Ageratum conyzoides Linn. - UPT Perpustakaan Universitas Ngudi

advertisement
THE ANTIBACTERIAL ACTIVITY TEST OF HEXANE EXTRACT OF
BABADOTAN LEAF (Ageratum conyzoides Linn.) ON RESISTTANT
Staphylococcus aureus AND RESISTANT Escherichia coli
Niken Dyah Ariesti, Richa Yuswantina, Novalia Indah EkaPramita
ABSTRACT
Babandotan leaf contains chemical compounds of flavonoids, saponins, and
polyphenols that are suspected to be able to decrease the number of colony growth of
resistant bacteria S. aureus and resistant E. coli. This study aimed to determine the
antibacterial activity of the hexane extract of babandotan leaf (Ageratum conyzoides
Linn) against resistant S. aureus bacteria and resistant E. coli which are comparable to
ciprofloxacin.
Anti-bacterial activity test used solid dilution method with the concentration of
3%, 6%, and 9% w/v. The used bacteria were S. aureus and E. coli that had undergone
antibiotic resistance. The results showed that the hexane extract of babandotan leaf had
antibacterial activity against resistant E. coli and resistant S. aureus in the concentration
of 9% w/v.
The analysis of the data on resistant E. coli using the Kruskal-Wallis and Mann
Whitney significance value 1.000 (P> 0.05), indicating that the hexane extract of leaves
babndotan 9% w/v not differ significantly or have a comparable effect with 0,015 mg/ml
ciprofloxacin in reducing the number of bacterial colony growth of E. coli resistant.
While the data analysis of S.aureus resistant using Analysis 17.0 for Windows by using
ANOVA test significant values obtained 0.588 (P> 0.05), indicating that leaf hexane
babndotan 9% w/v not differ significant or have a comparable effect with ciprofloxacin
0,5 mg/ml in reducing the number of bacterial colony growth of S. aureus resistant.
Keywords: babandaotan leaf (Ageratum conyzoides Lin), antibacterial, S. aureus resistant,
E. coli resistant.
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK HEKSAN DAUN BABADOTAN
(Ageratum conyzoides Linn.) TERHADAP Staphylococcus aureus RESISTEN DAN
Escherichia coli RESISTEN
Niken Dyah Ariesti, Richa Yuswantina, Novalia Indah EkaPramita
INTISARI
Daun babandotan mengandung senyawa kimia flavonoid, saponin, dan polifenol
yang diduga dapat menurunkan jumlah pertumbuhan koloni bakteri S. aureus resisten dan
E. coli resisten. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak
heksan daun babandotan (Ageratum conyzoides Linn) dapat menurunkan jumlah
pertumbuhan koloni terhadap bakteri S. aureus resisten dan E. coli resisten yang
sebanding dengan ciprofloxacin.
Uji aktivitas anti bakteri menggunakan metode dilusi padat dengan konsentrasi 3%,
6%, dan 9% b/v. Hal ini dikarenakan ekstrak heksan daun babandotan yang berupa
larutan keruh sehingga dalam penentuan jumlah pertumbuhan koloni bakteri mengalami
kesulitan, khususnya dalam hal pengamatan karena akan sulit dalam membedakan
kekeruhan dari ekstrak atau bakteri. Dari hasil menunjukan bahwa ekstrak heksan daun
babandotan mempunyai aktivitas sebagai antibakteri terhadap S. aureus resisten dan
E.coli resisten dengan konsentrasi 9% b/v dengan penurunan jumlah pertumbuhan koloni
bakteri yang berbeda.
Hasil analisa data menggunakan SPSS 17.0 dengan taraf kepercayaan 95%. Pada
bakteri S. aureus resisten menggunakan uji ANOVA diperoleh nilai signifikansi 0,588
(P> 0,05) yang menunjukan bahwa ekstrak 9% b/v sebanding dengan control positif.
Sedangkan pada E. coli resisten analisis data menggunakan Mann Whitney diperoleh nilai
signifikansi 1,000 (P > 0,05), yang menunjukkan bahwa ekstrak 9% b/v sebanding
dengan kontrol positif.
Kata kunci : daun babandotan (Ageratum conyzoides Linn), antibakteri, S. aureus
resisten, E. coli resisten.
