Perbandingan Agama The relationship between muslim and Christian in Indonesia fluctuate according to interest of both and the problem of Indonesia. Since the beginning of its meeting, muslim and Christian have faced competition between them to win influence among Indonesian people. Colonization of Indonesia by Dutch made the intention between both religious powers higher because of its discriminative policy. Antagonism between two groups never erupted into open conflict. Several polemics marked important issues in relationship between muslims and Christians in Indonesia in New Order Era. Christology is part of the encounter between two major religious denominations in Indonesia. The topics raised by both parties shows how the build their internal awareness to face each other. Perjumpaan Islam-Kristen Melalui Liter atur Litera (Kristolo gi V ersi Islam P ada Er a Or de Baru) (Kristologi Versi Pada Era Orde Oleh Ahwan Fanani* Kata Kunci: christology, new order, literary encounter, apologetic works Pendahuluan Orde Baru merupakan akhir dari pemerintahan rezim Sukarno, yang berjaya pada era Demokrasi Terpimpin (Orde Lama). Orde Baru menjadi sebuah titik balik dari kehidupan bernegara yang berorientasi kepada pembangunan politik, ke arah kehidupan bernegara yang berorientasi kepada pembangunan ekonomi. Pascatumbangnya PKI, banyak terjadi konversi orang-orang yang dicurigai sebagai pengikut Komunis ke dalam agama Kristen. Konversi tersebut terjadi di wilayah-wilayah di mana Kristen cukup memiliki fasilitas dan pengaruh sosial. Di tempat-tempat yang umat Kristennya sangat minim dan Islamnya kuat, konversi tersebut tidak banyak terjadi. Alasan konversi para mantan atau orang-orang yang dicurigai sebagai komunis ke dalam Kristen didasarkan atas faktor: 1) pemerintah mewajibkan semua orang menganut salah satu agama yang diakui oleh negara, dan 2) masyarakat muslim, di samping ABRI, adalah kelompok yang sangat Perjumpaan Islam-Kristen...Oleh Ahwan Fanani getol menumpas PKI. Karena itu, para mantan anggota dan orang-orang tertuduh komunis lebih nyaman masuk Kristen dibandingkan masuk Islam.1 Kenyataan tersebut menambah ketegangan hubungan antara orang Islam dan Kristen. Para mantan anggota komunis secara tradisional beragama Islam, sebagaimana umumnya orang Jawa. Keislaman tersebut lebih merupakan warisan sosial dan kultural dibandingkan sebagai sebuah kesadaran. Kasus di Pare Kabupaten Kediri menunjukkan bahwa meskipun para simpatisan partai Permai, yang berorientasi kepada heterodoksi dan memperoleh massa di kalangan muslim abangan, menentang syariat Islam, mereka tidak dapat melepaskan diri dari tradisi yang diwarnai oleh ajaran Islam, seperti dalam tata cara penguburan jenazah.2 Konversi orang-orang dengan tradisi kultural Jawa-Islam tersebut tentu saja menimbulkan kecemburuan di kalangan umat Islam. Kenyataannya, para missionaris dengan sengaja juga melakukan perekrutan terhadap para mantan anggota dan orang-orang yang dicurigai sebagai anggota PKI. Dari sisi pemerintahan, umat Islam mensinyalir bahwa kekuatan minoritas sangat berpengaruh terhadap kebijakan pemerintah.3 Hal itu terjadi karena secara politis, kekuatan politik umat Islam dilemahkan. Para tokoh di sekitar Presiden Suharto, seperti Ali Murtopo, Sudomo, Beny Murdani, dan Sudjono Humardani adalah orang-orang yang memiliki otoritas besar karena kedekatannya dengan Presiden. Mereka terdiri atas orang-orang yang anti politik Islam, orang yang beragama Katholik dan Kristen serta penganut kebatinan. Berbagai kasus yang menimpa umat Islam membentuk kecurigaan, sekaligus ketakutan, terhadap rezim Orde Baru, seperti kasus Tanjung Priok dan penangkapan eks aktivis Masyumi dengan tuduhan makar. Bagi umat Kristen, Orde Baru merupakan berkah. Pertama, mereka mendapatkan tuaian jiwa yang besar dari orang-orang mantan anggota PKI atau orang-orang keturunan Tionghoa. Kedua, lembaga think thank Orde Baru, yaitu CSIS (Centre for Strategic and International Studies) yang sangat berpengaruh terhadap kebijakan Orde Baru awal diisi dan digerakkan oleh orang-orang Kristen.4 Pada saat itu pula umat Islam menghadapi ketegangan yang semakin meningkat dengan orang-orang Kristen. Kecurigaan terhadap usaha Kristenisasi semakin meningkat. Beberapa Ormas Islam, khususnya Dewan 388 Teologia, Volume 19, Nomor 2, Juli 2008 Perjumpaan Islam-Kristen...Oleh Ahwan Fanani Dakwah Islamiyyah Indonesia (DDII) di berbagai daerah melakukan pemantauan terhadap gerakan Kristenisasi tersebut. Akan tetapi, isu-isu tersebut pada awalnya tidak menimbulkan konflik terbuka karena pendekatan keamanan yang diterapkan oleh pemerintah Orde Baru. Label SARA menjadi alat untuk melakukan tindakan kepada aktivitas massa yang mengarah kepada gangguan keamanan. Tokoh-tokoh Islam mengkritik adanya dominasi minoritas terhadap mayoritas di lembaga-lembaga publik. Mereka menganggap bahwa Orde Baru dikuasai oleh kaum Nasrani, yang sering disebut dengan panggilan lan tardla5 dan orang-orang Kejawen. Presiden Suharto sendiri disinyalir telah mengikuti dan menerapkan ajaran Kejawen dalam kehidupan bernegara. Banyak kasus yang menjadi indikasi ketegangan antara umat Islam dengan pemerintah dan dengan umat Nasrani. Semenjak awal Orde Baru telah terjadi berbagai ketegangan antara umat Islam dengan umat Kristen. Ada berbagai hal yang membuat hubungan antara kedua belah pihak tersebut menjadi tegang, seperti konversi eks anggota PKI ke agama Kristen,6 kasus pembangunan gereja, rumah sakit, dan sekolah, SKB Dua Menteri No 1 Tahun 1969,7 Kasus Undang-undang Perkawinan,8 kasus UU Peradilan Agama,9 partisipasi dalam Natal Bersama, kasus tabloid Monitor,10 dan berbagai kerusuhan sosial di akhir era Orde Baru. Intensitas hubungan umat Islam-Kristen tersebut juga terlihat dalam semakin intensifnya karya-karya yang menunjukkan polemik atau ketegangan antara kedua belah pihak. Karya-karya polemis yang membentuk Kristologi versi Islam tumbuh subur dengan semakin bertambahnya perhatian tokoh-tokoh Islam terhadap perkembangan umat Nasrani yang dipandang mengancam keberlangsungan eksistensi umat Islam secara kuantitatif. Tulisan ini secara khusus mengkaji mengenai perkembangan Kristologi versi Islam yang berkembang pesat di Era Orde Baru. Kristologi versi Islam merupakan bagian perjumpaan antara Islam dan Kristen di Indonesia. Perjumpaan tersebut oleh Jan S. Aritonang disebut sebagai perjumpaan melalui literatur.11 Perjumpaan literatur tersebut membentuk satu ragam dialog antara kedua belah yang dilandasi semangat pembelaan terhadap masing-masing pihak. Teologia, Volume 19, Nomor 2, Juli 2008 389 Perjumpaan Islam-Kristen...Oleh Ahwan Fanani Kristologi Versi Islam di Era Orde Baru Bidang teologi menjadi sarana untuk merefleksikan kekhawatiran masing-masing pihak atas aksi pihak yang lain. Di wilayah-wilayah yang dihuni mayoritas muslim, Kristenisasi menjadi isu sensitif bagi umat Islam, sebaliknya di wilayah-wilayah yang mayoritas Nasrani, Islamisasi juga menjadi isu yang krusial. Bidang teologi dipandang sebagai bidang yang penting sebagai sarana membentengi akidah umat masing-masing dari persuasi pihak lain. Karena itu, polemik teologis menempati posisi penting sebagai bentuk ekspresi yang logis untuk mengenali lawan dan menyiapkan perangkat pertahanan diri. Polemik teologis berjalan seiring dengan kecaman dari satu pihak kepada pihak lain atas aksi-aksi yang dipandang menodai hubungan harmonis antara kedua belah pihak atau menentang atuarn pemerintah maupun pelanggaran hak asasi manusia. Semangat utama dalam kajian tersebut adalah semangat apologis. Semangat apologis tersebut dilakukan dengan upaya membela kebenaran agama, menolak kritik-kritik terhadap agama sendiri, dan kritik terhadap agama lain. Semangat tersebut juga melandasi Kristologi versi Islam di Indonesia sejak awal mulanya. Hal tersebut dapat dilihat dalam komentar Th. Sumartana mengenai hubungan antara Islam dan Kristen di Indonesia pra-Kemerdekaan. 