1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penekanan terhadap persarafan pergelangan tangan (carpal tunnel syndrome) merupakan kelainan yang paling sering mengenai N. Medianus sebagai sindrom jebakan nervus yang palingsering ditemukan. Hal ini berkaitan dengan penggunaan tangan yang eksesif tak terbatas dan trauma repetitif akibat paparan okupasi berkelanjutan. Ligamentum carpi transversum yang terinfiltrasi oleh jaringan amyloid (seperti yang timbul pada myeloma multiple) atau penebalan jaringan ikat pada rheumatoid artritis, acromegaly, mucopolysaccharidosis, dan hipotiroidis memerupakan penyebab yang mudah diidentifikasi untuk memicu timbulnya carpal tunnel syndrome. Kehamilan merupakan faktor penyebab yang bisa memicu timbulnya sindroma ini, namun jarang teridentifikasi dengan jelas. Pada orang lanjut usia, penyebab timbulnya carpal tunnel syndrome sering menimbulkan kerancuhan. Dysesthesias dan nyeri pada jari tangan, mengacu pada “acroparesthesiae” merupakan tanda klinis awal terjadinya sindrom penekanan N. Medianus pada awal tahun 1950-an. Tahun1949, Kremer dkk pertama kali mengemukakan penyebab timbulnya sindrom ini dikarenakan oleh penekanan terhadap N. Medianus pada pergelangan tangan dan gejalanya akan berkurang dengan pemisahan fleksor retinaculum yang membentuk dinding ventral canalis carpi. Paresthesia timbul cukup parah di saat malam hari. Nyeri akibat carpal tunnel syndrome sering kali menjalar hingga ke lengan dan pundak. Gejala yang timbul secara esensial berupa sensorik satu, yakni hilangnya sebagian sensibilitas superfisial pada jari jempol, jari telunjuk dan jari tengah. Kelemahan dan atrofi pada otot abduktor pollicis brevis dan otot – otot lain yang dipersarafi oleh N. Medianus seringkali ditemukan pada kelainan yang sudah cukup parah dan tak terobati. Uji elektrofisiologis membantu dalam penegakan diagnosis dan memberikan kejelasan akan kemungkinan suksesi tindakan operasi 2 1.2. Tujuan Penulisan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengerti dan memahami tentang Carpal Tunnel Syndrome dan untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Bedah Saraf, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara. 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan neuropati akibat terhadap nervus medianus di dalam terowongan karpal pada pergelangan tangan, tepatnya di bawah fleksor retinakulum. Dulu, sindroma ini juga disebut dengan nama acroparesthesia , median thenar neuritis atau partial thenar atrophy . CTS pertama kali dikenali sebagai suatu sindroma klinik oleh Sir James Paget pada kasus stadium lanjut fraktur radius bagian distal (1854) . CTS spontan pertama kali dilaporkan oleh Pierre Marie dan C.Foix pada taboo 1913. Istilah CTS diperkenalkan oleh Moersch pada tabun 1938.1 Terowongan karpal terdapat di bagian sentral dari pergelangan tangan di mana tulang dan ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang dilalui oleh beberapa tendon dan nervus medianus. Tulang-tulang karpalia membentuk dasar dan sisi-sisi terowongan yang keras dan kaku sedangkan atapnya dibentuk oleh fleksor retinakulum (transverse carpal ligament dan palmar carpal ligament) yang kuat dan melengkung di atas tulang-tulang karpalia tersebut. Setiap perubahan yang mempersempit terowongan ini akan menyebabkan tekanan pada struktur yang paling rentan di dalamnya yaitu nervus medianus.2 2.2. Etiologi Terowongan carpal yang sempit selain dilalui oleh nervus medianus juga dilalui oleh beberapa tendonflexor. Setiap kondisi yang mengakibatkan semakin padatnya terowongan ini dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada nerves medianus sehingga timbul carpal tunnel syndrom. Carpal tunnel syndrom dapat dibagi menjadi dua yaitu akut dan kronis, namun pada sebagian kasusvetiologinya tidak diketahui ( idiopatik ), terutama pada penderita lanjut usia. Selain itu gerakan yangberulang-ulang pada pergelangan tangan dapat menambah resiko carpal tunnel syndrom.2,3 4 Pada keadaan lain lain nerves medianus dapat terjebak juga di carpal tunnel itu. Secara sekunder, carpal tunnel sindrom dapat timbul pada penderita dengan osteoartitis, diabetes