BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen. Pemasaran tidak hanya dipandang sebagai suatu bagian melainkan terlibat dalam pengambilan keputusan manajemen jauh sebelum produk dirancang dan terlibat jauh setelah produk terjual. Pemasaran biasanya berkaitan dengan pengidentifikasian dan pemenuhan kebutuhan serta keinginan dari manusia. Namun, selaras dengan adanya perkembangan zaman dan teknologi, mengakibatkan semakin kompleksnya kebutuhan manusia tersebut, sehingga menimbulkan spesialisasi pada suatu bagian produksi yang menciptakan suatu produk. 2.1.1 Definisi Pemasaran Pemasaran menurut Philip Kottler (2007:6) adalah “Suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkaan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain”. Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya pemasaran bukan hanya kegiatan menjual barang maupun jasa tetapi juga meliputi kegiatan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan dengan berusaha mempengaruhi konsumen untuk bersedia membeli barang dan 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/ jasa perusahaan melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran produk yang bernilai. Hal ini sangat penting bagi manajer pemasaran untuk memahami tingkah laku konsumen tersebut. Sehingga perusahaan dapat mengembangkan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan secara lebih baik. Dengan mempelajari perilaku konsumen, manajer akan mengetahui kesempatan, mengidentifikasikan, serta menentukan segmentasi pasar secara tepat dan akurat. 2.1.2 Fungsi Pemasaran Pemasaran terdiri dari beberapa aktivitas yang saling berkaitan, masing masing aktifitas tersebut memiliki fungsi-fungsi yaitu: 1. Fungsi pertukaran, seperti membeli dan menjual, merupakan aktivitas untuk menyampaikan kebutuhan atau keinginan konsumen yang dimaksud. Konsumen mungkin melakukan pembelian produk untuk digunakan sendiri atau untuk dijual kembali pada proses selanjutnya. 2. Fungsi distribusi fisik, aktifitas yang meliputi pengangkutan dan penyimpanan barang, fungsi tersebut akan menempatkan produk pada tempat yang diinginkan oleh pelanggan. Metode pengangkutan produk dapat melalui darat, perairan, dan udara, yang dipilih berdasarkan karakteristik barang yang akan diangkut. Sedangkan penyimpanan barang dilakukan perusahaan agar dapat mendistribusikan produk yang dibutuhkan oleh para pelanggan, serta mengurangi resiko kekurangan barang pada kondisi tertentu, misalnya permintaan pelanggan yang tidak diduga atau produk musiman. 10 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 3. Fungsi perantara (fasilitator), aktifitas yang menghubungkan pelaksanaan fungsi distribusi fisik pada perusahaan. Ketiga aktifitas tersebut yaitu pembiayaan, mengurangi resiko, mencari informasi pasar, dan standarisasi serta penggolongan. 2.1.3 Tujuan Pemasaran Peter Drucker dalam Philip Kottler (2007:7) mendefinisikan tujuan pemasaran adalah sebagai berikut : “Mengetahui dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga produk dan jasa itu cocok dengan pelanggan dan selanjutnya menjual dirinya sendiri”. Tujuan pemasaran yang dinyatakan dalam suatu rencana berasal dari tujuan pemasaran perusahaan yang lebih luas yang dinyatakan dalam rencana strategi perusahaan.Tujuan-tujuan yang dinyatakan dalam rencana pemasaran juga harus dinyatakan secara jelas dan harus menyatakan dalam istilah kuantitasnya bisa diukur, sasaran harus bisa dicapai. 2.1.4 Konsep Pemasaran Philip Kottler (2007:19) mendefinisikan konsep pemasaran sebagai berikut: “Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus menjadi lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan kepada pelanggan”. Philip Kottler dalam bukunya menggambarkan perbedaan pemikiran dari Theodore Levitt yang kontras antara konsep penjualan 11 http://digilib.mercubuana.ac.id/ dengan konsep pemasaran yaitu “Penjualan berfokus pada kebutuhan penjual sementara pemasaran berfokus pada kebutuhan pembeli”. 2.1.5 Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Perusahaan yang melakukan pengembangan strategi pemasaran yang berkaitan dengan cara menetapkan bentuk penawaran dan segmen pasar, serta strategi penetuan posisi, maka perusahaan sudah harus merencanakan penentuan bauran pemasaran. Bauran pemasaran merupakan salah satu konsep utama dalam pemasaran modern yang merupakan aktifitas dari kombinasi kegiatan pemasaran yang digunakan untuk mencapai sasaran perusahaan. Menurut Philip Kottler (2007:23) bahwa bauran pemasaran memiliki definisi sebagai berikut : “Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan dalam pasar sasaran”. Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemasaran juga sangat berpengaruh dalam menentukan pasar sasaran, karena mengandung empat inti dari sistem pemasaran yaitu produk, harga, promosi dan sistem distribusi. Keempat elemen tersebut harus berjalan selaras karena elemen yang satu akan mendukung elemen yang lainnya serta diperlukan pengendalian dan pengaturan yang baik dari pihak perusahaan. Adapun elemen-elemen bauran pemasaran (marketing mix) adalah sebagai berikut: 12 http://digilib.mercubuana.ac.id/ a. Produk Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk mendapatkan perhatian, untuk dimiliki, digunakan untuk dikonsumsi untuk memenuhi suatu kebutuhan dan keinginan. Produk disini meliputi: macam produk, kualitas, rancangan, ciri-ciri, merek, kemasan, ukuran, pelayanan, jaminan, dan pengembalian. b. Harga Harga merupakan jumlah uang yang harus dibayar konsumen untuk mendapatkan produk sebagai penggantinya dan mendapatkan mutu sesuai dengan harga yang diberikan. Penetapan harga adalah masalah menentukan beberapa pasar harga agar dapat dicapai oleh konsumen dan perusahaan tidak mengalami kerugian. Harga dapat menggambarkan image, kualitas, dan nilai produk dalam bersaing dengan produk lain untuk mendapatkan konsumen. Harga merupakan elemen bauran pemasaran yang penting untuk menghasilkan pendapatan atau keuntungan, karena elemen-elemen lainnya menimbulkan biaya. c. Saluran distribusi Merupakan pelaksanaan yang penting dalam program penyaluran produk, dimana melalui saluran distribusi yang baik suatu produk dapat tersedia pada waktu, tempat yang tepat dan jumlah yang diinginkan konsumen.Saluran distribusi merupakan kegiatan perusahaan agar produk dapat tersedia bagi konsumen sasaran. Saluran 13 http://digilib.mercubuana.ac.id/ distribusi yang digunakan secara efektif dan efisien dalam menjangkau seluruh konsumen potensial. d. Promosi Promosi merupakan aktifitas yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan segala sesuatu mengenai produk pada pasar sasaran dengan tujuan menciptakan pembelian. Dalam aktifitas promosi perusahaan dapat memberi informasi, membujuk dan berkomunikasi, dimana ketiga bidang ini saling berhubungan dalam sasaran konsumen potensial untuk menginformasikan segala sesuatu tentang produknya, baik barang konsumsi maupun barang jasa yang ditawarkan perusahaan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga dapat mencapai kepuasan akan produk tersebut. Dengan begitu konsumen diharapkan melakukan pembelian ulang terhadap produk tersebut. Istilah promosi bagi kebanyakan orang mungkin dianggap sama dengan keempat variabel yang ada yaitu meliputi: advertising, public relation, personal selling, sales promotion. Padahal keempat variabel tersebut merupakan bagian dari promosi itu sendiri. Namun bagi perusahaan sudah menjadi keharusan untuk melakukan salah satu dari jenis promosi yang ada, Apabila produknya ingin dikenalkan kepada masyarakat. Oleh karena itu seorang pengusaha harus paham dan mengerti apa yang dimaksud promosi tersebut. 