BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan ilmu ekonomi yang banyak diterapkan pada banyak perusahaaan, yang memegang peranan penting dan mutlak yang harus dijalankan oleh perusahaan. Hal ini disebabkan pemasaran memegang faktor penting kemajuan suatu perusahaan. Pengertian pemasaran dalam Kotler & Keller (2009) pemasaran adalah ”proses sosial dan manajerial di mana pribadi atau organisasi memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain.” Dan menurut American Marketing Association dalam Kotler & Keller (2009) pemasaran adalah “suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan, dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingan.” Hal-hal pokok dalam definisi tersebut adalah: a. Adanya perencanaan dan eksekusi di lapangan. b. Adanya tahap-tahap yang dirumuskan menunjukan bahwa seluruh bagian harus duduk bersama-sama, merumuskan produk, dan memasarkannya. 9 c. Melibatkan produk, harga, promosi, dan distribusi. Keempat variabel ini dalam pemasaran disebut bauran pemasaran (marketing mix) atau disebut 4P (Price, Produk, Place, and Promotion). d. Adanya barang yang dipertukarkan, di mana tidak selalu berupa barang berwujud yang dapat dipegang (tangible goods), tetapi benda-benda yang tidak berwujud (intangible goods). 2.2 Manajemen Pemasaran Pengertian manajemen pemasaran menurut Kotler and Keller (2009) adalah “Seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.” Melakukan manajemen pemasaran terjadi ketika setidaknya satu pihak dalam sebuah pertukaran potensial berfikir tentang cara-cara untuk mencapai respons yang yang diinginkan oleh pihak lain. Karenanya kita memandang manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran untuk meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan. Dengan berbagai cara seperti menciptakan, menghantarkan, dan mengkomunikasikan pelanggan yang unggul. 10 nilai 2.3 Konsep Pemasaran Menurut Kotler and Keller (2009) konsep pemasaran adalah ”Sebagai kunci untuk mencapai tujuan organisasi dengan lebih efektif daripada pesaing dalam menciptakan, menghantarkan, dan mengomunikasikan nilai pelanggan yang lebih baik kepada pasar sasaran yang dipilih.” Dalam manajemen pemasaran diperlukan konsep-konsep untuk mencapai tujuan organisasi yang terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang diharapkan secara lebih efektif dan efisien dibanding para pesaing. Konsep-konsep pemasaran diterapkan dengan berbagai cara: Temukan keinginan pasar dan penuhilah. a. Buatlah apa yang dapat dijual dan jangan berusaha menjual apa yang dapat dibuat. b. Cintailah pelanggan, bukan produk anda. c. Lakukanlah menurut cara anda. d. Andalah yang menentukan. e. Melakukan segalanya dalam batas kemampuan untuk menghargai uang pelanggan yang sarat dengan nilai, mutu, dan kepuasan. Konsep-konsep yang telah dibuat menjadi landasan dalam manajemen pemasaran untuk melakukan strategi pemasaran guna mencapai tujuan perusahaan. 11 2.4 Strategi Pemasaran Menurut Kotler and Keller (2009) Strategi pemasaran dibuat berdasarkan STP, yaitu segmentasi, target, dan posisi perusahaan. Perusahaan menemukan beragam kebutuhan dan kelompok dalam pasar, membidik mana yang dapat dipenuhi oleh perusahaan secara superior. Dalam strategi pemasaran, ada tiga faktor utama yang menyebabkan terjadinya perubahan strategi dalam pemasaran yaitu: a. Daur Hidup Produk Strategi harus disesuaikan dengan tahap-tahap daur hidup produk, yaitu tahap perkenalan, tahap pertumbuhan, tahap kedewasaan, dan tahap kemunduran. b. Posisi Persaingan Perusahaan Strategi pemasaran harus disesuaikan dengan posisi perusahaan dalam persaingan, apakah memimpin, menantang, mengikuti, atau hanya mengambil sebagian kecil dari pasar. c. Situasi Ekonomi Strategi pemasaran harus disesuaikan dengan situasi ekonomi dan pandangan kedepan, apakah ekonomi berada dalam situasi makmur atau inflasi tinggi. Strategi pemasaran yang tepat tergantung pada daya tarik relatif industri dan kekuatan kompetitif perusahaan. Ada berbagai macam strategi pemasaran diantaranya adalah: 12 a) Merangsang kebutuhan primer dengan menambah jumlah pemakai dan meningkatkan jumlah pembeli. b) Merangsang kebutuhan selektif dengan mempertahankan pelanggan yang ada, memelihara kepuasan pelanggan, mempermudah proses pembelian, mengurangi daya tarik, atau jelang untuk untuk beralih merek. c) Merangsang kebutuhan selektif dengan menjaring pelanggan baru. 2.5 Bauran Pemasaran (marketing mix) Setiap perusahaan selalu berusaha untuk dapat tetap hidup, berkembang, dan mampu bersaing. Dalam rangka inilah, setiap perusahaan selalu menerapkan strategi yang tepat dalam pelaksanaan kegiatan pemasarannya. Salah satu strategi yang dapat digunakan perusahaan adalah pemodelan bauran pemasaran (marketing mix) untuk mencapai sasaran perusahaan. Adapun pengertian pemodelan bauran pemasaran atau marketing mix, menurut Kotler and Keller (2009) adalah ”menganalisis data dari berbagai sumber, seperti pemindai pengecer (distribusi), data pengiriman perusahaan (produk), penetapan harga, dan data belanja promosi untuk memahami pengaruh kegiatan pemasaran tertentu secara lebih tepat.” Marketing mix merupakan bagian dari strategi pemasaran, variabelvariabel yang terdapat dalam marketing mix terdiri dari empat variabel, diantaranya produk, harga, distibusi, dan promosi. Keempat variabel tersebut saling mempengaruhi dan setiap pelaksanaan marketing