mellitus, miksedema,akromegali, atau wanita hamil. Etiologi lain pada kasus carpal tunnel sindrom antara lain: (1) Herediter (nuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy), (2) Trauma (dislokasi,fraktur colles atau hematom pada lengan bawah, sprain pergelangan tangan, trauma langsung pada pergelangan tangan, pekerjaan dengan gerakan mengetuk atau flexi dan ekstensi pergelangan tanganyang berulang, (3) Infeksi (tenosinovitis, tuberculosis), (4) Metabolik (amiloidesis, gout), (5) Endokrin(terapi estrogen dan androgen, diabetes mellitus, kahamilan). (6) Neoplasma (Kista ganglion, lipoma,infiltrsi metastase, mieloma) (7) Penyakit kolagen vaskuler ( artitis rematoid, polimialgia reumatika), (8)Degenerasi (osteoartitis), (9) Tumor.3 2.3. Epidemiologi Perempuan tiga kali lebih beresiko dibandingkan pria untuk terkena carpal tunnel syndrome, mungkin karena terowongan karpal sendiri lebih kecil pada wanita dibandingkan pria. Tangan yang lebih dominan biasanya terkena pertama kali dan merasakan sakit yang lebih parah. Orang dengan diabetes atau gangguan metabolik lainnya yang secara langsung mempengaruhi saraf tubuh dan orang yang lebih rentan terhadap kompresi juga beresiko tinggi. Carpal tunnel Syndrome biasanya terjadi hanya pada orang dewasa.2 Pada wanita hamil, prevalensi carpal tunnel syndrome lebih tinggi. Angka kejadiannya semakin tinggi dengan bertambahnya masa kehamilan.4 2.4. Patofisiologi Pada pergelangan tangan, nervus medianus melewati suatu terowongan dimana bagian dorsal dan sekitarnya dibatasi oleh tulang karpal dan bagian volarnya dibatasi ligament karpalia transversal. Pada keadaan dimana terjadi penebalan ligamen karpalia transversal, adanya nodul, dapat menyebabkan kompresi n.medianus. Peningkatan tekanan dalam terowongan karpal 5 mengakibatkan iskemi pada n.medianus, gangguan konduksi saraf, parestesia, dan nyeri Awalnya tidak terdapat perubahan morfologi pada saraf median, fungsi neurologis reversible dengan gejala bersifat hilang timbul. Pemanjangan episode dan peningkatan frekuensi penekanan dalam terowongan karpal akan menyebabkan demielinasi segmental dan lebih konstan dengan gejala-gejala yang lebih berat, kadang-kadang disertai dengan kelemahan. Saat terjadi pemanjangan proses iskemi, timbulah cedera axonal dan disfungsi saraf yang bersifat irreversible.5 2.5. Gambaran Klinis Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja .Gangguan motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal biasanya berupa parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliran listrik (tingling) pada jari dan setengah sisi radial jari walaupun kadang-kadang dirasakan mengenai seluruh jari-jari. Keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam hari. Gejala lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada malam hari sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri ini umumnya agak berkurang bila penderita memijat atau menggerakgerakkan tangannya atau dengan meletakkan tangannya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri juga akan berkurang bila penderita lebih banyak mengistirahatkan tangannya. Bila penyakit berlanjut, rasa nyeri dapat bertambah berat dengan frekuensi serangan yang semakin sering bahkan dapat menetap. Kadang-kadang rasa nyeri dapat terasa sampai ke lengan atas dan leher, sedangkan parestesia umumnya terbatas di daerah distal pergelangan tangan. Dapat pula dijumpai pembengkakan dan kekakuan pada jari-jari, tangan dan pergelangan tangan terutama di pagi hari. Gejala ini akan berkurang setelah penderita mulai mempergunakan tangannya. Hipesetesia dapat dijumpai pada daerah yang impuls sensoriknya diinervasi oleh nervus medianus. Pada tahap yang lebih lanjut penderita mengeluh jari-jarinya menjadi kurang trampil misalnya saat menyulam atau memungut benda-benda kecil. 