materi dan metode penelitian

advertisement
57
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Bagian Bedah Departemen Klinik Reproduksi dan
Patologi, Bagian Fisiologi Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi Fakultas
Kedokteran Hewan dan Rumah Sakit Hewan, Institut Pertanian Bogor, Kampus
Darmaga Bogor. Penelitian dilaksanakan kurang lebih selama 12 bulan mulai bulan
Desember 2009 sampai bulan November 2010. Ruangan periksa dan kamar bedah
disiapkan dengan steril pada suhu ruangan 24oC.
Materi Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan 24 ekor anjing domestik. Berat anjing ratarata 10 ± 2 kilogram, kisaran umur sama (22 ± 2 bulan) dan jenis kelamin jantan.
Anjing diperoleh dari masyarakat di sekitar Darmaga Bogor dan selama penelitian
diperlakukan sesuai dengan asas kesejahteraan hewan “3R”, yaitu : Replacement,
Reduction, dan Refinement. Anjing dikarantina, diadaptasikan selama 10 hari dan
sebelum dilakukan perlakuan, hewan dilatih untuk handling dan diadaptasikan
dengan ruangan operasi. Dilakukan evaluasi status pasien dan penentuan status pasien
sebelum dilakukan anestesi. Evaluasi meliputi sejarah pasien, pemeriksaan fisik, dan
hasil pemeriksaan tes laboratorium diagnosis. Pasien dengan klasifikasi status klas I
(Tabel 7.) yang digunakan untuk perlakuan anestesi sesuai dengan yang telah
ditetapkan oleh American Society of Anesthesiologist (ASA) (Lumb dan Jones 1996;
Muir et at. 2000; McKelvey dan Hollingshead 2003).
Pemeriksaan hewan sebelum anestesi adalah pemeriksaan status kesehatannya
yaitu sejarah pasien, pemeriksaan fisik (respirasi, kardiovaskuler, hati, ginjal, status
dehidrasi, signalmen, refleks pedal dan refleks palpebral serta pemeriksaan organ),
dan pemeriksaan diagnostik laboratorium (PCV, Hb, RBC, WBC, platelet, dan
elektrokardiogram). Semua hewan dibebaskan dari parasit eksterna dan interna
dengan memberikan obat cacing dan ektoparasit sesuai dengan McKelvey dan
Hollingshead (2003).
58
Mengikuti prosedur Intelisano et al. (2008), sebelum dilakukan eksperimen
hewan dipuasakan selama 12 jam dan tidak diberikan air minum tiga jam menjelang
perlakuan. Penelitian dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama penelitian untuk
mendapatkan kombinasi preanestesi dan induksi anestesi pada anjing, penelitian
tahap kedua untuk mendapatkan kombinasi anestesi untuk pemeliharaan status
teranestesi dengan metode infusi gravimetrik menggunakan kombinasi ketamine HCl
dan propofol. Hewan coba dibagi enam kelompok perlakuan, masing-masing empat
ekor sebagai ulangan pada penelitian tahap pertama, sedangkan penelitian tahap
kedua dibagi lima kelompok perlakuan dan masing-masing empat ekor sebagai
ulangan.
I. Penelitian tahap pertama untuk mendapatkan kombinasi preanestesi dan induksi
anestesi pada Anjing, yaitu :
1. Grup 1, perlakuan preanestesi dengan kombinasi atropine sulfate (0,03
mg/kgBB)–xylazine HCl (2 mg/kgBB) disuntikkan secara intramuskuler dan 10
menit kemudian dilakukan induksi secara intravena dengan ketamine HCl (4
mg/kg BB). Grup1 disebut pula kelompok AXK.
2. Grup
2, perlakuan preanestesi dengan kombinasi atropine sulfate (0,03
mg/kgBB)–xylazine HCl (2 mg/kgBB) disuntikkan secara intramuskuler dan 10
menit kemudian dilakukan induksi secara intravena dengan propofol (4 mg/kg
BB). Grup 2 disebut pula kelompok AXP.