14 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.2 Pengertian Perilaku Konsumen Cara memahami individu, kelompok dan organisasi dalam memanfaatkan barang dan jasa, gagasan atau pengalaman dalam rangka mengetahui dan memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka tidaklah mudah. Sikap dan perilaku konsumen sukar untuk ditebak serta diramalkan tetapi pada intinya perilaku konsumen melakukan proses pembelian dalam mendapatkan, menggunakan (mengkonsumsi) dan menghabiskan produk (barang dan jasa) dengan menanggung konsekuensi apabila barang tersebut sudah dibeli. Definisi Perilaku Konsumen menurut Leon Schiffman dan Lislie Lazar Kanuk Edisi 7 (2005 : 5) adalah sebagai berikut : “Perilaku konsumen adalah sebagai disiplin ilmu pemasaran yang terpisah dimulai ketika para pemasar menyadari bahwa para konsumen tidak selalu bertindak atau memberikan reaksi seperti yang dikemukakan teori pemasaran”. Ada banyak definisi tentang perilaku konsumen, akan tetapi pada dasarnya sama, perbedaannya hanya pada perumusan dan olah pikir pada pemahaman konsumen itu sendiri. Perilaku konsumen menurut AMA (American Marketing Associaion) dalam buku “Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran”( 2007 : 3 ) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai berikut : 15 http://digilib.mercubuana.ac.id/ “Perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara kognisi, afeksi, perilaku dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka”. Definisi diatas memuat 3 (tiga) hal penting, yaitu: 1. Perilaku konsumen bersifat dinamis, sehingga susah untuk ditebak / diramalkan. 2. Melibatkan interaksi, seperti afeksi, kognisi, perilaku kejadian disekitar lingkungan konsumen. 3. Melibatkan pertukaran, seperti menukar barang milik penjual dengan milik pembeli. Agar bisa memenangkan pasar bisnis perusahaan harus mampu memberikan nilai (value) yang lebih kepada konsumen dibandingkan dengan pesaingnya.Nilai konsumen merupakan perbedaan antara semua manfaat keuntungan yang diperoleh secara menyeluruh (a total product) dengan semua biaya yang diperlukan untuk mendapatkan manfaat tersebut. Memberikan nilai yang tinggi mengharuskan perusahaan melakukan suatu pekerjaan yang lebih baik untuk mengantisipasi dan memberikan reaksi kepada kebutuhan dan keinginan daripada pesaingnya. Tujuan dari konsumen dalam membeli barang dan jasa adalah untuk memenuhi dan memuaskan berbagai kebutuhan dan keinginannya. Perilaku konsumen ditimbulkan oleh adanya beberapa bentuk interaksi antara faktor lingkungan dan individu interaksi, dari kedua faktor tersebut mengakibatkan perilaku konsumen dalam melakukan pembelian. 16 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Variabel-variabel dalam mempelajari perilaku konsumen, yaitu: 1. Variabel Stimulus Variabel Stimulus merupakan variabel yang berada diluar individu (faktor eksternal) yang sangat berpengaruh dalam proses pembelian. Contoh: Merek dan jenis barang, iklan, pramuniaga, dan ruangan toko. 2. Variabel Respon Variabel Respon merupakan hasil aktifitas individu sebagai reaksi dari variable stimulus.Variabel respon sangat tergantung pada faktor individu dan kekuatan stimulus yang diciptakan. Contoh: Keputusan pembelian barang, Penilaian terhadap barang merupakan sikap dari suatu produk. 3. Variabel Intervening Variabel Intervening adalah variabel antar stimulus dan variabel respon yang merupakan faktor internal individu, termasuk motif-motif pembelian, sikap terhadap suatu barang. Peranan dari variabel intervening adalah untuk memodifikasi respon. Beberapa pemasar merasa bermanfaat jika mereka menciptakan personifikasi merek yakni mereka berusaha menuangkan kembali persepsi konsumen mengenai sifat-sifat produk atau jasa”karakter manusiawi” sebagai contoh, dalam riset kelompok fokus merk cairan pencuci piring yang terkenal telah disamakan dengan “tuan yang banyak tuntutannya”atau” orang yang berenergi tinggi.” Banyak konsumen yang menyatakan perasaan diri mereka mengenai produk atau merek menurut 17 http://digilib.mercubuana.ac.id/ kepribadian yang mereka kenal. Mengenali hubungan kepribadian merek konsumen sekarang ini atau menciptakan hubungan kepribadian untuk produk baru merupakan tugas pemasaran yang penting. Selama proyek branding salah satu hal paling umum yang akan dilakukan konsultan adalah mencoba menentukan atribut merek, cara itu tidak begitu efektif untuk mendiferensisi merek anda. Sering kali hal itu, hanya membuang-buang waktu. Anda hanya perlu membuat daftar permintaan yang mengatakan “saya ingin merek saya memiliki atribut berikut”atau” merek saya memiliki atribut berikut,”hal yang lebih berguna adalah menemukan lima atribut yang paling diinginkan dalam kategori anda, lalu;lihat apakah atribut yang diinginkan dalam kategori yang belum secara jelas diasosiasikan dengan merek tertentu,”jika atribut tersebut masih tersedia lihat apakah dapat memilikinya. Tentu saja anda harus realistis, jika anda membuat lingerie dan atribut seksi masih tersedia, hal itu tidak bebrarti anda dapat memilikinya, bias jadi anda membuat lingerie yang terlihat seperti piyama bagi nenek-nenek gemuk. Anda dapat membantah dengan mengatakan membuat daftar atribut merek atau atribut yang dinginkan adalah titik awal yang penting. Anda dapat juga dapat berargumen anda akan menyampaikan atribut tersebut dengan jelas kepada pelanggan supaya pelanggan akan megasosiasikan atribut tersebut dengan merek anda. Anda dapat menyampaikan hal itu sampai kiamat dan tetap tidak berhasil karena 18 http://digilib.mercubuana.ac.id/ sebagian besar proyek yang dilakukan dengan cara ini melewatkan beberapa langkah penting. Kepribadian adalah hal yang jauh lebih kompleks dari pada atribut karena ia berhubungan dengan psikologi, sementara atribut hanya berhubungan dengan karakteristik fisik, kepribadian merk menyangkut karakternya, dan hal itu sangat sulit dijabarkan, merek sukses mencoba menyederhanakan kepribadiannya supaya dapat menyampaikannya dengan mudah. Seperti seorang brand juga memiliki kepribadian, bahkan bebrapa ahli brand menganggap brand seperti orang. Kami tidak seperti itu, tapi kami setuju bahwa brand dapat menunjukan kepribadian seperti manusia, memiliki kepribadian kuat dapat menjadi cara yang hebat untuk mendiferensiasi brand anda, dan hal itu berlaku brand produk dan layanan. Apple adalah brand produk yang terdiferensiasi oleh kepribadian yang keren. Harley-Davidson adalah brand produk yang terdiferensiasi oleh kepribadian pemberontak.Virgin Atlantic adalah brand layanan yang terdiferensiasi oleh kepribadian petualang. Akan tetapi kepribadian adalah diferensiator yang paling sulit di gunakan karena anda perlu memastikan kepribadian itu secara tepat dan konsisten di proyeksikan oleh setiap orang di perusahaan anda. Hal ini sangat sulit dilakukan jika anda perusahaan besar karena menggunakan diferensiator kepribadian mengharuskan pegawai anda menunjukan kepribadian tersebut, dengan perusahaan besar, hal itu sangat sulit dicapai. 