6 Kelemahan pada tangan juga dapat dijumpai, sering dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan yang dialami penderita sewaktu mencoba memutar tutup botol atau menggenggam. Pada penderita CPS pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar dan otot-otot lainnya yang diinervasi oleh nervus melanus.1 2.6. Diagnosis Diagnosa CPS ditegakkan selain berdasarkan gejala-gejala di atas juga didukung oleh beberapa pemeriksaan yaitu : 1. Pemeriksaan fisik Harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan perhatian khusus pada fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan. Beberapa pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat membantu menegakkan diagnosa CPS adalah : a. Flick's sign. Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerakgerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan menyokong diagnosa CPS. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai pada penyakit Raynaud. b. Thenar wasting. Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot thenar. c. Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual maupun dengan alat dinamometer. Penderita diminta untuk melakukan abduksi maksimal palmar lalu ujung jari 1 dipertemukan dengan ujung jari lainnya. Di nilai juga kekuatan jepitan pada ujung jari-jari tersebut. Ketrampilan/ketepatan dinilai dengan meminta penderita melakukan gerakan yang rumit seperti menulis atau menyulam. d. Wrist extension test. Penderita melakukan ekstensi tangan secara maksimal, sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti CPS, maka tes ini menyokong diagnosa CPS. e. Phalen's test. Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti CPS, tes ini menyokong 7 diagnosa. Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan diagnosa CPS. f. Torniquet test. Dilakukan pemasangan tomiquet dengan menggunakan tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit timbul gejala seperti CPS, tes ini menyokong diagnosa. g. Tinel's sign. Tes ini mendukung diagnosa hila timbul parestesia atau nyeri pada daerah distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi. h. Pressure test. Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala seperti CPS, tes ini menyokong diagnosa. i. Luthy's sign (bottle's sign). Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat menyentuh dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan positif dan mendukung diagnosa. j. Pemeriksaan sensibilitas. Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-point discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus, tes dianggap positif dan menyokong diagnosa. k. Pemeriksaan fungsi otonom. Diperhatikan apakah ada perbedaan keringat, kulit yang kering atau licin yang terbatas pada daerah innervasi nervus medianus. Bila ada akan mendukung diagnosa CPS. 2. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik) De Krom dkk. Menyatatakan pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis carpal tunnel syndrome kurang memadai, karena itu penderita dengan tanda dan gejala carpal tunnel syndrome harus dilakukan pemeriksaan neurofisiologi.6 a. Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik, gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot 8 thenar. Pada beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada otot-otot lumbrikal. EMG bisa normal pada 31 % kasus CPS. b. Kecepatan Hantar Saraf(KHS). Pada 15-25% kasus, KHS bisa normal. Pada yang lainnya KHS akan menurun dan masa laten distal (distal latency) memanjang, menunjukkan adanya gangguan pada konduksi safar di pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa laten motorik. 3. Pemeriksaan radiologis , Pemeriksaan sinar X terhadap pergelangan tangan dapat membantu melihat apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto palos leher berguna untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CT scan dan MRI dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi. 4. Pemeriksaan laboratorium , Bila etiologi CPS belum jelas, misalnya pada penderita usia muda tanpa adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan seperti kadar gula darah , kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap.1 2.7. 1. Diagnosis Banding Cervical radiculopathy. Biasanya keluhannya berkurang hila leher diistirahatkan dan bertambah hila leher bergerak. Oistribusi gangguan sensorik sesuai dermatomnya. 2. lnoracic outlet syndrome. Dijumpai atrofi otot-otot tangan lainnya selain otototot thenar. Gangguan sensorik dijumpai pada sisi ulnaris dari tangan dan lengan bawah. 