(2010) 35 STRATEGI TEKNOLOGI INFORMASI DALAM SUPPLY

advertisement
CYBER-TECHN. VOL 5 NO 1 (2010)
STRATEGI TEKNOLOGI INFORMASI DALAM SUPPLY CHAIN MANAGEMENT
Deny Utomo *)
ABSTRAK
Supply chain adalah suatu jaringan fasilitas dan saluran distribusi yang meliputi
pengadaan dari bahan baku, produksi, perakitan dan pengiriman produk atau melayani
kepada pelanggan. Supply Chain Management sebagai manajemen rantai pasokan atau
manajemen organisasi yang saling berkaitan dan saling berintegrasi satu sama lain baik
dengan konsumen maupun pemasok dalam suatu proses untuk menghasilkan nilai produk
dan jasa bagi konsumen
Teknologi informasi memberikan suatu kerangka kerja untuk kerjasama antar
mitra bisnis melalui media elektronik baik maupun komunikasi, sehingga dapat
memberikan manfaat datam meningkatkan keunggulan kompetitif, menurunkan biaya
operasional, dan mencapai kerjasama dan koordinasi yang lebih baik diantara mitra bisnis
dalam rantai pasokan.
Kata Kunci : Teknologi Informasi, Supply Chain Management
A.
Supply Chain
Supply chain yang kadang disebut sebagai jejaring logistik (logistics network),
terdiri dari para pemasok (suppliers), pusat-pusat manufaktur, warehouses, pusat-pusat
distribusi, dan penjual retail dimana bahan baku, work-in-process dan produk jadi mengalir
dari satu fasilitas ke fasilitas yang lain (Lin et al., 2006). Sebuah supply chain
dikembangkan, karena keinginan satu atau beberapa pihak yang terlibat baik langsung
maupun tidak langsung untuk memenuhi keinginan permintaan dari para konsumen dan
merupakan kesatuan yang saling membutuhkan dengan cara kerja sama (Hult et al., 2007).
Supply chain dapat terdiri tidak hanya manufaktur atau produsen dan supplier, tetapi
termasuk juga material para penyalur, fasilitas produksi, pusat distribusi dan pelanggan
(Fox et al., 2000).
Supply chain adalah suatu jaringan fasilitas dan saluran distribusi yang meliputi
pengadaan dari bahan baku, produksi, perakitan dan pengiriman produk atau melayani
kepada pelanggan (Bansod and Borade, 2007). Sedangkan Whang dan Cheung (2004)
mendefinisikan supply chain sebagai proses terintegrasi yang didalamnya terdapat
beberapa pelaku bisnis manajemen rantai pasokan sebagai integrasi berbagai aktifitas
untuk memperbaiki hubungan antar perusahaan untuk mencapai keunggulan kompetitif.
Chan et al. (2003) dalam Olugu and Wong (2009) mendefinisikan supply chain
sebagai suatu gabungan menyertakan para penyalur, ke arah muara pelanggan dan
sejumlah besar logistik melayani supplier untuk memanfaatkan kemampuan mereka
dalam rangka menciptakan nilai pada konsumen akhir. Supply chain telah dipercaya oleh
tenaga ahli sebagai faktor kunci dalam untuk mengurangi biaya dan inventori,
memperpendek waktu kirim, meningkatkan fleksibilitas, dan kecepatan dalam pengenalan
produk baru (Maloni and Benton, 1997). Begitu juga pemilihan mitra dan perencanaan
distribusi / produksi merupakan faktor yang penting bagi efisiensi dan efektifitas dalam
supply chain (Meade et al.,1997; Talluri et al., 1994).