12 Hubungan antara Islam dan Kristen bersifat apologetis, polemis, dan bahkan antitesis karena keduanya saling bergumul berdasarkan atas otoritas Wahyu Ilahi. Kedua agama berdiri di atas landasan tentang Firman yang eksklusif yang menekankan monotehisme dan eksklusivitas kebenaran yang ditemukan dalam wahyu mereka. Dalam rivalitas tersebut, Islam menempati posisi lebih unggul karena ia telah menancapkan akar yang dalam di kalangan populasi Jawa, sementrara missi Kristen sering disebut agama Belanda. Meskipun sikap tersebut sering berimbas kepada pandangan negatif mengenai Kristen di kalangan orang-orang Jawa, mereka terbuka untuk menerima beberapa kemajuan yang ditawarkan oleh missi Kristen, khususnya dalam bidang pendidikan dan layanan kesehatan. Aktivitas-aktivitas tersebut, meskipun dipandang sebagai kegiatan pinggiran, tidak dapat disaingi oleh institusi agama lain, kecuali oleh pemerintah. Sumartana mengakui bahwa konflik paling tajam terjadi di arena teologis. Kedua agama missi, demikian Sumartana menyebut Islam dan 390 Teologia, Volume 19, Nomor 2, Juli 2008 Perjumpaan Islam-Kristen...Oleh Ahwan Fanani Kristen, tersebut mempertahankan keabsahan dan keberadaan mereka masing-masing dengan otoritas wahyu Tuhan. Klaim terhadap kebenaran absolut dan final dalam masing-masing agama monotesitik tersebut membentuk faktor utama yang memberi arti penting rivalitas di antara kedua agama tersebut.13 Istilah Kristologi saat ini dipergunakan baik oleh orang-orang Islam maupun orang-orang Kristen, tetapi dengan pengertian berbeda. Di kalangan orang Kristen, Kristologi dipahami sebagai ilmu yang mempelajari tentang Yesus Kristus. Berbagai aspek Kristologi, sebagaimana dijelaskan oleh C. Goenen Ofm adalah pengetahuan mengenai Kristus, pemikiran dan ucapan mengenai Yesus Kristus. Kristologi mencakup pembahasan mengenai bagaimana umat Kristen, harus, boleh, dan dapat mengkonseptualkan serta membahasakan imannya kepada Yesus dan bagaimana umat Kristen memikirkan kedudukan dan peran Yesus Kristus dalam tata penyelamatan, baik di masa sekarang atau di masa lampau.14 Dapat disimpulkan bahwa Kristologi dalam pengertian Kristen meliputi dua aspek, yaitu aspek konseptual dan aspek faktual. Aspek konseptual adalah ajaran normatif mengenai Yesus sebagaimana dipahami oleh generasi-generasi umat Kristen. Aspek faktual adalah gambaran praktek keimanan dan penyelamatan atas nama Yesus di dunia ini atau pengenjawantahan dan pengkabaran ajaran Kristen secara historis. Sementara itu, di kalangan umat Islam Kristologi dipahami sebagai ilmu untuk mempelajari berbagai ajaran Kristen guna mengetahui kelemahannya. Kristologi dilakukan guna membuktikan kebenaran ajaran Islam tentang Isa dan membuktikan kesalahan pemahaman Bibel tentang Yesus. Kristologi juga mengkaji secara kritis upaya missi yang dilakukan oleh orang-orang Kristen untuk mencegah pemurtadan di kalangan umat Islam akibat kristenisasi. Pembedaan antara Kristologi versi Kristen dan Islam tersebut didasarkan atas orientasi dan tujuan pengkajian itu sendiri. Apabila di kalangan umat Kristen, Kristologi berorientasi afirmasi dan bersifat positif terhadap ajaran Kristen, di kalangan umat Islam Kristologi memiliki dimensi negasi dan bersifat negatif terhadap ajaran Kristen. Perbedaan tersebut lahir karena Kristologi melayani kepentingan berbeda bagi masing-masing pihak. Teologia, Volume 19, Nomor 2, Juli 2008 391 Perjumpaan Islam-Kristen...Oleh Ahwan Fanani 1. Polemik Penggunaan Ayat–ayat al-Qur’an untuk Pembenaran Doktrin Kristen Arsjad Thalib Lubis pada tahun 18 Mei 1968 memberikan kuliah umum di Ulang Tahun X Universitas al-Washliyah Medan. Makalah yang disampaikan dalam kuliah tersebut kemudian dicetak oleh Media Dakwah Jakarta bekerjasama dengan al-Ikhsan Surabaya dengan judul Keesaan Tuhan menurut Ajaran Islam dan Kristen.15 Buku tersebut ternyata mendapatkan respon dari masyarakat muslim, yang terbukti dengan dicetaknya kembali buku tersebut pada tahun itu juga. Sampai tahun 1990, buku Keesaan Tuhan menurut Ajaran Islam dan Kristen telah naik cetak sebanyak delapan kali. Itu menunjukkan bahwa masyarakat muslim membutuhkan dukungan moral dan amunisi untuk mempertahankan diri dari ancaman Kristenisasi. Hal serupa juga terjadi di kalangan umat Kristen. Buku Lubis tersebut berisi bahasan tentang pandangan Islam mengenai keesaan Tuhan, ajaran al-Kitab tentang keesaan Tuhan, dan Keesaan Tuhan menurut Kristen. Bahasan tersebut membawa Lubis kepada kajian mengenai trinitas. Lubis menyatakan bahwa ajaran trinitas tidak dikenal dalam Kitab Bibel sendiri. Lubis mendasarkan pernyataannya berbagai ayat dalam Bibel, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.. Trinitas, menurut Lubis, berasal dari agama-agama kafir, seperti agama Mesir, India, dan Skandinavia.16 Sebagaimana umumnya kristolog Islam, Lubis mengutip kembali kisah pertentangan antara Arius dan Athanasius dan kemenangan pandangan Athanasius dalam konsili Niceae tahun 325 M.17 Lubis juga menyinggung peran Paulus, yang di kalangan umat Islam dikenal sebagai orang yang mengubah ajaran Nasrani sehingga menyimpang dari rel kebenaran. Lubis kemudian mengutip berbagai pernyataan para agamawan maupun ahli Kristen, seperti J. Verkuy dan R. Soedarmono mengenai trinitas dan membantah pernyataan tersebut.18 Terakhir, Lubis mengomentasi penggunaan ayat al-Qur’an untuk mendukung ajaran Kristen yang dilakukan oleh Pendeta Rivai Boerhanuddin.19 Tidak lupa, Lubis juga mengkritik otentisitas Bibel dan mengajak untuk kembali kepada ajaran keesaan Tuhan.20 Kritik Lubis terhadap Rivai Boerhanuddin sebenarnya juga menunjukkan bagaimana bahwa model polemik dengan menggunakan ayat-ayat al-Qur’an untuk membenarkan dogma Kristen umum terjadi, 392 Teologia, Volume 19, Nomor 2, Juli 2008 Perjumpaan Islam-Kristen...Oleh Ahwan Fanani sebagaimana penggunaan ayat-ayat Bibel untuk membenarkan klaim Islam. Penggunaan ayat-ayat al-Qur’an untuk membenarkan doktrin Kristen dilakukan baik oleh mantan muslim yang masuk Kristen, seperti Hamran Ambrie