11 BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1
Manajemen Sumber Daya Manusia
2.1.1
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya lain yang ada dalam organisasi, guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Manajemen sumber daya manusia adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian terhadap: pengadaan seleksi,
tes
penyaringan,
pelatihan,
penempatan,
pemberian
kompensasi,
pengembangan, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemberhentian atau
pemensiuanan sumber daya manusia dari organisasi Sitohang, A (2007).
Untuk lebih menjelaskan pengertian tentang manajemen sumber
daya manusia, akan diuraikan pendapat dari beberapa ahli Menurut Fajar dan
Heru (2013), manajemen sumber daya manusia merupakan pandangan
modern untuk apa yang disampaikan oleh pandangan tradisional sebagai
manajemen personalia meskipun demikian, para ahli sumber daya manusia
yakin bahwa manajemen personalia merupakan pandangan tradisional
terhadap pengelolaan sumber daya manusia yang jauh lebih sempit dan lebih
berorientasi administratif. Dengan demikian manajemen sumber daya
manusia bukan merupakan sebutan baru dari manajemen personalia.
11
12
Sementara itu, Dessler dalam Yani (2012) menyatakan bahwa manajemen
sumber daya adalah kebijakan dan praktik yang dibutuhkan seseorang untuk
menjalankan aspek “orang” atau SDM dari posisi seseorang manajemen,
meliputi perekrutan, penyaringan, pelatihan, pengimbalan dan penilaian.
Sedangkan menurut Handoko dalam Yani (2012) manajemen sumber daya
manusia adalah penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan dan
penggunaan SDM untuk mencapai baik tujuan – tujuan individu maupun
organisasi.
2.1.2
Fungsi Sumber Daya Manusia
Fungsi operasional dalam manajemen sumber daya manusia
merupakan dasar pelaksanaan MSDM yang efisien dan efektif dalam
pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan. Manajemen sumber daya
manusia secara fungsional memiliki beberapa fungsi yang saling terkait satu
sama lain dan operasional yang dijalankan oleh manajemen sumber daya
manusia sesuai dengan fungsi yang dimilikinya. Yani (2012) Fungsi
operasional MSDM terbagi menjadi lima fungsi, yaitu :
1.
Fungsi Perencanaan (Planning)
Fungsi perencanaan merupakan fungsi MSDM yang sangat esensial, hal
ini karena menyangkut rencana pengelolaan SDM organisasi atau
perusahaan baik dalam jagka pendek maupun jangka panjang.
13
2.
Fungsi Pengadaan (Procurement)
Fungsi pengadaan merupakan fungsi MSDM dalam usaha untuk
memperoleh jenis dan jumlah SDM yang tepat, melalui proses
pemanggilan, seleksi, penempatan, orientasi, dan induksi untuk
mendapatkan SDM yang diperlukan sesuai dengan tujuan organisasi
atau perusahaan (the right man in the right place).
3.
Fungsi Pengembangan (Development)
Fungsi pengembangan merupakan fungsi MSDM dalam proses
peningkatan keterampilan teknis, teoritis, konseptual dan moral SDM
melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan diberikan
harus sesuai dengan kebutuhan masa kini dan masa mendatang.
4.
Fungsi Kompensasi (Compensation)
Fungsi
kompensasi
merupakan
fungsi
MSDM
dalam
proses
memberikan balas jasa langsung dan tidak langsung kepada SDM
sebagai imbal jasa (output) yang diberikan kepada organisasi atau
perusahaan.
5.
Fungsi Integrasi (Integration)
Fungsi
pengintegrasian
merupakan
fungsi
MSDM
dalam
mempersatukan kepentingan organisasi atau perusahaan dengan
kebutuhan SDM, sehingga akan dapat tercipta kerjasama yang saling
menguntungkan.
14
6.
Fungsi Pemeliharaan (Maintenance)
Fungsi pemeliharaan merupakan fungsi MSDM untuk memelihara dan
meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas SDM agar tercipta
hubungan jangka panjang.
2.2
Penghargaan Organisasi
2.2.1
Pengertian Penghargaan Organisasi
Penghargaan organisasi (organizational rewards) merupakan segala
bentuk imbalan yang diterima dari organisasi sebagai hasil dari suatu
pekerjaan Rhodes et al dalam Ardianto (2009). Organisasi menggunakan
berbagai imbalan untuk menarik dan mempertahankan orang-orang serta
memotivasi agar mencapai tujuan organisasi dan tujuan pribadi atasan
mereka.
Organisasi memiliki kewajiban untuk bertanggung jawab kepada
karyawan dan masyarakat. Seiring pemenuhan kewajiban tersebut, hubungan
antara organisasi dan karyawan sebagai fasilitator pencapai tujuan organisasi
atau perusahaan harus dinamis pula. Untuk mewujudkan keselarasan antara
kewajiban dan tujuan organisasi atau perusahaan, setidaknya organisasi dapat
menghimpun
karyawannya
untuk
mengerjakan
tugas-tugasnya
dan
menciptakan iklim kerja yang baik. Penciptaan suasana tersebut diharapkan
dapat menimbulkan timbal balik dari karyawan untuk taat terhadap peraturan
yang ditetapkan di tempat kerja. Perwujudan sinergis antara harapan
perusahaan dan karyawan dapat dilihat dari seberapa berhasil pemenuhan
15
kebutuhan perusahaan dan karyawan tersebut dapat terpenuhi. Keinginan
perusahaan
untuk
memajukan
karyawan
itu
dapat dipacu
melalui
penghargaan-penghargaannya yang dapat mendorong karyawan supaya
berkeinginan untuk berbuat lebih. Penghargaan tersebut dapat berupa
penambahan upah, menciptakan pemenuhan kebutuhan keamanan kerja dan
perlakuan yang layak sebagai pembangkit minat pekerja. Beberapa hal yang
diperhitungkan oleh pegawai ketika mencari pekerjaan menurut Daschler et al
dalam Sari (2011). Kebanyakan pegawai menginginkan:
1.
Keadilan dan kebijakan dari perusahaan yang konsisten
2.
