BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus tipe 2 (DMT2) merupakan penyakit kronis yang prevalensinya meningkat setiap tahun hampir di setiap negara di dunia. Di Asia Tenggara peningkatan jumlah penduduk dewasa usia 20-79 tahun yang mengalami diabetes tahun 2010 sampai 2030 diperkirakan mencapai 72,1% (Shaw et al., 2010) sedangkan di Indonesia diperkirakan jumlah penduduk diabetes di tahun 2030 adalah sebesar 11,8 juta jiwa (Whiting et al., 2011). Persentase diabetes di Indonesia berdasarkan Riskesdas 2013 adalah sebesar 2,1 % dan persentase ini lebih rendah dibandingkan dengan Provinsi Yogyakarta yaitu 2,6 %. Sleman menduduki urutan kedua tertinggi persentase diabetes melitus setelah Kota Yogyakarta dan berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman kejadian DMT2 baru terbanyak dilaporkan dari puskesmas Depok 1 di mana penderitanya banyak dari wanita. Berdasarkan data penyakit yang ditangani rawat jalan di Puskesmas Kabupaten Sleman, DMT2 adalah penyakit yang paling banyak diderita yaitu penyakit nomer 5 pada rentang usia 45-54 tahun dan meningkat di urutan ke2 pada rentang usia 54-58 tahun. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Shaw et al. (2010) bahwa DMT2 di negara berkembang (termasuk Indonesia) banyak dialami penduduk usia produktif yaitu 40-60 tahun. Progresifitas prevalensi DMT2 meningkat seiring penambahan usia. Berdasarkan Riskesdas 2013 pada usia 45 (dewasa) ditemukan prevalensi diabetes mulai meningkat (Balitbangkes, 2013) dimana wanita memiliki resiko diabetes lebih tinggi dibanding laki-laki yaitu 1,7% banding 1,4%. Berbagai studi menyebutkan bahwa IMT berkaitan dengan peningkatan resiko diabetes (Tabák et al., 2012). Hal tersebut didukung oleh sebuah penelitian kohort selama 16 tahun, dimulai tahun 1976 dalam the Nurses’ Health Study yang menyebutkan bahwa DMT2 sangat berkaitan dengan overweight dan obesitas (Hu et al., 2001). Kejadian DMT2 banyak yang diawali dari keadaan prediabetes. Setiap tahunnya 5-10% penderita prediabetes berkembang menjadi DMT2 (Tabák et al., 2012). 1 2 Pada tahun 2005-2008 berdasarkan data Gula Darah Puasa (GDP) dan tingkat Hemoglobin A1c, penderita prediabetes di Amerika Serikat pada orang dewasa berusia > 20 tahun adalah sebesar 35% dan 50% terjadi pada lansia berusia > 65 tahun. Usia dewasa adalah usia produktif, di mana pada usia ini penderita prediabetes sering tidak menyadari kondisi kesehatannya. Kondisi prediabetes adalah ketika Gula darah Puasa (GDP) 100-125 mg/dl dan atau hasil tes toleransi glukosa oral (TTGO) 145-199 mg/dl. Kondisi ini bisa diperbaiki dengan menurunkan GDP dan TTGO pada batas normal yaitu GDP <100 mg/dl dan TTGO <140 mg/dl (ADA, 2014). Setiap orang yang mengalami prediabetes dapat menunda atau mencegah perkembangannya menjadi DMT2 apabila memperbaiki pola hidupnya (Benjamin et al., 2003). Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk memperbaiki nilai glukosa darah adalah dengan meningkatkan aktivitas fisik dan menjaga pola makan (CDC, 2014). Rendahnya konsumsi serat dan antioksidan adalah salah satu pemicu munculnya DMT2 (Salas-Salvadó et al., 2011). Antioksidan secara alami dapat ditemukan dalam jenis-jenis makanan (buah dan sayuran) dan minuman (teh, cokelat dan kopi) (Mohamed, 2014). Konsumsi teh hijau dan teh hitam (Camelia sinensis) yang kaya akan antioksidan terbukti memiliki efek hipoglikemik pada tikus percobaan (Tang et al., 2013) dan (Abeywickrama et al., 2011), teh oolong mempunyai efek hipoglikemik yang efektif bagi penderita diabetes (Hosoda et al., 2003). Selain teh yang telah disebutkan ada satu