BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Struktur Modal Modal

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Struktur Modal
Modal dalam suatu bisnis merupakan salah satu sumber pembiayaan agar
perusahaan
dapat
menjalankan
aktivitasnya.
Setiap
perusahaan
dalam
melaksanakan kegiatannya selalu berupaya untuk menjaga keseimbangan
finansialnya. Struktur modal (capital structure) adalah perbandingan atau
imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh
perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. (Martono dan
Harjito, 2001 : 239). Warsono (2003 : 235) menyatakan bahwa pembahasan
struktur modal (capital structure) berkaitan dengan penentuan bauran (mix)
pembelanjaan jangka panjang perusahaan. Struktur modal mempunyai pengertian
yang berbeda dengan struktur keuangan (financial structure). Struktur modal
hanya merupakan bagian dari struktur keuangan. Struktur keuangan merupakan
kombinasi atau bauran dari segenap pos yang termasuk dalam sisi kanan neraca
keuangan perusahaan (sisi pasiva), sedangkan struktur modal merupakan bauran
dari segenap sumber pembelanjaan jangka panjang yang digunakan perusahaan.
Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari sumber modal sendiri berasal
dari modal saham, laba ditahan, dan cadangan. Jika dalam pendanaan perusahaan
yang berasal dari modal sendiri masih mengalami kekurangan (defisit) maka perlu
dipertimbangkan pendanaan perusahaan yang berasal dari luar, yaitu dari utang
(debt financing). Namun dalam pemenuhan kebutuhan dana, perusahaan harus
Universitas Sumatera Utara
mencari alternatif-alternatif pendanaan yang efisien. Pendanaan yang efisien akan
terjadi bila perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal. Struktur modal
optimal dapat diartikan sebagai struktur modal yang meminimalkan biaya
penggunaan modal perusahaan dan karenanya memaksimalkan nilai perusahaan
(Horne dan Wachowicz, 2007 : 237).
Struktur modal menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk
membiayai investasinya, sehingga dengan mengetahui struktur modal, investor
dapat mengetahui keseimbangan antara risiko dan tingkat pengembalian
investasinya. Risiko keuangan yang kemungkinan terjadi ketidak mampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajibannya dan tidak tercapainya laba
yang ditargetkan perusahaan. Struktur modal merupakan masalah penting bagi
perusahaan karena baik atau buruknya struktur modal akan mempunyai efek
langsung terhadap posisi keuangan perusahaan.
2.2 Teori Struktur Modal
2.2.1 Pecking Order Theory
Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Donalson pada tahun
1961, teori ini disebut Pecking Order karena teori ini menjelaskan
mengapa perusahaan akan menentukan kedudukan sumber dana yang
paling disukai. Menurut Brealey, et all (2008 : 25) teori pecking order
berbunyi sebagai berikut :
1. Perusahaan menyukai pendanaan internal, karena dana ini
terkumpul tanpa mengirimkan sinyal sebaliknya yang dapat
menurunkan harga saham.
Universitas Sumatera Utara
2. Jika dana eksternal dibutuhkan, perusahaan menerbitkan utang
lebih dahulu dan hanya menerbitkan ekuitas sebagai pilihan
terakhir. Pecking order ini muncul karena penerbitan utang tidak
terlalu diterjemahkan sebagai pertanda buruk oleh investor bila
dibandingkan dengan penerbitan ekuitas.
Menurut Myers dan Majluf (1984) pada penelitian (Marpaung,
2013) teori pecking order didasarkan pada dua asumsi yang menonjol.
Pertama, para manajer lebih mengetahui prospek perusahaan mereka
sendiri daripada investor luar. Kedua, manajer bertindak dalam
kepentingan terbaik pemegang saham yang ada. Dengan kondisi
tersebut, perusahaan terkadang akan melupakan positif proyek net
present value jika menerima mereka memaksa perusahaan untuk
menerbitkan saham undervalued untuk investor baru. Hal ini pada
gilirannya memberikan alasan bagi perusahaan untuk menurunkan nilai
finansial, seperti uang tunai yang besar dan kapasitas utang yang tidak
terpakai. Lebih khusus lagi, teori pecking order memprediksi bahwa
perusahaan lebih memilih untuk menggunakan dana internal bila
tersedia dan memilih utang atas ekuitas ketika pembiayaan eksternal
diperlukan.