Manajemen yang bisa dipatuhi
3.
Cukupnya hubungan antara pegawai dengan manajer dan koordinator
pegawai
4.
Gaji dan lingkungan kerja yang bisa diterima
5.
Jaminan kelayakan keamanan kerja
6.
Status pegawaian yang diinginkan
2.2.2
Tujuan Penghargaan
Pada prinsipnya penghargaan merupakan program wajib perusahaan
yang menginginkan karyawan berprestasi dan mampu bekerja melebihi target
perusahaan (Mahmudi, 2005). Maka jelas penghargaan organisasional adalah
semua yang dihargai dan diinginkan sumber daya manusia yang mampu dan
mau diberikan perusahaan sebagai ganti atas kontribusi yang diberikan
sumber daya manusia tersebut. Didalamnya terbagi lagi menjadi berbagai
penghargaan finansial dan non-finansial. Meskipun uang adalah alat yang
16
sangat besar pengaruhnya bagi karyawan dan produktivitas mereka, dampak
dari penghargaan non-finansial juga sama berartinya bagi karyawan.
Karyawan menginginkan penghargaan yang setimpal dengan apa yang
diberikannya kepada perusahaan dan sama dengan yang diterima karyawan
lain dengan pekerjaan serupa pasti karyawan tersebut akan menunjukkan hasil
kerja yang konsisten. Norma ekuitas adalah hal yang penting bagi
penghargaan. Jika karyawan tidak memperolehnya, maka cenderung akan
mengurangi sumbangsih mereka atau bahkan keluar dari perusahaan tersebut.
Penghargaan dapat menjembatani gap antara tujuan perusahaan dengan
harapan dan aspirasi individual Sedamaryanti dalam Tampubolon (2013).
Sedamaryanti dalam Tampubolon (2013), juga menjelaskan bahwa
penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk mengulangi perilaku yang
disetujui secara sosial, juga untuk memperkuat perilaku yang disetujui secara
sosial. Maksud dan tujuan dari penghargaan adalah agar karyawan menjadi
lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau mempertinggi prestasi yang
telah dicapainya. Jadi dalam sisi yang lebih luas, penghargaan dirancang agar
mampu menarik perhatian, mempertahankan dan mendorong karyawan agar
bekerja lebih produktif, di mana penghargaan harus mencerminkan win-win
result, bagi karyawan dan perusahaan. Secara luas penghargaan diciptakan
untuk menarik, menahan, dan memotivasi kinerja karyawan. Namun tujuan
yang lebih penting didalamnya adalah keadilan atas persamaan yang bisa
dicapai dengan setidaknya tiga dimensi berikut:
17
1.
Kesamaan internal: berdasarkan harga dari apa yang diberikan
karyawan bagi perusahaan.
2.
Kesamaan eksternal: disesuaikan dengan pembayaran raya-rata
perusahaan lainnya.
3.
Kesamaan individual: pembayaran yang adil sesama individu yang
melakukan pekerjaan yang sama atau serupa.
2.2.3
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penghargaan
Terdapat empat faktor
yang
harus dijadikan dasar
dalam
mempertimbangkan kebijakan penghargaan (reward) menurut Nawawi dalam
Tampubolon (2013). yaitu konsistensi internal (internal consistency),
persaingan/ kompetensi eksternal (external compentitiveness), kontribusi
karyawan (employee contributions), dan administrasi (Administration).
1.
Konsistensi internal yang kadang-kadang disebut dengan keadilan
internal merujuk kepada pekerjaan atau tingkat keahlian didalam
sebuah perusahaan, yang membandingkan kontribusi mereka dalam
pencapaian tujuan organisasi. Dengan perkataan lain konsistensi internal
merupakan penetapan pemberian penghargaan (reward) yang didasarkan
pada perbandingan jenis-jenis pekerjaan didalam perusahaan. Untuk itu
perlu maka perlu dilakukan analisa jabatan (job analisis), uraian
pekerjaan/tugas (job description), evaluasi pekerjaan (job evaluation) dan
struktur pekerjaan (job structur) untuk menentukan besarnya imbalan
untuk tiap-tiap jenis pekerjaan. Konsistensi internal menjadi salah satu
faktor yang menentukan semua tingkatan imbalan pekerjaan yang sama,
18
maupun semua pekerjaan yang berbeda. Pada kenyataannya, perbedaan
penghargaan yang diberikan sesuai kinerja masing-masing karyawan
merupakan salah satu kunci yang menantang para manajer.
2.
Kompetensi eksternal adalah penetapan besarnya penghargaan pada
tingkatan dimana perusahaan masih memiliki keunggulan kompetitif
dengan perusahaan lain sehingga perusahaan dapat mempertahankan
karyawan yang memiliki keunggulan/berkualitas untuk tetap bekerja
diperusahaan.
3.
Kontribusi karyawan merupakan penetapan besarnya penghargaan yang
merujuk kepada kontribusi yang telah diberikan karyawan kepada
perusahaan. Penghargaan dapat ditetapkan berdasarkan senioritas,
prestasi kerja, panduan insentif, dan program yang ada di dalam
perusahaan.
4.
Administrasi
merupakan faktor
keempat
yang
dijadikan
bahan
pertimbangan oleh perusahaan dalam menetapkan kebijaksanaan
pemberian penghargaan, antara lain aspek perencanaan, anggaran
yang tersedia, komunikasi dan evaluasi.
2.2.4
Dimensi Klasifikasi Penghargaan Organisasi
Menurut Hendri Simamora dalam susanto (2013) penghargaan
adalah insentif yang mengaitkan bayaran atas dasar untuk meningkatkan
produktifitas para karyawan guna mencapai keunggulan yang kompetitif.
Sedangkan menurut Dessler (2005) penghargaan berarti semua bentuk
penggajian atau ganjaran kepada pegawai dan timbul karena kepegawaian
19
mereka. Dapat berupa pembayaran uang secara langsung ( upah, gaji, insentif,
bonus) dan dapat pula berbentuk pembayaran tidak langsung (asuransi,
liburan atau biaya perusahaan ) dan dapat pula berupa ganajaran buka uang
(jam kerja yang luwes, kantor yang bergengsi, pekerjaan yang lebih
menantang).
