Khamir Laut sebagai Pengganti Kedelai dalam Industri Pakan Dikirim oleh humas1 pada 26 Januari 2010 | Komentar : 0 | Dilihat : 7422 Prof. Ir. Sukoso, MSc., PhD. Salah satu komponen pendukung yang penting dalam industri perikanan budidaya adalah ketersediaan pakan yang menyerap sekitar 55-60 persen dari keseluruhan biaya kegiatan budidaya perikanan. Dalam pakan, peran protein sangatlah penting. Salah satu komponen penyedia protein yang telah dikenal adalah kedelai (sumber protein nabati) dan tepung ikan (sumber protein hewani). Penggunaan kedelai sebagai bahan pakan berkompetisi dengan kebutuhannya sebagai bahan pangan dalam pembuatan tahu, tempe, dll. Sementara penggunaan tepung ikan akan menguras sumberdaya ikan yang tersedia yang layak digunakan sebagai konsumsi pangan manusia. Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan upaya untuk mencari alternatif sumber protein lainnya yang tidak berkompetisi dengan kebutuhan sebagai bahan pangan. Hal ini menjadi latar belakang Prof. Ir. Sukoso, MSc, PhD dalam menyusun pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (FPIK-UB). Dalam rapat Senat Terbuka yang akan diselenggarakan Rabu (27/1) ia menyampaikan pidato pengukuhannya yang bertajuk "Khamir Laut Sebagai Pengganti Kedelai Dalam Industri Pakan (Suatu Pengembangan Bioteknologi Kelautan)". Khamir Laut Selama lebih dari sepuluh tahun Prof. Sukoso telah meneliti penggunaan khamir laut sebagai bahan alternatif pengganti atau substitusi kedelai dan tepung ikan dalam pembuatan pakan. Khamir Laut (marine yeast) atau lebih dikenal dengan ragi laut merupakan mikroorganisme yang diisolasi dari laut lalu dikembangkan untuk menghasilkan massa sel. Proses kultur khamir laut, menurut lulusan terbaik Program Master Kagoshima University Jepang ini dapat dimulai dengan mengisolasi mikroorganisme tersebut dari laut untuk kemudian ditumbuhkan dalam media. Media ini dapat berupa air laut yang telah diperkaya nutrisi, yang ditempatkan dalam sebuah galon plastik pada suhu kamar. Dari pengalaman selama ini, menurutnya sebanyak 20 galon plastik dalam satu minggu akan mampu menghasilkan satu kg berat basah massa sel khamir laut. "Pertumbuhan sel yang cepat dalam wadah sederhana dengan teknologi pembiakan sederhana dan dapat dilakukan dalam ruang yang sangat efisien merupakan keunggulan dari pengembangan produk ini", ungkap Sukoso. Dari hasil analisa yang telah dilakukannya, ternyata mikroorganisme ini juga memiliki kandungan nutrisi yang sangat menjanjikan sebagai bahan alternatif kedelai dan tepung ikan dalam industri pakan ikan dan ternak lainnya. Dengan kandungan protein sekitar 28 pesen, khamir berpotensi sebagai sumber protein, yang berfungsi sebagai zat pembangun karena asam amino yang dikandungnya. "Sejumlah asam amino esensial yang mutlak dibutuhkan makhluk hidup disediakan oleh khamir laut. Terhadap asam amino ini ikan tidak dapat mensintesanya sendiri sehingga harus disediakan oleh pakan", ungkap dia. Beberapa asam amino, tersebut, dirinci Sukoso meliputi methionine, arginine, tryptophan, threonine, histidine, leucine, lysine, phenylalanine dan valine. Selain protein, khamir laut terbukti juga mengandung asam lemak esensial yang berperan penting sebagai sumber energi. Selain itu, beberapa fungsi lain asam lemak ini adalah mempertinggi penyerapan vitamin yang larut dalam lemak, menyediakan prekursor untuk hormon steroid, memberi