35
CYBER-TECHN. VOL 5 NO 1 (2010)
Keputusan sampai di mana aktivitas produksi bisa dilakukan tanpa menunggu
permintaan definitif dari pelanggan merupakan keputusan yang sangat penting bagi suatu
supply chain dan akan secara langsung berpengaruh terhadap kemampuannya untuk
menciptakan efisiensi fisik maupun kecepatannya untuk merespon pasar (Mason dan
Towill, 1999). Mengurangi waktu tunggu pelanggan untuk mendapatkan produk, juga akan
meningkatkan efisiensi dalam supply chain (Matthews dan Syed, 2004).
Pada dasarnya jaringan supply chain merupakan hasil dari beberapa keputusan
strategis berikut. Pertama adalah keputusan tentang lokasi fasilitas produksi dan gudang
dan keputusan tentang pembelian (di mana akan membeli bahan baku). Kedua adalah
keputusan outsourcing, yakni akan mengerjakan sendiri suatu kegiatan tertentu atau
mensubkontrakkan ke pihak lain. Ketiga adalah keputusan tentang aliran produk atau
barang pada fasilitas-fasilitas fisik tersebut. Masing-masing keputusan tersebut tentunya
didasari oleh banyak pertimbangan seperti kondisi ekonomi, sosial, kemanan, politik,
budaya, dan lingkungan (MacCarthy and Atthirawong, 2003). Di sisi lain, supply chain yang
ingin berkompetisi atas dasar harga biasanya serta akan mencari tempat-tempat yang
murah untuk lokasi operasi mereka karena secara otomatis struktur biaya produksinya
murah (Bolisani and Scarco, 1996), sehingga konfigurasi supply chain tersebut tentu saja
tergantung juga pada karakteristik produk dan model distribusinya (DuBois dkk., 1993).
Model distribusi dan produksi yang efisien dan efektif pada supply chain merupakan faktor
kunci kepuasan pelanggan (Sha and Che, 2006).
Klasifikasi supply chain dibedakan menjadi tiga kategori yaitu, lean supply chain,
agile supply chain dan hybrid supply chain (Vonderembse et al., 2006). Lean supply chain
menitikberatkan pada upaya memenuhi permintaan konsumen pada harga terendah
dengan cara meminimalkan biaya, agile supply chain menitikberatkan pada upaya
merespon permintaan perusahaan secara cepat dan hybrid merupakan kombinasi lean
dan agile supply chain (Power et al., 2001).
B.
Supply Chain Management
Supply chain management (SCM) pertama kali dikemukakan oleh Oliver & Weber
pada tahun 1982 (Oliver & Weber, 1982; Lambert et al. 1998). Kalau supply chain adalah
jaringan fisiknya, yakni perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam mengelola bahan
baku, memproduksi barang, dan menginformasikan aliran bahan baku ke supplier, dan
mengirimkannya ke pemakai akhir (Thomas and Griffin, 1996), SCM adalah metode, alat,
atau pendekataan pengelolaanya. Sedangkan Williamson et al. (2004) mendefinisikan SCM
sebagai manajemen rantai pasokan atau manajemen organisasi yang saling berkaitan dan
saling berintegrasi satu sama lain baik dengan konsumen maupun pemasok dalam suatu
proses untuk menghasilkan nilai produk dan jasa bagi konsumen.
Perusahaan juga memerlukan integrasi dalam rantai pasokannya. Lebih lanjut
dalam praktek SCM membangun integrasi, koordinasi, dan kerjasama antara fungsi dalam
organisasi dan keseluruhan rantai pasokan. Ini berarti bahwa SCM membutuhkan integrasi
internal (intraorganisasional). Pengertian di atas dapat dikatakan bahwa integrative supply
chain terdiri dari Integrasi internal (integrasi lintas fungsional pada batas-batas dalam satu
perusahaan), yang dicerminkan oleh tingkat aktivitas fungsi logistik di mana saling
berhubungan dengan lingkup fungsi yang lain dalam hubungannya dengan keseluruhan
rantai pasokan, yang secara konsisten terus meningkat dari beberapa perusahaan yang
dikelompokkan dalam pengaturan jaringan
(Gimenez & Ventura, 2003). Sasaran hasil
36
CYBER-TECHN. VOL 5 NO 1 (2010)
SCM adalah disain, operasi dan pemeliharaan dari rantai nilai terintegrasi, agar mencukupi
keinginan konsumen secara efisien dengan memaksimalkan layanan pelanggan (Hewitt,
1994)
SCM juga dapat duraikan sebagai suatu integrator di antara para penyalur,
perusahaan, distributor dan pelanggan yang menggunakan alat tertentu (Childerhouse et
al., 2002; Huang et al., 2003). SCM harus melibatkan koordinasi dan manajemen suatu
jaringan yang kompleks tentang aktivitas pengembangan dari produk jadi hingga terakhir
pemakai atau pelanggan (Hervani et al., 2005).
