Oryza sativa L

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Padi hitam (Oryza sativa L)merupakan padi yang memiliki kandungan
nutrisi yang cukup tinggi seperti serat, zat besi dan antosianin serta asam amino
(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2006). Ekstrak methanol
beras hitam yang kaya antosianin telah diidentifikasi mengandung cyanidin-3glucoside dan peonidin-3-glucoside dan dilaporkan dapat memperbaiki profil lipid
pada tikus yang defisien apolipoprotein E dengan cara menurunkan kadar
trigliserida, total kolesterol dan kolesterol non-HDL (Xia et al., 2006). Tingginya
manfaat pada padi hitam tidak sebanding dengan ketersediaannya yang rendah
dipasaran.Hal ini dikarenakan masa tanam padi hitam yang relatif lebih lama
dibandingkan dengan masa tanam padi putih, sehingga petani kurang tertarik
untuk membudidayakan.
Salah satu cara untuk memperpendek masa tanam padi hitam adalah dengan
rekayasa genetika, yaitu menyisipkan gen pembungaan Hd3a.Pembungaan adalah
salah satu fase penting dalam siklus hidup tanaman untuk menghasilkan bunga,
buah, dan biji. Pembungaan ini akan dipengaruhi oleh kondisi eksogen (suhu,
cahaya, curah hujan, dll) maupun kondisi endogen (hormon, gen, dll) (Imaizumi
and Kay, 2006). Padi merupakan tanaman yang banyak dijadikan model untuk
mempelajari regulasi waktu pembungaan pada tanaman hari pendek (Yano et al.,
2000), sedangkan Arabidopsis thalianabanyak digunakan sebagai model untuk
tanaman hari panjang. Terdapat 3 gen kunci pembungaan pada jalur genetik
1
terkait
dengan
fotoperiode
yang
telah
diisolasi,
yaitu:
OsGI
(O.
sativaGIGANTEA), ortholog dari Arabidopsis GI; Hd1 (Heading date 1), ortholog
dari Arabidopsis CO (CONSTANS); dan Hd3a (Heading date 3a), ortholog dari
ArabidopsisFT (FLOWERING LOCUST). Di bawah kondisi hari panjang.
Regulasi ini bersifat positif pada Arabidopsis tetapi bersifat negatif pada padi
(Hayama et al., 2003; Izawa, 2003; Tsuji et al., 2008).
Hd3a diidentifikasi melalui Quantitative Trait Loci (QTL), yang
menunjukan bahwa induksi pembungaan pada padi dibawah kondisi hari pendek
(Yamamoto et al., 1998; Monna et al., 2002).Saat ini Hd3adan RFT1 (Rice
Flowring Locus T1) telah diketahui sebagai sinyal pembungaan yang mobile pada
padi yang tumbuh dibawah kondisi hari pendek dan hari panjang (Tamaki et al.,
2007; Komiya et al., 2009).Penelitian sebelumnya pada padi hitam lokal selama
transisi dari fase vegetatif ke fase reproduktif dibawah kondisi alami negara tropis
(Susila, 2012), menunjukkan keterlibatan Hd3a dalam transisi pembungaan.Oleh
karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai transformasi genetik gen Hd3a
pada
padi
hitam
agar
dapat
berbunga
lebih
awaluntuk
peningkatan
produktivitasnya.
Pada penelitian ini dilakukan transformasi secara tidak langsung yaitu
menyisipkan konstrak rolC::Hd3a-Agrobacterium tumefaciens pada kalus padi
hitam. Penelitian yang dilakukan oleh Tamaki et al. (2007), menunjukan tanaman
padi kultivarJaponica yang mengekspresikan Hd3a dibawah kontrol promoter
rolC menginisiasi fenotip pembungaan lebih awal. Promoter rolC merupakan
promoter spesifik yang dapat mengekspresikan gen pada jaringan pengangkut.
2
Ekspresi Hd3adibawah kontrol promoter rolC diharapkan mampu mempercepat
pembungaan pada padi hitam untuk meningkatkan produktivitas padi. Pada
penelitian ini digunakan 4 varietas padi hitam yang berbeda terkait dengan tempat
asal penanamannya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui respon eksplan (bagian
tanaman yang digunakan sebagai bahan awal untuk perbanyakan tanaman)
terhadap embriogenesis sel. Eksplan padi yang digunakan yaitu bijipadi
hitamPakem, biji padi hitamKulon Progo, biji padi hitamIndmira dan biji padi
hitam Sleman.Sebelum proses transformasi dilakukan, perlu adanya optimasi
medium untuk proses penumbuhan kalus. Medium yang digunakan yaitu medium
MS dan N6. Hal ini dilakukan untuk menentukan medium yang tepat dalam kultur
kalus padi hitam. Kalus dengan pertumbuhan yang terbaik akan ditransformasi
dengan gen Hd3a padaAgrobacterium tumefaciens.
Pada tahapan kultur jaringan yang paling penting adalah menumbuhkan sel
kalus dalam sebuah medium. Medium yang sering digunakan untuk kultur
jaringan tanaman adalah medium Murashige dan Skoog (MS) dan Medium N6
(Chu medium). Suryowinoto (1996) menyebutkan bahwa medium MS memiliki
unsur-unsur dan persenyawaan yang lebih lengkap dibandingkan dengan medium
yang lain. Sedangkan medium N6 telah diformulasikan khusus untuk sel, jaringan
dan organ tanaman serealia (padi).Medium N6 memiliki kandungan unsur
nitrogen yang tinggi yang berperan dalam metabolisme sel. Pada dasarnya dua
medium ini baik untuk menumbuhkan sel kalus dalam proses kultur jaringan
tanaman akan tetapi perlu adanya seleksi medium terlebih dahulu sebelum
3
melakukan
proses
transformasi.
Proses
transformasi
dilakukan
dengan
menyisipkan gen of interest yang berperan dalam proses pembungaan.
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan yang dapat
dirumuskan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut.
1. Apakah terdapat perbedaan respon pertumbuhan kalus padi hitam pada
medium MS dan N6?
2. Apakah pertumbuhan kalus kalus padi hitamPakem, padi hitam Kulon
Progo, padi hitam Indmira, padi hitam Sleman yang berasal dari empat
daerah menggunakan medium pertumbuhan optimal memberikan
respon pertumbuhan yang berbeda?
3. Apakah
gen
Hd3a
berhasil
ditransformasi
sel
Agrobacterium
tumefaciens ke sel kalus padi hitam?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalahuntuk:
1. Mengetahui respon pertumbuhan kalus biji padi hitam apabila ditanam
di medium MSdan N6.
2. Mempelajaripertumbuhan kalus padi hitamPakem, padi hitam Kulon
Progo, padi hitam Indmira, padi hitam Sleman yang berasal dari tempat
yang berbeda saat menggunakan medium pertumbuhan optimal.
3. Menganalisis keberhasilan transformasi gen Hd3apada Agrobacterium
tumefaciens ke sel kalus padi hitam.
4
D.
Manfaat Penelitian
Apabila penelitian ini berhasil, diperoleh padi hitam yang cepat berbunga,
makamemiliki masa tanam yang lebih cepat dibandingkan dengan tanaman padi
hitam normal.Padi hitam yang cepat berbunga dapat digunakan sebagai kultivar
unggul untuk sumber eksplan dalam mikropropagasi tanaman padi.
E.
Keaslian Penelitian
Penelitian terkait transformasi gen Hd3a sebelumnya sudah berhasil
dilakukan pada tanaman kentang Solanum tuberosum L. oleh Maulani (2015)
serta pada tanaman jarak Jatropha curcas oleh Kajikawaetal. (2009). Sedangkan
pada penelitian lainnya oleh Yuliani (2014) hanya melihat pola ekspresinya dari
gen Hd3apada padi hitam Cempo Ireng. Sehingga yang membedakan keaslian
penelitian ini dengan penelitian yang lainnya adalah proses transformasi gen Hd3a
kedalam jenis tanaman padi hitam Pakem, padi hitamKulon Progo, padi
hitamIndmira, dan padi hitamSleman.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Padi Hitam (Oryza sativaL.)
Oryza sativa atau padi merupakan tanaman pangan yang menjadi kebutuhan
pokok utama bagi sebagian besar masyarakat didunia terutama di Asia.Budidaya
padi telah berkembang sejak ratusan abad yang lalu dengan cara domestifikasi
spesies lokal (Datta and Chaturvedi, 2003). Genus Oryza ini diketahui memiliki
108.000 aksesi padi dari 22 spesies yang terdapat di IRRI (International Rice
Research Institute) (Jackson and Lettington, 2003).Masyarakat Zhejiang (Cina)
sudah mulai membudidayakan padi sekitar 3000 tahun SM. Tanaman ini mulai
menyebar kenegara-negara Asia bagian Timur seperti Jepang, Korea, Filiphina,
Indonesia, Malaysia, dan negara-negara yang terletak didaratan India (Silitonga,
2004). Padi merupakan tanaman semusim yang tergolong rumput-rumputan
dengan batang berongga dan beruas (Moldenhauer et al., 2013).
1. Klasifikasi Oryza sativa
Oryza sativadapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Division
: Magnoliophyta
Class
: Liliopsida
Order
: Poales
Family
: Poaceae
Genus
: Oryza
Spesies
: Oryza sativa L.
(Backer and Brink, 1968)
6
2.
Morfologi Padi
Padi memiliki beberapa varian diantaranya padi putih (berbulir putih), padi
merah (berbulir merah) dan padi hitam (berbulir hitam).Padihitam varietas lokal
banyak dibudidayakan di Pulau Jawa, yakni di Solo, Yogyakarta dan Cibeusi
Subang. Di Solo padi hitam dikenal dengan nama ‘Beras Wulung’, di Sleman
Yogyakarta dikenal dengan nama ‘Cempo Ireng’ dan di Cibeusi Subang dikenal
dengannama ‘Beras Gadog’.
Padi hitam kultivar ‘Cempo Ireng’ merupakan padi lokal didaerah Sleman.
Padi ‘Cempo Ireng’ yang ditanam di Daerah Pakem Sleman ini memiliki
morfologi yaitu batang beruas ruas, denganlebar daun 1,5 cm, panjang daun
sekitar 80 cm, daun berwarna hijau tua, tinggi batang lebih dari 129 cm, dan bulir
padi berwarna hitam pekat, dan bentuk bulir agak bulat lonjong dengan sisi ujung
oval (Kristiamtini et al., 2012).