Jadi dapat dapat disimpulkan bahwa dimensi penghargaan adalah
imbalan dalam bentuk materi atau non materi yang diberikan kepada
perseorangan atau kelompok jika mereka melakukan keulungan di bidang
tertentu atau penghargaan juga dapat diartikan sebagai sebuah bentuk
apresiasi kepada suatu prestasi tertentu yang diberikan baik oleh perorangan
ataupun suatu lembaga. Penghargaan dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Penghargaan Materi
a. Upah atau Gaji
Memberikan imbalan berupa gaji atau upah yang layak bagi seorang
karyawan juga merupakan suatu bentuk perhargaan terhadap seorang
atasan terhadap karyawan tersebut. Dalam menetapkan upeah atau gaji
perusahaan harus mempertimbangkan berbagai faktor-faktor seperti :
a) Keadilan
Penggajian yang dirancang harus mempertimbangkan asas-asas
keadilan. Konsep keadilan dalam hal ini berkaitan dengan inputincome. Input atau masukan berkaitan dengan pengalaman, masa
kerja, senioritas, jenjang pendidikan, prestasi, beban tugas dan lain-
20
lain. Sedangakn income atau hasil adalah imbalan yang diperoleh
pekerja.
b) Kemampuan organisasi
Organisasi jangan memaksakan diri untuk memberikan gaji diluar
kemempuan financial oraganisasi karena akan membehayakan
organisasi.
c) Mengaitkan dengan prestasi karyawan
Besaran nilai gaji yang diberikan harus memiliki korela yang positif
terhadap prestasi kerja karyawan di dalam perusahaan.
d) Peraturan pemerintah
Penggajian yang diberikan harus memperhatikan peraturan-peraturan
pemerintah seperti ketentuan UMR yang telah ditentukan.
e) Kompetitif
Penggajian yang dirancang hendaknya memperhatikan gaji yang
dilakukan organisasi lain dalam industri yang sejenis.
b. Insentif
Insentif merupakan imbalan yang langsung dibayarkan kepada
karyawan apabila kinerja karyawan tersebut ternyata melebihi standar
kerja yang telah ditentukan sebelumnya.
c. Kompensasi tidak langsung (fringe benefit)
Fringe benefit merupakan suatu bentuk kompensasi tambahan yang
diberikan berdasarkan kebijaksaaan perusahaan terhadap seluruh
21
karyawan dalam 3 rangka meningkatkan kesejahteraan para karyawan
tersebut. Menurut Handoko dalam Susanto (2013) menggolongkan
kompensasi tidak langsung kedalam beberapa bagian yaitu :
a) Pembayaran upah untuk waktu tidak bekerja (time-off benefit)
meliputi:
 Istirahat on the job, yang terdiri dari periode istirahat, periode
makan, periode waktu cuti, hari-hari sakit dan liburan.
b) Perlindungan ekonomis terhadap bahaya, meliputi :
 Jaminan pembayaran upah dalam jumlah tertentu selama periode
tertentu
 Rencana-rencana pensiun
 Tunjangan hari tua
 Tunjangan pengobatan
c) Program pelayanan karyawan yang meliputi rekreasi, kafetaria,
perumahan, beasiswa pendidikan, fasilitas pembelian, konseling
finansial dan palayanan-pelayanan lainnya.
d) Pembayaran kompensasi yang ditetapkan secara legal
2. Penghargaan Nonmateri
Penghargaan nonmaterial adalah bentuk penghargaan yang diberikan
oleh atasan maupun organisasi kepada karyawannya dalam bentuk
wewenang maupun hal-hal lain yang bersifat non materi.
Adapun yang termasuk kedalam penghargaan nonmateri adalah :
22
a. Perhatian/pujian
Perhatian juga merupakan salah satu bentuk penghargaan
yang
diberikan atasan kepada karyawannya. Seorang bawahan tentu akan
merasa dihargai ketika pekerjaan yang dikerjakannya diperhatikan dan
ditanggapi dengan positif oleh atasannya.
b. Hak atas cuti
Kebijakan perusahaan maupun atasan dalam suatu organisasi untuk
memberikan cuti kepada karyawannya juga dapat merupakan suatu
bentuk penghargaan dan kepedulian perusahan serta atasan atas
karyawannya.
2.3
Stres Kerja
2.3.1
Pengertian Stres Kerja
Stres adalah suatu keadaan yang menekan diri dan jiwa seseorang di
luar batas kemampuannya, sehingga jika terus dibiarkan tanpa ada solusi
maka ini akan berdampak pada kesehatannya. Fahmi (2013).
Berikut ini adalah defenisi stress kerja menurut para ahli sebagai
berikut. Menurut Mangkunegara dalam Waspodo et al. (2013), dikatakan
pengertian stres adalah “Perasaan yang menekan atau merasa tertekan yang
dialami seorang karyawan dalam menghadapi pekerjaan”. Sedangkan
Handoko dalam Waspodo et al. (2013), mengemukakan “stres ialah suatu
kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi
23
seseorang. Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang
untuk menghadapi kondisi lingkungan”.
2.3.2
Faktor Penyebab Stres Kerja
Menurut Robbin Dalam Bagus (2009). penyebab stres itu ada 3 faktor yaitu:
1.
Faktor Lingkungan.
Ada beberapa faktor yang mendukung faktor lingkungan. Yaitu:
a. Perubahan situasi bisnis yang menciptakan ketidak pastian
ekonomi. Bila perekonomian itu menjadi menurun, orang menjadi
semakin mencemaskan kesejahteraan mereka.
b.
Ketidakpastian politik. Situasi politik yang tidak menentu seperti
yang terjadi di Indonesia, banyak sekali demonstrasi dari berbagai
kalangan yang tidak puas dengan keadaan mereka. Kejadian
semacam ini dapat membuat orang merasa tidak nyaman. Seperti
penutupan jalan karena ada yang berdemo atau mogoknya angkutan
umum dan membuat para karyawan terlambat masuk kerja.
c.