3. Grup
3, perlakuan preanestesi dengan kombinasi atropine sulfate (0,03
mg/kgBB)–xylazine HCl (2 mg/kgBB) disuntikkan secara intramuskuler dan 10
menit kemudian dilakukan induksi secara intravena dengan ketamine HCl (4
mg/kg BB)-propofol (4 mg/kg BB). Grup 3 disebut pula kelompok AXKP.
4. Grup
4, perlakuan preanestesi dengan kombinasi atropine sulfate (0,03
mg/kgBB)–midazolam (0,2 mg/kgBB) disuntikkan secara intramuskuler dan 10
menit kemudian dilakukan induksi secara intravena dengan ketamine HCl (4
mg/kg BB). Grup 4 disebut pula kelompok AMK.
5. Grup 5, perlakuan preanestesi dengan kombinasi atropine sulfatee sulfate (0,03
mg/kgBB)–midazolam (0,2 mg/kgBB) disuntikkan secara intramuskuler dan 10
59
menit kemudian dilakukan induksi secara intravena dengan propofol (4 mg/kg
BB). Grup 5 disebut pula kelompok AMP.
6. Grup
6, perlakuan preanestesi dengan kombinasi atropine sulfate (0,03
mg/kgBB)–midazolam (0,2 mg/kgBB) disuntikkan secara intramuskuler dan
10menit kemudian dilakukan induksi secara intravena dengan propofol (4 mg/kg
BB) - ketamine HCl (4 mg/kg BB). Grup 6 disebut pula kelompok AMKP.
Diagram alir penelitian tahap pertama pada anjing disajikan pada Gambar 12.
Anjing domestik bobot 10±2kg,
kondisi sehat, siap dianestesi
(24 ekor)
1
(4 ekor)
2
(4 ekor)
3
(4 ekor)
(Atropine sulfate 0,03 mg/kg + Xilazin 2mg/kg )
4
(4 ekor)
5
(4 ekor)
6
(4 ekor)
Atropine sulfate 0,03 mg/kg + Midazolam 0,2mg/kg )
AX
AX
AX
AM
AM
AM
Ketamine HCl
4mg/kg
Propofol
4mg/kg
Ketamine HCl
4mg/kg +
Propofol 4mg/kg
Ketamine HCl
4mg/kg
Propofol
4mg/kg
Ketamine HCl
4mg/kg +
Propofol 4mg/kg
AXK
AXP
AXKP
AMK
AMP
AMKP
•
•
Peubah yang diamati :
Waktu Induksi, Durasi dan Pemulihan anestesi
Perubahan fisiologis sistem Kardiovaskuler dan Respirasi
Gambar 12 Diagram alir penelitian tahap pertama pada anjing.
60
II. Penelitian
tahap
kedua
untuk
mendapatkan
kombinasi
anestesi
untuk
pemeliharaan status teranestesi dengan metode infusi gravimetrik. Hewan coba
dibagi lima kelompok perlakuan dan masing-masing empat ekor sebagai ulangan.
Anjing dipreanestesi dan diinduksi dengan kombinasi terbaik pada penelitian
tahap pertama. Semua hewan coba diberikan preanestesi atropine sulfate–xylazine
HCl (0,03 mg/kgBB & 2 mg/kgBB) yang terpilih secara intramuskuler dalam satu
syringe, setelah 10 menit dilakukan induksi secara intravena dengan ketamine
HCl-propofol (@ 4 mg/kg BB), dan 15 menit kemudian
diberi tetes infusi
intravena secara gravimetrik dengan kombinasi ketamine HCl-propofol sampai
menit ke-120. Infusi dipasang pada vena cephalica antibrachii menggunakan
infusi set kateter 20G (terumo® 15 drop/ml). Campuran infusi ketamine HClpropofol dibuat dengan cara mengencerkan propofol (Propofol-Lipuro® 1%,
BBraun) dengan cairan infusi NaCl 0,9% dengan perbandingan 1:4 mengikuti
prosedur BBraun (2009) dan ditambahkan ketamine HCl (Ketamil® 10%, Illium)
sebanyak 2 mg/ml) (Lampiran 1). Pengukuran parameter dilakukan sebelum
perlakuan (menit ke-0) dan setiap 10 menit sampai menit ke-140, yaitu :
1. Grup I (AXKP-K2P2), perlakuan pemeliharaan anestesi secara tetes infusi
intravena gravimetrik dengan campuran ketamine HCl dan propofol masing –
masing dosis 0,2mg/kg BB/menit.