19 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Hal terpenting untuk diingat adalah untuk mendapat kesempatan terkecil berhasil menggunakan diferensiator yang berdasar pada kepribadian. Anda perlu fokus artinya adalah anda harus memiliki satu pikiran akan kepribadian yang ingin andatunjukan. Pilih satu kepribadian dan fokuskan seluruh brand dalam menunjukan kepribadian tersebut, jika anda serakah dan mencoba menjadi terlalu banyak hal, anda akan berakhir menjadi brand schizophrenia, menjadi brand schizophrenia adalah hukuman mati karena pelanggan tidak suka membeli dari brand berkepribadian ganda. 2.2.1 Teori-Teori Perilaku Konsumen Berikut adalah beberapa teori perilaku konsumen yang digunakan untuk mengetahui dan memahami proses motivasi dan mengarahkan perilaku konsumen dalam melakukan pembelian, yaitu: a. Teori Ekonomi Makro Teori ini berdasarkan beberapa asumsi, antara lain: - Bahwa konsumen selalu mencoba untuk memaksimumkan keputusan dalam batasan-batasan kemampuan finansialnya. - Bahwa konsumen mempunyai pengetahuan tentang beberapa alternatif sumber untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhannya. - Bahwa konsumen selalu bertindak rasional. 20 http://digilib.mercubuana.ac.id/ b. Teori Psikologis - Learning Teory (Teory Belajar) Teori ini lebih menekankan pada tindakan penafsiran dan peramalan terhadap proses belajar konsumen yang merupakan kunci sukses untuk dapat mengetahui tingkah laku pembelinya. - Psychoanalitic Teory (Teori Psikoanalisis) Teori ini lebih berdasarkan pada teori psikoanalis dari Freud yang mengemukakan bahwa perilaku konsumen dipengaruhi oleh adanya motif yang tersembunyi dan juga mengatakan bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari kerja sama dari dua aspek kepribadian manusia yaitu ego dan super ego. - Teori Sosiologis Teori ini lebih menitikberatkan pada hubungan dan pengaruh antara individu-individu yang dikaitkan dengan perilaku konsumen bukan perilaku kelompok. - Teori Antropologis Teori ini menekankan pada perilaku konsumen dari satu kelompok masyarakat, tetapi kelompok yang ruang lingkupnya sangat luas seperti kebudayaan, sub kebudayaan, dan kelas sosial. 2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen Menurut Kotler dan Keller (2009: 166) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah: 21 http://digilib.mercubuana.ac.id/ A. Faktor Budaya 1. Budaya Budaya adalah determinan dasar keinginan dan perilaku seseorang. Perilaku manusia sebagian besarnya merupakan hasil proses belajar. Sewaktu tumbuh dalam suatu masyarakat, seorang anak belajar mengenai nilai persepsi, keinginan dan perilaku dasar dari keluarga dan institusi penting lainnya. 2. Sub budaya Setiap budaya terdiri dari sub-sub budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk anggota mereka. Subbudaya meliputi kebangsaan, agama, ras dan wilayah geografis. B. Faktor Sosial 1. Kelompok referensi Semua kelompok yang mempunyai pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku orang tersebut. 2. Keluarga Organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan anggota keluarga merepresentasikan kelompok referensi utama yang paling berpengaruh. 22 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 3. Peran dan status Orang memilih produk yang mencerminkan dan mengkomunikasikan peran mereka serta status aktual atau status yang diinginkan dalam masyarakat. C Faktor Pribadi 1. Usia dan tahap siklus hidup Selera kita dalam memilih makanan, pakaian, perabot dan rekreasi sering berhubungan dengan usia kita. Konsumsi juga dibentuk oleh siklus hidup keluarga, yaitu tahap-tahap yang dilalui oleh suatu keluarga hingga menjadi matang. 2. Pekerjaan dan keadaan ekonomi Pekerjaan juga mempengaruhi pola konsumsi seseorang, dan pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi: penghasilan yang dapat dibelanjakan, tabungan dan asset, utang, kekuatan pinjaman dan sikap terhadap pengeluaran dan tabunganKepribadian dan konsep diri, setiap orang mempunyai karakteristik pribadi yang mempengaruhi perilaku pembeliannya. Yang dimaksud dengan kepribadian adalah sekumpulan sifat psikologis manusia yang menyebabkan respons yang relatif konsisten dan tahan lama terhadap rangsangan lingkungan. Dasar konsep diri adalah kepemilikan seseorang dapat menyumbang dan mencerminkan ke identitas diri mereka. 23 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 3. Gaya hidup dan nilai Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang tercermin dalam kegiatan, minat dan pendapat. Keputusan konsumen juga dipengaruhi oleh nilai inti, sistem kepercayaan yang mendasari sikap dan perilaku. Nilai inti lebih dalam daripada perilaku atau sikap dan menentukan pilihan dan keinginan seseorang pada tingkat dasar dalam jangka panjang D Faktor Psikologi 1. Motivasi Kebutuhan menjadi motif (motive) ketika kebutuhan itu meningkat sampai tingkat intensitas yang cukup sehingga mendorong kita bertindak. 2. Persepsi Persepsi merupakan proses di mana kita memilih, mengatur dan menerjemahkan masukan informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang berarti. 3. Pembelajaran Pembelajaran mendorong perubahan dalam perilaku kita yang imbul dari pengalaman. 4. Memori Memori merupakan suatu proses yang sangat konstruktif, karena kita tidak mengingat informasi dan kejadian secara lengkap dan akurat. Pemrograman memori menggambarkan bagaimana dan di mana 24 http://digilib.mercubuana.ac.id/ informasi masuk ke dalam memori. Secara umum, semakin banyak perhatian yang kita berikan pada arti informasi sepanjang pemrograman, semakin kuat asosiasi dalam memori yang dihasilkan. 2.3 Citra Merek (Brand Image) 2.3.1 Pengertian Merek Merek menurut Kotler dan Kelller (2009 : 65) yaitu : “Merek adalah nama, istilah,tanda,symbol, rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut yang dimaksudkan untuk mengindentifikasikan barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual untuk membedakan dari produk pesaingnya”. Menurut Kotler dan Keller tersebut merek merek merupakan nama, istilah, tanda, dan symbol yang menjadi identitas dari produk atau jasa yang diproduksi perusahaan. Merek juga merupakan pembeda dari produk atau jasa yang diproduksi perusahaan dengan produk atau jasa dari pesaing. Sebuah Merek yang baik dapat secara konsisten memberikan manfaat dan mempunyai kualitas produk yang baik pula. Merek yang baik dan mampu memberikan manfaat yang baik bagipenggunanya, hal tersebut dapat menarik konsumen untuk selalu menggunakan merek tersebut. Merek juga dapat membedakan antara produk dari perusahaan sendiri dengan dengan perusahaanpesaing. 25 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Menurut Kotler (2003:418) merek yang baik mempunyai enam tingkatan pengertian, yaitu: 1. Atribut, ada sesuatu atribut yang meletkat pada produk mereka. Misalnya : barang mahal, mutubagus, tahan lama, tidak luntur, dan sebagainya. 2. Manfaat, kata atribut dapat diartikan sebagai manfaat fungsional dan emosional. Istilah tahan lama dapat dikatakan sebagai manfaat fungsional, sedangkan barang mahal dapat diartikan sebagai manfaat emosional . Biar mahal tapi produk itu menguntungkan. 1. Nilai, barang mahal mempunyai nilai tingi bagi pengguna, karena dapat menaikan gengsi atau prestise, kenyamanan, dan keselamatan. 2. Kebudayaan, masalah budaya yang terkesan, terkenal, efisien, selalu membelibarang yang berkualitas. 3. Kepribadian, memperlihatkan atau memberi kesan kepribadian tertentu. Misalanya: membeli mobil Mercedes, atau membeli arloji Rolex menimbulkan kesantersendiri bagi pemakai. 4. Pengguna atau pemakai, memberi kesan bahwa mayoritas pemakai produk tersebut adalah orang dari kelas social tertentu. 