BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah laporan keuangan Rumah Zakat Infaq dan Shodaqoh Universitas Gadjah Mada telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45 dan 109. Analisis penerapan PSAK No 45 tentang organisasi nirlaba di Rumah Zakat, Infaq dan Shodaqoh Universitas Gadjah Mada menggunakan 25 standar. Hasilnya, dari 25 standar; 21 standar telah sesuai, 1 standar belum sepenuhnya diterapkan, 3 standar belum diatur dan tidak ada standar yang tidak sesuai. Standar yang belum sepenuhnya diterapkan adalah paragraf 12. Paragraf 12 menyatakan bahwa laporan posisi keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan, menyediakan informasi yang relevan mengenai likuiditas, fleksibilitas keuangan, dan hubungan antara aset dan kewajiban. Informasi tersebut umumnya disajikan dengan pengumpulan aset dan kewajiban yang memiliki karakteristik serupa dalam suatu kelompok yang relatif homogen. Sebagai contoh, organisasi biasanya melaporkan masing-masing unsur aset dalam kelompok yang homogen, seperti: a) kas dan setara kas; b) piutang pasien, pelajar, anggota, dan penerima jasa yang lain; c) persediaan; d) sewa, asuransi, dan jasa lainnya yang dibayar di muka e) surat berharga/efek dan investasi jangka panjang; f) tanah, gedung, peralatan, serta aset tetap lainnya yang digunakan untuk menghasilkan barang dan 68 jasa. Kas atau aset lain yang dibatasi penggunaanya oleh penyumbang harus disajikan terpisah dari kas atau aset lain yang tidak terikat penggunaannya. Laporan Posisi Keuangan Rumah ZIS UGM telah mencakup informasi aset dan kewajiban, hanya saja Rumah ZIS UGM belum memiliki catatan atas laporan keuangan. Sementara di Dompet Dhuafa Cabang Yogyakarta telah menyajikan laporan posisi keuangan meski belum membuat catatan atas laporan keuangan cabang. Namun, Dompet Dhuafa Cabang Yogyakarta memiliki catatan atas laporan keuangan yang dikonsolidasikan dengan pusat. R-ZIS UGM dan Dompet Dhuafa Cabang Yogyakarta belum membuat catatan atas laporan keuangan dikarenakan masih sederhananya transaksi yang ada dan organisasi yang masih kecil. Berbeda dengan Dompet Dhuafa Pusat yang lebih besar dan transaksi yang sangat kompleks. Tiga standar yang belum diatur adalah paragraf 16, 25 dan 28. Paragraf 16 menyebutkan bahwa pembatasan permanen terhadap; (1) aset, seperti tanah atau karya seni, yang disumbangkan untuk tujuan tertentu, untuk dirawat dan tidak untuk dijual, atau (2) aset yang disumbangkan untuk investasi yang mendatangkan pendapatan secara permanen dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aset bersih yang penggunaannya dibatasi secara permanen atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. Pembatasan permanen kelompok kedua tersebut berasal dari hibah atau wakaf dan warisan yang menjadi dana abadi (endowment). Rumah ZIS UGM belum pernah mengatur untuk transaksi seperti ini. Sampai saat ini Rumah ZIS UGM tidak memiliki aset yang dibatasi permanen atau aset yang disumbangkan untuk mendatangkan pendapatan. Sementara pada 69 Dompet Dhuafa Cabang Yogyakarta tidak memiliki dana atau aset yang dibatasi permanen, namun pada Dompet Dhuafa pusat terdapat aset yang dibatasi dan dikelola untuk menghasilkan pendapatan yang hasilnya akan diberikan kembali untuk Dompet Dhuafa. Paragraf 25 menyebutkan bahwa laporan aktivitas menyajikan keuntungan dan kerugian yang diakui dari investasi dan aset lain (atau kewajiban) sebagai penambah atau pengurang aset bersih tidak terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi. Rumah ZIS UGM sampai saat ini tidak memiliki keuntungan dan kerugian dari investasi dan aset lain. Hal ini sama dengan Dompet Dhuafa Cabang Yogyakarta yang tidak memiliki investasi maupun keuntungan dari pengelolaan aset. Sehingga belum ada kebijakan mengenai hal ini. Paragraf 28 