3. Pronator teres syndrome. Keluhannya lebih menonjol pada rasa nyeri di telapak tangan daripada CPS karena cabang nervus medianus ke kulit telapak tangan tidak melalui terowongan karpal. 9 4. de Quervain's syndrome. Tenosinovitis dari tendon muskulus abduktor pollicis longus dan ekstensor pollicis brevis, biasanya akibat gerakan tangan yang repetitif. Gejalanya adalah rasa nyeri dan nyeri tekan pada pergelangan tangan di dekat ibu jari. KHS normal. Finkelstein's test : palpasi otot abduktor ibu jari pada saat abduksi pasif ibu jari, positif bila nyeri bertambah.1 2.8. Penatalaksanaan Selain ditujukan langsung terhadap CPS, terapi juga harus diberikan terhadap keadaan atau penyakit lain yang mendasari terjadinya CPS. Oleh karena itu sebaiknya terapi CPS dibagi atas 2 kelompok, yaitu : 1. Terapi langsung terhadap CPS a. Terapi konservatif. 1. Istirahatkan pergelangan tangan. 2. Obat anti inflamasi non steroid. 3. Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai dapat dipasang terus-menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3 minggu. 4. lnjeksi steroid. Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison 10-25 mg atau metilprednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam terowongan karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau 25 pada lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah medial tendon musculus palmaris longus. Bila belum berhasil, suntikan dapat diulangi setelah 2 minggu atau lebih. Tindakan operasi dapat dipertimbangkan bila hasil terapi belum memuaskan setelah diberi 3 kali suntikan. 5. Kontrol cairan, misalnya dengan pemberian diuretika. 6. Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa salah satu penyebab CPS adalah defisiensi piridoksin sehingga mereka menganjurkan pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan . Tetapi beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian 10 piridoksin tidak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan neuropati bila diberikan dalam dosis besar 7. Fisioterapi. Ditujukan pada perbaikan vaskularisasi pergelangan tangan. b. Terapi operatif. Tindakan operasi pacta CPS disebut neurolisis nervus medianus pada pergelangan tangan. Operasi hanya dilakukan pacta kasus yang tidak mengalami perbaikan dengan terapi konservatif atau hila terjadi gangguan sensorik yang berat atau adanya atrofi otot-otot thenar . Pada CPS bilateral biasanya operasi pertama dilakukan pada tangan yang paling nyeri walaupun dapat sekaligus dilakukan operasi bilateral. Penulis lain menyatakan bahwa tindakan operasi mutlak dilakukan hila terapi konservatif gagal atau bila ada atrofi otot-otot thenar, sedangkan indikasi relatif tindakan operasi adalah hilangnya sensibilitas yang persisten. Biasanya tindakan operasi CPS dilakukan secara terbuka dengan anestesi lokal, tetapi sekarang telah dikembangkan teknik operasi secara endoskopik. Operasi endoskopik memungkinkan mobilisasi penderita secara dini dengan jaringan parut yang minimal, tetapi karena terbatasnya lapangan operasi tindakan ini lebih sering menimbulkan komplikasi operasi seperti cedera pada safar Beberapa penyebab CPS seperti adanya massa atau anomali maupun tenosinovitis pacta terowongan karpal lebih baik dioperasi secara terbuka. Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari CPS . Keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya CPS harus ditanggulangi, sebab bila tidak dapat menimbulkan kekambuhan CPS kembali. Pada keadaan di mana CPS terjadi akibat gerakan tangan yang repetitif harus dilakukan penyesuaian ataupun pencegahan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya CPS atau mencegah kekambuhannya antara lain : Usahakan agar pergelangan tangan selalu dalam posisi netral Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda. Gunakanlah seluruh tangan dan jari-jari untuk menggenggam sebuah benda, jangan hanya menggunakan ibu jari dan telunjuk. 