mix dalam suatu 13 perusahaan harus dilaksanakan dalam keadaan yang seimbang antara masingmasing variabel. Semua kegiatan pemasaran harus berusaha untuk memadukan kombinasi dari marketing mix, sehingga semuanya penting sebagai satu kesatuan strategi yang utuh untuk mencapai tujuan perusahaan. a) Produk produk merupakan unsur terpenting dan utama dari bauran pemasaran, karena tanpa adanya produk maka proses pertukaran tidak akan terjadi. Produk merupakan hal yang sangat luas karena mencakup benda yang terlihat secara fisik maupun tidak terlihat secara fisik. Dapat disimpulkan bahwa konsumen ketika membeli tidak hanya berorientasi pada atribut fisik produk, melainkan mereka lebih berorientasi pada pencapaian laba yang besar, lebih memusatkan perhatian pada keinginan dan kepuasan konsumen. Suatu produk terdiri atas beberapa faktor yang tercakup didalamnya, meliputi: 1) Mutu Mutu merupakan titik perhatian konsumen dalam melakukan pemilihan terhadap suatu barang. Oleh karena itu, mutu produk merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian utama dari perusahaan atau produsen, mengingat mutu suatu produk, 14 berkaitan erat dengan masalah kepuasan konsumen yang merupakan tujuan dari kegiatan pemasaran yang dilakukan perusahaan. 2) Feature/Ciri Feature merupakan salah satu alat untuk membedakan produk perusahaan dari produk pesaingnya melalui pemberian nilai tambah pada produk sehingga dapat merubah produk menjadi lebih menarik, umumnya berupa pemberian kemasan dan warna pada produk. Untuk dapat menarik perhatian konsumen, perusahaan perlu menata penampilan produk sedemikan rupa. 3) Option/Pilihan Option merupakan tambahan yang dapat memberikan kanyamanan serta menambah daya tarik bagi konsumen, perusahaan perlu memberikan pilihan produk sehingga mereka dapat menentukan dan mengembangakan pilihan sesuai dengan selera mereka, dengan tetap mempercayakan produk tersebut sebagai produk kepuasannya. 4) Style/Ragam Style biasanya digunakan untuk barang-barang yang disukai konsumen dalam waktu tertentu atau barang-barang yang mengarah pada fasion, sedangkan model dari suatu produk akan berguna untuk membedakan mutu, ciri khas, pilihan, maupun ukuran dari suatu produk. 15 5) Merek Merek merupakan suatu tanda atau simbol yang memberikan identitas suatu barang atau jasa tertentu yang dapat berupa kata-kata, gambar, ataupun kombinasi dari keduanya. Para pembeli sering mengasumsikan merek dagang sebagai jaminan mutu yang dapat memberikan kepuasan kepada mereka, oleh karena itu mereka bersedia membayar lebih hanya untuk mendapatkan barang atau jasa dengan merek tertentu. Selain itu, beberapa orang merasa dirinya tergolong dalam suatu kelas sosial tertentu, hanya karena memiliki atau menggunakan barang atau jasa dengan merek tertentu. 6) Kemasan Kemasan dapat menjadi sarana pemasaran yang baik, karena kemasan yang baik dapat menciptakan nilai tambah yang menyenangkan konsumen dan mempunyai promosional bagi produsen, sedangkan faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam kemasan, yaitu apakah kemasan tersebut mudah pecah atau tidak dan jangan menggunakan kemasan yang terlalu besar dan harus bersifat efisiensi. 16 7) Ukuran Perusahaan dalam menentukan ukuran suatu produk didasari oleh keinginan pasar dan biasanya konsumen ditawarkan beberapa jenis pilihan ukuran produk yang disesuaikan dengan selera, situasi, dan kondisi pemakaian. 8) Pelayanan purna jual Pelayanan purna jual yang dilakukan oleh perusahaan setelah menjual produknya pada konsumen. Pelayanan dapat berupa perbaikan ataupun penyediaan suku cadang dari produk khusus untuk barang-barang industri, maupun pelayanan terhadap keluhan konsumen tentang produk yang dibelinya. 9) Jaminan Jaminan adalah tanggungan perusahaan yang bersangkutan terhadap kelainan-kelainan produk dari standar yang telah ditentukan, dengan catatan bahwa konsumen menggunakan sesuai dengan ketentuan penggunanya. Jaminan juga diberikan oleh perusahaan karena efek samping dari produk serta kelalaian perusahaan. Jaminan lebih banyak berlaku untuk barang-barang yang bersifat tahan lama, sedangkan untuk barang konsumsi dapat berupa jaminan ganti rugi kepada konsumen yang bersangkutan. 17 b) Harga Harga merupakan unsur kedua dari bauran pemasaran dan biasanya harga ditentukan dalam bentuk mata uang yang diguanakan dalam pertukaran. Penetapan harga dari suatu produk merupakan salah satu pertimbangan bagi konsumen untuk pengambilan keputusan membeli dari suatu produk. Dalam menentukan harga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah permintaan terhadap produk, biaya produksi, reaksi pesaing, dan target pangsa pasar. c) Distribusi Untuk memperlancar arus barang dan jasa yang mengalir dari produsen ke konsumen maka faktor saluran distribusi sangat penting untuk diperhatikan. Oleh karena itu barang dan jasa harus berada pada saat dan tempat yang dapat dijangkau oleh konsumen. d) Promosi Promosi merupakan suatu alat dalam pemasaran yang berguna bagi perusahaan dalam memperkenalkan maupun menyampaikan keunggulankeunggulan produknya kepada konsumen, oleh karena itu diperlukan kombinasi penggunaan variabel-variabel bauran promosi secara terpadu dalam menghadapi persaingan yang kompetitif, jadi promosi merupakan alat penunjang informasi yang digunakan perusahaan agar informasi dari produk 18 dapat sampai kepada pelanggan sasaran, dengan tempat yang benar dan harga yang tepat. 