aroma pada ikan, serta menjaga tubuh ikan agar tetap terapung dalam air. Dengan kekayaan kandungan yang dimilikinya, khamir laut menurut Sukoso dapat dimanfaatkan juga sebagai pakan ternak meskipun membutuhkan penelitian lebih lanjut. Pada beberapa komoditas ternak seperti sapi, terbukti khamir mampu meningkatkan berat badan dan produksi susu. Sementara pada unggas, khamir laut juga mampu meningkatkan produksi telur disamping konsumsi pakan dan efisiensinya. Manfaat lain yang saat ini tengah dikembangkan adalah sebagai immunostimulan, yaitu sebagai zat imunostimulator yang meningkatkan daya resisten terhadap infeksi penyakit, bukan dengan meningkatkan respon imun didapat (acquired immune respon), tapi dengan meningkatkan respon imun non-spesifik baik melalui mekanisme pertahanan hormonal maupun selular. Dengan kandungan bheta-glucan yang dimiliki maka khamir laut sebagai immunostimulan mampu meningkatkan aktivitas leukosit disamping menjadi mediator imun seperti interleukin dan faktor nekrosis tumor. Dengan teknologi mutakhir, saat ini khamir laut juga telah dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan seperti bioremediasi dalam bidang teknologi lingkungan; obat, vaksin, hormon dan probiotik dalam industri kesehatan; starter untuk menghasilkan bir dan bioethanol dalam industri fermentasi serta penghasil enzim, penyedap rasa, pigmen dan pereduksi kimia dalam industri makanan berbahan kimia. Skala lab Dengan skala laboratorium, saat ini Sukoso telah menghasilkan isolasi khamir laut yang diberi nama YUB2009, kepanjangan dari Yeast Universitas Brawijaya 2009. Dalam penelitian ini, Sukoso mengaku mendapatkan mikroorganisme khamir laut di sekitar perairan Pulau Jawa. Dalam pengamatannya selama ini diketahui juga bahwa pemanfaatan pakan dengan substitusi khamir laut mendapat respon bagus, diantaranya pada budidaya ikan kerapu. Dengan memanfaatkan produk ini sebagai substitusi pakan sekitar 10 persen saja, menurutnya akan menghasilkan keuntungan sekitar Rp. 2.4 T per tahun dengan asumsi harga khamir laut sekitar Rp 2000 dan kedelai Rp. 7500. Hanya saja, sebagai mikroorganisme mikroskopik, produk ini memerlukan perawatan serius agar tidak terkontaminasi mikroorganisme lain dalam kulturnya. [nok] ---Prof. Ir. Sukoso, MSc, PhD dilahirkan di Banyuwangi 45 tahun yang lalu dari pasangan Sa'adi (alm) dan Muninggar (alm). Menikah dengan Ir. Isnin Rochayaty dan dikaruniai tiga orang putera puteri. Tahun 1995 ia melanjutkan program Master di Kagoshima University. Dengan predikat lulusan terbaik yang diperolehnya, tiga tahun kemudian ia pun langsung menempuh program Doktor di universitas yang sama. Berbagai penghargaan telah ia terima diantaranya adalah sebagai "Distinguished Friend of Kagoshima" yang ditetapkan oleh Major of the City of Kagoshima, Yoshinori Akasaki disamping Dosen Teladan Fakultas Perikanan pada tahun 2000. Dengan karier akademis di UB sejak tahun 1989, Sukoso telah menghasilkan 23 jurnal, 5 karya ilmiah, 12 makalah yang disajikan dalam seminar/lokakarya serta 12 judul penelitian. Artikel terkait Paska Sarjana UB Selenggarakan Simposium Internasional Keamanan Pangan UB Akan Kukuhkan Guru Besar Fakultas Hukum Bidang Agraria Prof. Ir. Endang Yuli Herawati, MS: Phytoplankton Sebagai Deposit Karbon Prof. Ir. Lita Soetopo, Ph.D: Sederhanakan Alur Rantai Pasok Benih Hortikultura UB Kukuhkan Dua Guru Besar Hari Ini