Kemajuan teknologi. Dengan kemajuan teknologi yang pesat, maka
hotel pun menambah peralatan baru atau membuat sistem baru.
Yang membuat karyawan harus mempelajari dari awal dan
menyesuaikan diri dengan itu.
d.
Terorisme adalah sumber stress yang disebabkan lingkungan yang
semakin meningkat dalam abad ke 21, seperti dalam peristiwa
penabrakan gedung WTC oleh para teroris, menyebabkan orangorang Amerika merasa terancam keamanannya dan merasa stress.
24
2.
Faktor Organisasi
Banyak sekali faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan
stres. Tekanan untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas
dalam kurun waktu terbatas, beban kerja berlebihan, bos yang menuntut
dan tidak peka, serta rekan kerja yang tidak menyenangkan. Dari
beberapa
contoh
diatas,
penulis
mengkategorikannya
beberapa faktor dimana contoh-contoh
itu
terkandung
menjadi
didalamnya,
yaitu:
a.
Tuntutan tugas merupakan faktor yang terkait dengan tuntutan
atau tekanan untuk menunaikan tugasnya secara baik dan benar.
b.
Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan yang diberikan
pada seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainka
dalam organisasi itu. Konflik peran menciptakan harapan-harapan
yang barangkali sulit dirujukkan atau dipuaskan. Kelebihan peran
terjadi bila karyawan diharapkan untuk melakukan lebih dari pada
yang dimungkinkan oleh waktu. Ambiguitas peran tercipta bila
harapan peran tidak dipahami dengan jelas dan karyawan tidak pasti
mengenai apa yang harus dikerjakan.
c. Tuntutan antar pribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh
karyawan lain. Kurangnya dukungan sosial dari rekan-rekan dan
hubungan antar pribadi yang buruk dapat menimbulkan stres yang
cukup besar, khususnya di antara para karyawan
kebutuhan sosial yang tinggi.
yang memiliki
25
d. Struktur
Organisasi
menentukan
tingkat
diferensiasi
dalam
organisasi, tingkat aturan dan peraturan dan dimana keputusan
itu diambil. Atur yang berlebihan dan kurangnya berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada karyawan
merupakan potensi sumber stres.
3.
Faktor Individu
Faktor ini mencakup kehidupan pribadi karyawan terutama faktor-faktor
persoalan keluarga,
masalah ekonomi pribadi dan karakteristik
kepribadian bawaan.
a. Faktor persoalan keluarga. Survei nasional secara konsisten
menunjukkan bahwa orang menganggap bahwa hubungan pribadi
dan keluarga sebagai sesuatu yang sangat berharga. Kesulitan
pernikahan, pecahnya hubungan dan kesulitan disiplin anak-anak
merupakan contoh masalah hubungan yang menciptakan stress
bagi karyawan dan terbawa ketempat kerja.
b. Masalah ekonomi. Diciptakan oleh individu yang tidak dapat
mengelola sumber daya keuangan mereka merupakan satu contoh
kesulitan pribadi yang dapat menciptakan stres bagi karyawan dan
mengalihkan perhatian mereka dalam bekerja.
c. Karakteristik kepribadian bawaan. Faktor individu yang penting
mempengaruhi stres adalah kodrat kecenderungan dasar seseorang.
Artinya gejala stres yang diungkapkan pada pekerjaan itu sebenarnya
berasal dari dalam kepribadian orang itu.
26
2.3.3 Gejala-Gejala Stres Kerja
Gejala-gejala stress kerja menurut. Robbins, (2008), dapat dibagi
dalam tiga aspek yaitu :
1.
Gejala pada psikologis, meliputi :
a. Cepat tersinggung.
b. Tidak komunikatif.
c. Banyak melamun.
d. Lelah mental.
2.
Gejala pada fisik, meliputi :
a. Meningkatnya detak jantung dan tekanan darah.
b. Mudah lelah secara fisik..
c. Pusing kepala.
d. Problem tidur (kebanyakan atau kekurangan tidur).
3.
Gejala pada perilaku, meliputi :
a. Merokok Berlebihan
b. Menunda atau menghindari pekerjaan.
c. Perilaku sabotase.
d. Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan atau kekurangan).
27
2.4
Persepsi Dukungan Organisasi
2.4.1
Pengertian Persepsi
Persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana seseorang
melihat sesuatu sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian,
yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. (Sobur
dalam Almira, 2010).
Menurut Tampubolon (2008) Persepsi dapat di definisikan sebagai
gambaran seseorang tentang sesuatu objek yang menjadi fokus permasalahan
yang sedang dihadapi. Persepsi sangat tergantung pada faktor-faktor, antara
lain individu yang membuat persepsi, situasi yang terjadi pada saat persepsi
itu dirumuskan, serta ganguan-ganguan yang mempengaruhi dalam proses
pembentukan persepsi (target).
2.4.2
Pengertian Persepsi Dukungan Organisasi
Peran dukungan organisasi (POS) adalah sesuatu yang dinilai
oleh karyawan sebagai pertemuan dari kebutuhan emosi sosial, menyediakan
indikasi dari kesiapan organisasi untuk menghargai peningkatan kerja,
dan mengindikasikan kecendrungan organisasi untuk menyediakan bantuan
saat dibutuhkan untuk mengerjakan sebuah pekerjaan yang efektif. (Fuller et
al. dalam Suryani, 2011).
Dukungan organisasi mempunyai peran penting dalam memberikan
dukungan terhadap karyawan, yang pada akhirnya berdampak pada komitmen
organisasi pada perusahaan. Fuller et al dalam Suryani (2011) menyarankan
bahwa peran dukungan organisasi adalah untuk memperhatikan dan
28
menghargai usaha karyawan dalam membantu keberhasilan organisasi.