Padi hitamtelah dikenal sejak jaman kerajaan kuno jawa.Pada zaman
tersebut hanya keluarga raja yang diperbolehkan mengkonsumsi beras hitam
ini.Di Cina beras hitam juga telah banyak digunakan sebagai obat karena
berkhasiat terhadap kesehatan dan diyakini dapat memberikan umur panjang.Saat
ini banyakpenelitian terhadap padi hitam mengenai kandungan gizi yang terdapat
didalamnya.Keistimewaan dari beras hitam selain rasanya yang enak, pulen dan
wangi juga memiliki kandungan mineral, vitamin dan antosianin yang sangat
tinggi bila dibandingkan dengan padi lainnya, sehingga sangat baik untuk
kesehatan (Kristamtini, 2004).
7
B.
Kalus
Kalus adalah suatu kumpulan sel amorphous yang terbentuk dari sel
jaringan yang membelah secara terus menerus (Indrianto, 2003). Sel penyusun
kalus adalah sel parenkim yang mempunyai ikatan yang renggang antar sel satu
dengan sel yang lain. Kultur kalus bertujuan untuk memperoleh kalus dari eksplan
yang diisolasi dan ditumbuhkan dalam lingkungan terkendali. Kalus diharapkan
memperbanyak diri (massa selnya) secara terus menerus. Kalus dapat dihasilkan
dari kultur organ, dengan diberi zat pengatur tumbuh (ZPT)auksin atau sitokinin
didalam medium kultur. Akan tetapi untuk eksplan yang memilik sel kambium
dapat membentuk kalus tanpa diberi ZPT.Induksi kalus merupakan tahapan awal
pada embriogenesis secara tidak langsung (Indrianto, 2003).
Menurut Suryowinoto (1996), kalus merupakan salah satu wujud
dediferensiasi, yaitu reversi sel hidup yang telah terdiferensiasi menjadi tidak
terdiferensiasi lagi, atau dengan kata lain, menjadi meristematik kembali.Beberapa
kalus bertekstur keras dan kompak, sementara beberapa lainnya sangat mudah
remuk menjadi remah-remahan kecil.Pertumbuhan kalus yang rapuh dan mudah
remuk disebut kalus friabel (Doods dan Roberts, 1983).
Struktur kalus dari berbagai varietas padi berbeda-beda tergantung pada
komposisi medium yang digunakan. Biasanya struktur kalus menggambarkan
daya regenerasinya membentuk tunas dan akar. Kalus yang friable biasanya
mempunyai kemampuan lebih tinggi untuk membentuk tunas daripada kalus yang
bersifat kompak dan berwarna coklat-kehitaman (Gunawan, 1992). Media yang
digunakan untuk memacu regenerasi kalus akan sangat menentukan pertumbuhan
8
selnya. Keseimbangan nutrisi dalam media tumbuh sangat mempengaruhi
pertumbuhan kalus maupun diferensiasinya membentuk tunas.Morfogenesis
eksplan tergantung kepada keseimbangan ZPT auksin dan sitokinin yang
digunakan didalam mediumpertumbuhan (Wattimena, 1987).
C.
Medium
1.
Medium MS
Medium yang sering digunakan untuk sebagian besar spesies tanaman
dikotil maupun monokotil adalah medium Murashige dan Skoog (MS) (Dixon,
1985). Suryowinoto (1996) menyebutkan bahwa medium MS memiliki unsurunsur dan persenyawaan yang lebih lengkap dibandingkan dengan medium yang
lain. Medium MS mempunyai keistimewaan yaitu memiliki kandungan
mikronutrien yang tinggi. Staba (1988) menambahkan bahwa umumnya mineralmineral dalam mediumMS dapat mendukung pertumbuhan sel tanaman dalam
kulturin vitro.
Komposisi unsur yang terkandung didalam medium MS diketahui sangat
dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan sel eksplan atau sel kalus untuk
dapat diinduksi menjadi suatu planlet yang diharapkan.Didalam medium MS
sendiri terdapat 6 elemen makronutrien, yaitu nitrogen, kalsium, magnesium,
kalium, belerang dan fosfor.Unsur mikronutrien yang dibutuhkan terdapat dalam
7 jenis, yaitu tembaga, seng, mangan, boron, molibdat, khor dan besi.Jumlah
mikro nutrient ini disesuaikan dengan kebutuhan eksplan.Selain itu, faktor
sepertivitamin yang digunakan juga menjadi penentu keberhasilan dalam
9
perbanyakan secara in vitro (Staba, 1988).Komposisi medium MS disajikan pada
tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Medium MS.
Komposisi Medium
KNO3
NH4NO3
CaCl2.2H2O
MgSO4.7H2O
KH2PO4
Na2-EDTA
FeSO4.7H2O
MnSO4.4H2O
ZnSO4.7H2O
H3BO3
KL
Na2MoO4.2H2O
CuSO4.5H2O
CoCl2.6H2O
TOTAL
milligram/liter
1,900
1,650
440
370
170
37.3
27.8
22.3
8.6
6.2
0.83
0.25
0.025
0.025
4000.03
(Wako-chem, 2016)
2.
Medium N6
Medium N6 telah diformulasikan khusus untuk sel, jaringan dan organ
tanaman serealia khususnya padi. Medium N6 diketahui memiliki unsur nitrogen
yang cukup tinggi dibandingkan dengan medium lainnya. Nitrogen merupakan
salah satu unsur yang berperan penting dalam memacu morfogenesis secara
invitro. Menurut Ammirato (1983) bentuk nitrogen reduksi dan beberapa asam
amino seperti glutamin dan casein hidrolisat, sangat penting untuk inisiasi dan
perkembangan embrio somatik. Penambahan asam amino dapat merangsang
terjadinya komunikasi diantara sel dan jaringan pada organ multiselular (Vesco
dan Guerra, 2001). Potasium nitrat berperan sebagai penyedia nitrat.Glisin
berperan sebagai penyedia asam amino.Kemasan didalam medium ini tidak
10
mengandung Sukrosa dan Agar (Chu et al., 1978).Komposisi mediumN6 disajikan
pada Tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 2. Komposisi Medium N6.
Komposisi Medium
KNO3
(NH4)2SO4
CaCl2.2H2O
MgSO4.7H2O
KH2PO4
Na2-EDTA
FeSO4.7H2O
MnSO4.4H2O
ZnSO4.7H2O
H3BO3
KL
TOTAL
milligram/liter
2,830
463
166
185
400
37.25
27.85
4.4
1.5
1.6
0.8
4000.03
(Wako-chem-Chu, 2016)
Medium sangat rentan sekali terhadap kontaminasi. Untuk itu semua proses
pembuatan medium harus dilakukan secara aseptis (George & Sherrington, 1984).
Medium yang telah dibuat dan telah dimasukkan kedalam botol kultur dapat
disterilisasikan menggunakan autoclave pada temperatur 121°C, tekanan 15 psi
selama 15 menit. Kemudian medium dapat disimpan dalam temperatur 4 - 20°C
(Salle, 1961).
3. Zat Pengatur Tumbuh 2,4-D
Zat pengatur tumbuh merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan embriogenesis somatik, seperti auksin dan sitokinin (Gamborg dan
Philips, 1995). Auksin merupakan hormon yang sangat berperan dalam berbagai
proses perkembangan tumbuhan, seperti pembelahan dan pemanjangan sel,
diferensiasi sel dan inisiasi pembentukan akar lateral, pembesaran sel, dominansi
11
apikal, perkembangan pembuluh (jaringan pengangkut), perkembangan aksis
embrio, tropisme, serta perkembangan embrio (Friml et al., 2002). Promotor
dediferensiasi yang banyak digunakan dalam penelitian kultur in vitro yaitu ZPT
golongan auksin (sintetik maupun alami). Auksin yang sering digunakan yaitu
2,4- D, 3,5-T, picloram, dan NAA (Salisbury and Ross, 1995). Penggunaan ZPT
auksin dengan konsentrasi rendah 1-10 mg/L pada tanaman jenis monokotil
berperan dalam menghambat proses diferensiasi sel sehingga pembentukan organ
dapat dihambat dan hanya menghasilkan kalus(Shinoyama et al., 2004). Gambar
1. merupakan rumus kima dari golongan auksin sintetis, yaitu 2,4-D :
Gambar 1. Struktur Kimia 2,4-D
D.
(Das et al., 2001)
Transformasi Gen Hd3a
1. PromoterrolC
Tumbuhan mempunyai suatu jaringan vaskular yang menghubungkan antara
jaringan dengan transport mikronutrein maupun makronutrien sehingga dapat
berjalan dengan baik (Mezzit and Lucas, 1996; Golecki et al., 1999; Ishiwatari et
al., 1998; Thompson and Schulz, 1999). Terdapat 2 macam jaringan vaskular
pada tumbuhan yang berperan penting dalam transport materi diantaranya adalah
floem dan xilem. Floem berperan dalam perjalanan materi organik untuk
12
diedarkan keseluruh bagian sel tumbuhan, sedangkan xilem berperan untuk
transport air dan hara yang berasal dari dalam tanah menuju ketempat fotosintesis
didalan tubuh tumbuhan.Selain itu, xilem juga berfungsi sebagai struktur
pendukung dan penguat tubuh tumbuhan (Aloni, 1989; Turgeon, 1996).
Beberapa gen dari T-DNA yang dieskpresikan secara spesifik pada jaringan
tumbuhan tertentu membutuhkan promoter yang juga bersifat spesifik. Salah satu
promoter spesifik adalah promoter rolC. Promoter rolCakan terekspresi pada
phloem companion cell. rolCdilaporkan mampu menginduksi pembungaan secara
cepat pada Arabidopsis (Tamaki et al., 2007). Skema promoter rolC pada T-DNA
dapat dilihat pada gambar 2.
(Anggraini, 2012)
Gambar 2. Skema T-DNA yang menunjukan posisi primer dan daerah yang diamplifikasi dengan
primer spesifik gen pemicu pembungaan dan antibiotic selectable marker. A. Primer
gen Hd3a; B. Primer gen HPT.
13
2. Gen Hd3a
Gen Hd3a adalah salah satu gen yang berhubungan dengan waktu
pembungaan. Gen Hd3a yang berasal dari padi telah diisolasi oleh Tamaki et al.
