan, PT. WMP
compliance dengan
melaksanakan
permintaan eksternal,
pelatihan tetapi tidak
kekuatan pengalaman
untuk semua
internal dan
karyawan.
implementasi
pelaksanaan yang
Data sekunder :
benar.
*Manajemen IT pada
kepastian kebutuhan
sesuai dengan
permintaan eksternal
dianggap sedang.
*Kebutuhan sesuai
dengan permintaan
eksternal dinyatakan
beresiko tinggi dan
tidak begitu penting.
*Kemampuan dari
manajemen IT dalam
kebutuhan sesuai
dengan permintaan
23
*Masalah non
compliance dianalisis
guna mengetahui akar
penyebab dengan cara
yang wajar dengan
tujuan untuk
mengidentifikasian
solusi yang tepat.
*Standar nisasi
pengalaman internal
terbaik adalah
dilakukan untuk
kebutuhan yang
spesifik seperti
peraturan yang berlaku
No
Perencanaan &
Pengorganisasian
Saat ini
Target-Rekomendasi
Cobit
dan recurring service
contracts.
eksternal dianggap
sedang.
9
Perkiraan resiko
*Evaluasi dan
dokumentasi masih
kurang.
Data primer :
*Perkiraan resiko
pentig bagi PT. WMP.
*Perkiraan resiko
dilakukan disemua
proses bisniks PT.
WMP walaupun
perkiraan resiko
tersebut terkadang
dilakukan hanya pada
proyek-proyek penting
saja.
*PT. WMP memiliki
prosedur perkiraan
resiko yang
distandardisasi dan
didokumentasikan.
*Pengujian resiko telah
dibuat guna
menentukan dimana
struktur dan proses
organisasi yang luas
dibangun, diikuti
secara berkala dan
terencana dengan baik.
*Perkiraan dan
pengujian resiko
dilakukan pada
setiap proses
bisnis PT. WMP
secara berkala
dan terencana
dengan baik.
*Rersiko
brainstorming dan
analisa akar penyebab
menyertakan orangorang berpengalaman
telah dilaksanakan
melalui seluruh
organisasi,
Menangkap,
menganalisa dan
melaporkan data resiko
manajemen dilakukan
secara otomatis.
*PT. WMP
melaksanakan
prosedur baku
perkiraan resiko
dan
terdokumentasi
dimana panduan
prosedur tersebut
dibuat pimpinan
PT. WMP.
*Pelaksana perkiraan
resiko ada ditingkat top
manajemen
*Panduan dibuat dari
pimpinan pada daerah
*Memiliki database
dan organisasi ikut
manajemen resiko.
serta dalam group guna
pertukaran
Data sekunder :
pengalaman.
*Manajemen IT
bertanggung jawab
pada perkiraan resiko
sangat tinggi.
*Perkiraan resiko
dinyatakan sangat
tinggi dan tidak begitu
24
Strategi
*Resiko manajemen
terintegrasi dengan
baik dalam semua
bisnis dan operasi IT,
diterima dan tergabung
dalam pengguna jasa
IT.
*Resiko
disosialisasi kan
kepada seluruh
manajemen.
No
Perencanaan &
Pengorganisasian
Saat ini
Target-Rekomendasi
Cobit
Strategi
*Pimpinan
membutuhkan
pengukuran formal dan
standard an pelatihan
pembelajara untuk
mengevaluasi
pelaksanaan
penyelesaian proyek.
*PT WMP
memiliki
pengukuran
standar untuk
manajemen
(termasuk
keuntungan dan
kerugian proyek)
beserta standar
evaluasi atas
pelaksanaan
proyek, sebagai
contoh jangka
waktu proyek dan
criteria untuk
mengevaluasi
kesuksesan
proyek
.
*Proyek
dikomunikasikan
pada tingkat
manajemen guna
menyamakan
persepsi dan
dukungan atas
proyek tersebut.
penting.
*Kemampuan dari
manajemen IT dalam
mengelola sumber
daya manusia dianggap
sedang.
10
Pengelolaan
proyek-proyek
*Evaluasi dan
dokumentasi baik.
Data primer :
*PT WMP menyadari
pentingngnya
manajemen proyek IT
*PT WMP sudah
memiliki prosedur
manajemen proyek IT
yang standar.
*Top manajemen dan
seluruh karyawan tidak
selalu mendukung dan
memback up setiap
proyek IT.
*Setiap proyek IT
memiliki jadwal
anggaran dan alat
penilaian kinerja.
*Manajemen proyek
mengukur dan
mengevaluasi
organisasi dan tidak
hanya dalam IT.
Kemajuan proses
manajemen proyek
terformulasikan dan
dikomunikasikan
*Pelatihan anggota
proyek di segala aspek.
*Struktur organisasi
proyek sudah tetap.
*Tujuan proyek IT
sudah sejalan dengan
tujuan PT. WMP
*Tidak semua anggota
tim proyek sudah
mengikuti pelatihan
yang berkaitan dengan
proyek IT.
25
*Resiko manajemen
dilakukan sebagai
bagian dari proses
manajemen proyek.
Stakeholder secara
aktif berpartisipasi
dalam proyek atau
memimpin mereka.
*Jangka waktu proyek
dan criteria untuk
mengevaluasi
*PT WMP
memberikan
pelatihan formal
bagi anggota tim
proyek.
No
Perencanaan &
Pengorganisasian
Saat ini
Target-Rekomendasi
Cobit
kesuksesan setiap
jangka waktu telah
dilakukan.
Data sekunder :
*Manajemen IT
bertanggung jawab
pada pengelolaan
proyek
.
*Pengelolaan proyek
dinyatakan beresiko
sangat tinggi dan
penting.
*Kemampuan dari
manajemen IT dalam
mengelola proyek di
anggap sedang.
11
Pengelolaan
kualitas
*Evaluasi kurang dan
dokumentasi sedang.
Data primer :
*PT WMP melakukan
perencanaan dan
monitoring terhadap
pelaksanaan
manajemen kualitas.
*PT WMP melakukan
survey untuk
mengukur tingkat
kepuasan pengguna
terhadap kualitas IT.
*Pelatihan kualitas
dilakukan keseluruh
karyawan.
*Perusahaan belum
sepenuhnya memiliki
standar kualitas.
*PT WMP melakukan
review / evaluasi
26
*Keuntungan dan
resiko di ukur dan
dikelola terlebih
dahulu, selama dan
setelah penyelesaian
proyek, pimpinan telah
membuat program
fungsi manajemen
dalam IT
.
*Proyek ditentukan,
staff dan dikelola lebih
ditunjukan kemajuan
cita-cita PT WMP dari
pada hal-hal spesifik
mengenai IT.
*Organisasi secara
berkala dan konsisten
mengukur kualitas,
jasa produk dan
proyek;. Kualitas
tersebut ditunjukan
dalam segala proses,
termasuk proses
sehubungan dengan
pihak ketiga.
*Dasar standarnisasi
pengetahuan dibuat
untuk metric kualitas.
Survey atas kualitas
kepuasan merupakan
proses yang berjalan
dan menuntun kepada
analisa akar
permasalahan.
*Metoda analisa biaya
dan keuntungan
digunakan untuk
Strategi
*PT WMP
memiliki standar
perencanaan,
monitoring dan
mengevaluasi
manajemen
kualitas secara
berkala.
*PT WMP
memerlukan studi
banding dengan
perusahaan
sejenis.
No
Perencanaan &
Pengorganisasian
Saat ini
terhadap kualitas.
*PT WMP tidak selalu
melakukan
perbandingan terhadap
industry dan
competitor.
*Kualitas jasa, produk
dan proses penting
bagi perusahaa.
Data sekunder
:
*Manajemen IT
bertanggung jawab
pada pengelolaan
kualitas.
Target-Rekomendasi
Cobit
mengukur kualitas
inisiatif. Terdapat
kemajuan pada
tanggung jawab dan
perhitungan proses
bisnis organisasi dan
proses IT.
Strategi
*Perbandingan antara
norma industry dan
competitor /
persaiangan terjadi
peningkatan.
*Pengelolaan kualitas
dinyatakan beresiko
tinggi dan penting.
*Kemampuan dari
manajemen IT dalam
mengelola investasi IT
dianggap sedang.
*Evaluasi dan
dokumentasi sedang.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
1. PT. William Makmur Perkasa (PT. WMP) menyadari pentingnya kesesuaian perencanaan
strategis IT, baik jangka pendek dan jangka panjang dengan tujuan PT. WMP.
2. Kesesuaian misi dan tujuan PT. WMP telah dilaksanakan biarpun perlu adanya beberapa
koreksi, seperti cara pandang para perencanaan strategis it, penggunaan prosedur standar
sesuai dengan standar internasional, pendokumentasian, prosedur pelaksanaan, pelaksanaan
operasional prosedur pembuatan arsitektur sistem, prosedur pengembangan software,
prosedur sumber daya manusia, diskripsi pekerjaan (job description), prosedur pembuatan
anggaran, prosedur resiko manajemen, pelatihan, evaluasi dan prosedur kualitas, sehingga
target level maturity yang diharapkan dapat tercapai.
27
5.2.Saran
Kesesuaian yang telah dilaksanakan tersebut sebaiknya di evaluasi secara berkala melalui
pengawasan internal atau pengawasan eksternal (independent audit) untuk mengawasi
departemen it secara keseluruhan dan penerapan pengawasan internal ini dapat dilaksanakan
dengan menggunakan cobit salah satu metoda kesesuaian it.
DAFTAR PUSTAKA
Cadbury Report, 2002, Report of the Committee on the Financial Aspects of Corporate
Governance.
Cobit Steering Committee and IT Governance Institute, 2000, Control Objectives, Informaton
System Audit and Control Foundation – IT Governance Institute, United States of
America.
Cobit Steering Committee and IT Governance Institute, 2000, Implementation Tools, Informaton
System Audit and Control Foundation – IT Governance Institute, United States of
America.
Cobit Steering Committee and IT Governance Institute, 2000, Management Guidelines,
Informaton System Audit and Control Foundation – IT Governance Institute, United
States of America.
Indrajit, Richardus Eko, 2001, Pengantar Konsep Dasar Manajemen Sistem Informasi dan
Teknologi Informasi, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
IT Governance Institute, 2001, Board Briefing on IT Governance, Informaton System Audit and
Control Foundation – IT Governance Institute, United States of America.
IT Governance Institute, Vol. 3, 2003, The Cobit Maturity Model In A Vendor Evaluation Case,
Informaton System Audit and Control Foundation – IT Governance Institute, Available:
www.isaca.or.id.
Neuman, W. Lawrence, 2000, Social Research Methods, Allyn and Bacon, United States of
America.
Organisation for Economic Co-operation and Development, 1998, Principles of Corporate
Governance.
Riduwan, 2002, Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian, Alfabeta Bandung, Bandung.
Setiawan, Hari Purnomo, Zulkieflimansyah., 1996, Manajemen Strategi: Sebuah Konsep
Pengantar, Lembaga Penerbitan Fakultas Universitas Indonesia; Jakarta.
Umar, Husien, 2001, Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
28
PENGARUH FAKTOR PENGETAHUAN BISNIS, APLIKASI KEMAJUAN SISTEM,
USER SUPPORT, PROGRAMMING, DAN PERENCANAAN SISTEM TERHADAP
PENENTUAN PENGEMBANGAN KUALITAS PROFESIONAL DI BIDANG SISTEM
INFORMASI AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR DI KOTA
MANADO
Claudia W.M. Korompis
(Email : [email protected])
ABSTRACT
After the development of technology, in which the information system is planned on the
basis of the computer, the computer becomes a dominant role. Developers sistempun not an
accountant, but rather a group of computer programmers who study accounting and then
construct a system with the help of the workers in the company's accounting. College as a
container in the form of competent personnel who are experts in the accounting information
system, should undertake the development of the material accounting information system that
can accommodate the need for accounting processes in a dynamic situation at this time. This
study aims to determine whether the Business Knowledge, Application Advancement System,
User Support, Programming, and Planning System affect the determination of the quality of
professional development in the field of accounting information systems contracting company in
the city of Manado. The analysis method used is multiple linear regression. The results showed
that the variables of business knowledge, Application Advancement System, User Support,
Programming, Planning System but less significant effect on the determination of the quality of
professional development on the Accounting Information System contractor in the city of
Manado.
Keywords : Sistem, Informasi, Akuntansi, Kualitas, Kontraktor.
29
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Saat ini hampir disetiap sektor ekonomi diperlukan pegawai/tenaga sistem informasi
akuntansi. Keadaan ini secara tidak langsung memaksa sistem informasi akuntansi melakukan
pembenahan dan evaluasi untuk menghadapi permintaan yang besar dalam membentuk para
profesional SIA yang berkualitas. Perguruan tinggi sebagai wadah yang berkompeten dalam
membentuk tenaga yang ahli dibidang sistem informasi akuntansi, harus melakukan
pengembangan materi sistem informasi akuntansi yang dapat mengakomodasi kebutuhan akan
proses akuntansi dalam situasi dinamis saat ini. Mahasiswa jurusan akuntansi diharapkan tidak
hanya mengetahui proses akuntansi secara manual tetapi lebih kepada pengetahuan dan keahlian
sistem informasi akuntansi yang berbasis teknologi dalam menghadapi permintaan dunia kerja
pada profesional yang berkualitas.
Posisi akuntan sangat vital dalam pengembangan sistem informasi akuntansi terutama
sistem informasi akuntansi yang mulanya berbasis manual. Pada saat itu, peran akuntan dapat
dikatakan sebagai penguasa proyek. Mulai proses perencanaan sistem, perekayasaan, uji coba
sampai dengan pemeliharaan sistem, akuntan selalu terlibat secara dominan. Namun, setelah
perkembangan teknologi, dimana sistem informasi direncanakan dengan basis komputer, peran
komputer menjadi dominan. Pengembang sistempun bukanlah seorang akuntan, melainkan
sekelompok programmer komputer yang mempelajari akuntansi dan kemudian menyusun sistem
dengan bantuan para pekerja akuntansi di perusahaan. Perubahan lingkungan bisnis dan
informasi, seperti yang telah digambarkan di atas, mendorong akuntan untuk mempunyai
wawasan/pandangan baru terhadap profesi mereka. Satu cara yang dapat dilakukan adalah
dengan mengubah peran penyedia laporan keuangan tradisional menjadi desainer, manager dan
auditor tentang sistem database. Penting bagi mahasiswa untuk mampu menyikapi perubahan
lingkungan dan pemintaan-permintaan baru yang dihadapi oleh profesi akuntan. Mahasiswa
dipacu untuk mampu berpikir dan bertindak kritis serta kreatif menghadapi perubahan.
Menyikapi perubahan kebutuhan pasar tenaga kerja akan kompetensi sarjana akuntansi,
maka diperlukan suatu kajian untuk mengetahui sejauh mana muatan materi sistem informasi
akuntansi (SIA) yang dapat membantu lulusan untuk memiliki keahlian di bidang sistem
informasi. Lee et al (2000) menyarankan bahwa dalam pengembangan materi kuliah Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) yang baru harus ditambahkan pembelajaran mengenai hubungan
sistem informasi akuntansi dengan lingkungan organisasi bisnis untuk menyiapkan lulusan yang
lebih baik dalam menghadapi pekerjaan sistem analis.
Begitu banyaknya proyek pembangunan yang dilakukan oleh pihak pemerintah dan swasta,
membuat perusahaan kontraktor menjadi perusahaan yang berkembang maju saat ini. Perusahaan
kontraktor harus dibekali pedoman metode pelaksanaan dan petunjuk operasi. Pengendalian
pembiayaan konstruksi merupakan salah satu tanggung jawab yang terpenting dalam tugas
manajemen konstruksi. Untuk menjaga pembiayaan dan keuangan proyek tetap lancar.
Dibutuhkan suatu sistem akuntansi yang berbasis teknologi, yang dapat menunjang kemajuan
pekerjaan dan pelaporan. Jika peneliti dapat mengukur berapa besar pengaruh faktor
pengetahuan bisnis, aplikasi kemajuan sistem, user support, programming, dan perencanaan
sistem, maka tentunya akan menjadi bahan pertimbangan dalam pengembangan pembelajaran
mata kuliah sistem informasi akuntansi.
30
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti adalah untuk mengetahui apakah Pengetahuan
Bisnis, Aplikasi Kemajuan Sistem, User Support, Programming, dan Perencanaan Sistem
berpengaruh terhadap penentuan pengembangan kualitas profesional di bidang sistem informasi
akuntansi pada perusahaan kontraktor di Kota Manado.
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem
Romney dan Steinbart (2004 : 2) menyatakan bahwa sistem adalah rangkaian dari dua atau
lebih komponen-komponen yang saling berhubungan yang saling berinteraksi untuk mencapai
suatu tujuan.
Bodnar dan Hopwood (2003 : 2) menyatakan bahwa sistem informasi mengarah pada
penggunaan teknologi komputer didalam organisasi, untuk menyajikan informasi kepada
pemakai.
Mulyadi (2001 : 1) menyatakan bahwa sistem adalah sekelompok unsur yang erat
berhubungan satu dengan lainnya yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.
Informasi
Burch yang dikutip oleh Kristanto (2003 : 6) mengungkapkan bahwa informasi adalah
“Data yang telah diletakkan dalam konteks yang lebih berarti dan berguna yang dikomunikasikan
kepada penerima untuk digunakan di dalam penggunaan keputusan”.
Definisi informasi menurut Davis yang dikutip oleh Kristanto (2003 : 8) adalah “Data
yang diolah kedalam suatu bentuk yang berguna bagi penerimanya dan nyata atau berupa nilai
yang dapat dipahami didalam keputusan sekarang maupun masa depan”.
Informasi yang baik adalah informasi yang memberikan nilai tambah (added value) bagi
pemakainya. Pemakai menggunakan informasi untuk perencanaan, koordinasi, evaluasi dan
pengambilan keputusan. Oleh karena itu informasi harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Dapat mengurangi ketidakpastian
2. Dapat memberikan gambaran tentang peluang-peluang
3. Dapat mengevaluasi hasil
Informasi dapat berasal dari dua sumber, yaitu sumber intern dan ekstern perusahaan baik
dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan. Informasi dari dalam perusahaan pada
umumnya berbentuk laporan-laporan tertulis yang berisi kegiatan intern perusahaan, sedangkan
informasi dari luar perusahaan berupa kejadian-kejadian di luar perusahaan yang memberikan
dampak pada perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Akuntansi
Fess et al (2002 : 6), menyatakan bahwa “accounting can be defined us an information
system that providers reports to stakeholders about the economic activities and condition of a
business”. Definisi diatas dapat diartikan, akuntansi adalah sistem informansi yang menyediakan
laporan kepada para pemilik-pemilik perusahaan tentang aktivitas ekonomi dan kondisi usaha.
Horngren et al (2002 : 5), menyatakan bahwa “accounting is the information system that
measures business activities, processes that information into reports, and communicates the
result to decision makers”. Definisi diatas dapat diartikan, akuntansi adalah sistem informasi
31
yang mengukur aktivitas-aktivitas bisnis, memproses informasi tersebut dalam bentuk laporanlaporan dan mengkomunikasikannya kepada para pengambil keputusan.
Baridwan (2004 : 1), mengungkapkan bahwa akuntansi adalah suatu kegiatan jasa.
Fungsinya adalah menyediakan data kuantitatif, terutama yang mempunyai sifat keuangan, dari
kesatuan usaha ekonomi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan-keputusan
ekonomi dalam memilih alternatif-alternatif dari suatu keadaan.
Fess et al (2002 : 6), menyatakan bahwa “Accounting is an information system that
provides report to stakeholders about the economic activities and condition of a business”, atau
dengan kata lain, akuntansi adalah suatu sistem informasi yang menyediakan laporan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan mengenai kegiatan ekonomi dan kondisi perusahaan.
Simamora (2000 : 4), mengungkapkan bahwa Akuntansi (Accounting) adalah proses
pengidentifikasian, pencatatan, dan pengkomunikasian kejadian-kejadian ekonomi suatu
organisasi (perusahaan ataupun bukan perusahaan) kepada para pemakai informasi yang
berkepentingan.
Sistem Informasi Akuntansi
Accounting information system (AIS) is a set of two or more interrelated components that
interact to achieve a goal (Romney dan Steinbart, 2003 : 2). Definisi diatas memberikan suatu
keterkaitan antara teknologi informasi, akuntansi dan bahkan pengguna (user). Hal ini merujuk
pada penciptaan suatu perencanaan sistem aplikasi bisnis dengan akses serta keamanan dalam
menunjang sektor ekonomi dengan proses review yang lebih mendalam dan kompeten dalam
menyikapi perubahan lingkungan basis manual ke komputerisasi.
Bodnar dan Hopwood (2000 : 3) menyatakan yang dimaksud dengan sistem informasi
akuntansi adalah sumber daya seperti manusia dan peralatan yang diatur untuk mengubah data
menjadi informasi.
Simamora (2000 : 176) menjelaskan bahwa sistem informasi akuntansi merupakan
himpunan sumber daya, seperti orang-orang dan perlengkapan yang untuk mentransformasikan
data keuangan dan data lainnya kedalam informasi dan informasi ini dikomunikasikan kepada
beragam pengambil keputusan dalam menentukan berbagai kebijakan organisasi. Jadi sistem
informasi akuntansi adalah pengelolaan data menjadi informasi yang dilakukan oleh sumber
daya manusia dan sumber daya teknologi (komputer) dalam menghasilkan informasi keuangan
sehingga memudahkan para manajemen menentukan berbagai kebijakan dalam pengambilan
beragam keputusan.
Faktor-Faktor yang Dibutuhkan Profesional Sistem Informasi Akuntansi
Lee et al (2000), menyatakan bahwa faktor-faktor yang dibutuhkan untuk para
profesional SIA, antara lain:
1. Pengembangan muatan materi mata kuliah yang terkait dengan sistem informasi
akuntansi (SIA).
Perubahan sistem informasi akuntansi yang cepat di lapangan dewasa ini
menyebabkan program pendidikan harus terus dievaluasi dan direvisi. Hal ini
dimaksudkan untuk membuat proses yang lebih teratur dan dapat menciptakan
program yang lebih baik dan akurat yang merefleksikan permintaan pasar, karena itu
diperlukan pengembangan muatan materi mata kuliah yang terkait dengan sistem
informasi akuntansi (SIA).
2. Kemampuan sistem informasi akuntansi.
32
Pengetahuan sistem informasi akuntansi berhubungan dengan seluruh organisasi dan
pengetahuan bisnis yang digunakan sebagai pondasi untuk meningkatkan
kemampuan pertumbuhan sistem informasi akuntansi dalam dunia kerja yang
menuntut kebutuhan akan profesional sistem informasi Akuntansi (SIA) yang
berpendidikan tinggi.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Muatan Materi Mata Kuliah SIA
Lee et al (2000) mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
pengembangan muatan materi mata kuliah yang terkait dengan sistem informasi akuntansi (SIA)
dalam usaha menciptakan profesional SIA yang berpendidikan tinggi dan berkualitas sebagai
berikut:
1. Fungsi pengetahuan bisnis, meliputi: kemampuan untuk mengartikan masalah bisnis
dan menghasilkan solusi teknologi yang tepat, kemampuan memahami lingkungan
bisnis, pengetahuan industri spesifik, kemampuan untuk kolaborasi kerja dalam
lingkungan tim proyek, kemampuan untuk menghasilkan dan menyampaikan
keefektifan informasi dan presentasi yang meyakinkan, kemampuan untuk
merencanakan, mengorganisasikan dan peranan penting proyek-proyek dan
kemampuan untuk merencanakan, mengorganisasikan dan teknik menulis manual,
dokumentasi dan hasil-hasilnya.
2. Aplikasi kemajuan sistem, meliputi: ECommerce, sistem pendukung keputusan
(DSS/Decision Suport System), sistem pakar (ES/Expert Systems), pengetahuan
sistem informasi manjemen (SIM), sistem informasi eksekutif (EIS).
3. User support (pemakai pendukung), meliputi: End-user computing support,
informasi pusat, pelatihan dan pengetahuan, telekomunikasi/networks, kemampuan
untuk bekerja lebih dekat dengan para pemakai dan pemelihara positif atau dengan
pelanggan yang baik.
4. Programming, meliputi: pengembangan aplikasi perangkat lunak atau software dan
penyeleksian, model database dan pengembangan, pemrograman/CASE tools.
5. Perencanaan Sistem, meliputi: akusisi hardware (evaluasi dan seleksi), analisis
sistem, perencanaan sistem informasi manajemen dan evaluasi, informasi akses dan
keamanan.