jenis teh yang dikenal oleh masyarakat Indonesia, yaitu teh rosela. Berdasarkan penelitian, rosela mengandung polifenol golongan antosianin cukup tinggi seperti, Delphinidin 3-sambubioside, delphinidin 3-glucoside, cyanidin 3-sambubioside, cyanidin 3-glucoside dan beberapa asam organik termasuk didalamnya vitamin C (Sindi et al., 2014). Rosela memiliki fungsi dalam memperbaiki metabolisme glukosa pada penderita diabetes dengan cara mencegah stres oksidatif, menurunkan aktifitas -glukosidase, menurunkan glukosa darah, menurunkan HBA1c (Sancho & Pastore, 2012) baik melalui pengujian in vitro, in vivo maupun pada manusia. Penelitian tentang efek rosela terhadap efek hipoglikemik telah dibuktikan secara in vitro maupun in vivo. Peng et al. (2011) membuktikan bahwa ekstrak rosela memiliki efek hipoglikemia dan anti resistensi 3 insulin pada tikus percobaan hal ini dikuatkan dengan penelitian Rosemary et al. (2014) yang membuktikan bahwa ekstrak etanol rosela mempunyai efek menurunkan level glukosa darah tikus diabetes namun penelitian teh rosela pada subjek manusia belum banyak dilakukan. Penelitian pada subjek manusia yang sudah pernah dilakukan yaitu tentang pengaruh teh rosela dalam mengontrol tingkat gula darah 60 menit post prandial pada subjek laki-laki sehat usia 18 tahun keatas (Harrison et al., 2009). Selain rendahnya asupan antioksidan, asupan gula (makanan manis) yang berlebih sebagai contoh konsumsi soft drink memiliki kaitan dengan kejadian DMT2 pada wanita di jepang (Eshak et al., 2013). Berdasarkan Hasil Survei Diet Total (SDT) 2014 Yogyakarta adalah propinsi dengan tingkat konsumsi gula tertinggi di Indonesia yaitu 16,9% (Kemenkes RI, 2015). Konsumsi yang disarankan adalah tidak lebih dari 50 gram perhari. Sukrosa adalah jenis gula yang biasa ditambahkan dalam pembuatan teh yang terdiri dari dua gugus gula sederhana, yaitu glukosa dan fruktosa. Berdasarkan penelitian Wilson & Islam (2012) ditemukan bahwa pemberian fruktosa dapat menyebabkan tikus menjadi diabetes. Untuk mengatasi penggunaan gula yang berlebih para peneliti telah lama mencoba menemukan pemanis untuk menggantikan penggunaan sukrosa. Dewasa ini telah ditemukan jenis pemanis baru yang rendah kalori yaitu stevia. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa stevia tidak memiliki efek toksisitas dan aman dikonsumsi. Berkaitan dengan respon glukosa bahkan stevia dapat memperbaiki tingkat glukosa post prandial pada subjek orang sehat, dibandingkan dengan sukrosa dan aspartam (Anton et al., 2010). Konsumsi antioksidan (teh rosela) dan pembatasan konsumsi gula (substitusi gula dengan stevia) merupakan kombinasi dalam pencegahan DMT2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Pérez-Ramírez et al., 2015), minuman rosela-stevia terbukti secara in vitro mengandung antioksidan dan memiliki kapasitas antidiabetes dengan menghambat -amilase dan -glukosidase. Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini dilakukan untuk mengkaji penggunaan roselastevia terhadap kadar glukosa darah puasa dan 2 jam post prandial pada wanita prediabetes di Maguwoharjo Yogyakarta. 4 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Apakah pemberian teh rosela-stevia berpengaruh terhadap kadar glukosa darah puasa pada wanita prediabetes di Yogyakarta. 2. Apakah pemberian teh rosela-stevia berpengaruh terhadap kadar glukosa 2 jam post prandial pada wanita prediabetes di MaguwoharjoYogyakarta. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui pengaruh pemberian teh rosela-stevia terhadap kadar glukosa darah puasa pada wanita prediabetes di Maguwoharjo Yogyakarta. 