2.2.2
Signalling Theory
Menurut Brigham dan Houston (2001:35), teori ini disusun
berdasarkan adanya asumsi asymmetric information (ketidaksamaan
informasi) antara manajer dan investor, dimana manajer memiliki
informasi yang berbeda (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan
Universitas Sumatera Utara
daripada yang dimiliki oleh investor. Asymmetric information
menyebabkan manajer berusaha memberi isyarat (signal) kepada
investor.
Isyarat
(signal)
merupakan
suatu
tindakan
yang
diambil
manajemen perusahaan yang member petunjuk bagi investor tentang
bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan
dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari
penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan
dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan utang yang melebihi target
struktur modal yang normal. Sedangkan perusahaan dengan prospek
yang kurang menguntungkan akan cenderung menjual sahamnya, yang
berarti mencari investor baru untuk berbagi kerugian. Pengumuman
emisi saham oleh suatu perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat
(signal) bahwa manajemen memandang prospek perusahaan tersebut
suram, karena apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham
baru, lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan menurun.
Dengan menerbitkan saham baru tersebut berarti memberikan isyarat
negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek
perusahaan
cerah.
Dalam
keadaan
normal,
perusahaan
harus
mempertahankan adanya kapasitas cadangan waktu meminjam (reserve
borrowing capacity) yang dapat digunakan sewaktu-waktu apabila ada
peluang investasi yang baik, dengan kata lain dalam keadaan normal
Universitas Sumatera Utara
perusahaan harus menggunakan lebih banyak ekuitas dan lebih sedikit
hutang.
2.2.3 Teori Pendekatan Modigliani dan Miller
Teori mengenai struktur modal modern bermula pada tahun 1958,
ketika Profesor Franco Modigliani dan Profesor Merton Miller yang
selanjutnya disebut MM mempublikasikan sebuah artikel keuangan
yang berjudul “The Cost of Capital, Corporation Finance, and the
Theory of Investment,” (Brigham dan Houston, 2001 : 30). Teori MM
membuktikan bahwa nilai suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh
struktur modalnya. Menurut Brigham dan Houston (2001 : 31), studi
MM didasarkan pada sejumlah asumsi yang tidak realistis, antara lain
1.
2.
3.
4.
Tidak ada biaya broker (pialang).
Tidak ada pajak.
Tidak ada biaya kebangkrutan.
Para investor dapat meminjam dengan tingkat suku bunga yang
sama dengan perseroan.
5. Semua investor mempunyai informasi yang sama seperti
manajemen mengenai peluang investasi perusahaan di masa
mendatang.
6. EBIT tidak dipengaruhi oleng penggunaan utang.
Kemudian pada tahun 1963, MM menerbitkan makalah lanjutan
dengan judul “Corporate Income Taxes and the Cost of Capital : A
Corecction” yang melemahkan asumsi tidak ada pajak. Peraturan
perpajakan memperbolehkan pengurangan pembayran bunga sebagai
beban, tetapi pembayaran dividen kepada pemegang saham tidak dapat
dikurangkan. Perlakuan yang berbeda ini mendorong perusahaan untuk
Universitas Sumatera Utara
menggunakan utang dalam struktur modal mereka. MM membuktikan
bahwa karena bunga atas hutang dikurangkan dalam perhitungan pajak,
maka nilai perusahaaan meningkat sejalan dengan makin besarnya
jumlah hutang dan nilainya akan mencapai titik maksimum bila
seluruhnya dibiayai dengan hutang. (Brigham dan Houston, 2001 : 32).
Hasil-hasil teori MM yang tidak relevan juga tergantung pada
asumsi bahwa tidak ada biaya kebangkrutan. Biaya yang berkaitan
dengan kebangkrutan mempunyai dua komponen : (1) probabilitas
terjadinya dan (2) biaya-biaya yang akan timbul bila kesulitan keuangan
telah muncul. Masalah kebangkrutan semakin cenderung muncul
apabila suatu perusahaan menyertakan lebih banyak utang dalam
struktur modalnya, biaya kebangkrutan menghalangi perusahaan untuk
menggunakan utang yang berlebihan (Brigham dan Houston, 2001 :
33).
2.2.4 Teori Trade-Off
Esensi trade-off dalam struktur modal adalah menyeimbangkan
manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan
hutang. Menurut Brigham dan Houston (2001 : 34) teori trade-off dari
leverage menyatakan bahwa perusahaan menyeimbangkan manfaat dari
pendanaan
dengan
utang
(perlakuan
pajak
perseroan
yang
menguntungkan) dengan suku bunga dan biaya kebangkrutan yang
lebih tinggi. Kenyataan bahwa bunga merupakan beban yang dapat
Universitas Sumatera Utara
dikurangkan telah mengakibatkan utang lebih murah daripada saham
biasa atau saham preferen. Dengan kata lain, utang memberikan
manfaat perlindungan pajak. Sehingga, penggunaan utang akan
mengakibatkan peningkatan porsi laba operasi perusahaan (EBIT) yang
mengalir kepada investor.