2. Grup II (AXKP-K4P4), perlakuan pemeliharaan anestesi secara tetes infusi
intravena gravimetrik dengan campuran ketamine HCl dan propofol masing –
masing dosis 0,4mg/kg BB/menit.
3. Grup III (AXKP-K6P6), perlakuan pemeliharaan anestesi secara tetes infusi
intravena gravimetrik dengan campuran ketamine HCl dan propofol masing –
masing dosis 0,6mg/kg BB/menit.
4.
Grup IV (AXKP-P4), perlakuan pemeliharaan anestesi secara tetes infusi
intravena gravimetrik dengan propofol dosis 0,4mg/kg BB/menit.
5. Grup V (AXKP-I), perlakuan pemeliharaan anestesi secara inhalasi dengan
isofluran dosis 1-2%.
61
Diagram alir penelitian tahap kedua pada anjing disajikan pada Gambar 13.
20 ekor
Preanestesi dan induksi (terpilih tahap I)
AXKP
Metode Infusi Gravimetrik
(setelah 15 menit induksi)
ravimetrik
In
I
II
III
IV
V
Ketamine + Propofol
( @0,2mg/kg/mnt)
Ketamine + Propofol
( @0,4mg/kg/mnt)
Ketamine + Propofol
( @0,6mg/kg/mnt
Propofol
(0,4mg/kg/mnt)
Inhalasi Isofluran
( 1-2%)
AXKP-K2P2
AXKP-K4P4
AXKP-K6P6
AXKP-P
AXKP-I
Peubah yang diamati :
•
•
•
•
Waktu induksi, durasi dan pemulihan anestesi
Perubahan fisiologis sistem kardiovaskuler dan respirasi
Perubahan atau evaluasi hematologis
Evaluasi toksisitas
Gambar 13 Diagram alir penelitian tahap kedua pada anjing.
Metode Penelitian
Kegiatan utama dalam penelitian ini adalah persiapan dan pengadaan hewan
coba, perekaman parameter fisiologis seperti elektrokardiogram, pengukuran tekanan
darah arteri, pengukuran suhu rektal, pengukuran kadar gas CO 2 respirasi, nilai
saturasi oksigen, dan pengukuran parameter hemodinamika serta pengamatan tanda
klinis periode anestesi seperti waktu induksi, durasi, dan waktu pemulihan anestesi.
Sebelum dilakukan perlakuan (menit ke-0) dilakukan pengukuran terhadap parameter
penelitian seperti pulsus, suhu rektal, respirasi, denyut jantung, refleks (palpebral,
pupil, pedal, telinga, dan ekor), urunasi, dan defikasi. Selanjutnya dilakukan
pengukuran parameter setiap 10 menit (dihitung dari penyuntikan induksi
anestetikum) selama 120 menit. Pemeriksaan darah dilakukan sebelum perlakuan,
saat perlakuan, dan setelah 24 jam selesai perlakuan anestesi.
62
Parameter
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah :
1. Parameter waktu anestesi :
1.1. Waktu induksi;
1.2. Waktu anestesi; dan
1.3. Waktu pemulihan
2. Parameter respirasi:
2.1 Frekuensi respirasi;
2.2 Tekanan CO 2 respirasi (end tidal CO 2 /ET CO 2 ); dan
2.3 Nilai saturasi oksigen.
3
Parameter kardiovaskuler :
3.1 Frekuensi denyut jantung;
3.2 Tekanan darah (noninvasive blood pressure/NIBP), yaitu;
3.2.1
SAP (systole arterial pressure),
3.2.2
DAP (diastole arterial pressure), dan
3.2.3
MAP (mean arterial pressure).