2.3.2 Manfaat Merek Menurut Kotler dan Amstrong (2004 : 285), kegunaan pemberian merek pada produk atau jasa yaitu: 26 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 1. Bagi Konsumen a) Mengindentifikasikan asal produk b) Mengurangi tingkat resiko c) Memberikan janji dari pembuat produk d) Memberikan jaminan kualitas e) Meningkatkan efisiensi 2. Bagi Produsen a) Alat Identifikasi untuk memudahkan penanganan atau penelusuran produk. b) Sebagai identitas hokum untuk melindungi fitur unik yang dimilikinya. c) Alat untuk memberi asosiasi atau keunikan tertentu. d) Sinyal tingkat kualitas untuk memuaskan konsumen. e) Menunjukan keunggulan kompetitif. f) Membantu keunggulan citra perusahaan. g) Membantu menentukan sasaran pasar. Dari beberapa manfaat merek tersebut, dapat disimpulkan bahwa merek sangat bermanfaat bagi konsumen dan bagi produsen seperti yang disebutkan diatas. Manfaat-manfaat dari merek tersebut dapat berguna bagi produsen, karena merek tersebut dapat membantu perusahaan dalam memperoleh pencitraan yang baik di masyarakat. Sedangkan bagi konsumen merek dapat membantu konsumen dalam memilih produk atau jasa memiliki kualitas dan citra merek yang baik. 27 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.3.3 Pengertian Citra Merek Citra merek menurut Kotler (2007:346) yaitu persepsi dan keyakinan yang dilakukan oleh konsumen, seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam memori konsumen. Citra merek tersebut dapat mempengaruhi konsumen untuk tetap memilih merek yang ditawarkan pemasar. Hal tersebut dikarenakan menurut Kotler citra merek merupakan persepsi dan keyakinan yang terjadi dalam memori konsumen. Menurut Kotler dan Amsrong(2001 :225) Citra merek adalah seperangkat keyakinan konsumen mengenai merek tertentu. Dalam memilih suatu produk atau jasa, konsumen pasti mempertimbangkan merek yang melekat pada produk jasa tersebut. Oleh karena itu pemasar diharuskan menumbuhkan keyakinan di benak konsumen mengenai merek yang ditawarkan, dengan cara memberikan pencitraan yang baik bagi produk atau jasa yang ditawarkan. Citra merek dapat mempengaruhi konsumen atau pelanggan agar mau memilih produk atau jasa yang ditawarkan. Konsumen atau pelanggan akan membeli produk jasa yang di tawarkan pemasar. Citra merek yang positif yang sudah ada di benak konsumen dapat membantu perusahaan dalan memasarkan produk atau jasanya, karena apabila citra merek tersebut sudah dikenal baik oleh para konsumennya berarti produk atau jasa yang ditawrkan mampu bersing di pasar. Citra merek berhubungan dengan persepsi konsumen tentang merek yang di tawarkan pemasar. Persepsi konsumen itu sendiri bisa 28 http://digilib.mercubuana.ac.id/ positif bahkan negatif, hal tersebut tergantungdari persepsi yang ditanamkan pada awal pemasaran. Oleh karena itu dalam memasarkan produk jasanya, pemasar dituntut untuk menggunakan strategi pemasaran yang efektif, strategi pemasaran tersebut berupa bauran pemasaran (7P) yang terdiri dari: “Produk, price, place, promotion, people, physical evidence, dan process”, hal tersebut dilakukan untuk membantu menumbuhkan citra yang positif di benak pikiran konsumen. 2.3.4 Indikator Citra Merek Dalam penelitian ini, citra merek diartikan sebagai gambaran yang berhasil dibangun oleh PT. HPAM berkaitan dengan merek manajer investasi tersebut yang dinilai oleh para pelangganya, Indikator yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Selnes (1993). Selanjutnya beberapa indicator yang digunakan untuk mengukur variable citra merek adalah: 1. Nama Baik Persepsi para pelanggan tentang sejauh mana nama baik yang berhasil dibangun oleh PT. HPAM. 2. Citra dibanding pesaing Persepsi para pelanggan mengenai seberapa baik citra PT. HPAM tersebut dibandingkan dengan manajer investasi lainnya. 29 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 3. Dikenal luas Menunjukan persepsi para pelanggan, baik tentang sejauh mana nama PT. HPAM tersebut sudah dikenal oleh masyarakat luas. 4. Kemudahan dikenal Kemudahan dikenal adalah persepsi para pelanggan konsumen PT. HPAM akan kemudahan pelanggan untuk mengenal PT. HPAM tersebut. Faktor-faktor pembentuk citra merek dikutip dalam Farrah (2005:285) adalah sebagai berikut: 1. Kualitas atau mutu, berkaitan dengan kualitas produk barang yang ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu 2. Dapat dipersscaya atau diandalkan, berkaitan dengan pendapat atau kesepakatan yang di bentuk oleh masyarakat tentang suatu prosuk yang dikonsumsi. 3. Kegunaan atau manfaat, yang terkait dengan fungsi dari suatu produk barang yang bisa dimanfaatkan oleh konsumen. 4. Pelayanan, yang berkaitan dengan tugas produsen dalam melayani konsumennya. 5. Resiko, berkaitan dengan besar kecilnya akibat atau untung dan rugi yang mungkin dialami oleh konsumen. 6. Harga, yan dalam hal ini berkaitan dengan tinggi rendahnya atau banyak sedikitnya jumlah uang yang dikeluarkan 30 http://digilib.mercubuana.ac.id/ konsumen untuk mempengaruhi suatu produk, juga dapat mempengaruhi citra jangka panjanng. 7. Citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri yaitu berupa pandangan, kesepakatan dan informasi yang berkaitan dengan suatu merek dan produk tertentu. 2.4 Kepercayaan (Trust) Trust yang diterjemahkan sebagai kepercayaan merupakan prasyarat yang penting dalam sebuah interkasi bisnis. Kepercayaan menjadi suatu dasar bagi seseorang atau perusahaan untuk melakukan transakasi bisnis dengan orang atau perusahaan lain. Transaksi bisnis tidak akan terjadi jika ambang batas suatu kepercayaan tidak tercapai di antara pelaku bisnis tersebut (Spector and Jones, 2004;Blumbe, 2001; Mentzer and Min, 2000; Lein-Woolthuis, 1999 dikutip oleh Reza dan Angela 2007). Chenet, P., Dagger, TS. & O’Sullivan, D. (2010) mengungkapkan Kepercayaan adalah bahan yang diperlukan untuk jangka panjang hubungan pembeli dan penjual yang mencerminkan kemauan untuk mengandalkan mitra pertukaran, kepercayaan ada ketika keyakinan yang memadai dalam kehandalan dan integritas mitranya, pada intinya kepercayaan menangkap keyakinan bahwa penjual akan berdiri dengan kata-kata mereka dan memenuhi kewajiban peran yang dijanjikan. (James G. Barnes, 2003:148) mengungkapkan Kepercayaan merupakan faktor 31 http://digilib.mercubuana.ac.id/ yang paling banyak mendapat perhatian dalam literatur tentang hubungan antar pribadi dan pelanggan. Lebih lanjut (James G. Barnes, 2003:149) mendefinisikan kepercayaan adalah keyakinan bahwa seseorang akan menemukan apa yang diinginkan pada mitra pertukaran. Kepercayaan melibatkan kesediaan seorang untuk bertingkah laku tertentu karena keyakinan bahwa mitranya akan memberikan apa yang ia harapkan dan suatu harapan yang dimiliki seorang bahwa kata janji atau pernyataan orang lain dapat dipercaya. Beberapa elemen penting dari kepercayaan yaitu: a. Kepercayaan merupakan perkembangan dari pengalaman dan tindakan dimasa lalu. b. Watak yang diharapkan dari mitra seperti dapat dipercaya dan dapat dihandalkan. c. Kepercayaan melibatkan kesediaan untuk menempatkan diri dalam resiko. d. Kepercayaan melibatkan perasaan aman dan yakin pada diri mitra. Menurut Ganesan dan Shankar dalam Farida Jasfar (2009: 165 ) menjelaskan bahwa kepercayaan itu merupakan refleksi dari dua komponen, yaitu: 1. Credibility, yang didasarkan pada besarnya kepercayaan kemitraan dengan organisasi lain dan membutuhkan keahlian untuk menghasilkan efektifitas dan kehandalan pekerjaan, 32 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2. Benevolence, yang didasarkan pada besarnya