dan Yusuf Roni maupun Kristen asli, seperti Petrus Salindeho dan Dr Suradi. Buku Bey Arifin yang berjudul Dialog Islam dan Kristen merupakan hasil rekaman ceramahnya dalam Tabligh Akbar di Surabaya.21 Dalam buku tersebut, Arifin mengomentari berbagai pernyataan Yusuf Roni, termasuk penggunaan ayat-ayat al-Qur’an yang dipandang tidak proporsional dan penggunaan salawat atau hadis untuk memojokkan Nabi Muhammad.22 Sekali lagi, Bey Arifin di tengah pembahasannya mencantumkan bab mengenai trinitas. Ia mengemukakan, sebagaimana Lubis, bahwa trinitas mirip dengan ajaran agama-agama, seperti agama India, Mesir, Persia, dan Neo Platonism. Ia mencatat Konsili Konstantinopel tahun 381 sebagai awal ditetapkannya Ruhul Kudus sebagai oknum Tuhan. Arifin membantah tuduhan Yusuf Roni bahwa Ruhul Kudus dan kalimat Allah mendapatkan legitimasi dari al-Qur’an.23 Daftar A yat al-Quran dan Ungkapan Islam yang digunakan Yusuf Roni No 01 Bunyi A llahumma Shalli A la Muhammad 02 A syidda’u ala alkuffar 03 La Tattakhizul Kafirina Awliya’a 04 A thiu A llah wa A thiu al-Rasul wa Uli al-A mr, fain tanaza’tum fi syai’in farudduhu ila A llah wa Rasulih Maksud Menurut Roni Doa agar Allah menyelamatkan Muhammad Penggallah leher orang Kristen Jangan dekat-dekat orang Kristen karena shalatnya tidak akan diterima 40 hari Ajaran trinitas dalam Islam, kalau umat Islam tidak taat salah satunya akan ditolak Ket. Shalawat Potongan ayat alQur’an Potongan ayat alQur’an Potongan ayat alQur’an Diolah dari buku Dialog Islam dan Kristen Teologia, Volume 19, Nomor 2, Juli 2008 393 Perjumpaan Islam-Kristen...Oleh Ahwan Fanani Polemik mengenai penggunaan ayat-ayat al-Qur’an untuk mendukung ajaran Kristen juga dilakukan oleh Suradi. Ia adalah seorang Pendeta dan berasal dari Yayasan Nehemia. Posisinya cukup penting dalam polemik antara umat Islam dan Kristen. Hal itu dapat dilihat dari komentar Aritonang bahwa ia merupakan tokoh penulis gaya polemisapologis produktif dan, mungkin, yang paling menganggu hubungan IslamKristen.24 Suradi adalah salah seorang penulis dalam Buletin Gema Nehemia. Sejak Februari 1989, ia mencoba memenuhi, apa yang ia sebut, permintaan para pembaca Nehemia agar memuat ayat-ayat al-Qur’an yang menyangkut iman Kristiani. Sejak edisi Februari 1989, Gema Nehemia memuat ayat-ayat al-Qur’an dan hadis dengan menyertakan perbandingan dari Alkitab. Usaha Suradi tersebut mendapatkan respon dari umat Islam, di antaranya Abdullah Wasian. Abdullah Wasian adalah seorang senior dalam bidang Kristologi versi Islam. Ia menulis beberapa buku dan modul untuk pelatihan Kristologi serta memberikan pelatihan Kristologi di berbagai daerah. Otoritasnya diakui oleh banyak pihak sehingga beberapa kali ia diminta untuk memberikan kata pengantar terhadap buku-buku mengenai Kristologi atau mengenai hubungan Islam dan Kristen di Indonesia.25 Pada Desember 1993, bukunya yang berjudul Jawaban untuk Pendeta, Ikut Penafsiran Kristen atau Islam?26 diterbitkan oleh Pustaka Da’i, sebuah penerbitan yang spesialis menerbitkan buku-buku Kristologi versi Islam. Buku tersebut secara khusus ditujukan untuk membantah klaim Suradi bahwa al-Qur’an melegitimasi ajaran Kristen. Daftar Ayat/Hadits Yang Dipergunakan oleh Suradi27 Berikut adalah ayat-ayat al-Qur’an yang menurut Suradi isinya sejalan dengan Alkitab No Sumber Penafsiran Suradi 01 Q.S. Al-Anbiya’ ayat Isa Lahir dari Ruh Allah 91 02 Hadits , روح ا1234 5678 Isa adalah roh Allah dan Kalimat19:;وآ Nya HR Anas bin Malik 03 QS al-Nisa ayat 71 Isa utusan Allah dan firman-Nya 394 Teologia, Volume 19, Nomor 2, Juli 2008 Perjumpaan Islam-Kristen...Oleh Ahwan Fanani 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 QS al-Fathihah 5-6 Qs al-Zukhruf 61 Isa jalan lurus supaya diikuti (Suradi mencoba menafsirkan kata jalan lurus surat al-Fatihah dengan jalan lurus mengenai hari kiamat yang ditunjukkan oleh Isa dalam surat al-Zukhruf ayat 61) QS al-Zukhruf ayat 63 Isa itu pembawa terang supaya diikuti QS al-Baqarah 253 Isa diberi Mukjizat dan Ruh Kudus QS Maryam 34 Isa mengatakan perkataan yang benar QS Ali Imran 49 Isa menyembuhkan orang buta sejak lahir QS al-Maidah ayat 110 Isa menghidupkan orang yang mati QS Ali Imran ayat 45 Isa berkuasa/terkemuka di dunia dan akhirat Hadits riwayat Ibnu Isa satu-satunya Imam Mahdi Majah LMNO PQ ا5678 Rي اTUO R QS Ali Imran ayat 55 Isa mati, diangkat dan pengikutnya di atas orang kafir QS Maryam 33 Isa lahir, mati, dan dihidupkan kembali QS al-Nisa ayat 59 Isa akan diimani oleh semua ahli Alkitab HR Muslim: Isa itu hakim yang adil pada akhir وWMTUO WOW: هLMNO PQ 5678 zaman RT8 W:YZ QS al-Hadid ayat 3 Isa itu yang awal dan yang akhir QS al-Maidah ayat 68 Taurat dan Injil harus diikuti QS al-Sajdah ayat 23 Taurat dan Injil dibenarkan oleh Alquran QS al-Zukhruf ayat 4 Taurat dan Injil induk Alquran QS al-Maidah ayat 82 Orang Kristen sahabat dekat orang Islam QS al-Maidah ayat 54 Orang murtad akan dipertemukan dengan orang Kristen Teologia, Volume 19, Nomor 2, Juli 2008 395 Perjumpaan Islam-Kristen...Oleh Ahwan Fanani Berikut adalah ayat-ayat yang berbeda dengan Alkitab menurut Suradi No Sumber Tema 01 QS. Ali Imran ayat 96- Kuburan Abraham dalam Alkitan 97 sesuai dengan dan al-Qur’an Kejadian 23: 19; 25: 710 02 QS. Maryam ayat 27Maryam dalam Alkitab dan al28 dan Keluaran 15: 20 Qur’an 03 QS. Asy-Syura ayat 7 Nabi Isa diutus untuk kaum Matius 28: 19 tertentu 04 QS. Al-Ikhlas ayat 3 Anak Allah Keluaran 4: 22; Mazmur 2: 7; dan Roma 8: 14 Wasian menyajikan bukunya dalam bentuk bantahan satu persatu terhadap ayat-ayat yang diangkat oleh Suradi untuk membenarkan iman Kristiani tersebut. Wasian berusaha memberikan penjelasan mengenai ayat-ayat tersebut sesuai dengan ajaran Islam dan pemahaman umat Islam terhadap al-Qur’an maupun hadis. Sebagai ahli Kristologi, Wasian juga mempergunakan ayat-ayat Bibel untuk menunjukkan koherensi argumentasinya tentang kebenaran ajaran Islam dengan isi Bibel itu sendiri. Inti argumentasi Wasian adalah penolakan klaim Suradi bahwa ayatayat al-Qur’an melegitimasi ketuhanan Isa al-Masih. Surat al-Nisa’ 171, misalnya, yang menyatakan bahwa Ia al-Masih adalah rasulullahi wa kalimatuh dipahami oleh Wasian sebagai berikut: Seluruh umat Islam mengakui dan memuliakan Yesus sebagai utusan Allah. Adapun Yesus atau Isa pada al-Quran di atas disebut kalimatuhu, di samping sudah kami berikan jawaban, dapatlah ditambah bahwa kata ﺍﻟﻘﺎﻩ ﺇﱃ ﻣﺮﱘ (meniupkannya ke dalam rahim Maryam) susunan kalimatnya berbentuk kata kerja transitif (fi’il mutaaddi), yakni kata kerja yang membutuhkan obyek penderita. Pada ayat ini, subyeknya adalah Allah. Kata kerjanya adalah alqo (melemparkan), obyek penderitanya adalah “ha” (kalimat). Jadi sudah jelas, yang masuk ke dalam tubuh Maryam itu adalah kalimat hawadis dan bukan kalam qadim, sebab mustahil Allah memasuki tubuh Maryam. Seandainya peristiwa mustahil ini bisa terjadi, maka susunan 396 Teologia, Volume 19, Nomor 2, Juli 2008 ﻭ ﺭﻭﺡ ﻣﻨﻪ Perjumpaan Islam-Kristen...Oleh Ahwan Fanani