Penelitian Terdahulu
Penelitian dari Almilia dan Pratiwi (2006) yang berjudul : “Faktor Penentu untuk
Pengembangan Kualitas Profesional di Bidang Sistem Informasi Akuntansi”, dalam
penelitiannya menunjukan bahwa : Pertama, fungsi Pengetahuan Bisnis dibentuk oleh variabel
memahami lingkungan bisnis, mengartikan masalah bisnis dan menghasilkan solusi teknologi
yang tepat, dan pengetahuan bisnis. Kedua, aplikasi kemajuan sistem dibentuk oleh variabel
programming, e-commerce, end-user computing support dan informasi perencanaan sistem
manajemen. Ketiga, pemakai pendukung dibentuk oleh variabel sistem pakar, kemampuan untuk
menghasilkan dan menyampaikan keefektifan informasi dan presentasi yang meyakinkan,
pengetahuan industri spesifik dan pemakai pendukung. Keempat, programming dibentuk oleh
variabel telekomunikasi/networks, CASE tools dan perencanaan sistem. Kelima, perencanaan
sistem dibentuk oleh variabel pelatihan/pengetahuan, informasi akses dan keamanan dan
kemampuan untuk bekerja lebih dekat kepada para pemakai dan pemeliharaan hubungan baik
dengan pelanggan. Faktor-faktor tersebut mampu berpengaruh dan diperlukan dalam
33
pengembangan kualitas profesional di bidang sistem informasi akuntansi. Penelitian dari Almilia
dan Pratiwi (2006) memiliki persamaan dengan penelitian ini yaitu berfokus pada pengaruh
pengetahuan bisnis, aplikasi kemajuan sistem, user support, programming, perencanaan sistem
yang berpengaruh terhadap pengembangan kualitas profesional di bidang sistem informasi
akuntansi. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada Objek penelitian, yaitu pada penelitian
ini objek yang digunakan adalah perusahaan-perusahaan kontraktor di Manado yang
menggunakan sistem informasi basis akuntansi didalam organisasi kerja perusahaan, sedangkan
dalam Penelitian dari Almilia dan Pratiwi (2006) menggunakan pekerja Sistem Informasi (SI)
untuk perusahaan provider yang menyediakan jasa bagi klien (end-user) pada lima belas
perusahaan provider yang ada di Surabaya.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah statistik deskriptif. Statistik deskriptif atau statistik
deduktif adalah statistik dimana tingkat pekerjaannya mencakup cara-cara pengumpulan,
menyusun atau mengatur, mengolah, menyajikan dan menganalisis data angka agar dapat
memberikan gambaran yang teratur, ringkas dan jelas mengenai keadaan, peristiwa, atau gejala
tertentu sehingga dapat ditarik pengertian atau makna tertentu (Wirawan, 2001 : 3).
Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan kontraktor yang ada di kota
Manado. Dalam menentukan sampel penelitian digunakan teknik judgement sampling yaitu
teknik sampling dengan menggunakan pertimbangan atau batasan tertentu. Sampel yang
purposive adalah sampel yang dipilih dengan cermat sehingga relevan dengan tujuan penelitian.
Adapun kriteria–kriteria tersebut adalah :
1. Perusahaan-perusahaan kontraktor yang termasuk dalam kategori gred 6 sesuai
dengan Peraturan LPJK No. 11 tahun 2006 tentang Registrasi Usaha Jasa Pelaksana
Konstruksi.
2. Perusahan-perusahaan kontraktor yang telah menjalankan kegiatan usahanya lebih
dari satu tahun.
3. Perusahaan kontraktor yang mempekerjakan Tenaga Kerja Sistem Informasi berbasis
Akuntansi didalam perusahaan tersebut.
4. Telah mendaftarkan perusahaannya di LPJKD Manado.
Selanjutnya dari jumlah populasi 348 kemudian diambil sampel sebanyak 24 orang
responden yang akan dibagikan di 24 perusahaan kontraktor di kota Manado yang menjadi objek
dalam penelitian ini dan masing – masing perusahaan akan diberikan 1 kuisioner.
Metode Analisis
1.
Uji Validitas dan Reliabilitas
2.
Uji Asumsi Klasik
3.
Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
4.
Regresi Linear Berganda
Y = a + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + e
5.
Uji F dan Uji t
34
Adapun secara keseluruhan analisis data ini menggunakan bantuan komputer dengan
Software Program SPSS Version 12.0 For Windows tanpa menggunakan perhitungan manual
(sistem komputerisasi).
Hipotesis
H1 : Faktor Pengetahuan Bisnis berpengaruh signifikan dalam menentukan pengembangan
kualitas
profesional di bidang sistem informasi akuntansi pada perusahaan kontraktor di
Kota Manado
H2 : Faktor Aplikasi Kemajuan Sistem berpengaruh signifikan dalam menentukan
pengembangan
kualitas profesional di bidang sistem informasi akuntansi pada perusahaan
kontraktor di Kota Manado
H3 : Faktor User Support berpengaruh signifikan dalam menentukan pengembangan kualitas
profesional di bidang sistem informasi akuntansi pada perusahaan kontraktor di Kota Manado
H4 : Faktor Programming berpengaruh signifikan dalam menentukan pengembangan kualitas
profesional di bidang sistem informasi akuntansi pada perusahaan kontraktor di Kota Manado
H5 : Faktor Perencanaan Sistem berpengaruh signifikan dalam menentukan pengembangan
kualitas
profesional di bidang sistem informasi akuntansi pada perusahaan kontraktor di
Kota Manado.
H6 : Faktor Pengetahuan Bisnis, Aplikasi Kemajuan Sistem, User Support, Programming,
dan Perencanaan Sistem berpengaruh signifikan dalam menentukan pengembangan kualitas
profesional di bidang sistem informasi akuntansi pada perusahaan kontraktor di Kota
Manado.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Perusahaan kontraktor terdapat karakteristik khusus yang membedakannya dengan
perusahaan industri lainnya, sehingga memerlukan perlakuan akuntansi lain yaitu :
1. Kemungkinan diperlukan waktu lebih dari satu periode akuntansi untuk
menyelesaikan suatu proyek
2. Pembebanan biaya subkontraktor, biaya bunga dan biaya peralatan sebagai unsurunsur harga pokok produksi konstruksi.
Total perusahaan kontraktor yang ada di Manado menurut laporan LPJKD yang masuk
dalam daftar registrasi badan usaha jasa pelaksana konstruksi kota manado maret 2007 sebanyak
348 perusahaan. Peneliti kemudian mengambil sampel sebanyak 24 perusahaan yang terdapat
pada gred 6 sesuai dengan Peraturan LPJK No. 11 tahun 2006 tentang Registrasi Usaha Jasa
Pelaksana Konstruksi.
Selain pertanyaan tertutup, peneliti memberikan pertanyaan umum yang dijadikan acuan
untuk memperkuat hipotesis akhir adalah tentang kemampuan mendasar yang sangat dibutuhkan
seorang tenaga SIA yang kompeten. Hasilnya 18 orang (75%) mempunyai persepsi bahwa
kemampuan dalam akuntansi sangat nyata pentingnya dalam menciptakan profesional SIA yang
hebat. Sistem pencatatan akuntansi (laporan keuangan) dinilai lebih mendasar dalam
menciptakan lulusan SIA yang dapat bersaing dalam abad digital. Sedangkan 6 orang (25%)
lebih meyakini bahwa aplikasi sistem komputer dan teknologi yang modern lebih
menjamin/berbanding lurus dengan modernisasi yang terjadi dalam proyek-proyek lapangan
sehingga sangat dibutuhkan profesional SIA yang menguasai program-program yang up to date
dan berkompeten dalam sistem akuntansi yang terkomputerisasi.
35
Uji Asumsi Klasik
Uji Heteroskedastisitas
Partial Regression Plot
Sistem Informasi Akuntansi
Sistem Informasi Akuntansi
Partial Regression Plot
Dependent Variable: Sistem Informasi Akuntansi
6
4
2
0
-2
Dependent Variable: Sistem Informasi Akuntansi
6
4
2
0
-2
-4
-4
-6
-4
-2
0
Pengetahuan Bisnis
2
-4
4
Gambar 1. Grafik Scatterplot Pengetahuan Bisnis (X1)
Sistem (X2)
terhadap Sistem Informasi Akuntansi (Y)
(Y)
-3
-2
0
1
2
terhadap Sistem Informasi Akuntansi
Partial Regression Plot
Sistem Informasi Akuntansi
Dependent Variable: Sistem Informasi Akuntansi
6
4
2
0
-2
Dependent Variable: Sistem Informasi Akuntansi
6
4
2
0
-2
-4
-4
-3
-2
-1
0
User Support
1
2
-6
3
Gambar 3. Grafik Scatterplot User Support (X3)
terhadap Sistem Informasi Akuntansi (Y)
(Y)
-4
-2
0
Programming
2
Sistem Informasi Akuntansi
Dependent Variable: Sistem Informasi Akuntansi
4
2
0
-2
-4
-6
-4
-2
0
Perencanaan Sistem
2
4
Gambar 5. Grafik Scatterplot Perencanaan Sistem (X5)
terhadap Sistem Informasi Akuntansi (Y)
Uji Multikolinearitas
Tabel 1. Uji Multikolinearitas
Collinearity Statistics
Tolerance
Tolerance
Model
(Constant)
Pengetahuan Bisnis
Aplikasi Kemajuan Sistem
User Support
Programming
,757
,751
,611
,980
36
4
Gambar 4. Grafik Scatterplot Programming (X4)
terhadap Sistem Informasi Akuntansi
Partial Regression Plot
1
3
Gambar 2. Grafik Scatterplot Aplikasi Kemajuan
Partial Regression Plot
Sistem Informasi Akuntansi
-1
Aplikasi Kemajuan Sistem
,757
,751
,611
,980
Uji Normalitas
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Expected Cum Prob
Dependent Variable: Sistem Informasi Akuntansi
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0
0.2
0.4
0.6
Observed Cum Prob
0.8
1.0
Gambar 6. Uji Normalitas
Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 2. Koefisien Korelasi (R)
Sistem
Informasi
Akuntansi
Pearson
Correlation
Aplikasi
Kemajuan
Sistem
Pengetahuan
Bisnis
User Support
Programming
Perencanaan
Sistem
Sistem Informasi Akuntansi
Pengetahuan Bisnis
1,000
,353
,283
,487
,340
,254
,353
1,000
,300
,476
-,066
,053
,283
,300
1,000
,477
,080
,015
Aplikasi Kemajuan Sistem
Sig. (1-tailed)
User Support
,487
,476
,477
1,000
,031
,223
Programming
,340
-,066
,080
,031
1,000
,067
Perencanaan Sistem
,254
,053
,015
,223
,067
1,000
.
,045
,090
,008
,052
,115
,045
.
,077
,009
,381
,404
,090
,077
.
,009
,355
,472
User Support
,008
,009
,009
.
,442
,148
Programming
,052
,381
,355
,442
.
,379
Perencanaan Sistem
,115
,404
,472
,148
,379
.
Sistem Informasi Akuntansi
Pengetahuan Bisnis
Aplikasi Kemajuan Sistem
37
Pada tabel diatas terlihat bahwa koefisien korelasi linear yang dihasilkan antara variabelvariabel X dan variabel Y bersifat positif walaupun hubungannya tidak begitu kuat sebab
koefisien korelasinya < 0,5.
Tabel 3. Koefisien Determinasi
Model
1
R
Square
R
,625(a)
,391
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
,222
DurbinChange Statistics
Watson
R Square
F
Sig. F
Change Change df1 df2 Change
2,160
,391
2,314
5 18
,087
1,422
Tabel 3 menunjukkan nilai R square yang diperoleh adalah sebesar 0,222 atau 22,2 %.
Angka 22,2% mengartikan bahwa pengembangan sistem Informasi Akuntansi pada perusahaan
kontraktor di kota Manado dipengaruhi oleh pengetahuan bisnis, aplikasi kemajuan sistem, User
Support, Programming, perencanaan sistem sebesar 22,2%, sedangkan sisanya sebesar 77,8 %
dijelaskan oleh faktor lain diluar penelitian ini seperti faktor keterlibatan pemakai dalam proses
pengembangan sistem, kemampuan teknik personal dalam sistem informasi, dukungan
manajemen puncak, formalisasi pengembangan Sistem Informasi, program pelatihan dan
pendidikan pemakai, lokasi Departemen Sistem Informasi, Keberadaan Dewan pengarah sistem
informasi (Jen : 2002).
Analisis Regresi Linear Berganda
Tabel 4. Regresi Linear Berganda
Model
1
Unstandardized Coefficients
B
5,908
,241
,045
,397
,397
,199
(Constant)
Pengetahuan Bisnis
Aplikasi Kemajuan Sistem
User Support
Programming
Perencanaan Sistem
Std. Error
7,492
,258
,259
,282
,224
,257
Standardized
Coefficients
Beta
,198
,037
,331
,330
,147
Hasil perhitungan untuk analisa kuantitatif berdasarkan metode Regresi Linear Berganda
diperoleh persamaan sebagai berikut :
Y = 5,908 + 0,241X1 + 0,045X2 + 0,397X3 + 0,397X4 + 0,199X5
Uji F
Tabel 5. Anova
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
53,992
84,008
138,000
df
5
18
23
Mean Square
10,798
4,667
F
2,314
Sig.
,087(a)
Dari tabel Anova didapat nilai FHitung = 2,314. Dengan menggunakan derajat keyakinan
95% atau taraf nyata 5% serta derajat kebebasan dari df1 = 5 dan df2 = 18 didapat nilai F tabel
2,77. Jadi, nilai Fhitung < Ftabel, sehingga H6 ditolak.
38
Uji t
Tabel 6. Uji t
Unstandardized
Coefficients
Model
1
(Constant)
Pengetahuan Bisnis
Aplikasi Kemajuan
Sistem
User Support
Programming
Perencanaan Sistem
B
5,908
,241
Std. Error
7,492
,258
,045
,397
,397
,199
Standardized
Coefficients
t
Sig.
Beta
95% Confidence
Interval for B
Lower
Upper
Bound
Bound
-9,832
21,647
-,300
,782
,198
,789 ,441
,937 ,361
,259
,037
,174 ,864
-,499
,589
,282
,224
,257
,331 1,409 ,176
,330 1,775 ,093
,147 ,774 ,449
-,195
-,073
-,341
,990
,866
,738
Diketahui hasil uji t untuk variabel Pengetahuan bisnis (X1). Nilai t hitung variabel X1
adalah 0,937. Dengan tingkat kepercayaan 5 % pada derajat kebebasan (N-2) = 24 – 2 = 22,
dapat diketahui nilai t tabel sebesar 2,074. Dengan demikian nilai thitung < ttabel , sehingga H1
ditolak. Hal ini berarti variabel Pengetahuan Bisnis (X1) kurang signifikan pengaruhnya terhadap
pengembangan kualitas profesional pada perusahaan kontraktor di Kota Manado. Hasil uji t
untuk variabel Aplikasi Kemajuan Sistem (X2). Nilai t hitung variabel X2 adalah 0,174. Dengan
tingkat kepercayaan 5 % pada derajat kebebasan (N-2) = 24 – 2 = 22, dapat diketahui nilai t tabel
sebesar 2,074. Dengan demikian nilai thitung < ttabel, sehingga H2 ditolak. Hal ini berarti variabel
Aplikasi Kemajuan Sistem (X2) kurang signifikan pengaruhnya terhadap pengembangan kualitas
profesional pada perusahaan kontraktor di Kota Manado. Hasil uji t untuk variabel User Support
(X3). Nilai t hitung variabel X3 adalah 1,409. Dengan tingkat kepercayaan 5 % pada derajat
kebebasan (N-2) = 24 – 2 = 22, dapat diketahui nilai t tabel sebesar 2,074. Dengan demikian nilai
thitung < ttabel, sehingga H3 ditolak. Hal ini berarti variabel User Support (X3) kurang signifikan
pengaruhnya terhadap pengembangan kualitas profesional pada perusahaan kontraktor di Kota
Manado. Hasil uji t untuk variabel Programming (X4). Nilai t hitung variabel X4 adalah 1,775.
Dengan tingkat kepercayaan 5 % pada derajat kebebasan (N-2) = 24 – 2 = 22, dapat diketahui
nilai t tabel sebesar 2,074. Dengan demikian nilai thitung < ttabel, sehingga H4 ditolak, Hal ini
berarti variabel Programming (X4) kurang signifikan pengaruhnya terhadap pengembangan
kualitas profesional pada perusahaan kontraktor di Kota Manado. Hasil uji t untuk variabel
Perencanaan Sistem (X5). Nilai t hitung variabel X5 adalah 0,774. Dengan tingkat kepercayaan 5
% pada derajat kebebasan (N-2) = 24 – 2 = 22, dapat diketahui nilai t tabel sebesar 2,074.
Dengan demikian nilai thitung < ttabel, sehingga H5 ditolak. Hal ini berarti variabel Perencanaan
Sistem (X5) kurang signifikan pengaruhnya terhadap pengembangan kualitas profesional pada
perusahaan kontraktor di Kota Manado.
1. Pengaruh Pengetahuan Bisnis terhadap Penentuan Pengembangan Kualitas Profesional
di Bidang Sistem Informasi Akuntansi pada Perusahaan Kontraktor di Kota Manado.
Hasil analisis data dan pengujian hipotesis memperlihatkan bahwa Pengetahuan Bisnis
berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap penentuan pengembangan kualitas Profesional di
bidang Sistem Informasi Akuntansi pada perusahaan kontraktor di kota Manado. Pengetahuan
Bisnis yang meliputi kemampuan untuk mengartikan masalah bisnis dan menghasilkan solusi
teknologi yang tepat, kemampuan memahami lingkungan bisnis, pengetahuan industri
spesifik, kemampuan untuk kolaborasi kerja dalam lingkungan tim proyek, kemampuan untuk
menghasilkan dan menyampaikan keefektifan informasi dan presentasi yang meyakinkan,
39
2.
3.
4.
5.
6.
kemampuan untuk merencanakan, mengorganisasikan dan peranan penting proyek-proyek
dan kemampuan untuk merencanakan, mengorganisasikan dan teknik menulis manual,
dokumentasi dan hasil-hasilnya mempengaruhi pengembangan kualitas profesional SIA tetapi
tidak signifikan.
Pengaruh Aplikasi Kemajuan Sistem terhadap Penentuan Pengembangan Kualitas
Profesional di Bidang Sistem Informasi Akuntansi pada Perusahaan Kontraktor di Kota
Manado.
Hasil analisis data dan pengujian hipotesis memperlihatkan bahwa Aplikasi Kemajuan
Sistem berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap penentuan pengembangan kualitas
Profesional di bidang Sistem Informasi Akuntansi pada perusahaan kontraktor di kota
Manado. Aplikasi kemajuan sistem yang meliputi ECommerce, sistem pendukung keputusan
(DSS/Decision Suport System), sistem pakar (ES/Expert Systems), pengetahuan sistem
informasi manjemen (SIM), sistem informasi eksekutif (EIS) mempengaruhi pengembangan
kualitas profesional SIA tetapi tidak signifikan.
Pengaruh User Support terhadap Penentuan Pengembangan Kualitas Profesional di
Bidang Sistem Informasi Akuntansi pada Perusahaan Kontraktor di Kota Manado.
Hasil analisis data dan pengujian hipotesis memperlihatkan bahwa User Support
berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap penentuan pengembangan kualitas Profesional di
bidang Sistem Informasi Akuntansi pada perusahaan kontraktor di kota Manado. User support
(pemakai pendukung) yang meliputi End-user computing support, informasi pusat, pelatihan
dan pengetahuan, telekomunikasi/networks, kemampuan untuk bekerja lebih dekat dengan
para pemakai dan pemelihara positif atau dengan pelanggan yang baik mempengaruhi
pengembangan kualitas profesional SIA tetapi tidak signifikan.
Pengaruh Programming terhadap Penentuan Pengembangan Kualitas Profesional di
Bidang Sistem Informasi Akuntansi pada Perusahaan Kontraktor di Kota Manado.
Hasil analisis data dan pengujian hipotesis memperlihatkan bahwa Programming
berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap penentuan pengembangan kualitas Profesional di
bidang Sistem Informasi Akuntansi pada perusahaan kontraktor di kota Manado.
Programming yang meliputi pengembangan aplikasi perangkat lunak atau software dan
penyeleksian, model database dan pengembangan, pemrograman/CASE tools mempengaruhi
pengembangan kualitas profesional SIA tetapi tidak signifikan.
Pengaruh Perencanaan Sistem terhadap Penentuan Pengembangan Kualitas Profesional
di Bidang Sistem Informasi Akuntansi pada Perusahaan Kontraktor di Kota Manado.
Hasil analisis data dan pengujian hipotesis memperlihatkan bahwa Perencanaan Sistem
berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap penentuan pengembangan kualitas Profesional di
bidang Sistem Informasi Akuntansi pada perusahaan kontraktor di kota Manado. Perencanaan
Sistem yang meliputi akusisi hardware (evaluasi dan seleksi), analisis sistem, perencanaan
sistem informasi manajemen dan evaluasi, informasi akses dan keamanan mempengaruhi
pengembangan kualitas profesional SIA tetapi tidak signifikan.
Pengaruh Pengetahuan Bisnis, Aplikasi Kemajuan Sistem, User Support, Programming,
dan Perencanaan Sistem terhadap Penentuan Pengembangan Kualitas Profesional di
Bidang Sistem Informasi Akuntansi pada Perusahaan Kontraktor di Kota Manado.
Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa Pengetahuan Bisnis, Aplikasi Kemajuan Sistem,
User Support, Programming, dan Perencanaan Sistem secara bersama-sama (simultan)
berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap Penentuan Pengembangan Kualitas Profesional
di Bidang Sistem Informasi Akuntansi pada perusahaan kontraktor di Kota Manado. Oleh
40
karena itu faktor Pengetahuan Bisnis, Aplikasi Kemajuan Sistem, User Support,
Programming, dan Perencanaan Sistem dapat berpengaruh dalam menciptakan lulusan yang
berkualitas sesuai dengan permintaan dunia kerja akan profesional SIA yang berpendidikan
tinggi dan berkualitas.
PENUTUP
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pengetahuan bisnis, Aplikasi Kemajuan
Sistem, User Support, Programming, Perencanaan Sistem berpengaruh tetapi kurang signifikan
terhadap penentuan pengembangan kualitas Profesional Sistem Informasi Akuntansi pada
perusahaan kontraktor di kota Manado.
Saran
Saran dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Faktor pengetahuan bisnis, aplikasi kemajuan sistem, user support, programming dan
perencanaan sistem berpengaruh kurang signifikan terhadap sistem informasi akuntansi
pada perusahaan kontraktor di kota manado. Namun demikian faktor-faktor tersebut harus
tetap diperhatikan dalam pengembangan kualitas profesional Sistem Informasi Akuntansi
pada perusahaan-perusahaan yang ada di Kota Manado.
2.
Bagi pihak perusahaan kontraktor pada umumnya diharapkan untuk dapat lebih
membenahi sistem informasi akuntansi dalam perusahaan mengingat begitu ketatnya
persaingan dalam abad digital.
3.
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik pada pengembangan Sistem Informasi Akuntansi
agar dapat menganalisis faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap pengembangan
sistem informasi akuntansi dengan mempertimbangkan keterbatasan yang ada dalam
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Almilia, Luciana Spica., Pratiwi, Mutia Anugrah. 2006. Faktor Penentu untuk Pengembangan
Kualitas Profesional di Bidang Sistem Informasi Akuntansi. Jurnal Ekonomi
Akuntansi. STIE Perbanas. Surabaya.
Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting. Edisi ke 7. BPFE. Yogyakarta.
Bodnar, George. H., Hopwood, William S. 2003. Accounting Information System. Buku Satu.
PT. Indeks. Jakarta.
Bodnar, George. H., Hopwood, William S. 2000. Accounting Information System. Edisi
Indonesia. Buku Satu. Salemba Empat. Jakarta.
Fess., Warren., Reeve. 2002. Accounting. 20th Edition. South Western a Division of Thomson.
USA.
Hongren., Harrison., Bamber. 2002. Accounting. 5th Edition. Prentice Hall Inc. New Jersey.
Kristanto, Andri. 2003. Sistem Informasi Akuntansi Berbasis Komputer. Buku 1. Edisi I.
BPFE. Yogyakarta.
Lee, D. M. S., Trauth., Farwell. 2000. Critical Skills And Knowledge Requirements Of IS
Professionals: A Joint Accademic/Industry Investigation. MISQuarterly. USA.
41
Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Edisi Ketiga. Cetakan Ketiga. Salemba Empat. Jakarta.
Romney, Marshall B., Steinbart, Paul John. 2003. Accounting Information System. Ninth
Edition. Pearson Education International. New Jersey.
Romney, Marshall B., Steinbart, Paul John. 2004. Accounting Information System. Buku Satu.
Salemba Empat. Jakarta.
Simamora, Henry. 2000. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis. Jilid Pertama.
Salemba Empat. Jakarta.
Wirawan, Nata. 2001. Statistik 1 : Statistik Deskriptif. Kerakas Emas. Denpasar.
42
KARAKTERISTIK-KARAKTERISTIK DASAR PEMBAYAR DIVIDEN
Winston Pontoh
(Email : [email protected])
Abstract
Financial factors is still the basic consideration for most companies to decide their
dividend policy. Generally, dividend policy is a reflection of successful financial performance
by companies in terms to perform profitability, investment opportunities, and size, related to
basic financial factors which are assets, liabilities, and equities. The objective of this study is
to give the empirical evidence about the relationship of basic financial factors with dividend
policy. The study taking 373 listed companies in Indonesia Stock Exchange in period of 2010
till 2012, and using multinomial logistic regression for hypothesis testing. This study is find
that, expect fixed assets, total assets, total liabilities, retained earnings, revenue and net
earnings have significant effect to dividend policy, while fixed assets has not significant effect
to dividend policy.
Keywords : aset tetap, total aset, total liabilitas, laba ditahan, pendapatan, laba bersih
1. Pendahuluan
Kebijakan dividen masih menjadi isu hangat dalam kajian-kajian ilmiah yang disebabkan
karena adanya berbagai pertimbangan mendasar dari pemegang saham dan pihak internal
korporat yang melandasi keputusan pembayaran dividen tersebut. Dividen dipandang sebagai
sebuah simbol kesejahteraan bagi para pemegang saham (Asquith dan Mullins, 1986),
sebaliknya bagi pihak internal korporat, dividen juga dipandang sebuah sumber pembiayaan
yang baru (Bernheim, 1991), sehingga pembayaran dividen dipandang sebagai pengeluaran
kas yang dapat mengurangi peluang terjadinya investasi yang akan menimbulkan keuntungan
di kemudian hari (Barnea, Haugen, dan Senbet, 1981).