Namun perlu ditekankan bahwa SCM menghendaki pendekatan atau metode
yang terintegrasi dengan dasar semangat kolaborasi. Karena perusahaan-perusahaan yang
berada pada suatu supply chain pada intinya ingin memuaskan konsumen akhir yang
sama, mereka harus bekerjasama untuk membuat produk yang murah, mengirimkannya
tepat waktu, dan dengan kualitas yang bagus. Hanya dengan kerjasama antara elemenelemen pada supply chain tujuan tersebut akan bisa dicapai. Oleh karena itu, cukup tepat
kalau banyak orang mengatakan bahwa persaingan dewasa ini bukan lagi antara satu
perusahaan dengan perusahaan yang lain, tetapi antara supply chain yang satu dengan
supply chain yang lain (D’Amours et al., 1999).
C.
Technology
Dimensi teknologi termasuk dalam food supply chain management. Evolusi
teknologi memungkinkan adanya inovasi dan pengembangan yang penting untuk
integrasi, efisiensi dan kemampuan dalam meningkatkan produktifitas. Yang termasuk
didalamnya adalah ketepatan berat, refrigerasi, pengendalian pertumbuhan bakteri, bar
coding, pengemasan dengan elektronik, kesuburan, dan lingkungan.
Teknologi manufaktur dan teknologi informasi merupakan faktor penting yang
mewarnai bisnis saat ini. Teknologi didesain untuk melengkapi kemampuan sumber daya
manusia (SDM) dan membantu seseorang untuk mengaplikasikan pengetahuan mereka,
sehingga adopsi teknologi dapat mendukung keterampilan seseorang dan bukan
menggantikannya.
Teknologi merupakan fasilitator yang diadopsi demi tercapainya tujuan bisnis
suatu organisasi dan pencapaian keunggutan kompetitif. Beberapa faktor kompetitif
organisasi secara umum meliputi kualitas, delivery lead time, time to market, delivery
reliabitity, design flexibility, volume flexibility, cost/price, innovation, thrustwortiness
(Anatan dan Lena, 2008). Masing-masing organisasi harus menyusun strategi dan memilih
dimensi kompetitif yang diprioritaskan.
Perubahan-perubahan dalam lingkungan bisnis terjadi menuntut perusahaan
untuk dapat melakukan pembenahan kegiatan operasional perusahaan, sehingga mereka
mampu memenuhi keinginan pelanggan, mengembangkan produk tepat waktu,
mengeluarkan biaya rendah dalam bidang persediaan dan penyerahan produk. Dalam
kondisi ini, perusahaan dituntut untuk mencari cara baru dalam meningkatkan kinerja
operasional melalui peningkatan produktivitas dan memperbaiki pelayanan konsumen.
Harga, mutu dan pelayanan merupakan faktor-faktor kunci yang harus dipertimbangkan
perusahaan agar tetap dapat bertahan (Anatan dan Lena, 2008).
Supply chain management merupakan strategi alternatif yang memberikan solusi
dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan untuk mencapai keunggulan kompetitif
37
CYBER-TECHN. VOL 5 NO 1 (2010)
melalui pengurangan biaya operasi dan perbaikan pelayanan konsumen dan kepuasan
konsumen.