kalimatnya memakai kata kerja intransitif (fi’il lazim) sebagai berikut: (dan firman-Nya memasuki tubuh Maryam).28 Jadi, polemik antara kedua belah pihak tersebut sebenarnya terjadi dengan sebuah pandangan prakonsepsi yang didasarkan atas ajaran yang dipahami masing-masing pihak. Polemik demikian lazim terjadi dalam sejarah pertemuan Islam dan Kristen, tidak hanya di Indonesia saja. Zakariah Brutus, seorang pendeta di Mesir, misalnya, menulis buku yang kemudian diterbitkan (dan sangat mungkin diterjemahkan) di Indonesia dengan judul Allah itu Esa dalam Tri Tunggal Yang Kudus.29 Pada bab kedua, Brutus mengangkat tema “Kesaksian Alquran atas Kesatuan dari Ketritunggalan yang Kudus”. Brutus mengulas ayat-ayat al-Qur’an yang menyinggung persoalan trinitas dan mencoba menganalisis sekte Kristen bid’ah yang dituju oleh al-Qur’an. Ia selanjutnya mencari persamaan antara maksud ayat-ayat al-Qur’an tersebut dengan ajaran trinitas berdasarkan kutipan penafsiran dari para ulama Islam.30 Pola tersebut menjadi sebuah tren di kalangan para aktivis pengijilan Kristen untuk memasuki pergumulan teologis dengan umat Islam. Hal yang sama dilakukan juga oleh umat Islam, yang berusaha melegitimasi monotheisme dan kenabian Muhammad melalui bukti-bukti dari Alquran. Polemik dengan kelompok Yayasan Nehemia di atas tidak hanya berhenti dengan persoalan Suradi. Di kalangan Yayasan Nehemia ada lagi tokoh yang menjadi bahan polemik oleh umat Islam, yaitu J. Litik. Litik disebut-sebut oleh Jan S. Aritonang sebagai contoh penyusun tulisan dari yayasan Nehemia yang ia pandang sangat mengganggu hubungan Islam dan Kristen di Indonesia, selain Suradi.31 Litik menyusun sebuah buku yang berjudul Lima Alasan Pokok tentang Isi Alquran yang Menyebabkan Kami Meninggalkan Islam dan Beralih Menjadi Pemeluk Kristen.32 Dalam buku tersebut, Litik mengungkapkan lima persoalan yang menjadi titk serang terhadap Islam, yaitu:33 1) Penolakan atas perintah wajib salat lima kali sehari dalam bahasa Arab dengan kiblat ke Mekkah. Kritikan Litik adalah, pertama, bahwa salat menghadap kiblat ke Makkah adalah menghadap batu hitam, yang ia pandang perwujudan Tuhan. Ia menyimpulkan bahwa tauhid Islam tidak sesuai dengan prakteknya. Kedua, berdoa dengan bahasa Arab kepada Tuhan yang mengetahui semua bahasa, merupakan bagian dari politik dominasi Arabisme. Litik menyimpulkan bahwa Islam adalah Teologia, Volume 19, Nomor 2, Juli 2008 397 Perjumpaan Islam-Kristen...Oleh Ahwan Fanani ajaran yang kontradiktif, dualistis, dan aksionalistis (berisi pertentangan dalam dirinya sendiri). 2) Menolak surat 72 al-Jin sebagai aneh dan tidak masuk akal serta kontradiksius. Titik serang Litik terletak kepada pemahamannya bahwa surat al-Jin ayat 6 berisi kebolehan bagi manusia meminta pertolongan atau perlindungan kepada jin-jin muslim, sementara itu, surat al-Jin ayat 16 ia pandang memberikan indikasi bahwa jin-jin bisa memberikan rezeki bagi manusia. Hal tersebut, menurut Litik, merupakan penyimpangan dari tauhid sehingga, sekali lagi, Litik menyimpulkan bahwa Islam adalah ajaran yang kontradiktif, dualistis, dan aksionalistis. 3) Penolakan atas perintah melaksanakan do’a salawat Nabi pada setiap kali selesai melaksanakan salat, sebagaimana tersebut dalam surat al-Ahzab ayat 56. 34 Perintah tersebut menurut Litik menunjukkan keraguan terhadap kenabian Muhammad karena Muhammad sendiri merasa ragu akan keselamatannya sehingga ia meminta didoakan. Secara implisit, Litik mengakui bahwa al-Qur’an hanyalah ucapan Muhammad. 4)Menolak hukum syariat Islam sebagai tidak adil, kejam, dan ketinggalan zaman. Litik menilai bahwa intisari syariat Islam ada 3: a) kewajiban mendirikan negara teokrasi sejagad; b) penyebaran Islam dan syariatnya dilakukan tanpa landasan kasih, melainkan dengan perang/ totaliter; dan c) Syariat Islam tidak berdasarkan kasih, melainkan kekejaman, intoleransi,dan ketidakadilan. 5) Menganggap nash 68 al-Qalam ayat 10 sebagai nash yang telah membuka kedok tentang apa isi al-Qur’an sebenarnya. Surat tersebut berisi larangan untuk mengikuti orang yang banyak sumpah lagi hina. Menurut Litik, al-Qur’an ternyata banyak berisi sumpah-sumpah dari Tuhan. Ia kemudian mengkritik citra Tuhan dalam al-Qur’an yang buta sejarah dan meleset nubuatnya; tidak tertib dan kacau karena al-Qur’an tidak tersusun secara tertib tematik; tidak adil; bertindak aneh dan janggal; dan inkonsisten. Abujamin Roham satu persatu membantah kritik Litik di atas. Ia menyajikan bantahannya setelah sebelumnya menyajikan teks dari Litik dan kemudian membantahnya dengan mengambil tema-tema pokok dalam setiap item penolakan Litik. Tema-tema pokok tersebut kemudian diekspresikan dalam bentuk pertanyaan untuk selanjutnya dijawab oleh Roham.35 398 Teologia, Volume 19, Nomor 2, Juli 2008 Perjumpaan Islam-Kristen...Oleh Ahwan Fanani Meskipun tulisan Roham terbit pada era Reformasi, tetapi sasaran yang ia tuju adalah tulisan yang terbit pada era Orde Baru. Karena itu, polemik Roham dengan Litik dimasukkan dalam polemik di era Orde Baru. Terlebih, Roham menulis karya-karya Kristologinya di era Orde Baru. Polemik semacam itu mewarnai perjalanan hubungan Islam dan Kristen di Era Orde Baru. Beberapa contoh di atas mewakili gambaran bagaimana polemik tersebut dilakukan. Ada banyak polemik lain yang tidak dapat dijabarkan satu persatu dalam tulisan ini. Ismatu Ropi membahas beberapa contoh lain polemik apologis demikian. Ia mencontohkan karya polemis yang ditulis oleh Sidi Gazalba, Dialog antara Propagandis Kristen dan Logika36 dan Dialog antara Kristen Advent dan Islam.37 Kedua buku tersbeut dimaksudkan untuk menanggapi sekte Kristen Advent mengenai asal mula dan ajaran Islam serta al-Qur’an. Kedua buku tersebut ditulis dengan gaya percakapan, dengan menggunakan pernyataan-pernyataan penulis yang dibantah. Sementara itu, karya Gazalba juga menulis buku Djawaban atas Kritik Kristen terhadap Islam38 ditujukan kepada pernyataan-pernyataan Verkuyl dalam tulisan di buletin Lembaga Penyelidikan Pengkabaran Injil dengan judul “Tentang Interpretasi Iman Kristen kepada Orang-orang Muslim”.39 Dalam polemik-polemik tersebut tampak bahwa para kristolog versi Islam cenderung berposisi sebagai pihak bertahan. Mereka dalam posisi menanggapi tuduhan atau serangan dari Penginjil, sebagaimana terjadi pada era-era sebelum dan setelah kemerdekaan. Sejalan dengan itu, berkembanglah tren Kristologi yang bertujuan untuk memahami ajaran Kristen guna mencari titik-titik kelemahan dan kontradiksinya. Kristologi versi Islam mendapatkan lahan subur di era Orde Baru dengan meningkatnya ketegangan dan rivalitas antara kedua belah pihak. 