Namun dalam kenyataannya, jarang ada perusahaan yang
menggunakan 100 persen utang sebagai pendanaannya. Hal ini
dikarenakan pemegang saham mendapat keuntungan modal yang
rendah di samping itu, perusahaan membatasi penggunaan utang untuk
menekan biaya-biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan. Karena itu,
penggunaan utang sebagai pendanaan perusahaan perlu dibatasi untuk
memperkecil kebangkrutan yang mungkin terjadi.
2.3 Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
1.
Struktur Aset
Perusahaan yang sebagian besar asetnya berupa aset tetap (fixed
assets) biasanya lebih banyak menggunakan modal sendiri dalam
struktur modalnya (Warsono, 2003 : 237). Struktur aset merupakan
penentuan berapa besar alokasi dana masing-masing komponen aset
lancar maupun aset tetap. Menurut Brigham dan Houston (2001 : 39)
perusahaan dengan kriteria aset yang dapat dijadikan jaminan kredit
cenderung lebih banyak menggunakan utang. Aset multiguna yang
dapat digunakan oleh banyak perusahaan merupakan jaminan yang
Universitas Sumatera Utara
baik, sedangkan aset yang hanya digunakan untuk tujuan tertentu tidak
begitu baik untuk dijadikan jaminan. Perusahaan yang memiliki aset
tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan utang dalam jumlah
besar, hal ini disebabkan karena dari skalanya perusahaan besar akan
lebih mudah mendapatkan akses ke sumber dana dibandingkan dengan
perusahaan kecil (Sartono, 2001 : 248). Dalam penelitian ini struktur
aset diukur dengan membandingkan aset tetap dengan total aset.
2.
Profitabilitas
Rasio Profitabilitas yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya
(Martono dan Harjito, 2001 : 530). Tingkat profitabilitas perusahaan
merupakan salah satu informasi penting bagi kreditor untuk mengukur
kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya dalam membayar
selain kreditor, investor juga menggunakan profitabilitas untuk
memprediksi seberapa besar penggunaan nilai atas saham yang
dimiliki. Semakin besar nilai profitabilitas perusahaan maka, semakin
baik karena dianggap kemampuan perusahaan memperoleh laba
semakin tinggi. Pengukuran profitabilitas dalam penelitian ini diukur
dengan membandingkan laba bersih dengan modal sendiri.
3.
Pertumbuhan Penjualan
Menurut Brigham dan Houston (2001 : 39) perusahaan dengan
penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih
banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi
Universitas Sumatera Utara
dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.
Pertumbuhan penjualan perusahaan mengindikasikan kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Kinerja
perusahaan yang semakin lama semakin baik ini tentu saja akan
berpengaruh terhadap pertumbuhan perusahaan, baik untuk jangka
pendek, menengah, dan panjang.
4.
Likuiditas
Likuiditas merupakan indikator kemampuan perusahaan untuk
membayar atau melunasi kewajiban-kewajiban finansialnya pada saat
jatuh tempo dengan mempergunakan aset lancar yang tersedia
(Martono dan Harjito, 2001 : 55). Perusahaan yang mempunyai
likuiditas yang tinggi akan cenderung tidak menggunakan pembiayaan
dari hutang. Hal ini disebabkan perusahaan dengan likuiditas tinggi
mempunyai dana internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut
akan lebih dahulu membiayai investasinya sebelum menggunakan
pembiayaan eksternal melalui utang.
2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terhadap struktur modal telah dilakukan oleh beberapa
peneliti sebelumnya. Terdapat beberapa hal penting dari hasil penelitian
sebelumnya yang menjadi dasar penilitian ini. Berikut ini akan diuraikan
beberapa penelitian terdahulu mengenai struktur modal.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian Situmorang (2010) menguji pengaruh struktur aktiva,
profitabilitas, dan ukuran perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
secara simultan struktur aktiva, profitabilitas, dan ukuran perusahaan
memiliki pengaruh signifikan terhadap struktur modal. Namun secara parsial,
struktur aktiva memiliki pengaruh signifikan terhadap struktur modal,
sedangkan profitabilitas dan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap struktur modal.
