BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Struktur Modal Modal dalam suatu bisnis merupakan salah satu sumber pembiayaan agar perusahaan dapat menjalankan aktivitasnya. Setiap perusahaan dalam melaksanakan kegiatannya selalu berupaya untuk menjaga keseimbangan finansialnya. Struktur modal (capital structure) adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. (Martono dan Harjito, 2001 : 239). Warsono (2003 : 235) menyatakan bahwa pembahasan struktur modal (capital structure) berkaitan dengan penentuan bauran (mix) pembelanjaan jangka panjang perusahaan. Struktur modal mempunyai pengertian yang berbeda dengan struktur keuangan (financial structure). Struktur modal hanya merupakan bagian dari struktur keuangan. Struktur keuangan merupakan kombinasi atau bauran dari segenap pos yang termasuk dalam sisi kanan neraca keuangan perusahaan (sisi pasiva), sedangkan struktur modal merupakan bauran dari segenap sumber pembelanjaan jangka panjang yang digunakan perusahaan. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari sumber modal sendiri berasal dari modal saham, laba ditahan, dan cadangan. Jika dalam pendanaan perusahaan yang berasal dari modal sendiri masih mengalami kekurangan (defisit) maka perlu dipertimbangkan pendanaan perusahaan yang berasal dari luar, yaitu dari utang (debt financing). Namun dalam pemenuhan kebutuhan dana, perusahaan harus Universitas Sumatera Utara mencari alternatif-alternatif pendanaan yang efisien. Pendanaan yang efisien akan terjadi bila perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal. Struktur modal optimal dapat diartikan sebagai struktur modal yang meminimalkan biaya penggunaan modal perusahaan dan karenanya memaksimalkan nilai perusahaan (Horne dan Wachowicz, 2007 : 237). Struktur modal menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasinya, sehingga dengan mengetahui struktur modal, investor dapat mengetahui keseimbangan antara risiko dan tingkat pengembalian investasinya. Risiko keuangan yang kemungkinan terjadi ketidak mampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajibannya dan tidak tercapainya laba yang ditargetkan perusahaan. Struktur modal merupakan masalah penting bagi perusahaan karena baik atau buruknya struktur modal akan mempunyai efek langsung terhadap posisi keuangan perusahaan. 2.2 Teori Struktur Modal 2.2.1 Pecking Order Theory Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Donalson pada tahun 1961, teori ini disebut Pecking Order karena teori ini menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan kedudukan sumber dana yang paling disukai. Menurut Brealey, et all (2008 : 25) teori pecking order berbunyi sebagai berikut : 1. Perusahaan menyukai pendanaan internal, karena dana ini terkumpul tanpa mengirimkan sinyal sebaliknya yang dapat menurunkan harga saham. Universitas Sumatera Utara 2. Jika dana eksternal dibutuhkan, perusahaan menerbitkan utang lebih dahulu dan hanya menerbitkan ekuitas sebagai pilihan terakhir. Pecking order ini muncul karena penerbitan utang tidak terlalu diterjemahkan sebagai pertanda buruk oleh investor bila dibandingkan dengan penerbitan ekuitas. Menurut Myers dan Majluf (1984) pada penelitian (Marpaung, 2013) teori pecking order didasarkan pada dua asumsi yang menonjol. Pertama, para manajer lebih mengetahui prospek perusahaan mereka sendiri daripada investor luar. Kedua, manajer bertindak dalam kepentingan terbaik pemegang saham yang ada. Dengan kondisi tersebut, perusahaan terkadang akan melupakan positif proyek net present value jika menerima mereka memaksa perusahaan untuk menerbitkan saham undervalued untuk investor baru. Hal ini pada gilirannya memberikan alasan bagi perusahaan untuk menurunkan nilai finansial, seperti uang tunai yang besar dan kapasitas utang yang tidak terpakai. Lebih khusus lagi, teori pecking order memprediksi bahwa perusahaan lebih memilih untuk menggunakan dana internal bila tersedia dan memilih utang atas ekuitas ketika pembiayaan eksternal diperlukan. 2.2.2 Signalling Theory Menurut Brigham dan Houston (2001:35), teori ini disusun berdasarkan adanya asumsi asymmetric information (ketidaksamaan informasi) antara manajer dan investor, dimana manajer memiliki informasi yang berbeda (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan Universitas Sumatera Utara daripada yang dimiliki oleh investor. Asymmetric information menyebabkan manajer berusaha memberi isyarat (signal) kepada investor. Isyarat (signal) merupakan suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang member petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan utang yang melebihi target struktur modal yang normal. Sedangkan perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung menjual sahamnya, yang berarti mencari investor baru untuk berbagi kerugian. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen memandang prospek perusahaan tersebut suram, karena apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru, lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan menurun. Dengan menerbitkan saham baru tersebut berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah. Dalam keadaan normal, perusahaan harus mempertahankan adanya kapasitas cadangan waktu meminjam (reserve borrowing capacity) yang dapat digunakan sewaktu-waktu apabila ada peluang investasi yang baik, dengan kata lain dalam keadaan normal Universitas Sumatera Utara perusahaan harus menggunakan lebih banyak ekuitas dan lebih sedikit hutang. 