Dasar dari sebuah keputusan atas pembayaran dividen seringkali melihat kualitas dari
korporat itu sendiri (Bernheim, 1991). Sehingga secara umum, keputusan untuk membayar
dividen adalah merupakan sebuah refleksi keberhasilan kinerja keuangan dari korporat
tersebut, yaitu profitabilitas, peluang investasi dan ukuran perusahaan (Fama dan French,
2001) yang erat terkait dengan faktor-faktor keuangan dasar, yaitu aset, liabilitas dan ekuitas
(Baker dan Wurgler, 2004).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor keuangan dasar yang merupakan
karakteristik-karakteristik dasar sebuah korporat dalam mengambil keputusan untuk
membayar dividen. Beberapa faktor-faktor keuangan dasar yang akan digunakan dalam
penelitian ini terkait dengan kebijakan dividen sebuah korporat adalah aset tetap, total aset,
total liabilitas, saldo laba (laba ditahan), tingkat pendapatan, dan laba bersih.
2. Tinjauan Pustaka
Perubahan dividen dari sebuah perusahaan yang memiliki tingkat investasi yang baik dan
batasan likuiditas yang baik pula akan memberikan sebuah informasi yang lebih baik kepada
investor tentang kemungkinan perubahan tingkat investasi dimasa depan yang berarti akan
akan memberikan prospek pertumbuhan laba yang lebih baik pula di masa yang akan datang.
Perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam perusahaan yang terus meningkatkan dividen
pada umumnya memiliki tingkat investasi yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan
perusahaan-perusahaan yang tidak membayar dividen atau tidak mengalami perubahan nilai
di dalam pembayaran dividennya. Sebaliknya, perusahaan yang mengalami penurunan nilai
dividen, pada umumnya akan menurunkan nilai aset tetapnya pada tahun pertama setelah
adanya pengumuman atas pembayaran dividen. Hal ini menunjukkan bahwa, perusahaan
43
yang mengalami penurunan nilai dividen, mengalami penurunan laba bersih sehingga tidak
memiliki jumlah uang tunai yang cukup untuk melanjutkan peningkatan investasi mereka.
Bahkan, perusahaan-perusahaan ini cenderung untuk menjual aset tetap mereka yang tidak
efisien lagi untuk mendukung kecukupan atas uang tunai yang dibutuhkan. Akan tetapi, hal
ini akan mengalami perubahan, pada saat target laba bersih tahun kedua dan ketiga mereka
tercapai yang memiliki dampak normalnya kembali aktivitas investasi mereka (Kato,
Loewenstein, dan Tsay, 2002).
Hasil penelitian dari Holt (2003), menemukan bahwa hubungan antara investasi sebuah
perusahaan dengan kebijakan dividennya adalah secara terbalik dan dikontrol oleh kendala
keuangan perusahaan itu sendiri. Pendapat serupa diajukan oleh Strebulaev dan Yang (2013),
yang menyatakan bahwa sebuah perusahaan yang membayarkan dividennya dengan nilai
yang lebih tinggi adalah ciri khas sebuah perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi,
memiliki beban pajak yang lebih tinggi, menerbitkan modal saham yang lebih sedikit, dan
memiliki tingkat keseimbangan uang tunai yang lebih tinggi, serta didukung oleh ukuran
perusahaan itu sendiri.
Voutsinas dan Werner (2011) berpendapat bahwa, perusahaan yang memiliki aset tetap
berwujud yang cukup dibandingkan dengan aset tetap tak berwujud akan memiliki informasi
asimetris yang lebih sedikit, karena nilai aset tetap yang dimilikinya akan dapat menangkal
masalah kebangkrutan. Hal ini didukung dengan bukti empiris yang ditemukan bahwa adanya
peningkatan aset tetap akan memberikan pengaruh atas penentuan struktur modal baik berupa
kebijakan utang maupun kebijakan penerbitan modal saham, walaupun hasil temuan
menunjukkan bahwa kebijakan untuk menerbitkan modal saham adalah lebih kuat. Selain itu,
apabila sebuah perusahaan memiliki aset tetap yang tinggi, maka ketergantungan perusahaan
tersebut pada pembiayaan eksternal akan berkurang. Koch dan Shenoy (1999) berpendapat
bahwa, dividen dan kebijakan struktur modal akan saling berinteraksi untuk menyediakan
informasi prediktif yang signifikan tentang arus kas masa depan. Fama dan Babiak (1968),
serta, Agrawal dan Jayaraman (1994), menyatakan bahwa kebijakan utang erat kaitannya
dengan kebijakan dividen, terlebih jika dikaitkan dengan masalah keagenan.
Delen, Kuzey, dan Uyar (2013) berpendapat bahwa, sebuah perusahaan akan memperoleh
kesuksesan dengan menghasilkan pendapatan lewat pemanfaatan asetnya, pengumpulan
piutangnya, dan penjualan persediaannya hingga mencapai profitabilitas yang ingin dicapai.
Pendapat ini didukung oleh Amidu (2007), yang menemukan bahwa adanya hubungan positif
antara tingkat pengembalian aset dengan kebijakan dividen yang disertai dengan
pertumbuhan pendapatan penjualan. Selain itu, ditemukan bahwa, perusahaan yang memiliki
ukuran yang lebih besar akan menghasilkan tingkat pengembalian aset yang lebih sedikit
sehingga menciptakan hubungan negatif antara tingkat pengembalian aset dengan kebijakan
dividen dan kebijakan utang. Hal yang serupa juga ditemukan sebelumnya oleh Nissim dan
Ziv (2001), dimana dividen mempunyai hubungan yang erat dengan laba bersih. Hasil
pendukung yang sama disampaikan oleh Lie (2005), dimana adanya perubahan pada laba
bersih akan mengakibatkan peningkatan atau penurunan pembayaran dividen.
3. Hipotesis dan Model
Adapun hipotesis dalam penelitian ini disusun sebagai berikut :
Ha1 : Aset tetap berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
Ha2 : Total aset berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
Ha3 : Total liabilitas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
Ha4 : Laba ditahan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
Ha5 : Pendapatan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
Ha6 : Laba bersih berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
44
Sedangkan model persamaan dalam penelitian ini disusun sebagai berikut :
DividenDummy = α + βlnAT + βlnTA + βlnTL + βlnLD + βlnPend + βlnLB
4. Metode Penelitian
4.1.Data
Data dalam penelitian ini mengambil 373 perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek
Indonesia pada periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2012, sehingga data observasi
dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah berjumlah 1,119 data observasi.
4.2.Variabel dan Pengukuran Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas variabel dependen dan variabel
independen. Variabel dependen adalah pembayar dividen yang diukur dengan dummy yang
memiliki klasifikasi sebagai berikut :
1. Perusahaan yang tidak membayar dividend selama 3 (tiga) tahun atau K0.
2. Perusahaan yang membayar dividen hanya 1 (satu) tahun atau K1.
3. Perusahaan yang membayar dividen hanya 2 (dua) tahun atau K2.
4. Perusahaan yang membayar dividen secara penuh selama 3 (tiga) tahun atau K3.
Sedangkan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah aset tetap,
total aset, total liabilitas, saldo laba (laba ditahan), tingkat pendapatan, dan laba bersih,
dimana variabel-variabel ini diukur dengan nilai rupiah yang dinormalisasi dengan logaritma
natural.
4.3.Metode Analisis
Dalam penelitian ini, metode analisis yang akan digunakan untuk pengujian hipotesis
adalah dengan menggunakan uji regresi logistik multinomial, dimana dalam alat uji ini, akan
didukung oleh uji kelayakan model (model fitting criteria), uji kelayakan data atas model
(goodness of fit), determinasi model (pseudo R-square), efek setiap variabel independen
(likelihood ratio tests), dan estimasi koefisien atas persamaaan yang dihasilkan (parameter
estimates).
5. Hasil Analisis dan Pembahasan
5.1.Hasil Analisis
Berdasarkan hasil analisis, statistik deskriptif tentang jumlah data observasi berdasarkan
klasifikasi perusahaan pembayar dividen untuk setiap sektor yang terdaftar dalam Bursa Efek
Indonesia disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Observasi
Kode Pembayar Dividen
0
1
2
3
18
0
3
21
30
12
12
27
72
24
21
51
57
6
18
30
24
9
9
45
45
12
18
42
48
6
6
18
72
30
15
63
123
21
30
81
489 120 132
378
Sector
Agriculture
Mining
Basic Industry & Chemicals
Miscellaneous Industry
Consumer Goods Industry
Property, Real Estate, and Building Construction
Infrastructure, Utilities, and Transportation
Finance
Trade, Service, Investment
Total
45
Total
Observasi
42
81
168
111
87
117
78
180
255
1,119
Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis, statistik deskriptif juga menyajikan nilai tengah
(mean value) setiap faktor-faktor keuangan dasar untuk setiap perusahaan pembayar dividen
dalam rentang periode tahun 2010 sampai dengan 2012, seperti yang disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Nilai Tengah Faktor-Faktor Keuangan setiap Pembayar Dividen (dalam Rupiah)
Faktor
K0
K1
K2
K3
Aset Tetap
956,809.65
1,092,329.39
5,582,303.90
3,234,609.64
Total Aset
5,724,233.23
8,764,965.98
6,573,409.69
25,264,665.83
Total Liabilitas
4,376,985.80
6,914,273.84
4,092,768.32
18,645,257.61
Laba Ditahan
-174,663.24
710,058.30
798,465.77
4,041,696.56
Pendapatan
1,402,547.10
2,724,330.78
4,774,695.29
9,284,514.13
Laba Bersih
20,585.02
250,758.92
296,671.30
1,486,028.37
5.2.Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis, nilai Chi Square dari model final adalah 476.104 dengan
tingkat signifikansi berada di bawah 5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa model final
yang dihasilkan adalah fit (lihat Tabel 3).
Tabel 3. Model Fitting Information
Model
Intercept Only
Final
Model Fitting Criteria
-2 Log Likelihood
2730.219
2254.114
Likelihood Ratio Tests
Chi-Square
df
Sig.
476.104
18
0.000
Selain itu, nilai Chi Square dari deviance menunjukkan signifikansi yang berada diatas
5%, sehingga hal ini membuktikan bahwa data penelitian adalah fit dengan model akhir (lihat
Tabel 4).
Tabel 4. Goodness-of-Fit
Pearson
Deviance
Chi-Square
3192.185
2254.114
df
Sig.
3336
3336
0.962
1.000
Nilai pseudo R-Square (lihat Tabel 5) menunjukkan bahwa kontribusi variabel
independen untuk menjelaskan model final dari variabel dependen adalah sebesar 34.7%
(Cox and Snell), 38% (Nagelkerke), dan 17.4% (McFadden).
Tabel 5. Pseudo R-Square
Cox and Snell
Nagelkerke
McFadden
0.347
0.380
0.174
Kontribusi variabel independen ini didukung oleh hasil pengujian likelihood ratio (lihat
Tabel 6), yang menunjukkan bahwa, kecuali nilai total aset (lnTA), variabel independen
lainnya memiliki kontribusi untuk menjelaskan model final, dengan tingkat signifikansi
berada di bawah 5%.
46
Tabel 6. Likelihood Ratio Tests
Model Fitting Criteria
Effect
-2 Log Likelihood of Reduced Model
Intercept
2465.452
LnAT
2262.792
LnTA
2255.253
LnTL
2275.471
LnLD
2286.282
LnPend
2394.403
LnLB
2307.074
Likelihood Ratio Tests
Chi-Square
df
Sig.
211.338
3
0.000
8.678
3
0.034
1.138
3
0.768
21.357
3
0.000
32.168
3
0.000
140.289
3
0.000
52.960
3
0.000
Berdasarkan hasil regresi logistik multinomial, maka beberapa model persamaan yang
diperoleh berdasarkan Tabel 7 adalah sebagai berikut :
Div0/3 = 10.370 + 0.163AT – 0.060TA + 0.551TL
– 0.047LD – 0.846Pend – 0.565LB ................................................................... (1)
Div0/2 = 7.983 + 0.029AT + 0.163TA + 0.165TL
+ 0.419LD - 0.964Pend – 0.327LB ................................................................... (2)
Div0/1 = 3.805 + 0.035AT - 0.101TA + 0.168TL
+ 0.297LD - 0.432Pend – 0.148LB ................................................................... (3)
Div1/3 = 6.565 + 0.128AT + 0.040TA + 0.383TL
– 0.343LD – 0.414Pend – 0.417LB ................................................................... (4)
Div1/2 = 4.178 - 0.006AT + 0.263TA - 0.003TL
+ 0.122LD - 0.532Pend – 0.178LB ................................................................... (5)
Div2/3 = 2.387 + 0.134AT - 0.223TA + 0.385TL
– 0.466LD + 0.118Pend – 0.239LB ................................................................... (6)
Tabel 7. Parameter Estimates
K0***
K0**
K0*
Intercept
AT
TA
TL
LD
Pend
LB
Intercept
AT
TA
TL
LD
Pend
LB
Intercept
AT
TA
TL
LD
Pend
LB
B
10.370
0.163
-0.060
0.551
-0.047
-0.846
-0.565
7.983
0.029
0.163
0.165
0.419
-0.964
-0.327
3.805
0.035
-0.101
0.168
0.297
-0.432
-0.148
Std. Error
0.838
0.057
0.152
0.124
0.084
0.091
0.085
1.102
0.076
0.238
0.192
0.098
0.125
0.102
1.019
0.069
0.196
0.161
0.086
0.109
0.087
47
Wald
152.964
8.216
0.158
19.821
0.312
87.299
44.702
52.513
0.143
0.470
0.745
18.355
59.671
10.239
13.952
0.258
0.263
1.088
11.960
15.696
2.929
df
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Sig.
0.000
0.004
0.691
0.000
0.576
0.000
0.000
0.000
0.705
0.493
0.388
0.000
0.000
0.001
0.000
0.611
0.608
0.297
0.001
0.000
0.087
Exp(B)
1.177
0.941
1.735
0.954
0.429
0.568
1.029
1.177
1.180
1.520
0.381
0.721
1.036
0.904
1.183
1.345
0.649
0.862
Tabel 7. Parameter Estimates (lanjutan)
B
Std. Error
K1***
Intercept
6.565
1.113
AT
0.128
0.076
TA
0.040
0.216
TL
0.383
0.173
LD
-0.343
0.103
Pend
-0.414
0.121
LB
-0.417
0.107
K1**
Intercept
4.178
1.315
AT
-0.006
0.091
TA
0.263
0.280
TL
-0.003
0.226
LD
0.122
0.112
Pend
-0.532
0.146
LB
-0.178
0.120
K2***
Intercept
2.387
1.108
AT
0.134
0.079
TA
-0.223
0.244
TL
0.385
0.193
LD
-0.466
0.106
Pend
0.118
0.127
LB
-0.239
0.111
*Referensi Pembanding : K1.
**Referensi Pembanding : K2.
***Referensi Pembanding : K3.
Wald
34.767
2.810
0.034
4.866
11.093
11.774
15.320
10.101
0.005
0.886
0.000
1.188
13.220
2.226
4.638
2.886
0.840
3.986
19.324
0.868
4.615
df
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Sig.
0.000
0.094
0.853
0.027
0.001
0.001
0.000
0.001
0.946
0.347
0.990
0.276
0.000
0.136
0.031
0.089
0.359
0.046
0.000
0.352
0.032
Exp(B)
1.136
1.041
1.466
0.709
0.661
0.659
0.994
1.301
0.997
1.130
0.587
0.837
1.143
0.800
1.470
0.628
1.125
0.788
Aset Tetap (AT). Model 1 menunjukkan bahwa aset tetap signifikan berpengaruh
terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K0
memiliki probabilitas yang lebih tinggi (p=1.177) untuk membayar dividen dibandingkan
dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K3, ketika aset tetap mengalami
peningkatan (β=0.163). Model 2 menunjukkan bahwa aset tetap tidak signifikan berpengaruh
terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K1
memiliki probabilitas yang lebih tinggi (p=1.136) untuk membayar dividen dibandingkan
dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K3, ketika aset tetap mengalami
peningkatan (β=0.128). Model 3 menunjukkan bahwa aset tetap tidak signifikan berpengaruh
terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K2
memiliki probabilitas yang lebih tinggi (p=1.143) untuk membayar dividen dibandingkan
dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K3, ketika aset tetap mengalami
peningkatan (β=0.134). Model 4 menunjukkan bahwa aset tetap tidak signifikan berpengaruh
terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K0
memiliki probabilitas yang lebih tinggi (p=1.036) untuk membayar dividen dibandingkan
dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K1, ketika aset tetap mengalami
peningkatan (β=0.035). Model 5 menunjukkan bahwa aset tetap tidak signifikan berpengaruh
terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K0
memiliki probabilitas yang lebih tinggi (p=1.029) untuk membayar dividen dibandingkan
dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K2, ketika aset tetap mengalami
peningkatan (β=0.029). Model 6 menunjukkan bahwa aset tetap tidak signifikan berpengaruh
terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K1
memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.994) untuk membayar dividen dibandingkan
dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K2, ketika aset tetap mengalami
penurunan (β=-0.006).
48
Total Aset (TA). Model 1 menunjukkan bahwa bahwa total aset tidak signifikan
berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen
dengan kode K0 memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.941) untuk membayar dividen
dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K3, ketika total aset
mengalami penurunan (β=-0.060). Model 2 menunjukkan bahwa total aset tidak signifikan
berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen
dengan kode K1 memiliki probabilitas yang lebih tinggi (p=1.041) untuk membayar dividen
dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K3, ketika total aset
mengalami peningkatan (β=0.040). Model 3 menunjukkan bahwa total aset tidak signifikan
berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen
dengan kode K2 memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.800) untuk membayar dividen
dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K3, ketika total aset
mengalami penurunan (β=-0.223). Model 4 menunjukkan bahwa total aset tidak signifikan
berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen
dengan kode K0 memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.904) untuk membayar dividen
dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K1, ketika total aset
mengalami penurunan (β=-0.101). Model 5 menunjukkan bahwa total aset tidak signifikan
berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen
dengan kode K0 memiliki probabilitas yang lebih tinggi (p=1.177) untuk membayar dividen
dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K2, ketika total aset
mengalami peningkatan (β=0.163). Model 6 menunjukkan bahwa total aset tidak signifikan
berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen
dengan kode K1 memiliki probabilitas yang lebih tinggi (p=1.301) untuk membayar dividen
dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K2, ketika total aset
mengalami peningkatan (β=0.263).
Total Liabilitas (TL). Model 1 menunjukkan bahwa total liabilitas signifikan
berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen
dengan kode K0 memiliki probabilitas yang lebih tinggi (p=1.735) untuk membayar dividen
dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K3, ketika total
liabilitas mengalami peningkatan (β=0.551). Model 2 menunjukkan bahwa total liabilitas
signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar
dividen dengan kode K1 memiliki probabilitas yang lebih tinggi (p=1.466) untuk membayar
dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K3, ketika
total liabilitas mengalami peningkatan (β=0.383). Model 3 menunjukkan bahwa total
liabilitas signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang
membayar dividen dengan kode K2 memiliki probabilitas yang lebih tinggi (p=1.470) untuk
membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode
K3, ketika total liabilitas mengalami peningkatan (β=0.385). Model 4 menunjukkan bahwa
total liabilitas tidak signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan
yang membayar dividen dengan kode K0 memiliki probabilitas yang lebih tinggi (p=1.183)
untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan
kode K1, ketika total liabilitas mengalami peningkatan (β=0.168). Model 5 menunjukkan
bahwa total liabilitas tidak signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana
perusahaan yang membayar dividen dengan kode K0 memiliki probabilitas yang lebih tinggi
(p=1.180) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar
dividen dengan kode K2, ketika total liabilitas mengalami peningkatan (β=0.165). Model 6
menunjukkan bahwa total liabilitas tidak signifikan berpengaruh terhadap pembayaran
dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K1 memiliki probabilitas
yang lebih rendah (p=0.997) untuk membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang
membayar dividen dengan kode K2, ketika total liabilitas mengalami penurunan (β=-0.003).
49
Laba Ditahan (LD). Model 1 menunjukkan bahwa laba ditahan tidak signifikan
berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen
dengan kode K0 memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.954) untuk membayar dividen
dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K3, ketika laba
ditahan mengalami penurunan (β=-0.047). Model 2 menunjukkan bahwa laba ditahan
signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar
dividen dengan kode K1 memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.709) untuk membayar
dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K3, ketika
laba ditahan mengalami penurunan (β=-0.343). Model 3 menunjukkan bahwa laba ditahan
signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar
dividen dengan kode K2 memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.628) untuk membayar
dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K3, ketika
laba ditahan mengalami penurunan (β=-0.466). Model 4 menunjukkan bahwa laba ditahan
signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar
dividen dengan kode K0 memiliki probabilitas yang lebih tinggi (p=1.345) untuk membayar
dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K1, ketika
laba ditahan mengalami peningkatan (β=0.297). Model 5 menunjukkan bahwa laba ditahan
signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar
dividen dengan kode K0 memiliki probabilitas yang lebih tinggi (p=1.520) untuk membayar
dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K2, ketika
laba ditahan mengalami peningkatan (β=0.419). Model 6 menunjukkan bahwa laba ditahan
tidak signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang
membayar dividen dengan kode K1 memiliki probabilitas yang lebih tinggi (p=1.130) untuk
membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode
K2, ketika laba ditahan mengalami peningkatan (β=0.122).
Pendapatan (Pend). Model 1 menunjukkan bahwa pendapatan signifikan berpengaruh
terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K0
memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.429) untuk membayar dividen dibandingkan
dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K3, ketika pendapatan mengalami
penurunan (β=-0.846). Model 2 menunjukkan bahwa pendapatan signifikan berpengaruh
terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K1
memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.661) untuk membayar dividen dibandingkan
dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K3, ketika pendapatan mengalami
penurunan (β=-0.414). Model 3 menunjukkan bahwa pendapatan tidak signifikan
berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen
dengan kode K2 memiliki probabilitas yang lebih tinggi (p=1.125) untuk membayar dividen
dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K3, ketika
pendapatan mengalami peningkatan (β=0.118). Model 4 menunjukkan bahwa pendapatan
signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar
dividen dengan kode K0 memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.649) untuk membayar
dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K1, ketika
pendapatan mengalami penurunan (β=-0.432). Model 5 menunjukkan bahwa pendapatan
signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar
dividen dengan kode K0 memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.381) untuk membayar
dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K2, ketika
pendapatan mengalami penurunan (β=-0.964). Model 6 menunjukkan bahwa pendapatan
signifikan berpengaruh terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar
dividen dengan kode K1 memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.587) untuk membayar
dividen dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K2, ketika
pendapatan mengalami penurunan (β=-0.532).
50
Laba Bersih (LB). Model 1 menunjukkan bahwa laba bersih signifikan berpengaruh
terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K0
memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.568) untuk membayar dividen dibandingkan
dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K3, ketika laba bersih mengalami
penurunan (β=-0.565). Model 2 menunjukkan bahwa laba bersih signifikan berpengaruh
terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K1
memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.659) untuk membayar dividen dibandingkan
dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K3, ketika laba bersih mengalami
penurunan (β=-0.417). Model 3 menunjukkan bahwa laba bersih signifikan berpengaruh
terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K2
memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.788) untuk membayar dividen dibandingkan
dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K3, ketika laba bersih mengalami
penurunan (β=-0.239). Model 4 menunjukkan bahwa laba bersih tidak signifikan berpengaruh
terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K0
memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.862) untuk membayar dividen dibandingkan
dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K1, ketika laba bersih mengalami
penurunan (β=-0.148). Model 5 menunjukkan bahwa laba bersih signifikan berpengaruh
terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K0
memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.721) untuk membayar dividen dibandingkan
dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K2, ketika laba bersih mengalami
penurunan (β=-0.327). Model 6 menunjukkan bahwa laba bersih tidak signifikan berpengaruh
terhadap pembayaran dividen, dimana perusahaan yang membayar dividen dengan kode K1
memiliki probabilitas yang lebih rendah (p=0.837) untuk membayar dividen dibandingkan
dengan perusahaan yang membayar dividen dengan kode K2, ketika laba bersih mengalami
penurunan (β=-0.178).
Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa aset tetap dan total aset sebuah
perusahaan dapat berpengaruh signifikan dan juga dapat tidak berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan dividen sebuah perusahaan tergantung pada sebuah kondisi tertentu,
dalam arti bahwa peningkatan sebuah aset baik dari segi aset tetap maupun secara
keseluruhan dapat mengakibatkan peningkatan maupun penurunan pembayaran dividen yang
diputuskan. Hasil penelitian ini dapat mendukung pendapat dari Kato, Loewenstein, dan Tsay
(2002), Holt (2003), serta Delen, Kuzey, dan Uyar (2013). Hal yang sama juga berlaku untuk
faktor utang (liabilitas), dimana utang dapat mempengaruhi atau tidak secara signifikan
terhadap kebijakan dividen tergantung kondisi keuangan sebuah perusahaan seperti pendapat
dari Voutsinas dan Werner (2011), Koch dan Shenoy (1999), Fama dan Babiak (1968), serta
Agrawal dan Jayaraman (1994). Faktor lainnya seperti pendapatan, laba ditahan dan laba
bersih, akan berperilaku yang sama dalam berkontribusi untuk menentukan kebijakan dividen
sesuai dengan pendapat dari Strebulaev dan Yang (2013), Delen, Kuzey, dan Uyar (2013),
Amidu (2007), Lie (2005), serta Nissim dan Ziv (2001).
6. Kesimpulan
Apabila dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan K3, maka kebijakan dividen dari
perusahaan-perusahaan K0 akan banyak dipengaruhi oleh aset tetap, total utang, pendapatan
dan laba bersih. Sedangkan apabila dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan K2, maka
kebijakan dividen dari perusahaan-perusahaan K0 akan banyak dipengaruhi oleh laba
ditahan, pendapatan dan laba bersih. Dan apabila dibandingkan dengan perusahaanperusahaan K1, maka kebijakan dividen perusahaan-perusahaan K0 akan banyak dipengaruhi
oleh laba ditahan dan pendapatan.