PENDAHULUAN
Bandotan (Ageratum conyzoides Linn.) berkhasiat untuk mengobati kolik, flu,
demam, antidisentri diare, rematik, tonik, pereda demam (antipiretik), antitoksik,
menghilangkan pembengkakan (Ming 1999). Daun babandotan mengandung saponin,
flavonoid, dan polifenol (Okwori dkk, 2006). Infeksi merupakan salah satu masalah
klasik dalam bidang kesehatan di Indonesia, menurut (Riskesdas) tahun 2013
menunjukkan prevalensi rata-rata infeksi di Indonesia sebesar 3,5 persen. Keadaan udara
yang lembab, berdebu serta temperatur yang hangat menyebabkan mikroba dapat tumbuh
dengan subur. Infeksi dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri,
virus, jamur dan protozoa. Beberapa infeksi disebabkan oleh bakteri yang secara umum
merupakan patogen bagi manusia, bersifat tidak tampak atau asimptomatik, seperti
bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
Banyak bakteri yang sudah resisten terhadap antibiotik yang beredar di pasaran.
Bakteri seperti Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, telah resisten terhadap
antibiotik (Owens dkk., 2005). Ekstrak heksan daun babadotan (Argentum conyzoides
Linn.) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dengan kadar
bunuh minimal 12,5 mg/ml dan Escherichia coli dengan kadar bunuh minimal 6,12
mg/ml (Okwori dkk, 2006). Berdasarkan data tersebut, maka penelitian ini dilakukan
untuk menguji aktivitas ekstrak heksan daun babadotan (Argentum conyzoides Linn.)
terhadap Staphylococcus aureus resisten dan Escherichia coli resisten dengan metode
dilusi padat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak
heksan daun babandotan terhadap Staphylococcus aureus resisten dan Escherichia coli
resisten yang sebanding dengan ciprofloxacin.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dalam
bidang obat tradisional dalam upaya pemanfaatan daun babandotan (Ageratum conyzoides
Linn) terhadap Staphylococcus aureus resisten dan Escherichia coli resisten.
BAHAN DAN CARA
BAHAN
Daun babandotan yang diperoleh dari daerah Bandungan. Serbuk daun
babandotan disari menggunakan heksan, suspensi bakteri S. aureus resisten dan E. coli
resisten , media MH (Mueller Hinton), media BHI (Brain Heart Infusion), aquadest.
CARA
Determinasi dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Biosistematik Jurusan
Biologi Fakultas MIPA Universitas Diponegoro Semarang untuk mengetahui kebenaran
dari tumbuhan babandotan (Ageratum conyzoides Linn).
Ekstrak babandotan (Ageratum conyzoides Linn) diperoleh dengan metode
maserasi dengan menggunakan pelarut heksan. Maserat diuapkan dengan waterbath pada
suhu 60oC sampai terbentuk ekstrak kental.
Uji kualitatif flavonoid diambil sebanyak 0,1 g ekstrak ditambahkan methanol
kemudian dipanaskan, filtrat yang didapat ditambahkan dengan larutan H2SO4. Uji
kualitatif saponin diambil sebanyak 0,1 g ekstrak ditambahkan dengan air panas selama 5
menit, disaring dan dikocok secara vertikal kemudian diamkan selama 10 menit dan
ditambahkan HCL 10% sebayak 1 ml. Uji kualitatif polifenol diambil sebanyak 0,1 g
ekstrak ditambahkan aquadest kemudian dipanaskan. Filtrat yang diperoleh ditambahkan
dengan FeCl3.
Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode dilusi padat. Bakteri yang
digunakan yaitu Staphylococcus aureus resisten dan Escherichia coli resisten, media yang
digunakan yaitu media MH (Mueller Hinton) dan media BHI (Brain Heart Infusion).
Konsentrasi ekstrak heksan daun babandotan yang digunakan yaitu 3% b/v, 6% b/v, dan
9% b/v. Penelitian ini menggunakan dua kontrol yaitu kontrol positif ciprofloxacin 0,5
µg/ml untuk S. aureus resisten dan 0,015 µg/ml untuk E. coli resisten , kontrol negatif
aquadest. Pengulangan dilakukan sebanyak 3 kali . Untuk mengetahui penurunan jumlah
pertumbuhan koloni bakteri, data yang diperoleh adalah dengan cara membandingkan
hasil penurunan pertumbuhan koloni bakteri dari masing-masing konsentrasi
dibandingkan dengan control negatif.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen murni post test control group
design. Data yang diperoleh adalah jumlah pertumbuhan koloni bakteri yang dianalisa
dengan SPSS 17.0 for Windows dengan taraf kepercayaan 95%. Untuk bakteri S. aureus
resisten analisis data menggunakan uji ANOVA karena data yang diperoleh telah
tersistribusi normal dan homogen, kemudian dilanjutkan dengan uji Least Significant
Differences (LSD). Pada bakteri E. coli resisten analisis data menggunakan uji Kruskal
Wallis dan dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney karena data yang diperoleh tidak normal
dan homogen.