Manajemen rantai pasok menawarkan suatu mekanisme yang mengatur proses
bisnis, meningkatkan produktivitas, dan mengurangi biaya operasional perusahaan. Lee &
Whang (2000) mendefinisikan manajemen rantai pasokan sebagai integrasi proses bisnis
dari pengguna akhir melalui pemasok yang rnemberikan produk, jasa, informasi, dan
bahkan peningkatan nilai untuk konsumen dan karyawan.
Melalui supply chain, perusahaan dapat membangun kerjasama melalui
penciptaan jaringan kerja (network) yang terkoordinasi dalam penyediaan barang maupun
jasa bagi konsumen secara efisien (D'Amours et al., 1999). Salah satu hal terpenting dalam
manajemen rantai pasokan adatah saling berbagi informasi, oleh karena itu dalam aliran
material, aliran kas, dan aliran informasi merupakan keseluruhan elemen dalam rantai
pasokan yang pertu diintegrasikan (Chen et al., 2004). Untuk memfasilitasi proses
pembagian informasi disepanjang rantai pasokan, peran teknologi informasi sangat
diperlukan.
D. Teknologi Informasi
Aplikasi Teknologi Informasi sangat mendukung dalam perpindahan produk dan
informasi produk yang tidak ada dalam supply chain. Contohnya, identifikasi produk
dengan bar code yang menggunakan metode elektronik.
a. Teknologi Informasi dalam Bisnis
Pilihan teknologi melalui penggunaan komputer merupakan metode fundamental
untuk menetapkan strategi dan keunggutan kompetitif. Hal ini dikarenakan piLihan
teknotogi akan mempengaruhi semua keputusan dalam kegiatan operasi dan semua
fungsi-fungsi datam bisnis.
Penggunaan teknologi informasi dalam aktivitas perusahaan merupakan
alternatif peluang bagi perusahaan karena melalui aplikasi teknologi perusahaan bisa
menghemat biaya dan waktu operasi perusahaan, menciptakan produktivitas kerja yang
tinggi, mempercepat pengiriman produk dan jasa pada pelanggan, serta kemampuan
menghasilkan nilai produk dan jasa bagi pelanggan (Laudon, 1994). Selain itu, teknotogi
lnformasi juga membantu merubah proses bisnis (O' Brien , 1996). Aplikasi teknologi
informasi digunakan untuk mendukung aktivitas utama dan aktivitas penunjang datam
organisasi. Pada aktivitas utama, teknologi informasi digunakan dalam proses otomatisasi
pergudangan untuk membantu menyimpan bahan-bahan yang masuk di perusahaan,
misalnya aplikasi Computer Aided Manufacturing (CAM) bertujuan untuk membantu
proses produksi. Pada aktivitas penyimpanan barang jadi dan pengiriman, aplikasi System
on Line Order Entry berfungsi mengatasi pengiriman barang untuk memenuhi pesanan
petanggan. Decision Support Systems (DSS) dapat digunakan untuk menganalisis kondisi
pasar potensiat pada aktivitas pemasaran dan penjuatan. Sedangkan Diagnostic Expert
System digunakan untuk membantu memperbaiki pelayanan pada pelanggan pada
aktivitas pelayanan. pada aktivitas penunjang, teknologi informasi seperti automated
office
system, digunakan untuk membantu aktivitas manajemen dan pelayanan administratif
seperti penggunaan e-mail, word processing, dan database management sistem.
