10 BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Konsep Dan Pengertian
Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management)
Persaingan binis pada saat ini sudah berkembang menjadi
persaingan antar jaringan bisnis. Perusahaan dituntut memaksimalkan
kinerja operasionalnya dalam mengelola seluruh sumber daya internal
(pemasok) maupun eksternal (pelanggan). Hal ini dimaksudkan untuk
menghasilkan barang atau jasa yang berkualitas, memenuhi keinginan
konsumen, tepat waktu, hemat biaya (persediaan dan biaya
pengiriman) dan pengelolaan secara efektif, efisien serta fleksibel
(Setiawan dan Santoso, 2006). Jaringan bisnis ini juga disebut supply
chain yang dapat dijelaskan sebagai jaringan organisasi yang
melibatkan hubungan upstream dan downstream dalam jasa pada
pelanggan (Martin dalam Miranda dan Amin, 2005). Proses supply
chain management ini melibatkan hubungan upstream dan down
stream, dimana hubungan upstream merupakan hubungan dengan
supplier sedangkan hubungan downstream merupakan hubungan
perusahaan dengan konsumen (Setiawan dan Santoso, 2006).
Perusahaan yang berada dalam supply chain pada intinya ingin
memuaskan konsumen dengan bekerja sama membuat produk yang
murah, mengirimkan tepat waktu dan dengan kualitas yang bagus
10
11
(Rahmasari, 2011). Dengan melakukan ukuran performasi supply
chain management, sebagai berikut:
1.
Kualitas (tingkat kepuasan pelangan, loyalitas pelanggan,
ketepatan pengiriman).
2.
Waktu (total replenishment time, business cycle time).
3.
Biaya (total delivered cost, efisiensi nilai tambah).
4.
Fleksibilitas (jumlah dan spesifikasi).
Pujawan
dan
Mahendrawati
(2010)
menjelasakan
bahwa
pentingnya peran semua pihak mulai dari supplier, manufacturer,
distributor, retailer, dan customer dalam menciptakan produk yang
murah, berkualitas, dan cepat inilah yang kemudian melahirkan konsep
baru yaitu Supply Chain Management.
Simichi-Levi et al dalam Irmawati (2007) menyatakan manajemen
rantai pasokan sebagai sebuah pendekatan yang diterapkan untuk
menyatukan pemasok, pengusaha, gudang, dan tempat penyimpanan
lainnya (distributor, retailer, dan pengecer) secara efisien, sehingga
produk dapat dihasilkan dan distribusikan dengan jumlah yang tepat,
lokasi yang tepat, dan waktu yang tepat untuk menurunkan biaya dan
memenuhi kebutuhan pelanggan. Definisi tersebut didasarkan atas
beberapa hal :
1.
Manajemen rantai pasokan perlu mempertimbangkan bahwa
semua kegiatan mulai dari pemasok, manufaktur, gudang,
distributor, retailer, sampai ke pengecer berdampak pada biaya
produk yang diproduksi yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
12
2.
Tujuan dari manajemen rantai pasokan adalah agar total biaya
dari semua bagian, mulai dari transportasi dan distribusi
persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi
menjadi lebih efektif dan efisien sehingga mengurangi biaya.
3.
Manajemen rantai pasokan berputar pada integrasi yang efisien
dari pemasok, manufaktur, gudang, distributor, retailer, dan
pengecer yang mencakup semua aktivitas perusahaan, mulai dari
tingkat strategis sampai tingkat taktik operasional.
4.
Pada supply chain biasanya ada tiga macam aliran yang harus
dikelola :
1. Aliran barang/material yang mengalir dari hulu ke hilir
2. Aliran uang/financial, yang mengalir dari hilir ke hulu.
3. Aliran informasi, yang mengalir dari hulu ke hilir atau
sebaliknya.