(2007) yang menyandi aktivator utama pada proses pembungaan pada padi dalam
kondisi hari pendek (Kojima et al., 2002; Tamaki et al., 2007). Selain gen Hd3a,
pada Arabidopsis thalianaorthologFlowering Locus T (FT) berperan memacu
pembungaan pada tanaman hari panjang (Gambar 3).
Gambar 3. Skema gen penyandi pembungaan pada tanaman hari panjang dan hari pendek
(Komiya et al., 2009).
Terdapat 3 gen yang merupakan gen kunci pembungaan pada jalur genetik
yang
berkaitan
dengan
fotoperiode
telah
diisolasi,
yaitu
:OsGI
(O.
sativaGIGANTEA), yang merupakan ortholog dari ArabidopsisGI;Hd1 (Heading
date 1), yang merupakan otholog dari Arabidopsis CO (CONSTANS); dan Hd3a
(heading date 3a), yang merupakan ortholog dari ArabidopsisFT (FLOWERING
14
LOCUS T). Di bawah kondisi hari panjang, regulasi ini bersifat positif pada
Arabidopsis tetapi bersifat negatif pada padi (Hayama et al., 2003; Izawa, 2003;
Tsuji
et
al.,
menyebabkan
2008).Berdasarkan
pembungaan
lebih
percobaan,
awal
overekspresiHd3adan
pada
padi
dan
FT
Arabidopsis
thaliana(Kojima et al., 2002).Gambar 4 menunjukan peta vector plasmid P2K1
dengan promoter rolC yang digunakan dalam penelitian ini.
Hind III
Kpn I Kpn I
Hd3a
Rol C
988bp
Xba I
370bp
Spe I
GFP
1220bp
Hg/Km r
P2K1 – Binary Vector 6000bp
Gambar 4.Peta vektor plasmid P2K1-Binary Vector dengan promotor RolC.Vektor plasmid P2K1
– Binary vector mempunyai panjang berkisar 6kb (Tamaki et al., 2007)
E. Agrobacterium tumefaciens sebagai mediator transformasi genetik.
Transformasi genetik merupakan perubahan genetik karena adanya DNA
asing yang masuk dan terintegrasi di dalam kromosom sel (hidup) inang.
Transformasi genetik pada tumbuhan dilakukan untuk mengintegrasikan gen ke
dalam sel tumbuhan untuk menghasilkan tumbuhan baru yang mampu
mengekspresikan gen tersebut. Pada awalnya teknik transformasi gen ke dalam
tanaman didasari oleh penemuan bakteri tanah Agrobacterium tumefaciens.
Bakteri ini merupakan fitopatogen tanah yang menyebabkan penyakit crown gall
di dalam jaringan luka pada berbagai macam tanaman dikotil dan mempunyai
15
kemampuan untuk memindahkan DNA ke dalam sel tanaman (Gelvin, 1993; Old
dan Primrose, 1989; Rossi et al., 1998; Heldt, 1999).
Strain onkogenik Agrobacterium tumefaiens mengandung plasmid single
copy yang berukuran besar (150-250 kb) yang disebut Plasmid Ti (tumor
inducing). Sebagian dari DNA plasmid ini yaitu T-DNA (transfer) dipindahkan ke
dalam sel tanaman yang terluka dan disisipkan ke dalam genom tumbuhan, dan
gen T-DNA yang berasal dari bakteri mampu diekspresikan pada sel tumbuhan
inang. Gen yang disisipkan oleh Agrobacterium tumefaciens mengkode sintesis
fitohormon auksin dan sitokinin, serta senyawa opin. Akibatnya jaringan yang
terinfeksi akan mengalami proliferasi sel yang tidak terkendali dan menghasilkan
jaringan tumor. Pada biakan jaringan, tumor ini dapat tumbuh terus menerus
meskipun dalam media tidak dilakukan penambahan hormon auksin dan sitokinin,
yang lazim digunakan untuk memacu pertumbuhan jaringan tumbuhan secara in
vitro (Day dan Lichtenstein, 1992; Heldt, 1999).
Teknik
transformasi
genetik
dengan
menggunakanAgrobacterium
tumefaciens merupakan teknik transformasi secara tidak langsung yang paling
sering digunakan. Teknik ini mempunyai beberapa keunggulan seperti efisiensi
transformasi dengan salinan gen tunggal lebih tinggi dan dapat dilakukan dengan
peralatan laboratorium yang sederhana dan sisipan gen tunggal berpeluang lebih
tinggi dibanding transformasi langsung, sehingga stabilitas ekspresi gen lebih
tinggi (Dai et al., 2001; Syafitri, 2012).
Transformasi tidak langsung juga memiliki kekurangan yaitu sekuen yang
ditransfer kegenom target bersifat acak, dan terdapat kemungkinan yang ditransfer
16
bukan gen target. Secara alami Agrobacterium tumefacienshanya dapat
menginfeksi tanaman dikotil, sehingga pada awalnya transformasi menggunakan
Agrobacteriumtumefacienshanya terbatas pada tanaman dikotil.Perkembangan
penelitian dasar mengenai mekanisme infeksi Agrobacteriumtumefaciens telah
memberikan pemahaman baru sehingga beberapa modifikasi metode transformasi
dapat dilakukan untuk tanaman monokotil (Gelvin, 2003).Selain itu, beberapa
penelitian mengenai penyisipan gen terhadap tanaman anggrek menggunakan
Agrobacterium tumefaciensjuga telah banyak dilakukan.
F. PCR (Polymerase Chain Reaction)
Reaksi berantai polymerase Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah suatu
metode enzimatis untuk amplifikasi DNA secarain vitro.PCR pertama kali
dikembangkan pada tahun 1985 oleh Kary B. Mullis.Amplifikasi DNA pada PCR
dapat
dicapai
bila
menggunakan
primer
oligonukleotida
yang
disebut
amplimers.Primer DNA adalah suatu sekuens oligonukleotida pendek yang
berfungsi mengawali sintesis rantai DNA.PCR memungkinkan dilakukannya
pelipatgandaan suatu fragmen DNA dan umumnya primer yang digunakan pada
PCR terdiri dari 10-30 nukleotida. DNA template (cetakan) yaitu fragmen DNA
yang akan dilipatgandakan dan berasal dari sample. DNA polimerase merupakan
enzim
termostabil
Taq
dari
bakteri
termofilik
Thermus
aquaticus.
Deoksiribonukleotida trifosfat (dNTP) menempel pada ujung 3’ primer ketika
proses pemanjangan dan ion magnesium menstimulasi aktivasi polymerase(Yusuf,
2010).
17
Menurut Yuwono (2005) ada tiga tahapan penting dalam proses PCR yang
selalu terulang dalam 30-40 siklus dan berlangsung dengan cepat:
1.
Denaturasi
Di dalam proses PCR, denaturasi awal dilakukan sebelum enzim taq
polimerase ditambahkan ke dalam tube PCR 1,5 ml. Denaturasi DNA merupakan
proses pembukaan DNA untai ganda menjadi DNA untai tunggal. Ini biasanya
berlangsung sekitar 3 menit,
2.
Annealing (penempelan primer)
Annealing merupakan tahapan penempelan primer pada DNA target.Kriteria
yang umum digunakan untuk merancang primer yang baik adalah bahwa primer
sebaiknya berukuran 18 – 25 basa, mengandung 50 – 60% G+C dan untuk kedua
primer tersebut sebaiknya sama. Waktu annealing yang biasa digunakan dalam
PCR adalah 30 – 45 detik.
3.
Pemanjangan Primer (Extention)
Selama tahap ini Taq polymerase memulai aktivitasnya memperpanjang
DNA primer dari ujung 5’ ke 3’.Kecepatan polimerisasi nukleotida oleh enzim
tersebut pada suhu 72oC diperkirakan 35 – 100 nukleotida/detik, bergantung pada
buffer, pH, konsentrasi garam dan molekul DNA target. Biasanya diakhir siklus
PCR waktu yang digunakan untuk tahap ini diperpanjang sampai 5 menit
sehingga seluruh produk PCR diharapkan terbentuk DNA untai ganda.
Produk PCR dapat diidentifikasi melalui ukurannya dengan menggunakan
elektroforesis gel agarosa. Metode ini terdiri atas menginjeksi DNA ke dalam gel
agarosa kemudian menggunakan aliran listrik band-band DNA akan berjalan dari
18
kutub negative ke kutub positif. Hasilnya untai DNA kecil pindah dengan cepat
menjauhui sumuran.
PCR
memiliki
keunggulan
diantaranyakekhususan,
efisiensi
dan
ketepatan.Kekhususan PCR terletak pada kemampuannya mengamplifikasi
sehingga menghasilkan produk melalui sejumlah siklus.Akurasi yang tinggi
dikarenakanDNA polymerase mampu menghindari kesalahan pada amplifikasi
produk. Selain itu kelebihan lain metode PCR dapat diperoleh pelipatgandaan
suatu fragmen DNA (110 bp, 5x10-9 mol) sebesar 200.00 kali setelah dilakukan
20 siklus reaksi selama 220 menit. Reaksi ini dilakukan dengan menggunakan
komponen dalam jumlah sangat sedikit, DNA cetakan yang diperlukan hanya
sekitar 5 µg oligonukleotida yang diperlukan hanya sekitar 1 mM dari reaksi ini
biasa dilakukan dalam volume 50-100 ul (Mahardika, 2005).
19
BAB III
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESA
A.
Landasan Teori
Saat ini penelitian mengenai padi hitam semakin banyak dilakukan guna
meningkatkan produktivitas.Beberapa diantaranya banyak membahas mengenai
kandungan gizi dan kemampuan sebagai obat beberapa penyakit.Namun beberapa
kendala yang dihadapi saat ini yaitu ketersediaanya dalam memenuhi permintaan
pasar yang masih dinilai sedikit.Hal ini dikarenakan masa tanam padi hitam yang
lebih lama dari padi putih yaitu memerlukan waktu sekitar 6-7 bulan.
Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Anggraeni (2012) yang
berhasil
mentransformasi
konstrak
rolC::Hd3a-GFP
kedalam
plasmid
Agrobacterium tumefaciens dan diketahui bahwa struktur T-DNA plasmid
pembawa florigen Hd3a dibawah kontrol promoter rolC bersifat stabil dan dapat
digunakan untuk perakitan tanaman transgenik.
Perakitan tanaman transgenik dilakukan melalui kultur jaringan tumbuhan.