Employee Skill Database System, digunakan untuk membantu aktivitas manajemen
sumber daya manusia, untuk menempatkan dan menugaskan karyawan pada posisi dan
38
CYBER-TECHN. VOL 5 NO 1 (2010)
pada proyek-proyek penting, teknologi ini dikenal dengan nama system informasi SDM
(Human Resources Information System / HRlS). Computer Aided Design (CAD), digunakan
untuk membantu aktivitas mengotomatisasikan disain produk dan berbagai pemrosesan
sebagai bagian dari pengembangan teknologi informasi. Electronic Data lnterchange (EDl)
system, digunakan untuk membantu memperbaiki perolehan sumber daya dengan
menyajikan telekomunikasi yang menghubungkan antara perusahaan, suppliers, bahkan
pelanggan (Anatan dan Lena, 2008).
Perkembangan teknologi informasi disatu sisi memang menguntungkan tetapi
disisi lain dapat menimbulkan beberapa masatah karena adopsi teknologi informasi
diperlukan biaya yang tinggi, pengetahuan dan kemampuan teknis, selain itu sistem dan
teknologi informasi dapat diterima oteh orang-orang yang menggunakannya. Jika
perkembangan teknologi informasi tidak diterima, maka dapat menimbulkan perilaku
yang tidak diharapkan yaitu adanya resistance to change (penolakan terhadap
perubahan). Selain itu, kejahatan-kejahatan teknotogi informasi, misalnya pencurian data
perusahaan dapat mengakibatkan kelangsungan hidup perusahaan terancam (Turban et
al., 2004)
Berbagai permasalahan tersebut dapat diatasi dengan melakukan komunikasi,
program pembetajaran, melibatkan karyawan atau individu, penerapan peraturan dan
prosedur-prosedur yang baru (Turban et al., 2004). Dilain pihak usaha meningkatkan
investasi teknologi informasi harus didukung untuk menunjang kesuksesan perusahaan
melalui peningkatan kinerja perusahaan.
b.
Teknologi Informasi Dalam Supply Chain
Teknologi informasi memberikan suatu kerangka kerja untuk kerjasama antar
mitra bisnis melalui media elektronik baik maupun komunikasi, sehingga dapat
memberikan manfaat datam meningkatkan keunggulan kompetitif, menurunkan biaya
operasional, dan mencapai kerjasama dan koordinasi yang lebih baik diantara mitra bisnis
dalam rantai pasokan.
Pengembangan sistem informasi interorganisasional telah menggeser peran
teknologi informasi dari senjata kompetitif menjadi senjata untuk mencapai kerjasama
yang baik (Lee at al., 1997). Oleh karena itu implementasi teknologi informasi sangat
penting untuk memfasilitasi pertukaran informasi dalam aliran informasi baik dalam hal
penjadwalan, produksi, perkiraan permintaan, maupun perkiraan penjualan.
Teknologi informasi merupakan media yang berperan penting dalam penciptaan
nilai dalam jejaring bisnis (Upton dan Mc. Affe, 1996; Anatan dan Lena, 2008). Transaksi
dalam kemitraan bisnis mencakup pertukaran informasi baik antara pemasok, penjual
maupun distributor yang mencakup manajemen pemesanan, persediaan dan sharing
document.
Teknologi informasi menjadi tulang punggung proses pendistribusian informasi
dari satu pihak ke pihak lain dalam implementasi manajemen rantai pasokan seperti
dijelaskan melalui Gambar 1. Aplikasi teknologi informasi dalam manajemen rantai
pasokan meliputi internet, intranet, dan ekstranet (Turban et al., 2004). lnternet
merupakan jaringan komputer global yang terdiri atas beberapa sub jaringan yang ada
diseluruh dunia yang dapat diakes oleh siapapun, dimanapun dan kapanpun.
39
CYBER-TECHN. VOL 5 NO 1 (2010)
Gambar 1. Proses Pendistribusian Informasi
lnternet menjadi suatu sarana informasi milik umum (public domain facilities).