Dukungan organisasi yang dimiliki seorang karyawan secara psikologis dapat
mempengaruhi kinerja karyawan tersebut. Pertama, dukungan organisasi akan
membuat seseorang merasa mempunyai kewajiban untuk peduli terhadap
organisasi dan membantu organisasi untuk mencapai tujuannya. Kedua,
dukungan organisasi dalam hal kepedulian, penghargaan, dan pengakuan
mengarahkan karyawan untuk menyatukan status peran dan keanggotaan
kedalam identitas sosialnya. Ketiga, dukungan organisasi memperkuat
keyakinan karyawan bahwa organisasi selalu mengetahui dan menghargai
peningkatan prestasi kerja mereka. Pengaruh psikologis yang ditimbulkan
oleh dukungan organisasi seorang karyawan akan memperkuat komitmen
afektif mereka terhadap organisasi. Fuller et al. dalam Suryani (2011).
2.4.3
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Organisasi
Menurut Wikendari (2011), dukungan organisasi dipengaruhi oleh
pengalaman yang dimiliki oleh individu, serta pengamatan mengenai
keseharian organisasi dalam memperlakukan seseorang. Dalam hal ini sikap
organisasi terhadap ide-ide yang dilontarkan oleh pegawai, respon terhadap
pegawai yang mengalami masalah serta perhatian perusahaan terhadap
kesejahteraan dan kesehatan pegawai merupakan tiga aspek yang menjadi
perhatian utama dari pegawai. Ketiga aspek yang menjadi perhatian utama
dari pegawai yaitu:
29
1.
Sikap Organisasi Terhadap Ide-Ide Pegawai
Dukungan organisasi dipengaruhi oleh sikap organisasi terhadap ide-ide
yang dilontarkan oleh pegawai. Bila organisasi melihat ide dari pegawai
sebagai sumbangan yang kontruktif, yang mungkin saja dapat
diwujudkan melalui perencanaan yang matang, maka individu yang
bekerja ditempat tersebut memiliki persepsi yang positif akan dukungan
organisasi terhadap diri mereka. Sebaliknya, dukungan organisasi akan
menjadi negatif bila perusahaan selalu menolak ide dari pegawai dan
segala sesuatu merupakan keputusan dari pimpinan puncak.
2.
Respon Terhadap Pegawai Yang Menghadapi Masalah
Dukungan organisasi juga dipengaruhi oleh respon terhadap pegawai
yang menghadapi masalah. Bila organisasi cenderung untuk berdiam diri
dan tidak memperlihatkan usaha untuk membantu individu yang terlibat
masalah, maka pegawai akan melihat bahwa tidak ada dukungan yang
diberikan organisasi terhadap pegawai.
3.
Respon Terhadap Kesejahteraan dan Kesehatan Pegawai
Perhatian organisasi akan kesejahteraan pegawai juga mempengaruhi
tingkat persepsi dukungan organisasi pegawai. Pegawai yang melihat
bahwa organisasi berusaha keras untuk meningkatkan kesejahteraan
individu yang bekerja didalamnya, akan melihat hal ini sebagai suatu hal
yang positif. Pegawai melihat bahwa organisasi memberikan dukungan
agar setiap orang dapat bekerja secara optimal demi tercapainya tujuan
bersama. Pada dasarnya dukungan organisasi merupakan suatu persepsi
30
pegawai bahwa dirinya dihargai dan diperhatikan oleh organisasi atau
perusahaan tempatnya bekerja. Bila organisasi memperhatikan dan
menghargai upaya yang dilakukan oleh individu untuk mencapai tujuan
perusahaan maka individu akan mempersepsikan bahwa organisasi
memberikan dukungan terhadap mereka. Eisenberger et al dalam
Wikendari (2011).
Rhoades dan Eisenberger dalam Wikendari (2011) menyatakan,
“Kepedulian, rasa dihargai dan keanggotaan diyakini berhubungan
dukungan organisasi, untuk memenuhi kebutuhan sosial dan emosional
pegawai sehingga peran dan identitas social menjadi terintegrasi dengan
organisasi”.
2.4.4.
Dimensi Persepsi Dukungan Organisasi
Sebuah meta-analisis yang dilakukan oleh Rhoades dan Eisenberger
dalam Tesis Binus (2011) mengindikasikan bahwa 3 kategori utama dari
perlakuan yang dipersepsikan oleh karyawan memiliki hubungan dengan
Persepsi Dukungan Organisasi. Ketiga kategori utama ini adalah sebagai
berikut:
1.
Keadilan
Keadilan prosedural menyangkut cara yang digunakan untuk menentukan
bagaimana mendistribusikan sumber daya di antara karyawan. Rhoades
dan Eisenberger, dalam Tesis Binus ( 2011). Rhoades dan Eisenberger
dalam Tesis Binus (2011) menyatakan bahwa banyaknya kasus yang
berhubungan dengan keadilan dalam distribusi sumber daya memiliki
31
efek kumulatif yang kuat pada persepsi dukungan organisasi dimana hal
ini menunjukkan bahwa organisasi memiliki kepedulian terhadap
kesejahteraan karyawan. Rhoades dan Eisenberger dalam Tesis Binus
(2011) membagi keadilan prosedural menjadi aspek keadilan struktural
dan aspek sosial. Aspek struktural mencakup peraturan formal dan
keputusan mengenai karyawan. Sedangkan aspek sosial seringkali
disebut dengan keadilan interaksional yang meliputi bagaimana
memperlakukan karyawan dengan penghargaan terhadap martabat dan
penghormatan mereka.
2.
Dukungan atasan
Karyawan mengembangkan pandangan umum tentang sejauh mana
atasan menilai kontribusi mereka dan peduli terhadap kesejahteraan
mereka (Rhoades dan Eisenberger, dalam Tesis Binus 2011). Karena
atasan bertindak sebagai agen dari organisasi yang memiliki tanggung
jawab untuk mengarahkan dan mengevaluasi kinerja bawahan, karyawan
pun melihat orientasi atasan mereka sebagai indikasi adanya dukungan
organisasi (Rhoades dan Eisenberger, dalam Tesis Binus 2011).
3.