2.6 Pengertian Kepuasan (Satisfaction) Kepuasan pelanggan adalah pengalaman yang didasarkan pada penilaian yang didasarkan pada penilaian yang dibuat oleh pelanggan mengenai sejauh mana harapannya terhadap produk maupun jasa dapat diwujudkan (Homburg dan Bruhn, 1998). Penilaian tersebut didasarkan pada evaluasi dari persepsi oleh pelanggan yang berkaitan dengan pengalaman pembelian atau nilai yang dimilikinya yang memfasilitasi pencapaian tujuan pelanggan. Satisfaction (kepuasan) didefinisikan pula sebagai evaluasi secara menyeluruh terhadap produk atau peritel berdasarkan pengalaman– pengalaman sebelumnya (Anderson et al, 1994; fornell, 1992). Kepuasan pelanggan juga merupakan mind set yang dimiliki pelanggan tentang harapan mereka sepanjang mengkonsumsi produk atau jasa, kepuasan pelanggan yang tinggi menunjukan adanya pengalaman positif antara pelanggan dan provider.(Liao, N.N.H., dan Chiang, A.C.Y, 2005 dalam Yanu 2007) 19 Kottler (2003) mengemukakan bahwa apakah pembeli puas setelah melakukan pembelian, keadaan tersebut tergantung atas kinerja (performance) penawarannya dalam hubungannya dengan expectations pembeli. Secara umum satisfaction adalah suatu perasaan yang menyenangkan atau kekecewaan bagi orang sebagai hasil membandingkan antara kinerja produk atau service yang diterima, digunakan, dialami atau dirasakan (outcome) dalam hubungannya dengan expectations. Kotler (2002) mengidentifikasikan kepuasan pelanggan adalah ”Perasaan senang atau kecewa seseorang sebagai hasil dari perbandingan antara prestasi atau produk yang dirasakan dan yang diharapkan. Gambar 2.1 Konsep Kepuasan Pelanggan Kebutuhan dan Tujuan Perusahaan keinginan pelanggan Pengukuran kepuasan / ketidakpuasan yang hanya mengandalkan efek Produk Harapan pelanggan kognisi (the expectancy discofnfirmation model) sudah tidak memadai. Oleh terhadap produk karena itu diperlukan faktor afeksi. Hal ini dapat dilihat pada beberapa Nilai produk bagi penelitian belakangan ini yang mana selain memasukan disconfirmation-ofpelanggan Tingkat Kepuasan expectations dalam model kepuasan, juga memasukan afeksi (Westbrook, Pelanggan 1987; Oliver, 1997). Hal ini memperlihatkan bahwa peranan afeksi semakin Sumber : Rangkuti (2002) 20 Dalam studi Westbrook (1987) tersebut juga dijelaskan bahwa kepuasan ditentukan langsung dan independen oleh disconfirmation dan affective. Kepuasan pelanggan adalah eveluasi pasca konsumsi yang melibatkan faktor kognisi dan afeksi (Oliver, 1981, 1997; Szymanski dan Henard, 2001), hasil dari evaluasi ini diperoleh dari perbandingan antara harapan sebelum mengkonsumsi dan kenyataan yang didapat setelang mengkonsumsi. Jika kinerja produkatau jasa secara tepat memenuhi harapan maka akan terjadi konfirmasi, jika kinerja produk atau jasa dibawah tingkat ekspektasi maka kepuasan akan turun, begitu juga sebaliknya. (Oliver, 1980) Beberapa peneliti menilai bahwa kepuasan secara keseluruhan merupakan faktor yang utama dari persepsi tentang kualitas pelayanan. Dibandingkan dengan kepuasan dari perspektif transaksi tertentu, kepuasan pelanggan secara keseluruhan, lebih merefleksikan impresi pelanggan terhadap kualitas pelayanan dan kinerja perusahaan. Sehingga, overall satisfaction, lebih tepat dijadikan sebagai prediktor untuk loyalitas. Dari definisi-definisi tentang kepuasan terdapat sebuah konvergensi, dimana kepuasan adalah sebuah bentuk perasaan pelanggan terhadap jasa atau produk yang diberikan oleh perusahaan, dimana produk atau jasa yang diterimanya telah sesuai dengan harapan. 21 2.7 Pengertian Word Of Mouth (WOM) Definisi WOM menurut word of mouth marketing association (WOMMA) adalah usaha pemasaran yang memicu konsumen untuk membicarakan, mempromosikan, merekomendasikan, dan menjual produk / merek kita kepada pelanggan lain (Majalah MIX 2007), sedangkan menurut Renald Kasali mengartikan word of mouth sebagai suatu hal yang dibicarakan banyak orang. Pembicaraan terjadi dikarenakan adanya kontroversi yang membedakan dengan hal-hal biasa dan normal dilihat orang. (Rhenald Kasali 2003) Wesbrook (dikutip dari Grenler et.al., 2000) mengemukakan bahwa WOM communication adalah komunikasi informal yang langsung diberikan pada konsumen lain berkenaan dengan kepemilikan, cara pemakaian kata-kata atau pada saat sekarang ini telah diperhatikan kembali dalam literatur pemasaran (Anderson; Gilly et.al.; Money, Gilly, dan Graham dikutip dari Gremler et.al. 2000). Menurut Putri dalam tesisnya (Putri, 2007), ada beberapa cara yang dapat digunakan oleh pemasar dalam mengelola aktivitas buzz marketing ini antara lain : 1. Conversation tracking, yaitu memonitor pembicaraan yang berkaitan dengan suatu merek, baik pembicaraan offline maupun online. 