2. Tren Kristologi Versi Islam Tidak mudah untuk menentukan secara pasti apakah kristologis versi Islam di Indonesia lahir sebagai respon atas tulisan-tulisan polemis para pendeta/Penginjil ataukah ia lahir sebagai bagian dari upaya memahami al-Qur’an. Dalam sejarah Islam, sebagaimana dijelaskan di muka, pertemuan umat Islam dan Kristen pada era perluasan wilayah Islam dan pertemuan umat Islam dengan umat Kristen menjadi momen penting Teologia, Volume 19, Nomor 2, Juli 2008 399 Perjumpaan Islam-Kristen...Oleh Ahwan Fanani yang menimbulkan perdebatan teologis antara kedua belah pihak. Teologi Islam lahir di antaranya dipengaruhi oleh perdebatan tersebut, selain juga perdebatan internal di kalangan umat Islam. Dalam konteks itu, umat Islam berada dalam posisi pendatang baru di wilayah-wilayah yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan kekaisaran Kristen. Sebaliknya, di Indonesia pola interaksi antara kedua umat beragama sedikit berbeda. Terlepas dari adanya dugaan bahwa Kristen datang ke Nusantara lebih dahulu dibandingkan dengan kedatangan Islam40 , penyebaran Kristen yang serius baru terjadi pada era penjajahan Barat ke Nusantara. Saat itu, Islam telah mampu menancapkan pengaruhnya di Nusantara dengan banyaknya kerajaan Nusantara yang memeluk Islam. Sejarah polemik antara Islam dan Kristen di era pra dan pasca kemerdekaan juga didahului dengan tulisan-tulisan para pendeta/ penginjil yang kemudian mendapatkan respon dari umat Islam, sebagaimana kasus Ten Berge dan Hendrik Kraemer.41 Yang jelas minat terhadap Kristologi telah muncul dalam tulisantulisan Muhammad Natsir pada tahun 1930-an.42 Di era Orde Baru, minat tersebut berkembang semakin besar dengan besarnya tantangan dari pihak Kristen. Kristologi versi Islam kemudian mendapatkan tempat tersendiri dalam khazanah intelektual Islam di Indonesia dengan banyaknya umat Islam yang tertarik mendalami bidang tersebut di berbagai tempat. Kristologi berkembang menjadi sebuah spesialisasi tersendiri. Abujamin Roham pada tahun 1968 telah menulis sebuah skripsi tentang Kristologi yang kemudian diterbitkan dengan judul Antara Bible dan Quran.43 Dalam pendahuluan buku tersebut, Roham menyebutkan bahwa di antara latar belakang ia mengangkat tema tersebut adalah pengalamannya didatangi oleh Penginjil Advent. Setelah itu, ia menemukan pengalaman bahwa H.M. Rasjidi juga didatangi oleh Penginjil Advent. Disertai dengan kesadaran bahwa di kalangan nasrani sendiri keinginan untuk melakukan dialog sangat besar, Roham kemudian melakukan pendalaman mengenai Kristologi.44 Karya Roham Antara Bible dan Qur’an berisi pembahasan mengenai beberapa pokok persoalan. Pertama adalah persoalan kitab suci umat Kristen, kedua perkembangan theologia dari abad ke abad dan isi-isi perjanjian baru, serta persentuhan antara Perjanjian Baru dan Paulus. Ketiga, tentang al-Qur’an sebagai pengganti Injil, dan keempat adalah Ibrahim dan keturunannya. 400 Teologia, Volume 19, Nomor 2, Juli 2008 Perjumpaan Islam-Kristen...Oleh Ahwan Fanani Buku Antara Bible dan Quran tersebut kemudian ditambah dan disempurnakan dan kemudian diterbitkan kembali dengan judul Pembicaraan di Sekitar Bible dan Qur’an dalam Segi Isi dan Riwayat Penulisannya pada tahun 1990.45 Penambahan tersebut dilakukan dengan semakin memperbanyak tema yang dikaji dalam buku tersebut. Selain pembahasan tentang perkembangan ajaran Kristen, tidak lupa dengan kajian mengenai Paulus di dalamnya, Roham juga melakukan perbandingan antara Isa dan Muhammad. Roham memperjelas kembali pendapatnya bahwa Isa hanya diutus untuk Bani Israil, sementara itu ajaran Muhamad bersifat universal. Roham mengangkat persoalan yang kemudian umum menjadi bahasa Kristologi versi Islam, yaitu kritik mengenai otentisitas Alkitab dan kontradiksi yang ada di dalamnya46 yang oleh kalangan Islam dituduh sebagai tahrif (perubahan). Roham mengkajinya dalam sub bab yang ia beri judul Dalil-dalil yang Rapuh. Pokok-pokok pikiran yang melatari buku Roham adalah bahwa trinitas bukan ajaran Islam, melainkan ajaran Paulus. Isa tidak diutus untuk seluruh umat manusia, melainkan hanya untuk Bani Israel. Ajaran dosa turunan tidak terdapat dalam Alkitab, selain dalam surat-surat paulus. Syariat khitan adalah syariat Musa yang tidak dilakukan oleh orangorang Nasrani. Berbagai perbedaan detail kisah dalam Injil-Injil Perjanjian Baru menunjukkan adanya kontradiksi di dalamnya. Terakhir adalah keraguan Roham mengenai penyaliban Yesus, sejalan dengan Surat Ali Imran ayat 55.47 Tema-tema tersebut menjadi bahasan utama dalam Kristologi versi Islam. Seluruh bangun Kristologi Islam pada dasarnya dapat ditemukan argumentasinya dalam al-Qur’an. Kritik terhadap ajaran Kristen sebenarnya merupakan penjabaran lebih lanjut kritik al-Qur’an terhadap ajaran Kristen. Contoh buku yang mengkaji Kristologi dalam versi Islam adalah Bijbel dalam Perspektif Umum Alquran karya Hajaruddin.48 Buku tersebut lahir dalam periode akhir Orde Baru oleh penulis yang tidak cukup dikenal. Arti penting karya tersebut adalah bahwa tema-tema yang dikaji di dalamnya menunjukkan tren umum Kristologi versi Islam di Indonesia. Tema-tema bahasan dalam buku tersebut antara lain: a. Eksistensi Bijbel di masa kini. Sekali lagi, otentisitas Alkitab (Bible) dan kontradiksi dalam Bible menjadi sasaran kritik penulisnya. Teologia, Volume 19, Nomor 2, Juli 2008 401 Perjumpaan Islam-Kristen...Oleh Ahwan Fanani b. Perbedaan versi beberapa klaim sejarah antara Bible dan alQur’an. Hajaruddin mengkritik beberapa kisah sejarah dalam Bijbel yang ia pandang tidak sepatutnya terjadi kepada nabi, seperti kisah Ibrahim (Abram/Abraham) yang menyerahkan Sarah kepada Firaun agar selamat dari pembunuhan (Kitab Kejadian 12: 10-20); Nuh mabuk dan telanjang di depan anak-anaknya (Kitab Kejadian 9: 18-29); dan Nabi Dawud, Nabi Sulaiman, dan nabi Isa lahir dari keturuna pezina (Kitab Kejadian 38: 12-30). c. Trinitas dalam ajaran Kristen. d.Korban dan penebusan dosa. Diakhir pembahasannya, Hajaruddin membandingkan segala kelemahan Alkitab tersebut dengan ajaran al-Qur’an. Dari uraian di atas nampak bahwa wacana yang dikembangkan di dalam Kristologi Islam adalah wacana yang antara al-Qur’an dan ajaran Kristen mengalami pertentangan. al-Qur’an secara potensial sudah mengandung landasan bagi polemik teologis semacam itu. Ayat-ayat yang terkait dengan kedudukan Isa, kelahiran Isa, kemanusiaan Isa dan trinitas, kewafatan Islam, dan posisi Islam terhadap agama Yahudi menjadi tema-tema dalam beberapa ayat al-Qur’an. Tafsir al-Qur’an menjadi contoh bagaimana potensi polemik teologis tersebut diterjemahkan oleh para mufassir. Tafsir Ruh al-Ma’ani, karya al-Alusi, secara panjang lebar mengulas surat al-Nisa’ ayat 171 yang mengkritik trinitas.49 Wacana itu pula yang dikaji oleh para ulama Islam sejak Abad Pertengahan. Ibnu Hazm al-Andalusi dalam al-Fashl fi al-Milal wa al-Nihal wa al-Ahwa’ sudah mengkaji dan mengkritik trinitas dan otentisitas Alkitab.50 Pada era modern, kajian Kristologi mencuat karena persentuhan umat Islam dengan penjajahan Barat. Di Mesir, tokoh pembaharun Islam, Rasyid Ridla dengan tidak lupa memberikan ulasan-ulasan mengenai gagasan Islam terhadap Kristologi. Tafsir al-Manar secara khusus mengulas gagasan trinitas ketika menafsirkan surat al-Nisa’ ayat 171. Ridla mencoba melacak gagasan trinitas kepada agama-agama kuno, seperti agama Hindu, Budha, agama kuno Mesir, agama Persia, dan trinitas menurut bangsa Eropa Yunani dan Romawi. Ia menyatakan keheranannya terhadap perubahan agama tauhid menjadi agama keberhalaan.51 Tema-tema itu pula yang menjadi bahan polemik antara umat Islam dan Kristen, khususnya terkait dengan ajaran Kristen. Buku Dialog 402 Teologia, Volume 19, Nomor 2, Juli 2008 Perjumpaan Islam-Kristen...Oleh Ahwan Fanani Masalah Ketuhanan Yesus, yang merupakan dialog antara K.H. Bahauddin Mudhary dengan Antinous Widhury pada tahun 9-18 Maret 1970. 