Apabila dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan K3, maka kebijakan dividen dari
perusahaan-perusahaan K1 akan banyak dipengaruhi oleh utang, laba ditahan, pendapatan
51
dan laba bersih. Sedangkan apabila dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan K2, maka
kebijakan dividen dari perusahaan-perusahaan K1 akan banyak dipengaruhi oleh pendapatan.
Sedangkan untuk K2, apabila dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan K3, maka
kebijakan dividen akan banyak dipengaruhi oleh utang, laba ditahan, dan laba bersih.
7. Daftar Pustaka
Agrawal, A. dan Jayaraman, N. (1994). The Dividend Policies of All Equity Firms : A Direct
Test of the Free Cash Flow Theory. Managerial and Decision Economics, 15, 139-148.
Amidu, M. (2007). How does dividend policy affect performance of the firm on Ghana Stock
Exchange? Investment Management and Financial Innovations, 4(2), 103-112.
Asquith, P. dan Mullins, D. W., Jr. (1986). Signalling with Dividends, Stock Repurchases,
and Equity Issues. Financial Management, 15(3), 27-44.
Baker, M. dan Wurgler, J. (2004). Appearing and disappearing dividends : The link to
catering incentives. Journal of Financial Economics, 73, 271–288.
Barnea, A., Haugen, R. A., dan Senbet, L. W. (1981). Market Imperfections, Agency
Problems, and Capital Structure: A Review. Financial Management, 10(3), 7-22.
Bernheim, B. D. (1991). Tax Policy and the Dividend Puzzle. The RAND Journal of
Economics, 22(4), 455-476.
Delen, D., Kuzey, C., dan Uyar, A. (2013). Measuring firm performance using financial
ratios: A decision tree approach. Expert Systems with Applications, 40(10), 3970–3983.
Fama, E. F. dan Babiak, H. (1968). Dividend Policy : An Empirical Analysis. Journal of the
American Statistical Association, 63(324), 1132-1161.
Fama, E. F. dan French, K. R. (2001). Disappearing dividends: changing firm characteristics
or lower propensity to pay? Journal of Financial Economics, 60, 3-43.
Holt, R. W. P. (2003). Investment and dividends under irreversibility and financial
constraints. Journal of Economic Dynamics & Control, 27, 467–502.
Koch, P. D. dan Shenoy, C. (1999). The Information Content of Dividend and Capital
Structure Policies. Financial Management, 28(4), 16-35.
Lie, E. (2005). Operating performance following dividend decreases and omissions. Journal
of Corporate Finance, 12, 27– 53.
Kato, H. K., Loewenstein, U., dan Tsay, W. (2002). Dividend policy, cash flow, and
investment in Japan. Pacific-Basin Finance Journal, 10, 443– 473.
Nissim, D. dan Ziv, A. (2001). Dividend Changes and Future Profitability. The Journal of
Finance, 56(6), 2111-2133.
Strebulaev, I. A., dan Yang, B. (2013). The mystery of zero-leverage firms. Journal of
Financial Economics, 109, 1–23.
Voutsinas, K., dan Werner, R.A. (2011). Credit supply and corporate capital structure:
Evidence from Japan. International Review of Financial Analysis, 20(5), 320-334.
52
PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL,
KECERDASAN SPIRITUAL, DAN PERILAKU BELAJAR TERHADAP PEMAHAMAN
AKUNTANSI MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO
Inriawati Parauba
(Email : [email protected])
ABSTRACT
Globalization is definitely demanding of the human resources that have the skills in every
fields of works so that they can be compete in the business world. In order to deal with this
globalization, it needs the skills that absolutely to be reached by continuous study process, which
one of them is the accounting skill that’s very needed in the economy nowadays. In order to face
this competition, education world especially accounting demanded to produce the high quality
output or the graduates and ready to compete in the jobs world. This research aimed to prove the
influence of intelligence quotient, emotional quotient, spiritual quotient, and study behavior
towards understanding of accounting of the student of Economic and Business Faculty, Sam
Ratulangi University. The analysis method is linier double regression. The result gives the
conclusion that is the intelligence quotient, emotional quotient, spiritual quotient, and the study
behavior simultaneously have influence towards understanding of accounting of the students of
Economic and Bussines Faculty, Sam Ratulangi University, while partially, intelligence quotient,
emotional quotient, spiritual quotient, and study behavior significantly have not the influence
towards understanding of accounting of the student of Economic and Bussines Faculty, Sam
Ratulangi University Manado.
Key Words: The understanding of Accounting Students, Intelligence Quotient, Emotional
Quotient, Spiritual Quotient, and the Study Behaviour.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam
reformasi ekonomi, yaitu terkait dengan usaha bagaimana untuk menciptakan SDM yang
berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global.
Dalam kaitannya tersebut, setidaknya ada dua hal penting mengenai kondisi SDM Indonesia,
yaitu adanya ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja, serta tingkat
pendidikan angkatan kerja yang masih relatif rendah. Masalah daya saing dalam pasar dunia
yang semakin terbuka merupakan tantangan yang berat. Tanpa dibekali dengan kemampuan
kompetitif yang tinggi mustahil suatu negara mampu bersaing dan menembus pasar
internasional. Pada era reformasi saat ini alokasi SDM belum mampu mengoreksi kecenderungan
konsentrasi ekonomi yang telah tercipta sejak pemerintahan masa lalu.Sementara dilain pihak
Indonesia masih kekurangan berbagai keahlian untuk mengisi kebutuhan global. Oleh sebab itu
perlu adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia, yaitu dengan meningkatkan mutu
pendidikan nasional pada umumnya dan meningkatkan prestasi akademik atau keahlian dalam
berbagai bidang ilmu seperti keahlian di bidang ilmu akuntansi.
Pendidikan akuntansi khususnya pendidikan tinggi akuntansi yang diselenggarakan di
perguruan tinggi ditujukan untuk mendidik mahasiswa agar dapat bekerja sebagai seorang
53
akuntan profesional yang memiliki pengetahuan dibidang Akuntansi Keuangan, Akuntansi
Manajemen, Sistem Informasi Akuntansi, Auditing, dan Akuntansi Sektor Publik, serta ilmuilmu pengetahuan yang relevan dengan bidang akuntansi. Kecerdasan intelektual (IQ) memegang
peranan penting dalam dunia pendidikan apalagi paradigma pendidikan memfokuskan pada
kerangka berpikir cognitive holistic, dimana proses dan pelaksanaan pendidikan lebih
mengutamakan pada perkembangan intelektual dan pemikiran rasional. Di sisi lain juga, yang
perlu dipertimbangkan adalah adanya kecerdasan spiritual atau yang dikenal dengan Spiritual
Quotient (SQ). Kurangnya kecerdasan spiritual seseorang akan berakibat pada kurang
termotivasinya seorang mahasiwa untuk belajar, dan sulit untuk berkonsentrasi, sehingga
mahasiswa akan sulit untuk memahami suatu matakuliah. Kecerdasan intelektual memegang
peranan penting bagi mahasiswa dalam memahami akuntansi, namun hal ini tidak akan berjalan
dengan baik bila tidak diimbangi dengan kemampuan untuk mengelola emosi (EQ) sendiri ketika
dihadapkan pada permasalahan, mahasiswa yang bersangkutan akan cepat frustasi.
Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa angkatan tahun 2009 jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sam Ratulangi yang ada di Manado. Alasan pemilihan jurusan
akuntansi angkatan tahun 2009 dalam penelitian ini adalah karena dianggap sudah menerima
manfaat dari proses pembelajaran akuntansi, dan juga karena pada saat dilakukan penelitian yaitu
pada tahun 2013 sebagian besar sementara dalam proses penyelesaian studi.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.
Untuk menganalisis pengaruh kecerdasan intelektual terhadap pemahaman akuntansi
mahasiswa
2.
Untuk menganalisis pengaruh kecerdasan emosional terhadap pemahaman akuntansi
mahasiswa
3.
Untuk menganalisis kecerdasan pengaruh kecerdasan spiritual terhadap pemahaman
akuntansi mahasiswa.
4.
Untuk menganalisis pengaruh perilkau belajar terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa.
TINJAUAN PUSTAKA
Akuntansi Perilaku
Ruang lingkup akuntansi keperilakuan meliputi:
1
Mempelajari pengaruh antara perilaku manusia terhadap konstruksi, bangunan, dan
penggunaan sistem informasi yang diterapkan dalam perusahaan dan organisasi, yang
berarti bagaimana sikap dan gaya kepemimpinan manajemen mempengaruhi sifat
pengendalian akuntansi dan desain organisasi; apakah desain sistem pengendalian
akuntansi bisa diterapkan secara universal atau tidak.
2
Mempelajari pengaruh sistem informasi akuntansi terhadap perilaku manusia, yang berarti
bagaimana sistem akuntansi mempengaruhi kinerja, motivasi, produktivitas, pengambilan
keputusan, kepuasan kerja dan kerja sama.
Metode untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku manusia dan strategi untuk
mengubahnya, yang berarti bagaimana sistem akuntansi dapat dipergunakan untuk
mempengaruhi perilaku, dan bagaimana mengatasi resistensi itu. Disini muncul istilah freezing
(membekukan) dan unfreezing (mencairkan). Contohnya perubahan sistem. Perubahan sistem
bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi perlu upaya untuk sampai pada aplikasi sistem itu sendiri
karena bisa jadi ada resistensi di situ. (Suartana, 2010:1-3).
54
Kecerdasan Intelektual
Bhinet dan Theodore dalam Effendi dan Praja (2012) mendefinisikan intelegensi sebagai
suatu kemampuan yang terdiri dari tiga aspek, yaitu:
1.
Direction; kemampuan untuk memusatkan kepada suatu masalah yang harus dipecahkan,
2.
Adaptation; kemampuan untuk mengadakan adaptasi terhadap masalah yang dihadapinya
atau fleksibel di dalam menghadapi masalah, dan
criticsm; kemampuan untuk mengadakan kritik, baik terhadap masalah yang dihadapi maupun
terhadap dirinya sendiri. Adapun ahli yang lain yaitu Thorndike dalam Effendi dan Praja (2012)
mengemukakan bahwa “intelegensi adalah kemampuan individu untuk memberikan respon yang
tepat (baik) terhadap stimulus yang diterimanya”.
Kecerdasan Emosional
Komponen kecerdasan emosional menurut Goleman, terdapat tujuh elemen yang
membentuk kecerdasan emosional seseorang, dalam David dan Richard (2007) yang dikutip oleh
Napitulu (2009), yaitu sebagai berikut.
1.
Kesadaran diri; yaitu kesadaran terhadap perasaan sendiri dan kemampuan untuk
mengenali dan mengelola perasaan itu.
2.
Elastisitas emotional; yaitu kemampuan untuk berkinerja secara baik dan konsisten di
berbagai situasi dan tekanan.
3.
Motivasi; yaitu dorongan dan energi yang ada untuk mencapai hasil, meyeimbangkan
tujuan jangka pendek dan jangka panjang, dan mengupayakan cita-cita walaupun
menghadapi aneka tantangan dan penolakan.
4.
Sensitivitas antar pribadi; yaitu kemampuan untuk merasakan kebutuhan dan perasaan
orang lain dan untuk menggunakan kemampuan itu secara efektif dalam berinteraksi, dan
dalam mengambil keputusan yang mempengaruhi mereka.
5.
Pengaruh; yaitukemampuan untuk membujuk orang lain agar dapat mengubah sudut
pandang mereka terhadap suatu masalah, persoalan, atau keputusan.
6.
Tanggap; yaitukemampuan untuk menggunakan wawasan dan interaksi untuk sampai
pada, dan menerapkan keputusan saat dihadapkan dengan informasi yang ambigu atau
tidak lengkap.
7.
Tanggungjawab dan integritas; yaitu kemampuan untuk menunjukkan komitmen terhadap
suatu tindakan saat menghadapi tantangan, dan untuk bertindak secara konsisten dan sesuai
dengan persyaratan etika yang dipahami.
Kecerdasan Spiritual
Berikut ini adalah beberapa pendapat tentang kecerdasan spiritual menurut para ahli dalam
Zohar dan Marshall (2001) dan Agustian (2001) yang dikutip oleh Rachmi (2010) yaitu sebagai
berikut.
1.
Sinetar (2000)
Sinetar (2000) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai pikiran yang mendapat
inspirasi, dorongan, efektivitas yang terinspirasi, dan penghayatan ketuhanan yang semua
manusia menjadi bagian di dalamnya.
2.
Khalil A. Khavari (2000)
Khavari (2000) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai dimensi non-material atau
jiwa manusia.Lebih lanjut dijelaskan oleh Khavari (2000), kecerdasan spiritual sebagai
55
3.
4.
intan yang belum terasah dan dimiliki oleh setiap insan.Manusia harus mengenali seperti
adanya lalu menggosoknya sehingga mengkilap dengan tekad yang besar,
menggunakannya menuju kearifan, dan untuk mencapai kebahagiaan yang abadi.
Zohar dan Marshall (2001)
Zohar dan Marshall (2001) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kemampuan
internal bawaan otak dan jiwa manusia yang sumber terdalamnya adalah inti alam semesta
sendiri, yang memungkinkan otak untuk menemukan dan menggunakan makna dalam
memecahkan persoalan.
Ary Ginanjar Agustian (2001)
Agustian (2001) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kemampuan untuk memberi
makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan
pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya dan memiliki pola
pemikiran yang integralistik, serta berprinsip hanya karena Allah.
Perilaku Belajar
Mahmud dalam Subini et al. (2012) mendefinisikan belajar adalah suatu perubahan dalam
diri seseorang yang terjadi karena pengalaman. “Belajar adalah melakukan sesuatu yang
dilakukan sebelum ia belajar atau bila kelakuannya berubah sehingga lain caranya menghadapi
sesuatu situasi daripada sebelum itu,” dikemukakan oleh Hilgard dalam Subini et al. (2012).
Ahmadi (1993) yang dikutip oleh Hanifah dan Abdullah (2001) lebih jauh mengatakan bahwa
belajar adalah suatu perubahan dalam diri manusia, sehingga apabila setelah belajar maka dapat
dikatakan bahwa dalam dirinya telah berlangsung proses belajar.
Subini et al. (2012) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar, yaitu sebagai
berikut.
1.
Faktor internal; yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang melakukan belajar.
Faktor intenal meliputi faktor fisiologis dan psikologis. Faktor fisiologis meliputi
kesehatan dan cacat tubuh, sedangkan faktor psikologis meliputi inteligensi, bakat minat,
kematangan, motif, kelelahan, dan perhatian.
2.
Faktor eksternal; adalah faktor yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan disekitar anak,
yang meliputi antara lain yaitu sebagai berikut.
a. Faktor keluarga; dimana dalam lingkungan keluarga kecerdasan dipengaruhi oleh cara
mendidik anak, hubungan antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi
keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
b. Faktor sekolah; yang mempengaruhi kesulitan belajar antara lain adalah guru atau
dosen, metode mengajar, fasilitas, kurikulum sekolah, hubungan guru atau dosen
dengan anak, relasi antar anak, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu, standar pelajaran,
kebijakan penilaian, keadaan gedung, dan tugas rumah.
c. Faktor masyarakat; yang mempengaruhi hasil belajar antara lain adalah kegiatan anak
dalam masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan dalam masyarakat.
Tingkat Pemahaman Akuntansi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “paham” memiliki arti pandai atau mengerti
benar, sedangkan pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. Ini
berarti bahwa orang yang memiliki pemahaman akuntansi adalah orang yang pandai dan
mengerti benar akuntansi. Dalam hal ini, pemahaman akuntansi akan diukur dengan
menggunakan nilai matakuliah akuntansi yaitu Pengantar Akuntansi 1, Pengantar Akuntansi 2,
Akuntansi Menengah 1, Akuntansi Menengah 2, Akuntansi Keuangan Lanjutan 1, Akuntansi
56
Keuangan Lanjutan 2, Auditing 1, Auditing 2, dan Teori Akuntansi. Matakuliah tersebut
merupakan matakuliah yang di dalamnya terdapat unsur-unsur yang menggambarkan akuntansi
secara umum.
Penelitian Terdahulu
Dwijayanti (2009) mencoba meneliti tentang pengaruh kecerdasan emosionl, kecerdasan
intelektual, kecerdasan spiritual dan kecerdasan sosial terhadap pemahaman akuntansi.Metode
yang digunakan dalam pegambilan data adalah metode convenience sampling, dengan kriteria
mahasiswa program strata satu (S1) yang sedang menyusun skripsi karena dianggap telah
menerima manfaat dari pengajaran akuntansi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan
emosional dan kecerdasan sosial berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi, sedangkan
kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual tidak berpengaruh terhadap pemahaman
akuntansi.
Napitupulu (2009) menguji pengaruh kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional
terhadap tingkat pemahaman pelajaran akuntansi. Data diperoleh dengan metode survei dengan
menyebarkan kuisioner kepada siswa-siswa kelas tiga Sekolah Menengah Kejuruan Bisnis dan
Manajemen untuk jurusan Akuntansi. Hasil analisis menunjukkan bahwa data sudah terdistribusi
dengan normal, tidak terjadi multikolinearitas, bebas dari heteroskedastisitas, dan tidak terjadi
autokorelasi.Dari hasil analisis diketahui bahwa secara simultan kecerdasan intelektual dan
kecerdasan emosional berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi, sedangkan secara
parsial hanya kecerdasan intelektual yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat pemahaman
akuntansi.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian hubungan kausal (causal effect). Penelitian ini
dirancang untuk menguji pengaruh fakta dan fenomena serta mencari keterangan secara aktual
yaitu penelitian yang bersifat menjelaskan mengenai pengaruh kecerdasan intelektual,
kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan perilaku belajar terhadap pemahaman akuntansi
bagi mahasiswa jurusan akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi
Manado.
Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan akuntansi pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi semester 8 dengan jumlah 274
mahasiswa. Dalam penelitian ini, yang menjadi sampel yang akan diteliti adalah mahasiswa
jurusan akuntansi yang berada di semester 8 ketika penulisan ini sedang dilakukan, yaitu
mahasiswa angkatan 2009. Adapun yang menjadi pertimbangan dari peneliti sebagai dasar
pengambilan sampel adalah para mahasiswa dianggap telah menerima manfaat dari pembelajaran
akuntansi. Penentuan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil berdasarkan Dalil
Batas Memusat (Central Limit Theorem), yang menyatakan bahwa distribusi rata-rata sampel dapat
didekati dengan distribusi probabilitas normal untuk ukuran sampel yang besar (Supranto, 2001).
Jumlah sampel yang besar maksudnya n ≥ 120. Dalam penelitian ini, jumlah sampel yang dapat
digunakan sejumlah 70 sampel, dan jumlah ini mendekati distribusi normal.
57
Instrumen Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan instrumen penelitian kuesioner.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dari tesis ini adalah pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam
Ratulangi Manado yang berlokasi di Manado. Sedangkan untuk waktu penelitian, diperkirakan
untuk penyelesaian penelitian ini akan memerlukan waktu sekitar 1 bulan dengan bantuan dan
arahan dari dosen pembimbing.
Prosedur Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data, peneliti menyebarkan kuisioner kepada mahasiswa jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado.Selain
menggunakan kuisioner penulis juga mengumpulkan data-data yang relevan untuk penelitian
ini.Perolehan informasi lain relevan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara yaitu dengan
membaca dan mempelajari sumber-sumber tertulis yang terkait dengan penelitian ini, baik berupa
buku-buku, laporan hasil penelitian, tulisan ilmiah, jurnal, dokumen yang diperoleh dari tempat
penelitian yang berkaitan dengan topik dan objek penelitian.
Cara Pengolahan dan Analisis Data
Metode Analisis Data
Metode analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda.
Untuk pengolahan data pada penelitian ini menggunakan alat bantu program Statistical Product
and Service Solutions (SPSS) versi 20. Berdasarkan hasil analisis tersebut nanti dapat diketahui
variabel independen yang mana yang berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependennya.
Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan adalah metode analisis kombinasi, yaitu analisis
deskriptif dan analisis regresi berganda.
Y = α+ β1x1+ β2x2+ β3x3+ β4x4+ ε
Adapun pengujian asumsi klasik yang dilakukan untuk menguji kelayakan persamaan yang
digunakan dalam menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini adalahuji kualitas data, uji
normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitasdan uji autokorelasi, seperti dikutip oleh
Sarjono dan Julianita (2011:53).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi
Manado.Berdirinya Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNSRAT tidak terlepas dari sejarah
Universitas Sam Ratulangi, yang bermula dari dua Perguruan Tinggi.Pertama adalah Universitas
Pinaesaan, didirikan di Tondano pada tanggal 1 Oktober 1954. Kedua adalah Universitas
Permesta yang menyusul didirikan di Manado pada tanggal 23 September 1957. Pada tanggal 1
Agustus 1958, sesuai Surat Keputusan Penguasa Perang Daerah Sulawesi Utara Tengah No.
3/PENG/PMK/VII/ 1958 tertanggal 23 Juli 1958, maka keduanya dijadikan satu perguruan tinggi
dengan nama Perguruan Tinggi Manado disingkat PTM dengan 4 fakultas, yaitu Fakultas
Ekonomi, Fakultas Hukum, Fakultas Sastra, dan Fakultas Tatapraja.
58
Pada bulan Oktober Tahun 1958 Perguruan Tinggi Manado (PTM) diganti nama menjadi
Universitas Sulawesi Utara Tengah disingkat UNSUT. Pada tahun 1960 singkatan nama UNSUT
diubah menjadi UNISUT, yang kemudian pada tahun 1961 disahkan sebagai Universitas Negeri
melalui Keputusan Menteri PTIP No. 22 Thn. 1961 tanggal 4 Juli 1961, dengan nama Program
Ekstensi. Pembukaan Program Ekstensi/Non Reguler didasarkan pada SK Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi DEPDIKBUD No.413/Dikti Kep/1996, tanggal 6 Agustus 1996.
Era persaingan yang semakin ketat pada akhir abad 20 dan akan berlanjut di abad 21, dunia
bisnis dan organisasi pemerintahan membutuhkan pemimpin dan manajer yang profesional agar
bertahan dan unggul. Menyadari hal ini, Fakultas Ekonomi Unsrat membuka program pendidikan
Strata Dua jalur profesi. Program pendidikan strata dua dimaksud adalah : 1). Program Magister
Manajemen, dengan gelar MM, berdiri tahun 2000 berdasarkan SK. Dirjen Dikti Nomor
88/DIKTI/KEP/2000 tanggal 14 April 2000. 2). Program Magister Ekonomi Pembangunan, dengan gelar
MEP, berdiri tahun 2003 berdasarkan SK. Dirjen Dikti Nomor : 918/D/T/2003 dari Magister Akuntansi
Keuangan Daaerah yang akan dimulai pada tahun ajaran 2007/2008.
Pada tahun 2008, Fakultas Ekonomi Unsrat tetap menjadi Fakultas yang eksis bagi
masyarakat Sulawesi Utara pada khususnya dan Indonesia dengan kualitas kinerja yang patut
dibanggakan. Keberhasilan ini dapat dibuktikan dengan diraihnya Akreditas Nasional Perguruan
Tinggi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), dimana Program Studi Ilmu
Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi secara bersamaan mendapatkan Nilai Akreditasi A. Seiring
keberhasilan tersebut, terdapat beberapa dosen yang diangkat menjadi tenaga Asesor pada BANPT tersebut.
Keberhasilan yang diraih ini belum menjadi titik balik bagi Fakultas Ekonomi
Unsrat.Peningkatan kualitas pendidikan terus dipacu oleh seluruh civitas akademika melalui
peningkatan kualitas pengajaran dengan menampilkan kurikulum-kurikulum berbasis
kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja serta peningkatan kualitas
pendidikan bagi tenaga pengajar dan administrasi.Pada tahun ini terdapat beberapa dosen jenjang
pendidikan S2 yang melanjutkan studi ke jenjang S3 baik diluar negeri dan didalam negeri.Juga
terdapat beberapa dosen jenjang S1 yang melanjutkan studi ke jenjang S2 di dalam maupun
diluar negeri.
Hasil Penelitian
Deskripsi Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara menyebarkan kuisioner langsung
kepada objek penelitian. Peneliti mengantarkan langsung kuisioner kepada responden untuk
mengantisipasi terjadinya respond rate yang rendah pada saat pengembalian kuisioner. Sebanyak
100 kuisioner yang disebarkan, terkumpul sebanyak 90 kuisioner, hal ini disebabkan karena pada
saat dikumpul, beberapa kuisioner tidak dikembalikan oleh responden.Jumlah sebanyak 90
kuisioner yang terkumpul, 20 kuisioner tidak dapat digunakan karena tidak diisi dengan lengkap,
sehingga kuisioner yang dapat diolah sebanyak 70 kuisioner.
59
Tabel 1. Rata-rata Tingkat Pemahaman Akuntansi Mahasiswa
Item Variabel Y
Pengantar Akuntansi
Akuntansi Keuangan Menengah 1
Akuntansi Keuangan Menengah 2
Akuntansi Keuangan Lanjutan 1
Akuntansi Keuangan Lanjutan 2
Pemeriksaan Akuntansi 1
Pemeriksaan Akuntansi 2
Teori Akuntansi
Total
4835,1
4895,5
4827,0
5153,3
5085,3
5051,0
5083,0
5418,0
Rata-rata
69,07285714
69,93571429
68,95714286
73,61857143
72,64714286
72,15714286
72,61428571
77,4
Interpretasi
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Sangat Baik
Dari tabel di atas, secara rata-rata kemampuan mahasiswa terhadap pemahaman akuntansi
sudah baik.