Hafitz (2011) dalam penelitiannya menguji pengaruh firm size, growth
opportunity, liquidity, dan profitability terhadap struktur modal perusahaan
otomotif yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
simultan firm size, growth opportunity, liquidity, dan profitability
berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal. Namun, secara parsial
Hafitz menyatakan bahwa hanya variabel liquidity dan profitability yang
berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, sedangkan variabel firm size
dan growth opportunity tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal,
Marpaung (2013) dalam penelitiannya menguji faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal. Variabel independen yang digunakan dalam
penelitiannya adalah profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan, dan struktur
aset. Dari hasil penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa secara simultan
profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan, dan struktur aset berpengaruh
secara signifikan terhadap struktur modal. Namun, secara parsial likuiditas,
ukuran perusahaan, dan struktur aset berpengaruh signifikan negatif terhadap
Universitas Sumatera Utara
struktur modal, sedangkan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan
terhadap struktur modal.
Peneliti
Manatap
Situmorang
(2010)
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Judul Penelitian
Variabel
Hasil Penelitian
Pengaruh
Struktur Aktiva
Profitabilitas dan
Ukuran
Perusahaan Pada
Perusahaan
Manufaktur yang
Terdafta di Bursa
Efek Indonesia
Secara parsial:
1. Struktur aset memliki
pengaruh signifikan
Struktur Modal
terhadap struktur modal.
2. Profitabilitas tidak
Variable
berpengaruh signifikan
Independen:
terhadap struktur modal.
Struktur
Aktiva, 3. Ukuran perusahaan
Profitabilitas, dan tidak berpengaruh
signifikan terhadap
Ukuran
struktur modal
Perusahaan
Variable
Dependen :
Secara simultan struktur
aktiva, profitabilitas dan
ukuran
perusahaan
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
struktur modal.
Azlan
Hafitz
(2011)
Pengaruh Firm
Size,
Growth
Opportunity,
Liquidity,
dan
Profitability
terhadap Struktur
Modal
Perusahaan
Otomotif
yang
Terdaftar di BEI
Secara parsial :
: 1. Variable Firm Size tidak
berpengaruh signifikan
terhadap struktur modal
Variable
2. Variable Growth
Independen :
Opportunity tidak
berpengaruh signifikan
Firm Size, Growth
terhadap struktur modal
Opportunity,
3. Variable Liquidity
Liquidity,
dan
berpengaruh signifikan
Profitability
terhadap struktur modal
4. Variable Profitability
berpengaruh secara
signifikan terhadap
struktur modal
Secara Simultan ke empat
variabel independen
berpengaruh signifikan
terhadap struktur modal
Variabel
Dependen
Struktur Modal
Universitas Sumatera Utara
Peneliti
Judul Penelitian
Heldinar W Pengaruh
Marpaung
Profitabilitas,
(2013)
Likuiditas,
Ukuran
Perusahaan dan
Struktur
Aset
terhadap Struktur
Modal
pada
perusahaan Real
Estate
dan
Property
yang
terdaftar di BEI
tahun 2009-2011
Variabel
Variable
Dependen
Struktur Modal
Hasil Penelitian
Secara Parsial :
:
1. Profitabilitas tidak
berpengaruh signifikan
terhadap struktur modal.
Variable
2. Variable likuiditas
Independen :
berpengaruh signifikan
Profitabilitas,
negatif terhadap struktur
Likuiditas, Ukuran
modal
Perusahaan,
dan 3. Variabel ukuran
Struktur Aset
perusahaan (firm size)
berpengaruh signifikan
negatif terhadap struktur
modal
4. Variabel struktur aset
(asset structure value)
berpengaruh signifikan
negatif terhadap struktur
modal
Secara simultan
profitabilitas, likuiditas,
ukuran perusahaan, dan
struktur aset berpengaruh
signifikan terhadap struktur
modal.
Sumber : Hasil olahan penulis
2.5 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual pada penelitian ini menjelaskan pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen baik secara parsial maupun simultan
terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Pada penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan
yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen terdiri
dari struktur aset, profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan,
Universitas Sumatera Utara
dan likuiditas. Sedangkan variabel dependennya adalah struktur modal pada
perusahaan manufaktur.
Struktur aset menggambarkan penentuan berapa besar alokasi dana
masing-masing komponen aset, baik aset lancar maupun aset tetap.
Perusahaan yang sebagian besar modalnya tertanam dalam aset tetap akan
mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal permanen yaitu modal
sendiri, sedangkan utang sifatnya hanya sebagai pelengkap. Menurut Brigham
dan Houston (2001 : 39) perusahaan dengan kriteria aset yang dapat dijadikan
jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan utang. Aktiva lancar
yang dimiliki oleh suatu perusahaan merupakan suatu jaminan pembayaran
yang baik bagi kreditor terhadap pinjaman yang diberikan kepada perusahaan.