Dalam metode kultur jaringan diperlukan adanya medium untuk mendukung
pertumbuhan kalus. Menurut Syahid dan Hernani, (2001) Medium MS adalah
medium yang biasa digunakan dalam kultur jaringan tumbuhan yang mengandung
hormon 2,4-Dicholorophenoxyacetic (2,4-D). Hormon 2,4-D berfungsi sebagai
zat pengatur tumbuh (auksin) yang dapat menghambat proses deferensiasi sel
pada eksplan tanaman didalam medium kultur. Selain itu, medium lain yang
sering digunakan dalam kultur jaringan tumbuhan adalah medium N6 (Chu
20
medium). Medium N6merupakanmedium yang mengandung unsure Nitrogen
yang cukup tinggi dan biasa digunakan untuk kultur jaringan tanaman serealia
khususnyapadi. Penelitian oleh Tamaki et al. (2007) melaporkan bahwa
penggunaan medium N6 menunjukan pertumbuhan kalus terbaik pada padi
kultivar japoineca.
Pertumbuhan kalus selain dipengaruhi oleh medium yang digunakan, juga
dipengaruhi oleh genotip tanaman atau jenis kultivar. Proses transformasi
penyisipan
gen
Hd3aakanberhasil
apabila
dilakukan
dengan
medium
pertumbuhan kalus dan metode transformasi yang tepat. Setelah proses
transformasi maka perlu adanya deteksi gen untuk mengkonfirmasi bahwa gen
Hd3a sudah masuk dalam genom kalus. Proses deteksi gen dapat dilakukan secara
molekular.
Dalam penelitian ini, dilakukan optimasi medium yang tepat untuk
pertumbuhan kalus padi hitam. Medium yang digunakan adalah medium MS dan
medium N6. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan mampu mendapatkan
medium yang optimum untuk pertumbuhan kalus padi cempo ireng dan evaluasi
terhadap
pertumbuhan
kalus
tiap-tiap
eksplan
dari
kultivar
yang
berbeda.Keberhasilan proses transformasi dilaporkan apabila gen Hd3atelah
tersisipi pada genom kalus padi hitam transforman.
21
B.
Hipotesis
Berdasarkan acuan dan pustaka yang telah dipaparkan, maka diajukan
hipotesis sebagai berikut:
1. Pertumbuhan kaluspadi hitam yang ditanam di medium N6 memberikan
respon pertumbuhan lebih baik dari pada medium MS.
2. Pertumbuhan kalus berbagai macam eksplan padi hitam yang berasal
dari tempat yang berbeda saat menggunakan medium pertumbuhan
optimal memberikan respon yang berbeda.
3. Gen Hd3adapat dideteksi dalam genom kaluspadi hitam hasil
transformasi.
22
BAB IV
METODE PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Rekayasa Genetika Bioteknologi
gedung PAU Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Penelitian ini
dilakukan dari Mei 2013 - November 2015.Dana penelitian ini sepenuhnya
didapatkan dari Dana Hibah Bersaing Pascasarjana Universitas Gadjah Mada
dengan Tema Hibah yaitu “Peningkatan Produktivitas Padi Hitam untuk
Menunjang Ketahanan Pangan Nasional”.
B.
Alat dan Bahan Penelitian
1.
Alat
Alat yang digunakan dalam pembuatan medium kultur in vitro tanaman padi
hitam dan bakteri terdiri dari alat-alat gelas (petridish, erlenmeyer, gelas ukur,
gelas beker, spatula), timbangan analitik (Shimadzu), hote plate (Thermoline),
magnetic stirrer, mikropipet (Eppendorf Research), pipet tip,Laminar Air Flow
(LAF)
(BioHazard-Protection),
pipet
tetes,
microwave
(Samsung),
pH
meter(Metrohm) dan autoclave. Peralatan yang digunakan untuk kulturin vitro
tanaman kalus adalah LAF, petridish, pinset, erlenmeyer, spatula, ruang inkubator
dengan suhu ruang 25-28°C. Peralatan yang digunakan untuk kultur bakteri
adalah tabung reaksi, erlenmeyer, petridish, ose, mikropipet dan pipet tip.
23
Peralatan yang digunakan untuk isolasi DNA, PCR dan elektroforesis terdiri
dari mikropipet (eppendorf research) dan pipet tip, mortal dan alu, tube eppendorf
1,5 mL, centrifuge(Beckhman microfuge II), vortex, water bath (GFL 1083),
mesin PCR/thermocyler (Applied Biosystem), elektroporesis kit (mupid 2 plus),
uv-transilluminator (Vilber Lourmat),freezer -20°C (Sanyo). peralatan yang
digunakan untuk pengamatan terdiri dari penggaris, dan kamera (Canon).
2.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi hitam
berbagai varietas terkait dengan tempat penanamannya yaitu: padi hitam Pakem,
padi hitam Kulon Progo, padi hitam Indmira, dan padi hitam Sleman (Gambar 5).
Benih masing masing varietas ditransformasikan dengan Agrobacterium
tumefacienspembawa plasmid rolC::Hd3a-GFP a.n. Anggraeni Fakultas Biologi
UGM (2012).
Gambar 5.Morfologi luar biji padi hitam Pakem, padi hitam Kulon Progo, padi hitam,
Indmira dan padi hitam Sleman.
Bahan yang digunakan untuk medium kultur in vitro terdiri dari bahan kimia
komponen medium N6 pack (Wako), MS mix pack (wako), N6 vitamin,
24
sukrosa(Sigma), prolin (Sigma), MS vitamin, Km vitamin, hormon 2,4-D, agarosa
(sigma), NaCl dan KOH, alumunium foil, parafilm dan aquades. Bahan yang
digunakan untuk isolasi kalus padi hitam yaitu larutan bleach 5,25% (Bayclean),
ethanol 70%, dan aquades. Bahan yang digunakan untuk skrining tanaman
digunakan aquades, asitosiryngon, dan claforan.
Bahan yang digunakan untuk isolasi DNA adalah CTAB 10%, kloroform,
isopropanol, ethanol 70 %, ethanol absolute, dan larutan TE. Bahan yang
digunakan
untuk
PCR
terdiri
dari
dNTP
mix
(takara),taq
DNA
polymerase(takara), 10x reaction buffer (takara), aquades, dan primer untuk
mendeteksiHd3a yaitu Hd3a-F (GCTCACTATCCATCCAGCATG), Hd3a-R
(CCTTGCTCAGCTATTTAATTGCATAA), serta primer untuk mendeteksi Hpt
yaitu Higromisin-F (GAGCCTGACCTATTGCATCTCC) dan Higromisin-R
(GGCCTCCAGAAGAAGATGTTGG).
Bahan
yang
digunakan
untuk
elektroforesis terdiri dari DNA sampel, loading dye, TBE (Tris base, Boric acid,
Na-EDTA) (vivantis), Ethidium bromide (etbr), Agarosa (SIGMA).
C.
Cara Kerja
1.
Pembuatan Medium
a.
Medium N6
Pembuatan medium1 Liter,N6 powder sebanyak 1 pack (4 gr)
dimasukkan kedalam labu erlenmeyer 1000 mL yang telah berisi 200 mL akuades.
Kemudian ditambahkan 1 mL N6 vitamin, 30 gr sukrosa, hormon 2,4-D sebanyak
100 µL, dan prolin 2,88 gr lalu digojog pelan sampai semua bahan homogen.
25
Setelah larutan homogen, ditambahkan akuades sampai volume larutan sebanyak
1 liter.Kemudian larutan medium dibagi menjadi 5 bagian @ 200 mL kedalam
erlenmeyer 250 mL. Selanjutnya tiap-tiap larutan medium dilakukan pengukuran
pH dengan menggunakan pH meter dengan range pH 5,6-5,8. Tahap terakhir yaitu
dilakukan penambahan agarosa (0,8%) yaitu masing-masing erlenmeyer
ditambahkan sebanyak 1,6 gr agarosa dan dipanaskan kedalam microwave selama
2 menit untuk melarutkan agar tersebut. Setelah semua bahan homogen medium
ditutup rapat dan disterilisasi dengan menggunakan autoclavepada suhu 121°C
selama 15 menit.
b.
Medium MS
Pembuatan medium MS sebanyak 1 L, pertama-tama MS mix 1 pack (4 gr)
dilarutkan kedalam akuades 200 mL. Kemudian ditambahkan sukrosa sebanyak
20 gr, Km vitamin 10 mL dan hormon 2,4-D (0,4 mg/mL) sebanyak 10 mL. Lalu
digojog pelan hingga semua bahan homogen.Selanjutnya tambahkan akuades
hinga volume larutan 1 liter. Larutan medium dibagi menjadi 5 bagian kedalam
erlenmeyer 250 mL @ 200 mL, untuk selanjutnya dilakukan pengukuran pH
dengan range pH berkisar 5,6-5,8. Kemudian masing-masing medium
ditambahkan agarosa sebanyak 1,6 gr (untuk volume 200 mL) dan dipanaskan
kedalam microwave selama 2 menit untuk melarutkan agarosenya. Setelah agar
larut, medium ditutup rapat dan disterilisasi selama 15 menit pada tekanan 15 psi
dengan menggunakan autoclave.
26
c.
Medium MSL
MS powder 1 pack (4 gr) dilarutkan dalam erlenmeyer 1000 mL yang berisi
akuades 200 mL. Selanjutnya ditambahkan MS vitamin 1 mL dan sukrosa
sebanyak 30 gr lalu digojog hingga semua bahan larut. Kemudian ditambah
akuades hingga volume larutan 1 L dan diatur pH larutan sampai kisaran 5,7-5,8.
Setelah pH sesuai larutan dibagi menjadi 5 bagian @ 200 mL kedalam erlenmeyer
250 mL.Masing-masing medium disterilisasi menggunakan autoclave selama 15
menit pada tekanan 15 psi.
d.
Medium N6CO
N6 powder 1 pack (4 gr) dilarutkan kedalam erlenmeyer 1000 mL yang
berisi 200 mL akuades. Kemudian secara bertahap dimasukan Fe EDTA 2mL, MS
vitamin 1 mL, sukcrosa 30 gr, dan glukosa 10 gr lalu digojog pelan hingga semua
bahan larut. Selanjutnya ditambahkan akuades sampai volume larutan menjadi 1
L. pH larutan diatur dengan kisaran 5,7. Setelah pH sesuai, larutan dibagi menjadi
5 bagian @ 200 mL kedalam erlenmeyer 250 mL. Pada tahapan terakhir
ditambahkan agarosa sebanyak 0,6% atau 1,2 gr untuk medium volume 200 mL.