Penghargaan Organisasi dan Kondisi Pekerjaan
Bentuk dari penghargaan organisasi dan kondisi pekerjaan ini adalah
sebagai berikut:
a. Gaji, pengakuan, dan promosi. Sesuai dengan teori dukungan
organisasi,
kesempatan
untuk
mendapatkan
hadiah
pengakuan, dan promosi) akan meningkatkan kontribusi
(gaji,
32
karyawan dan akan meningkatkan persepsi dukungan organisasi
(Rhoades dan Eisenberger, dalam Tesis Binus 2011).
b. Keamanan dalam bekerja. Adanya jaminan bahwa organisasi ingin
mempertahankan keanggotaan di masa depan memberikan
indikasi
yang kuat terhadap persepsi dukungan organisasi
(Rhoades dan Eisenberger dalam Tesis Binus 2011).
c. Kemandirian. Dengan kemandirian, berarti adanya kontrol akan
bagaimana karyawan melakukan pekerjaan mereka. Dengan
organisasi menunjukkan kepercayaan terhadap kemandirian
karyawan untuk memutuskan dengan bijak bagaimana mereka
akan
melaksanakan pekerjaan, akan meningkatkan persepsi
dukungan organisasi (Rhoades dan Eisenberger dalam Tesis
Binus 2011).
d. Peran stressor. Stres mengacu pada ketidak mampuan individu
mengatasi tuntutan dari lingkungan (Rhoades dan Eisenberger
dalam Tesis Binus 2011). Stres berkorelasi negatif dengan
persepsi dukungan organisasi karena karyawan tahu bahwa
faktor-faktor penyebab stres berasal dari lingkungan yang
dikontrol oleh organisasi. Stres terkait dengan tiga aspek peran
karyawan dalam organisasi yang berkorelasi negatif dengan
persepsi dukungan organisasi, yaitu: tuntutan yang melebihi
kemampuan karyawan bekerja dalam waktu tertentu (workoverload), kurangnya informasi yang jelas tentang tanggung
33
jawab pekerjaan (role-ambiguity), dan adanya tanggung jawab
yang
saling
bertentangan
(role-conflict)
(Rhoades
dan
Eisenberger dalam Tesis Binus 2011).
e. Pelatihan. Pelatihan dalam bekerja dilihat sebagai investasi pada
karyawan yang nantinya akan meningkatkan persepsi dukungan
organisasi (Rhoades dan Eisenberger dalam Tesis Binus , 2011)
2.5
Niat Untuk Berpindah Pekerjaan (Turnover Intention)
2.5.1
Pengertian Niat Untuk Berpindah Pekerjaan
Niat untuk berpindah pekerjaan (turnover intention) didefinisikan
sebagai keinginan seseorang untuk keluar dari perusahaan. Abelson dalam
Suryani (2011) juga menyatakan bahwa sebagian besar karyawan yang
meninggalkan organisasi karena alasan sukarela dapat dikategorikan atas
perpindahan kerja sukarela yang dapat dihindarkan (avoidable voluntary
turnover) dan perpindahan kerja sukarela yang tidak dapat dihindarkan
(unavoidable vouluntary turnover). Avoidable voluntary turnover dapat
disebabkan karena alasan berupa gaji, kondisi kerja, atasan atau ada
organisasi yang dirasakan lebih baik, sedangkan unavoidable voluntary
turnover dapat disebabkan oleh perubahan jalur karir atau faktor keluarga.
Sedangkan Menurut novliadi dalam Nayaputera (2011). kecendrungan atau
niat karyawan untuk berhenti bekerja dari pekerjaannya secara sukrela
menurut pilihannya sendiri.
34
2.5.2 Ukuran Niat Untuk Berpindah Perkejaan (Turnover Intentions).
Turnover Intetntion adalah suatu gambaran tentang pikiran -pikiran
untuk keluar mencari pekerjaan di tempat lain, serta keinginan meninggalkan
organisasi (Abelson dalam Suryani 2011). Indikator niat untuk pindah, antara
lain:
a) Berfikir untuk meninggalkan organisasi / think about quitting
b) Persepsi terhadap kesempatan meninggalkan organisasi/ perceived chance
of leaving.
c) Keputusan meninggalkan organisasi / conviction decision to quit
2.5.3
Indikasi Terjadinya Niat Untuk Berpindah Perkejaan (Turnover
Intentions).
Menurut Harnoto dalam Bagus (2009), “turnover intentions ditandai
oleh berbagai hal yang menyangkut perilaku karyawan, antara lain: absensi
yang meningkat, mulai malas kerja, naiknya keberanian untuk melanggar tata
tertib kerja, keberanian untuk menentang atau protes kepada atasan, maupun
keseriusan untuk menyelesaikan semua tanggung jawab karyawan yang
sangat berbeda dari biasanya.” Indikasi-indikasi tersebut bisa digunakan
sebagai acuan untuk memprediksikan turnover intentions karyawan dalam
sebuah perusahaan sebagai berikut: Harnoto dalam Bagus (2009).
35
1.
Absensi yang meningkat
Karyawan yang berkeinginan untuk melakukan pindah kerja, biasanya
ditandai dengan absensi yang semakin meningkat. Tingkat tanggung
jawab karyawan dalam fase ini sangat kurang dibandingkan dengan
sebelumnya.
2.
Mulai malas bekerja
Karyawan yang berkinginan untuk melakukan pindah kerja, akan lebih
malas bekerja karena orientasi karyawan ini adalah bekerja di tempat
lainnya yang dipandang lebih mampu memenuhi semua keinginan
karyawan bersangkutan.
3.
Peningkatan terhadap pelanggaran tata tertib kerja
Berbagai pelanggaran terhadap tata tertib dalam lingkungan pekerjaan
sering dilakukan karyawan yang akan melakukan turnover. Karyawan
lebih sering meninggalkan tempat kerja
ketika jam-jam
kerja
berlangsung, maupun berbagai bentuk pelanggaran lainnya.
4.
Peningkatan protes terhadap atasan
Karyawan yang berkinginan untuk melakukan pindah kerja, lebih sering
melakukan protes terhadap kebijakan-kebijakan perusahaan kepada
atasan. Materi protes yang ditekankan biasanya berhubungan dengan
balas jasa atau aturan lain yang tidak sependapat dengan keinginan
karyawan.
36
5.