HASIL
Determinasi Tanaman
1b, 2b, 3b, 4b, 7b, 9b, 10b, 11b, 12b, 13b, 14b, 16b, …..Golongan 11 : Tanaman dengan
daun majemuk berhadapan, … 286b, 288b, 289b, ….. Famili 121 :
Compositae/Asteraceae, 1a, 2b, 3b, 4b, 5b, 11b, ….. Genus 11 :Ageratum….. Spesies
:Ageratum conyzoides Linn. (Babandotan).
Hasil Ekstrak Daun Babandotan
Hasil uji Kualitatif
a. Flavonoid
a.
b. Saponin
c. Polifenol
Uji flavonoid terjadi perubahan warna menjadi merah
b. Uji polifenol terjadi perubahan warna menjadi biru
c. Uji saponin ditandai dengan munculnya buih yang stabil
Tabel I. Rata-rata Jumlah Pertumbuhan Koloni Bakteri
Kelompok Perlakuan
Jumlah pertumbuhan koloni bakteri
E.Coli (Mean±SD)
S.Aureus (Mean±SD)
Kontrol +
0,00±0,00
104,67±3,06
Kontrol -
1132,67±6,11
1116,33±13,32
Ekstrak 3% b/v
736,67±13,31
965,33±5,03
Ekstrak 6% b/v
300,67±10,263
519,33±7,02
Ekstrak 9% b/v
0,00±0,00
108,00±2,00
Tabel II. Uji LSD S. aureus resisten
Kelompok Perlakuan
Signifikansi
Keterangan
K- vs K+
0,000
Berbeda bermakna
K- vs P1
0,000
Berbeda bermakna
K- vs P2
0,000
Berbeda bermakna
K- vs P3
0,000
Berbeda bermakna
K+ vs P1
0,000
Berbeda bermakna
K+ vs P2
0,000
Berbeda bermakna
K+ vs P3
0,588
Berbeda tidak bermakna
P1 vs P2
0,000
Berbeda bermakna
P1 vs P3
0,000
Berbeda bermakna
P2 vs P3
0,000
Berbeda bermakna
Tabel III. Uji Mann Whitney E. coli resisten
Kelompok Perlakuan
Signifikansi
Keterangan
K- vs K+
0,037
Berbeda bermakna
K- vs P1
0,050
Berbeda bermakna
K- vs P2
0,050
Berbeda bermakna
K- vs P3
0,037
Berbeda bermakna
K+ vs P1
0,037
Berbeda bermakna
K+ vs P2
0,037
Berbeda bermakna
K+ vs P3
1,000
Berbeda tidak bermakna
P1 vs P2
0,050
Berbeda bermakna
P1 vs P3
0,037
Berbeda bermakna
P2 vs P3
0,037
Berbeda bermakna
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil determinasi diperoleh kepastian bahwa tanaman yang
digunakan dalam penelitian adalah daun babandotan (Ageratum conyzoides Linn.).
Determinasi tanaman bertujuan untuk menghindari penggunaan tanaman yang salah,
mencegah kemungkinan tercampurnya tanaman yang akan diteliti dengan tanaman lain
dan untuk memperoleh kepastian identitas tanaman yang digunakan serta menghindari
kesalahan dalam pengumpulan bahan yang diteliti.
Serbuk daun babndotan bobot 500 gram setelah diuapkan, diperoleh ekstrak
kental 91,14 gram, sehingga didapat kadar ekstrak (rendemen) sebesar 18,23%.
