BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebelumnya merupakan negara yang agresif melakukan kebijakan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Sejak WHO meluncurkan Safe Motherhood Initiative pada tahun 1987, pemerintah Indonesia langsung merespon agenda WHO dalam kebijakan KIA.1 Selama periode tahun 19972007 angka kematian ibu mengalami penurunan dari 390 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup.1,2 Bagi WHO, apa yang dicapai Indonesia untuk mencapai target MDG’s dalam aspek kesehatan ibu dan reproduksi merupakan prestasi yang baik. Namun berdasarkan data SDKI, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat memprihatinkan karena jumlah kematian ibu pada tahun 2012 mengalami peningkatan yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup, padahal pada tahun 2007 AKI di Indonesia adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup.3 Angka ini sangat jauh dari target MDGs yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. 1,2,3 Dewasa ini, AKI mengembalikan Indonesia pada tahun 1997. Dari hasil SDKI 2012 menjadi sebuah pelajaran bagi Indonesia bahwa saat ini negara gagal dalam memberikan perlindungan bagi ibu yang melahirkan.1 Padahal UUD 1945 memberikan amanat bagi pemerintah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik bagi seluruh masyarakat. UU No.36 tahun 1 2 2009 tentang kesehatan pada pasal 126 ayat (1) menjelaskan bahwa upaya kesehatan ibu harus ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka kematian ibu dan pada ayat (2) juga dijelaskan bahwa upaya yang dimaksud dapat berupa upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.1,4 Hasil survei dan penelitian selama lima tahun terakhir menunjukkan kecenderungan bahwa AKI tidak dapat mencapai target pada waktu yang diharapkan karena berdasarkan estimasi yang dibuat dari hasil SDKI 2012 tahun 1990 sampai 2007 menggunakan perhitungan exponensial, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2015 baru mencapai 161/100.000 kelahiran hidup, sementara target MDGs Indonesia adalah 102/100.000 kelahiran hidup.3 Namun, apabila melihat target indikator antara untuk AKI setiap tahunnya telah tercapai tetapi hal ini berbanding terbalik dengan Total Fertility Rate karena tetap berada dalam posisi stagnan selama 10 tahun terakhir sehingga Program Kesehatan Reproduksi dan Program Keluarga Berencana harus diberi perhatian khusus.5 Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi faktor penentu angka kematian ibu walaupun masih banyak faktor lain yang harus diperhatikan untuk menangani masalah ini. Penyebab kematian ibu yang sering menjadi penyebab utama adalah perdarahan, keracunan kehamilan, aborsi dan infeksi.6,7 Penyebab medis umum untuk kematian ibu termasuk perdarahan, tekanan darah tinggi, gangguan saat melahirkan, infeksi dan aborsi tidak aman (WHO, 2011). Kematian ibu dapat terjadi sebagai 3 akibat langsung dari komplikasi yang berkembang pada kehamilan, persalinan atau faktor post partum dan sebagai akibat tidak langsung karena memburuknya pelayanan klinis yang ada.2,7 Faktor penyebab langsung kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, infeksi, partus lama dan abortus.3 Sedangkan faktor tidak langsung penyebab kematian ibu karena masih banyaknya kasus 3 terlambat dan 4 terlalu, yang terkait dengan faktor akses, sosial budaya, pendidikan, dan ekonomi. Kasus 3 terlambat meliputi: terlambat mengenali tanda bahaya persalinan dan mengambil keputusan, terlambat dirujuk, terlambat ditangani oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.7 Indikator peningkatan kesehatan ibu dalam tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) adalah penurunan kematian ibu yang dihubungkan dengan peningkatan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan. Hal ini disebabkan karena proses persalinan dihadapkan pada kondisi kritis terhadap masalah kegawatdaruratan persalinan dan diperkirakan 15 % kehamilan dan persalinan akan mengalami komplikasi.3 