Perilaku positif yang sangat berbeda dari biasanya
Biasanya hal ini berlaku untuk karyawan yang karakteristik positif.
Karyawan ini mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas
yang dibebankan, dan jika perilaku positif karyawan ini meningkat jauh
dan berbeda dari biasanya justru menunjukkan karyawan ini akan
melakukan turnover.
2.5.4
Dampak Turnover Bagi Organisasi
Turnover ini merupakan petunjuk kestabilan karyawan. Semakin
tinggi turnover, berarti semakin sering terjadi pergantian karyawan. Tentu hal
ini akan merugikan perusahaan. Sebab, apabila seorang karyawan
meninggalkan perusahaan akan membawa berbagai biaya seperti:
1.
Biaya penarikan karyawan. Menyangkut waktu dan fasilitas untuk
wawancara dalam proses seleksi karyawan, penarikan dan mempelajari
penggantian.
2.
Biaya latihan. Menyangkut waktu pengawas, departemen personalia dan
karyawan yang dilatih.
3.
Apa yang dikeluarkan buat karyawan lebih kecil dari yang dihasilkan
karyawan baru tersebut.
4.
Tingkat kecelakaan para karyawan baru, biasanya cenderung tinggi.
5.
Adanya produksi yang hilang selama masa pergantian karyawan.
6.
Peralatan produksi yang tidak bisa digunakan sepenuhnya.
7.
Banyak pemborosan karena adanya karyawan baru.
37
8.
perlu melakukan kerja lembur, kalau tidak akan mengalami penundaan
penyerahan.
Turnover yang tinggi pada suatu bidang dalam suatu organisasi,
menunjukkan bahwa bidang yang bersangkutan perlu diperbaiki kondisi
kerjanya atau cara pembinaannya.
2.6
Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini telah
dilakukan sebelumnya, antara lain:
1.
Ardianto (2009). “Perceived Organizational Support” Sebagai Pemediasi
Pengaruh Keadilan Prosedural, Penghargaan, Dan Dukungan Supervisor
Terhadap Komitmen Afektif (Studi Pada Karyawan PT. POS Indonesia
(Persero)
Kantor
POS
Surakarta)”.
Penelitian
ini
dilakukan
dengan metode Structural Equation Modelling (SEM) untuk menguji
hipotesisnya. Adapun hasil analisis data pengujian hipotesisnya, sebagai
berikut :
a. Perceived organizational support memiliki pengaruh yang positif
terhadap affective commitment terbukti.
b. Procedural justice memiliki pengaruh positif terhadap affective
commitment yang dimediasi oleh perceived organizational support
terbukti.
38
c. Organizational rewards memiliki pengaruh positif terhadap affective
commitment yang dimediasi oleh perceived organizational support
terbukti.
d. Supervisor support memiliki pengaruh positif terhadap affective
commitment yang dimediasi oleh perceived organizational support
terbukti.
2. Muharomi (2013) Penelitian ini dilakukan dengan judul “Stres Kerja
Ditinjau Dari Persepsi Terhadap Beban Kerja Pada Guru Yang Mengajar
Mata Pelajaran Ujian Nasional Tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)
Dikota Yogykarta”. Dengan metode analisis korelasin hasilnya
menunjukan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara
stress kerja dengan persepsi terhadap beban kerja
3. Suryani (2011) Penelitian ini dilakukan dengan judul “analisa pengaruh
dukungan
organisasi
terhadap
niat untuk berpindah pekerjaan
(turnover intention) dengan komitmen keorganisasian sebagai mediasi”.
di Perusahaan PT Pertambangan X yang berkantor Pusat di Jakarta dan
lokasi/site Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Aceh. Data diolah
dengan menggunakan analisis jalur (Path Analysis). Hasil penelitian ini
menunjukkan
bahwa
persepsi
dukungan
organisasi
berpengaruh
signifikan dan positif terhadap komitmen organisasi, komitmen organisasi
berpengaruh signifikan dan positif terhadap turnover intentions, persepsi
dukungan organisasi berpengaruh tidak signifikan dan negatif terhadap
turnover intentions.
39
4. Ishaq (2012) melakukan penelitian dengan judul pengaruh job stress dan
career development terhadap turnover intention karyawan pada
perusahaan PT BNI (Persero) Tbk (Divisi Teknologi). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa job stress memiliki pengaruh positif
yang
signifikan terhadap turnover intention, sedangkan career development
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap turnover intention
secara simultan atau bersama-sama variabel job stres dan variabel career
development memiliki pengaruh yang siginifikan terhadap variabel
turnover intention.
5.
Ashan, et al. (2010) berjudul “Pengaruh Kepuasan Kerja, Stres Kerja,
Variabel Organisasi Dan Kepemimpinan Terhadap Turnover Intention
Karyawan Pada Rumah Sakit Pertamina Balikpapan”. Penelitian ini
menggunakan metode analisis regresi berganda Berdasarkan hasil
analisis disimpulkan kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan
terhadap turnover intention karyawan, serta stres kerja berpengaruh
positif dan signifikan terhadap turnover intention karyawan. Variabel
organisasi berpengaruh positif tapi tidak signifikan terhadap turnover
intention karyawan. Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap turnover intention karyawan.
40
2.7
Rerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis
2.7.1
Pengaruh Penghargaan Organisasi Terhadap Persepsi
Dukungan Organisasi
Menurut Wayne et al., dalam Ardianto (2009) banyak hal yang bisa
dilakukan dalam memberikan penghargaan terhadap karyawannya hal yang
paling menonjol bagi karyawan adalah dipromosikan keposisi yang lebih
tinggi, penghargaan terhadap peningkatan kinerja biasanya berkaitan dengan
meningkatnya upah. Di perkuat oleh penelitian Ardianto (2009) yang
menemukan bahwa penghargaan organisasi berpengarus positif yang
signifikan terhadap persepsi dukungan organisasi.
Menurut teori organizational reward, peluang untuk mendapatkan
penghargaan dalam suatu penilaian adalah hal positif dari kontribusi
karyawan dan hal itu sangat berperan untuk perceived organizational support,
menurut
Wayne
et
al.,mengatakan
bahwa
organizational
rewards
berhubungan positif dengan perceived organizational support.