kepercayaan kemitraan yang memiliki tujuan dan motivasi yang menjadi kelebihan untuk organisasi lain pada saat kondisi yang baru muncul, yaitu kondisi dimana komitmen tidak terbentuk. Pelanggan yang memiliki sikap percaya kepada produsen akan memberikan keuntungan bagi produsen , menurut (Zeithhaml dan Bitner, 2003:159-162) produsen akan memperoleh: a. Pembelian yang meningkat Dari penelitian yang dilakukan oleh Frederick Reichhel dan W. Earl Sasswer menunjukan bahwa pelanggan yang memiliki kepercayaan cenderung belanja lebih banyak dari pada yang mereka belanjakan tahun sebelumnya. b. Biaya lebih rendah Banyak biaya awal yang dikeluarkan perusahaan untuk menarik pelanggan baru biaya tersebut termasuk biaya periklanan pelanggan baru, juga biaya untuk mengetahui keinginan pelanggan baru dan tetap mempertahankan pelanggan lama. c. Iklan gratis melalui komunikasi verbal ke verbal Ketika suatu produk komplek, sulit dievaluasi dan ada resiko dalam pengambilan keputusan pelanggan yang merasa terpuaskan biasanya menyampaikan informasi yang kuat tentang pelanggan yang diterima dari perusahaan periklanan ini lebih efektif dari apapun yang mungkin dilakukan oleh perusahaan. 33 http://digilib.mercubuana.ac.id/ d. Retensi karyawan Suatu manfaat tidak langsung dari retensi pelanggan adalah retensi karyawan. Perusahaan tidak akan mengalami kesulitan memeprtahankan karywan ketika perusahaan memiliki pelanggan yang percaya kepada perusahaan , pelanggan pun akan menghasilkan profit bagi perusahaan. 2.4.1 Jenis – Jenis kepercayaan Membangun kepercayaan pelanggan itu sangat diperlukan, karena hal tersebut sangat membantu pemasar dalam memasarkan produknya. Pemasar yang menyadari bahwa kepercayaan terhadap objek atribut, dan manfaat menunjukan akan persepsi pelanggan terhadap produk atau jasa yang ditawarkan akan selalu berusaha menumbuhkan kepercayaan dibenak para pelanggannya, sehingga pelanggan tersebut akan mempengaruhi calon pelanggan lain agar mau membeli produk yang ditawarkan. Karena pada dasarnya tingkat kepercayaan seorang terhadap apa yang ingin dipilih itu berbeda-beda. Oleh karena itu kepercayaan pelanggan harus ditumbuhkan dari produk atau jasa ditawarkan. Seorang membentuk 3 jenis kepercayaan (three types of belief) Jhon C Mowen/Michael Minor (2002 : 312) yaitu : 1. Kepercayaan atribut objek Pengetahuan tentang sebuah objek memiliki atribut khusus yang disebut kepercayaan atribut objek, kepercayaan atribut objek menghubungkan sebuah atribut dengan objek seperti seorang, barang 34 http://digilib.mercubuana.ac.id/ atau jasa. Melalui kepercayaan atribut objek, pelanggan menyatakan apa yang mereka ketahui dalam hal variasi atributnya. 2. Kepercayaan atribut manfaat Seorang yang mencari produk dan jasa yang kan menyelesaikan masalah mereka dan yang dapat memenuhi kebutuhan mereka, dengan kata lain memiliki atribut yang akan memberikan manfaat yang dapat dikenal. Hubungan antara atribut dan manfaat ini merupakan persepsi pelanggan tentang seberapa jauh sebuah atribut tertentu menghasilkan atau memberikan manfaat tertentu. 3. Kepercayaan objek manfaat Jenis kepercayaan ini dibentuk dengan menghubungkan objek dan manfaatnya. Kepercayaan objek manfaat merupakan persepsi pelanggan tentang seberapa jauh produk/jasa atau orang tertentu yang akan memberikan manfaat tertentu. 2.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepercayaan Kepercayaan sangat bermanfaat dan penting untuk membangun kepuasan walaupun menjadi pihak yang dipercaya tidaklah mudah dan memerlukan usaha bersama. Menurut Pappers dan Roggers (2004: 45) faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan, antara lain: a. Nilai merupakan hal mendasar untuk mengembangkan kepercayaan. Pihak-pihak dalam relationship yang memiliki perilaku, tujuan dan kebijakan yang sama akan mempengaruhi kemampuan mengembangkan kepercayaan. 35 http://digilib.mercubuana.ac.id/ b. Ketergantungan pada pihak lain mengimplikasikan kerentanan. Untuk mengurangi risiko pihak yang tidak percaya akan membina relationship dengan pihak yang dipercaya. c. Komunikasi yang terbuka dan teratur. Komunikasi yang dilakukan untuk menghasilkan kepercayaan harus dilakukan secara teratur dan berkualitas tinggi atau dengan kata lain harus relevan dan tepat waktu. Komunikasi masa lalu yang positif akan menimbulkan kepercayaan dan pada gilirannya menjadi komunikasi yang lebih baik. 2.4.3 Indikator Kepercayaan Menurut Flavian dan Giunaliu (2007), kepercayaan terbentuk dari tiga hal yaitu: 1. Kejujuran (honesty) Kejujuran adalah percaya pada kata-kata orang lain, percaya bahwa mereka akan menepati janjinya dan bersikap tulus pada kita. 2. Kebajikan (benevolence) Kebajikan adalah tindakan yang mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi. 3. Kompetensi (competence) Kompetensi adalah persepsi atas pengetahuan, kemampuan untuk menyelesaikan masalah, dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pihak lain yang dimiliki suatu pihak. 36 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Sehubungan dengan kenyataan bahwa sifat jasa yang tidak bisa dilihat(intangible) maka karyawan maupun rekan bisnis menjadi faktor yang memudahkan terciptanya hubungan yang berdasarkan kepercayaan. Perusahaaan yang sudah dipercaya akan berkurang ketidakpastiannya (uncercainty) maupun kerapuhannya (vulnerability), karena memiliki rasa percaya diri yang sangat baik, yang membuat perusahaaan mampu mengatasi banyak masalah. Manfaat lain dari kepercayaan (trust) adalah toleransi. Menurut Berry dalam Farida Jasfar (2009: 166) harapan konsumen terhadap kualitas jasa terbagi menjadi dua tingkatan, yaitu tingkat keinginan (desired) dan tingkat kecukupan (adequate). Keinginan menggambarkan apa yang konsumen pikirkan mengenai jasa “dapat di” dan “seharusnya di” sedangkan level kecukupan menggambarkan jasa minimum yang diterima konsumen. 2.4.4 Kepercayaan terhadap Loyalitas Morgan and Hunt (1994) mengembangkan teori mengenai loyalitas. Dalam teori mereka loyalitas merupakan suatu bentuk komitmen yang dibentuk oleh kepercayaan sebagai faktor utama. Kepercayaan didefinisikan disini sebagai sebuah obyek intangible yang bisa ditransfer dari seorang trustor (pemberi kepercayaan) 2.5 Pengertian Komitmen Komitmen adalah orientasi jangka panjang pelanggan terhadap hubungan bisnis. Orientasi ini didasarkan pada ikatan emosional serta 37 http://digilib.mercubuana.ac.id/ harapan manfaat yang lebih tinggi dengan hubungan pelanggan. Komitmen pelanggan dalam kedekatan hubungan yang dari waktu ke waktu meningkatkan loyalitas nasabah. (Chenet, P., Dagger, TS.