BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan W suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut (Jensen dan Meckling, 1976) dalam muhamad (2008). Manajer sebagai KD pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh U karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Akan tetapi informasi yang disampaikan IK terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya dimana para IL manajer lebih menonjolkan laba dan mengesampingkan utang sehingga pemilk kadang terkecoh akan hal ini. Kondisi ini dikenal sebagai informasi yang tidak M simetris atau asimetri informasi (information asymmetric) (Haris, 2004). Asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba (earnings management) (Richardson, 1998) dalam Muhamad (2008). Tindakan earnings management telah memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, antara lain Enron, dimana pihak Enron melebih-lebihkan laba perusahan dan menutup-nutupi utang perusahaan. Pada Merck kasus yang terjadi adalah pengakuan laba induk padahal adalah laba anak 1 korporate dan dibukukan selama 3 tahun terakhir tapi tidak benar-benar terkumpul. Sedangkan pada World Com kesalahan akuntansi yang terjadi pada perusahaan ini yang menyebabkan pelanggaran pada beberapa perjanjian utang. Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi. Pada PT. Lippo tbk yaitu perusahaan mengeluarkan surat utang W palsu, dan pada PT. Kimia Farma Tbk yaitu pemalsuan data-data barang alat-alat rumah sakit yang dikirim ke daerah padahal untuk dijual kembali (Gideon, 2005). KD Corporate governanace merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efesiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara U manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan stakeholders lainnya. Corporate governance juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi IK penentuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk IL menentukan teknik monitoring kinerja (Deni, Khomsiyah dan Rika, 2004). Perilaku manipulasi oleh manajer yang berawal dari konflik kepentingan M tersebut dapat diminimumkan melalui suatu mekanisme monitoring yang bertujuan untuk menyelaraskan (alignment) berbagai kepentingan tersebut. Pertama, dengan memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (managerial ownership) (Jensen dan Meckling, 1976) dalam Muhamad (2008), sehingga kepentingan pemilik atau pemegang saham akan dapat disejajarkan dengan kepentingan manajer. Dengan adanya tindakan demikian maka manajer akan berusaha sebaik mungkin untuk mengelola perusahaan karena apabila perusahaan 2 mengalami kerugian maka manajer juga menangung kerugian sama banyak dengan pemegang saham yang lain. Kedua, kepemilikan saham oleh investor institusional. Moh’d et al. (1998) dalam Pratana et al. (2003) menyatakan bahwa investor institusional merupakan pihak yang dapat memonitor agen dengan kepemilikannya yang besar, sehingga motivasi manajer untuk mengatur laba menjadi berkurang. Ketiga, melalui peran W monitoring oleh dewan komisaris. Dechow et al, (1996) dan Beasly (1996) menemukan hubungan yang signifikan antara peran dewan komisaris dengan KD pelaporan keuangan. Mereka menemukan bahwa ukuran dewan komisaris mempengaruhi kemampuan mereka dalam memonitor proses pelaporan keuangan. U Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering dijadikan dasar untuk penilaian kinerja perusahaan. Salah satu jenis laporan keuangan yang IK mengukur keberhasilan operasi perusahaan untuk suatu periode tertentu adalah IL laporan laba rugi. Akan tetapi angka laba yang dihasilkan dalam laporan laba rugi seringkali dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan (Kieso dan Weygandt, M 1995), sehingga laba yang tinggi belum tentu mencerminkan kas yang besar. Dalam hal ini arus kas mempunyai nilai lebih untuk menjamin kinerja perusahaan di masa mendatang. Arus kas (Cash Flow) menunjukkan hasil operasi yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan serta dibebani dengan beban yang bersifat tunai dan benar-benar sudah dikeluarkan oleh perusahaan (Pradhono, 2004). Laporan keuangan sebagai produk informasi yang dihasilkan perusahaan, tidak terlepas dari proses penyusunannya. Kebijakan dan keputusan yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan mempengaruhi penilaian 3 kinerja perusahaan. Menurut Theresia (2005) manajemen laba merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Manajemen akan memilih metode tertentu untuk mendapatkan laba yang sesuai dengan motivasinya. Hal ini akan mempengaruhi kualitas kinerja yang dilaporkan oleh manajemen (Gideon, 2005). Penelitian ini dimotivasi oleh penelitian (Cornett et al. (2006) dalam Muhammad (2008)) di Amerika Serikat, dengan objek penelitian pada perusahaan go W public di Indonesia. Konsep Indikator mekanisme corporate governance terdiri dari; kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan ukuran dewan komisaris. Hal KD lain yang juga memotivasi peneliti adalah adanya kontradiksi hasil penelitian yang dilakukan Warfield et al. (1995) dalam Muhammad(2008) dengan penelitian U Gabrielsen, et al. (1997) dalam Muhammad(2008) dan kontradiksi hasil penelitian yang dilakukan Chtourou et al. (2001) dengan penelitian Beasley et al. (1996), dan IK Jensen (1993) dalam Muhammad(2008) . IL Warfield et al., (1995) dalam Muhammad (2008) menemukan adanya hubungan antara kepemilikan manajerial dan discretionary accruals sebagai ukuran M dari manajemen laba dan adanya hubungan antara kepemilikan manajerial dengan kandungan informasi dalam laba. Namun Gabrielsen, et al. (1997) dalam Muhammad(2008) menemukan pengaruh