Uji Validitas dan Reliabilitas Data
Tabel 2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kecerdasan Intelektual
Corrected Item-Total Correlation P1
Corrected Item-Total Correlation P2
Corrected Item-Total Correlation P3
Corrected Item-Total Correlation P4
Corrected Item-Total Correlation P5
Corrected Item-Total Correlation P6
Corrected Item-Total Correlation P7
Corrected Item-Total Correlation P8
Corrected Item-Total Correlation P9
Corrected Item-Total Correlation P10
Corrected Item-Total Correlation P11
Corrected Item-Total Correlation P12
Corrected Item-Total Correlation P13
Corrected Item-Total Correlation P14
Corrected Item-Total Correlation P15
Corrected Item-Total Correlation P16
Cronbach’s Alpha
(X1)
0,411
0,554
0,455
0,622
0,699
0,573
0,531
0,606
0,514
(X2)
0,645
0,537
0,623
0,523
0,559
0,398
0,406
0,545
0,610
0,597
0,593
0,538
0,555
(X3)
0.566
0.642
0.584
0.715
0.673
0.646
0.480
0.484
0.449
0,750
0,748
0.756
(X4)
0,500
0,623
0,572
0,372
0,508
0,669
0,679
0,637
0,583
0,311
0,527
0,651
0,692
0,575
0,533
0,400
0,749
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil uji validitas menunjukkan angka di atas 0,30
dan uji reliabilitas menunjukkan angka diatas 0,60 sehingga kuisioner tersebut valid dan reliabel.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Gambar 1. Uji Normalitas
60
Uji Heteroskedastisitas
Gambar 2. Uji Heteroskedastisitas
Uji Multikoleniaritas
Tabel 3. Uji Multikolinearitas
Model
1
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
(Constant)
Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan Emosional
Kecerdasan Spiritual
Perilaku Belajar
0,457
0,574
0,427
0,675
2,187
1,743
2,340
1,481
Output coefficients model dikatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas karena VIF < 10
dan tolerance > 0,1.
Analisis Regresi Linear Berganda
Tabel 4. Koefisien Regresi
Unstandardized Coefficients
B
Std. Error
62,910
5,236
5,372
1,801
-1,602
1,197
-0,850
1,718
-0,358
1,387
Model
1
(Constant)
Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan Emosional
Kecerdasan Spiritual
Perilaku Belajar
Sumber: Hasil Olah Data SPSS, 2014
Hasil tersebut bila dimasukkan ke dalam persamaan regresi menjadi :
Y = 62,910+ 5,372x1-1,602 x2-0,850 x3 -0,358 x4 + e
Hasil regresi ini menunjukkan pengaruh beberapa variabel bebas terhadap variabel terikat
yaitu pemahaman akuntansi. Nilai konstan sebesar 62,910 menunjukkan bahwa jika variabel
kecerdasan intelektual (x1), kecerdasan emosional (x2), kecerdasan spiritual(x3), dan perilaku
belajar (x4) dianggap konstan atau sama dengan nol (0) maka pemahaman akuntansi mahasiswa
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado(Y) adalah sebesar 62,910
satuan score.
61
Koefisien regresi x1 sebesar 5,372 mengartikan bahwa jika faktor kecerdasan intelektual
(x1) meningkat sebesar 1 satuan score dari kondisi sebelumnya maka pemahaman akuntansi
mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado(Y) akan meningkat
sebesar 5,372 satuan score dari kondisi sebelumnya dengan asumsi variabel lain (X2,X3,X4) yang
diteliti tetap.
Koefisien regresi x2 sebesar -1,602 mengartikan bahwa jika faktor kecerdasan emosional
(x2) meningkat sebesar 1 satuan score dari kondisi sebelumnya maka pemahaman akuntansi
mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado(Y) akan berkurang
sebesar -1,602 satuan score dari kondisi sebelumnya dengan asumsi variabel lain (X1,X3,X4)
yang diteliti tetap. Maksudnya adalah pemahaman akuntansi disini dilakukan dengan dengan
penyelesaian kasus-kasus akuntansi. Penyelesaian dari kasus inilah yang dijadikan acuan
kemampuan intelegensi mahasiswa. Kalau penyelesaian suatu kasus hanya mengandalkan emosi,
atau hal-hal yang merupakan indikator kecerdasan emosional, maka tidak dapat terselesaikan,
yang artinya bahwa mahasiswa mau tidak mau harus menyelesaikan kasus-kasus akuntansi
tersebut dengan benar. Apabila mahasiswa tidak menyelesaikan kasus itu dengan benar maka
mahasiswa itu tidak bisa lulus. Dalam pendidikan formal, kecerdasan emosional tidak bisa
berdiri sendiri untuk mempengaruhi pemahaman mahasiswa, namun jika diterapkan untuk
pendidikan informal besar kemungkinan mampu mengandalkan kecerdasan emosional secara
terpisah. Contohnya adalah bermain musik, melukis, dan lain-lain, dimana pendidikan informal
ini selalu mengutamakan perasaan, integritas, motivasi, dan lain-lain sesuai dengan indikator
kecerdasan emosional tersebut.
Koefisien regresi x3 sebesar -0,850 mengartikan bahwa jika faktor kecerdasan spiritual (x3)
meningkat sebesar 1 satuan score dari kondisi sebelumnya maka pemahaman akuntansi
mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi (Y) akan berkurang sebesar
-0,850 satuan score dari kondisi sebelumnya dengan asumsi variabel lain (X1,X2,X4) yang diteliti
tetap. Kecerdasan spiritual yang diindikasikan dengan kemampuan menempatkan diri dalam
lingkungan, kemampuan untuk segera mengerjakan pekerjaan atau tidak menunda pekerjaan
yang menyebabkan kerugian, kemampuan untuk memotivasi diri dan lain-lain sebagainya kurang
dimiliki oleh mahasiswa sehingga berpengaruh pada kemampuan mereka untuk menyesuaikan
diri dalam proses pembelajaran efektif yang diharapkan bisa memahami akuntansi dengan baik.
Kecerdasan spiritual akan lebih cocok diaplikasikan pada perilaku pengembangan karir dimana
kecerdasan spiritual ini mempengaruhi tujuan seseorang dalam mencapai karirnya didunia kerja.
Seseorang yang membawa makna spiritualitas dalam kerjanya akan merasakan hidup dan
pekerjaannya lebih berarti. Hal ini mendorong dan memotivasi dirinya untuk lebih meningkatkan
kinerja yang dimilikinya sehingga dalam karir ia dapat berkembang lebih maju.
Koefisien regresi x4 sebesar -0,358 mengartikan bahwa jika faktor perilaku belajar (x4)
meningkat sebesar 1 satuan score dari kondisi sebelumnya maka pemahaman akuntansi
mahasiswa Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado (Y) akan berkurang
sebesar -0,358 satuan score dari kondisi sebelumnya dengan asumsi variabel lai (X1,X2,X3) yang
diteliti tetap. Mahasiswa walaupun memiliki perilaku belajar yang diindikasikan dengan
beberapa indikator seperti memusatkan perhatian kepada dosen yang memberikan materi,selalu
membuat catatan atau pertanyaan, atau yang selalu pergi ke perpustakaan, dan lain sebagainya
belum tentu bisa menyerap atau memahami tugas yang diberikan oleh dosen. Masing-masing
mahasiswa memiliki kemampuan yang berbeda dalam menerima dan mengolah informasi atau
dalam hal ini ilmu yang di transfer oleh pengajar kepada mahasiswa, sehingga akan berpengaruh
pada hasil akhir yang diharapkan yaitu pemahaman akuntansi yang lebih baik, yang diukur
62
dengan nilai. Tanpa sumbangsih yang besar dari intelegensi, maka perilaku belajar tidak akan
efektif dalam membantu memahami akuntansi.
Pengujian Hipotesis (Uji F)
Tabel 5. Analysis of Variance (ANOVA)
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of Squares
206,753
1214,665
1421,418
df
4
65
69
Mean Square
51,688
18,687
F
2,766
Sig.
0,035b
Diketahui nilai Fhitung =2,766. Angka ini lebih besar dari Ftabel = 2,61 pada tingkat α = 0,05.
Dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti, kecerdasan spiritual (X1),
kecerdasan emosional (X2), kecerdasan spiritual (X3), dan perilaku belajar (X4) berpengaruh
signifikan terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa (Y).
Tabel 6. Uji t
Model
(Constant)
Kecerdasan
Intelektual
Kecerdasan
Emosional
Kecerdasan
Spiritual
Perilaku Belajar
Unstandardized
Coefficients
B
Std.
Error
62,910
5,236
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
12,015
0,000
95% Confidence
Interval for B
Lower
Upper
Bound
Bound
52,453
73,367
5,372
1,801
0,506
2,983
0,004
1,775
8,968
-1,602
1,197
-0,203
-1,338
0,186
-3,994
0,789
-0,850
1,718
-0,087
-0,495
0,623
-4,281
2,581
-0,358
1,387
-0,036
-0,258
0,797
-3,128
2,412
Diketahui bahwa nilai thitung untuk variabel kecerdasan intelektual (x1) adalah 2,983
dengan tingkat kepercayaan 5% pada derajat kebebasan (N-2) = 70 - 2 = 68, dapat diketahui nilai
ttabel sebesar 2,000. Nilai thitung > ttabel, dengan nilai signifikan 0,004< 0,05. Berdasarkan hasil
output regresi diatas, diperoleh nilai thitung> ttabel, dengan demikianH0ditolak dan Haditerima atau
dengan kata lain variabel kecerdasan intelektual (x1) berpengaruh signifikan dan searah/positif
terhadap pemahaman akuntansi (Y). Variabel kecerdasan emosional (x2), nilai thitung = -1,338,
dengan tingkat kepercayaan 5% pada derajat kebebasan (N - 2) = 70 - 2 = 68, dapat diketahui
nilai ttabel sebesar 2,000. Nilai thitung< ttabel dengan nilai signifikan 0,186> 0,05. Hal ini berarti
H0diterima dan Ha ditolak atau dengan kata lainvariabel kecerdasan emosional tidak berpengaruh
signifikan dan tidak searah/negatif terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa. Variabel
kecerdasan spiritual (x3), nilai thitung = -0,495, dengan tingkat kepercayaan 5% pada derajat
kebebasan (N - 2) = 70 - 2 = 68, dapat diketahui nilai ttabel sebesar 2,000. Nilai thitung <ttabel
dengan nilai signifikan 0,623> 0,05. Hal ini berarti H0 diterima dan Ha ditolak atau dengan kata
lainvariabel kecerdasan spiritual tidak berpengaruh signifikan dan tidak searah/negatif terhadap
pemahaman akuntansi mahasiswa. Variabel perilaku belajar (x3), nilai thitung = -0,258, dengan
tingkat kepercayaan 5% pada derajat kebebasan (N - 2) = 70 – 2 =68, dapat diketahui nilai ttabel
sebesar 2,000. Nilai thitung< ttabel dengan nilai signifikan 0,797> 0,05. Hal ini berarti H0 diterima
dan Ha ditolak atau dengan kata lainvariabel perilaku belajar tidak berpengaruh signifikan dan
tidak searah/negatif terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa.
63
Tabel 7. Koefisien Korelasi
Pearson
Correlation
Pemahaman akuntansi
Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan Emosional
Kecerdasan Spiritual
Perilaku Belajar
Sig.(1-tailed) Pemahaman akuntansi
Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan Emosional
Kecerdasan Spiritual
Perilaku Belajar
N
Pemahaman akuntansi
Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan Emosional
Kecerdasan Spiritual
Perilaku Belajar
Pemahaman Kecerdasan Kecerdasan Kecerdasan Perilaku
akuntansi
Intelektual Emosional
Spiritual
Belajar
1,000
0,317
0,005
0,141
0,045
0,317
1,000
0,546
0,715
0,450
0,005
0,546
1,000
0,576
0,515
0,141
0,715
0,576
1,000
0,485
0,045
0,450
0,515
0,485
1,000
.
0,004
0,484
0,123
0,355
0,004
.
0,000
0,000
0,000
0,484
0,000
.
0,000
0,000
0,123
0,000
0,000
.
0,000
0,355
0,000
0,000
0,000
.
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
Berdasarkan hasil olah data maka diketahui bahwa variabel kecerdasan intelektual (X1)
mempunyai korelasi yang cukup dan positif terhadap variabel pemahaman akuntansi mahasiswa
(Y).Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,317.Variabel kecerdasan
emosional (X2) mempunyai nilai koefisien korelasi sebesar 0,005.Hal ini berarti variabel
kecerdasan emosional memiliki korelasi yang sangat lemah tapi masih positif terhadap variabel
pemahaman akuntansi (Y), sedangkan untuk variabel kecerdasan spiritual (X3) memiliki korelasi
sangat lemah tapi masih positif terhadap variabel pemahaman akuntansi (Y).Hal ini ditunjukkan
dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,141.Variabel perilaku belajar (X4) juga memiliki
korelasi yang sangat lemah dan positif terhadap variabel pemahaman akuntansi (Y).Hal ini
ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,045.
Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 8. Koefisien Determinasi
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1
0,381a
0,145
0,093
4,32286
Berdasarkan hasil olah data SPSS untuk model Summary, maka dapat diketahui bahwa
nilai dari koefisien determinasi atau R Square adalah sebesar 0,145 atau 14,5%. Angka tersebut
berarti pemahaman akuntansi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam
Ratulangi dapat dijelaskan oleh variabel kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional,
kecerdasan spiritual, dan perilaku belajar. Sedangkan sisanya (100% - 14,5% = 85,5%)
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
Pembahasan
Kecerdasan intelektual berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa
Secara teori yang disampaikan oleh Gardner (Uno, 2010), yang menjelaskan kecerdasan
atau intelegensi sebagai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan
manusia.Dengan demikian secara teori benar adanya bahwa kecerdasan intelektual ini
berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi.
64
Kecerdasan emosional berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa
Kesadaran yang besar dari mahasiswa itu sendiri untuk lebih memprioritaskan tujuan
utama yaitu belajar agar bisa mendapat nilai yang bagus, dan juga peran serta dosen sangat
diperlukan misalnya tidak memperbolehkan mahasiswa untuk menggunakan handphone selama
perkuliahan berlangsung, atau mungkin bisa lebih kreatif dalam membawakan materi kuliah agar
mahasiswa bisa menerima ilmu tersebut dengan baik.
Kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa
Kecerdasan spiritual muncul karena adanya perdebatan antara kecerdasan intelektual dan
kecerdasan emosional, dimana kecerdasan spiritual ini berperan sebagai landasan untuk
memfungsikan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional secara efektif (Agustian,2001)
dalam Trihandini (2005).Hal ini berarti bahwa kecerdasan spiritual tidak bisa berdiri sendiri
untuk mempengaruhi pemahaman akuntansi, melainkan harus difungsikan bersama dengan
kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional.
Perilaku belajar berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi
Walaupun dari hasil penelitian dikatakan bahwa perilaku belajar secara signifikan tidak
berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi, pengaruhnya tetap ada walaupun tidak begitu
terasa tanpa didukung oleh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual,
motivasi, dan faktor lain yang tidak disebutkan dalam model penelitian ini.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan beberapa
kesimpulan sebagai berikut.
1.
Kecerdasan intelektual berpengaruh signifikan dan searah/positif terhadap pemahaman
akuntansi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado.
Untuk bisa memahami akuntansi diperlukan peran kecerdasan intelektual, yaitu kecerdasan
yang berhubungan dengan penalaran terhadap kasus-kasus akuntansi sehingga bisa
memperoleh nilai yang baik, yang dijadikan sebagai tolak ukur dari pemahaman akuntansi.
2.
Kecerdasan emosional tidak berpengaruh secara signifikan dan tidak searah/negative
terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam
Ratulangi Manado. Hal ini bisa dimaklumi karena mahasiswa masih belum bisa
memanfaatkan emosi mereka dalam mengoptimalkan potensi intektual yang sebenarnya
mereka miliki. Banyak dari mahasiswa yang tidak memprioritaskan tujuan utama mereka
yaitu belajar, mereka lebih senang untuk bermain game atau mengobrol ketika perkuliahan
berlangsung. Adanya dosen favorit juga turut berperan dalam mempengaruhi kemauan
mereka dalam memperhatikan materi dengan cermat dalam kelas.
3.
Kecerdasan spiritual
tidak berpengaruh secara signifikan/tidak searah terhadap
pemahaman akuntansi. Hal ini bisa dimaklumi karena ketika mahasiswa dihadapkan pada
penderitaan atau masalah, mahasiswa dengan kecerdasan spiritual yang tinggi akan bisa
memanfaatkan atau melihat penderitaan dengan positif, menjadikan hal tersebut sebagai
penyemangat untuk terus terpacu dalam belajar, bukannya dijadikan sebagai kendala yang
menjatuhkan semangat, sehingga mahasiswa tersebut bisa tetap focus dan memotivasi diri
untuk belajar memahami akuntansi.
4.
Perilaku belajar tidak berpengaruh secara signifikan/negative terhadap pemahaman
akuntansi mahasiswa. Hal ini bisa dimaklumi karena mahasiswa tidak belajar secara
teratur, baik dan disiplin. Hal lain yang bisa dipahami adalah karena setiap mahasiswa
65
memiliki kendala tersendiri dalam menyerap materi yang diberikan sehingga berpengaruh
pada hasil ujian dalam bentuk nilai yang dijadikan sebagai ukuran pemahaman akuntansi.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut
ini.
1.
2.
3.
4.
Penyelenggara program studi Akuntansi diharapkan untuk selalu melakukan penyesuaian
dan pengembangan kurikulum yang sejalan dengan perkembangan ekonomi dan bisnis
sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan menghasilkan lulusan yang
berkualitas serta berkompeten.
Mahasiswa akuntansi diharapkan meningkatkan perilakubelajar yang baik dan tetap memotivasi
diri untuk mau belajar dengan giat agar dapat meningkatkan pemahaman akuntansi agar ketika
lulus dari perkuliahan bisa diandalkan dan siap pakai dilapangan pekerjaan dengan keahlian
dibidang akuntansi.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas populasi dan jumlah sampel, sehingga
diharapkan dapat diperoleh hasil penelitian yang lebih baik. Penelitian yang akan datang juga
dapat melibatkan sampel mahasiswa angkatan yang lainnya.
Penambahan variabel lainnya untuk penelitian selanjutnya yang mungkin dapat
mempengaruhi pemahaman akuntansi seperti motivasi, stress kuliah, atau bisa juga
beberapa dari faktor internal yang mempengaruhi proses belajar itu sendiri seperti bakat
dan minat, dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Ary Ginanjar. 2005. ESQ Power. Jakarta: Penerbit Arga.
Alma, Buchari. H. 2004. Metode &Teknik Menyusun Tesis. Penerbit Alfabeta. Bandung
Durgut, et al. 2013. The Impact of Intelligence Quotient on the Achievement of Accounting
Subject. International Journal dan Bussines and Social Science, Vol 4.No.13, Turkey.
Dwijayanti, Arie. 2009. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan
Spiritual, dan Kecerdasan Sosial terhadap Pemahaman Akuntansi, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran”, Jakarta.
Harahap, Sofyan Syafri, 2007. Teori Akuntansi. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
http://finance.detik.com/read/2012/07/05/122510/1958279/4/kasihan-ada-493000-sarjanamenganggur-di-indonesia
http://pena.gunadarma.ac.id/global-competitiveness-report-2012-2013-daya-saing-indonesiamenurun/
Napitupulu, Ilham. 2009. Pengaruh Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional
Terhadap Tingkat Pemahaman Pelajaran Akuntansi Dengan Minat Sebagai Variabel
Moderating pada SMK Bisnis dan Manajemen Kota Sibolga Kelas XII Jurusan
Akuntansi, Sekolah Pascasarjana, USU, Medan.
Poerwati, Tjahjaning. 2010. Pengaruh Perilaku Belajar dan Motivasi terhadap Prestasi
Akademik Mahasiswa Akuntansi di Universitas STIKUBANK, Semarang.
Praja, Juhaya S, dan Effendi, Usman. 2012. Pengantar Psikologi. Penerbit Angkasa: Bandung.
Priyatno, Dwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS.Mediakom: Yogyakarta.
66
Rachmi, Filia. 2010. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, dan Perilaku
Belajar terhadap Pemahaman Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro,
Semarang.
Risyo, Melandy RM, dan Nurna, Aziza, 2006. Simposium Nasional Akuntansi-IX Padang
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat
Pemahaman Akuntansi
Kepercayaan Diri Sebagai Variabel Pemoderasi.
Sari, Yora K, 2007.Pengaruh Pengendalian Diri dan Perilaku Belajar terhadap Tingkat
Pemahaman Akuntansi, Padang.
Sarjono Haryadi, dan Julianita Winda. 2011. SPSS vs LISREL.Penerbit Salemba Empat: Jakarta.
Suartana, I Wayan.(2010). Akuntansi Keperilakuan.Penerbit ANDI, Yogyakarta.
Subini, et al. 2012.Psikologi Pembelajaran. Mentari Pustaka, Jakarta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitia nPendidikan. Penerbit Alfabeta: Bandung.
Supranto, J. 2001. Statistik (Teoridan Aplikasi). Erlangga.
Syukriy, A.dan Hanifah, 2000.Pengaruh Perilaku Belajar Terhadap Prestasi Akademik
Mahasiswa Akuntansi. Media Riset Akuntansi, Auditing ,dan Informasi, Vol 1, Nomor 3,
Desember 2001.
Trihandini, Fabiola.,2005. Analisis Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosi, dan
Kecerdasan Spiritual terhadap Kinerja Karyawan, Program Pascasarjana, Universitas
Diponegoro, Semarang.
Uno, Hamzah B, 2010. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta.
Widagdo, Nunie Retna, 2010. Psiko diagnostik II. Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu
Buana, Jakarta.
67
PENGARUH PENGAWASAN INTERNAL, PEMAHAMAN SISTEM AKUNTANSI
KEUANGAN, DAN KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP
KUALITAS INFORMASI LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA
SKPD PEMERINTAH KOTA MANADO
Irene Fransisca Ponamon
(Email : [email protected])
ABSTRACT
The research was conducted on the basis of the results of Local Government Finance
Report that the financial statements of Manado City Government has not met the criteria as
requirements quality financial statements. This is evidenced by the opinion received by the
Manado City Government during 2008 to 2012 as, Qualified Opinion, Adverse Opinion,
Disclaimer Opinion, Adverse Opinion , and Qualified Opinion. Adverse and Disclaimer
Opinions received by the city of Manado may raise questions for society about possible
irregularities have occurred many budgets.
This study aims to determine the influence of internal controls, an understanding of financial
accounting systems, and human resources capacity to quality of government financial
reporting information at SKPD in Manado city government. The results of the study were
statistically conclude that internal control, understanding financial accounting, and human
resource capacity jointly affect the quality of government financial reporting information at
SKPD in Manado city, however partially, the human resource capacity has no effect to
quality of government financial reporting information at SKPD in Manado City. Suggestions
from this study is Manado City Government is expected to improve qualifications in the field
of education, namely the employees who receive educational background in accounting.
Keywords:
Quality of Government Financial Reporting Information, Internal Audit,
Understanding of Financial Accounting System, Human Resources Capacity.
1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Masih banyaknya fenomena laporan keuangan pemerintah yang belum menyajikan
data-data yang sesuai dengan peraturan dan masih banyak penyimpangan-penyimpangan
yang berhasil ditemukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam pelaksanaan audit
laporan keuangan pemerintah membuat tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan
pemerintahan yang baik (good governance government) meningkat. Hal itu juga yang telah
mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk menerapkan akuntabilitas publik.
Harus disadari bahwa ada banyak pihak yang akan mengandalkan informasi dalam laporan
keuangan yang dipublikasikan oleh pemerintah daerah sebagai dasar untuk pengambilan
keputusan.
Laporan keuangan yang dihasilkan oleh pemerintah daerah akan digunakan oleh
beberapa pihak yang berkepentingan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Oleh
karena itu, informasi yang terdapat di dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
harus bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan para pemakai. Oleh karena itu, pemerintah
daerah wajib memperhatikan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan untuk
keperluan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan.
Pihak-pihak pengguna laporan keuangan pemerintah antara lain, masyarakat, para
wakil rakyat, lembaga pengawas, lembaga pemeriksa, pihak yang memberi atau berperan
dalam proses donasi, pers, investor, kreditor serta pihak-pihak lain yang berkepentingan
(Mahmudi, 2010 : 2)
1.1.
68
Dalam kenyataannya, fenomena yang terjadi saat ini masih banyak laporan keuangan
yang disusun tidak berkualitas. Hal ini dibuktikan dengan masih banyak Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD) yang tidak memperoleh opini BPK wajar tanpa pengecualian
(WTP). Opini yang diperoleh oleh Pemerintah Kota Manado dari tahun 2008 – 2012 yaitu
wajar dengan pengecualian (WDP), tidak wajar (TW), tidak memberikan pendapat (TMP),
tidak wajar (TW), dan wajar dengan pengecualian (WDP). Opini tidak wajar dan tidak
memberikan pendapat yang diterima oleh kota Manado tersebut dapat menimbulkan
pertanyaan dari kalangan masyarakat mengenai kemungkinan telah terjadi banyak
penyimpangan anggaran.
Secara umum, beberapa faktor yang menyebabkan laporan keuangan tersebut belum
memperoleh opini WTP adalah karena lemahnya pengawasan internal, penyajian yang belum
sepenuhnya sesuai Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan, dan kurang memadainya kapasitas SDM pengelola keuangan.
Dari latar belakang diatas maka judul penelitian yang diteliti adalah “Pengaruh
pengawasan internal, pemahaman sistem akuntansi keuangan, dan kapasitas sumber
daya manusia terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah pada
SKPD Pemerintah Kota Manado”.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian, maka masalah yang akan
diidentifikasi adalah sebagai berikut.