Medium lalu dipanaskan selama 5 menit untuk melarutkan media agar. Kemudian
masing-masing medium ditutup dengan alumunium foil dan di sterilisasi selama
15 menit pada tekanan 15 psi.
e.
Medium Skrining I (MS2D)
MS powder sebanyak 4 gr dilarutkan kedalam akuades sebanyak 200 mL
didalam erlenmeyer 1000 mL. Kemudian ditambahkan Km vitamin 10 mL, 2,4-D
100 µL, dan sukrosa sebanyak 20 gr secara bertahap lalu digojog pelan hingga
27
semua bahan larut. Setelah itu, ditambahkan akuades hingga volume larutan 1 L
dan diatu pH larutan dengan kisaran 5,7. Pada tahap terakhir ditambahkan agarosa
sebanyak 0,9% dan disterilisasi pada autoclave selama 15 menit dengan tekanan
15 psi.
f.
Medium Skrining II Regenerasi (Re)
Pada pembuatan mediumRegenerasi(Re)diambil R2 larutan stok makro
sebanyak 50 mL, larutan stok mikro sebanyak 1 mL, FeEDTA 2 mL, dan MS
vitamin sebanyak 1 mL dimasukan secara bertahap kedalam erlenmeyer 1000 mL
yang telah berisi 200 mL akuades lalu digojog pelan. Selanjutnya ditambahkan
sukrosa 30 gr, sorbitol 30 gr, dan Hygromysin (50 mg/L) kedalam larutan media
lalu digojog pelan hingga semua bahan larut. Setelah semua bahan larut
tambahkan akuades hingga volume larutan menjadi 1 L. pH larutan kemudian
diatur dengan kisaran 5,8-6 dan ditambahkan agarosa (1%) yaitu sebanyak 10 gr
lalu dipanaskan selama 10 menit untuk melarutkan agar. Setelah semua agar larut,
bagi media menjadi 4 bagian @250 mL kedalam erlenmeyer 300 mL. Masingmasing erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil dan selanjutnya media
disterilisasi dengan menggunakan autoclave selama 15 menit pada tekanan 15 psi.
g.
Medium LB
Medium LB digunakan untuk isolasi koloni bakteri Agrobacterium
tumefaciens.Bahan media LB padatan instan untuk 200 mL dilarutkan kedalam
akuades sebanyak 200 mL.Selanjutnya media dipanaskan selama 10 menit untuk
melarutkan agar. Kemudian media diautoclave selama 15 menit pada tekanan 15
psi. Setelah proses sterilisasi selesai tambahkan antibiotik kanamisin dan
28
higromisi 50 mg/L sebanyak 200 µL, selanjutnya media dituang pada masingmasing petridish dan ditunggu sampai menjendal.
2.
Inisiasi Kalus
Biji padi hitam Pakem, Kulon Progo, Indmira, dan Sleman dicuci dengan
akuades steril selama 1 menit. Selanjutnya eksplan dimasukan kedalam larutan
Na-Hipoklorit 5,25% dan digojog pelan selama 2 menit, lalu dicuci akuades steril
selama 1 menit (pencucian dengan akuades steril dilakukan sebanyak 3 kali).
Kemudian eskplan disterilisasi kembali dengan alkohol 70% selama 1 menit dan
kembali dicuci akuades steril sebanyak 3 kali dengan lama waktu pencucian 1
menit. Eksplan biji padi dipindahkan kedalam petri steril yang telah dilapisi kertas
saring.Kertas saring berfungsi untuk mengeringkan eksplan dari sisa-sisa bahan
pensterilan.Selanjutnya eksplan yang telah kering ditanam pada medium N6.
Inkubasi eksplan dilakukan didalam ruang inkubator dengan suhu ruang 25°C
dengan adanya cahaya.
3.
Proses Transformasi Sel Kalus melalui Agrobacterium tumefaciens
Bakteri Agrobacterium tumefaciens ditumbuhkan pada medium LB plate
secara tooth pick dan diinkubasi pada kondisi gelap selama 3 hari disuhu
ruang.Koloni bakteri yang telah didapatkan selanjutnya disuspensikan pada
medium MSL sebanyak 20 mL. Kemudian diinkubasi sampai didapatkan OD
medium optimum yaitu kisaran OD600 0,008-0,01. Pengukuran OD medium
menggunakan spektrofotometer. Selanjutnya, kalus yang telah didapatkan dari
kultur sebelumnya diinkubasi pada medium MSL cair dengan penambahan
29
asitosiringon sebanyak 20 µL selama 3 menit. Selanjutnya kalus diinkubasi pada
medium N6CO selama 3 hari pada suhu 25°C dan kondisi gelap.
4.
Skrining I
Sel kalus trasforman yang telah dikokultivasi selama 3 hari dikumpulkan
kedalam falcon 50 mL yang berisi 40 mL akuades steril lalu digojog pelan sebagai
media pencucian sel kalus transforman. Pada pencucian terakhir dilakukan
penambahan klaforan (konsentrasi 100 mg/L).Kemudian tabung digojog pelan
lalu kalus transforman ditiriskan pada kertas saring. Kalus transforman yang telah
bersih dari inokulum bakteri selanjutnya di tanam pada media MS2D dan
diinkubasi pada suhu ruangan selama 4 minggu kondisi gelap.
5.
Skrining II
Setelah didapatkan kalus yang berwana kuning cerah pada proses skrining
I, kalus tersebut ditransfer atau disubkultur pada media MS2D yang mengandung
hygromycin 50 gr/L dan kanamisin 50 gr/L. Iinkubasi dibawah pencahayaan pada
suhu ruangan selama 2 minggu.
6.
Isolasi DNA genom kalus
Kalus transforman padi hitam maupun kalus non transforman diambil
sebanyak 200 mg digerus menggunakan mortar dan alu.Kemudian untuk
mempermudah penggerusan ditambahkan nitrogen cair. Penggerusan dilakukan
hingga halus, kemudian ditambahkan 400 µl CTAB 10% dan diinkubasi selama
10 menit pada suhu 65°C. Kemudian ditambahkan 400µl CIAA lalu disentrifugasi
12000 rpm selama 5 menit. Sebanyak 400 µl supernatan diambil dan dipindahkan
ke dalam tube 1,5 mL yang baru. Selanjutnya tambahkan 2-propanol dengan
30
perbandingan (1:1) lalu gojog perlahan dan disentrifugasi kembali 12000 rpm
selama 1 menit.Supernatan kemudian dibuang dan pelet ditambahkan larutanhight
salt TE 100 µl dan diinkubasi 65 °C selama 10 menit.Setelah diikubasi tambahkan
800 µl Ethanol Absolute inkubasi kedalam -20°C selama 15 menit. Kemudian
sample disentrifugasi 12000 rpm selama 10 menit. Pelet dicuci kembali dengan
Ethanol 70% inkubasi pada suhu 4 °C selama 5 menit. Selanjutnya sampel di
sentrifugasi 12000rpm selama 5 menit.Pelet kemudian dikering anginkan dan
setelah kering disuspensikan dengan 30 µl TE. Untuk mengetahui keberadaan
DNA genom kalus dapat dilakukan pengecekan dengan menggunakan
elektroforesis gel agarosa 1%, dan TBE 1x, voltase 50 volt selama 45 menit.
7.
Deteksi keberadaan transgen rolC::Hd3a-GFP pada genom padi
hitam
Metode deteksi untuk mengetahui apakah gen sisipan Hd3adan hpt telah
berhasil ditransformasi kedalam genom tanaman dilakukan dengan menggunakan
analisis PCR. PCR kit yang digunakan untuk analisis genom transforman maupun
non transforman yaitu Kit Takara. Komposisi DNA template, dNTP mix, ddH2O,
Taq Polymerase
dan Taq buffer 10x. Primer yang digunakan yaitu Hd3a
(forward) dan Hd3a (reverse) untuk deteksi transgen Hd3a dan primer
Higromisisn-F (forward) dan Higromisin-R (reverse) untuk deteksi gen penanda
HPT.Komposisi reaksi PCR terlihat pada tabel 2 sebagai berikut:
31
Tabel 3. Komposisi Reaksi PCR
Komponen
DNA template
10x taq Buffer
dNTPs
Primer Forward
Primer Reverse
Taq DNA polymerase
ddH2O
Total
Volume (µl)
1
2
2
1
1
0,1
12,9
20
Amplifikasi dilakukan sebanyak 30 siklus dengan pengaturan suhu dan
waktu tahapan predenaturasi 96°C selama 2 menit, denaturasi 94°C selama 30
detik, anneling 55°C selama 30 detik, elongasi pada suhu 72°C selama 1 menit,
post elongasi pada suhu 72°C selama 2 menit, dan tahap akhir 4°C selama 3
menit. Sama halnya untuk amplifikasi HPT juga menggunakan kondisi yang
sama.DNA hasil amplifikasi diambil 5 µl untuk elektroforesis.
Sebanyak 2 gram agarosa dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan
ditambahkan 100 mL TBE 1x, digojog sampai homogen.Kemudian dipanaskan
hingga larutan jernih. Larutan dibiarkan dingin sampai suhu kira-kira 65°C dan
ditambahkan 5 µL ethidium bromide lalu digojog pelan hingga homogen.
Kemudian dituang ke dalam cetakan gel, pasang sisir untuk membuat
sumuran.Sebanyak 5 µL DNA sample ditambah 1 µL Loading dye kemudian
dihomogenisasi dan dimasukkan kedalam sumuran. Marker yang digunakan
adalah takara (100 bp) sebanyak 3 µL.Elektroda dihubungkan dengan power
supply dengan voltage 50 volt selama 45 menit. Visualisasi dilakukan dengan
menggunakan sinar UV dengan UV transiluminator.
32
8.
Pengamatan Pertumbuhan Kalus.
Pengamatan pertumbuhan kalus dilakukan dengan mengamati seberapa
banyak biji padi hitam yang tumbuh pada medium MS dan N6. Penanaman biji
dilakukan sebanyak 25 petri yang tiap petrinya ditanam 4 biji padi. Biji padi yang
mengalami kontaminasi akan dieliminasi langsung. Hal ini dilakukan agar biji
padi hitam lainnya tidak mengalami kontaminasi.
Pengamatan pertumbuhan kalus dilakukan dengan menimbang kalus pada
tiap petri setiap minggunya. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan
timbangan analitik. Hasil penimbangan dicatat didalam tabel.