2.2.3 Teori Pendekatan Modigliani dan Miller Teori mengenai struktur modal modern bermula pada tahun 1958, ketika Profesor Franco Modigliani dan Profesor Merton Miller yang selanjutnya disebut MM mempublikasikan sebuah artikel keuangan yang berjudul “The Cost of Capital, Corporation Finance, and the Theory of Investment,” (Brigham dan Houston, 2001 : 30). Teori MM membuktikan bahwa nilai suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modalnya. Menurut Brigham dan Houston (2001 : 31), studi MM didasarkan pada sejumlah asumsi yang tidak realistis, antara lain 1. 2. 3. 4. Tidak ada biaya broker (pialang). Tidak ada pajak. Tidak ada biaya kebangkrutan. Para investor dapat meminjam dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perseroan. 5. Semua investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai peluang investasi perusahaan di masa mendatang. 6. EBIT tidak dipengaruhi oleng penggunaan utang. Kemudian pada tahun 1963, MM menerbitkan makalah lanjutan dengan judul “Corporate Income Taxes and the Cost of Capital : A Corecction” yang melemahkan asumsi tidak ada pajak. Peraturan perpajakan memperbolehkan pengurangan pembayran bunga sebagai beban, tetapi pembayaran dividen kepada pemegang saham tidak dapat dikurangkan. Perlakuan yang berbeda ini mendorong perusahaan untuk Universitas Sumatera Utara menggunakan utang dalam struktur modal mereka. MM membuktikan bahwa karena bunga atas hutang dikurangkan dalam perhitungan pajak, maka nilai perusahaaan meningkat sejalan dengan makin besarnya jumlah hutang dan nilainya akan mencapai titik maksimum bila seluruhnya dibiayai dengan hutang. (Brigham dan Houston, 2001 : 32). Hasil-hasil teori MM yang tidak relevan juga tergantung pada asumsi bahwa tidak ada biaya kebangkrutan. Biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan mempunyai dua komponen : (1) probabilitas terjadinya dan (2) biaya-biaya yang akan timbul bila kesulitan keuangan telah muncul. Masalah kebangkrutan semakin cenderung muncul apabila suatu perusahaan menyertakan lebih banyak utang dalam struktur modalnya, biaya kebangkrutan menghalangi perusahaan untuk menggunakan utang yang berlebihan (Brigham dan Houston, 2001 : 33). 2.2.4 Teori Trade-Off Esensi trade-off dalam struktur modal adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Menurut Brigham dan Houston (2001 : 34) teori trade-off dari leverage menyatakan bahwa perusahaan menyeimbangkan manfaat dari pendanaan dengan utang (perlakuan pajak perseroan yang menguntungkan) dengan suku bunga dan biaya kebangkrutan yang lebih tinggi. Kenyataan bahwa bunga merupakan beban yang dapat Universitas Sumatera Utara dikurangkan telah mengakibatkan utang lebih murah daripada saham biasa atau saham preferen. Dengan kata lain, utang memberikan manfaat perlindungan pajak. Sehingga, penggunaan utang akan mengakibatkan peningkatan porsi laba operasi perusahaan (EBIT) yang mengalir kepada investor. Namun dalam kenyataannya, jarang ada perusahaan yang menggunakan 100 persen utang sebagai pendanaannya. Hal ini dikarenakan pemegang saham mendapat keuntungan modal yang rendah di samping itu, perusahaan membatasi penggunaan utang untuk menekan biaya-biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan. Karena itu, penggunaan utang sebagai pendanaan perusahaan perlu dibatasi untuk memperkecil kebangkrutan yang mungkin terjadi. 2.3 Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal 1. Struktur Aset Perusahaan yang sebagian besar asetnya berupa aset tetap (fixed assets) biasanya lebih banyak menggunakan modal sendiri dalam struktur modalnya (Warsono, 2003 : 237). Struktur aset merupakan penentuan berapa besar alokasi dana masing-masing komponen aset lancar maupun aset tetap. Menurut Brigham dan Houston (2001 : 39) perusahaan dengan kriteria aset yang dapat dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan utang. Aset multiguna yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan merupakan jaminan yang Universitas Sumatera Utara baik, sedangkan aset yang hanya digunakan untuk tujuan tertentu tidak begitu baik untuk dijadikan jaminan. Perusahaan yang memiliki aset tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan utang dalam jumlah besar, hal ini disebabkan karena dari skalanya perusahaan besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber dana dibandingkan dengan perusahaan kecil (Sartono, 2001 : 248). Dalam penelitian ini struktur aset diukur dengan membandingkan aset tetap dengan total aset. 2. Profitabilitas Rasio Profitabilitas yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya (Martono dan Harjito, 2001 : 530). Tingkat profitabilitas perusahaan merupakan salah satu informasi penting bagi kreditor untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya dalam membayar selain kreditor, investor juga menggunakan profitabilitas untuk memprediksi seberapa besar penggunaan nilai atas saham yang dimiliki. Semakin besar nilai profitabilitas perusahaan maka, semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan memperoleh laba semakin tinggi. Pengukuran profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan membandingkan laba bersih dengan modal sendiri. 