1. Apakah pengawasan internal berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan
keuangan pemerintah daerah pada Pemerintah Kota Manado?
2. Apakah pemahaman sistem akuntansi keuangan berpengaruh terhadap kualitas
informasi laporan keuangan pemerintah daerah pada Pemerintah Kota Manado?
3. Apakah kapasitas sumber daya manusia berpengaruh terhadap kualitas informasi
laporan keuangan pemerintah daerah pada Pemerintah Kota Manado?
1.3
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan pertanyaan penelitian, maka tujuan yang ingin
dicapai penulis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui, menganalisis dan memperoleh
bukti empiris sebagai berikut.
1. Bahwa pengawasan internal berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan
keuangan pemerintah daerah pada Pemerintah Kota Manado.
2. Bahwa pemahaman sistem akuntansi berpengaruh terhadap kualitas informasi
laporan keuangan pemerintah daerah pada Pemerintah Kota Manado.
3. Bahwa kapasitas sumber daya manusia berpengaruh terhadap kualitas informasi
laporan keuangan pemerintah daerah pada Pemerintah Kota Manado.
1.4
Manfaat Penelitian
Selain itu, melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut.
1. Kontribusi empiris, untuk menguji pengaruh pengawasan internal, pemahaman
sistem akuntansi keuangan, dan kapasitas sumber daya manusia terhadap kualitas
informasi laporan keuangan pemerintah kota Manado.
2. Memberikan masukan bagi pemerintah kota Manado yang berkaitan dengan
implementasi pengawasan internal, pemahaman sistem akuntansi keuangan dan
kapasitas sumber daya manusia.
3. Penelitian ini diharapkan memperkaya hasil penelitian dan sebagai bahan referensi
peneliti lain yang akan meneliti hal yang sama.
69
2.
2.1
TINJAUAN PUSTAKA
Pengawasan Internal
Pengawasan adalah suatu upaya yang sistematik untuk menetapkan kinerja standar
pada perencanaan untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan
kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan, untuk menetapkan apakah telah terjadi
suatu penyimpangan tersebut, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan
untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan atau pemerintahan telah digunakan
seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan perusahaan atau pemerintahan (Jurnal
Kementerian Dalam Negeri, 2010).
2.2
Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah adalah sistem terpadu yang menggabungkan
prosedur manual dengan proses elektronis dalam pengambilan data, pembukuan dan
pelaporan semua transaksi keuangan, aset, utang dan ekuitas seluruh entitas Pemerintah
Daerah. Dalam implementasi pengelola keuangan daerah diharapkan para pengelola perlu
memiliki pemahaman memadai tentang sistem akuntansi keuangan daerah agar dapat
menyajikan laporan keuangan yang handal. Sistem informasi akuntansi dalam sistem
perencanaan dan pengendalian sektor publik mempunyai arti dan peran penting terkait pada
fungsinya dalam pengukuran dan pengendalian.
2.3
Kapasitas Sumber Daya Manusia
Kapasitas sumber daya manusia adalah kemampuan seseorang atau individu, suatu
organisasi/kelembagaan, atau suatu sistem untuk melaksanakan fungsi-fungsi atau
kewenangannya untuk mencapai tujuannya secara efektif dan efisien. Kemampuan sumber
daya manusia menurut Robbins (2006 : 52) diartikan sebagai kapasitas individu untuk
mengerjakan berbagai tugas dalam pekerjaan tertentu. Kemampuan keseluruhan seseorang
pada hakikatnya terdiri dari dua faktor, yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.
Dalam pekerjaan terkait kegiatan administrasi pada suatu organisasi, kemampuan intelektual
tentu lebih dominan. Kemampuan intelektual seseorang dalam menyelesaikan pekerjaan
tertentu bersumber dari latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya.
2.4
Laporan Keuangan
Mahmudi (2010 : 2) mengemukakan bahwa terkait dengan tugasnya untuk
menegakkan akuntabilitas keuangan, khususnya di daerah, pemerintah daerah
bertanggungjawab untuk mempublikasikan laporan keuangan kepada pemangku
kepentingannya. Terdapat dua alasan mengapa pemerintah daerah perlu mempublikasikan
laporan keuangan tersebut, yaitu sebagai berikut.
1. Dari sisi internal, laporan keuangan merupakan alat pengendali dan evaluasi
kinerja bagi pemerintah daerah secara keseluruhan maupun unit-unit kerja
didalamnya (SKPD).
2. Dari sisi eksternal, laporan keuangan pemerintah daerah merupakan bentuk
pertanggungjawaban eksternal, yaitu pertanggungjawaban kepala daerah kepada
masyarakat, investor, kreditor, lembaga donor, pers, serta pihak-pihak lain yang
berkepentingan.
2.5
Kualitas Informasi Laporan Keuangan
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 menjelaskan karakteristik kualitatif laporan
keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi
sehingga dapat memenuhi tujuannya. Karakteristik kualitatif merupakan prasyarat normatif
70
yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang
dikehendaki. Karakteristik kualitatif tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Relevan
2. Andal
3. Dapat dibandingkan
4. Dapat dipahami
2.6
Penelitian Terdahulu
Susilo Prapto (2008), melakukan penelitian yang berjudul pengaruh pemanfaatan
teknologi informasi, dan pengendalian intern akuntansi terhadap pelaporan keuangan
pemerintah daerah. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner, sedangkan teknik
analisis data yang digunakan adalah teknik uji instrumen meliputi uji validitas dan uji
reliabilitas; uji asumsi klasik meliputi uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, uji
autokorelasi dan uji normalitas; pengujian hipotesis dengan regresi.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern akuntansi
berpengaruh signifikan terhadap pelaporan keuangan pemerintah daerah. Winidyaningrum
dan Rahmawati (2010) meneliti pengaruh sumber daya manusia dan informasi teknologi
pemanfaatan kehandalan dan ketepatan waktu pelaporan keuangan pemerintah daerah dengan
variabel intervening pengendalian internal akuntansi. Hasil penelitiannya menyatakan
Sumber daya manusia berpengaruh positif signifikan terhadap keterandalan pelaporan
keuangan pemerintah daerah, tetapi tidak signifikan terhadap ketepatwaktuan.Pemanfaatan TI
berpengaruh positif signifikan terhadap keterandalan pelaporan dan ketepatwaktuan. Zuliarti
(2012), meneliti pengaruh kapasitas sumber daya manusia,pemanfaatan teknologi informasi,
dan pengendalian intern akuntansi terhadap nilai informasi pelaporan keuangan pemerintah
daerah: studi pada pemerintah kabupaten kudus. Hasil penelitian menyatakan pertama,
pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern akuntansi mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap keterandaalan pelaporan keuangan pemerintah sedangkan
kapasitas SDM tidak berpengaruh. Kedua, baik kapasitas SDM dan pemanfaatan teknologi
informasi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap keterandaalan pelaporan
keuangan pemerintah daerah.
3.
3.1
KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka Konseptual Penelitian
Pengawasan Internal
(X1)
diarahkan agar tidak terjadi
penyelewengan atas tujuan
yang telah ditetapkan dalam
hal pembuatan laporan
Pemahaman Sistem
Akuntansi Keuangan
(X2)
akuntansi harus dipahami
secara memadai oleh
pengelola dan penyaji
informasi keuangan
Kapasitas
Sumberdaya Manusia
(X3)
tenaga kerja yang
berkompeten akan mampu
memahami logika akuntansi
dengan baik
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian
71
Kualitas Informasi
Laporan Keuangan
Pemda (Y)
3.2
Hipotesis
H1:
Pengawasan internal berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan
keuangan pemerintah daerah.
H2:
Pemahaman sistem akuntansi berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan
keuangan pemerintah daerah.
H3:
Kapasitas sumber daya manusia berpengaruh terhadap kualitas informasi
laporan keuangan pemerintah daerah.
4.
4.1
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis penelitian ini adalah penelitian kausal, Umar (2008 : 10) menyebutkan disain
kausal berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain,
dan juga berguna pada penelitian yang bersifat eksperimen dimana variabel independennya
diperlakukan secara terkendali oleh peneliti untuk melihat dampaknya pada variabel
dependennya secara langsung. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
yaitu dengan menggunakan kuesioner sebagai alat analisis.
4.2
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah SKPD yang berada di Pemerintah Kota Manado
antara lain Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas, Badan, Kantor, dan Kecamatan
dengan jumlah populasi sebanyak 46 SKPD. Penyampelan atas responden pada penelitian ini
dilakukan dengan teknik purposive sampling. Purposive sampling digunakan karena
informasi yang akan diambil berasal dari sumber yang sengaja dipilih berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan. (Sekaran, 2003). Kriteria yang ditetapkan peneliti antara lain sebagai
berikut.
1. Pegawai Negeri Sipil di SKPD Pemerintah Kota Manado
2. Pegawai yang melaksanakan fungsi akuntansi/tata usaha keuangan pada SKPD di
Pemerintah Kota Manado.
3. Pegawai yang bekerja sebagai Kepala Bagian dan staf bagian
Akuntansi/Keuangan SKPD pada Pemerintah Kota Manado.
Dari populasi sebanyak 46 tersebut akan diambil sejumlah sampel dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
n=
N
1+Ne2
dimana:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = ukuran kelonggaran karena ketidakpastian yang masih ditolerir 5%-10%
Menurut Slovin dikutip oleh Husein Umar (2008 : 108), besarnya sampel yang
diambil adalah sebagai berikut.
46
n=
1 + 46 (0.1)2
n = 31,50
n = 32 SKPD
72
4.3
Cara Pengolahan dan Analisis Data
Cara pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
2. Uji Asumsi Klasik
3. Analisis Regresi Linier Berganda: Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
4. Uji F dan Uji t
5. Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
5.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
5.1
Uji Validitas dan Reliabilitas
Tabel 5.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
.803
N of Items
8
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance
Item Deleted if Item Deleted
P1Y
P2Y
P3Y
P4Y
P5Y
P6Y
P7Y
Kualitas Informasi
Laporan Keuangan
(Sumber: data hasil olahan SPSS)
44.72
44.90
44.82
44.85
44.99
44.96
44.93
33.218
32.652
32.939
32.469
32.690
33.055
33.305
24.17
9.521
Corrected
Cronbach's
Item-Total
Alpha if Item
Correlation
Deleted
.817
.777
.910
.770
.847
.774
.935
.768
.755
.774
.855
.775
.796
.778
1.000
.944
Hasil uji validitas dan reliabilitas untuk pertanyaan 1-7 untuk variabel X1 X2 X3 dan
Y, mempunyai nilai korelasi di atas 0,30 dan cronbach alpha 0,803. Semua dinyatakan
reliabel dan valid.
5.2
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Sumber: Hasil Olah Data (2013)
Gambar 5.1 Uji Normalitas
73
Berdasarkan Gambar 5.1 terlihat bahwa grafik Normal P-P Plot of regression
standardized residual menggambarkan penyebaran data tersebar di sekitar garis diagonal dan
penyebarannya mengikuti arah garis diagonal grafik tersebut, maka model regresi yang
digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Hasil Olah Data (2013)
Gambar 5.2 Uji Heteroskedastisitas
Pada gambar 5.2 terlihat bahwa titik-titik grafik plot yang diperoleh, tidak membentuk
suatu pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 (nol) pada sumbu
Y, maka hal ini membuktikan tidak terjadi Heteroskedastisitas.
3. Uji Multikolinearitas
Tabel 5.2 Uji Multikolinearitas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
(Constant)
Pengawasan Internal
1
Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan
Kapasitas Sumber Daya Manusia
Sumber: Hasil Olah Data SPSS (2013)
.819
.826
.841
1.221
1.211
1.189
Berdasarkan hasil coefficients yang terdapat pada tabel 5.2 dapat dilihat pada output
coefficients model, dikatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas jika VIF < 10dan nilai
tolerance > 0,10.
5.3
Analisis Regresi Linier Berganda
Y = 8,745 + 0,324 X1 + 0,366 X2 - 0,015X3 +
Tabel 5.3 Koefisien Regresi
Model
(Constant)
Pengawasan Internal
1
Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan
Kapasitas Sumber Daya Manusia
Sumber: Hasil Olah Data (2013)
Unstandardized Coefficients
B
Std. Error
8.745
.324
.366
-.015
2.992
.103
.113
.100
Nilai dari variabel Pengawasan Internal atau b1 adalah positif (0,324). Nilai koefisien
regresi b1 ini menunjukkan bahwa variabel pengawasan internal mempunyai pengaruh
74
hubungan positif dan searah terhadap variabel kualitas informasi laporan keuangan secara
statistik. Hal ini berarti bahwa apabila pengawasan internal meningkat sebesar 1 satuan score
dari kondisi sebelumnya, maka kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah pada
SKPD pemerintah kota Manado juga ikut meningkat sebesar 0,324 satuan score. Nilai
variabel Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan atau b2 adalah positif (0,366). Nilai
koefisien regresi b2 ini menunjukkan bahwa variabel pemahaman sistem akuntansi keuangan
mempunyai pengaruh hubungan positif dan searah terhadap variabel kualitas informasi
laporan keuangan secara statistik. Hal ini berarti bahwa apabila pemahaman sistem akuntansi
keuangan meningkat sebesar 1 satuan score, maka kualitas informasi laporan keuangan
pemerintah daerah pada SKPD pemerintah kota Manado juga akan meningkat sebesar 0,366
satuan score. Nilai variabel Kapasitas Sumber Daya Manusia atau b3 adalah negatif (-0,015).
Nilai koefisien regresi b3 ini menunjukkan bahwa variabel kapasitas sumber daya manusia
mempunyai hubungan negatif terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah
daerah pada SKPD Pemerintah Kota Manado.
5.4
Uji Hipotesis (Uji F)
Tabel 5.4 ANOVAa
Model
Sum of Squares
Regression
220.599
1
Residual
455.401
Total
676.000
Sumber: Hasil Olah Data (2013)
df
3
68
71
Mean Square
73.533
6.697
F
10.980
Sig.
.000b
Berdasarkan Tabel 5.4 nilai Fhitung = 10,980. Angka ini lebih besar dari Ftabel = 2,74
pada tingkat α = 0,05. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima. Hal ini berarti, Pengawasan Internal (X1), Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan
(X2), dan Kapasitas Sumber Daya Manusia (X3) secara bersama-sama berpengaruh terhadap
Kualitas Informasi Laporan Keuangan (Y).
5.5
Uji Hipotesis (Uji t)
Tabel 5.5 Uji t
Model
(Constant)
Pengawasan Internal
Pemahaman Sistem Akuntansi
1
Keuangan
Kapasitas Sumber Daya
Manusia
Sumber: Hasil Olah Data (2013)
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
95,0% Confidence
Interval for B
Lower
Upper
Bound
Bound
2.775
14.716
.119
.529
2.923
.347 3.159
.005
.002
.353 3.227
.002
.139
.592
-.016 -.149
.882
-.213
.184
Pada Tabel 5.5 diketahui hasil uji t untuk variabel Pengawasan Internal (X1). Nilai
thitung variabel X1 adalah 3,159. Dengan tingkat kepercayaan 5% pada derajat kebebasan (N-2)
= 72 – 2 = 70, dapat diketahui nilai ttabel sebesar 2,000. Berdasarkan hasil output regresi
diatas, diperoleh nilai thitung > ttabel, dengan demikian H1 diterima atau dengan kata lain
75
variabel Pengawasan Internal (X1) berpengaruh terhadap Kualitas Informasi Laporan
Keuangan pada SKPD Pemerintah Kota Manado.
Untuk variabel Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan (X2). Nilai thitung variabel X2 adalah
3,227. Dengan tingkat kepercayaan 5% pada derajat kebebasan (N-2) = 72 – 2 = 70, dapat
diketahui nilai ttabel sebesar 2,000. Berdasarkan hasil output regresi diatas, diperoleh nilai
thitung > ttabel, dengan demikian H2 diterima, atau dengan kata lain variabel Pemahaman
Akuntansi Keuangan (X2) berpengaruh terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan pada
SKPD Pemerintah Kota Manado. Untuk variabel Kapasitas Sumber Daya Manusia (X3). Nilai
thitung variabel X3 adalah -0,149. Dengan tingkat kepercayaan 5% pada derajat kebebasan (N2) = 72 – 2 = 70, dapat diketahui nilai ttabel sebesar 2,000. Berdasarkan hasil output regresi
diatas, diperoleh nilai thitung < ttabel, dengan demikian H3 ditolak, atau dengan kata lain variabel
Kapasitas Sumber Daya Manusia (X3) tidak berpengaruh terhadap Kualitas Informasi
Laporan Keuangan pada SKPD Pemerintah Kota Manado.
5.6
Koefisien Korelasi (r)
Tabel 5.6 Koefisien Korelasi
Kualitas Informasi Laporan Keuangan
Pengawasan Internal
Pearson Correlation
Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan
Kapasitas Sumber Daya Manusia
Kualitas Informasi Laporan Keuangan
Pengawasan Internal
Sig. (1-tailed)
Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan
Kapasitas Sumber Daya Manusia
Kualitas Informasi Laporan Keuangan
Pengawasan Internal
N
Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan
Kapasitas Sumber Daya Manusia
Sumber: Hasil Olah Data (2013)
Kualitas Informasi
Laporan Keuangan
1.000
.468
.472
.214
.
.000
.000
.036
72
72
72
72
Berdasarkan hasil olah data, diketahui bahwa variabel Pengawasan Internal (X1)
mempunyai korelasi yang bersifat cukup dan positif dengan variabel Kualitas Informasi
Laporan Keuangan (Y), hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,468.
Korelasi yang bersifat cukup dan positif juga terjadi pada variabel Pemahaman Sistem
Akuntansi Keuangan (X2) dengan variabel Kualitas Informasi Laporan Keuangan (Y),
dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,472. Sedangkan untuk variabel Kapasitas Sumber
Daya Manusia (X3) mempunyai korelasi yang bersifat sangat lemah dan positif dengan
variabel Kualitas Informasi Laporan Keuangan (Y), dengan nilai koefisien sebesar 0,214.
Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 5.7 Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R Square
5.7
1
.571a
Sumber: Hasil Olah Data (2013)
.326
.297
76
Std. Error of the Estimate
2.588
Berdasarkan tabel hasil output SPSS model summary dapat diketahui bahwa nilai
koefisien determinasi atau R2 adalah sebesar 0,297 atau 29,7%. Angka tersebut berarti sebesar
29,7% kualitas informasi laporan keuangan pemerintah pada SKPD Pemerintah Kota Manado
dapat dijelaskan oleh variabel Pengawasan Internal, Pemahaman Sistem Akuntansi
Keuangan, dan Kapasitas Sumber Daya Manusia. Sedangkan sisanya (100% - 29,7% =
70,3%) disebabkan oleh faktor-faktor lain diluar pengujian ini.
5.8
Pembahasan
Tujuan utama pengawasan bukan untuk mencari kesalahan, melainkan mengarahkan
pelaksanaan aktivitas agar rencana yang telah ditetapkan dapat terlaksana secara optimal.
Pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintah Daerah diharapkan untuk menjamin agar
pelaksanaan kegiatan pemerintahan berjalan sesuai dengan rencana dan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam penelitian ini, diketahui bahwa secara
parsial variabel Pengawasan Internal (X1), memiliki pengaruh terhadap Kualitas Informasi
Laporan Keuangan (Y). Hal ini berarti bahwa kegiatan pengawasan internal pada SKPD
Pemerintah Kota Manado telah menjamin bahwa semua pencatatan akuntansi dan keuangan
pemerintah telah memberikan keyakinan memadai dan sesuai dengan prosedur dan peraturan
yang berlaku, sehingga tujuan untuk membuat laporan keuangan yang berkualitas dapat
tercapai. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Novi Andiani
(2012) yang menyimpulkan bahwa implementasi pengawasan berpengaruh terhadap
pengelolaan keuangan daerah, dan penelitian yang dilakukan oleh Safrida (2010) yaitu audit
internal berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah kota Banda
Aceh.
Orang yang memiliki pemahaman akuntansi adalah orang yang pandai dan mengerti
benar tentang akuntansi. Seseorang dikatakan paham terhadap akuntansi apabila orang
tersebut mengerti dan pandai bagaimana proses akuntansi itu dilakukan sampai menjadi suatu
laporan keuangan dengan berpedoman pada prinsip dan standar penyusunan laporan
keuangan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Dalam penelitian ini,
diketahui bahwa secara parsial Pemahaman Akuntansi Keuangan (X2) berpengaruh terhadap
Kualitas Informasi Laporan Keuangan (Y). Hal ini berarti bahwa pegawai bagian
akuntansi/keuangan pada SKPD Pemerintah Kota Manado telah memahami proses akuntansi
sampai menjadi laporan keuangan sehingga tujuan untuk membuat laporan keuangan yang
berkualitas dapat tercapai. Hasil penelitian ini, didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Safrida (2010) yaitu pemahaman akuntansi berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah kota Banda Aceh.
Secara parsial, berbeda dengan variabel pengawasan internal dan pemahaman sistem
akuntansi keuangan yang memiliki pengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan,
untuk variabel Kapasitas Sumber Daya Manusia (X3) memiliki pengaruh negatif terhadap
Kualitas Informasi Laporan Keuangan (Y). Hal ini disebabkan karena kondisi kapasitas
sumber daya manusia di bagian akuntansi/keuangan yang belum mendukung karena masih
sedikit pegawai subbagian akuntansi/keuangan yang memiliki latar belakang pendidikan
akuntansi dan hal ini terlihat dari data demografi responden. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Zuliarti (2012) yang menghasilkan kapasitas
sumberdaya manusia tidak berpengaruh terhadap kualitas pelaporan keuangan. Hal ini
disebabkan karena kondisi kapasitas sumberdaya manusia yang belum mendukung baik dari
segi kualitas maupun kuantitas. Dari sisi kualifikasi, sebagian besar pegawai bagian
akuntansi/keuangan tidak memiliki latar belakang pendidikan akuntansi. Uraian tugas dan
fungsi bagian akuntansi/keuangan yang ada, masih belum terspesifikasi dengan jelas. Dari
sisi kuantitas, masih sedikit jumlah akuntan atau pegawai yang berpendidikan tinggi
akuntansi, sementara peraturan perundang-undangan telah mewajibkan setiap satuan kerja
77
untuk menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan. Oleh sebab itu,
kelemahan yang ada harus diimibangi dengan mengikutsertakan pegawai dalam pelatihanpelatihan yang berhubungan dengan akuntansi dan pengelolaan keuangan daerah seperti
pelatihan perpajakan, pelatihan bendahara, pelatihan SIMDA keuangan, pelatihan
penatausahaan keuangan, dan sebagainya.
Hasil pengujian statistik uji bersama (Uji F) menyangkut pengawasan internal,
pemahaman sistem akuntansi keuangan, dan kapasitas sumber daya manusia terhadap
kualitas informasi laporan keuangan pemerintah pada SKPD Pemerintah Kota Manado
diperoleh angka Fhitung = 10,980 > Ftabel = 2,74. Hal ini berarti bahwa secara bersama-sama,
pengawasan internal, pemahaman sistem akuntansi keuangan, dan kapasitas sumber daya
manusia berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah pada SKPD
Pemerintah Kota Manado.
Hasil olah data untuk R Square sebesar 0,297 atau 29,7%. Angka tersebut berarti
sebesar 29,7% kualitas informasi laporan keuangan pemerintah pada SKPD Pemerintah Kota
Manado dapat dijelaskan oleh variabel Pengawasan Internal, Pemahaman Sistem Akuntansi
Keuangan, dan Kapasitas Sumber Daya Manusia. Sedangkan sisanya (100% - 29,7% =
70,3%) disebabkan oleh faktor-faktor lain diluar pengujian ini. Faktor-faktor lain tersebut
bisa disebabkan karena misalnya dari segi sarana dan prasarana teknologi, hal ini beralasan
karena teknologi yang kurang memadai akan berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan
keuangan.
6.
6.1
PENUTUP
Simpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan beberapa kesimpulan
sebagai berikut.
1. Diketahui bahwa secara parsial variabel Pengawasan Internal (X1), memiliki
pengaruh terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan (Y). Hal ini berarti bahwa
kegiatan pengawasan internal telah dilakukan pada SKPD Pemerintah Kota Manado,
sehingga Pemerintah Kota Manado menjamin bahwa semua pencatatan akuntansi dan
keuangan pemerintah telah sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku,
sehingga tujuan untuk membuat laporan keuangan yang berkualitas dapat tercapai.
2. Secara parsial, Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan (X2) berpengaruh terhadap
Kualitas Informasi Laporan Keuangan (Y). Hal ini berarti bahwa pegawai bagian
akuntansi/keuangan pada SKPD Pemerintah Kota Manado telah memahami proses
akuntansi sampai menjadi laporan keuangan sehingga tujuan untuk membuat laporan
keuangan yang berkualitas dapat tercapai.
3. Secara parsial, berbeda dengan variabel pengawasan internal dan pemahaman sistem
akuntansi keuangan yang memiliki pengaruh terhadap kualitas informasi laporan
keuangan, untuk variabel Kapasitas Sumber Daya Manusia (X3) memiliki pengaruh
negatif terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan (Y). Hal ini disebabkan
karena kondisi kapasitas sumber daya manusia di bagian akuntansi/keuangan yang
belum mendukung karena masih sedikit pegawai subbagian akuntansi/keuangan yang
memiliki latar belakang pendidikan akuntansi dan hal ini terlihat dari data demografi
responden. Sehingga dalam hal ini, Pemerintah Kota Manado perlu meningkatkan
kualifikasi di bidang pendidikan, yaitu dengan menerima pegawai yang memiliki latar
belakang pendidikan akuntansi agar informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
Pemerintah Kota Manado dapat memberikan keyakinan memadai.