Bagi perusahaan terutama yang terlibat datam rantai pasokan internet bermanfaat
sebagai media untuk menjalin hubungan dengan para pelanggan pada berbagai lapisan
masyarakat. Melalui internet perusahaan memperoleh keuntungan, yaitu memperluas
cakupan pasar dan meningkatkan kualitas potensi petanggan bagi perusahaan. lntranet
merupakan jaringan yang menghubungkan seluruh karyawan dalam suatu perusahaan
tanpa mengenal batas geografis. Aplikasi intranet datam suatu perusahaan memiliki
manfaat untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses komunikasi, kolaborasi, dan
kooperasi. Misalnya, suatu perusahaan dengan kantor pusat di Jakarta dan memiliki
kantor-kantor cabang di Surabaya, Yogyakarta, Semarang dan Bandung tergabung dalam
satu jaringan komputer dibawah aplikasi intranet. Ekstranet merupakan jaringan
komputer yang menghubungkan sistem jaringan perusahaan (intranet misalnya) dengan
sistem jaringan mitra bisnisnya (pemasok dan vendor).
Dengan mengadopsi sistem ekstranet perusahaan dapat memperoleh
keuntungan yaitu mempercepat proses pengadaan suatu barang dan menurunkan biayabiaya yang tidak diperlukan seperti biaya penyimpanan dan biaya transportasi. Aplikasi
ekstranet, internet, maupun intranet dapat mempermudah perusahaan dalam
menciptakan dan mendistribusikan informasi ke pihak-pihak lain tanpa batasan wilayah
geografis.
Berkembangnya teknologi informasi yang pesat memberikan banyak peluang bagi
terselenggaranya aktivitas bisnis terutama yang berbasis etektronik misalnya, ecommerce, e-customer dan e-market yang merupakan manifestasi ide-ide bisnis dalam
perekonomian digital (Turban et al., 2004). Salah satu bentuk manifestasi aplikasi
teknologi informasi dalam manajemen rantai pasokan adalah munculnya konsep e-supply
chain management.
Strategi e-SCM merupakan konsep manajemen dimana pemanfaatan intenet dan
teknologi informasi dalam perusahaan diimplementasikan untuk mengintegrasikan
seluruh mitra kerja perusahaan, khususnya datam hal sistem pemasokan bahan-bahan
40
CYBER-TECHN. VOL 5 NO 1 (2010)
dan sumber daya yang dibutuhkan dalam proses produksi. Aplikasi e-SCM memerlukan
manajemen informasi, kepercayaan antar mitra bisnis dan masalah pengambilan
keputusan dalam manajemen rantai pasokan (Williamson et al., 2004).
Manajemen informasi harus memperhatikan kapan waktu yang tepat, informasi
relevan apa yang harus dimiliki dan seberapa detail informasi yang dibutuhkan. Selain itu,
aspek pengambilan keputusan dan kepercayaan antar mitra bisnis sangat diperlukan,
karena kerjasama berbasis teknologi informasi bukanlah kerjasama dan transaksi bisnis
secara fisik. Untuk mencapai kesuksesan kerjasama berbasis teknologi informasi,
perusahaan harus memiliki kepercayaan dan keyakinan bahwa retasi antar mitra bisnis
mereka merupakan aset strategis perusahaan yang harus dibina dengan serius
(Kothandarama dan Wilson, 2001). Dalam kondisi ini, kepercayaan dan sikap
profesionalisme harus dijaga dengan baik untuk menghasilkan kinerja yang saling
menguntungkan antar berbagai pihak (win-win solution).
c. Teknologi Informasi: Fasilitator Dalam SCM
Manajemen rantai pasokan merupakan wujud implementasi strategi sistem
jejaring bisnis dalam membangun hubungan antar perusahaan yang berbasis pada
koordinasi. Dua alasan utama dibangunnya hubungan antar perusahaan dalam suatu
jejaring bisnis berbasis koordinasi adalah:
1. Untuk menghadapi perbedaan atau ketidaksesuaian antar produk dalam jejaring
bisnis yang berbeda yang mempengaruhi konsumen dan untuk melengkapi
sistem bersaing satu sama lain. Peningkatan persaingan antara standar dan
implementasi kesuksesan menentukan kesuksesan kemitraan tersebut.