52 Persoalan tentangt ketuhanan Yesus (trinitas), penebusan dosa oleh Yesus, dosa warisan, perbandingan Alquran dan Bible, serta kenabian Muhammad.53 Metode yang dipergunakan oleh Mudhary antara lain adalah perbandingan antara ayat dalam Bibel dan penggunaan logika. Jadi, Mudhary bersandar kepada literary criticism.54 Penggunaan metode tersebut menuntut pemahaman mengenai dasar-dasar agama Kristren dan penguasaan yang memadai terhadap Bibel (Alkitab). Metode tersebut di Era Orde Baru menjadi metode favorit, selain kombinasi pendekatan sejarah dengan kritik teks, sebagaimana dilakukan oleh Roham. 3. Peringatan Bahaya Kristenisasi Selain polemik teologis di atas, karya yang dikategorikan sebagai karya Kristologi adalah karya-karya peringatan atau analisis gerakan Kristenisasi. Apabila karya-karya polemik teologis bersifat normatif, karyakarya analisis gerakan Kristenisasi lebih menekankan dimensi deskriptif dan faktual. Karya-karya demikian ditujukan untuk memperingatkan umat Islam mengenai adanya gerakan Kristenisasi yang mengancam komunitas muslim. Isu Kristenisasi merupakan dosa sejarah hubungan Islam dan Kristen di Indonesia semenjak masa kolonial. Upaya mencapai kesepahaman antara kedua belah pihak untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain seringkali tersandung dengan isu tersebut. Rawannya isu Kristenisasi adalah karena Kristenisasi mengancam motivasi dasar manusia Indonesia yang kuat budaya komunalnya, yaitu motivasi mempertahankan eksistensi komunitasnya. Tulisan Hamka yang lahir pada era Orde Baru, tetapi diterbitkan kembali tahun 2003, menjadi contoh karya semacam itu. Judul buku yang diterbitkan oleh Pustaka Panjimas tersebut sangat mencolok, yaitu Umat Islam Menghadapi Tantangan Kristenisasi dan Sekulerisasi.55 Hamka dengan jelas membahas dalam tulisan tersebut “Cara Zending dan Missi Menyerang Akidah Kita”. Tulisan antara lain diinspirasikan oleh pertemuan Hamka dengan seorang dokter muda muslim yang mendapatkan pertanyaan dari seorang zending tentang alasan umat Islam salat harus menghadap kiblat, sebuah Teologia, Volume 19, Nomor 2, Juli 2008 403 Perjumpaan Islam-Kristen...Oleh Ahwan Fanani batu hitam.56 Hamka kemudian berkesimpulan bahwa umat Islam dalam posisi bertahan dari serangan-serangan terhadap akidah. Ia mengingatkan kembali bahwa perangka perundang-undangan telah melindungi eksistensi umat Islam, yaitu SK Menteri Agama No. 70 dan 77 tahun 1978. Karya Hamka adalah satu contoh model kajian Kristologi yang berorientasi untuk memberi peringatan umat Islam akan bahaya Kristenisasi. Di Era Orde Baru, hal semacam itu menjadi sebuah kebutuhan ketika gerakan missi Kristen secara aktif melakukan pengkabaran Injil, bahkan sampai ke rumah-rumah umat Islam. Model pengkajian Kristologi yang bersifat faktual tersebut di kemudian hari mendapatkan perhatian yang cukup besar dari kalangan muslim. Di Era Reformasi muncul beberapa tokoh yang memberikan perhatian kepada persoalan Kristenisasi tersebut, antara lain Adian Husaini, 57 Rizki Ridyasmara,58 dan Salim Rusydi Cahyono.59 Hal itu menunjukkan bahwa Kristologi versi Islam tidak hanya menyentuh aspek normatif, melainkan juga deskriptif dalam kajiannya. Penutup Hubungan Islam dan Kristen di Indonesia mengalami pasang surut. Sejak era penjajahan Belanda perjumpaan antara Islam dan Kristen di Indonesia seringkali diwarnai dengan ketegangan dalam kompetisi untuk memenangkan pengaruh di Nusantara. Islam yang lebih dahulu datang diuntungkan dengan dominasi kuantitas umatnya. Sementara itu, umat Kristen yang datang belakangan harus berusaha keras untuk mengejar ketertinggalannya dalam menuai jiwa bangsa Indonesia. Kelebihan di bidang Sumber Daya Manusia dan Ekonomi membuat kekuatan umat Kristen tidak bisa dipandang remeh. Kristologi versi Islam pada dasarnya merefleksikan ketegangan antara kedua belah pihak. Pihak Islam berada dalam posisi defensif karena ia telah terlebih dahulu mendapatkan pengikut luas di Indonesia. Sementara itu, Kristen, khususnya di era Orde Baru, berada dalam posisi yang ofensif karena ia masih berjuang untuk menuai jiwa manusia Indonesia. Perjumpaan melalui literatur tersebut merupakan dinamika dalam hubungan antar umat beragama di Indonesia. Di satu pihak, dialog agama akan menumbuhkan sikap saling memahami apabila didasari oleh 404 Teologia, Volume 19, Nomor 2, Juli 2008 Perjumpaan Islam-Kristen...Oleh Ahwan Fanani semangat saling menghormati keberadaan pihak lain. Sebaliknya, dialog agama yang didasarkan atas sikap saling memenangkan diri sendiri, dalam batas tertentu bisa dipahami sebagai bagian dari kesadaran internal umat beragama, namun apabila dilakukan secara berlebihan akan bersifat kontraproduktif bagi penciptaan kerjasama antara kedua belah pihak.[] Catatan Akhir: *Penulis adalah dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dan pemerhati gerakan-gerakan Islam kontemporer, khususnya di kalangan revivalisme Islam. Alamat Honggowongso Ringinwok Ngaliyan Semarang. Telp. 08132530087. 1 Lihat uraian yang baik mengenai ketegangan Islam-Kristen di Era Orde Baru dalam Mujiburraman, Feeling Threatened: Muslim-Christian Relations in Indonesia’s New Order (Amsterdam: Amsterdam University Press. 2006) 2 Clifford Geertz, The Religion of Java (Chicago: The University of Chicago Press, 1976), h. 117-118. 3 Hal tersebut diakui pula oleh salah seorang penulis Kristen jan S. Aritonang. Ia mengakui bahwa pada awal kekuasaannya, Presiden Suharto tidak menyatakan dukungan atau memberikan konsesnsi besar kepada umat Islam. Justru, umat Kristen mendapatkan angin dengan menempati posisi-posisi di pemerintahan. Lihat Jan S. Aritonang. “Sejarah Perjumpaan Gereja dan Islam di Indonesia”, dalam Panitia Penerbitan Buku Kenangan Prof. Dr. Olaf Herbert Schumann Balitbang PGI (Penyunting), Agama dalam Dialog: Pencerahan, Perdamaian, dan Masa Depan, Punjung Tulis 60 Tahun Prof. Dr. Olaf Herbert Schumann (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, Cet. II, 2001), h. 184. 4 Fatimah Hussein dalam Muslim-Christian Relations in the New Order Indonesia: the Exclusivist dan Inclusivist Muslims’Perspective (Bandung: Mizan, 2005), h. 112-113. 