2. Menciptakan komunitas dengan ketertarikan atau bidang yang sama 22 3. Program brand advocacy, yaitu memilih pelanggan yang loyal untuk bertindak mewakili brand tersebut 4. Memberikan pelayanan yang superior, sehingga menciptakan kepuasan pelanggan 5. Blog marketing, yaitu mengelola blog perusahaan ataupunterkait dengan produk dan berhubungan dengan orang lain melalui blog 6. Influencer marketing, yaitu mengidentifikasi siapa saja yang besar pengaruhnya dalam sebuah sosial network, dan bekerjasama dengan mereka Beberapa pemasar menekankan kepada dua bentuk khusus berita dari mulut ke mulut pemasaran buzz dan viral. Pemasaran buzz (gosip/perbincangan) menghasilkan ketertarikan, menciptakan publisitas, dan mengekspresikan Landasan teori putri tersebut di pertegas oleh Prasetyo dan Ihalauw (2004) mengemukakan pendapatnya bahwa komunikasi informal tentang produk atau jasa berbeda denagn komunikasi formal karena dalam komunikasi informal pengirim tidak berbicara dalam kapasitas seorang professional atau komunikator komersil, tetapi cenderung sebagai teman. Komunikasi ini disebut juga komunikasi dari mulut ke mulut atau gethok tular (word of mouth communication) yang cenderung lebih persuasif karena pengirim pesan tidak 23 mempunyai kepentingan sama sekali atas tindakan si penerima (komunikan) setelah itu. Kottler (2009) mengemukakan bahwa WOM merupakan informasi relevan baru yang berhubungan dengan merek melalui sarana yang tak terduga atau bahkan mengejutkan. Pemasaran viral (menular seperti virus) adalah bentuk lain berita dari mulut ke mulut, atau ”berita dari satu klik mouse ke klik berikutnya (word of mouse). Alasan word of mouth berkembang Ada beberapa alas an signifikan yang perlu disadari oleh para pemasar. Sumardy (2007) yaitu : a. The growth of consumers Konsumen semakin memiliki kekuatan yang luar biasa disbanding satu decade yang lalu. Dengan semakin banyaknya media elektronik, cetak, internet dan media bergerak (mobile phone) membuat konsumen dengan mudah mencari semua informasi tentang sebuah produk atau merek. Di sisi lain, konsumen juga semakin mudah mengutarakan kesalahan, opini dan complain kepada masyarakat umum melalui berbagai media. Hai ini mengakibatkan para pemilik merek atau produk tidak dapat lagi menutup segala informasi yang bersifat negative dan juga tidak dengan mudah mengakali pelanggan. 24 b. Cluttered media Tidak hanya di dunia, di Indonesia juga terjadi timbulnya pertumbuhan baik stasion televisi nasional dan local termasuk juga media cetak seperti majalah dan surat kabar. Dengan semakin banyaknya media tersebut, pemasar menjadi semakin kesulitan untuk menentukan media mana yang lebih efektif dan pelanggan juga semakin kesulitan untuk menemukan sumber informasi yang relevan. Hal tersebut memberikan peranan bagi word of mouth untuk mengambil alih peranan iklan c. Pressure to marketing accountability Dalam lima tahun terakhir, semakin banyak perusahaan yang menagih pertanggung jawaban bagian pemasaran dalam hal alokasi dan efektifitas anggaran. Mulai muncul berbagai pengukuran seperti return on marketing investment (ROMI) yang mempertanyakan efektifitas iklan dan program komunikasi lainnya. Pemegang saham dan pemilik perusahaan berusaha untuk mengurangi anggaran yang dirasakan sulit untuk diukur. 2.7.1 Klasifikasi Word Of Mouth a. Sales person Pelaksanaan personal selling (penjualan tatap muka) berada ditangan para wiraniaga sering disebut dengan kewiraniagaan (salesmanship) Penjualan tatap muka adalah satu-satunya alat promosi yang digunakan untuk berkomunikasi dengan konsumen potensial secara langsung. 25 Atrinya, penjualan tatap muka merupakan aktifitas komunikasi antara produsen yang diwakili oleh tenaga potensial yang melibatkan pikiran dan emosi, serta tentu saja berhadapan langsung dengan konsumen. Oleh karena berhadapan langsung dengan konsumen potensial, penjualan tatap muka mempunyai kelebihan dibandingkan dengan alat promosi lainnya. Jika pemasar ingin menggunakan penjualan tatap muka perlu diperhatikan beberapa factor yang mempengaruhi keberhasilan penjual tatap muka. Setiadi (2005) yaitu : 1. Sumber daya perusahaan, tujuan dan strategi pesaran 2. Karakteristik pasar sasaran 3. Karakteristik produk 4. Kebijakan saluran distribusi 5. Kebijakan harga b. Telemarketer Word of mouth juga terdapat dalam kegiatan telemarketing. Peran seorang telemarketer sangat penting dalam proses penjualan dengan pembeli secara cepat, khususnya dalam hubungan baik dengan para pelanggannya. 26 c. Opinion leader Pengaruh word of mouth di dalam perilaku konsumen erat sekali dengan konsep opinion leader adalah individu yang memegang peranan penting pada komunikasi dari mulut ke mulut di dalam memberikan informasi produk, anjuran, atau pengalaman pribadinya kepada individu lain. Dari definisi beberapa ahli maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa opinion leader adalah individu yang lebih cenderung mempengaruhi individu yang lain melalui komunikasi dari mulut ke mulut yang memegang peranan penting didalam memberikan informasi produk, anjuran, atau pengalaman pribadinya. Terdapat tiga peran kunci yang dimainkan oleh Opinion leader yaitu : 1. Authority figure Yaitu opinion leader yang memberikan informasi, anjuran atau pengalaman pribadinya untuk membantu konsumen dalam memuaskan keinginannya. Orang-orang yang terlibat disini adalah keluarga, teman, relasi. 2. Trend setter Yaitu opinion leader yang pengalaman pribadinya di ikuti oleh orang lain. Mereka mempunyai gaya hidup yang menarik untuk ditiru, tetapi tidak peduli apakah orang lain akan mengikuti gaya hidup mereka. 