2. Mengetahui pengaruh pemberian teh rosela-stevia terhadap kadar glukosa 2 jam post prandial pada wanita prediabetes di Maguwoharjo Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terutama bagi peneliti sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan untuk memberikan manfaat kepada masyarakat Indonesia sebagai tambahan informasi dan alternatif dalam pencegahan penyakit DMT2. E. Keaslian Penelitian Keaslian penelitian ini dapat dilihat dari persamaan dan perbedaan penelitianpenelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya dalam uraian pada Tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Keaslian penelitian Peneliti (Harrison et al., 2009) Judul Penelitian The efficacy of karkadeh tea in controlling post-prandial blood glucose levels. Tujuan Menguji pengaruh teh rosela terhadap level glukosa darah pada dua perlakuan yang berbeda pada subjek laki-laki sehat. Persamaan Perbedaan - Variabel - Rancangan penelitian: Gula penelitian: Kuasi Darah Puasa eksperimental. dan Gula Darah - Subjek post prandial penelitian: Wanita overweight yang prediabetes. - Lama Penelitian: 14 hari. 5 (Mozaffa riKhosravi et al., 2009) The effects of sour tea (Hibiscus sabdariffa) on hypertension in patients with type II diabetes. Membandingkan keefektifan efek antihipertensi teh rosela (Hibiscus sabdariffa) dan teh hitam pada pasien diabetes tipe 2 - Variabel - Rancangan independen : penelitian : sama-sama Kuasi menguji teh eksperimental. rosela dengan - Subjek pemberian teh 2 penelitian: kali sehari Wanita overweight yang prediabetes. - Variabel dependen: Gula Darah Puasa dan 2 jam post prandial. - Lama Penelitian: 14 hari. (GurrolaDíaz et al., 2010) Effects of Hibiscus sabdariffa extract powder and preventive treatment (diet) on the lipid profiles of patients with metabolic syndrome (MeSy) Mengevaluasi - Persamaan : efek ekstrak sama -sama serbuk rosela melakukan uji (Hibiscus terhadap rosela sabdariffa) dan pengenalan cara diet pencegahan penyakit terhadap profil lipid pada individu dengan atau tanpa sindrom metabolik. (Sinaga, 2012) Pengaruh pemberian susu kedelai terhadap kadar glukosa darah puasa pada wanita prediabetes Membuktikan pengaruh pemberian susu kedelai terhadap kadar GDP pada wanita prediabetes. - Subjek penelitian: Wanita overweight yang prediabetes. - Variabel independen: Teh rosela-stevia. - Variabel dependen: Gula Darah Puasa dan 2 jam postprandial. - Lama Penelitian : 14 hari. - Rancangan - Variabel penelitian: independen : Teh - Kuasi rosela- stevia. eksperimental. - Variabel - Variabel dependen dependen : Gula ditambah dengan darah Puasa kadar glukosa - Lama penelitian darah 2 jam post : 14 hari. prandial Keaslian penelitian ini adalah variabel independen yang digunakan berbeda dengan semua penelitian sebelumnya yaitu pemberian teh rosela-stevia. Variabel dependen yang dipilih ada dua yaitu glukosa darah puasa dan glukosa darah 2 jam 6 post prandial sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan salah satu variabel dependen tersebut. Subjek dan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Harrison et al. (2009), Mozaffari-Khosravi et al. (2009), Gurrola-diaz et al. (2010). Subjek, metode penelitian, dan variabel dependen yang digunakan sama dengan penelitian Sinaga (2012) yaitu menggunakan desain kuasi eksperimental, subjek penelitian wanita overweigh, dan variabel dependen gula darah puasa namun perbedaan utama dengan penelitian tersebut adalah pada variabel independen digunakan yaitu pemberian teh rosela-stevia dan variabel dependen ditambahkan glukosa darah 2 jam post prandial.