Reaksi kimia uji kualitatif pada flavonoid:
OH
HO
OH
+
HO
H
H
OH
H
O
OH
OH
-
H
OH
H
O
O
flavonoid
H
kalkon (merah)
Reaksi kimia uji kualitatif pada Saponin :
H3C
CH3
H3C
CH3
+ Cl-
+ HCl
CH3
CH3
HO
HO
saponin
buih stabil
Reaksi kimia uji kualitatif pada Polifenol :
HO
OH
OH
+ Fe(OH)3
3+
+ Fe
OH
OH
HO
HO
Berdasarkan
uji aktivitas antibakteri dengan dilusi padat dapat
dilihat
bahwa
Warna
hitam
HO
aktivitas antibakteri dari ciprofloxacin dan ekstrak heksanHO
daun babandotan memiliki
pengaruh penurunan jumlah pertumbuhan bakteri yang berbeda pada bakteri Gram positif
polifenol
yaitu S.aureus resisten dan Gram negatif E. Coli resisten. Hasil ditunjukan pada
konsentrasi 9% b/v ekstrak heksan daun babandotan dan ciprofloxacin telah berhasil
menimbulkan daya hambat pada bakteri pada E. coli. Sedangkan pada bakteri S aureus
resisten konsentrasi 9% b/v terbukti dapat menurunkan jumlah pertumbuhan koloni
bakteri, meskipun masih ada pertumbuhan yang tampak. Hal ini dikarenakan pada pada
bakteri gram positif yaitu S aureus resisten lebih sensitif dengan lingkungan sekitar
sehingga cepat beradaptasi, sedangkan pada bakteri gram negatif yaitu E. coli resisten
tidak terlalu sensitif dengan lingkungan sekitar.
Uji aktivitas antibakteri ekstrak heksan daun babandotan menunjukkan hasil
dapat menurunkan jumlah pertumbuhan koloni bakteri karena pada ekstrak heksan daun
babandotan mengandung senyawa kimia berupa flavonoid, saponin dan polifenol.
Senyawa flavonoid bekerja dengan cara mendenaturasi protein dari sel bakteri dan
merusak membran sel tanpa diperbaiki lagi, pada senyawa saponin bekerja dengan cara
merusak membran sitoplasma sel bakteri sehingga dapat menggangu protein membran,
dan senayawa polifenol bekerja dengan cara merusak membran sel bakteri dan
menginduksi ikatan senyawa kompleks terhadap enzim/substrat mikroba. Senyawasenyawa kimia ini yang dapat melisiskan bakteri dan dapat bekerja sebagai antibakteri
alami. Dari hasil yang telah saya lakukan dapat menunjukan bahwa ekstrak heksan daun
babandotan (Ageratum conyzoides L.) memiliki daya sebagai antibakteri, hal ini
menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian terdahulu yang dilakuan oleh Okwori
dkk pada tahun 2006.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Ekstrak heksan daun babandotan (Ageratum conyzoides Linn) terbukti mempunyai
aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphilococcus aureus resisten dan Escherichia
coli resisten.
2. Konsentrasi 9% b/v ekstrak heksan daun babandotan (Ageratum conyzoides Linn)
dapat menurunan jumlah pertumbuhan koloni bakteri sebagai aktivitas antibakteri
terhadap bakteri Staphilococcus aureus resisten dan bakteri Escherichia coli
resisten.
3. Konsentrasi 9% b/v ekstrak heksan daun babandotan (Ageratum conyzoides Linn)
mempunyai penurunan jumlah pertumbuhan koloni bakteri sebagai aktivitas
antibakteri yang sebanding dengan ciprofloxacin 0,5 µg/ml pada S. aureus resisten
dan 0,015 µg/ml pada E. coli resisten.
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penurunan jumlah
pertumbuhan koloni pada bakteri Staphilococcus aureus resisten dengan
menggunakan ekstrak heksan daun babandotan menggunsksn dosis yang lebih tinggi.
2. Perlu dilakukan uji aktivitas antibakteri pada daun babandotan
(Ageratum
conyzoidesLinn) dengan menggunakan metode yang berbeda.
UCAPAN TERIMAKASIH
Bapak, Ibu dosen serta staf karyawan laboratorium Prodi Farmasi dan Staf
karyawan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran yang telah banyak membantu dalam
kelancaran penyusunan skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ming, L.C., 1999, Argentum Conizoides: A Tropical Source of Medicinal &
Agricultural Product. In Janic J. (Ed.). Perspective on New Crops and New Uses.
SHS press. Virginia, USA.
2. Okwori A., Dina C., Junaid S., Okeke I., Adetunji I., Olabode A., 2006,
Antibacterial Activities of Ageratum Conizoides Extracs on Selected Bacterial
Pathogens. The Internet Journal of Microbiology Volume 4 no 1.
3. Depkes RI, 2013, Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, 72-74, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.
4. Owens, R. C., Ambrose, P. G., dan Nightingale, C. H., 2005, Antibiotic
Optimization, 30, Marsel dekker, New York.
Download