27 3. Local opinion leader Yaitu individu yang berada dalam kelompok referensi positif, memberikan anjuran dan pengalaman pribadi tentang produk mana yang sebaiknya dipilih. Kredibilitas mereka berdasarkan kenyataan bahwa mereka tahu pilihan yang tepat untuk menjadi anggota kelompok yang baik. 2.7.2 Karakteristik Word of mouth marketing Andy sernovitz (2006) merumuskan ada 5 (lima) T yang harus diperhatikan saat melakukan kampanye WOM. Kelima hal tersebut adalah : a. Talker, adalah orang-orang yang akan menjadi perantara membicarakan produk anda. Talker bisa jadi pelanggan anda, para pehobi atau profesional yang mempunyai pengetahuan yang luas di bidangnnya. b. Topic, yaitu hal-hal apa yang bisa dibicarakan tentang produk anda. Topik ini seharusnya sesuatu yang sederhana, dan yang memang berasal dari produk itu sendiri. Dalam WOM marketing kejujuran merupakan hal yang sangat mutlak, kalau tidak maka kredibilitas produk anda dipertanyakan. 28 c. Tools, ialah berbicara tentang segala perlengkapan yang seharusnya disiapkan agar memudahkan konsumen melakukan word of mouth. Misalnya membuat link send – to – friend disetiap halaman web site. d. Talking part, menjelaskan bagaimana seharusnya anda terlibat dalam proses ini. Disarankan perusahaan anda mempunyai blog korporat karena dengan adanya blog korporat konsumen merasa lebih dekat dengan perusahaan kita dan juga apabila ada pemberitaan negatif, kita dapat memberikan respon secepatnya dan selesaikan masalah. e. Tracking, merupakan suatu elemen yang memudahkan perusahaan anda untuk mengetahui siapa yang menjadi talker anda, topik apa yang menjadi WOM, dan mengetahui apakah Tools yang anda siapkan bekerja dengan baik, Talking part dari anda dan perusahaan sudah maksimal apa belum. Satu hal yang menarik dari tracking yaitu menghitung Return on Investment (ROI) dari investasi WOM marketing. 2.7.3 Strategi Word of mouth marketing Strategi word of mouth marketing pada dasarnya akan tercipta apabila produk atau jasa yang kita tawarkan memberikan keputusan kepada konsumen. 29 Emmanuel Rossen (2000) menyatakan bahwa ada 6 (enam) unsur yang harus dimiliki suatu produk untuk bisa menghasilkan word of mouth secara positif dan terus menerus : 1. Produk tersebut harus mampu membangkitkan tanggapan emosional 2. Produk dan merek tersebut harus mampu memberikan efek sesuatu yang delight atau excitement. Berarti produk tersebut harus mampu memberikan sesuatu melebihi dari ekspetasi konsumen. 3. Produk tersebut harus mampu mempunyai sesuatu yang dapat mengiklankan dirinya sendiri atau memberikan inspirasi seseorang untuk menanyakan hal tersebut. 4. Suatu produk menjadi lebih powerfull bila penggunanya lebih banyak. 5. Produk tersebut harus kompatibel dengan produk lainnya, khususnya dapat di aplikasikan di produk yang mengandalkan teknologi. 6. Pengalaman konsumen menggunakan produk pertama kali. Sekali konsumen kecewa, mereka tidak akan menggunakan produk anda lagi dan mereka akan bertindak sebagai teroris. Jika Rossen melihat strategi word of mouth marketing dari perspektif produknya, maka Andy Sernovitz (2006) melihat dari perspektif perusahaannya. Menurutnya ada 4 (empat) hal yang mesti diawasi untuk membuat orang lain mau membicarakan produk anda. 30 1. Jadilah perusahaan yang menarik, orang tidak akan membicarakan perusahaan yang umum dan sama, akan tetapi orang akan lebih tertarik untuk menceritakan perusahaan yg berbeda dengan yang lain. 2. Perusahan harus mampu membuat pelanggannya berbahagia, misalnya pada ulang tahun ke 100 Harley Davidson, beratus-ratus orang berkendaraan bersama untuk memperingati kejadian besar itu dana acara itu semua orang bahagia. 3. Perusahaan harus mendapat kepercayaan dan rasa hormat dari pelanggan kita. Tanpa adanya kepercayaan, orang enggan merekomendasikan perusahaan anda karena ini akan membahayakan citra harga dirinya. 4. Perusahaan harus mampu membuat mudah bagi orang lain untuk membicarakan produk kita. 2.8 Perilaku Konsumen Pengertian perilaku konsumen menurut Kotler& Keller(2009) adalah ”studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.” Menurut pendapat James F.engel (2002) adalah sebagai berikut ”Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh, menggunakan barang dan jasa termasuk pengambilan keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan tersebut.” 31 Sedangkan pengertian perilaku konsumen menurut Dr.Ir. Ujang Sumarwan (2002) adalah sebagai berikut ”Semua kegiatan, tindakan serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan diatas atau kegiatan mengevaluasi.” Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan individu, kelompok, atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Faktor-faktor yang mempangaruhi perilaku konsumen adalah: a) Budaya Faktor-faktor budaya memberikan pengaruhnya paling luas pada keinginan dan perilaku konsumen. Budaya(culture) adalah penyebab paling mendasar teori keinginan dan perilaku seseorang. b) Subbudaya Setiap kebudayaan mengandung sub kebudayaan yang lebih kecil, atau sekelompok orang yang mempunyai sistem nilai yang sama berdasarkan pengalaman dan situasi kehidupan yang sama. Sub kebudayaan meliputi: kewarganegaraan, agama, ras, dan daerah geografis. 32 c) Kelas sosial Hampir setiap masyarakat memiliki beberapa bentuk struktur kelas sosial. Kelas-kelas sosial adalah bagian-bagian masyarakat yang relatif permanen dan terusun rapi yang anggota-anggotanya mempunyai nilainilai kepentingan dan perilaku yang sama. Perilaku konsumen juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti kelompok kecil keluar, aturan, dan status sosial konsumen. Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat. Keputusan orang ingin membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur, tahap siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, kepribadian, dan konsep diri. Selain dari beberapa faktor diatas, perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis seseorang, yang meliputi motivasi, persepsi, pengetahuan, keyakinan, dan sikap. d) Faktor pribadi Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik atau ciri-ciri pribadi seperti umur, siklus hidup keluarga, gaya hidup dan keadaan ekonomi seseorang. Konsumen melakukan pilihan terhadap suatu produk dipengaruhi oleh keadaan ekonomi konsumen tersebut. 33 2.8.1 Jenis perilaku pembelian Menurut Assael dalam Kottler (2000), ”Assael membedakan 4 jenis perilaku pembelian konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat diferensiasi merek, yakni : a) Perilaku pembelian yang rumit Perilaku pembelian yang rumit terdiri dari proses 3 langkah; Pertama, pembeli mengembangkan keyakinan tentang produk tersebut Kedua, ia membangun pendirian tentang produk tersebut. Ketiga, ia membuat pilihan pembelian yang cermat. b) Perilaku pembelian pengurangan disonansi Dalam hal ini, komunikasi pemasaran haruslah mengarah untuk menyediakan kepercayaan dan evaluasi yang akan membantu konsumen tersebut merasa puas atas pilihan mereknya. c) Perilaku pembelian karena kebiasaan Banyak produk yang dibeli dibawah tingkat keterlibatan yang rendah dan tidak terdapat perbedaan yang jelas antara merek-merek yang ada. Bila mereka membeli produk yang sama, ini timbul karena kebiasaan dan bukan karena kesetiaan terhadap merek. 34 d) Perilaku pembelian yang mencari variasi Dalam situasi ini, konsumen sering melakukan perpindahan merek. Konsumen mengambil merek lain mungkin karena bosan atau ingin mencari rasa yang berbeda. 2.9 Keputusan Pembelian Menurut Kotler and Keller (2009) Keputusan pembelian jika dilihat dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi antar merek dalam kumpulan pilihan dan konsumen mungkin juga membentuk maksud untuk membeli merek yang paling disukai. Pengambilan keputusan oleh konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk diawali oleh adanya kesadaran atas pemenuhan kebutuhan dan keinginan, yang sering disebut sebagai tahap menyadari adanya masalah (problem recognition). Selanjutnya adalah proses pencarian informasi, yang dilakukan dengan mengumpulkan semua informasi yang berhubungan dengan produk yang diinginkan. Dari berbagai informasi yang diperoleh, konsumen kemudian melakukan seleksi atas alternatif-alternatif yang tersedia. Tahap ini disebut sebagai tahap evaluasi informasi. Kalau ada dua atau lebih alternative dan konsumen harus memilih salah satu dari alternative yang ada, maka pemilihan tersebut tidak lain adalah proses pengambilan keputusan (decision making process). Oleh karena itu, mempelajari konsumen akan memberikan petunjuk bagi pengembangan 35 produk baru, keistimewaan produk, harga, saluran pemasaran, pesan iklan dan elemen bauran pemasaran lainnya Keputusan pembelian dipengaruhi oleh banyak faktor yang berbeda untuk setiap individu. Faktor tersebut adalah kebudayaan, kelas sosial, kelompok referensi kecil, keluarga, pengalaman, kepribadian, sikap, kepercayaan dan konsep diri. Keinginan untuk membeli timbul setelah konsumen merasa tertarik dan ingin membeli produk yang dilihatnya (Howard dan Shay 1998) 2.9.1 Pengambilan keputusan pembelian Sebelum menunjukan suatu ringkasan bagaimana para konsumen mengambil suatu keputusan. Kita akan mempertimbangkan beberapa pemikiran yang melukiskan pengambilan keputusan konsumen dengan caracara yang sangat berbeda. Istilah model-model konsumen mangacu pada suatu pandangan atau perspektif umum terhadap bagaimana dan mengapa masingmasing individu berperilaku demikian, hal ini ditegaskan oleh Leslie Lazar Kamak dan Leon G. Schiffman (2000) 36 Secara spesifik kita akan mengamati model-model konsumen dalam empat item berikut ini : 1. Pandangan ekonomis Dalam pandangan teoritis ekonomis, dimana menggambarkan suatu dunia koompetisi yang sempurna, para konsumen dikarakteristikan sebagai pembuat keputusan-keputusan yang rasional dalam makna ekonomis, seorang konsumen akan : a. Menyadari keseluruhan alternative produk yang ada b. Mampu untuk menentukan pilihan rangking secara tepat, tiap-tiap alternative dalam kaitannya dengan manfaat-manfaat dan kerugian-kerugiannya, serta mampu untuk menentukan pilihan alternative yang terbaik. 2. Pandangan pasif Kebalikan dari pandangan ekonomis rasional adalah pandangan pasif yang menggambarkan para konsumen pada dasarnya menyerah pada minat pelayanan dan upaya promosional dari para marketer. Dalam pandangan pasif tersebut para konsumen dianggap sebagai pembeli implusif dan irasional yang mejadi sasaran dan usaha dari para marketer paling tidak pada beberapa tingkatan, model pasif konsumen ini dimanfaatkan oleh 37 orang-orang super sales yang dilatih untuk memperlakukan para konsumen sebagai suatu objek untuk dimanipulasi 3. Pandangan kognitif Model ketiga menggambarkan konsumen sebagai penyelesaian masalah yang berfikir. Dalam kerangka pengertian ini konsumen kerap kali digambarkan baik menerima secara pasif maupun aktif mencari produk dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan dan semakin memperkaya kehidupan mereka. Model kognitif ini berfokus pada proses dimana konsumen mencari dan mengevaluasi informasi tentang merek-merek serta outlet-outlet yang dipilih. 