Finansial: invoice, term of payment
Material: bahan baku, komponen, produk jadi
Informasi: kapasitas, status pengiriman,
quotation
SUPPLIER
TIER 2
SUPPLIER
TIER 1
MANUFACTURER
DISTRIBUTOR
RETAIL /
TOKO
Gambar 2.1 Simplikasi model supply chain dan 3 macam aliran yang dikelola
(Pujawan dan Mahendrawathi, 2010)
Finansial : pembayaran
Material : retur, recycle, repair
Informasi : order, ramalan
2
Proses Integrasi (Process Integration)
13
Integrasi merupakan tantangan yang paling besar dalam supply
chain management. Integrasi tidak hanya dalam internal perusahaan
sendiri, tetapi antara perusahaan satu dengan perusahaan yang lain
(hulu dan hilir). Integrasi ini tidak menyangkut kepemilikan atau
dominisasi tertentu, tapi merupakan penggabungan dari kegiatan
melalui informasi. Integrasi supply chain mengimplikasikan integrasi
proses yang berarti kerjasama yang erat di antara pembeli dan
pemasok. Integrasi yang efektif dalam suatu supply akan menjadi
faktor kunci bagi perusahaan dalam mencapai perbaikkan – perbaikan
yang diperlukan agar perusahaan tetap kompetitif.
Peningkatan efisiensi, salah satunya dapat dilakukan dengan
integrasi kegiatan rantai pasokan perusahaan, agar tidak terjadi
kesulitan dalam proses perencanaan operasional. Hal ini dapat dilihat
dari pernyataan Heyzer dan Render et al. (2005 h.4-5) bahwa, “Pada
saat perusahaan bekerja keras untuk meningkatkan daya saing melalui
penyesuaian produk, mutu tinggi, pengurangan biaya, kecepatan ke
pasar, mereka memberikan perhatian ekstra pada rantai pasokan”.
Tujuan dari integrasi antara perusahaan dengan pemasok dan
konsumen adalah untuk menciptakan dan mengkoordinasikan proses
supply chain melalui cara yang sulit diiru oleh pesaing. Integrasi
supply chain ini berprinsip pada suatu pembagian aktivitas yang
terjadi pada rantai pemasok, perusahaan dan konsumen (Setiawan dan
Suhardi, 2005).
Menurut Heyzer dan Render (2005), Kunci bagi manajemen rantai
pasokan yang efektif adalah menjadikan para pemasok sebagai “mitra”
14
dalam strategi perusahaan untuk memenuhi pasar yang yang selalu
berubah. Melihat pentingnya kualitas hubungan kerjasama pemasok
dan perusahaan dalam mewujudkan kinerja rantai pasokan, sangat
tepat apabila ini dimasukkan sebagai variable antasenden yang turut
berpengaruh dalam mewujudkan kinerja rantai pasokan perusahaan
(Maryanto, 2005). Bentuk kerjasama dalam rantai pasokan lazim
diartikan
sebagai
pemfokusan
perusahaan
dalam
mengelola
kompetensi inti yang dimilikinya dan memanfaatkan sumber luar
untuk melakukan semua aktifitas lain diluar kompetensi inti tersebut
(Christopher, 1999, h.2 dalam Ahda, 2009).
3
Koordinasi (Coordination)
Tujuan dari integrasi antara perusahaan dengan pemasok dan
konsumen adalah untuk menciptakan dan mengkoordinasikan proses
supply chain melalui cara yang sulit diiru oleh pesaing. Integrasi
supply chain ini berprinsip pada suatu pembagian aktivitas yang
terjadi pada rantai pemasok, perusahaan dan konsumen (Setiawan dan
Suhardi, 2005).
Pengelolaan risiko melalui koordinasi dan pembagian risiko
dianggap sebagai salah satu tindakan penting dalam manajemen risiko
rantai pasok pada banyak kasus (Arshinder et al., 2008, Arshinder et
al., 2009) khususnya industry manufaktur (Cachon dan Lariviere,
2005). Koordinasi adalah tanggapan strategis terhadap tantangan yang
muncul dari ketergantungan antara anggota supply chain (Xu and
Beamon 2006). Kleindorfer and Saad (2005) menyatakan bahwa
15
koordinasi yang berkelanjutan, kerjasama diantara anggota
supply chain sangat penting untuk meminimalisir, mengelola,
menghindari,
dan
memitigasi
resiko,
sebagai
nilai
dan
keuntungan yang tercipta secara maksimal.