H1:
Penghargaan organisai berpengaruh positif yang signifikan terhadap
persepsi dukungan organisasi
2.7.2
Pengaruh Stres Kerja Terhadap Persepsi Dukungan Organisasi
Stres yaitu keadaan tertekan baik secara fisik maupun psikis. Chaplin
dalam Muharomi (2013). Munandar dalam Muharomi (2013) juga
mengatakan bahwa dalam keadaan stres, individu akan merasa tegang, tidak
mampu berfikir secara rasional sehingga mudah menjadi marah, sedih, cemas,
dan depresi
41
Peran dukungan organisasi adalah sesuatu yang di nilai oleh
karyawan sebagai pertemuan dari kebutuhan emosisosial, menyediakan
indikasi dari kesiapan organisasi untuk menghargai peningkatan kerja,dan
mengindikasikan kecenderungan organisasi untuk menyediakan bantuan saat
dibutuhkan untuk mengejarkan sebuah pekerjaan yang efektif (Fuller dalam
Suryani, 2011).
Hal
ini diperkuat oleh penelitian Muharomi (2013) menemukan
bahwa stress kerja berpengaruh negative terhadap persepsi dukungan
organisasi.
H2 :
Stres kerja berpengaruh negative yang signifikan terhadap persepsi
dukungan organisasi
2.7.3
Pengaruh Persepsi Dukungan Organisasi Terhadap Niat untuk
Berpindah Pekerjaan
Dukungan
organisasi
mempunyai
peranan
penting
dalam
memberikan dukungan terhadap karyawan , yang pada akhirnya berdampak
pada menurunnya niat untuk berpindah pekerjaan dari perusahaan. Fuller et
al., dalam Suryani (2011) menyarankan bahwa peran dukungan organisasi
adalah untuk memperhatikan dan menghargai usaha karyawan dalam
membantu keberhasilan organisasi.
Dukungan organisasi yang dimiliki seseorang karyawan secara
psikologis dapat mempengaruhi kinerja karyawan tersebut pertama, dukungan
organisasi akan membuat seseorang merasa mempunyai kewajiban untuk
peduli terhadap organisasi dan membantu organisasi untuk memcapai
42
tujuannya. Kedua, dukungan organisasi dalam hal kepedulian, penghargaan,
dan pengakuan mengarahkan karyawan untuk memyatukan status peran dan
keanggotaan kedalam identitas sosialnya. Ketiga, dukungan organisasi
memperkuat keyakinan karyawan bahwa organisasi selalu mengetahui dan
memnghargai peningkatan prestasi kerja mereka.
Hal ini diperkuat oleh
penelitian Suryani (2011) menemukan bahwa persepsi dukungan organisasi
berpengaruh negatif terhadap niat untuk berpindah pekerjaan
H3 :
Persepsi dukungan organisasi berpengaruh negatif
terahadap niat
untuk berpindah pekerjaan.
2.7.4
Pengaruh Penghargaan Organisasi Terhadap Niat untuk
Berpindah Pekerjaan
Menurut Handoko dalam Andini (2006), Menyatakan bahwa salah
satu tujuan –tujuan administrasi kompensasi dalam hal ini penghargaan dan
penggajian adalah untuk mempertahankan karyawan yang ada, bila
kompensasi tidak kompetitif dan tidak memenuhi prinsip keadilan, maka akan
berimplikasi banyaknya karyawan yang baik akan keluar.
H4:
Penghargaan Organisasi berpengaruh negatif terhadap niat untuk
Berpindah Pekerjaan.
2.7.5
Pengaruh Stres Kerja Terhadap Niat Untuk Berpindah
Pekerjaan
Dalam teori menurut Robbins (2006) akibat stres yang dikaitkan
dengan perilaku mencakup perubahan dalam produktivitas, turnover
karyawan tinggi, tingkat absensi yang tinggi dan kecelakan kerja. Sedangkan,
43
menurut Cox (Gibson dalam Manurung: 2012) yang mengidentifikasi 5 jenis
konsekuensi dampak stress yang potensial. Salah satunya berdampak jelas
pada organisai adalah keabsenan, pergantian karyawan (trunover) yang
tinggi, rendahnya produktivitas, keterasingan dari rekan sekerja, ketidak
puasan kerja, menurunnya keikatan dan kesetian pada organisasi. (Leontaridi
dan Ward dalam Manurung: 2012) menemukan adanya hubungan yang
bsignifikan antara tingkat stres dan keinginan karyawan untuk berhenti.
Tingginya tinggkat stress juga mempengaruhi tingginya tingkat turnover
karywan (Kanavanagh et al., dalam Manurung: 2012) stres kerja berhubungan
positif dengan keputusan karywan untuk meninggalkan perusahaan.
Banyaknya stres mempunyai hubungan positif yang signifikan terhadap
turnover intention (Layne et al., dalam Manurung: 2012).
Pernyataan hipotesis kelima bahwa stres kerja berpengaruh positif
terhadap turnover intenstion karyawan diterima. Hal tersebut ditunjukan dari
hasil perhitungan (terlampir) uji t, terlihat t hitung untuk variabel stres kerja
2,168 dengan probabilitas sebesar 0,033. Dengan menggunakan taraf
signifikansi 5% diperoleh nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, artinya H1
diterima dan Ho ditolak. Berarti variabel stress kerja memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap turnover intention karyawan. Hal ini diperkuat
dengan penelitian Manurung (2012) menemukan bahwa stres kerja
berpengaruh positif terhadap niat untuk berpindah pekerjaan .
H5 :
Stres Kerja berprngaruh Positif yang Signifikan terhadap Niat untuk
Berpindah Pekerjaan.
44
Untuk lebih jelasnya dapat disajikan mengenai rerangka konseptual
yaitu sebagai berikut :
Penghargaan
Organisasi (X1)
H1
Persepsi Dukungan
Organisasi (Y1)
H4
H3
H2
Stres Kerja (X2)
Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran
Niat Untuk Berpindah
Pekerjaan (Y2)
H5
Download