4. Pandangan emosional Merefleksikan sifat pembelian-pembelian kita saat ini, mungkin kita terkejut menyadari bagaimana implusifnya kita pada beberapa pembelian tersebut. Dibandingkan dengan pencarian dengan yang diteliti serta mengevaluasi sebelum membeli, kita cenderung lebih banyak membeli berdasarkan implusive atau terdorong atau dikendalikan emosi. Menurut prof. J. Supranto (2007) Pembuatan keputusan yang ekstensif biasanya melibatkan sejumlah perilaku pencarian yang subtansial untuk mengenali alternatif pilihan dan mempelajari criteria pilihan yang tepat dengan mana evaluasi dilakukan 38 Pembuatan keputusan ekstensif juga meliputi beberapa keputusan pilihan, kognitif yang substansial dan upaya perilaku, memerlukan waktu yang lama. 2.9.2 Tahap-tahap proses pengambilan keputusan Para konsumen melewati lima tahap : pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternative, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian (kotler, 2005). Model dalam gambar 2.2 dibawah menunjukan bahwa para konsumen harus melauli seluruh lima urutan tahapan ketika membeli produk. Namun, tidak selalu begitu. Para konsumen dapat melewati atau membalik beberapa tahap. Penjelasan dari tahap-tahap tersebut yaitu : Gambar 2.2 Proses Pembelian Konsumen Model Lima Tahap Pengenalan Pencarian Evaluasi Keputusan Perilaku masalah Informasi alternatif Pembelian Pasca pembelian Sumber : (Kotler, 2005) a. Pengenalan kebutuhan atau masalah Proses pembelian dimulai ketika pembeli ketika pembeli mengenali suatu masalah atau kebutuhan, kebutuhan tersebut dapat dicetuskan olah 39 rangsangan internal atau eksternal. Para pemasar perlu mengidentifikasikan keadaan yang memicu kebutuhan tertentu. Dengan mengumpulakn informasi dari sejumlah konsumen, para pemasar dapat mengidentifikasikan rangsangan yang paling sering membangkitkan minat akan kategori produk tertentu. Para pemasar kemudian dapat menyususn strategi yang mampu memicu minat konsumen b. Pencarian informasi Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Rangsangan tersebut dapat dibagi dalam dua level.situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan penguatan perhatian. Pada level itu orang hanya sekedar lebih peka terhadap informasi produk. Pada level selanjutnya, orang itu mungkin masuk ke pencarian informasi secara aktif. Mencari bahan bacaan, menelepon teman, dan mengunjungi took untuk mempelajari produk tertentu, yang menjadi perhatian utama pemasar adalah sumber-sumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh relative tiap sumber tersebut terhadap keputusan pembelian selanjutnya. Sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam empat kelompok yaitu : 40 1) Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan. 2) Sumber komersial : iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan ditoko 3) Sumber publik : media massa, organisasi penentu peringkat konsumen 4) Sumber pengalaman : penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk c. Pencarian alternatif Bagaimana konsumen mengolah informasi merek yang bersaing dan membuat penilaian akhir. Tidak ada proses evaluasi tunggal yang sederhana yang digunakan oleh semua konsumen atau oleh satu konsumen dalam semua situasi pembelian. Terdapat beberapa proses evaluasi keputusan, dan model-model yang terbaru memandang proses evaluasi konsumen sebagai proses yang berorientasi kognitif. Yaitu, model tersebut menganggap konsumen membentuk pernilaian atas produk dengan sangat sadar dan rasional. d. Keputusan Pembelian Dalam tahap evaluasi, para konsumen membentuk prefensi atas merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan. Konsumen tersebut juga dapat membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai. 41 Namun, dua faktor berikut dapat berada di antara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain. Sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternative yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal yaitu intensitas sikap negative orang lain terhadap alternative yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. Semakin gencar sikap negative orang lain dan semakin dekat orang lain tersebut dengan konsumen, konsumen aka semakin mengubah niat pembeliannya. Keadaan sebaliknya juga berlaku pada prefensi pembeli terhadap merek tertentu akan meningkat jika orang yang ia sukai juga sangat menyukai merek yang sama. Pengaruh orang lain menjadi rumit jika beberapa orang yang dekat dengan pembeli memiliki pendapat yang saling berlawanan dan pembeli tersebut ingin menyenangkan mereka semua. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat muncul dan mengubah niat pembelian. Keputusan konsumen untuk memodifikasi, menunda, atau menghindari keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh resiko yang dipikirkan (perceived risk). Besarnya resiko yang dipikirkan berbeda-beda menurut besarnya uang yang dipertaruhkan, besarnya ketidakpastian atribut dan besarnya 42 kepercayaan diri konsumen.para konsumen mengembangkan rutinitas tertentu untuk mengurangi resiko, seperti penghindaran keputusan, pengumpulan informasi dan teman-teman, dan preferensi atas nama merek dalam negeri serta garansi. Para pemasar harus memahami faktor-faktor yang menimbulkan perasaan dalam diri konsumen akan adanya resiko dan memberikan informasi serta dukungan untuk mengurangi resiko yang dipikirkan itu. (Kotler : 2005) Dalam melaksanakan niat pembelian, konsumen tersebut dapat membuat lima sub keputusan pembelian : keputusan merek, keputusan penjual, keputusan kuantitas, keputusan waktu, dan keputusan metode pembayaran. Pembelian barang kebutuhan sehari-hari melibatkan libih sedikit keputusan dan lebih sedikit pertimbangan. 