4. Secara bersama-sama pengawasan internal, pemahaman sistem akuntansi keuangan,
dan kapasitas sumber daya manusia berpengaruh dan searah/positif terhadap kualitas
78
informasi laporan keuangan dengan kontribusi sebesar 29,7%. Sedangkan sisanya
sebesar 70,3% disebabkan oleh faktor-faktor lain diluar pengujian penelitian ini.
6.2
1.
2.
3.
4.
5.
Saran
Dari hasil penelitian ini penulis menyarankan sebagai berikut.
Pemerintah Kota Manado diharapkan dapat meningkatkan kualifikasi di bidang
pendidikan, yaitu dengan menerima pegawai yang memiliki latar belakang pendidikan
akuntansi. Karena dilihat dari data responden, membuktikan bahwa masih banyaknya
aparatur yang bekerja di bagian akuntansi/keuangan yang berlatar belakang
pendidikan non akuntansi.
Pemerintah Kota Manado diharapakan untuk lebih sering mengadakan pendidikan dan
pelatihan terhadap software akuntansi ataupun software yang digunakan dalam bidang
pekerjaannya. Hal ini merupakan salah satu bentuk dari langkah pemerintah daerah
terhadap peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Karena pemahaman yang baik
terhadap software yang digunakan akan membuat aparatur lebih dapat menghasilkan
laporan keuangan yang berkualitas.
Mengingat peran pengawasan internal sangat penting dalam hal peningkatan kualitas
laporan keuangan, karena itu hendaknya peran pengawasan dapat terus ditingkatkan.
Diharapkan Pemerintah Kota Manado dapat meningkatkan kinerja dengan melakukan
evaluasi kerja serta dapat memberikan fasilitas yang mendukung bagi kelancaran
aktivitas pada SKPD Pemerintah Kota manado.
Untuk penelitian selanjutnya, supaya dapat mempertimbangkan atau menambahkan
variabel-variabel lain yang diduga berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan
keuangan.
DAFTAR PUSTAKA
http://beritamanado.com/bpk-audit-keuangan-pemkot-manado/
Mahmudi, 2010. Analisis laporan keuangan pemerintah daerah, edisi kedua. Yogyakarta:
UPP STIM YKPN.
Novi Andiani, 2012. Pengaruh Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah Dan Implementasi
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Fungsi Pengawasan Keuangan
Daerah (Studi Pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah
(Dppkad) Di Kabupaten Boyolali)
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Safrida, 2010. Pengaruh Pemahaman Akuntansi, Pemanfaatan Sistem Informasi Akuntansi
Keuangan Daerah Dan Peran Internal Audit Terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (Studi Pada Pemerintah Kota Banda Aceh). Jurnal Akuntansi
Vol. 3. No. 2.
Sekaran, U. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Susilo Prapto, 2008. Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi, Dan Pengendalian Intern
Akuntansi Terhadap Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah.
79
Winidyaningrum dan Rahmawati, 2010. Pengaruh Sumber Daya Manusia Dan Informasi
Teknologi Pemanfaatan Kehandalan Dan Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
Pemerintah Daerah Dengan Variabel Intervening Pengendalian Internal Akuntansi.
www.infosulut.com/manado_pemerintahan_49.html
Zuliarti, 2012. Pengaruh Kapasitas Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan Teknologi
Informasi, dan Pengendalian Intern Akuntansi Terhadap Nilai Informasi Pelaporan
Keuangan Pemerintah Daerah : Studi Pada Pemerintah Kabupaten Kudus. Skripsi
80
PENGARUH ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI, INVESTASI DAN
PENDANAAN, TERHADAP EXPECTED RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
I Gede Suwetja
(Email : [email protected])
Abstract
Under circumstances of uncertainty, the investors prefers to think rationally for
considering about risk and expected return as theoretically have a straight line, because as the
expected returns are higher, then the risk also become higher. The data of this study is using six
automotive companies listed in Indonesia Stock Exchange in period of 2006 till 2010.
Conducting path analysis, the findings of this study are partially the cash flow from investment
activities has a significant effect to expected return for listed automotive companies in
Indonesia Stock Exchange.
Keywords : tingkat pengembalian, arus kas, signaling, APT
1. Pendahuluan
Salah satu fungsi pasar modal adalah sebagai sarana untuk memobilisasi dana yang
bersumber dari masyarakat ke berbagai sektor yang melaksanakan investasi. Syarat utama
yang diinginkan oleh para investor untuk bersedia menyalurkan dananya melalui pasar modal
adalah perasaan aman akan investasi dan tingkat return yang akan diperoleh dari investasi
tersebut. Perasaan aman ini diantaranya diperoleh karena para investor memperoleh informasi
yang jelas, wajar, dan tepat waktu sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasinya.
Return memungkinkan investor untuk membandingkan keuntungan aktual ataupun
keuntungan yang diharapkan yang disediakan oleh berbagai investasi pada tingkat
pengembalian yang diinginkan. Disisi lain, return pun memiliki peran yang amat signifikan
dalam menentukan nilai dari suatu investasi (Linda:2005).
Pasar modal memiliki sejumlah sifat khas apabila dibandingkan dengan pasar yang lain.
Salah satu sifat khas tersebut adalah ketidakpastian akan kualitas produk yang ditawarkan.
Misalnya, suatu perusahaan yang mengeluarkan obligasi beberapa saat kemudian gagal
membayar bunga dan utang pokoknya. Atau perusahaan yang semula tidak diperhitungkan
ternyata memiliki tingkat laba yang tinggi sehingga mampu membayar bunga obligasi, pokok
pinjaman, bahkan mampu memberikan dividen yang cukup tinggi bagi para pemegang saham
(Hastuti:1998).
Situasi ketidakpastian ini mendorong investor yang rasional untuk selalu
mempertimbangkan risiko dan expected return setiap sekuritas yang secara teoritis berbanding
lurus. Semakin besar expected return maka tingkat risiko yang melekat juga semakin besar.
Gambaran risiko dan expected return dari suatu saham dapat dinilai berdasarkan informasi
baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif (Kurniawan:2000). Selain itu berbagai
pertimbangan dan analisa yang akurat perlu dilakukan investor sebelum membeli, menjual,
atau menahan saham untuk mencapai tingkat return optimal yang diharapkan (Indriani:2005).
Suatu informasi dianggap informatif jika informasi tersebut mampu mengubah kepercayaan
(beliefs) para pengambil keputusan. Adanya suatu informasi yang baru akan membentuk suatu
kepercayaan yang baru dikalangan para investor. Kepercayaan ini akan mengubah harga
melalui perubahan demand dan supply surat-surat berharga (Hastuti:1998). Dengan kata lain
suatu informasi dikatakan memiliki kandungan (content) jika pasar menyerap informasi
dengan cepat dan terefleksikan pada perubahan harga pasar.
Parameter kinerja perusahaan yang mendapat perhatian utama dari investor dan kreditor
81
dari laporan keuangan ini adalah laba dan arus kas. Pada saat dihadapkan pada dua ukuran
kinerja akuntansi keuangan tersebut, investor dan kreditor harus yakin bahwa ukuran kinerja
yang menjadi fokus perhatian mereka adalah ukuran kinerja yang mampu menggambarkan
kondisi ekonomi perusahaan serta prospek pertumbuhan dimasa depan dengan lebih baik. Oleh
karena itu, selain kedua ukuran kinerja tersebut investor dan kreditor juga perlu
mempertimbangkan karakteristik keuangan setiap perusahaan. Karakteristik keuangan yang
berbeda-beda antar perusahaan menyebabkan relevansi angka-angka akuntansi yang tidak
sama pada semua perusahaan. Ukuran (size) perusahaan dapat digunakan untuk mewakili
karakteristik keuangan perusahaan (Indriani:2005).
Penelitian mengenai manfaat arus kas dan hubungannnya dengan return saham diantaranya
dilakukan oleh Miller dan Rock (1985) menguji reaksi pasar yang diproxy dari return saham
terhadap pengumuman komponen aliran kas. Hasilnya menunjukkan bahwa pasar akan
bereaksi negatif terhadap arus kas pendanaan dan arus kas investasi berpengaruh positif
terhadap return saham. Hasil penelitian Rayburn (1986) juga menemukan bahwa terdapat
asosiasi antara arus kas operasi dan accrual aggregat dengan return saham.
Livnat dan Zarowin (1990) yang menguji hubungan antara arus kas dan laba akrual dengan
abnormal return. Pengujian dengan analisis regresi berganda berhasil membuktikan bahwa
komponen aliran kas mempunyai hubungan positif lebih kuat dengan abnormal return saham
dibandingkan dengan aliran kas total atau laba akrual dengan abnormal return. Ali (1994)
menguji kandungan informasi dari laba, modal kerja dari operasi, dan arus kas dengan
menggunakan regresi linear dan non linear. Hasil analisis berdasarkan model linear
menunjukkan bahwa arus kas relatif tidak memiliki kandungan informasi dibandingkan
dengan variabel laba dan modal kerja dari operasi. Hasil yang diperoleh dari model non linear
mendukung adanya hubungan dengan return saham dengan tiga variabel tersebut.
Di Indonesia penelitian tentang arus kas diantaranya dilakukan oleh Baridwan (1997),
Suadi (1998), Hastuti (1998), Kurniawan (2000), Triyono (2000), Hermawan (2002), dan
Ferry (2004). Suadi (1998) dalam penelitiannya menemukan bahwa laporan arus kas
mempunyai hubungan dengan jumlah pembayaran dividen yang terjadi dalam satu tahun
setelah terbitnya laporan arus kas. Hal ini menunjukkan bahwa laporan arus kas mempunyai
kandungan informasi dan bermanfaat bagi investor. Triyono (2000) menguji hubungan
kandungan informasi arus kas, komponen arus kas, dan laba akuntansi dengan harga dan return
saham memperoleh kesimpulan bahwa pembedaan komponen aliran kas (operasi, investasi,
dan pendanaan) seperti yang disyaratkan dalam PSAK No.2 mempunyai pengaruh yang
berbeda-beda terhadap return saham. Kurniawan (2000) menguji hubungan arus kas operasi
dan data akrual terhadap return saham menyimpulkan bahwa penelitiannya tidak berhasil
menunjukkan adanya hubungan antara arus kas operasi dan komponen earning dengan return
saham.
Penelitian mengenai pengaruh kandungan informasi dari komponen aliran kas (pembedaan
aliran kas operasi, investasi, dan pendanaan), laba, atau pun size perusahaan terhadap expected
return saham masih sangat sedikit. Umumnya penelitian terdahulu menghubungkan arus kas,
laba, atau pun size perusahaan dengan abnormal return, padahal saat berinvestasi investor akan
selalu mensyaratkan dan mengharapkan tingkat return tertentu yang akan diperoleh dari
investasinya tersebut. Tingkat return yang disyaratkan ini tentunya didasarkan dari informasi
yang disajikan oleh perusahaan yang menggambarkan prospek perusahaan dimasa datang baik
yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.
Laporan laba rugi memuat banyak angka laba, yaitu laba kotor, laba operasi, dan laba
bersih, selain itu kita juga mengenal laba akuntansi yang kesemuanya mempunyai tujuan yang
sama yaitu pengukuran efisiensi manajer dalam mengelola perusahaan. Riset akuntansi
terutama yang mencari hubungan angka laba dengan harga saham maupun return saham selalu
82
menggunakan angka laba operasi atau EPS yang dihitung menggunakan angka laba bersih dan
jarang yang menggunakan angka laba kotor.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan angka laba kotor untuk melihat pengaruhnya
terhadap expected return dari investasi terhadap saham perusahaan. Ini didasarkan dari hasil
penelitian Febrianto (2005) yang membuktikan bahwa angka laba kotor memiliki kualitas laba
yang lebih baik dibandingkan kedua angka laba yang lain yang disajikan dalam laporan laba
rugi, lebih operatif, dan lebih mampu memberikan gambaran yang lebih baik tentang hubungan
antara laba dengan harga saham.
Size perusahaan menurut hasil penelitian Cooke (1992) terbukti mempengaruhi luas
pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan. Penelitian Miswanto (1999) tentang
pengaruh ukuran perusahaan terhadap risiko bisnis menemukan bahwa ukuran perusahaan
memiliki pengaruh yang positif terhadap risiko bisnis, dengan kata lain penelitian dari
Miswanto ini membuktikan bahwa size perusahaan berpengaruh terhadap risiko investasi yang
berarti pula berpengaruh terhadap return investasi.
2.
Tinjauan Pustaka
2.1. Teori signaling
Teori Signaling menjelaskan alasan perusahaan memiliki insentif untuk melaporkan
secara sukarela informasi kepasar modal meskipun tidak ada mandat dari badan regulasi.
Pelaporan informasi oleh manajemen bertujuan untuk mempertahankan investor yang tertarik
pada perusahaan. Informasi keuangan yang disampaikan perusahaan bertujuan untuk
mengurangi information asymmetry antara perusahaan dengan pihak eksternal perusahaan.
Menjelaskan bahwa informasi informasi tentang deviden yang dibayarkan digunakan
oleh investor sebagai sinyal perusahaan di masa mendatang. Sinyal perubahan deviden dapat
dilihat dari reaksi harga saham. Reaksi harga saham dapat diukur dengan menggunakan return
saham sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return.
Pengumuman perubahan deviden dikatakan mempunyai kandungan informasi jika
memberikan informasi jika memberikan abnormal return signifikan terhadap pasar. Sebaliknya
pengumuman perubahan deviden dikatakan tidak mempunyai kandungan informasi jika tidak
memberikan abnormal return yang signifikan terhadap pasar. Peningkatan deviden akan
membuat pasar bereaksi positif akan mendukung teori signaling bila pasar cenderung
menginterpretasikan bahwa peningkatan deviden dianggap sebagai sinyal tentang prospek
cerah perusahaan di masa mendatang, demikian juga sebaliknya pasar akan bereaksi negatif
jika terjadi penurunan deviden, yang dianggap sebagai sinyal yang kurang bagus tentang
prospek perusahaan di masa mendatang. Prinsip signaling ini mengajarkan bahwa setiap
tindakan mengandung informasi. Hal ini disebabkan karena adanya informasi asimetrik yaitu
kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak daripada pihak lain.
Misalnya pihak manajemen perusahaan memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan
dengan pihak investor di pasar modal. Tingkat informasi asimetrik ini bervariasi dari sangat
tinggi ke sangat rendah.
2.2. Teori APT
Arbitrage pricing theory atau teori arbitrase harga merupakan model alternatif untuk
penentuan harga asset yang dikembangkan oleh Stephen Ross. Asumsi utama APT adalah
setiap investor memiliki peluang untuk meningkatkan return portofolionya tanpa
meningkatkan risikonya. APT menggambarkan hubungan antara risiko dan pendapatan tetapi
dengan menggunakan asumsi dan prosedur yang berbeda. APT pada dasarnya menggunakan
pemikiran yang menyatakan bahwa dua kesempatan investasi yang mempunyai karakteristik
yang identik sama tidaklah bisa dijual dengan harga berbeda. Konsep yang dipergunakan
83
adalah hukum satu harga (the low of one prices). Apabila aktiva yang berkarakteristik sama
tersebut terjual dengan harga yang berbeda, maka akan terdapat kesempatan untuk melakukan
arbitrage dengan membeli aktiva yang berharga murah dan pada saat yang sama menjualnya
dengan harga yang lebih tinggi sehingga memperoleh laba tanpa resiko.
APT merupakan alternatif untuk mengetahui keseimbangan pasar saham. Prinsipnya
adalah terjadinya harga tunggal diantara saham. Jika saham A overloaded dibandingkan saham
B, otomatis investor akan melakukan tindakan short (jual) saham A dan long (beli) saham B.
Kondisi ini berakhir jika terjadi keseimbangan, dengan kata lain baik saham A maupun saham
B dipengaruhi oleh suatu faktor yang sama (common factor). Ide dasar APT adalah cammon
faktor yang berkenaan dengan seluruh saham. Dari keterangan tersebut dapat diketahui bahwa
suatu resiko portofolio yang bersumber dari nonsystematic risk dapat dikurangi dengan
menambah jumlah saham dalam portofolio. Hal ini karena bobot setiap saham akan semakin
berkurang jika jumlah sahamnya diperbanyak, sehingga kini setiap portofolio akan memiliki
risiko yang sama, yakni hanya sebesar sistematik risk saja.
2.3. Hubungan Arus Kas Dari Aktivitas Operasi dengan Return Saham
Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal
revenue activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan pendanaan,
umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau
rugi bersih, dan merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasi perusahaan dapat
menghasilkan kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi
perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada
sumber pendanaan dari luar.
Livnat dan Zarowin (1990) yang menguji komponen arus kas menemukan bukti bahwa
komponen arus kas mempunyai hubungan yang lebih kuat dengan return saham dibanding
hubungan total arus kas dengan return. Ini terlihat dari model penelitian yang menunjukkan
unexpected cash flows atau outflows dari operasi dalam periode tertentu akan mempengaruhi
harga saham melalui pengaruhnya pada arus kas, sehingga diharapkan komponen arus kas dari
operasi mempunyai hubungan yang signifikan dengan return saham. Hasil penelitian Ali
(1994) dengan model non linear memberikan bukti adanya nilai tambah kandungan informasi
arus kas operasi untuk kelompok perusahaan dengan nilai absolute unexpected cashflows from
operations yang tinggi.
2.4. Hubungan Antara Arus Kas Dari Aktivitas Investasi Terhadap Return Saham
Aktivitas investasi adalah aktivitas yang menyangkut perolehan atau pelepasan aktiva
jangka panjang (aktiva tidak lancar) serta investasi lain yang tidak termasuk dalam setara kas,
mencakup aktivitas meminjamkan uang dan mengumpulkan piutang tersebut serta
memperoleh dan menjual investasi dan aktiva jangka panjang produktif. Aktivitas investasi
mencerminkan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk
menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Miller dan Rock (1985) melakukan
pengujian mengenai pengaruh investasi pada return saham. Hasil studi ini menemukan bahwa
peningkatan investasi berhubungan dengan peningkatan arus kas masa yang akan datang dan
mempunyai pengaruh positif dengan return saham pada saat pengumuman investasi baru.
2.5. Hubungan Antara Arus Kas Pendanaan Dengan Return Saham
Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta
komposisi ekuitas dan pinjaman perusahaan. Arus kas pendanaan berguna untuk memprediksi
klaim terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok modal perusahaan. Miller dan Rock
(1985) dengan signaling theory menjelaskan bahwa pasar akan bereaksi negatif terhadap
84
pengumuman pendanaan dari kas karena akan berpengaruh terhadap arus kas dari operasi yang
lebih rendah untuk masa yang akan datang, selain itu ia juga mengidentifikasi adanya sinyal
lain yang berpengaruh terhadap arus kas dari pendanaan yaitu perubahan dividen yang sangat
erat hubungannya dengan return saham.
3.
Hipotesis dan Model
Berdasarkan kajian empiris dan teoritis, hipotesis didefinisikan sebagai berikut :
H1 : Arus kas dari aktivitas operasi berpengaruh terhadap expected return saham.
H2 : Arus kas dari aktivitas investasi berpengaruh terhadap expected return saham.
H3 : Arus kas dari aktivitas pendanaan berpengaruh terhadap expected return saham.
Arus kas dari aktivitas operasi
Arus kas dari aktivitas pendanaan
Expected
Return
Saham
Arus kas dari aktivitas investasi
4.
Metode Penelitian
4.1. Data
Data pada penelitian ini menggunakan data yang berasal dari 6 (enam) perusahaan yang
bergerak di bidang otomotif dalam Bursa Efek Indonesia dalam tahun 2006 sampai 2010.
4.2. Variabel dan Pengukuran Variabel
Untuk klasifikasi / identifikasi variabel diuraikan sebagai berikut :
1. Variabel Eksogen (Variabel luar) dalam hal ini :
a. X1 : Arus kas dari aktivitas operasi
b. X2 : Arus kas dari aktivitas pendanaan
c. X3 : Arus kas dari aktivitas investasi
2. Variabel Endogen, dalam hal ini adalah :
Y1 : Expected Return
Untuk definisi operasional dirumuskan sebagai berikut :
1. Arus kas dari aktivitas operasi (X1)
Diproxy dari total arus kas dari aktivitas operasi perusahaan.
2. Arus kas dari aktivitas pendanaan (X2)
Diproxy dari total arus kas dari aktivitas pendanaan.
2. Arus kas dari aktivitas investasi (X3)
Diproxy dari total arus kas dari aktivitas investasi.
4.3. Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan teknik analisis PATH Analysis (Analisis Jalur) dengan
bantuan software Amos 4.0.
5.
Hasil Analisis dan Pembahasan
5.1. Hasil Analisis
Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa selama 5 tahun, arus kas operasi dari
sebagian perusahaan – perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI berjumlah di bawah <100
M atau 68% dari total perusahaan keseluruhan yang diteliti.
85
Tabel 5.1. Arus Kas Operasi (X1)
Range
Frekuensi
<100 M
100 M – 499 M
500 M – 999 M
1-4.9 triliun
>5 triliun
Total
Tabel 5.2. Arus kas investasi (X2)
Range
<100 M
100 M - 499 M
500 M - 999 M
1 T - 4.9 T
5T>
Persentase(%)
102
23
6
18
1
150
Frekuensi
68
15
4
12
1
100
Prosentase (%)
32
3
5
19
91
150
21
2
3
13
61
100
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa selama 5 tahun, arus kas investasi dari sebagian
perusahaan – perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI berjumlah di bawah <100 M atau
21% dari total perusahaan keseluruhan yang diteliti.
Tabel 5.3 Arus kas Pendanaan (X3)
Range
Frekuensi
<100 M
38
100 M – 499 M
7
500 M – 999 M
7
1 T – 4.9 T
10
5T>
88
150
Prosentase
25
5
5
7
59
100
Berdasarkan Tabel 5.3 dapat diketahui bahwa selama 5 tahun, arus kas pendanaan dari
sebagian perusahaan – perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI berjumlah di bawah <100
M atau 25% dari total perusahaan keseluruhan yang diteliti
Tabel 5.4 Expected Return (Y1)
Range
Frekuensi
< Rp. 1
138
Rp. 1 - Rp. 4.99
11
Rp. 5 - Rp. 9.99
1
Rp. 10 - Rp. 49
0
Rp. 5 >
0
150
Prosentase
92
7
1
0
0
100
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa selama 5 tahun, expected return dari sebagian
perusahaan – perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI berjumlah di bawah <Rp. 1 atau
92% dari total perusahaan keseluruhan yang diteliti
86
1) Koefisien Korelasi
Korelasi antar variabel dalam model dapat dilihat pada Tabel. 5.5 sebagai berikut:
Tabel 5.5 Implied (for all variables) Correlations
x5
x4
x3
x2
x1
y1
y2
x3
-0.060
-0.087
1.000
x2
0.272
0.249
-0.077
1.000
x1
0.445
0.349
0.050
0.008
1.000
y1
-0.005
-0.036
-0.211
0.061
-0.004
1.000
Dari tabel 5.5 menggambarkan korelasi antar variabel eksogen dengan variabel endogen
intervening terdapat korelasi masing-masing sebagai berikut: antara arus kas operasi (X1)
dengan expected return (Y1) ada korelasi negatif sebesar -0,004; antara arus kas pendanaan
(X2) dengan expected return (Y1) berkorelasi positif sebesar 0,061; antara arus kas investasi
(X3) dengan expected return (Y1) ada korelasi negatif sebesar -0,211; antara laba kotor (X4)
dengan expected return (Y1) ada korelasi negatif sebesar -0,036; antara size perusahaan (X5)
dengan expected return (Y1) berkorelasi negatif sebesar -0,005. Artinya dari semua variabel
fundamental internal perusahaan hanya X2 atauarus kas pendanaan yang searah dengan
pergerakan expected return (Y1). Sedangkan antara expected return (Y1) dengan firm value
(Y2) terdapat korelasi positif sebesar 0,051, artinya antara expected return (Y1) dengan firm
value (Y2) terdapat hubungan yang cukup kuat dibandingkan dengan variabel eksogen.
Sehingga bisa dikatakan bahwa setiap peningkatan expected return (Y1) akan mengakibatkan
pergerakkan yang searah oleh firm value (Y2).
2) Total Effects
Tabel 4.6 berikut akan menggambarkan seberapa besar pengaruh masing-masing variabel
baik eksogenus maupun endogenus (Beta menjadi variabel endogenus intervening).
Tabel 5.6 Standardized Total Effects
x3
x2
x1
y1
-------- -------- -------- -------- -------- -------y1
-0.2145 0.0621 0.0289 0.0000
Dari tabel 5.6 terlihat bahwa expected return (Y1) sebagai variabel intervening
mempunyai pengaruh terbesar terhadap firm value (Y2) dengan pengaruh total 0,0506.
Kemudian arus kas pendanaan (X2) sebesar 0.031, arus kas operasi (X1) sebesar 0.0015, size
perusahaan (X5) sebesar 0.0015, laba kotor (X4) sebesar -0.0051, dan yang terkecil total
effeknya adalah arus kas investasi (X3) hanya sebesar -0.0109. arus kas investasi (X3), dan
laba kotor (X4), berpengaruh negatif terhadap firm value (Y2) sedangkan expected return
(Y1), arus kas operasi (X1),arus kas pendanaan (X2), size perusahaan (X5) berpengaruh positif
terhadap firm value Y2
Tabel 5.7 Regression Weights
y1
y1
y1
<-<-<--
x1
x2
x3
Estimate
0.000
0.000
0.000
S.E.
0.000
0.000
0.000
87
C.R.
0.321
0.740
-2.666
P
0.749
0.459
0.008
Label
par-2
par-3
par-4
Berdasarkan hasil analisis jalur yang terdapat pada Tabel 5.7, maka dapat disimpulkan bahwa
hanya arus kas investasi (X3) yang berpengaruh signifikan terhadap expected return (Y1)
dimana α > 0.008.