33
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian transformasi gen Hd3a kedalam kalus padi hitam
diuraikan dengan urutan sebagai berikut : 1) Respon pertumbuhan kalus terhadap
medium yang digunakan. 2) Pertumbuhan kalus berbagai sampel padi hitam yaitu
padi hitam Pakem, padi hitam Kulon Progo, padi hitam Indmira dan padi hitam
Sleman terhadap medium optimal. 3) Pertumbuhan kalus yang berhasil
tertansformasi gen Hd3a (transforman) pada medium seleksi serta keberadaan gen
Hd3apada kalus transforman.
A.
Respon pertumbuhan kalus dari biji padi hitam yang ditanam di
medium MS dan N6.
Pada penelitian ini digunakan duamedium yaitu MS dan N6 yang memiliki
komposisiseperti tertera pada tabel 3:
Tabel 4. Komposisi Medium MS dan Medium N6
Medium MS (dalam 1 Liter)
MS Mix 1 pak
Sukrosa 20 gram
KM Vitamin 10ml
2,4-D (20mg/ml) 100µl
pH 5.8
Agarose8 gram
Medium N6 (dalam 1 Liter)
Bubuk N6 1 pak
Sukrosa 30 gram
Proline 2.88 gram
N6 Vitamin 1ml
2,4-D (20mg/ml) 100µl
pH 5.8
Agarose 8 gram
(Chu et al., 1978)
Penggunaan medium MS dan medium N6 ditujukan untuk mengetahui
medium yang memberikan hasil terbaik terhadap pertumbuhan kalus padi hitam.
Kedua medium ini merupakan medium siap saji(wako) sehingga diharapkan
34
akurasi komposisi yang digunakan cukup tinggi.Berdasarkan hasil penelitian,
pertumbuhan kalus biji padi hitamPakem berbeda pertumbuhannyapada medium
Presentase Pertumbuhan
yang diujikan.Respon pertumbuhan kalus dapat dilihat padaGambar 6.
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
MS
Medium
MS
Medium
N6 2N6
1
2
3
4
Minggu KeGambar 6. Persentase pertumbuhan kalus padi hitam Pakem pada Medium MS dan N6.
Gambar 6 menunjukkan bahwa semua kalus padi hitam lebih cocok
ditumbuhkan dimedium N6.Secara statistik terlihat bahwa perbedaan medium
tanam berpengaruh secara nyata terhadap persentase pertumbuhan kalus (lampiran
1). Menurut Syahid dan Hernani, (2001) medium MSadalah medium yang biasa
digunakan
dalam
kultur
jaringan
tumbuhan
dan
mengandung
2,4-
Dicholorophenoxyacetic (2,4-D) yang merupakan pengatur tumbuh (auksin)
berfungsi sebagai agen penghambat proses dediferensiasi sel pada eksplan.
Sedangkan medium N6 adalah medium yang mengandung unsur Nitrogen (N)
cukup tinggi sehingga biasa digunakan untuk kultur jaringan tanaman khususnya
tanaman serealia(padi).Berdasarkan data yang diperoleh, pertumbuhan kalus pada
medium N6 menunjukan persentase lebih tinggi apabila dibandingkan dengan
pertumbuhan kalus pada medium MS. Hal ini mungkin dikarenakan berbagai
35
faktor yang mempengaruhi, salah satunya adalah perbedaankomposisibahan
didalam masing-masing medium yang digunakan. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini selanjutnya digunakan medium N6 untuk pembentukan kalus biji
padi hitam Pakem, padi hitam Kulon Progo, padi hitam Indmira, danpadi hitam
Sleman.
Respon pembentukan kalus pada medium N6 lebih baik daripada medium
MS.Hal ini dikarenakanadanya perbedaan jumlah sukrosa yang digunakan dalam
penelitian ini. Medium MS menggunakan Sukrosa sebanyak 20gr, sedangkan
pada medium N6 menggunakan 30gr.Seperti yang sudah diketahui bahwa fungsi
sukrosa pada medium yaitu sebagai sumber karbon. Pada medium N6 memiliki
sumber karbon yang lebih besar daripada medium MS. Sumber karbon digunakan
sebagai sumber energi bagi eksplan untuk melakukan morfogenesis, dalam hal ini
yaitu pertumbuhan kalus. Oleh karena itu, pertumbuhan kalus pada medium N6
lebih baik dari medium MS, dikarenakan sumber karbon pada medium N6 lebih
besar daripada medium MS. Hal ini juga diperkuat pada penelitian Gaj (2001)
yang menyatakan bahwa gula sebagai komponen utama selain hormon didalam
medium kultur, yang berfungsi sebagai sumber energi. Selain itu, Najafi and
Javed (2015) menyebutkan didalam penelitiannya bahwa sukrosa lebih baik
digunakan dalam medium kultur sebagai penyuplai utama sumber karbon. Selain
itu, pada medium N6 digunakan prolin sebagai unsur tambahan. Prolin merupakan
asam amino kompleks yang berperan dalam metabolisme sel. Prolin merupakan
salah satu penyuplai unsur nitrogen (N) yang sangat dibutuhkan sel (Szabados,
2009).
36
Pada medium N6, laju pertumbuhan kalus padi hitam Pakem pada minggu
pertama menunjukkan respon pembentukan kalus sebesar 80%, sedangkan pada
medium MS hanya sebesar 38 % (Gambar 7). Laju pertumbuhan kalus
padamedium N6 pada minggu
berikutnyamenunjukkan hasil yang lebih
optimalmencapai hampir 90% (Gambar 7).
Pertumbuhan Kalus Biji Padi hitam
pakem (SD=4.40%)
%
44.0
42.0
Medium
MS
40.0
38.0
36.0
34.0
1
2
3
Minggu Ke-
4
Presentase Pertumbuhan
Presentase Pertumbuhan
Pertumbuhan Kalus Biji Padi hitam
pakem (SD=2.80%)
46.0
%
90.0
88.0
86.0
84.0
82.0
80.0
78.0
76.0
74.0
Medium
2N6
1
2
3
4
Minggu Ke-
Gambar 7. Laju Pertumbuhan kalus padi hitamPakem yang menggunakan medium berbeda MS
dan N6.
Gambar 7 menunjukan pertumbuhan kalus pada medium MS mengalami
penurunan pada minggu ke-3 sampai minggu ke-4.Penurunan pertumbuhan kalus
tidak disebabkan oleh tidak meresponnya sel terhadap medium, tetapi disebabkan
oleh kontaminasi bakteri. Maka dari itu, sebagaimana hasil yang ditunjukan pada
Gambar 6, untuk penelitian tahap selanjutnya penanaman padi hitamPakem, padi
hitam Kulon Progo, padi hitam Indmira dan padi hitam Sleman hanya
menggunakan medium N6.
37
B.
Pertumbuhan kalus dari eksplan padi hitam Pakem, padi hitamKulon
Progo,padi hitam Indmiradan padi hitamSleman pada medium N6.
1.
Persentase pertumbuhan kalus padi hitam Pakem, Kulon Progo,
Indmira dan Sleman pada Medium N6.
Pertumbuhan kalus merupakan fase awal dalam kultur jaringan tumbuhan
untuk mendapatkan masa sel. Tiap eksplan (bagian dari tanaman yang dijadikan
sampel untuk dikultur) yang digunakan memiliki respon pertumbuhan yang
berbeda-beda dalam suatu medium kultur.
Hal ini dikarenakan kemampuan
eksplan menyerap nutrisi medium disekitarnya yang bebeda (Indrianto,
2003).Persentase pertumbuhan kalus pada medium N6 dapat terlihat pada Gambar
8.
persen pertumbuhan
Pertumbuhan Kalus Padi Hitam Pada Medium N6
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Padi hitam Pakem
Padi hitam Kulon Progo
Padi hitam Petani Sleman
Padi hitam Indmira
1
2
3
4
Minggu Ke-
Gambar 8. Pertumbuhan kalus padi hitamberbagai varietasmenggunakan Medium N6
Berdasarkan Gambar 8, dapat diketahui bahwa padi hitam Pakem memiliki
persentase pertumbuhan kalus yang lebih tinggi dibandingkan varietas yang lain.
Hal ini terlihat dari minggu ke-1 sampai minggu ke-4 pada Gambar 8.Secara
statistik hasil dari Gambar 8 tersebut, menyatakan bahwa perbedaan varietas padi
38
hitam berpengaruh terhadap persentase pertumbuhan kalus, sedangkan perbedaan
waktu pengukuran tidak ada pengaruh terhadap persentase massa kalus (Lampiran
1). Kalus padi hitam Pakem menunjukkan respon pembentukan kalus secara terusmenerus pada tiap minggunya, sedangkan kalus padi hitam varietas lainnya, dari
minggu ke-1 sampai minggu ke-4 mengalami penurunan.Penurunan tersebut
disebabkan oleh adanya kontaminasi endogen pada eksplan yang menyebabkan
kematian pada kalus secara cepat. Selain itu, perbedaan pertumbuhan pada
varietas padi hitam ini dimungkinkan karena adanya perbedaan masa simpan dari
biji padi hitam setelah masa panennya. Akibatnya tingkat viabilitas biji padi
hitamakan berbeda pula. Sebagaimana menurut Ano (2013) benih padi dengan
viabilitas rendah salah satunya di pengaruhi oleh masa simpan yang terlalu lama
sehingga akan mengalami pertumbuhan yang tidak maksimal.
Jika ditinjau dari proses sterilisasi biji padi hitam, untuk varietas padi hitam
pakem dilakukan sterilisasi menggunakan alkohol 70% selama 1 menit (diulang
3x), dilanjutkan dengan sterilisasi menggunakan bleach selama 3 menit.
sedangkan untuk varietas padi hitam Kulon Progo, Indmira dan Sleman, sterilisasi
dilakukan lebih lama, yakni dilakukan selama 3 menit untuk alkohol 70% dan 7
menit bleach. Walaupun sudah dilakukan sterilisasi lebih lama, tetap saja
kontaminan endogen masih besar. Hal ini yang menjadi penghambat pertumbuhan
kalus dari ketiga varietas padi hitam tersebut. Gambar 9 menggambarkan laju
pertumbuhan kalus dari keempat varietas padi hitam tersebut.