3.3 Elektrokardiogram ( EKG, Lead II), yaitu:
3.3.1
Amplitudo gelombang P (mV),
3.3.2
Amplitudo gelombang R (QRS) (mV),
3.3.3
Durasi interval PR (detik),
3.3.4
Durasi interval QRS (detik), dan
3.3.5
Durasi interval QT (detik).
3.4. Nilai CRT (capillary refill time)
4
Parameter hematologis :
4.1 Nilai eritrosit,
4.2 Nilai leukosit,
4.3 Nilai hemoglobin, dan
4.4 Nilai hematokrit.
5
Parameter suhu rektal.
6
Parameter toksisitas (fungsi hati dan ginjal)
63
Difinisi dan Batasan Parameter
1. Waktu induksi (induction time) adalah waktu yang diukur dari penyuntikan
anestetikum sampai terjadinya anestesi. Anestesi mulai terjadi ditandai dengan
hilangnya rasa nyeri (menjepit telinga dan interdigitti), tidak ada gerakan hewan,
tidak ada refleks kelopak mata, spingter ani longgar, bola mata menuju
ventrocantus.
2. Waktu anestesi (duration of actions) adalah waktu yang dihitung dari mulai
terjadinya anestesi sampai hewan mulai sadar. Hewan mulai sadar ditandai
dengan adanya gerakan ekor, kaki, telinga atau kepala, adanya respon rasa nyeri
(menjepit kulit
dan muskulus di telinga dan sela-sela jari kaki (interdigitti)
dengan pinset), adanya suara dari hewan, adanya refleks kelopak mata, spingter
ani menegang.
3. Waktu pemulihan (recovery) adalah waktu yang dihitung dari hewan mulai sadar
sampai hewan bisa berdiri dengan keempat kaki.
4. Frekuensi respirasi adalah faktor penting dalam ventilasi pulmonum, udara
alveolar diperbaharui oleh udara atmosfir. Pengamatan frekuensi respirasi
dilakukan dengan menghitung jumlah ekspirasi atau inspirasi yang terjadi selama
satu menit dengan mempergunakan alat fisiograf.
5. Frekuensi denyut jantung adalah hitungan berapa kali jantung berdenyut dalam
satu menit. Pengamatan frekuensi jantung dilakukan dengan elektrokardiograf.
6. Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu rekaman keadaan yang menggambarkan
konduksi listrik jantung. Rekaman konduksi listrik jantung sangat umum
digunakan secara klinis untuk mendiagnosa disfungsi listrik jantung. Depolarisasi
atrial, depolarisasi ventrikel, dan repolarisasi ventrikel akan menyebabkan
depleksi voltase yang khas dalam bentuk gelombang pada elektrokardiogram
(Cunningham 2002; Nelson 2003). Gambaran elektrokardiogram jantung diukur
dengan elektrokardiograf.
7. Tekanan darah sistol (systole arterial pressure/SAP), tekanan darah diastol
(diastole arterial pressure/DAP) dan Tekanan darah rata-rata (mean arterial
64
pressure/MAP) diukur secara tidak langsung (noninvasive blood pressure/NIBP)
dengan cara menempelkan cuff pada proximal radius untuk mengukur tekanan
darah arteri brachialis dengan menggunakan alat fisiograf.
8. Pengukuran oksigen dan CO 2 dilakukan untuk melihat jumlah gas CO 2 yang
dikeluarkan serta jumlah gas O 2 yang dihirup dengan menggunakan alat fisiograf
dan oxymetri.
9. Suhu tubuh adalah variabel fisiologis yang paling sederhana dan mudah untuk
diamati selama anestesi. Suhu rektal adalah paling sederhana untuk diamati
perubahannya dengan menggunakan alat fisiograf.
Bahan dan Alat
Penelitian ini menggunakan alat fisiograf model BSM-800 (Nihon Kohden®).