Fit Measures
Fit Measure
GFI
Adjusted GFI
Tucker-Lewis index
Comparative fit index
RMSEA
Default model
0.969
0.826
0.694
0.927
0.131
Keterangan
terpenuhi
Marginal
Tidak terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
5.2. Pembahasan
5.2.1. Arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap expected return
Hasil penelitian menunjukkan bahwa arus kas operasi berpengaruh tidak signifikan
terhadap expected return perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Hal ini berarti bahwa perubahan dalam arus kas operasi perusahaan tidak akan
menyebabkan expected return saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia berubah
secara signifikan. Hasil ini identik dengan temuan dari :
5.2.2. Arus kas pendanaan berpengaruh signifikan terhadap expected return
Hasil penelitian menunjukkan bahwa arus kas pendanaan berpengaruh tidak signifikan
terhadap expected return perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Hal ini berarti bahwa perubahan dalam Arus kas pendanaan perusahaan tidak akan
menyebabkan expected return perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia berubah secara
signifikan. Hasil ini identik dengan temuan dari:
5.2.3. Diduga arus kas investasi berpengaruh signifikan terhadap expected return
Hasil penelitian menunjukkan bahwa arus kas investasi berpengaruh signifikan
terhadap expected return perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Hal ini berarti bahwa perubahan dalam arus kas investasi akan menyebabkan expected
return perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia berubah secara signifikan sebesar 0,000
dengan tingkat signifikansi p= 0,008
6.
Kesimpulan dan Saran
6.1. Kesimpulan
1.
Secara empiris membuktikan bahwa secara parsial arus kas investasi (X3) signifikan
berpengaruh terhadap expected return (Y1) yang masuk dalam daftar perusahaan
manufaktur di BEI.
3.
Menerima Teori Sinyal (Signalling Theory), expected return (Y1) dipengaruhi oleh arus
kas investasi (X3).
4.
Menerima sepenuhnya Teori Arbitrase Harga (Arbitrage Pricing Theory) di periode ini
karena expected return (Y1) ternyata dipengaruhi oleh arus kas investasi (X3).
6.2. Saran
1.
Bagi investor, agar memperhatikan dan mempertimbangkan faktor fundamental (baik
dari segi makro maupun segi mikro), faktor teknikal (psikologis dan informasi
pergerakan saham masa lalu), isu kebijakan pemerintah dalam negeri, masalah ekonomi
internasional, dan perkembangan pasar dunia.
88
2.
Bagi penelitian selanjutnya, disarankan agar penelitian ini diuji dengan menambah
jumlah sampel yang diteliti dan menambah variabel bebas yang baru (baik sebagai
moderating ataupun intervening), seperti resiko sistematik dan EPS. Sangat disarankan
untuk menggunakan data dari periode yang berbeda, sehingga di dapat informasi yang
dapat mendukung atau memperbaiki penelitian ini.
7.
Daftar Pustaka
Abdul, Halim, 2005, Analisis Investasi, Edisi 2, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Linda dan Fazli Syam. 2005. Hubungan Laba Akuntansi, Nilai Buku, dan Total Arus Kas
dengan Market Value : Studi Akuntansi Relevansi Nilai.
Hastuti, Ambar Woro dan Bambang Sudibyo. 1998. Pengaruh Publikasi Laporan Arus Kas
Terhadap Volume Perdagangan Saham Perusahaan di Bursa Efek Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2002. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia No.
2. Buku Satu. Salemba Empat : Jakarta.
Kieso, Donald E and Jerry J Weygandt. 1995. Intermediate Accounting. Fourth Edition. John
Willey and Sons : New York.
Daniati, Ninna, 2002, Analisis pengaruh size perusahaan, laba kotor, terhadap harga saham
pada perusahaan yang terdaftar di BEI, Universitas Andalas.
Suhairi, 2003, Pengaruh arus kas operasi terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar
dalam BEI, Survey pada industri textile dan automotive yang terdaftar di BEI).
89
PERAN KEPEMILIKAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN
Novi S. Budiarso
(Email : [email protected])
Abstract
This study explores the role of ownership and the relationship to the separation and control
issue. Investigate the nature of agency cost generated by the existence of the ownership. The
principal purpose of this study was to investigate the association between the ownership and
dividend policy. This empirical study using regression model for the hypothesis testing. The
sample consists of 34 firms by 4 subsectors in period of 2010-2011, which is listed in Indonesia
Stock Exchange.
The findings show that, partially, institutional ownership significantly influences dividend
policy but the other side, public and managerial ownership not significantly influences to
dividend policy. Simultaneously, institutional, public and managerial ownership influences
dividend policy. The level and role of agency cost depends not only on ownership.
Keywords : kepemilikan institusi, kepemilikan publik, kepemilikan manajerial, kebijkan dividen
1.PENDAHULUAN
Mengapa perusahaan membayar dividen? Keputusan untuk laba ditahan atau membayar
dividen untuk melindungi perusahaan dari masalah keagenan. Teori keagenan mengasumsikan
bahwa laba bisa membuat manajer untuk melakukan tindakan yang tidak memaksimumkan
kesejahteraan shareholder. Dividen, merupakan alat keuangan yang bernilai bagi perusahaan
karena dapat membantu menghindari manajer dalam menggunakan aset untuk mengurangi
investasi. Manajer membutuhkan kontrol atas sumber daya perusahaan baik dari kontribusi
utang, modal maupun laba ditahan.
Mengapa kebijakan dividen penting? Beberapa penelitian menjelaskan hubungan antara
manajemen laba dan kebijakan dividen perusahaan, penelitian yang lain mengangkat tentang
kebijakan dividen dan harga saham serta stock returns. Hal penting lainnya adalah kebijakan
dividen dengan konflik keagenan dimana kebijakan dividen bermanfaat untuk mengurangi
konflik keagenan dan biaya keagenan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengaplikasikan teori keagenan terhadap kebijakan dividen,
dimana teori keagenan menyatakan bahwa pembayaran dividen merupakan salah satu alat ukur
bagi manajer untuk mengontrol perilaku keagenan. Secara spesifik dengan cara mengurangi
kontrol dari pihak eksternal, dividen mengurangi biaya keagenan, meskipun pada saat yang sama
meningkatkan biaya transaksi sehubungan dengan meningkatnya pendanaan eksternal.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa penelitian fokus terhadap hubungan keagenan dalam pembayaran dividen. Menurut
teori keagenan, konflik agensi terjadi akibat adanya perbedaan kepentingan antara pemilik
perusahaan dan para manajernya. Masalah konflik agensi dalam perusahaan biasanya terjadi
karena pemilik perusahaan (principal) tidak dapat berperan aktif dalam manajemen perusahaan.
Mereka mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab pengelolaan perusahaan kepada para
manajer profesional (agent) untuk bekerja atas nama dan untuk kepentingannya. Shleifer dan
Vishny (1997) mengatakan bahwa esensi dari masalah keagenan adalah pemisahan atas
manajemen dan keuangan atau kepemilikan dan kontrol. Manajer, mendapatkan dana dari
90
investor dan menggunakannya untuk kegunaan yang produktif sebaliknya pemilik dana
membutuhkan manajer sebagai modal untuk menghasilkan keuntungan dari dana yang diberikan.
Manajer membutuhkan dana karena manajer tidak memiliki kecukupan modal untuk melakukan
investasi. Tapi apakah pemilik dana yakin bahwa dana yang diberikan digunakan dengan
semestinya? Masalah keagenenan dalam konteks ini merujuk pada kesulitan pemilik dana dalam
hal keyakinan bahwa dana tersebut tidak digunakan untuk proyek yang tidak semestinya. Ide
bahwa monitoring perusahaan dan manajemen dapat membantu mengurangi konflik keagenan
Easterbrook (1984) menyarankan bahwa salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah
dengan meningkatkan pembayaran dividen.
Teori keagenan menurut Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan tentang struktur modal
perusahaan sebagai akibat dari minimisasi biaya-biaya sehubungan dengan pemisahan kontrol
dan kepemilikan perusahaan. Biaya keagenan akan rendah pada perusahaan dengan kepemilikan
manajerial yang tinggi karena mensejajarkan antara tujuan shareholder dan manager, disamping
itu pada perusahaan dengan kepemilikan block shareholders yang besar lebih memungkinkan
untuk memonitoring aktivitas manajer, Shleifer dan Vishny (1986). Rozeff (1982) pada
penelitiannya menyatakan bahwa pembayaran dividen yang tinggi ditemukan pada perusahaanperusahaan dengan kepemilikan insider yang kecil dan kepemilikan outside shareholders yang
besar. Hal ini merupakan implikasi bahwa kebijakan dividen akan mengurangi biaya agensi
karena sebagian aktivitas monitoring dilakukan oleh pembayaran dividen. Dengan kata lain
kebijakan dividen dan kepemilikan manajerial digunakan sebagai subtitusi untuk mengurangi
biaya keagenan.
Modigliani dan Miller (1961) menyatakan bahwa pembayaran dividen tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan pada masa yang akan datang. Sehingga kebijakan dividen tidak relevan
sebagi determinan dari nilai pasar, yang diberikan oleh kebijakan investasi. Jensen and Meckling
(1976) mengatakan bahwa biaya monitoring dan utang atas manajer merupakan biaya keagenan
yang dibuat oleh investor. Miller dan Rock (1985) mengembangkan teori signaling,
menunjukkan bahwa informasi asimetri, menginformasikan pihak intern menggunakan kebijakan
dividen sebagai biaya signal dalam upaya meningkatkan prospek perusahaan.
Shleifer dan Vishny (1986) menemukan kepemilikan institusional berpengaruh secara positif
terhadap kepemilikan manajerial. Konsentrasi kepemilikan memberikan kondisi kepada
pemegang saham mayoritas untuk memantau manajemen perusahaan Shleifer dan Vishny
(1997) menyatakan bahwa pemegang saham mayoritas lebih memilih untuk mengambil
keuntungan pribadi yang tidak dimiliki oleh pemegang saham publik. Keuntungan pribadi yang
tidak dimiliki oleh pemegang saham publik adalah mengatur kebijakan perusahaan, menentukan
keputusan strategis manajemen.
Rozeff (1982) dan Mohd, Perry, dan Rimbey (1995), menyatakan bahwa pembayaran dividen
signifikan dengan peningkatan dari pemisahan kepemilikan, Hu dan Kumar (2004) menyatakan
bahwa pembayaran dividen secara signifikan menurun dengan adanya shareholder yang besar.
Mancinelli dan Ozkan (2006) menemukan bahwa terdapat hubungan negative signifikan antara
pembayaran dividen dengan kekuasaan pengambilan keputusan oleh shareholder. Harada dan
Nguyen (2011) menyatakan dalam hasil penelitian bahwa terdapat hubungan negative signifikan
antara dividen dengan blockholder, khususnya sehubungan dengan kepemilikan institusional.
91
3. METODE PENELITIAN
3.1.Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang berupa data rasio keuangan yang
berasal dari laporan keuangan audit dan terpublikasi untuk periode tahun 2010 sampai dengan
tahun 2011. Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah berasal dari Bursa Efek
Indonesia (BEI).
3.2.Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek
Indonesia yang berjumlah 502 perusahaan. Sample penelitian dipilih menggunakan metode
purposive sampling, diperoleh 34 perusahaan sebagai sample penelitian dengan 68 observasi
(lihat Tabel 1).
Tabel 1. Sampel Penelitian
SEKTOR
Agriculture
Mining
Miscellaneous Industry
Trade, Services & Investment
JUMLAH
JUMLAH
8
9
11
6
34
3.3.Metode Analisis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda, dengan
tingkat signifikansi 5% (α = 0.05). Persamaan yang digunakan adalah :
DPR = α + ßInst + ßMan + ßPublic + ßDER + ε
Untuk memperoleh model regresi berganda yang tidak bias, maka penelitian ini melakukan
pengujian asumsi klasik sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal. Uji yang dapat digunakan adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov
Smirnov (Ghozali, 2009).
2. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(Ghozali, 2009).
3. Uji Multikolinearitas
Variabel bebas yang saling berkorelasi akan menyebabkan variabel tersebut tidak orthogonal
yaitu nilai korelasi antara sesama variabel bebas tidak sama dengan nol. Multikolinearitas
dapat diketahui ada atau tidaknya dalam sebuah model. Dalam penelitian ini, uji
multikolinearitas akan menggunakan nilai VIF dibawah 10 (Ghozali, 2009).
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual
dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap disebut homoskedastisitas. Dalam penelitian
ini, pengujian heteroskedastisitas akan menggunakan uji Glejser. Uji Glejser meregres nilai
absolut residual terhadap variabel independen. Apabila nilai probabilitas koefisien regresi
92
tersebut hasilnya signifikan di bawah tingkat signifikansi 0,05, maka dapat dinyatakan terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2009).
3.4.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial dan kepemilikan publik. Sedangkan variabel dependen adalah kebijakan dividen.
Pengukuran variabel independen dan dependen menggunakan proksi sebagai berikut :
1. Kepemilikan Institusional adalah pemegang saham berbentuk instansi/pemerintah yang tidak
aktif dalam kegiatan operasional perusahaan. Kepemilikan institusional diformulasi sebagai
berikut:
Kepemilikan institusional = Jumlah saham yang dimiliki institusional
Jumlah saham beredar
X 100%
2. Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari dewan
komisaris dan direksi yang turut mengambil keputusan kepemilikan manajerial. Kepemilikan
manajerial diformulasi sebagai berikut:
Kepemilikan manajerial =
Jumlah saham yang dimiliki insider
X 100%
Jumlah saham beredar
3. Kepemilikan public adalah kepemilikan saham oleh pihak public atau masyarakat.
Kepemilikan public diformulasi sebagai berikut:
Kepemilikan public
=
Jumlah saham yang dimiliki public
X 100%
Jumlah saham beredar
4. Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen merupakan salah satu kegiatan manajer keuangan untuk memutuskan
mengenai pembagian dividen kepada para pemegang saham dari laba yang didapat oleh
perusahaan ataukah akan ditahan dalam bentuk laba ditahan untuk membiayai investasi
masa depan. Dividend payout ratio dapat dirumuskan dengan perbandingan dividen per
share dengan earning per share dalam satuan persentase sebagai berikut:
Dividend Pay Out Ratio =
Dividen Per Share
X 100%
Earnings Per Share
3.5.Hipotesis
H01 : Kepemilikan institusional berpengaruh tidak signifikan pada kebijakan dividen di Bursa
Efek Indonesia (BEI).
Ha1 : Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan pada kebijakan dividen di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
H02 : Kepemilikan manajerial berpengaruh tidak signifikan pada kebijakan dividen di Bursa
Efek Indonesia (BEI).
93
Ha2 : Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan pada kinerja perusahaan perdagangan,
jasa dan investasi di BEI.
H03 : Kepemilikan public berpengaruh tidak signifikan pada kebijakan dividen di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
Ha3 : Kepemilikan public berpengaruh signifikan pada kebijakan dividen di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Penelitian
Hasil penelitian akan menguraikan hasil analisis atas uji asumsi klasik, persamaan regresi
berganda, koefisien korelasi, koefisien determinasi dan uji simultan (uji F). Uraian atas hasil uji
asumsi klasik dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Uji Normalitas
Berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov, ditemukan tingkat signifikansi 0.553 > 0.05, sehingga
dapat disimpulkan bahwa residual error data terdistribusi normal (lihat Tabel 2).
Tabel 2. Uji Normalitas – Kolmogorov Smirnov
N
Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized Residual
68
0.0000000
0.81308503
0.096
0.092
-0.096
0.795
0.553
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
2. Uji Autokorelasi
Nilai Durbin Watson (lihat Tabel 3) yang diperoleh adalah 1.789, dapat disimpulkan tidak
terjadi autokorelasi pada data penelitian ini.
Tabel 3. Uji Autokorelasi – Durbin Watson
Model
Durbin - Watson
1
1.789a
a. Predictors: (Constant), Manajerial, Inst, Public
b. Dependent Variable: DPR
3. Uji Multikolinearitas
Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua nilai Tolerance dan nilai VIF dari variabel
independen memiliki nilai Tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa
antar variabel independen tidak terjadi efek multikolinearitas (lihat Tabel 4).
94
Tabel 4. Uji Multikolinearitas
1
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
Model
(Constant)
Inst.
Public
Manajerial
0.881
0.795
0.897
1.136
1.258
1.115
a. Dependent Variable: DPR
4. Uji Heteroskedastisitas
Hasil Uji Glesjer, ditemukan bahwa tingkat signifikansi setiap variabel independen terhadap
logaritma natural residual error berada diatas 0.05, sehingga disimpulkan bahwa varians data
penelitian adalah homoskedastisitas.
5. Uji Regresi Linear Berganda
Berdasarkan hasil analisis regresi berganda, maka koefisien setiap variabel independen dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut (lihat Tabel 7) :
Tabel 7. Uji Regresi Berganda
Model
1
a
(Constant)
Inst
Public
Manajerial
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
4.071
0.230
1.091
0.360
0.373
0.043
0.124
0.045
-0.259
0.271
-0.117
t
17.704
3.028
0.345
-0.956
Sig.
0.000
0.004
0.731
0.343
Dependent Variable: DPR
Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka persamaan regresi berganda dalam penelitian ini dapat
dituliskan sebagai berikut :
DPR = 4.071 + 1.091Inst + 0.043Public – 0.259Manajerial + є
6. Koefisien Korelasi dan Determinasi
Berdasarkan hasil analisis (lihat Tabel 5), nilai korelasi (R) adalah sebesar 0.382, yang berarti
terdapat hubungan yang lemah antara variabel dependen dengan variabel independen. Sedangkan
kontribusi variabel independen untuk menjelaskan model variabel dependen berdasarkan
koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 14,6%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
Tabel 5. Koefisien Korelasi dan Determinasi
Model
R
R Square
Adjusted R Square
1
0.382a
0.146
0.106
a. Predictors: (Constant), Manajerial), Inst, Public
b. Dependent Variable: DPR
95
Std. Error of the Estimate
0.83192
7. Uji Signifikansi Simultan (uji F)
Berdasarkan hasil analisis untuk uji simultan (lihat Tabel 6), ditemukan bahwa nilai F adalah
sebesar 3.638 yang signifikan pada taraf 5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara bersamasama, variabel kepemilikan institusional, kepemilikan publik dan kepemilikan manajerial
signifikan berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Tabel 6. Uji F - ANOVAb
Model
Sum of Squares
1
Regression
7.553
Residual
44.294
Total
51.847
df
3
64
67
Mean Square
2.518
0.692
F
Sig.
3.638 0.017a
a. Predictors: (Constant), Manajerial, Inst, Public
b. Dependent Variable: DPR
4.2.Pembahasan
Pembahasan untuk setiap pengujian hipotesis dalam penelitian ini akan mengacu pada hasil
uji regresi berganda (lihat Tabel 7).
1. Uji Hipotesis 1
Hasil uji statistik (uji t) menunjukkan bahwa Ho ditolak, dimana kepemilikan institusional
berpengaruh terhadap kebijakan dividen perusahaan di BEI, dengan tingkat signifikansi 0.004 <
0.05. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kepemilikan institusional semakin tinggi pula tingkat
pembayaran dividen. Hasil uji hipotesis ini mendukung penelitian Rozeff (1982) dan Mohd,
Perry, dan Rimbey (1995), Hu dan Kumar (2004), Mancinelli dan Ozkan (2006), Harada dan
Nguyen (2011) dan Khan (2006), yang menyatakan bahwa dividen merupakan salah satu alat
untuk mekanisme kontrol atas manajer dan mekanisme dari signaling. Kepemilikan institusional
pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar pada BEI relatif kecil, masih di bawah optimal level
dari monitoring yang dianggap seharusnya sebagai standar. Hal ini menyebabkan shareholders
menuntut pembayaran dividen yang tinggi guna meningkatkan monitoring.
2. Uji Hipotesis 2
Hasil uji statistik (uji t) menunjukkan bahwa H0 diterima, dimana kepemilikan publik tidak
berpengaruh terhadap kebijakan dividen perusahaan di BEI, dengan tingkat signifikansi
0.731>0.05. Hasil uji hipotesis ini mendukung penelitian Miller dan Modigliani (1961) yang
menyatakan bahwa kepemilikan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini
disebabkan karena kepemilikan publik di Indonesia pada umumnya < 5%, sehingga rata-rata
kepemilikan individual sangat kecil.
3. Uji Hipotesis 3
Hasil uji statistik (uji t) menunjukkan bahwa H0 diterima, dimana kepemilikan manajerial
tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen perusahaan di BEI, dengan tingkat signifikansi
0.343>0.05. Hasil uji hipotesis ini mendukung penelitian Miller dan Modigliani (1961) yang
menyatakan bahwa kepemilikan tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Kenaikan
kepemilikan manajerial tidak menyebabkan konflik keagenan yang potensial.
5. KESIMPULAN
Kepemilikan dapat mewakili sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung
atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen, maka penyebaran kepemilikan identik dengan
96
penyebaran kekuasaan merupakan sesuatu hal yang relevan. Kepemilikan institusional
memegang peranan yang signifikan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar
pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI, namun tidak sampai pada level monitoring
yang optimal. Sedangkan kepemilikan public dan manajerial, hanya memiliki rasio pembayaran
dividen (DPR) yang kecil sehingga hanya merupakan bagian kecil saja dari keputusan investasi
perusahaan.
Kebijakan dividen hampir sepenuhnya ditentukan oleh kebijakan investasinya dan perlakuan
laba menjadi dividen dan laba ditahan tidak mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan.
Kebijakan dividen pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI lebih banyak dipengaruhi
oleh faktor yang lain seperti struktur modal dan kebijakan utang sehingga menempatkan manajer
di bawah pengawasan debtholder.
6. SARAN
Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan sampel yang lebih besar, karena dengan
penambahan sektor yang lain pada perusahaan yang terdaftar di BEI, maka akan meningkatkan
validitas hasil penelitian tersebut. Kepemilikan institusional dalam penelitian ini tidak
diklasifikasikan berdasarkan kepemilikan oleh pemerintah, bank ataupun asuransi. Penelitian
selanjutnya diharapkan melakukan klasifikasi kepemilikan sehingga dispersi atas kepemilikan
dapat terlihat jelas dan hasilnya dapat diperbandingkan.
Penelitian selanjutnya diharapkan menambahkan variabel yang lain yang kemungkinan dapat
mempengaruhi kebijakan dividen, misalnya struktur modal, profitabilitas, pertumbuhan dan
lainnya, sehingga model yang diperoleh akan lebih menjelaskan perilaku kebijakan dividen
dalam setiap entitas di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Bhattacharya S. (1988). Corporate Finance and the Legacy of Miller and Modigliani. Journal of
Economic Perspectives, 2(4), 135-147.
Brigham, F. dan Gordon, J. (1968). Leverage, Dividend Policy, and the Cost of Capital. Journal
of Finance, 23, 85-103.
Chen, C. dan Steiner, J. (1999). Managerial Ownership and Agency Conflicts : a Nonlinear
Simultaneous Equation Analysis of Managerial Ownership, Risk taking, Debt Policy, and
Dividend Policy. Financial Review, 34, 119-136.
Crutchley, C. dan Hansen, R. (1989). A Test of the Agency Theory of Managerial Ownership,
Corporate Leverage and Corporate Dividends. Financial Management, 18, 36-46.
Dempsey, S. dan Laber, G. (1992). Effects of Agency and Transaction Cost on Dividend Payout
Ratios : Further Evidence of the Agency-Transaction Cost Hypothesis. Journal of
Financial Research, 15, 317-321.
Duha, A. K. (2009). Determinants of the Dividend Policy in Emerging Stock Exchange: The
Case of GCC Countries. Global Economy and Finance Journal, 3(2), 38-63.
Easterbrook, F. H. (1984). Two Agency Cost Explanation of Dividends. American Economic
Review, 74(4), 650-659.
Ghozali, Imam. (2009). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Harada, K. dan Nguyen, P. (2011). Ownership concentration and dividend policy in Japan.
Managerial Finance, 37(4), 362 – 379.
97
Hu, A. dan Kumar, P. (2004). Managerial Entrenchment and Payout Policy. Journal of Financial
and Quantitative Analysis, 39(4), 759-790.
Jensen, M. dan Meckling, W. (1976). Theory of the Firm: Managerial Behavior Agency Cost,
and Ownership Structure. Journal of Finance Economics, 3, 305-360.
Mancinelli, L dan Ozkan, A. (2006). Ownership structure and dividend policy : Evidence from
Italian Firms. The European Journal of Finance, 12, 265-282.
Miller, M. H., dan Modigliani, F. (1961). Dividend Policy, Growth, and the Valuation of Shares.
Journal of Business, 34(4), 411–433.
Miller, M. H., dan Modigliani, F. (1966). Some Estimates of the Cost of Capital to the Utility
Industry. American Economic Review, 56, 333–391.
Miller, M. H., dan Rock, K. (1985). Dividend Policy under Asymmetric Information. Journal of
Finance, 40, 1031–1051.
Mohd, M., Perry, L., dan Rimbey, J., (1995). An Investigation of Dynamic Relationship Between
Agency Theory and Dividend Policy. The Financial Review, 30, 367-385.
Rozeff, M. S. (1982). Growth, Beta and Agency Costs as Determinants of Dividend Payout
Ratios. The Journal of Financial Financial Research, 5, 249-259.
Shleifer, A. dan Vishny, R.W. (1986). Large Shareholders and Corporate Control. The Journal of
Political Economy, 94(3), 461-488.
Shleifer, A. dan Vishny, R.W. (1997). A Survey of Corporate Governance. The Journal of
Finance, 52(2), 737-783.
98
Download