39
Pertumbuhan Kalus Biji Padi
Hitam Pakem (SD=4.40%)
90.0
88.0
86.0
%84.0
82.0
80.0
78.0
Medium
2N6
76.0
74.0
1
2
3
4
Pertumbuhan Kalus Biji Padi
Hitam Kulon Progo (SD=8.9%)
70.0
60.0
50.0
40.0
%
30.0
20.0
Medium
2N6
10.0
0.0
1
2
Pertumbuhan Kalus Biji Padi
Hitam Sleman (SD=0.00%)
30.0
Pertumbuhan Kalus Biji Padi
Hitam Indimira (SD=1,8)
25.0
20.0
%15.0
Medium
2N6
10.0
5.0
0.0
2
4
Minggu
Minggu
1
3
3
Minggu Ke-
4
34.0
33.0
32.0
31.0
% 30.0
29.0
28.0
27.0
26.0
Medium
2N6
1
2
3
4
Minggu Ke-
Gambar 9.Laju Pertumbuhan Kalus pada biji empatvarietas Padi Hitam
Berdasarkan Gambar 9 dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan kalus padi
hitam Sleman, padi hitamKulon Progo, dan padi hitam Indmira tidak mengalami
kenaikan.Hal ini dikarenakan ketika ketiga varietas tersebut diinduksi untuk
menjadi kalus, kontaminan endogen yang ada di ketiga varietas padi tersebut lebih
cepat perkembangannya dibandingkan dengan pertumbuhan kalus, sehingga
hasilnya seolah-olah ketiga varietas padi tersebut kurang responsif terhadap
medium N6. Akan tetapi kalus yang mampu tumbuh karena tidak terkontaminasi
40
menunjukan laju pertumbuhan yang baik, sehingga didapatkan kalus yang friable.
Berbeda pada padi hitam Pakem mengalami kenaikan setelah minggu kedua dan
stagnan di minggu keempat, hal ini dimungkinkan ketika padi hitam Pakem
diinduksi untuk menjadi kalus, tidak ada kontaminan endogen yang terlihat
perkembangannya, sehingga sebagian besar eksplan dapat menjadi kalusyang
friable.
2.
Pertumbuhan Massa Kaluspadi hitam Pakem, Kulon Progo, Sleman,
dan Indmira.
Pertumbuhan kalus tidak hanya dilihat dari persentase laju pertumbuhan
kalus saja, akan tetapi pertumbuhan kalus juga dapat diukur melalui massa kalus.
Pertumbuhan kalus dengan pengukuran masa kalus dapat dilihat pada Gambar 10.
0.9
0.8
Berat (Gram)
0.7
0.6
MS Cempo Ireng Pakem
0.5
N6 Padi Hitam Pakem
0.4
N6 Padi Hitam Kulon Progo
0.3
0.2
N6 Padi Hitam Indmira
0.1
N6 Padi Hitam Sleman
0
0
1
2
3
4
5
Minggu
Gambar 10.Pertumbuhan kalus dilihat dari masa kalus yang terbentukpada padi hitam Pakem,
Kulon Progo, Indmira, dan Slemansetiap minggu.
Gambar 10menunjukkan massa kalus dari tiap medium selalu mengalami
peningkatan massa sel kalus dari minggu ke minggu. Padi hitam Pakem memiliki
massa kalus yang paling tinggi kemudian diikuti oleh biji padi padi hitam Kulon
41
Progo, padi hitamIndmira, padi hitamSleman pada medium N6. Serta padi hitam
Pakem yang ditanam pada medium MS. Hasil tersebut membuktikan bahwa
massa kalus dari empat varietas padi hitam tumbuh lebih baik pada medium N6
daripada medium MS. Hal ini dikarenakan Medium N6 mengandung sukrosa
dengan kadar lebih tinggi dibandingkan Medium MS yaitu sebesar 30gram/L
(Medium N6) dan 20gram/L (Medium MS). Karbohidrat terutama gula,
merupakan komponen yang selalu ada dalam media tumbuh. Penggunaan gula
jenis sukrosa dalam media tanam diketahui dapat mempengaruhi kecepatan
induksi embrio somatik dan pertumbuhan massa kalus (Lazzeri et al., 1988).
Menurut Gunawan (1992)kecepatan sel membelah diri dipengaruhi oleh zat
pengatur tumbuh dalam konsentrasi tertentu, selain itu juga tergantung pada jenis
tumbuhan. Faktor lain seperti jenis media, ketersediaan unsur hara makro/mikro,
karbohidrat seperti sukrosa, adanya bahan tambahan seperti air kelapa dan juga
faktor fisik seperti cahaya, sterilisasi, suhu, dan pH media.
C. Transformasi Gen Hd3a pada kalus embriogenik padi hitam Pakem,
padi hitam Kulon Progo, padi hitam Indmira dan padi hitamSleman
dengan metode Agrobacteriumtumefaciens.
Setelah didapatkan kalus dari medium N6, selanjutnya kalus tersebut
ditransformasi dengan gen Hd3a dengan bantuan Agrobacterium tumefaciens.
Agrobacterium tumefaciens yang digunakan telah memiliki konstrak rolC::Hd3aGFP.Isolat
konstrak
rolC::Hd3a-GFPkemudian
diperbanyak
dengan
menumbuhkannya kembali pada medium LB. Berikut ini (Gambar 11) adalah
42
gambarpertumbuhan koloni tunggal bakteri Agrobacterium tumefacien yang
membawa plasmid p2K1-binary vector (rolC::Hd3a-GFP) umur 48 jam.
Gambar 11. Pertumbuhan koloni tunggal bakteri Agrobacterium tumefaciens yang membawa
plasmid p2K1-binary vector (rolc::Hd3a-GFP) umur 48 jam.
Perbanyakan koloni tunggal ini dilakukan untuk meregenerasi kembali
bakteri pembawa gen Hd3a(transforman) sebelum digunakan untuk transformasi.
Bakteri Agrobacterium tumefaciens ini ditumbuhkan dalam medium yang
mengandung antibiotik higromisin dan kanamisin dengan konsentrasi masingmasing 50 mg/L. Menurut Sudigdoadi (2008) antibiotik bekerja dengan cara
menghentikan sintesis protein pada ribosommelalui penghambatan pada tahap
translasi dan transkripsi meterial genetik. Penggunaan antibiotik ini bertujuan
sebagai agen penyeleksi yang mengindikasikan bahwa bakteri tersebut memiliki
gen target yang sesuai. Selanjutnya koloni yang pertumbuhannya cepat akan
digunakan dalam proses transformasi gen kedalam sel kalus padi hitam.
Koloni Agrobacteriumtumefaciensyang tumbuh pada medium seleksi diuji
dengan koloni PCR untuk mengetahui keberadaan konstrak plasmidHd3a.Hasil
koloni
PCR
menunjukkan
bahwa
sampai
generasi
ke-3
bakteri
43
Agrobacteriumtumefaciens masih mengandung konstrak plasmidrolC::Hd3aGFPyang
diinginkan.Berikut
hasil
analisis
colony
PCR
bakteri
Agrobacteriumtumefaciens (Gambar 12).
M
1
2
3
4
174 bp
5
6
455 bp
Gambar 12. Hasil analisis PCR koloni Agrobacterium tumefaciens yang membawa konstrak gen
Hd3a dengan panjang pita gen sepanjang 174 bp dan HPT dengan panjang pita gen
sepanjang 455bp. Koloni bakteri ditumbuhkan sampai dengan generasi ketiga.
Proses transformasi dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan cara
menumbuhkan Agrobacterium tumefaciens pada medium MSL yang sama dengan
kalus padi hitam. Proses co-kultivasi kalus dengan bakteri Agrobacterium
tumefaciensdilakukan selama 3 hari pada medium N6CO. Hal ini diharapkan
selama waktu tersebut konstrak rolC::Hd3a-GFP akan ditransfer kedalam kalus
padi hitam.Seperti yang dikemukakan oleh Yu et. al. (2000),Agrobacterium
tumefaciens memiliki Ti plasmid secara alami yang didalamnya terdapa T-DNA
sebagai gen penentu pembentukan tumor (crowngall), termasuk gen-gen T-DNA
yang menyandi regulator pertumbuhan tanaman.
Komponen
genetik
yang terlibat
dalam
mekanisme
transfer
gen
Agrobacteriumtumefaciens yaitu: a) squence T-DNA yang berukuran 200-250 kb
yang beintegrasi secara stabil kedalam sel tanaman. b) gen VIR yang berukuran
44
35 kb sebagai bagian dari Ti yang terdiri dari 7 lokus: Vir A, Vir B, Vir C, Vir D,
Vir E, Vir G, Vir H (produk protein ini berperan dalam pemotongan dan integrasi
T-DNA kedalam genom). c) chromosom virulence genes (Chv) terdapat dalam
kromosom A. tumefaciens yang berperan dalam interaksi awal sebagai signal
untuk mengenali permukaan sel dan penempelan bakteri pada sel tanaman (Kung
and Wu, 1993).
Pada proses inisiasi, bakteri Agrobacteriumtumefaciensakan mengenali
senyawa fenolik yang berupa Asytosiringone yang ditambahkan kedalam media
kultur sebesar 20 µl. Asytosiringone yang diberikan bertujuan agar bakteri
menyukai dan dapat menginfeksi kalus, sehingga tanaman akan mengeluarkan
senyawa fenol untuk memproduksi VIR (sebagai transmembran resseptor).
Selanjutnya gen VIR A akan menginduksi ekspresi gen VIR lainnya yang
menyebabkan pemotongan DNA pada sisi L dan R border oleh Vir D1 dan D2,
sehingga menjadi satu untai T-DNA tunggal (ssDNA). Vir C membantu sintesis
DNA untai tunggal tersebut (strand T). Vir D2 juga memiliki sinyal sasaran
nucleus localization signal (NLS) yang terkait pada ujung 5’ T-DNA untuk
intergrasi spesifik pada genom tanaman, dilanjutkan dengan proses pengangkutan
T-DNA yang melibatkan aktivitas vir E2 yang juga memiliki NLS, Vir E2 akan
mengikat ssDNA dan membuat strand Tini mengalir dan berintegrasi kedalam sel
tanaman melewati phili, pembentukan saluran phili pada membran sel A.
tumefaciens untuk transfer DNA (interbacterial conjugation) dengan dibantu oleh
aktivitas gen VIR B1-11, diteruskan dengan aktivitas gen Chv A dan B dari A.
tumefaciensyang akan mengikat permukaan sel tanaman. Masuknya strand T ini
45
diatur oleh protein vir D serta produk protein dari vir B yang mengkatalis proses
pemindahan dan menginjeksikan DNA kedalam sel (Kung and Wu, 1993). Proses
transformasi kalus oleh Agrobacterium tumefaciens terlihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Proses inkubasi pada saat inisiasi kalus padi hitam oleh bakteriAgrobacterium
tumefaciens yang membawa gen rolC::Hd3a-GFP pada medium N6CO selama 3
hari.