11 Batasi gerakan tangan yang repetitif. Istirahatkan tangan secara periodik. Kurangi kecepatan dan kekuatan tangan agar pergelangan tangan memiliki waktu untuk beristirahat. Latih otot-otot tangan dan lengan bawah dengan melakukan peregangan secara teratur. Di samping itu perlu pula diperhatikan beberapa penyakit yang sering mendasari terjadinya CPS seperti : trauma akut maupun kronik pada pergelangan tangan dan daerah sekitarnya, gagal ginjal, penderita yang sering dihemodialisa,myxedema akibat hipotiroidi, akromegali akibat tumor hipofise, kehamilan atau penggunaan pil kontrasepsi, penyakit kolagen vaskular, artritis, tenosinovitis, infeksi pergelangan tangan, obesitas dan penyakit lain yang dapat menyebabkan retensi cairan atau menyebabkan bertambahnya isi terowongan karpal.1 2.9. Komplikasi Komplikasi jarang ditemukan setelah tindakan operasi open atau teknik operasi endoskopi. Komplikasi yang paling sering adalah laserasi nervus, laserasi pembuluh darah dan laserasi tendon. Laserasi cabang palmar cutaneous dari nervus medianus dengan nyeri dilaporkan merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan pada teknik operasi open release carpal tunnel syndrome. Cedera pada nervus tidak dikaitkan dengan skill dan pengalaman dokter bedah namun dihubungkan dengan prosedur pelaksanaan, anatomi dari carpal canal dan peralatan yang digunakan.7 2.10. Prognosis Pada kasus CPS ringan, dengan terapi konservatif pacta umumnya prognosa baik. Secara umum prognosa operasi juga baik, tetapi karena operasi hanya melakukan pada penderita yang sudah lama menderita CPS penyembuhan post ratifnya bertahap. Perbaikan yang paling cepat dirasakan adalah hilangnya rasa nyeri yang kemudian diikuti perbaikan sensorik. Biasanya perbaikan motorik 12 dan otot- otot yang mengalami atrofi baru diperoleh kemudian. Keseluruhan proses perbaikan CPS setelah operasi ada yang sampai memakan waktu 18 bulan. Bila setelah dilakukan tindakan operasi, tidak juga diperoleh perbaikan maka dipertimbangkan kembali kemungkinan berikut ini : 1. Kesalahan menegakkan diagnosa, mungkin jebakan/tekanan terhadap nervus medianus terletak di tempat yang lebih proksimal. 2. Telah terjadi kerusakan total pada nervus medianus. 3. Terjadi CPS yang baru sebagai akibat komplikasi operasi seperti akibat edema, perlengketan, infeksi, hematoma atau jaringan parut hipertrofik. Komplikasi yang dapat dijumpai adalah kelemahan dan hilangnya sensibilitas yang persisten di daerah distribusi nervus medianus. Komplikasi yang paling berat adalah reflek sympathetic dystrophy yang ditandai dengan nyeri hebat, hiperalgesia, disestesia dan ganggaun trofik. Sekalipun prognosa CPS dengan terapi konservatif maupun operatif cukup baik ,tetapi resiko untuk kambuh kembali masih tetap ada. Bila terjadi kekambuhan, prosedur terapi baik konservatif atau operatif dapat diulangi kembali.1 13 BAB 3 KESIMPULAN Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan tanda dan gejala klinik yang timbul akibat tekanan terhadap N. Medianus yang berjalan melalui canalis carpi. Carpal tunnel syndrome merupakan salah satu bentuk neuropathy pada ekstremitas superior yang menimbulkan efek nyeri pada tangan berupa gangguan motorik dan sensorik yang dipersarafi oleh N. Medianus 14 DAFTAR PUSTAKA 1. Aldy S Rambe. 2004. Carpal Tunnel Syndrome. Available from http:// http://tiosijimbo.wordpress.com/2010/10/22/carpal-tunnel-syndrome-cts/ [ Accesed 7th April 2013] 2. Scott K. Ross. 2008. Carpal Tunnel Syndrome Diagnosis And Treatment. Availaible from : http://www.disabilitydurations.com/States/oregon/Carpal_Tunnel.pdf [ Accesed 7th April 2013] 3. NINDS. 2013. Carpal Tunnel Syndrome. Available from http://www.ninds.nih.gov/disorders/carpal_tunnel/detail_carpal_tunnel.htm [ Accesed 7th April 2013] 4. Saeid Khosrawi, Raziyeh Maghrouri. 2012. The prevalence And Severity of Carpal Tunnel Syndrome During Pregnancy. Available from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3544091/ [Accesed 7th April 2013] 5. Milind Kachare, BS Edward. 2010. Interesting Case: Carpal Tunnel Syndrome. Available from : http://www.med.und.edu/users/jwhiting/carpalss.html [Accesed 7th April 2013] 6. Moeliono F. 2002. Diagnosis Dan Terapi Sindroma Terowongan Karpal. 7. Fuller DA. 2012. Orthopaedic Surgery For Carpal Tunnel Syndrome. Medscapen References. Available http://emedicine.medscape.com/article/327330-treatment. [Accesed 7th April 2013] from :