5 Lan Tardla berasal dari istilah al-Qur’an yang artinya “tidak akan rela”. Istilah lan tardla dapat ditemukan dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 120 yang menyatakan bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela terhadap umat Islam sampai orang-orang Islam mengikuti ajaran mereka. Teologia, Volume 19, Nomor 2, Juli 2008 405 Perjumpaan Islam-Kristen...Oleh Ahwan Fanani 6 Setelah peristiwa G 30 S/PKI terjadi konversi agama besar-besaran. Dilaporkan ada 2 juta mantan muslim Jawa anggota PKI yang masuk agama Kristen pada periode tahun 1965-1971. Lihat Azyumardi Azra, Konteks Berteologi di Indonesia: Pengalaman Islam (Jakarta: Paramadina, 1999), h. 60. 7 Pada tahun 1969 pemerintah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri (SKB dua Menteri) no 1 tahun 1969 tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur Pemerintahan dalam Menjamin Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat. 8 Isi SKB tersebut antara lain adalah: a. Setiap pendirian rumah ibadah perlu mendapatkan izin dari kepala daerah atau pejabat pemerintah di bawahnya yang dikuasakan untuk itu. b. Kepala daerah atau pejabat yang dimaksud setelah mempertimbangkan a) pendapat kepala perwakilan Departemen Agama setempat, b) planologi, c) kondisi dan keadaan setempat. c. Apabila dianggap perlu, kepala daerah atau pejabat yang ditunjuknya itu dapat meminta pendapat dari organisasi-organisasi keagamaan, dan ulama/rohaniawan setempat. Keberadaan SKB tersebut tentu saja menimbulkan protes dari umat Kristen. Sampai saat ini, keberadaan SKB tersebut masih kontroversial. Umat Islam sangat mendukung SKB tersebut karena menjamin keamanan umat Islam dari keberadaan gereja-gereja yang dibangun tanpa sepengetahuan atau persetujuan masyarakat. Sebagaimana dikutip oleh Adian Husaini, Solusi Damai Islam Kristen di Indonesia (Ttp.: Pustaka Da’i, 2003), h. 182. 9 Proses pembuatan Undang-undang (UU) No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan tersebut dalam sejarah menimbulkan ketegangan antara umat Islam dan Kristen. Rancangan UU tersebut diajukan oleh pemerintah pada tahun 1973. Meskipun tidak secara eksplisit RUU itu mendukung gagasan Kristen tentang pernikahan, tetapi umat Kristen menunjukkan dukungannya terhadap keberadaan RUU tersebut. Alwi Shihab, Membendung Arus: Respon Gerakan Muhammadiyah terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia (Bandung: Mizan. 1998), h. 180-181. Jan S. Aritonang mengakui bahwa kasus UU No. 1/1974 tersebut memperlihatkan pergumulan antara umat Islam dan Kristen. Jan S. Aritonang dalam Agama dan Dialog…h. 195. 406 Teologia, Volume 19, Nomor 2, Juli 2008 Perjumpaan Islam-Kristen...Oleh Ahwan Fanani 10 Lihat Abdul Halim, Peradilan Agama dalam Politik Hukum Indonesia, Dari Otoriter Konservatif menuju Konfigurasi Demokratis-Responsif ( Jakarta: Rajawali Press, 2000), h. 127-130 11 Tabloid Monitor menyelenggarakan acara “Kagum 5 Juta” yang berisi polling untuk mencari tokoh-tokoh terpopuler menurut masyarakat. Hasil polling tersebut menunjukkan bahwa Nabi Muhammad menempati posisi ke-11. Hal itu membuat umat Islam marah Lihat Jan S. Aritonang, Agama dalam Dialog…h. 197; dan Fatimah Husein, Muslim-Christian…h. 125 12 Jan S. Aritonang, Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2006. h. 354 13 Th. Sumartana, Mission at the Crossroad, Indigineus Churches, European Missionaries, Islamic Assiciation and Socio-religious Change in Java 1812-1936 (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1993), h. 310. 14 Ibid. h. 310-312. 15 C. Goenen Ofm, Sejarah Dogma Kristologi: Perkembangan Pemikiran tentang Yesus Kristus pada Umat Kristen (Yogyakarta: Kanisius, 1988). 16 Arsjad Thalib Lubis, Keesaan Tuhan menurut Ajaran Islam dan Kristen (Jakarta dan Surabaya: Media Dakwah dan al-Ikhsan, 1968). 17 Ibid. h. 18-23. 18 Untuk mengetahui lebih lanjut dan mendalam perdebatan antara Arius dan Anathasius pra dan pasca konsili Nicea lihat dalam Tim Dowley et.al (Eds.), Introduction to The History of Christianity (Minneapolis: Fortress Press, 1995) 19 Ibid. h. 24-31. 20 Rivai Boerhanuddin dilaporkan telah menulis tiga buku, yaitu Isa al-Masih dalam Alquran, Sejarah Alkitab dan Al-Quran, dan Persahabatan Umat Allah. Sayangnya, peneliti belum berkesempatan menemukan ketiga buku tersebut. Lihat Masyhud SM. Kata pengantar buku Jawaban untuk Pendeta, Ikut Penafsiran Kristen atau Islam karya Abdullah Wasian, diterbitkan oleh Pustaka Dai, ttp. Cet. IV. 2002. h. xvii. Menurut J. S. Aritonang, Rivai Boerhanuddin juga menulis buku Betulkanh Allah Mempunyai Anak menurut Injil dan al-Quran yang diterbitkan oleh penerbit Persahabatan Bogor tahun 1984. Lihat Jan S. Aritonang, Sejarah Perjumpaan…h. 485. 21 Arsjad Thalib Lubis, Keesaan Tuhan… 60, 63, 66. 22 Lihat Bey Arifin, Dialog Islam dan Kristen (Surabaya: Pustaka Progressif, 1983). Teologia, Volume 19, Nomor 2, Juli 2008 407 Perjumpaan Islam-Kristen...Oleh Ahwan Fanani 23 Seperti Allahumma Shalli (ala) Muhammad yang diartikan Yusuf Roni dengan selamatkan Muhammad. Lihat Ibid. h. 85 dan 86. 24 Ibid. h. 92-96 dan 97-100. 25 Jan S. Aritonang, Sejarah Perjumpaan…h. 485. 26 Contohnya buku yang diberi pengantar oleh Abdullah Wasian adalah Dialog Masalah Ketuhanan Yesus hasil dialog Bahauddin Mudhary dengan Antonius Widuri dan Dialog Islam dan Kristen karya Adian Husaini. 27 Abdullah Wasian, Jawaban untuk Pendeta, Ikut Penafsiran Kristen atau Islam? (Ttp: Pustaka Dai, Cet. IV, 2002). 28 Lihat Ibid. h. 25-39. 29 Ibid. h. 48-49. 30 Zakariah Brutus. Allah itu Esa dalam Tru Tunggal Yang Kudus. Jakarta: Yayasan al-Rachmat. tth. Yayasan di jalan al-Rachmat tersebut biasa memberikan kursus Alkitab jarak jauh. Buku tersebut termasuk salah satu yang dijadikan sebagai modul kursus. Pada perkembangannya Yayasan di jalan al-Rachmat tersebut menjadi sorotan para aktivis kristologi Islam karena penggunaan ayat-ayat al-Qur’an atau bahasa Arab untuk melakukan sosialisasi ajarannya. 31 Ibid. 9-14. 32 Jan. S. Aritonang, Sejarah Perjumpaan…h. 485. 33 Buku tersebut diterbitkan oleh Pusat Pelatihan Penginjilan Nehemia Jakata tahun 1991 dan sebenarnya ditujukan untuk kalangan internal Kristen. Akan tetapi, pada kenyataannya buku tersebut beredar pula di kalangan masyarakat muslim. 34 Uraian mengenai lima pokok penolakan Litik tersebut diambil dari kutipan kembali buku Litik oleh Abujamin Roham. Gayung Bersambut: Menjawab Serangan Penginjil (Jakarta: Media Dakwah, Cet. 1, 2001) 35 Surat al-Ahzab 56 sebenarnya bukan perintah bershalawat setiap selesai shalat secara spesifik, melainkan secara umum. 36 Lihat Abujamin Roham, Gayung Bersambut...37 Diterbitkan oleh penerbit Bulan Bintang Jakarta tahun 1971. 38 Diterbitkan oleh penerbit Bulan Bintang Jakarta tahun 1972. 39 Diterbitkan oleh penerbit Bulan Bintang Jakarta tahun 1971. 40 Lihat uraian selanjutnya dalam Ismatu Ropi, Fragile Relation: Muslim and Christians in Modern Indonesia (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2000), h. 81-84. Tulisan Verkuyl tersebut juga mendapatkan tanggapan oleh 408 Teologia, Volume 19, Nomor 2, Juli 2008 Perjumpaan Islam-Kristen...Oleh Ahwan Fanani Omar Hashem dalam bukunya Djawaban Lengkap kepada Pendeta Dr. J. Verkuyl. Lihat Jan S. Aritonang, Sejarah Perkumpaan…h. 480. 