Alat fisiograf model BSM-800 adalah alat yang digunakan untuk melakukan
pemantauan
(monitoring)
perubahan-perubahan
parameter
fisiologis
selama
pembedahan. Seluruh parameter fisiologis dapat diukur secara bersamaan selama
proses pembedahan. Parameter utama yang dapat diukur adalah respirasi, tekanan
darah, elektrokardiogram (EKG) dan temperatur. Sedangkan parameter tambahan
yang dapat diukur adalah kadar gas CO 2 respirasi, dan tekanan darah non inpasif
(Noninvasive Blood Pressure/NIBP). Oxymetri VE02-14 digunakan untuk mengukur
saturasi oksigen.
Perekamam dan Pengukuran Parameter
Setiap anjing diperiksa secara klinis dan anjing yang digunakan adalah anjing
yang dinyatakan sehat dengan klasifikasi status klas I (Lumb dan Jones 1996; Muir et
at. 2000; McKelvey dan Hollingshead 2003). Selanjutnya dilakukan pencukuran bulu
di daerah pemasangan elektroda. Setelah dilakukan pembersihan dengan kapas
beralkohol pada lokasi penempelan elektroda, dilakukan penempelan elektroda
sebagai persiapan perekaman parameter.
65
Perekaman EKG, Denyut Jantung, dan Respirasi
Perekaman
elektrokardiogram
(EKG)
dilakukan
dengan
menggunakan
seperangkat elektrokardiograf yang menyatu dalam alat fisiograf model BSM-8800
(Nihon Kohden®). Slot panel bawah ECG/RESP dihubungkan dengan slot yang
menghubungkan pasien dengan kode slot AC-800PJ yang mempunyai tiga elektroda.
Pemasangan elektroda dilakukan dengan cara menempelkan elektroda pada kulit
anjing yang telah dibersihkan dengan alkohol 70% pada posisinya masing-masing.
Anjing diletakkan pada posisi berbaring dengan posisi terlentang dengan dada
menghadap keatas (dorsal recumbency). Elektroda yang berwarna merah (R)
ditempelkan pada kulit daerah fossa infraclavicular kanan, elektroda berwarna kuning
(L) ditempelkan pada kulit daerah fossa infraclavicular kiri dan elektroda yang
berwarna hijau (F) ditempelkan pada kulit daerah anterior kiri garis axilla diatas
tulang rusuk terakhir.
Setelah ketiga elektroda dipasang, perekaman elektrokardiograf segera
dijalankan dengan menekan tombol ECG pada keypad alat fisiograf sehingga keluar
ECG setting screen. Sebelum dijalankan secara bersamaan dengan perekaman
parameter yang lainnya, dilakukan pemilihan terutama terhadap sensitifitas,
kecepatan serta waktu perekaman EKG, sebagai berikut:
a. Sensitivitasnya
: ECG SENS…..x1
b. Lead
: ECG LEADS…II (untuk 3 elektroda)
c. HR Alarm Limits
: ALM LIMITS
d. Arrhytmia-related Alarm Limits
: ARRHYTMIA SETUP
e. ECG Setup Screen
: ECG SETUP
Dari hasil perekaman elektrokardiogram, diamati terhadap gelombang P dan R,
interval PR, QRS, dan interval QT. serta frekuensi jantung. Semua gelombang diukur
terhadap amplitudonya (mv) sedangkan interval PR, QRS, dan interval QT diukur
durasinya (detik).
Dari ketiga hantaran perekaman elektrokardiogram, hanya hantaran II yang
diutamakan untuk dilakukan pengujiannya terhadap amplitudo dan durasinya. Hal ini
disebabkan karena hantaran II digunakan sebagai penyidikan terhadap adanya
66
gangguan jantung sebelum hantaran yang lainnya digunakan, hantaran II adalah
syarat minimal untuk pemantauan pada saat pembedahan dan karena hantaran II
mempunyai gambaran gelombang yang mudah dibaca.
Pemerikasaan frekuensi denyut jantung dilakukan pada elektrokardiogram
(EKG) yang direkam secara otomatis pada mesin fisiograf. Dilakukan perekaman
terhadap EKG dan frekuensi denyut jantung sebelum perlakuan (menit ke-0), pada
menit ke 10, 20, 30, 40, 50, 60, dan seterusnya yang dihitung dari penyuntikan
anestetikum pertama sampai hewan sadar setelah infusi anestesi dicabut (sekitar 120
menit).