2. Untuk meningkatkan efisiensi pemasok dalam mengembangkan strategi yang
efektif sehingga tidak berdampak negatif pada kualitas dan reliabilitas produk.
Penciptaan nilai dalam jejaring bisnis dapat mencapai kesuksesan jika ada
koordinasi antar semua pihak yang terlibat dalam kemitraan.
Koordinasi antar pihak dalam suatu mata rantai pasokan sangat diperlukan
khususnya datam kegiatan pengelolaan aliran entitas antar perusahaan yang bekerjasama
datam suatu jejaring bisnis (Anatan dan Lena , 2008).
Aliran entitas yang harus dikelola dengan baik dalam suatu perusahaan meliputi
aliran produk dan jasa, aliran uang, dan aliran dokumen. Esensi pengelolaan ketiga aliran
entitas tersebut terletak pada pengelolaan data dan informasi perusahaan yang melekat
pada masing-masing entitas yang berasal dari hulu menuju hilir rantai pasokan, sehingga
manajemen atau pengelolaan data dan informasi harus saling berhubungan dan
terintegrasi dengan baik.
Setiap perusahaan yang terlibat dalam rangkaian rantai pasokan tersebut harus
saling berkolaborasi dalam suatu kemitraan strategik dengan menghubungkan sistem
masing-masing sehingga tercipta sistem korporat terpadu (Boubekri, 2001). Sistem
informasi interorganisasional merupakan sebuah sistem yang terdiri dari berbagai
komponen data, aplikasi, dan teknologi yang saling berkaitan untuk mendukung
kebutuhan informasi perusahaan. lntegrasi proses bisnis dipertukan untuk mendukung
koordinasi jangka panjang dan kemampuan untuk bersaing dalam persaingan (Power et
al., 2001).
Pentingnya integrasi antar mitra bisnis datam suatu rantai pasokan dikemukakan
oleh Speakman et al. (1998) dalam Kim dan Narasimhan (2000) yang menyarankan suatu
model bisnis yang lebih terintegrasi dan kolaboratif dengan pendelegasian proses-proses
41
CYBER-TECHN. VOL 5 NO 1 (2010)
inti dalam bisnis. Pengintegrasian ini diharapkan seperti memberikan keunggulan
kompetitif dan meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan dalam rantai
pasokan.
D'Amours et al. (1996) mengemukakan bahwa teknologi informasi (Tl) dan
sistem-sistem yang terkait telah menstransformasi cara perusahaan dalam menggunakan
rantai pasokan, sehingga memberikan perbedaan dalam prioritas kompetitif. Menurutnya,
persaingan akan berubah, tidak lagi perusahaan bersaing dengan perusahaan tetapi rantai
pasokan bersaing dengan rantai pasokan. Hal ini memberikan tantangan yang menarik
ketika perusahaan mengintegrasikan sistem rantai pasokan intraorganisasional maupun
interorganisasional.
Dalam persaingan bisnis saat ini, perusahaan tidak lagi dipandang sebagai suatu
perusahaan secara individu melainkan sekumpulan partner dalam perdagangan yang
melakukan kontrak dengan perusahaan, perusahaan logistik, dan organisasi distribusi.
Untuk tetap bertahan hidup dalam persaingan saat ini, integrasi proses bisnis secara
komprehensif baik dalam aplikasi intra maupun interorganisasional dapat diperlukan
untuk mendukung koordinasi jangka panjang, pertumbuhan, dan kemampuan untuk
bersaing dalam persaingan (Anatan dan Lena, 2008).
Peningkatan integrasi otomatisasi proses bisnis akan membawa dampak pada
pengurangan tugas manual. Demikian juga infrastruktur teknologi informasi yang
terintegrasi akan menurunkan biaya terkait dengan biaya pemeliharaan, manajemen,
operasional dan mendukung pencapaian keunggulan kompetitif melalui perbaikan real
time respon.