& O’Sullivan, D.,2010). Barnes (2003:150) menyatakan bahwa komitmen adalah suatu keadaan psikologis yang secara global mewakili pengalaman ketergantungan pada suatu hubungan; komitmen meringkas pengalaman ketergantungan sebelumnya dan mengarahkan reaksi pada suatu baru. Komitmen merupakan orientasi dalam suatu hubungan, termasuk keinginan untuk mempertahankan hubungan itu. Bagi bisnis yang menghadapi tingkat persaingan tinggi, hal ini mengimplikasikan bahwa kemampuan perusahaan untuk menciptakan hubungan yang tahan lama dengan pelanggan tidak hanya ditentukan oleh aksi perusahaan itu sendiri, melainkan juga oleh aksi para pesaingnya. Perusahaan yang dapat dengan sukses membuat dirinya berbeda dari pesaingnya mungkin memiliki kesempatan yang lebih baik untuk menciptakan hubungan daripada perusahaan yang tidak dapat melakukannya. Sebaliknya, pelanggan yang loyal hanya mereka tidak memiliki alternatif yang lebih menarik merupakan suatu keadaan yang rapuh dan terbatas pada situasi dimana pelanggan merasa bahwa dia terjebak. Tidaklah mengejutkan, salah satu faktor kunci yang menentukan sukses dari suatu hubungan adalah komitmen masing-masing individu pada hubungan tersebut. Robert Morgan dan Shelby hunt mengamati bahwa 38 http://digilib.mercubuana.ac.id/ “Komitmen” dan kepercayaan adalah “kunci” karena mereka mendorong pelaku bisnis untuk: a. Bekerja guna mempertahankan investasi hubungan dengan bekerjasama dengan partnernya. b. Menolak alternatif janhgka pendek yang menarik dan lebih memilih mengharapkan manfaat jangka panjang dengan tetap berhubungan dengan partner yang ada sekarang ini. c. Memandang tindakan yang beresiko potensial sebagai tindakan yang bijaksana karena percaya bahwa partner mereka tidak akan mengambil kesempatan dan kesempitan. Dengan menyadari pentingnya komitmen bagi sebuah hubungan, maka pertanyaan yang paling layak diajukan adalah, “apakah komitmen? Rusbult dan buunk mengamati bahwa “komitmen adalah suatu keadaan psikologis yang secara global mewakili pengalaman ketergantungan pada suatu hubungan komitmen meringkas pengalaman ketergantungan sebelumnya dan mengarahkan reaksi pada situasi baru” momitment merupakan orientasi jangka panjang dalam suatu hubungan, termasuk keinginan untuk memepertahankan hubungan itu, baik dalam senang maupun susah. Sementara pentingnya komitmen sangat jelas terlihat dalam hubungan pribadi yang dekat, hal itu kurang nyata dalam hubungan antara perusahaan dengan para pelanggannya, dimana hal-hal berikut ini menjadi biasa: para pelanggan berhenti berbisnis dengan perusahaan tertentu dengan tujuan mengambil keuntungan dari suatu “kesepakatan” atau suatu bisnis 39 http://digilib.mercubuana.ac.id/ memutuskan tidak melanjuti hubungannya dengan pelanggan tertentu karena dianggap sebagai segmen pelanggan yang kurang menguntungkan”. Dua hal kunci berikut diidentifikasi sebagai hal yang menentukan besarnya komitmen seorang pada sutau hubungan: tingkat kepuasan dan tingkat investasi. Dua komponen utama dari kepuasan : a. Sejauh mana sebuah hubungan memberikan hasil yang bernilai dengan memenuhi kebutuhan penting. b. Tingkat Perbandungan alternatif yang didasarkan pada harapan kualitatif tentang hasil ideal yang diharapkan dari sebuah hubungan, seperti juga membandingkan hasil yang didapat seorang dengan input dan hasil yang didapat partnernya. Pengamatan dari Ibid adalah “seorang individu akan lebih berkomitmen ketika mereka mempercayai bahwa mereka memiliki alternatif yang berkualitas buruk dibandingkan hubungan mereka” adalah hal yang menarik. Bagi bisnis yang menghadapi tingkat persaingan yang tinggi, hal ini mengimplikasikan bahwa kemampuan perusahaan untuk menciptakan hubungan yang tahan lama dengan pelanggan tidak hanya ditentukan oleh aksi perusahaan itu sendiri, melainkan juga oleh aksi para pesaingnya. Perusahaan yang dapat dengan sukses membuat dirinya berbeda dari pesaing mungkin memiliki kesempatan lebih baik untuk menciptakan hubungan dari pada perusahaan yang tidak dapat melakukannya, memiliki pelanggan yang “loyal” hanya kerena mereka tidak memiliki alternatif yang 40 http://digilib.mercubuana.ac.id/ lebih menarik merupakan sutu keadaan yang rapuh dan terbatas pada situasi dimana pelanggan merasa bahwa dia “tejebak”. 2.5.1 Dimensi Komitmen Menurut Colquitt (2009:68) ada 3 (tiga) dimensi dari sub variable tipe-tipe komitmen yaitu affective commitment (komitmen afektif) continuance commitment (komitmen berkelanjutan), dan normative commitment (komitmen normatif). Menurut Colquitt (2009:68) Calculative dan affective, calculative commitment berhubungan dengan tipe intrument dan komitmen, dan sebagai perluasan dari kebutuhan untuk mempertahankan relationship yang disebabkan oleh adanya manfaat ekonomi dan swtching cost. Calculative commitment dihasilkan dari analisis ekonomi dari biaya dan manfaat dengan membuat komitmen. Sementara affecttive commitment timbul karena seorang memiliki ikatan emosional, bukan karena alasan ekonomi. Calculative Commitment berhubungan negatif dengan kepercayaan dan didasarkan pada perhitungan biaya dan benefit. Jadi tidak kondusif bagi perkembahang relationship jangka panjang. Sebaliknya affective commitment didasarkan pada relationship yang berkesinambungan, bukan karena benefit ekonomi jangka pendek, tetapi karena setiap pihak merasakan kedekatan emosional atau psikologikal satu sama lain, Affective Commitment secara positif berhubungan dengan kepercayaan dan mendukung benefit relationship dalam waktu yang lebih 41 http://digilib.mercubuana.ac.id/ lama, menurunkan oppotunism, dan keinginan untuk memecahkan konflik dengan cara damai. Oleh karena komitmen bersifat rentan, relationship dijalin dengan pihak yang dapat dipercaya. Oleh sebab itu, kepercayaan adalah kontributor yang kuat bagi komitmen. Sepanjang garis yang sama komunikasi dan pertukaran informasi yang terbuka dapat digunakan untuk menciptakan sikap positif anggota relationship dan dapat digunakan untuk menguatkan benefit relationship. Anggota relationship menunjukan kemampuan untuk menyampaikan manfaat superior akan dinilai tinggi oleh pihak yang melibatkan diri dalam relationship. Beberapa peneliti membedakan antara dua komponen komitmen afektif dan kalkulatif (Colquitt 2009:69). Komitmen afektif lebih emosional di alam dan melibatkan keinginan untuk mempertahakankan hubungan pelanggan yang mereasakakan menjadi nilai. Komitmen afektif menggabungkan keadaan psikologis yang mendasari yang mencerminkan sifat afektif hubungan antara pelanggan individu dan penyedia layanan. Indentifikasi bahwa pelanggan merasa terhadap perusahaan sering diterjemahkan menjadi pesan positif diungkapkan kepada orang lain tentang perusahaan. Mengingat ini keterikatan emosional yang memerlukan komitmen afektif, maka hipotesisada hubungan yang positif antara komitmen afektif dan loyalitas sikap. Menurut Colquitt (2009:78) ikatan emosional yang berkaitan dengan komitmen afektif memberikan kontribusi 42 http://digilib.mercubuana.ac.id/ untuk hubungan “kemitraan”. Dampak yang dihasilkan langsung dari perasaan seperti berada di patonase konsumen perusahaan. Mengingat jani kontinuitas yang merupakan komitmen afektif dan perbuatan meninggalkan pilihan alternatif karena ikatan emosional, diharapkan akan ada hubungan antara komitmen afektif dan perilaku pembelian. Selain itu, komitmen afektif ditandai dengan lampiran keinginan berbasis dari pelanggan, yang berarti bahwa pelanggan setia karena ia ingin menjadi setia. Oleh karena itu, hipotesis bahwa komitmen afektif haru memiliki hubungan positif dengan loyalitas perilaku. Menurut Colquitt (2009:79) komitmen kalkulatif adalah keinginan pelanggan untuk tetap dalam hubugan ketika biaya switching yang tinggi atau ketika pelanggan merasakan bahwa alternatif lain yang langka. Entah karena perilaku masa lalu diulang atau biaya switching yang tinggi, pelanggan dapat mengembangkan respon afektif untuk perusahaandan juga mengesampingkan kemingkinan hubungan alternatif. Oleh karena itu, diharapkan bahwa komitmen kalkulatif secara positif berhubungan dengan loyalitas sikap. Ada kasus dimana keinginan konsumen untuk menjaga hubungan jangka panjang adalah karena karena tidak tersediannya alternatif yang layak, maka dapat diharapkan bahwa komitmen kalkulatif mungkin berhubungan positif dengan loyalitas perilaku. Menurut Colquitt (2009:80) menyatakan bahwa komitmen kalkulatif memiliki penurunan yang konsisten dalam tingkat churn, ini menarik karena komitmen kalkulatif mencerminkan kelangsungan hidup persembahan perusahaan, sehingga menunjukkan bahwa konsumen secara 43 http://digilib.mercubuana.ac.id/ aktif meninjau produk perusahaan dan layanan terhadap para pesaing untuk membuat keputusan pembelian. Keputusan tersebut mencerminkan penilaian dari biaya alternatif atau biaya switching petugas untuk melakukan bsinis dengan pesaing. Ini merupakan pendekatan yang rasional, tanpa pertimbangan emosional. Ada pengakuan komitmen sebagai kontruks multidimensional yang mencakup afektif dan komponen kalkulatif. Memahami dampak relatif dari dua dimensi komitmen membantu untuk memperjelas inkonsistensi dalam hasil penelitian sebelumnya dan memberikan bimbingan menajerial strategis pada program loyalitas pelanggan. 