4
Berbagi Informasi (Sharing Information)
Information sharing adalah intensitas dan kapasitas perusahaan
dalam interaksinya untuk saling berbagi informasi kepada partner
berkaitan dengan strategi-strategi bisnis bersama. Information sharing
juga memungkinkan anggota rantai pasok untuk mendapatkan,
menjaga, dan menyampaikan informasi yang dibutuhkan untuk
memastikan pengambilan keputusan manjadi efektif, dan merupakan
faktor yang mampu mempererat elemen-elemen kolaborasi secara
keseluruhan oleh karena itu kemacetan industri dapat dikurangi
dengan adanya information sharing (Simatupang & Sridharan dalam
Yaqoub, 2012). Menurut Chopra dan Meindl (dalam Pujawan dan
Mahendrawathi,
2010)
informasi
harus
memiliki
beberapa
karakteristik agar dapat berguna dalam mengambil keputusan rantai
pasok :
1.
Akurat. Untuk mengambil keputusan yang baik, Informasi harus
menggambarkan kondisi yang sebenarnya dan dapat dipercaya.
2.
Tepat. Mempertimbangkan informasi apa saja yang sesuai dan
dibutuhkan oleh perusahaan.
16
3.
Dapat diakses pada saat dibutuhkan. Untuk dapat digunakan pada
saat dibutuhkan informasi harus dapat diakses dengan baik dan
benar, sehingga dapat membantu dalam mengambil keputusan.
Bullwhip Effect itu sendiri didefinisikan oleh Susilo (2008)
sebagai peningkatan variabilitas permintaan yang terjadi pada setiap
level supply chain sebagai akibat adanya distorsi informasi.
Pencapaian efisiensi rantai pasok memerlukan keterbukaan
informasi, finansial dan juga pengelolaan risiko dalam memenuhi
permintaan dan pengiriman produk/komoditas. Pengelolaan risiko
melalui koordinasi dan penyeimbangan risiko dianggap sebagai
tindakan penting dalam manajemen risiko rantai pasok pada banyak
kasus (Arshinder et al., 2008, Arshinder et al., 2009) khususnya
industri manufaktur (Cachon dan Lariviere, 2005). Pengelolaan risiko
menjadi salah satu cara untuk mengatasi persoalan risiko dalam rantai
pasok (Arshinder et al., 2011) dan (Vorst, 2006). Information sharing
mengacu pada sejauh mana informasi penting dikomunikasikan
terhadap mitra usaha perusahaan (Monczka RM, et al. 2008).
5
Hubungan Jangka Panjang (Long Term Relationship)
Beberapa keuntungan utama dari hubungan kolaboratif jangka
panjang antara lain : pemasok yang sama dalam jangka panjang akan
lebih mengerti tentang keinginan konsumen, perencanaan yang
dirumuskan bersama dan saling tukar informasi bisnis akan
mendorong adanya kesesuaian pada perancanaan selanjutnya dan
strategi yang direncanakan bersama akan menghasilkan kekuatan yang
17
dapat dijadikan competitive advantage dalam jangka panjang (Ellram
dan Zineldin dalam Bujang, 2007). Hubungan antara supplier,
customer, dan perusahaan, harus dikelola dengan baik dan selalu
ditingkatkan agar terjalin hubungan yang berkelanjutan dan supplier
ikut bertanggungjawab terhadap kualitas produk serta agar distribusi
produk dari hulu ke hilir tepat pada waktunya sampai ke pengguna
akhir. Maka peningkatan hubungan yang baik dalam jangka panjang
serta saling adanya kepercayaan antara perusahaan, supplier dan
customer sangat diperlukan agar mencapai efisiensi dalam kinerja
perusahaan (Rahmasari, 2011).
Dari pengertian Sambasivan dan Jacob (2008), dapat disimpulkan
bahwa hubungan dengan pelanggan sebagai salah satu komponen
yang ada dalam penerapan supply chain management dapat
didefinisikan sebagai suatu kesatuan implementasi kegiatan yang
bertujuan untuk mengendalikan keluhan pelanggan, membangun
hubungan baik dengan pelanggan dan meningkatkan kepuasan
pelanggan.