Perbandingan antara jumlah aset tetap dengan jumlah aset perusahaan
memiliki dampak terhadap struktur modal perusahaan. Pengukuran struktur
aset didasarkan pada penggunaan rasio perbandingan total aset tetap terhadap
total aset, sehingga secara teoritis terdapat hubungan negatif antara struktur
aset terhadap struktur modal. Semakin tinggi struktur aset (semakin besar
jumlah aset tetap) maka penggunaan modal sendiri akan semakin tinggi dan
menyebabkan struktur modal perusahaan akan rendah.
Profitabilitas menjelaskan tingkat pengembalian yang didapat dari
investasi yang ditanamkan oleh perusahaan. Semakin besar tingkat
pengembalian yang didapat dari investasi yang ditanamkan maka penggunaan
utang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi dari investasi yang
ditanamkan perusahaan memungkinkan perusahaan menggunakan dana
Universitas Sumatera Utara
internal perusahaan untuk membiayai sebagian besar pendanaannya yang
berasal dari tingkat pengembalian atas investasi tersebut. Sesuai dengan
pecking order theory menyatakan bahwa perusahaan lebih memilih untuk
menggunakan dana internal yang dihasilkan bila tersedia dan memilih utang
atas ekuitas ketika pembiayaan eksternal diperlukan. Dengan demikian, teori
ini menunjukkan hubungan negatif antara profitabilitas dengan leverage
(struktur modal).
Pertumbuhan atas penjualan merupakan indikator penting dari
penerimaan pasar dari produk dan/atau jasa perusahaan, dimana pendapatan
yang dihasilkan dari penjualan akan dapat digunakan untuk mengukur tingkat
pertumbuhan pendapatan. Pertumbuhan penjualan menggambarkan ukuran
mengenai besarnya pendapatan per saham perusahaan yang diperbesar oleh
hutang. Perusahaan yang bertumbuh pesat cenderung lebih banyak
menggunakan hutang untuk membiayai kegiatan usahanya daripada
perusahaan yang tumbuh secara lambat. Dengan demikian diharapkan adanya
hubungan yang positif antara penjualan dengan struktur modal. Menurut teori
signaling maka pertumbuhan penjualan mempunyai pengaruh positif terhadap
struktur modal.
Likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar utang jangka pendek yang telah jatuh tempo.
Perusahaan yang dapat segera mengembalikan utang-utangnya akan
mendapat kepercayaan dari kreditur untuk menerbitkan utang dalam jumlah
yang besar, dengan peningkatan proporsi utang yang lebih besar dari pada
Universitas Sumatera Utara
modal sendiri menunjukkan DER semakin besar atau sebaliknya. Teori trade
off menunjukkan bahwa perusahaan dengan rasio likuiditas yang lebih tinggi
harus meminjam lebih karena kemampuan mereka untuk memenuhi
kewajiban tepat waktu, teori ini memprediksi hubungan positif antara
likuiditas dan leverage. Sedangkan pecking order theory memprediksi
hubungan negatif antara likuiditas dan leverage, karena perusahaan dengan
likuiditas yang lebih besar memilih untuk menggunakan dana internalnya.
Berdasarkan paparan peneliti diatas, maka kerangka konseptual penelitian
yang dapat digambarkan adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Struktur Aset
(X1)
H1
Profitabilitas
(X2)
H2
Struktur Modal
Pertumbuhan
H3
(Y)
Penjualan
Likuiditas
(X4)
H4
H5
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
2.6 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk
diuji secara empiris. Hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara
logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji
secara empiris (Erlina, 2008 : 49). Berdasarkan tinjauan teoritis, rumusan
Universitas Sumatera Utara
masalah dan kerangka konseptual yang dijelaskan diatas maka hipotesis dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1 : Struktur aset berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal
pada perusahaan
manufaktur.
H2 : Profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal
pada perusahaan manufaktur.
H3 : Pertumbuhan penjualan berpengaruh secara signifikan terhadap
struktur modal pada perusahaan manufaktur.
H4 : Likuiditas berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal pada
perusahaan manufaktur.
H5 : Karakteristik perusahaan (struktur aset, profitabilitas, pertumbuhan
penjualan, dan likuiditas) berpengaruh secara simultan terhadap
struktur modal pada perusahaan manufaktur.
Universitas Sumatera Utara
Download