2.6 Pengertian Loyalitas Pada dasarnya kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan atas produk akan berpengaruh pada pola perilaku selanjutnya. Hal ini ditunjukkan pelanggan setelah terjadi proses pembelian. Apabila pelanggan merasa puas, maka dia akan menunjukan besarnya kemungkinan untuk kembali membeli produk yang sama. Pelanggan puas juga cenderung akan memberikan referensi yang baik terhadap produk tersebut kepada orang lain (Lupiyoadi dan Hamdani, 2009). Loyalitas secara harfiah diartikan sebagai kesetiaan, yaitu kesetiaan seseorang terhadap suatu objek. Menurut Gremler dan Brown dalam Hasan (2009) loyalitas pelanggan adalah pelanggan yang tidak hanya membeli ulang suatu barang dan jasa, tetapi juga mempunyai komitmen dan sikap 44 http://digilib.mercubuana.ac.id/ yang positif terhadap perusahaan jasa, misalnya dengan merekomendasikan orang lain untuk membeli. Selanjutnya Engel, et al. dalam Hasan (2009) mengemukakan bahwa loyalitas pelanggan merupakan kebiasaan perilaku pengulangan pembelian, keterkaitan dan keterlibatan yang tinggi pada pilihannya, dan bercirikan dengan pencarian informasi eksternal dan evaluasi alternatif. Lebih lanjut Ajzen dalam Hasan (2009) mengemukakan bahwa loyalitas merupakan kondisi Psikologi (attitudinal dan behavioral) yang berkaitan dengan sikap terhadap produk, konsumen akan membentuk keyakinan, menetapkan suka atau tidak suka, dan memutuskan apakah mereka ingin membeli produk. Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa loyalitas pelanggan merupakan suatu pembelian dari waktu atau pun marupakan pembelian ulang secara konsisten, di mana pelanggan memiliki suatu komitmen yang tinggi terhadap pembelian tersebut. Hasan (2009) mengemukakan bahwa ada beberapa manfaat loyalitas pelanggan bagi perusahaan, antara lain: 1. Mengurangi biaya pemasaran Pelanggan setia dapat mengurangi biaya pemasaran. Beberapa peneliti menujukan bahwa biaya untuk mendapatkan pelanggan baru enam kali lebih besar dibandingkan dengan biaya untuk mempertahankan pelanggan yang ada. Biaya iklan dan bentuk-bentuk promosi lain 45 http://digilib.mercubuana.ac.id/ dikeluarkan dalam jumlah besar, belum tentu dapat menarik pelanggan baru, karena tidak gampang membentuk sikap positif terhadap merek. 2. Trade Leverage Loyalitas terhadap merek menyediakan trade leverage bagi perusahaan. Sebuah produk yang memiliki pelanggan setia akan menarik para distributor untuk memberi ruang yang lebih besar dibanding dengan merek lain di toko yang sama. Merek yang memiliki citra kualitas yang tinggi, akan memaksa konsumen membeli secara berulang-ulang merek yang sama bahkan mengajak konsumen lain untuk membeli produk tersebut. 3. Menarik Pelanggan Baru Merek yang dibelinya dapat mempengaruhi konsumen lain. Pelanggan yang tidak puas akan menyampaikan ketidakpuasannya kepada 8 bahkan 10 orang. Sebaliknya, bila puas akan menceritakan bahkan merekomedasikan kepada orang lain untuk memilih produk yang telah memberikan kepuasan. 4. Merespon ancaman pesaing Loyalitas terhadap merek memungkinkan perusahaan memiliki waktu untuk merespon tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pesaing. Jika pesaing mengembangkan produk yang lebih superior, perusahaan memiliki kesempatan untuk membuat produk yang lebih baik dalam jangka waktu tertentu, karena bagi pesaing relatif sulit untuk mempengaruhi pelanggan-palanggan yang tidak setia. Mereka butuh 46 http://digilib.mercubuana.ac.id/ waktu yang relatif lama. Karena pentingnya loyalitas pelanggan, maka loyalitas pelanggan terhadap merek dianggap sebagai asset perusahaan dan berdampak besar terhadap pangsa pasar serta profitabilitas perusahaan. 5. Nilai kumulatif bisnis berkelanjutan Upaya mempertahankan (retensi) pelanggan dan loyal pada produk perusahaan sepanjang lifetime value, dengan cara menyediakan produk yang konstan dibutuhkan secara teratur dengan harga per unit yang lebih rendah. Cara ini akan mengakibatkan: a. Perusahaan dapat berbisnis dengan pelanggan tertentu untuk perperiode yang lebih panjang. b. Pelanggan tetap setia lebih lama. c. Pelanggan membeli lebih banyak ketika perusahaan memperkenalkan produk baru dan memperbaharui produkproduk yang ada. d. Memberi perhatian yang lebih sedikit kepada merek-merek dan iklan- iklan pesaing serta peka terhadap harga. e. Biaya pelayanan lebih kecil dibandingkan biaya pelayanan pelanggan baru, karena transaksi yang sudah rutin. f. Kondisi itulah yang dapat menghasilkan laba yang jauh lebih besar dari pada individual. 47 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 6. Word Of Mouth Communication Pelanggan yang memiliki loyalitas terhadap produk akan bersedia bercerita hal-hal baik (positive word of mount) tentang perusahaan dan produknya kepada orang lain, teman dan keluarga yang jauh lebih persuasif dari pada iklan.Pelanggan yang loyal merupakan aset bagi perusahaan, dan untuk mengetahui pelanggan yang loyal perusahaan harus mampu menawarkan produk atau jasa yang dapat memenuhi harapan pelanggan serta dapat memuaskan pelanggannya. Apabila pelanggan melakukan pembelian secara berulang dan teratur maka pelanggan tersebut adalah pelanggan yang loyal. Menurut Kotler (2009 : 687) kesetiaan pelangan adalah pembelian secara berulang yang dilakukan oleh pelanggan pada saat banyak perusahaan yang menawarkan produk yang sama. Terdapat 2 (dua)cara untuk menguatkan retensi pelanggan. Pertama adalah mendirikan hambatan peralihan yang tinggi. Pelanggan kurang cenderung beralih ke pemasok lain bila ini mencakup juga biaya modal tinggi, biaya pencarian tinggi, atau kehilangan diskon pelanggan setia. Pendekatan yang lebih baik adalah menyerahkan kepuasan pelanggan yang tinggi. Ini menyulitkan pesaing untuk menawarkan harga lebih rendah atau bermaksud untuk beralih. Kotler dan Keller (2007 : 193) menyatakan ada beberapa fokus menarik yang penting untuk mempertahankan pelanggan: 48 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 1. Mendapatkan pelanggan baru bisa menghabiskan biaya lima kali lebih besar dari pada biaya yang tercakup dalam memuaskan dan mempertahankan pelanggan yang ada. Banyak pengusaha untuk membujuk pelanggan yang puas untuk beralih dari pemasok mereka yang sekarang. 2. Rata-rata perusahaan kehilangan 10 persen dari pelanggannya setiap tahun. 3. Pengurangan 5 persen tingkat peralihan pelanggan dapat meningkatkan laba sebesar 25 persen sampai 85 persen, tergantung pada industri. 4. Angka laba pelanggan cenderung meningkat selama masa hidup pelanggan yang bertahan. 