1) Keputusan Merek Para pembeli sering mengasumsikan merek dagang sebagai jaminan mutu yang dapat memberikan kepuasan kepada mereka, oleh karena itu mereka bersedia membayar lebih hanya untuk mendapatkan barang atau jasa dengan merek tertentu. Selain itu, beberapa orang merasa dirinya tergolong dalam suatu kelas sosial tertentu, hanya karena memiliki atau menggunakan barang atau jasa dengan merek tertentu. Dengan kata lain konsumen dapat mengambil keputusan untuk merek tertentu. 43 2) Penetapan Waktu (Mowen : 2002) waktu diakui sebagai variabel perilaku konsumen karena memaikan peran pada banyak bidang. Waktu merupaka suatu variabel situasional. Umumnya, karakteristik situasional waktu yang mempengaruhi konsumen adalah ketersediaan waktu tersebut. Berapa banyak waktu yang dimiliki konsumen untuk membeli suatu produk, dan konsumen juga dapat memutuskan akan kapan ia akan melakukan pembelian. 3) Penjual Yang dimaksud dengan keputusan tentang penjualan adalah konsumen dapat menentukan keputusan produk tersebut akan dibeli dimana dan informasi apa yang didapat dari penjual. 4) Kuantitas Keputusan tentang jumlah produk (kuantitas), konsumen dapat memutuskan akan seberapa banyak produk yang akan dibeli 5) Metode Pembayaran Keputusan konsumen tentang cara pembayaran yaitu dengan cara apa saja produk tersebut dapat dibeli apakah dengan tunai atau kredit. (Kotler, 1997) 44 e. Perilaku pasca pembelian Tugas dari pemasar tidak berakhir kepada produk yang dibeli. Setelah membeli suatu produk, seseorang akan memikirkan tentang keputusan tersebut. Ada waktu dimana konsumen tidak begitu yakin akan pembelian tersebut adalah bijaksana. Hal ini dinamakan cognitife dissonance (keditaksesuaian kognitif). Dalam mencoba menilai pembelanjaan tersebut, maka mencari fakta-fakta tambahan atau iklan-iklan untuk membuktikan bahwa tindakan membeli yang dia lakukan adalah benar. Cognitife consonance (kesesuaian kognitif) timbul pada saat konsumen tersebut mendapatkan kepuasan setelah pembelian yang dilakukannya. Setelah pembelian dari produk yang dipakai akan merasa puas atau tidak puas dan akan berlanjut dalam perilaku setelah pembelian tersebut itu puas atau tidak puas dengan pembelian. Jawaban tersebut adalah pada hubungan antara harapan pemakai dan persepsi kinerja dari produk. Jika produk tersebut tidak sampai atau sama dengan harapan dari pemakai akan merasa senang dana akan melakukan pembelian ulang. 2.9.3 Komunikasi WOM dan Keputusan Pembelian Pada Umumnya WOM dipandang lebih penting pada bidang jasa atau pelayanan. Pelayanan pada dasarnya bersifat experiential dan lebih sulit untuk mengevaluasinya sebelum terjadi transaksi pembelian. Karakteristik jasa 45 (tidak dapat diraba, heterogen, dan tidak dapat dipisahkan antara proses produksi dan konsumsi) memaksa konsumen untuk lebih menempatkan kepercayaan pada pendapat orang lain sebagai pertimbangan sebelum melakukan pembelian (Lovelock : 2001). Kemungkinan resiko yang diterima ketika mengkonsumsi jasa pada umumnya terlihat lebih tinggi jika dibandingkan dengan pembelian barang-barang (Rust et al 1996; Wirts and Chew 2002), sehingga konsumen lebih senang mengandalkan WOM untuk membuat keputusan pembelian. Dodds et al 1991, menyatakan bahwa rekomendasi dari seseorang pada proses pembelian sangatlah penting karena dapat mempengaruhi seseorang untuk jadi atau tidaknya proses pembelian. Komunikasi word of mouth mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perilaku pembelian, dan mempengaruhi penilaian jangka pendek atau jangka panjang (Bone 1995; Herr et al 1991). Terdapat penelitian yang mengungkapkan fakta bahwa word of mouth mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pilihan konsumen, terutama sekali pada bidang jasa dimana pengalaman setelah pembelian masih kurang (East, Hammond, Lomax dan Robinson, 2005). Keaveney (1995) dalam East et al (2005), telah meneliti bahwa setengah dari pengguna jasa adalah hasil dari word of mouth positif atau rekomendasi. Komunikasi word of mouth berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian telah dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Bansal dan Voyer (2000). 46 Kebanyakan proses komunikasi antar manusia adalah melalui mulut ke mulut. Setiap orang setiap hari berbicara dengan yang lainnya, saling tukar pikiran, saling tukar informasi, saling berkomentar dan proses komunikasi yang lainnya. Mungkin sebenarnya pengetahuan konsumen atas berbagai macam merek produk lebih banyak disebabkan adanya komunikasi dari mulut ke mulut Studi yang dilakukan oleh Katz dan Lazarsfeld menemukan bahwa komunikasi melalui Word Of Mouth adalah paling penting dalam mempengaruhi pembelian barang-barang konsumsi dan barang-barang peralatan rumah tangga. Semua orang dapat memberikan pengaruh kepada seseorang untuk melakukan pembelian melalui komunikasi, kepuasan konsumen merupakan gambaran dari pentingnya komunikasi dari mulut ke mulut bagi pemasar. Kepuasan konsumen mempengaruhi teman dan kerabat untuk membeli, sedangkan kekecewaan mengakibatkan keragu-raguan dalam melakukan keputusan pembelian. Dari pernyataan diatas bisa dikatakan bahwa Word Of Mouth penting dalam mempengaruhi keputusan pembelian suatu produk. 47