Pertumbuhan Agrobacterium tumefaciens yang akan diinfeksikan kedalam
kalus padi hitam sangat menentukan keberhasilan proses transformasi genetik.
Konsentrasi Agrobacteriumtumefaciens di dalam medium MSL dioptimasi sampai
OD600 sebesar 0,008-0,01 (pengukuran dengan spektofotometer). Konsentrasi ini
sangat optimal untuk infeksi Agrobacteriumtumefaciens kedalam kalus padi
hitam, apabila konsentrasi Agrobacteriumtumefaciens pada medium MSL yang
digunakan lebih tinggi dapat mengganggu pertumbuhan sel kalus (overgrowth)
sehingga dapat menyebabkan kematian pada kalus (Khurram et. al., 2011)
46
Setelah
proses
transformasi
pada
medium
N6CO
oleh
bakteri
Agrobacteriumtumefaciens,dilakukan pencucian dengan menggunakan claforan.
Claforan
digunakan
sebagai
agen
pembunuh
terhadap
bakteri
Agrobacteriumtumefacienspada konsentrasi 500mg/L. Kemudian kalus yang telah
bersih
ditanam
pada
medium
MS2Ddan
medium
seleksi
dengan
antibiotikhigromisin dan kanamisin.
D. Analisis molekular untuk melihat keberadaan gen
transformasi didalam genom kalus padi hitam.
Hd3a hasil
Seleksi kalus hasil transformasi dapat dilakukan dengan cara menumbuhkan
kalus dalam medium pertumbuhan yang mengandung antibiotik, herbisida, atau
fitotoksin, tergantung gen marker yang dikloning pada plasmid dan terintegrasi ke
dalam genom tanaman. Pemilihan gen marker ini tergantung pada spesies dan
genotip tanaman. Toki (1997) dan Yara et al. (2001) melaporkan bahwa
Higromisin 50 mg/l dapat digunakan sebagai agen penyeleksi kalus pada padi.
Sel kalus yang dapat tetap hidup pada mediumMS2Dyang mengandung antibiotik
higromisin dan kanamisin sebagai media seleksi dianggap sebagai tanaman
kandidat transforman.Sel kalus yang hidup pada media seleksi ini disubkultur
dengan medium yang sama seminggu sekali. Gambar 14 menunjukan kalus hasil
transformasi pada medium MS2D dengan antibiotik kanamisin dan hygromisin
dengan konsentrasi masing-masing sebanyak 50 mg/l, kalus tersebut berumur 2
minggu setelah proses transformasi gen Hd3a.
47
A
B
c
D
Gambar 14. Kalus padi hitam hasil transformasi pada medium MS2D dengan antibiotik kanamisin
dan hygromisin 50 mg/l. ket :A. Kalus padi hitam Pakem; B. Kalus padi
hitamIndmira; C. Kalus padi hitamKulon Progo; D. Kalus padi hitamSleman. Kalus
berumur 2 minggu setelah proses transformasi gen Hd3a. Pada gambar A sudah
terlihat adanya pertumbuhan akar pada kalus hasil transformasi (transforman).
Berbeda dengan sel kalus non transforman (wildtype) sebagai kontrol,
apabila ditumbuhkan pada medium seleksi dengan penambahan antibiotik yang
sama
yaitu higromisin dan kanamisin dengan konsentrasi masing-masing 50
mg/L, tampak sel kalus non transforman mengalami pencoklatan (Gambar 15).
Kalus terlihat mengalami kematian secara perlahan umur satu minggu pada
medium seleksi ini.
48
Gambar 15. Kalus padi hitamnon transforman. Pada medium MS2D dengan antibiotik
higromisin dan kanamisin (masing-masing 50 mg/L). Kalus mengalami
pencoklatan dan menuju kematian pada minggu pertama.
Penggunaan antibiotik higromisin dan kanamisin sangat menentukan
kandidat sel kalus transforman (Yu et. al., 2001). Berdasarkan hasil yang
diperoleh, sel kalus transforman yang tumbuh pada medium seleksi sebagian ada
yang mengalami kematian dan sebagaian lagi tetap berwarna putih. Hal ini
mengindikasikan bahwa beberapa kalus yang mampu tumbuh dengan baik pada
medium seleksi merupakan kalus yang berhasil tertransformasi dengan gen Hd3a
oleh bakteri Agrobacterium tumefaciens. Sedangkan kalus yang tidak mampu
tumbuh pada medium seleksi mengindikasikan bahwa kalus tersebut tidak
berhasil tertransformasi gen Hd3asehingga tidak memilki gen HPT yang dapat
meregulasi
higromisin
didalam
medium.Akibatnya
kalus
yang
tidak
tertansformasi gen Hd3apada medium seleksi mengalami kematian seperti pada
kalus non transforman (wildtype) yang ditumbuhkan pada medium seleksi yang
sama (Gambar 15). Antibiotik kanamisin dan higromisin dalam mediumberfungsi
menghambat sintesis protein dalam organela terutama kloroplas sehingga terjadi
49
vitrifikasi disusul dengan kematian sel kalus (Slater et al.,2003). Tanaman yang
dapat tumbuh (transforman) resisten terhadap kanamisin dan higromisin
dikarenakan
telah
memiliki
genHd3ayang
berasal
dari
T-DNA
Agrobacteriumtumefaciens.
DNA genom sel kalus yang hidup pada media seleksi (transforman)
selanjutnya diisolasi yang kemudian dianalisis T-DNA yang terintegrasi pada
DNA genom kalus transforman tersebut. Analisis dilakukan dengan metode PCR
menggunakan primer spesifik untuk gen rolC::Hd3a dan gen HPT. Berikut adalah
gambar keberadaan gen Hd3a dalam kalus padi transforman disajikan pada
gambar 16.
A
M
B
NT
H
C
T1
H1
T2
D
H2
T3
E
H3
T4
H4
455 bp
174 bp
Gambar 16. Elektroforegram DNA hasil amplifikasi DNA genom transforman padi hitam. Ket: A.
Kalus padi hitam non transforman; B. Kalus padi hitam Pakem; C. Kalus padi
hitamKulon Progo; D. kalus padi hitamIndmira; dan E. Kalus padi hitamSleman; M:
marka gen; NT: kalus nontransforman; T: hasil amplifikasi genom kalus transgenik
dengan primer Hd3a (174 bp); H: hasil amplifikasi genom kalus transgenik dengan
primer HPT (455 bp).
50
Analisis gen Hd3a pada genom kalus transforman dilakukan untuk
mengetahui positif atau tidaknya keberadaan gen Hd3a dan HPT (Hygromysin
phosfotransferase). Gen tersebut terdapat dalam genom tanaman kalus padi hitam
yang telah ditransformasi. Pengecekan gen ini dilakukan dengan menggunakan
primer spesifik yaitu pasangan primer Hd3a-F (forward) dan Hd3a-R (reverse).
Amplifikasi dengan primer tersebut dihasilkan pita DNA sepanjang 174 bp.
Sedangkan untuk gen HPT digunakan pasangan primer higromisin-F (forward)
dan higromisin-R (reverse). Amplifikasi dengan primer hpt ini dihasilkan pita
DNA sepanjang 455 bp.
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa kaluspadi hitam
Pakem, Kulon Progo, Indmira, dan Sleman(B, C, D, E) telah berhasil
ditransformasi oleh bakteri Agrobacterium tumefaciens
yang membawa
kontrakrolC::Hd3a-GFP.Hal ini terlihat adanya pita DNA pada hasil amplifikasi
primer Hd3a yaitu 174 bp dan pita DNA hasil apmplifikasi primer HPT sepanjang
455 bp.Berbeda dengan genom kalus Non Transforman (A) yang tidak terlihat
adanya band Hd3adan HPT apabila diamplifikasi dengan primer yang sama.
Selain itu, berdasarkan uji pada medium seleksi dengan menggunakan antibiotik
kanamisin
dan
higromisin
terdapat
beberapa
kalus
yang hidup
yang
mengindikasikan kalus ttersebut telah tersisipi oleh T-DNA yang mengandung
konstrak gen rolC::Hd3a dan gen HPT yang dapat dilihat pada Gambar 14.
Kalus transforman yang telah diseleksi pada medium seleksi antibiotik
selanjutnya dipindahkan pada medium regenerasi (Re) untuk diinisiasi menjadi
shootdan rootsampai dengan terbentuknya tanaman baru (planlet). Dari penelitian
51
yang telah dilakukan, hanya padi hitamSleman yang dapat menunjukan
keberhasilan transformasi genetik sampai dengan tumbuhnya shoot dan root. Hal
ini dapat terlihat pada Gambar 17berikut ini.
Gambar 17. Kalus transforman padi hitam Sleman yang telah mengalami pertumbuhan
Shoot(bagian yang dilingkari). Pertumbuhan kalus selama 2 minggu pada medium
Regenerasi (Re).
Padi hitam Sleman yang berhasil sampai tahap regenerasi menjadi shoot
(inisiasi pembentukan shoot)dikarenakan tidak adanya kontaminasi seperti pada
kalus yang lain. Sementara itu, untuk padi hitam Pakem keberhasilan transformasi
hanya
sampai
pada
pembentukan
akar.Pengulangan
transformasi
pada
52
hitamPakem tidak dilakukan karena biji padi hitam Pakem sudah habis digunakan
untuk penelitian ini dan sulit untuk didapatkan kembali benihnya.Padi hitam
Kulon Progo dan Indmira juga telah berhasil ditransformasi, namun mengalami
kontaminasi kapang, sehingga tidak memungkinkan untuk dipertahankan.
Keberhasilan transformasi genetik pada hitam Sleman sampai tahap inisiasi
pembentukan shoot perlu dilanjutkan untuk pembentukan akar dan pada akhirnya
sampai pada aklimatisasi planlet. Planlet yang terbentuk diharapkan merupakan
padi hitam transforman yang mengandung insert gen Hd3a yang nantinya
memiliki fenotip cepat berbunga. Penelitian ini, diharapkan dapat digunakan
sebagai dasar untuk penelitian lanjutan pada perakitan padi hitam yang cepat
berbunga dimasa mendatang.
53
Download