2.6.1 Tahapan-Tahapan Loyalitas Untuk menjadi pelanggan yang loyal seorang konsumen harus melalui beberapa tahapan. Proses ini berlangsung lama, dengan penekanan dan perhatian yang berbeda-beda. Dengan memperhatikan masing-masing tahap dan memenuhi kebutuhan dalam setiap tahap tersebut, perusahaan mempunyai peluang yang lebih besar untuk membentuk calon pembeli menjadi konsumen loyal dan klien perusahaan. Menurut Hasan (2009), loyalitas berkembang mengukuti empat tahap, yaitu: 49 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 1. Tahap pertama: Loyalitas Kognitif Konsumen yang memiliki loyalitas tahap pertama ini menggunakan basis informasi yang memaksa menunjuk pada suatu atas merek lainnya, loyalitas hanya didasarkan pada aspek kognisi saja. 2. Tahap ke dua: Loyalitas Afektif Loyalitas tahap kedua didasarkan pada aspek efektif konsumen.Sifat merupakan fungsi dari kognisi (pengharapan) pada periode awal (pembelian masa konsumsi) dan merupakan fungsi dari sikap sebelumnya plus kepuasan di periode berikutnya (masa pasca konsumsi). 3. Tahap ke tiga: Loyalitas Konatif Dimensi konatif (niat melakukan) yang dipengaruhi oleh perubahan-perubahan efektif terhadap merek. Konasi menunjukan suatu niat atau komitmen untuk melakukan sesuatu ke arah tujuan tertentu. Niat merupakan fungsi dari niat sebelumnya (pada masa pra konsumsi) dan sikap pada pasca konsumsi. Maka loyalitas konatif merupakan suatu kondisi loyal yang mencakup komitmen mendalam untuk melakukan pembelian. 4. Tahap ke empat: Loyalitas Tindakan Meskipun pembelian ulang adalah hal yang sangat penting bagi pemasaran, penginterprestasian loyalitas hanya pada pembelian ulang saja tidak cukup, karena pelanggan yang membeli ulang 50 http://digilib.mercubuana.ac.id/ belum tentu mempunyai sikap positif terhadap barang dan jasa yang dibeli. Pembelian ulang bukan dilakukan karena puas, melainkan mungkin karena terpaksa atau faktor lainnya, ini termasuk dimensi loyal. Oleh karena itu, untuk mengenali perilaku loyal dilihat dari dimensi ini ialah dari komitmen pembeli ulang yang ditunjukan pada suatu produk dalam kurun waktu tertentu secara teratur. Selanjutnya Hasan (2009), Mengemukakan ada empat jenis loyalitas, antara lain: 1. No loyalty, yaitu bila sikap dan perilaku pembelian ulang samasama lemah, maka loyalitas tidak terbentuk. 2. Spurious loyalty, yaitu bila sikap yang lemah disertai pada pola pembelian ulang yang tinggi, maka yang terjadi adalah spurious loyalty. Situasi semacam ini ditandai dengan pengaruh faktor non sikap terhadap perilaku, misalnya norma subyektif dan faktor situasional sering disebut situsi interia. 3. Latent loyalty, tercermin bila sikap yang kuat disertai dengan pola pembelian ulang yang lemah. Situasi yang menjadi perhatian besar para pemasar ini disebabkan pengaruh factorfaktor nonsikap yang sama kuat atau bahkan cenderung lebih kuat dari faktor sikap dalam menentukan pembelian ulang. 4. Loyalty, situasi ini merupakan situasi ideal yang paling diharapkan pemasar, di mana konsumen bersikap positif 51 http://digilib.mercubuana.ac.id/ terhadap produk atau produsen dan disertai pola pembelian ulang yang konsisten. 2.6.2 Kerangka Pemikiran Merek yang didefinisikan oleh Keller (2003) dalam Sitinjak, yaitu sebagai persepsi atau kesan tentang sesuatu merek yang direfleksikan oleh sekumpulan asosiasi yang menghubungkan konsumen dengan merek dalam ingatannya. Citra (Webster, 1993 ; dalam Sutisna, 2003) merupakan gambaran mental atau konsep tentang sesuatu. Merek mempunyai posisi yang penting dalam keputusan pembelian karena salah satu keputusan dalam struktur keputusan pembelian adalah mengenai merek. Merek mempermudah konsumen dalam mengidentifikasikan produk atau jasa dalam tingkat pengenalan konsumen. Pemilihan terhadap merek yang telah diketahui oleh pelanggan akan memberikan pembenaran bagi yang bersangkutan untuk mengambil keputusan dan menjelaskan tindakantindakannya. Citra Merek yang positif sangat mempengaruhi konsumen dalam membeli produk atau jasa. Untuk itu merek dapat menjadi salah satu faktor yang harus dipertimbangkan oleh konsumen dalam melakukan keputusan pembelian. Menurut Sutojo (2004: 8) menyatakan bahwa keputusan konsumen dalam membeli barang atau jasa sangat dipengaruhi oleh citra merek.Sehingga konsumen lebih memilih produk atau jasa yang mereknya bercitra positif. Dalam citra merek atau brand image, faktor yang dapat dipertimbangkan adalah kualitas, dimana kualitas erat kaitannya dengan 52 http://digilib.mercubuana.ac.id/ citra merek yang diberikan. Bila citra merek suatu produk tergolong positif di mata konsumen maka orang cenderung akan menilai kualitas barang tersebut bagus. Kualitas produk menurut Kotler (2006 : 272) mempunyai dampak langsung pada kinerja produk atau jasa. Morgan dan Hunt (1994), dalam Licen Indahwati Darsono (2010), berpendapat bahwa ketika satu pihak mempunyai keyakinan (confidence) bahwa pihak lain yang terlibat dalam pertukaran mempunyai reliabilitas dan integritas, maka dapat dikatakan ada trust. Kepercayaan dapat dibagi menjadi dua, yaitu kepercayaan personal dan kepercayaan organisasi. Kepercayaan terhadap suatu merek (produk) merupakan kepercayaan personal. Kepercayaan pada merek merupakan hal yang dapat mempengaruhi sikap konsumen selanjutnya kepada merek tersebut dan pada perusahaaan yang menghasilkannya. Kepercayaan tumbuh dari keyakinan akan adanya penilaian positif seseorang terhadap suatu merek, produk, perusahaan, maupun yang lainnya. Nilai-nilai yang ada tersebut yang akan mempengaruhi konsumen dalam mengambil sikap berikutnya. Ketika merek produk tidak sesuai dengan nilai positif, konsumen akan cenderung memiliki penilaian negatif. Konsumen pun tidak akan mempercayai merek atau perusahaan tersebut serta lebih memilih mengurungkan niatnya untuk membeli atau menggunakan produk/jasa yan dihasilkan apabila dia mendapatkan penilaian yang negatif. Sebaliknya, apabila konsumen meyakini akan adanya nilai positif dari suatu merek 53 http://digilib.mercubuana.ac.id/ ataupun perusahaan, maka dia akan cenderung menggunakan atau memutuskan membeli produk/jasa tersebut. Kepercayaan berpengaruh terhadap komitmen (Gabarino and Johnson, 1999, Prima Lita, 2007) sedangkan Bloemer and Schroeder (2002) menemukan kepercayaan berpengaruh terhadap komitmen dan komitmen berpengaruh terhadap word of mouth (WOM), intensi pembelian ulang dan insentifitas harga. Kepercayaan pelanggan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan (Shamdasani and Johnson, 2000), sedangkan Gabarino and Johnson (1999) menemukan kepercayaan berpengaruh terhadap komitmen serta kepercayaan dan komitmen berpengaruh terhadap intensitas akan datang. Model konseptual hubungan antara citra merek pelayanan, kepercayaan (trust), komitmen dan loyalitas nasabah disajikan dalam gambar berikut ini. H1 KEPERCAYAAN (x2) H4 LOYALITAS NASABAH (Y) H3 CITRA MEREK (x1) KOMITMEN H2 H5 (x3) Gambar 2.1 54 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.7 Hipotesis Menurut Umar (2008:80) menyatakan bahwa: Hipotesis adalah sebuah kesimpulan yang belum final dan masih harus dibuktikan kebernarannya. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H1 = Terdapat pengaruh Citra Merek terhadap Kepercayaan (trust) H2 = Terdapat pengaruh Citra Merek terhadap Komitmen H3 = Terdapat pengaruh Kepercayaan (trust) terhadap Komitmen H4 = Terdapat pengaruh Kepercayaan (trust) terhadap Loyalitas pelanggan H5 = Terdapat pengaruh Komitmen pelanggan terhadap Loyalitas pelanggan 55 http://digilib.mercubuana.ac.id/