Namun upaya ini saja tidaklah cukup, karena penurunan kematian ibu tidak dapat dilakukan hanya dengan faktor penyebab langsung kematian ibu tetapi juga harus mengatasi faktor penyebab tidak langsungnya.5 Oleh sebab itu, upaya penurunan kematian ibu juga harus didukung oleh upaya kualitas pelayanan antenatal agar terdeteksinya secara dini faktor risiko kehamilan.5,8 4 Berdasarkan hasil Audit Maternal di Dinas Kesehatan Provinsi Yogyakarta, jumlah kematian ibu di DIY tahun 2014 (40 ibu) mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2013 (46 ibu). Jika dibandingkan dengan pencapaian nasional, angka kematian ibu di Yogyakarta secara umum telah berada di bawah pencapaian angka kematian ibu tingkat nasional, tetapi angka tersebut masih naik turun secara fluktuatif sejak tahun 2010 serta masih jauh dengan AKI yang dicapai oleh negara ASEAN.9 Hal ini tentu belum menunjukkan hasil yang menggembirakan bila dibandingkan dengan berbagai upaya yang telah dilakukan dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan meningkatkan kesejahteraan kaum perempuan secara umum.9 Kematian ibu yang disebabkan oleh komplikasi kehamilan yang sebenarnya dapat dikelola dengan pencegahan risiko melalui skrining pada ibu hamil sehingga dapat ditentukan tingkat dan sifat risiko sesuai dengan tingkat kegawatan dari faktor risiko tersebut, yang selanjutnya dapat dilakukan rujukan secara tepat terhadap ibu hamil bersangkutan.5 Jumlah kematian ibu menurut kelompok umur per kabupaten atau kota di DIY pada tahun 2013 yaitu Bantul (14 kasus), Kulon Progo (5 kasus), Gunung Kidul (7 kasus), Sleman (12 kasus) dan Kota Yogya (2 kasus). Dari hasil pendataan AKI tersebut, kabupaten yang tertinggi adalah Kabupaten Bantul. Sedangkan hasil Audit Maternal Perinatal (AMP) menyimpulkan bahwa penyebab kematian ibu di Bantul pada tahun 2013 adalah PreEklampsia Berat (PEB) sebanyak 23% (3 kasus), perdarahan sebesar 46% (6kasus), 8% akibat infeksi (1 kasus), keracunan sebanyak 8% (1 kasus) dan 5 lain-lainnya 15% (2 kasus).10 Lebih dari 90 % kematian ibu disebabkan oleh komplikasi obstetrik pada masa kehamilan, persalinan dan nifas. Komplikasi akan cenderung meningkat pada ibu hamil yang memiliki faktor risiko, meskipun komplikasi dapat pula terjadi pada ibu hamil yang tidak dikategorikan berisiko. Komplikasi kehamilan yang tidak terdeteksi secara dini akan berlanjut menjadi komplikasi yang serius dan dapat mengancam jiwa ibu maupun janin. Hal ini juga dapat meningkatkan angka kesakitan dan atau kematian ibu maupun janin. Bidan sebagai petugas kesehatan terdepan yang paling banyak berhubungan dengan ibu hamil dalam memberikan perawatan kehamilan (antenatal care).8 Dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul jumlah AKI pada tahun 2013 adalah sebesar 3 kasus yang disebabkan oleh preeklampsia berat dan ruptur uteri. Apabila melihat dari pola penyebab kematian ibu tersebut, ketiganya termasuk dalam penyebab langsung yaitu adanya komplikasi pada ibu. Komplikasi yang terjadi pada kehamilan memiliki rentang dari yang ringan sampai berat yang dapat menyebabkan kematian, kesakitan dan kecacatan pada ibu maupun janin. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Tingkat Risiko Kehamilan terhadap Kejadian Komplikasi Persalinan di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul tahun 2014”. 6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah ada hubungan antara tingkat risiko kehamilan dengan kejadian komplikasi persalinan di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul tahun 2014?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara tingkat risiko ibu hamil dengan kejadian komplikasi persalinan di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul tahun 2014. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui kejadian komplikasi persalinan pada kehamilan risiko rendah. b. Mengetahui kejadian komplikasi persalinan pada kehamilan risiko tinggi. c. Mengetahui kejadian komplikasi persalinan pada kehamilan risiko sangat tinggi. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Ilmu Pengetahuan Diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu dan menambah pengetahuan terhadap pembaca. 7 b. Referensi Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa kebidanan agar dapat memperluas wawasan atau pengetahuan praktis terhadap tingkat risiko kehamilan dan komplikasi persalinan. 2. Manfaat Praktis a. Rumah Sakit Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan khususnya penentu kebijakan di bidang Kesehatan Ibu dan Anak. b. Akademik Dapat menambah informasi tentang tingkat risiko kehamilan dan kejadian komplikasi persalinan khususnya untuk mahasiswa D IV Kebidanan Sekolah Vokasi UGM. c. Dinas Kesehatan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam menyusun langkah dan strategi program kesehatan ibu. d. Peneliti Lain Sebagai bahan acuan atau pertimbangan untuk peneliti selanjutnya agar dalam penelitiannya dapat menggunakan variabel yang berbeda. 8 E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Tujuan Penelitian Untuk mengkaji determinan yang berhubungan dengan kejadian komplikasi persalinan 5 tahun terakhir di Indonesia No. Peneliti Desain Penelitian Hasil 1. Oster Suriani Simarmata, Sudikno, Kristina, Dina Bisara dengan judul “Determinan Kejadian Komplikasi Persalinan di Indonesia Analisis Data Sekunder Riset Kesehatan Dasar 2010.” Studi analitik dengan desain Cross Sectional menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Riskesdes 2010 dengan kriteria inklu-sinya adalah semua perempuan yang pernah kawin 10-59 tahun dan pernah melahirkan pada tahun 2005-2010. Hasil penelitian menunjukkan proporsi kejadian komplikasi persa-linan di Indonesia antara kurun waktu tahun 2005-2010 sebanyak 47,8%. Kejadian komplikasi persalinan adalah 1/≥4 anak, adanya komplikasi kehamilan, ada-nya masalah dalam mendapatkan pelayanan kesehatan, kunjungan minimal pemeriksaan ante-natal dan penolong persali-nan tenaga kesehatan.11 Hasil penelitian didapatkan nilai Odds Ratio sebesar 2,76 dan p value =0,049 (0,05). Wanita hamil yang memiliki faktor risiko I lebih berisiko 2,8 kali (hampir 3 kali lipat) mengalami komplikasi kehamilan dibanding-kan wanita hamil yang tidak memiliki risiko.8 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian kehamilan risiko tinggi dapat dipengaruhi oleh umur dan paritas. Berdasar-kan uji tabulasi silang didapatkan ibu dengan kehamilan risiko tinggi mayoritas berumur ≥ 35 tahun dan terjadi pada grandemultipara.12 2. Faizatul Ummah dengan judul “Kontribusi Faktor Risiko I Terhadap Komplikasi Kehamilan Di Rumah Sakit Muhammadiyah Surabaya Untuk mengetahui besarnya kontribusi faktor risiko I terhadap komplikasi kehamilan. Analitik Observasional dengan pendekatan case control. Penelitian dila-kukan pada Maret-April 2014 di Poli KIA 3. Dewi Okta Kurniawati, Sugiarti, dan Arimina Hartanti Pontoh dengan judul “Profil Ibu Hamil Risiko Tinggi Berdasarkan Umur dan Paritas”. Untuk mengetahui gambaran ibu hamil risiko tinggi berdasarkan umur dan paritas di BPS Affah Surabaya. Desain penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini dilakukan pada bulan maret-april 2014 bertempat di BPS Affah Surabaya. 9 Sedangkan yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah “Hubungan Tingkat Risiko Kehamilan dengan Kejadian Komplikasi Persalinan di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul tahun 2014”. Perbedaan terhadap penelitian sebelumnya adalah terletak pada variabel penelitian, metode penelitian, tempat dan waktu penelitian. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat risiko kehamilan sesuai dalam teori Poedji Rochjati sedangkan metode penelitian yang akan digunakan adalah cross sectional dengan studi dokumentasi. Penelitian ini dilakukan di RSUD Panembahan Senopati Bantul bulan Desember tahun 2015. Dengan demikian diharapkan dapat mengetahui adanya hubungan tingkat risiko kehamilan dengan kejadian komplikasi persalinan.