6
Efisiensi Produksi (Production Efficiency)
Dikatakan efisien apabila keluaran (output) yang dicapai lebih
tinggi dibandingkan dengan masukan (input) yang digunakan
(Handoko, 2001). Ditambahkan Gasperz (2005), efisiensi merupakan
ukuran yang digunakan untuk membandingkan antara rencana
penggunaan input dengan realisasi penggunaannya. Semakin besar
18
masukan yang dapat dihemat, maka semakin tinggi tingkat
efisiensinya.
Menurut Vorst (2006), kinerja rantai pasok merupakan tingkat
kemampuan rantai pasok tersebut untuk memenuhi kebutuhan
konsumen dengan mempertimbangkan indikator kinerja kunci yang
sesuai pada waktu dan biaya tertentu. Kinerja rantai pasok merupakan
hasil dari berbagai upaya yang dilakukan setiap anggota rantai pasok
untuk memenuhi tujuan akhir rantai pasok, yakni kepuasan konsumen.
Menurut Zokaei dan Simons (2006), efektivitas supply chain diukur
dengan memenuhi ekspektasi pelanggan dan efisiensinya diukur
dengan membandingkan input dan output. Ini berarti pengelolaan
SCM yang efektif dan efisien akan menciptakan kepuasan pelanggan
dan optimalisasi produksi.
B. Penelitian Terdahulu
TABEL 2.1
PENELITIAN TERDAHULU
NO
1
Nama dan Tahun
Variabel Yang
Penelitian
Diteliti
Safirin (2005)
Variabel
Yang
Kesimpulan
Kelima
aribut
diteliti :
SCM ini mampu
Reliabilitas
memberikan
SCM,
fleksibilitas
Fleksibilias
terhadap
SCM, Responsif
perusahaan
kinerja
19
SCM,
2
Rahmasari (2011)
Ongkos
terutama dibagian
SCM, dan Aset
operasi
dan
SCM
produksi.
Variabel
Adanya pengaruh
Dependen : Kinerja
signifikan kinerja
Perusahaan
perusahaan terhadap
(produksi dan
supply chain
operasional),
management
variabel
independen :
Supply Chain
Management
3
Ikbal, Utary, Ulfah
Variabel
(2012)
Dependen
kinerja
Cooperative
:
supply
strategy
berpengaruh
chain
signifikan terhadap
management
kinerja
(kualitas,
chain management
delivery, biaya,
dan
fleksibilitas)
dan
variabel
independen
cooperative
strategy
:
supply
20
4
Suharto dan Devie
Variabel
(2013)
dependen
Supply
:
keunggulan
bersaing
chain
management
berpengaruh
&
signifikan terhadap
kinerja
keunggulan
perusahaan dan
bersaing
variabel
kinerja perusahaan
independen
supply
dan
:
chain
management
5
Rosaldiah,dkk
Variabel
Kinerja
(2014)
Dependen
:
kinerja
chain management
berpengaruh
agrobisnis
dan
kinerja
signifikan terhadap
kinerja agrobisnis
independen
kinerja
supply
:
supply
chain
management
C. Hipotesis
1. Proses integrasi (X1) berpengaruh secara signifikan terhadap
efisiensi produksi di tvOne.
21
2. Koordinasi (X2) berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi
produksi di tvOne.
3. Berbagi informasi (X3) berpengaruh secara signifikan terhadap
efisiensi produksi di tvOne.
4. Hubungan jangka panjang (X4) berpengaruh secara signifikan
terhadap efisiensi produksi di tvOne.
5. Kinerja Supply Chain Management yang terdiri dari Proses
integrasi (X1), koordinasi (X2), berbagi informasi (X3), hubungan
jangka panjang (X4) berpengaruh secara signifikan terhadap
efisiensi produksi di tvOne.
D. Model Konseptual
Berdasarkan kajian teori dan hasil riset terdahulu, maka peneliti
dapat menguraikan rerangka pemikiran secara logis, mengalir dari masalah
penelitian, teori yang dipakai dan hubungan antar variabel yang
merupakan cerminan fakta/fenomena yang diteliti.
22
GAMBAR 2.2
MODEL KONSEPTUAL
KINERJA
SUPPLY CHAIN MANAGEMENT
COORDINATION
INFORMATION SHARING
LONG TERM
RELATIONSHIP
INTEGRATION PROCESS
PRODUCTION
EFFICIENCY
Download