menyebutkan bahwa laporan aktivitas menyajikan jumlah neto keuntungan dan kerugian yang berasal dari transaksi insidental atau peristiwa lain yang berada di luar pengendalian organisasi dan manajemen. Misalnya, keuntungan atau kerugian penjualan tanah dan gedung yang tidak digunakan lagi. Hal ini belum diatur di Rumah ZIS UGM dikarenakan belum ada transaksi seperti ini. Pada Dompet Dhuafa Cabang Yogyakarta juga belum pernah ada transaksi seperti ini, aset gedung kantor bukanlah milik Dompet Dhuafa, namun masih menyewa. Analisis penerapan PSAK No 109 tentang akuntansi zakat, infak dan sedekah di Rumah Zakat, Infaq dan Shodaqoh Universitas Gadjah Mada menggunakan 32 standar. Hasilnya, dari 32 standar di PSAK No. 109; 27 standar telah sesuai, 3 standar belum diatur, dan 1 standar tidak sesuai. 70 Dua standar yang belum diatur adalah paragraf 28, 30 dan 31. Paragraf 28 menyebutkan bahwa dana infak/sedekah sebelum disalurkan dapat dikelola dalam jangka waktu sementara untuk mendapatkan hasil yang optimal. Hasil dana pengelolaan diakui sebagai penambah dana infak/sedekah. Rumah ZIS UGM belum mengatur hal ini karena Rumah ZIS UGM tidak melakukan pengelolaan dana infak/sedekah sebelum disalurkan ke penerima. Begitu juga dengan Dompet Dhuafa Cabang Yogyakarta yang tidak melakukan pengelolaan dana infak/sedekah sebelum disalurkan. Paragraf 30 menyebutkan bahwa penyaluran infak/sedekah kepada amil lain merupakan penyaluran yang mengurangi dana infak/sedekah sepanjang amil tidak akan menerima kembali aset infak/sedekah yang disalurkan tersebut. Rumah ZIS UGM belum mengatur hal ini dikarenakan Rumah ZIS UGM belum pernah menyalurkan infak/sedekah kepada amil lain. Sama seperti R-ZIS UGM, Dompet Dhuafa Cabang Yogyakarta belum pernah menyalurkan infak/sedekah kepada amil lain. Paragraf 31 menyebutkan bahwa penyaluran infak/sedekah kepada penerima akhir dalam skema dana bergulir dicatat sebagai piutang infak/sedekah bergulir dan tidak mengurangi dana infak/sedekah. Rumah ZIS UGM belum menerapkan hal ini karena Rumah ZIS UGM tidak mengelola dana ZIS yang dihimpun. Sama seperti R-ZIS UGM, Dompet Dhuafa tidak mengelola dana ZIS sebelum disalurkan. 71 Satu standar yang tidak sesuai adalah paragraf 27. Paragraf 27 menyebutkan bahwa dalam hal amil menerima infak/sedekah dalam bentuk aset (nonkas) tidak lancar yang dikelola oleh amil, maka aset tersebut harus dinilai sesuai dengan PSAK yang relevan. Pada penerapannya menentukan nilai aset nonkas tidak lancar tidaklah mudah. Transaksi ini sangat jarang sekali, R-ZIS UGM dan Dompet Dhuafa Cabang Yogyakarta belum dapat menilai aset ini karena aset nonkas tidak lancar yang diterima digunakan untuk kegiatan operasional sehingga belum dinilai. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan Rumah Zakat, Infaq dan Shodaqoh Universitas Gadjah Mada sudah menerapkan PSAK No 45 dan 109 dengan baik, hanya satu standar yang belum sesuai dan satu standar belum sepenuhnya diterapkan. 5.2 Batasan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian yang disampaikan peneliti, yaitu: 1. Kesimpulan terbatas berdasarkan deskripsi data dan analisis penerapan PSAK No. 45 dan 109, sehingga tidak dapat menganalisis transaksi yang belum di atur di PSAK tersebut, misalnya wakaf. 2. Pembandingan hanya dari dua institusi, yaitu R-ZIS UGM dengan Dompet Dhuafa Cabang Yogyakarta. 72 5.3 Saran Peneliti memberikan rekomendasi kepada Rumah Zakat, Infaq dan Shodaqoh Universitas Gadjah Mada sebagai berikut: 1. Sebaiknya R-ZIS UGM terus memperbaharui dan mengikuti perkembangan PSAK No 109 untuk meningkatkan praktik akuntansi zakat, infak dan sedekah 2. Ke depan, sebaiknya R-ZIS UGM hendaknya melakukan pemeriksaan baik oleh auditor internal maupun auditor independen sebagai salah satu penerapan prinsip transparasi laporan keuangan. 73