41 Lihat kembali uraiannya pada bab II. 42 Lihat pembahasan mengenai posisi Kraemer hubungan Islam dan Kristen dalam Th. Sumartana, Mission at the Crossroad…43 Lihat M. Natsir, Islam dan Kristen di Indonesia (Jakarta: Media Dakwah, 1969), h. 18-23. 44 Abujamin Roham, Antara Bible dan Quran (Jakarta: Tintamas, 1971) 45 Lihat Ibid. h. 15-17 46 Lihat Abujamin Roham, Pembicaraan di Sekitar Bible dan Qur’an dalam Segi Isi dan Riwayat Penulisannya (Jakarta: Bulan Bintang, 1990) 47 Ibid. h. 273-278. 48 Baca kembali Ibid.49 Lihat Hajaruddin, Bijbel dalam Perspektif Umum Alquran (Bogor: Yayasan Khidmat Bangsa, 1996). 50 Lihat al-Alusi, Ruh al-Ma’ani fi Tafsir al-Quran al-Adzim wa al-Saba’ al-Maani (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Juz III, tt.) 51 Lihat uraian mengenai Ibnu Hazm dan pemikiranya dalam Mahmud Ali Himayah. Ibnu Hazm wa Minhajuhu fi Dirasat al-Adyan. diindonesiakan oleh Halid al-Kaf dengan judul “Ibnu Hazm: Biografi, Karya, dan kajiannya tentang Agama-agama (Jakarta: Penerbit Lentera Basritama, 2001). 52 Lihat Rasyid Ridla, Tafsir al-Qur’an al-Hakim (Tafisr al-Manar) (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Juz VI. tt.), H. 71-77. 53 Bahauddin Mudhary, Dialog Masalah Ketuhanan Yesus (Ttp: Pustaka Dai, Cet. VII. 2001). Tidak disebutkan kapan pertama kali buku tersebut dicetak. Kata Pengantar yang diberikan oleh Abdullah Wasian menunjukkan tahun 1994 (17 Mei 1994). 54 Ibid.55 Literary criticism di kalangan sarjana Barat sendiri sudah dikenal semenjak lama. Model kajian dengan menggunakan Literary criticism dilakukan melalui serangkaian Kritik terhadap teks berdasarkan koherensi isinya. Contoh yang baik bagi model literary criticism dapat dilihat dalam James Orr, The Problem of Old Testament: Considered with Reference to Recent Criticism (London: James Nisbet and Co. Limited, 1905) Teologia, Volume 19, Nomor 2, Juli 2008 409 Perjumpaan Islam-Kristen...Oleh Ahwan Fanani 56 Hamka, Umat Islam Menghadapi Tantangan Kristenisasi dan Sekulerisasi (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2003). 57 Pertanyaan semacam itu tampaknya menjadi modus umum dalam kerangka wacana yang dilontarkan dalam upaya missi Kristen. Pertanyaan yang sama juga diajukan oleh J. Litik dalam Lima Alasan Pokok tentang Isi Alquran yang Menyebabkan Kami Meninggalkan Islam dan Beralih Menjadi Pemeluk Kristen sebagaimana telah dibahas sebelumnya. 58 Adian Husaini lewat karyanya Solusi Damai Islam Kristen di Indonesia (Ttp.: Pustaka Da’i, 2003). 59 Rizki Ridyasmara lewat karyanya Gerilya Salib di Serambi Mekkah, dari Zaman Portugis hingga Paska Tsunami (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006) 60 Salim Rusydi Cahyono lewat karyanya Mencari Domba Tersesat, Mengupas Kristenisasi: Definisi, Motivasi, Modus,dan Strategi (Bekasi: Bima Rodheta, 2005). DAFTAR PUSTAKA Abdul Halim, Peradilan Agama dalam Politik Hukum Indonesia, Dari Otoriter Konservatif menuju Konfigurasi Demokratis-Responsif, Jakarta: Rajawali Press, 2000 Abdullah Wasian, Jawaban untuk Pendeta, Ikut Penafsiran Kristen atau Islam, Ttp.: Pustaka Dai, Cet. IV. 2002 Abujamin Roham, Antara Bible dan Quran, Jakarta: Tintamas, 1971 —————, Pembicaraan di Sekitar Bible dan Qur’an dalam Segi Isi dan Riwayat Penulisannya, Jakarta: Bulan Bintang, 1990. —————, Gayung Bersambut: Menjawab Serangan Penginjil, Jakarta: Media Dakwah, Cet. 1, 2001. Adian Husaini, Solusi Damai Islam Kristen di Indonesia, Ttp.: Pustaka Da’i. 2003. Adian Husaini, Solusi Damai Islam Kristen di Indonesia, Ttp.: Pustaka Da’I, 2003 410 Teologia, Volume 19, Nomor 2, Juli 2008 Perjumpaan Islam-Kristen...Oleh Ahwan Fanani al-Alusi, Ruh al-Ma’ani fi Tafsir al-Quran al-Adzim wa al-Saba’ al-Maani, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah. Juz III, tt. Alwi Shihab, Membendung Arus: Respon Gerakan Muhammadiyah terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia, Bandung: Mizan. 1998 Arsjad Thalib Lubis, Keesaan Tuhan menurut Ajaran Islam dan Kristen, Jakarta dan Surabaya: Media Dakwah dan al-Ikhsan, 1968. Azyumardi Azra, Konteks Berteologi di Indonesia: Pengalaman Islam, Jakarta: Paramadina, 1999 Bahauddin Mudhary, Dialog Masalah Ketuhanan Yesus, Ttp: Pustaka Dai. Cet. VII, 2001. Bey Arifin, Dialog Islam dan Kristen, Surabaya: Pustaka Progressif. 1983. C. Goenen Ofm, Sejarah Dogma Kristologi: Perkembangan Pemikiran tentang Yesus Kristus pada Umat Kristen, Yogyakarta: Kanisius, 1988. Clifford Geertz. Clifford Geertz, The Religion of Java, Chicago: The University of Chicago Press, 1976 Fatimah Hussein dalam Muslim-Christian Relations in the New Order Indonesia: the Exclusivist dan Inclusivist Muslims’Perspective, Bandung: Mizan, 2005 Hajaruddin, Bijbel dalam Perspektif Umum Alquran, Bogor: Yayasan Khidmat Bangsa, 1996. Hamka. Umat Islam Menghadapi Tantangan Kristenisasi dan Sekulerisasi. Jakarta: Pustaka Panjimas. 2003. Ismatu Ropi, Fragile Relation: Muslim and Christians in Modern Indonesia, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2000 James Orr, The Problem of Old Testament: Considered with Reference to Recent Criticism. London: James Nisbet and Co. Limited, 1905 Jan S. Aritonang, “Sejarah Perjumpaan Gereja dan Islam di Indonesia”, dalam Panitia Penerbitan Buku Kenangan Prof. Dr. Olaf Herbert Schumann Balitbang PGI (Penyunting). Agama dalam Dialog: Pencerahan, Perdamaian, dan Masa Depan, Punjung Tulis 60 Tahun Prof. Dr. Olaf Herbert Schumann, Cet. II, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2001 Teologia, Volume 19, Nomor 2, Juli 2008 411 Perjumpaan Islam-Kristen...Oleh Ahwan Fanani Jan S. Aritonang, Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006 M. Natsir, Islam dan Kristen di Indonesia, Jakarta: Media Dakwah, 1969 Mahmud Ali Himayah, Ibnu Hazm wa Minhajuhu fi Dirasat al-Adyan. diindonesiakan oleh Halid al-Kaf dengan judul “Ibnu Hazm: Biografi, Karya, dan kajiannya tentang Agama-agama. Jakarta: Penerbit Lentera Basritama, 2001. Mujiburraman, Feeling Threatened: Muslim-Christian Relations in Indonesia’s New Order. Amsterdam: Amsterdam University Press, 2006 Rasyid Ridla. Tafsir al-Qur’an al-Hakim (Tafisr al-Manar), Beirut: Dar alKutub al-Ilmiyyah, Juz VI Rivai Boerhanuddin, Betulkanh Allah Mempunyai Anak menurut Injil dan al-Quran, Bogor: Persahabatan Bogor, 1984 Rizki Ridyasmara, Gerilya Salib di Serambi Mekkah, dari Zaman Portugis hingga Paska Tsunami. Jakarta: Pustaka al-Kautsar. 2006 Salim Rusydi Cahyono, Mencari Domba Tersesat, Mengupas Kristenisasi: Definisi, Motivasi, Modus,dan Strategi, Bekasi: Bima Rodheta. 2005. Th. Sumartana, Mission at the Crossroad, Indigineus Churches, European Missionaries, Islamic Assiciation and Socio-religious Change in Java 1812-1936, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1993 Tim Dowley et.al (Eds.), Introduction to The History of Christianity, Minneapolis: Fortress Press, 1995 Zakariah Brutus, Allah itu Esa dalam Tri Tunggal Yang Kudus, Jakarta: Yayasan al-Rachmat. tt. 412 Teologia, Volume 19, Nomor 2, Juli 2008