3. Pertumbuhan Penjualan Menurut Brigham dan Houston (2001 : 39) perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi Universitas Sumatera Utara dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Pertumbuhan penjualan perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Kinerja perusahaan yang semakin lama semakin baik ini tentu saja akan berpengaruh terhadap pertumbuhan perusahaan, baik untuk jangka pendek, menengah, dan panjang. 4. Likuiditas Likuiditas merupakan indikator kemampuan perusahaan untuk membayar atau melunasi kewajiban-kewajiban finansialnya pada saat jatuh tempo dengan mempergunakan aset lancar yang tersedia (Martono dan Harjito, 2001 : 55). Perusahaan yang mempunyai likuiditas yang tinggi akan cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari hutang. Hal ini disebabkan perusahaan dengan likuiditas tinggi mempunyai dana internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut akan lebih dahulu membiayai investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui utang. 2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terhadap struktur modal telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Terdapat beberapa hal penting dari hasil penelitian sebelumnya yang menjadi dasar penilitian ini. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu mengenai struktur modal. Universitas Sumatera Utara Penelitian Situmorang (2010) menguji pengaruh struktur aktiva, profitabilitas, dan ukuran perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan struktur aktiva, profitabilitas, dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap struktur modal. Namun secara parsial, struktur aktiva memiliki pengaruh signifikan terhadap struktur modal, sedangkan profitabilitas dan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap struktur modal. Hafitz (2011) dalam penelitiannya menguji pengaruh firm size, growth opportunity, liquidity, dan profitability terhadap struktur modal perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan firm size, growth opportunity, liquidity, dan profitability berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal. Namun, secara parsial Hafitz menyatakan bahwa hanya variabel liquidity dan profitability yang berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, sedangkan variabel firm size dan growth opportunity tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, Marpaung (2013) dalam penelitiannya menguji faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal. Variabel independen yang digunakan dalam penelitiannya adalah profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan, dan struktur aset. Dari hasil penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa secara simultan profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan, dan struktur aset berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal. Namun, secara parsial likuiditas, ukuran perusahaan, dan struktur aset berpengaruh signifikan negatif terhadap Universitas Sumatera Utara struktur modal, sedangkan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Peneliti Manatap Situmorang (2010) Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian Pengaruh Struktur Aktiva Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdafta di Bursa Efek Indonesia Secara parsial: 1. Struktur aset memliki pengaruh signifikan Struktur Modal terhadap struktur modal. 2. Profitabilitas tidak Variable berpengaruh signifikan Independen: terhadap struktur modal. Struktur Aktiva, 3. Ukuran perusahaan Profitabilitas, dan tidak berpengaruh signifikan terhadap Ukuran struktur modal Perusahaan Variable Dependen : Secara simultan struktur aktiva, profitabilitas dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap struktur modal. Azlan Hafitz (2011) Pengaruh Firm Size, Growth Opportunity, Liquidity, dan Profitability terhadap Struktur Modal Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di BEI Secara parsial : : 1. Variable Firm Size tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal Variable 2. Variable Growth Independen : Opportunity tidak berpengaruh signifikan Firm Size, Growth terhadap struktur modal Opportunity, 3. Variable Liquidity Liquidity, dan berpengaruh signifikan Profitability terhadap struktur modal 4. Variable Profitability berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal Secara Simultan ke empat variabel independen berpengaruh signifikan terhadap struktur modal Variabel Dependen Struktur Modal Universitas Sumatera Utara Peneliti Judul Penelitian Heldinar W Pengaruh Marpaung Profitabilitas, (2013) Likuiditas, Ukuran Perusahaan dan Struktur Aset terhadap Struktur Modal pada perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011 Variabel Variable Dependen Struktur Modal Hasil Penelitian Secara Parsial : : 1. Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Variable 2. Variable likuiditas Independen : berpengaruh signifikan Profitabilitas, negatif terhadap struktur Likuiditas, Ukuran modal Perusahaan, dan 3. Variabel ukuran Struktur Aset perusahaan (firm size) berpengaruh signifikan negatif terhadap struktur modal 4. Variabel struktur aset (asset structure value) berpengaruh signifikan negatif terhadap struktur modal Secara simultan profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan, dan struktur aset berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Sumber : Hasil olahan penulis 2.5 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual pada penelitian ini menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen baik secara parsial maupun simultan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pada penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen terdiri dari struktur aset, profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, Universitas Sumatera Utara dan likuiditas. Sedangkan variabel dependennya adalah struktur modal pada perusahaan manufaktur. Struktur aset menggambarkan penentuan berapa besar alokasi dana masing-masing komponen aset, baik aset lancar maupun aset tetap. Perusahaan yang sebagian besar modalnya tertanam dalam aset tetap akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal permanen yaitu modal sendiri, sedangkan utang sifatnya hanya sebagai pelengkap. Menurut Brigham dan Houston (2001 : 39) perusahaan dengan kriteria aset yang dapat dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan utang. Aktiva lancar yang dimiliki oleh suatu perusahaan merupakan suatu jaminan pembayaran yang baik bagi kreditor terhadap pinjaman yang diberikan kepada perusahaan. Perbandingan antara jumlah aset tetap dengan jumlah aset perusahaan memiliki dampak terhadap struktur modal perusahaan. Pengukuran struktur aset didasarkan pada penggunaan rasio perbandingan total aset tetap terhadap total aset, sehingga secara teoritis terdapat hubungan negatif antara struktur aset terhadap struktur modal. Semakin tinggi struktur aset (semakin besar jumlah aset tetap) maka penggunaan modal sendiri akan semakin tinggi dan menyebabkan struktur modal perusahaan akan rendah. Profitabilitas menjelaskan tingkat pengembalian yang didapat dari investasi yang ditanamkan oleh perusahaan. Semakin besar tingkat pengembalian yang didapat dari investasi yang ditanamkan maka penggunaan utang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi dari investasi yang ditanamkan perusahaan memungkinkan perusahaan menggunakan dana Universitas Sumatera Utara internal perusahaan untuk membiayai sebagian besar pendanaannya yang berasal dari tingkat pengembalian atas investasi tersebut. Sesuai dengan pecking order theory menyatakan bahwa perusahaan lebih memilih untuk menggunakan dana internal yang dihasilkan bila tersedia dan memilih utang atas ekuitas ketika pembiayaan eksternal diperlukan. Dengan demikian, teori ini menunjukkan hubungan negatif antara profitabilitas dengan leverage (struktur modal). Pertumbuhan atas penjualan merupakan indikator penting dari penerimaan pasar dari produk dan/atau jasa perusahaan, dimana pendapatan yang dihasilkan dari penjualan akan dapat digunakan untuk mengukur tingkat pertumbuhan pendapatan. Pertumbuhan penjualan menggambarkan ukuran mengenai besarnya pendapatan per saham perusahaan yang diperbesar oleh hutang. Perusahaan yang bertumbuh pesat cenderung lebih banyak menggunakan hutang untuk membiayai kegiatan usahanya daripada perusahaan yang tumbuh secara lambat. Dengan demikian diharapkan adanya hubungan yang positif antara penjualan dengan struktur modal. Menurut teori signaling maka pertumbuhan penjualan mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal. Likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar utang jangka pendek yang telah jatuh tempo. Perusahaan yang dapat segera mengembalikan utang-utangnya akan mendapat kepercayaan dari kreditur untuk menerbitkan utang dalam jumlah yang besar, dengan peningkatan proporsi utang yang lebih besar dari pada Universitas Sumatera Utara modal sendiri menunjukkan DER semakin besar atau sebaliknya. Teori trade off menunjukkan bahwa perusahaan dengan rasio likuiditas yang lebih tinggi harus meminjam lebih karena kemampuan mereka untuk memenuhi kewajiban tepat waktu, teori ini memprediksi hubungan positif antara likuiditas dan leverage. Sedangkan pecking order theory memprediksi hubungan negatif antara likuiditas dan leverage, karena perusahaan dengan likuiditas yang lebih besar memilih untuk menggunakan dana internalnya. Berdasarkan paparan peneliti diatas, maka kerangka konseptual penelitian yang dapat digambarkan adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Struktur Aset (X1) H1 Profitabilitas (X2) H2 Struktur Modal Pertumbuhan H3 (Y) Penjualan Likuiditas (X4) H4 H5 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.6 Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris (Erlina, 2008 : 49). Berdasarkan tinjauan teoritis, rumusan Universitas Sumatera Utara masalah dan kerangka konseptual yang dijelaskan diatas maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut : H1 : Struktur aset berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur. H2 : Profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur. H3 : Pertumbuhan penjualan berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur. H4 : Likuiditas berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur. H5 : Karakteristik perusahaan (struktur aset, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, dan likuiditas) berpengaruh secara simultan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur. Universitas Sumatera Utara