Perekaman frekuensi respirasi dilakukan dengan menggunakan alat fisiograf
model BSM-8800 (Nihon Kohden®). Slot panel bawah ECG/RESP dihubungkan
dengan slot yang menghubungkan pasien dengan kode AC-800PJ yang mempunyai
tiga elektroda. Elektroda merah (R) dan elektroda hijau (F) digunakan untuk
mengukur frekuensi respirasi dan ditempatkan agar paru-paru berada diantara
elektroda tersebut. Pemasangan elektroda dilakukan dengan cara yang sama dengan
perekaman elektrokardiogram (EKG).
Setelah ketiga elektroda dipasang, perekaman frekuensi respirasi dilakukan
dengan menekan tombol RESP pada keypad sehingga keluar RESP setting screen.
Dilakukan pemilihan :
a. Sensitivitasnya
: RESP SENS……..x1
b. Respirasi ON/OFF
: ON/OFF RESP MEAS
c. RESP Alarm Limits : ALM LIMITS
d. RESP Setup Screen
: RESP SETUP
Dari hasil perekaman frekuensi respirasi, diamati terhadap prekuensi respirasi
yang akan tercatat secara otomanis pada layar. Dilakukan perekaman terhadap
frekuensi respirasi sebelum perlakuan (menit ke-0), pada menit ke 10, 20, 30, 40, 50,
60, dan seterusnya yang dihitung dari penyuntikan anestetikum pertama sampai
hewan sadar setelah infusi anestesi dicabut (sekitar 120 menit).
67
Pengukuran Tekanan Darah
Perekaman tekanan darah dilakukan dengan menggunakan alat fisiograf model
BSM-8800 (Nihon Kohden®). Tekanan darah yang direkam adalah tekanan darah non
infasif (non invasive blood pressure, NIBP) yang terdiri dari tekanan darah sistol
(systole
arterial
pressure/SAP),
tekanan
darah
diastol
(diastole
arterial
pressure/DAP) dan tekanan darah rata-rata (mean arterial pressure/MAP). Slot panel
bawah NIBP dihubungkan dengan slot yang menghubungkan pasien dengan kode
slot AP-860PA. Pada ujung slot dipasangkan cuff ukuran kecil (Model YS-025P4).
Penempelan cuff dilakukan pada daerah sepertiga proximal radius untuk mengukur
tekanan darah arteri brachialis.
Setelah cuff dipasang, perekaman tekanan darah dilakukan dengan menekan
tombol NIBP pada keypad sehingga keluar NIBP setting screen. Dilakukan
pemilihan:
a. FREQUENCY SET………MANUAL / CONTINUOUS / INTERVAL
b. VITAL LIST STORE……………………..ON
Dari hasil perekaman tekanan darah, diamati terhadap tekanan darah yang akan
tercatat secara otomanis pada layar. Dilakukan perekaman terhadap tekanan darah
sebelum perlakuan (menit ke-0), pada menit ke 10, 20, 30, 40, 50, 60, dan seterusnya
yang dihitung dari penyuntikan anestetikum pertama sampai hewan sadar setelah
infusi anestesi dicabut (sekitar 120 menit).
Perekaman Tekanan CO 2 Respirasi (End Tidal CO 2 /ET CO 2 )
Perekaman kadar gas CO 2 respirasi dilakukan dengan menggunakan alat
fisiograf model BSM-8800 (Nihon Kohden®). Slot panel bawah CO 2 dihubungkan
dengan slot yang menghubungkan pasien dengan kode slot AG-800PA/ AG-830PA.
Sensor CO 2 (AG-830PA) dan gas adapter tube dipasang pada ujung slot yang akan
menghubungkan pasien dengan mesin fisiograf. Pada ujung Gas adapter tube
dipasang tracheal tube yang akan dimasukkan pada saluran pernapasan anjing.