tetapi tidak signifikan antara kepemilikan manajerial dengan manajemen laba serta tidak menemukan hubungan antara kepemilikan manajerial dengan kualitas laba. Penelitian Chtourou et al. (2001) dalam Muhammad (2008) menemukan bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini kontradiktif dengan hasil penelitian yang dilakukan Beasley et al. (1996), dan Jensen 4 (1993) dalam Muhammad (2008) yang menemukan bahwa semakin besar ukuran dewan komisaris maka semakin besar kecurangan dalam pelaporan keuangan. Penelitian mengenai efektifitas corporate governance dalam melindungi investor di Indonesia telah banyak dilakukan, antara lain: Midiastuty dan Machfoedz (2003), Veronica dan Bachtiar (2004), Wedari (2004), dan Wilopo (2004), Boediono (2005), Veronica dan Utama (2005), Sugiarta (2004). Akan tetapi penelitian ini W mencakup perusahaan yang listing di BEJ kecuali perusahaan perbankan. Oleh karena itu, perlu suatu penelitian tentang efektifitas corporate governance di industri KD perbankan karena karakteristik industri perbankan yang berbeda dengan industri lainnya. Industri perbankan mempunyai regulasi yang lebih ketat U dibandingkan dengan industri lain, misalnya suatu bank harus memenuhi kriteria CAAR minimum. Bank Indonesia menggunakan laporan keuangan sebagai dasar IK dalam penentuan status suatu bank (apakah bank tersebut merupakan bank yang sehat IL atau tidak). Oleh karena itu, manajer mempunyai insentif untuk melakukan manajemen laba supaya perusahaan mereka dapat memenuhi kriteria yang M disyaratkan oleh BI (Setiawati dan Na’im, 2001, dan Rahmawati dan Baridwan, 2006). Setiawati dan Na’im (2001), Rahmawati (2006), dan Rahmawati dan Baridwan (2006) dalam Marihot dan Dody (2007) menunjukkan bahwa perbankan di Indonesia melakukan manajemen laba untuk memenuhi kriteria BI tersebut. Setiawati dan Na’im (2001) dalam Marihot dan Dody (2007) berargumen bahwa laporan keuangan yang telah direkayasa oleh manajemen dapat mengakibatkan distorsi dalam alokasi dana. Selain itu, industri perbankan merupakan industri “kepercayaan”. Jika investor berkurang kepercayaannya karena laporan keuangan yang bias karena 5 tindakan manajemen laba, maka mereka akan melakukan penarikan dana secara bersama-sama yang dapat mengakibatkan rush. Oleh karena itu, perlu suatu mekanisme untuk meminimalkan manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan perbankan. Salah satu mekanisme yang dapat digunakan adalah praktik corporate governance. Oleh karena itu penelitian ini menguji pengaruh mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba di Indonesia. W Dalam mendeteksi manajemen laba digunakan model yang diajukan oleh Beaver dan Engel (1996). Model tersebut menggunakan komponen penyisihan KD kerugian piutang (allowances for loan losses) dan provisi kerugian pinjaman sebagai komponen pembentuk total akrual dalam perusahaan perbankan. Model ini U merupakan model yang paling sesuai dalam mendeteksi praktik manajemen laba di perusahaan perbankan (Rahmawati, 2006). Dalam penelitian ini komponen total IK akrual ditunjukkan oleh cadangan kerugian piutang yang dalam operasi perusahaan IL perbankan ditunjukkan oleh Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP). Sesuai dengan Surat Keputusan Bank M Direktur Indonesia No. 31/148/KEP/DIR tentang Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif, yang dimaksud dengan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) adalah cadangan yang harus dibentuk sebesar persentase tertentu dari nominal berdasarkan penggolongan kualitas aktiva produktif. 6 Berdasarkan latar belakang di atas maka judul penelitian ini adalah : “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Dengan Manajemen Laba Sebagai Variabel Intervening”. 1.2 Perumusan Masalah 1. Apakah Pengaruh corporate governance, dalam hal ini kepemilikan berpengaruh terhadap manajemen laba? W institusional, kepemilikan manajerial, serta ukuran dewan komisaris KD 2. Apakah manajemen laba berpengaruh terhadap kinerja keuangan? U 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk IK memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh corporate governance, terhadap IL manajemen laba dan kinerja keuangan. M 1.4 Kontribusi Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap pihak-pihak sebagai berikut: 1. Bagi penulis Dapat menambah wawasan, baik dari segi teoritis maupun konseptual mengenai pemahaman tentang pengaruh corporate Governance terhadap manajemen laba, dan kinerja keuangan. 7 2. Bagi peneliti lain Dapat dijadikan sebagai bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pembahasan dalam penelitian ini. 3. Bagi pihak lain Memberikan sumbangan penelitian dan menambah wawasan serta kepustakaan bagi ilmu pengetahuan, serta sebagai sumbangan pikiran bagi W semua pihak yang berkepentingan. KD 1.5 Batasan Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang U terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia selama periode 2002-2006. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan tujuan untuk IK mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. IL Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut : 1. Perusahaan perbankan yang sudah go public atau terdaftar di Bursa Efek M Jakarta selama periode 2002-2006 2. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan tahunan untuk periode 31 Desember 2002-2006 yang dinyatakan dalam rupiah (Rp). 3. Data yang tersedia lengkap (data secara keseluruhan tersedia pada publikasi periode 31 Desember 2002-2006), baik data mengenai corporate governance perusahaan dan data yang diperlukan untuk mendeteksi manajemen laba 8