Teknologi Electronic Data lnterchange (EDI) telah diaplikasikan sebagai suatu alat
yang memfokuskan pada upaya untuk rnemperbaiki proses otomatisasi proses bisnis dan
rantai pasok antar perusahaan. Dalam perkembangannya, teknologi EDl, digantikan oleh
teknologi enterprise resources planning (ERP) sebagai suatu pendekatan terintegrasi
dalam integrasi sistem. Meskipun banyak keuntungan dan manfaat dari penggunaan EDl,
peningkatan perkembangan persaingan dan lingkungan bisnis, mereka beralih dalam
penggunaan internet karena adanya keterbatasan teknologi EDl. Keterbatasan tersebut
diantaranya adalah biaya tinggi dan tidak fleksibel. Dilain pihak sistem ERP memberikan
dukungan proses generik yang dapat mengintegrasikan rantai pasokan. Pada level
intraorganisasional, integrasi dapat dicapai dengan lebih mudah, jika perusahaan
mengadopsi sistem ERP karena sistem ini memberikan perbaikan, kepuasan konsumen
dan meningkatkan produktivitas.
*) Dosen STT Nurul Jadid Probolinggo
42
CYBER-TECHN. VOL 5 NO 1 (2010)
DAFTAR PUSTAKA
Anatan, L. dan Lena E. 2008. Supply Chain Management. Teori dan Aplikasi. Penerbit
Alfabeta. Bandung
Bansod, S.V. and Borade, A.B. 2007. Domain of Supply Chain Management A State
of Art. Journal of Technology Management & Innovation,
Vol. 2, Issue 4,
pp. 109-121.
Bolisani, E. and Scarso, E. 1996. International Manufacturing Strategies : Experiences from
Clothing Industry, International Journal of Operations and Production
Management. Vol. 16, No 11, pp 71-84.
Bouberki, N. 2001. Technology enablers for Supply Chain Management. Integrated
Manufacturing System, 16 (20). pp. 394-399
Bourlakis, M. A and Weightman.2004. Food supply chain Mangement. Shchool of
Agriculture. Food and Rural Development. University of Newcastle upon Tyne.
UK.
Chan, F., & Qi, HJ. .2003. An innovative performance measurement method for supply
chain management. Supply Chain Management: An International Journal 8 (3),
pp. 209-223.
Chen, I. J., Paulraj, A. dan Lado, A. A. 2004. Strategic Purchasing, Supply Management and
Firm Performance. Journal Operations Management 22, pp.505 - 523.
Childerhouse, P. and D.R. Towill, 2002. Analysis of factors affecting real-world value
stream performance. International Journal of Production Research 40, pp.
3499-3518.
Cousin, P. D. dan Spekman, R. .2003. Strategic Supply and The Management Of Inter and
Intra-Organisational Relationships. Journal of Purchasing & Supply
Management 9, pp.19 -29.
D'Amours, S., Montreuil, B., Lefrancois., 1999 . Networked Manufacturing: The Impact of
Information Sharing. International Journal of Production Economics 58, pp. 6379
DuBois, F.L., Toyne, B., and Oliff, M.D. 1993. International Manufacturing Strategies of U.S
Multinationals: A Conceptual Framework Based on A Four-Industry Study,
Journal of International Business Studies, Second quarter, pp. 307-333.
Ellram, L. M. and Carr , A. 1994. Strategic Purchasing: a History and Review of The
Literature. International Journal of Purchasing and Materials Management 30
(2), pp. 10-18
Engle, J., F. Blackwell, R.D., dan Miniard, P.W. 1994. Perilaku Konsumen, Edisi 6, Binarupa
Aksara. Jakarta
Fox, M.S., M. Barbyceanu and R. Teigen, 2000. Agent-oriented supply chain management.
International Journal of Flexible Manufactur System 1,
pp. 165-188.
43
Download