Setelah alat dipasang, perekaman kadar gas CO 2 dilakukan dengan menekan
tombol CO 2 pada keypad sehingga keluar CO 2 setting screen. Dilakukan pemilihan :
68
a. Sensitivitasnya
: Tekan CO 2 SENS multi-function key (40mmHg)
b. CO 2 Alarm Limits
: ALM LIMITS
c. CO 2 Setup Screen
: CO 2 SETUP
Dari hasil perekaman kadar gas CO 2 , diamati terhadap kadar gas CO 2 yang
akan tercatat secara otomanis pada layar. Dilakukan perekaman terhadap kadar gas
CO 2 sebelum perlakuan (menit ke-0), pada menit ke 10, 20, 30, 40, 50, 60, dan
seterusnya yang dihitung dari penyuntikan anestetikum pertama sampai hewan sadar
setelah infusi anestesi dicabut (sekitar 120 menit).
Pengukuran Suhu Rektal
Perekaman suhu tubuh dilakukan dengan menggunakan alat fisiograf model
BSM-8800 (Nihon Kohden®). Slot panel bawah TEMP (1, 2) dihubungkan dengan
slot yang menghubungkan pasien dengan kode slot AW-800PA/ AP-851PA. Alat
pengukur temperatur yang akan dimasukkan pada rektal adalah YSI-401J (YSI-401).
Setelah alat dipasang, perekaman suhu tubuh dilakukan dengan menekan
tombol TEMP pada keypad sehingga keluar TEMP setting screen. Dilakukan
pemilihan pada menu temperatur.
Dari hasil perekaman suhu tubuh, diamati terhadap suhu tubuh yang akan
tercatat secara otomanis pada layar. Dilakukan perekaman terhadap suhu tubuh
sebelum perlakuan (menit ke-0), pada menit ke 10, 20, 30, 40, 50, 60, dan seterusnya
yang dihitung dari penyuntikan anestetikum pertama sampai hewan sadar setelah
infusi anestesi dicabut (sekitar 120 menit).
Gambaran Darah
Penghitungan jumlah eritrosit, hemoglobin, jumlah leukosit total dan nilai
hematokrit/PCV dilakukan dengan cell counter machine celdyn-1400. MCV (mean
corpuscular volume) = PCV x 10/ ∑ RBC (fl). MCH (mean corpuscular hemoglobin)
= Hb x 10/ ∑ RBC (pg). MCHC (mean corpuscular hemoglobin concentration) =
Hb/PVC x 100 (%). Diferensiasi Leukosit: dilakukan dengan menghitung di bawah
mikroskop perbesaran 100x untuk sejumlah 100 leukosit yang meliputi netrofil,
69
eosinofil, limfosit dan monosit pada preparat ulas darah tipis dengan pewarnaan
Giemsa. Hasil yang diperoleh (%) kemudian dikalikan dengan jumlah leukosit total,
sehingga diperoleh nilai absolut dan masing-masing sel leukosit.
Protokol dan Pelaksanaan Penelitian
Pemeriksaan terhadap seluruh parameter fisiologis dilakukan sebelum
perlakuan (menit ke-0), pada menit ke 10, 20, 30, … dan seterusnya sampai menit ke120 yang dihitung dari penyuntikan anestetikum pertama sampai hewan sadar.
Hewan dinyatakan teranestesi apabila telah memenuhi minimal tiga syarat yaitu
sedasi, analgesi, dan relaksasi atau tidak bergerak. Hewan dinyatakan sadar ditandai
dengan adanya gerakan, adanya suara hewan, rasa sakit, munculnya respon atau
refleks (kelopak mata, pupil, pedal, telinga, spingter ani, dan ekor), dan hewan dapat
berdiri dengan keempat kakinya.
Rancangan Penelitian dan Analisis Statistik
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL)
dan masing-masing perlakuan terdiri dari empat ekor anjing sebagai ulangan. Data
hasil penelitian dianalisis berdasarkan sidik ragam. Apabila didapat perbedaan yang
nyata, maka untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan, dilanjutkan dengan uji
wilayah berganda Duncan dengan selang kepercayaan 95 % dan 99% (Rossi and
Junqueira 2003; Steel and Torrie 1991).
Download